SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 32
DND-2006 1
DND-2006 2
Matahari adalah bintang terdekat dengan kita
 Besaran fisis Matahari : jarak, radius dan massanya
dapat ditentukan jauh lebih teliti daripada bintang lain
Dalam astrofisika besaran Matahari sering digunakan
sebagai satuan (untuk Matahari digunakan lambang ).
Contoh :
 Massa bintang sering dinyatakan dalam massa
Matahari (M)
 Luminositas bintang dinyatakan dalam luminositas
matahari (L)
 Radius bintang dinyatakan dalam radius matahari (R)
 dan lainnya.
DND-2006 3
Banyak cara untuk menentukan jarak Bumi-Matahari.
Salah satu teknik yang paling modern yang cukup teliti
adalah dengan menggunakan radar
Besaran Matahari
Jarak Matahari
Pengamatan dengan radar ini pertama kali dilakukan
oleh Lincoln Laboratory, Massachusetts Institute of
Technology pada tahun 1958 dengan mengirim
gelombang radar berfrekuensi 440 Megahertz ke planet
Venus
 Untuk penentuan ini diandaikan orbit Bumi dan Venus
berbentuk lingkaran
DND-2006 4
Dari pengamatan diketahui bahwa periode orbit Bumi
adalah,
PB = 365,25 hari
Periode orbit Venus adalah,
PV = 224,7 hari
Dari hukum Kepler ke-3 (a3
∝ P2
)
aV/aB = (PV/PB)2/3
Dari data di atas :
aV/aB = (224,7/365,25)2/3
= 0,72
atau, aV = 0,72 aB . . . . . . . . . . . . (3-
1)
DND-2006 5
α
aV
2
= aB
2
+ d2
− 2aB d cos α
Subtitusikan pers. (3-1) : aV = 0,72 aB
Venus
Matahari
Bumi
d
aV
aB
. (3-2)
. . (3-3)
dapat diamati, harga
α bergantung pada
posisi Bumi-Venus
ditentukan
dengan radar
diambil pada saat jarak
terdekat Bumi-Venus
t = 2d c kec. Cahaya
ke pers. (3-2), diperoleh,
waktu yang ditempuh
oleh gelombang radar
Bumi-Venus-Bumi
0,4816 aB
2
+ d2
− 2aB d cos α = 0
Perhatikan segitiga yang dibentuk oleh Bumi-Matahari-
Venus. Dari rumus cosinus diperoleh,
DND-2006 6
aB = 1,496 x 1013
cm = 1 AU
AU = Astronomical Unit
(Satuan Astronomi)
. . . . . . . . (3-4)
Dengan memasukan harga d dan α hasil pengamatan,
diperoleh,
 Orbit Bumi dan orbit Venus mengedari Matahari tidak
berupa lingkaran sempurna, tapi berupa elips dengan
eksentrisitasnya sangat kecil, Jadi orbit Bumi dan
orbit Venus praktis dapat dianggap berupa lingkaran.
 Selain itu juga bidang orbit Venus tidak sebidang
dengan bidang orbit Bumi, tetapi membentuk sudut 3o
23’. Kemiringan bidang orbit ini cukup kecil.
1 AU = 1,496 x 1013
cm
DND-2006 7
Massa Matahari
= M
a3
P2
G
4π2
Pers. (1-58) :
Hukum Kepler III untuk sistem Bumi – Matahari.
4π 2
a3
P2
G
M =
masukan harga
a = 1 AU = 1,496 x 1013
cm (Jarak Matahari-Bumi )
G = 6,668 x 10-8
dyne cm2
/g2
P = 365,25 hari = 3,156 x 107
detik (Periode Bumi
mengelilingi Matahari )
ke persamaan di atas, diperoleh
M = 1,989 x 1033
gr . . . . . . . . . . . (3-5)
DND-2006 8
Energi Matahari yang diterima bumi setiap detik pada
permukaan seluas 1 cm2
(fluks Matahari) adalah,
 Diukur di luar atmosfer bumi.
E = 1,37 x 106
erg cm-2
s-1
(Konstanta Matahari)
Luminosita Matahari :
Luminositas Matahari
L = 3,86 x 1033
erg s-1
L = 4 π d2
E
Jarak Bumi-Matahari
Dengan memasukan harga E dan d diperoleh,
= 3,9 x 1023
kilowatt
 Jika diukur dipermukaan Bumi, harus dikoreksi
terhadap penyerapan oleh atmosfer Bumi.
. . . . . . . . . (3-6)
DND-2006 9
Radius Matahari dapat ditentukan dengan mengukur
besar sudut bundaran Matahari yg dilihat dari Bumi.
R
d α
Matahari
Pengamat
sin α = R/d
α = R/d (α dlm radian)
Radius Matahari
Dari pengukuran α = 960” = 4,654 x 10-3
radian.
α <<
Jadi : R = (4,654 x 10-3
)(1,496 x 1013
)
. . . . . . . . . . . . . . . . (3-7)= 6,96 x 1010
cm
DND-2006 10
Luminositas Matahari :
atau :
Maka diperoleh,
. . . . . . . . . . . . . . . . (3-8)
Temperatur Efektif Matahari
Tef =
4 π σ R
2
L
1/4
Masukan harga L = 3,86 x 1033
erg s-1
, σ = 5,67 x 10-5
erg cm-2
K-4
s-1
, dan R = 6,96 x 1010
cm
Tef =
4 π (5,67 x 10-5
)(6,96 x 1010
)2
3,86 x 1033
1/4
≈ 5785 K
L = 4 π σ R
2
Tef
4
DND-2006 11
Luminositas sebuah bintang 100 kali lebih terang daripada
Matahari, tetapi temperaturnya hanya setengahnya dari
temperatur Matahari. Berapakah radius bintang tersebut
dinyatakan dalam radius Matahari ?
Contoh :
Jawab : L = 4 π R
2
σTef
4
Untuk bintang :
L = 4 π R
2
σTef
4
Untuk Matahari :
L
L
=
4 π R
2
σTef
4
4 π R
2
σTef
4
=
R
2
Tef
4
R
2
Tef
4
atau, =
R
R L
L Tef
Tef
1/2 2
DND-2006 12
Karena L = 100 L , Tef = 0,5 Tef
Maka,
R
R
=
L
L Tef
Tef
1/2 2
100 L
1/2
=
0,5 Tef
Tef
2
L
Jadi R = 40 R
= (100)1/2
0,5
1
= (10)(4) = 40
2
DND-2006 13
Bumi
Jarak Bintang
Jarak bintang-bintang dekat
dapat ditentukan dengan cara
paralaks trigonometri Bintang
Matahari
p
d
d
Elips paralaktik
d = Jarak Matahari-Bumi
= 1,50 x 1013
cm = 1 AU
(AU = Astronomical unit)
d = Jarak Matahari - Bintang
p = Paralaks Bintang
tan p = d/ d
. . . . . (3-9)
DND-2006 14
Karena p sangat kecil, maka persamaan (3-9) dapat
dituliskan,
p = d/ d
. . . . . . . . . . . . . (3-10)
p dalam radian
Apabila p dinyatakan dalam detik busur dan karena
1 radian = 206 265″ , maka
p = 206 265 d/d
. . . . . . . . . . . . (3-11)
Jika jarak dinyatakan dalam AU, maka d = 1 AU
sehingga pers. (3-11) menjadi,
p = 206 265/d
. . . . . . . . . . . . . (3-12)
DND-2006 15
Selain AU, dalam astronomi digunakan juga satuan jarak
lainnya yaitu satuan parsec disingkat pc.
 Satu parsec (parallax second) didefi-
nisikan sebagai jarak sebuah
bintang yang paralaksnya satu detik
busur.
 Bintang
Matahari
p = 1″
d = 1 pc
d =1 AU
 Dengan demikian, jika p = 1″ dan
d* = 1 pc, maka dari persamaan (3-
12) yaitu p = 206 265/d* diperoleh,
1 pc = 206 265 AU
= 3,086 x 1018
cm . . . . (3-13)
DND-2006 16
Satuan lain yang sering digunakan dalam astronomi utk
menyatakan jarak adalah tahun cahaya (ly = light year)
 Kecepatan cahaya per detik = 2,997925 x 1010
cm/s
Jadi 1 ly = (3,16 x 107
)(2,997925 x 1010
)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3-
14)
Dari persamaan (3-13) : 1 pc = 3,086 x 1018
cm
1 pc = 3,26 ly . . . . . . . . . . (3-15)
= 9,46 x 1017
cm
dan persamaan (3-14) diperoleh,
DND-2006 17
Apabila paralak dinyatakan dalam detik busur dan jarak
dinyatakan dalam pc, maka dari
p = 1/d*
Pers. (3-12) : p = 206 265/d*
Animasi paralaks
http://instruct1.cit.cornell.edu/courses/astro101/java/
parallax/parallax.html
http://www.astronomynotes.com/starprop/trig-anim.gif
Pers. (3-13) : 1 pc = 206 265 AU , dan
. . . . . . . . . . . . . . . (3-
16)
diperoleh,
DND-2006 18
Bintang-bintang yang terdekat dengan matahari
yang sudah ditentukan paralaksnya
Bintang
Paralaks
(″)
Jarak
(pc)
Jarak
(ly)
Proxima Centauri 0,76 1,31 4,27
Alpha Centauri 0,74 1,35 4,40
Barnard 0,55 1,81 5,90
Wolf 359 0,43 2,35 7,66
Lalande 21185 0,40 2,52 8,22
Sirius 0,38 2,65 8,64
DND-2006 19
 Dengan teleskop yang paling besar dan paling
moderen saat ini, parallaks bintang yang bisa diukur
hanya sampai sekitar 0,01”.
 Dengan teleskop tersebut hanya sekitar 3000
bintang yang bisa ditentukan paralaksnya
 Untuk bisa mengukur lebih banyak lagi
parallaks bintang, pada tahun 1989
Eropean Space Agency meluncurkan
satelit HIPPARCOS (HIgh Precision
PARallax COllecting Satellite).
 bisa mengukur parallaks 120 000
bintang dengan ketelitian yang tinggi
sampai 0,002”.
Satelit
HIPPARCOS
DND-2006 20
3. Eclipsing binaries (need distance)
Untuk menentukan garis tengah bintang dapat
digunakan beberapa cara diantaranya adalah dengan
1. Interferometry (single stars)
2. Lunar Occultation (single stars)
Garis tengah sudut bintang tidak bisa ditentukan secara
langsung dengan mengukur sudut bentangnya seperti
halnya Matahari.
Cara langsung
 sudut bentang bintang terlalu kecil
Radius Bintang
DND-2006 21
 Di depan teleskop dipasang
empat buah cermin A, B, U dan
V. Cermin A dan B berjarak
sama ke sumbu utama teleskop,
dan jarak cermin A dan B dapat
diubah-ubah
Prinsip interferometer Michelson
Interferometer bintang pertama kali
digunakan oleh Michelson pada
tahun 1920. Prinsip kerjanya adalah
sebagai berikut :
A BU V
O
M
N
Teropong
DND-2006 22
 Cahaya bintang yang jatuh di
cermin A dipantulkan ke cermin
U, dan dipantulkan lagi ke
objektif teleskop
D
Cahaya dari Bintang
A BU V
O
M
N
Teropong
 Demikian juga cahaya yang
jatuh di cermin B dipantulkan ke
cermin V, dan dipantulkan lagi
ke objektif teleskop
DND-2006 23
D
Cahaya dari Bintang
A BU V
O
M
N
Teropong
 Apabila kita mengamati bintang
tunggal yang berupa sumber
cahaya titik, bayangan yang
diperoleh berupa garis-garis
gelap terang.
 Garis ini terjadi karena gelom-
bang cahaya yang datang dari A
dan B saling berinterferensi
Garis interferensi dari A
Garis interferensi dari B
 Garis interferensi
DND-2006 24
D
Cahaya dari Bintang
A BU V
O
M
N
Teropong
Garis interferensi dari A
Garis interferensi dari B
 Apabila jarak D diperbesar, maka
pada suatu saat pola interferensi
yang berasal dari setiap bagian
permukaan bintang akan saling
meniadakan, sehingga pola gelap
terang akan lenyap
DND-2006 25
D
Cahaya dari Bintang
A BU V
O
M
N
Teropong
Garis interferensi dari A
Garis interferensi dari B
 Dari jarak D yang diperlukan
untuk melenyapkan pola gelap
terang itu kita dapat menentukan
garis tengah sudut bintang yaitu,
. . . . (3-17)δ =
2D
λ
DND-2006 26
Jika δ‘ = garis tengah bintang, maka dari perhitungan
diperoleh bahwa
δ = 0,41 δ’
Sehingga
atau
. . . . . . . . . . . . . . . (3-18)
. . . . . . . . .. . . . . . (3-
19)
δ’ = 1,22
2D
λ
0,41δ’ =
λ
2D
DND-2006 27
 Interferometer Michelson seperti ini digunakan di
Observatorium Mount Wilson yang bergaris tengah
2,54 m. Jarak maksimum antara cermin A dan B
adalah 10 m. Dengan cara ini dapat diukur garis
tengah sudut bintang sampai 0,”01.
 Selain interferometer Michelson, dikenal juga
interferometer lainnya.
 Garis tengah bintang dapat juga ditentukan secara
tidak langsung dari fluks dan temperatur efektifnya
(akan dibicarakan dalam bab selanjutnya)
 Tugas : Carilah interferometer bintang lainnya dan
buatlah ringkasan prinsip interferometer tersebut!
DND-2006 28
Bintang
Diameter
Sudut
Jarak
(pc)
Diameter Linier
(dlm 2 R)
Antares 0,040 150 640
Aldebaran 0,020 21 45
Betelgeus 0,034 150 500
0,042 750
Arcturus 0,020 11 23
Diameter sudut beberapa bintang yang
diukur dengan interferometer
DND-2006 29
http://planetquest.jpl.nasa.gov/SIM/Demo/simford7.html
Demo ini mensimulasikan interferometer Michelson kecil
yang mirip dengan aslinya yang digunakan untuk
menentukan posisi bintang di langit.
Pekerjaan yang harus dilakukan adalah menyelaraskan
semua cermin yang ada pada meja sampai kita melihat
garis-garis gelap dan terang (garis interferensi) pada
monitor yang ada di sudut bawah.
DEMO INTERFEROMETER
DND-2006 30
Soal-soal Latihan
2. Parallaks sebuah bintang yang diukur dari Bumi
adalah 0,”5, sedangkan jika diukur dari pesawat
ruang angkasa yang mengorbit di sekeliling Matahari,
parallaksnya adalah 1,”0. Berapakah jarak pesawat
ruang angkasa tersebut ke Matahari?
1. Parallaks sebuah bintang yang diukur dari Bumi
adalah 0,”1. Berapakah besarnya parallaks bintang
tersebut apabila diukur dari Mars? (Jarak Matahari-
Mars = 1,5 AU).
DND-2006 31
3. Sebuah bintang yang mirip dengan Matahari
(temperatur dan luminositasnya sama), berada pada
jarak 100 juta kali lebih jauh daripada Matahari.
a. Tetukanlah jarak bintang ini dalam parseks.
b. Tentukanlah parallaks bintang ini.
c. Mungkinkah kita mengukur parallaks bintang ini?
d. Apabila bintang ini tiba-tiba cahayanya lebih
terang 10 kali (radiusnya tetap tidak berubah),
berapakah magnitudo semunya? (Pertanyaan d
bisa dijawab setelah mempelajari magnitudo)
DND-2006 32
Lanjut ke Bab IV
Kembali ke Daftar Materi

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"
Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"
Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"Nurfaizatul Jannah
 
91343390 solusi-osk-astro-2012-kode-s3
91343390 solusi-osk-astro-2012-kode-s391343390 solusi-osk-astro-2012-kode-s3
91343390 solusi-osk-astro-2012-kode-s3eli priyatna laidan
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009eli priyatna laidan
 
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-201056852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010eli priyatna laidan
 
SIFAT-SIFAT GELOMBANG DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
SIFAT-SIFAT GELOMBANG DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SIFAT-SIFAT GELOMBANG DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
SIFAT-SIFAT GELOMBANG DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Risdiana Damayanti
 
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus LensaPengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus LensaSulistia Ningsih
 
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)Annisa Khoerunnisya
 
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014Ridlo Wibowo
 
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langiteli priyatna laidan
 
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by marianoSoal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by marianoAdhi Susanto
 

La actualidad más candente (20)

Gerak Bintang
Gerak BintangGerak Bintang
Gerak Bintang
 
79309543 solusi-osn-astro-2008
79309543 solusi-osn-astro-200879309543 solusi-osn-astro-2008
79309543 solusi-osn-astro-2008
 
Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"
Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"
Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"
 
astronomi fotometri bintang
astronomi fotometri bintangastronomi fotometri bintang
astronomi fotometri bintang
 
91343390 solusi-osk-astro-2012-kode-s3
91343390 solusi-osk-astro-2012-kode-s391343390 solusi-osk-astro-2012-kode-s3
91343390 solusi-osk-astro-2012-kode-s3
 
Bintang Ganda
Bintang GandaBintang Ganda
Bintang Ganda
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
 
Astronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iiiAstronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iii
 
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-201056852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
 
SIFAT-SIFAT GELOMBANG DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
SIFAT-SIFAT GELOMBANG DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SIFAT-SIFAT GELOMBANG DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
SIFAT-SIFAT GELOMBANG DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
 
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
 
Hukum pancaran
Hukum pancaranHukum pancaran
Hukum pancaran
 
Materi astronomi
Materi astronomiMateri astronomi
Materi astronomi
 
Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfa
 
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus LensaPengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
 
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
 
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
 
Astronomi fisika bab vb
Astronomi fisika bab vbAstronomi fisika bab vb
Astronomi fisika bab vb
 
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
 
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by marianoSoal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
 

Destacado (15)

Inflasi
InflasiInflasi
Inflasi
 
Paleogeomorfologi
PaleogeomorfologiPaleogeomorfologi
Paleogeomorfologi
 
Fisika Modern
Fisika ModernFisika Modern
Fisika Modern
 
Geografi Pembangunan
Geografi PembangunanGeografi Pembangunan
Geografi Pembangunan
 
Geografi Pembangunan
Geografi PembangunanGeografi Pembangunan
Geografi Pembangunan
 
Kabinet Natsir
Kabinet NatsirKabinet Natsir
Kabinet Natsir
 
Matahari Sebagai Bintang
Matahari Sebagai BintangMatahari Sebagai Bintang
Matahari Sebagai Bintang
 
Materi Geografi SMA
Materi Geografi SMAMateri Geografi SMA
Materi Geografi SMA
 
Perang Tondano
Perang TondanoPerang Tondano
Perang Tondano
 
Analisa Garis Spektrum Bintang
Analisa Garis Spektrum BintangAnalisa Garis Spektrum Bintang
Analisa Garis Spektrum Bintang
 
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen LetalGagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
 
Kerjasama Ekonomi Internasional
Kerjasama Ekonomi InternasionalKerjasama Ekonomi Internasional
Kerjasama Ekonomi Internasional
 
Soal Pengetahuan Umum SC 68 - Geografi
Soal Pengetahuan Umum SC 68 - GeografiSoal Pengetahuan Umum SC 68 - Geografi
Soal Pengetahuan Umum SC 68 - Geografi
 
Akuntansi Perusahaan Dagang (Ekonomi XII SMA)
Akuntansi Perusahaan Dagang (Ekonomi XII SMA)Akuntansi Perusahaan Dagang (Ekonomi XII SMA)
Akuntansi Perusahaan Dagang (Ekonomi XII SMA)
 
Business Case Analysis - Indomie
Business Case Analysis - IndomieBusiness Case Analysis - Indomie
Business Case Analysis - Indomie
 

Similar a Besaran Mendasar Dalam Astrofisika (20)

Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab iii matahari
Bab iii matahariBab iii matahari
Bab iii matahari
 
Besaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.pptBesaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.ppt
 
Astronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab viAstronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab vi
 
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDAAstronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
 
Bab i va
Bab i vaBab i va
Bab i va
 
Sistem magnitudo
Sistem magnitudoSistem magnitudo
Sistem magnitudo
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Materi ajar 1 (pengenalan astrof)
Materi ajar 1 (pengenalan astrof)Materi ajar 1 (pengenalan astrof)
Materi ajar 1 (pengenalan astrof)
 
astronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintangastronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintang
 
Print
PrintPrint
Print
 
Bab i vb
Bab i vbBab i vb
Bab i vb
 
A3 Jagat Raya Abrar
A3 Jagat Raya AbrarA3 Jagat Raya Abrar
A3 Jagat Raya Abrar
 
Bab iv Raksasa merah dan BIntang Katai Putih
Bab iv Raksasa merah dan BIntang Katai PutihBab iv Raksasa merah dan BIntang Katai Putih
Bab iv Raksasa merah dan BIntang Katai Putih
 
Pembahasan osn-2004
Pembahasan osn-2004Pembahasan osn-2004
Pembahasan osn-2004
 
Geografi
GeografiGeografi
Geografi
 
tata surya
tata suryatata surya
tata surya
 
Gerhana
GerhanaGerhana
Gerhana
 
PPT 1.pdf
PPT 1.pdfPPT 1.pdf
PPT 1.pdf
 
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
 

Más de Muhamad Dzaki Albiruni

Population Control in Indonesia and Japan
Population Control in Indonesia and JapanPopulation Control in Indonesia and Japan
Population Control in Indonesia and JapanMuhamad Dzaki Albiruni
 
Bandung Lautan Api Sejarah Indonesia SMA
Bandung Lautan Api Sejarah Indonesia SMABandung Lautan Api Sejarah Indonesia SMA
Bandung Lautan Api Sejarah Indonesia SMAMuhamad Dzaki Albiruni
 
Hasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta Pusat
Hasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta PusatHasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta Pusat
Hasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta PusatMuhamad Dzaki Albiruni
 
Hasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta Barat
Hasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta BaratHasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta Barat
Hasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta BaratMuhamad Dzaki Albiruni
 

Más de Muhamad Dzaki Albiruni (17)

Soal OSK Geografi 2017
Soal OSK Geografi 2017Soal OSK Geografi 2017
Soal OSK Geografi 2017
 
Laporan Praktikum Perkecambahan
Laporan Praktikum PerkecambahanLaporan Praktikum Perkecambahan
Laporan Praktikum Perkecambahan
 
Population Control in Indonesia and Japan
Population Control in Indonesia and JapanPopulation Control in Indonesia and Japan
Population Control in Indonesia and Japan
 
Eco Living City
Eco Living CityEco Living City
Eco Living City
 
Population Control Impact Essay
Population Control Impact EssayPopulation Control Impact Essay
Population Control Impact Essay
 
Spending Money Wisely Essay
Spending Money Wisely EssaySpending Money Wisely Essay
Spending Money Wisely Essay
 
Kebijakan Pemerintahan Orde Baru
Kebijakan Pemerintahan Orde BaruKebijakan Pemerintahan Orde Baru
Kebijakan Pemerintahan Orde Baru
 
Bandung Lautan Api Sejarah Indonesia SMA
Bandung Lautan Api Sejarah Indonesia SMABandung Lautan Api Sejarah Indonesia SMA
Bandung Lautan Api Sejarah Indonesia SMA
 
Wonders of Yogyakarta
Wonders of YogyakartaWonders of Yogyakarta
Wonders of Yogyakarta
 
Hukum Mendel & Pola Pewarisan Sifat
Hukum Mendel & Pola Pewarisan SifatHukum Mendel & Pola Pewarisan Sifat
Hukum Mendel & Pola Pewarisan Sifat
 
Tugas Geografi Batuan Kelas X
Tugas Geografi Batuan Kelas XTugas Geografi Batuan Kelas X
Tugas Geografi Batuan Kelas X
 
Teori Alam Semesta
Teori Alam SemestaTeori Alam Semesta
Teori Alam Semesta
 
Kamus Istilah dalam Astronomi
Kamus Istilah dalam AstronomiKamus Istilah dalam Astronomi
Kamus Istilah dalam Astronomi
 
Matematika Peminatan Kelas X
Matematika Peminatan Kelas XMatematika Peminatan Kelas X
Matematika Peminatan Kelas X
 
Soal Penjasorkes Kelas XI
Soal Penjasorkes Kelas XISoal Penjasorkes Kelas XI
Soal Penjasorkes Kelas XI
 
Hasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta Pusat
Hasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta PusatHasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta Pusat
Hasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta Pusat
 
Hasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta Barat
Hasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta BaratHasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta Barat
Hasil Olimpiade Sains Nasional tingkat Kotamadya (OSK) 2015 Jakarta Barat
 

Último

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 

Último (20)

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 

Besaran Mendasar Dalam Astrofisika

  • 2. DND-2006 2 Matahari adalah bintang terdekat dengan kita  Besaran fisis Matahari : jarak, radius dan massanya dapat ditentukan jauh lebih teliti daripada bintang lain Dalam astrofisika besaran Matahari sering digunakan sebagai satuan (untuk Matahari digunakan lambang ). Contoh :  Massa bintang sering dinyatakan dalam massa Matahari (M)  Luminositas bintang dinyatakan dalam luminositas matahari (L)  Radius bintang dinyatakan dalam radius matahari (R)  dan lainnya.
  • 3. DND-2006 3 Banyak cara untuk menentukan jarak Bumi-Matahari. Salah satu teknik yang paling modern yang cukup teliti adalah dengan menggunakan radar Besaran Matahari Jarak Matahari Pengamatan dengan radar ini pertama kali dilakukan oleh Lincoln Laboratory, Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1958 dengan mengirim gelombang radar berfrekuensi 440 Megahertz ke planet Venus  Untuk penentuan ini diandaikan orbit Bumi dan Venus berbentuk lingkaran
  • 4. DND-2006 4 Dari pengamatan diketahui bahwa periode orbit Bumi adalah, PB = 365,25 hari Periode orbit Venus adalah, PV = 224,7 hari Dari hukum Kepler ke-3 (a3 ∝ P2 ) aV/aB = (PV/PB)2/3 Dari data di atas : aV/aB = (224,7/365,25)2/3 = 0,72 atau, aV = 0,72 aB . . . . . . . . . . . . (3- 1)
  • 5. DND-2006 5 α aV 2 = aB 2 + d2 − 2aB d cos α Subtitusikan pers. (3-1) : aV = 0,72 aB Venus Matahari Bumi d aV aB . (3-2) . . (3-3) dapat diamati, harga α bergantung pada posisi Bumi-Venus ditentukan dengan radar diambil pada saat jarak terdekat Bumi-Venus t = 2d c kec. Cahaya ke pers. (3-2), diperoleh, waktu yang ditempuh oleh gelombang radar Bumi-Venus-Bumi 0,4816 aB 2 + d2 − 2aB d cos α = 0 Perhatikan segitiga yang dibentuk oleh Bumi-Matahari- Venus. Dari rumus cosinus diperoleh,
  • 6. DND-2006 6 aB = 1,496 x 1013 cm = 1 AU AU = Astronomical Unit (Satuan Astronomi) . . . . . . . . (3-4) Dengan memasukan harga d dan α hasil pengamatan, diperoleh,  Orbit Bumi dan orbit Venus mengedari Matahari tidak berupa lingkaran sempurna, tapi berupa elips dengan eksentrisitasnya sangat kecil, Jadi orbit Bumi dan orbit Venus praktis dapat dianggap berupa lingkaran.  Selain itu juga bidang orbit Venus tidak sebidang dengan bidang orbit Bumi, tetapi membentuk sudut 3o 23’. Kemiringan bidang orbit ini cukup kecil. 1 AU = 1,496 x 1013 cm
  • 7. DND-2006 7 Massa Matahari = M a3 P2 G 4π2 Pers. (1-58) : Hukum Kepler III untuk sistem Bumi – Matahari. 4π 2 a3 P2 G M = masukan harga a = 1 AU = 1,496 x 1013 cm (Jarak Matahari-Bumi ) G = 6,668 x 10-8 dyne cm2 /g2 P = 365,25 hari = 3,156 x 107 detik (Periode Bumi mengelilingi Matahari ) ke persamaan di atas, diperoleh M = 1,989 x 1033 gr . . . . . . . . . . . (3-5)
  • 8. DND-2006 8 Energi Matahari yang diterima bumi setiap detik pada permukaan seluas 1 cm2 (fluks Matahari) adalah,  Diukur di luar atmosfer bumi. E = 1,37 x 106 erg cm-2 s-1 (Konstanta Matahari) Luminosita Matahari : Luminositas Matahari L = 3,86 x 1033 erg s-1 L = 4 π d2 E Jarak Bumi-Matahari Dengan memasukan harga E dan d diperoleh, = 3,9 x 1023 kilowatt  Jika diukur dipermukaan Bumi, harus dikoreksi terhadap penyerapan oleh atmosfer Bumi. . . . . . . . . . (3-6)
  • 9. DND-2006 9 Radius Matahari dapat ditentukan dengan mengukur besar sudut bundaran Matahari yg dilihat dari Bumi. R d α Matahari Pengamat sin α = R/d α = R/d (α dlm radian) Radius Matahari Dari pengukuran α = 960” = 4,654 x 10-3 radian. α << Jadi : R = (4,654 x 10-3 )(1,496 x 1013 ) . . . . . . . . . . . . . . . . (3-7)= 6,96 x 1010 cm
  • 10. DND-2006 10 Luminositas Matahari : atau : Maka diperoleh, . . . . . . . . . . . . . . . . (3-8) Temperatur Efektif Matahari Tef = 4 π σ R 2 L 1/4 Masukan harga L = 3,86 x 1033 erg s-1 , σ = 5,67 x 10-5 erg cm-2 K-4 s-1 , dan R = 6,96 x 1010 cm Tef = 4 π (5,67 x 10-5 )(6,96 x 1010 )2 3,86 x 1033 1/4 ≈ 5785 K L = 4 π σ R 2 Tef 4
  • 11. DND-2006 11 Luminositas sebuah bintang 100 kali lebih terang daripada Matahari, tetapi temperaturnya hanya setengahnya dari temperatur Matahari. Berapakah radius bintang tersebut dinyatakan dalam radius Matahari ? Contoh : Jawab : L = 4 π R 2 σTef 4 Untuk bintang : L = 4 π R 2 σTef 4 Untuk Matahari : L L = 4 π R 2 σTef 4 4 π R 2 σTef 4 = R 2 Tef 4 R 2 Tef 4 atau, = R R L L Tef Tef 1/2 2
  • 12. DND-2006 12 Karena L = 100 L , Tef = 0,5 Tef Maka, R R = L L Tef Tef 1/2 2 100 L 1/2 = 0,5 Tef Tef 2 L Jadi R = 40 R = (100)1/2 0,5 1 = (10)(4) = 40 2
  • 13. DND-2006 13 Bumi Jarak Bintang Jarak bintang-bintang dekat dapat ditentukan dengan cara paralaks trigonometri Bintang Matahari p d d Elips paralaktik d = Jarak Matahari-Bumi = 1,50 x 1013 cm = 1 AU (AU = Astronomical unit) d = Jarak Matahari - Bintang p = Paralaks Bintang tan p = d/ d . . . . . (3-9)
  • 14. DND-2006 14 Karena p sangat kecil, maka persamaan (3-9) dapat dituliskan, p = d/ d . . . . . . . . . . . . . (3-10) p dalam radian Apabila p dinyatakan dalam detik busur dan karena 1 radian = 206 265″ , maka p = 206 265 d/d . . . . . . . . . . . . (3-11) Jika jarak dinyatakan dalam AU, maka d = 1 AU sehingga pers. (3-11) menjadi, p = 206 265/d . . . . . . . . . . . . . (3-12)
  • 15. DND-2006 15 Selain AU, dalam astronomi digunakan juga satuan jarak lainnya yaitu satuan parsec disingkat pc.  Satu parsec (parallax second) didefi- nisikan sebagai jarak sebuah bintang yang paralaksnya satu detik busur.  Bintang Matahari p = 1″ d = 1 pc d =1 AU  Dengan demikian, jika p = 1″ dan d* = 1 pc, maka dari persamaan (3- 12) yaitu p = 206 265/d* diperoleh, 1 pc = 206 265 AU = 3,086 x 1018 cm . . . . (3-13)
  • 16. DND-2006 16 Satuan lain yang sering digunakan dalam astronomi utk menyatakan jarak adalah tahun cahaya (ly = light year)  Kecepatan cahaya per detik = 2,997925 x 1010 cm/s Jadi 1 ly = (3,16 x 107 )(2,997925 x 1010 ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3- 14) Dari persamaan (3-13) : 1 pc = 3,086 x 1018 cm 1 pc = 3,26 ly . . . . . . . . . . (3-15) = 9,46 x 1017 cm dan persamaan (3-14) diperoleh,
  • 17. DND-2006 17 Apabila paralak dinyatakan dalam detik busur dan jarak dinyatakan dalam pc, maka dari p = 1/d* Pers. (3-12) : p = 206 265/d* Animasi paralaks http://instruct1.cit.cornell.edu/courses/astro101/java/ parallax/parallax.html http://www.astronomynotes.com/starprop/trig-anim.gif Pers. (3-13) : 1 pc = 206 265 AU , dan . . . . . . . . . . . . . . . (3- 16) diperoleh,
  • 18. DND-2006 18 Bintang-bintang yang terdekat dengan matahari yang sudah ditentukan paralaksnya Bintang Paralaks (″) Jarak (pc) Jarak (ly) Proxima Centauri 0,76 1,31 4,27 Alpha Centauri 0,74 1,35 4,40 Barnard 0,55 1,81 5,90 Wolf 359 0,43 2,35 7,66 Lalande 21185 0,40 2,52 8,22 Sirius 0,38 2,65 8,64
  • 19. DND-2006 19  Dengan teleskop yang paling besar dan paling moderen saat ini, parallaks bintang yang bisa diukur hanya sampai sekitar 0,01”.  Dengan teleskop tersebut hanya sekitar 3000 bintang yang bisa ditentukan paralaksnya  Untuk bisa mengukur lebih banyak lagi parallaks bintang, pada tahun 1989 Eropean Space Agency meluncurkan satelit HIPPARCOS (HIgh Precision PARallax COllecting Satellite).  bisa mengukur parallaks 120 000 bintang dengan ketelitian yang tinggi sampai 0,002”. Satelit HIPPARCOS
  • 20. DND-2006 20 3. Eclipsing binaries (need distance) Untuk menentukan garis tengah bintang dapat digunakan beberapa cara diantaranya adalah dengan 1. Interferometry (single stars) 2. Lunar Occultation (single stars) Garis tengah sudut bintang tidak bisa ditentukan secara langsung dengan mengukur sudut bentangnya seperti halnya Matahari. Cara langsung  sudut bentang bintang terlalu kecil Radius Bintang
  • 21. DND-2006 21  Di depan teleskop dipasang empat buah cermin A, B, U dan V. Cermin A dan B berjarak sama ke sumbu utama teleskop, dan jarak cermin A dan B dapat diubah-ubah Prinsip interferometer Michelson Interferometer bintang pertama kali digunakan oleh Michelson pada tahun 1920. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut : A BU V O M N Teropong
  • 22. DND-2006 22  Cahaya bintang yang jatuh di cermin A dipantulkan ke cermin U, dan dipantulkan lagi ke objektif teleskop D Cahaya dari Bintang A BU V O M N Teropong  Demikian juga cahaya yang jatuh di cermin B dipantulkan ke cermin V, dan dipantulkan lagi ke objektif teleskop
  • 23. DND-2006 23 D Cahaya dari Bintang A BU V O M N Teropong  Apabila kita mengamati bintang tunggal yang berupa sumber cahaya titik, bayangan yang diperoleh berupa garis-garis gelap terang.  Garis ini terjadi karena gelom- bang cahaya yang datang dari A dan B saling berinterferensi Garis interferensi dari A Garis interferensi dari B  Garis interferensi
  • 24. DND-2006 24 D Cahaya dari Bintang A BU V O M N Teropong Garis interferensi dari A Garis interferensi dari B  Apabila jarak D diperbesar, maka pada suatu saat pola interferensi yang berasal dari setiap bagian permukaan bintang akan saling meniadakan, sehingga pola gelap terang akan lenyap
  • 25. DND-2006 25 D Cahaya dari Bintang A BU V O M N Teropong Garis interferensi dari A Garis interferensi dari B  Dari jarak D yang diperlukan untuk melenyapkan pola gelap terang itu kita dapat menentukan garis tengah sudut bintang yaitu, . . . . (3-17)δ = 2D λ
  • 26. DND-2006 26 Jika δ‘ = garis tengah bintang, maka dari perhitungan diperoleh bahwa δ = 0,41 δ’ Sehingga atau . . . . . . . . . . . . . . . (3-18) . . . . . . . . .. . . . . . (3- 19) δ’ = 1,22 2D λ 0,41δ’ = λ 2D
  • 27. DND-2006 27  Interferometer Michelson seperti ini digunakan di Observatorium Mount Wilson yang bergaris tengah 2,54 m. Jarak maksimum antara cermin A dan B adalah 10 m. Dengan cara ini dapat diukur garis tengah sudut bintang sampai 0,”01.  Selain interferometer Michelson, dikenal juga interferometer lainnya.  Garis tengah bintang dapat juga ditentukan secara tidak langsung dari fluks dan temperatur efektifnya (akan dibicarakan dalam bab selanjutnya)  Tugas : Carilah interferometer bintang lainnya dan buatlah ringkasan prinsip interferometer tersebut!
  • 28. DND-2006 28 Bintang Diameter Sudut Jarak (pc) Diameter Linier (dlm 2 R) Antares 0,040 150 640 Aldebaran 0,020 21 45 Betelgeus 0,034 150 500 0,042 750 Arcturus 0,020 11 23 Diameter sudut beberapa bintang yang diukur dengan interferometer
  • 29. DND-2006 29 http://planetquest.jpl.nasa.gov/SIM/Demo/simford7.html Demo ini mensimulasikan interferometer Michelson kecil yang mirip dengan aslinya yang digunakan untuk menentukan posisi bintang di langit. Pekerjaan yang harus dilakukan adalah menyelaraskan semua cermin yang ada pada meja sampai kita melihat garis-garis gelap dan terang (garis interferensi) pada monitor yang ada di sudut bawah. DEMO INTERFEROMETER
  • 30. DND-2006 30 Soal-soal Latihan 2. Parallaks sebuah bintang yang diukur dari Bumi adalah 0,”5, sedangkan jika diukur dari pesawat ruang angkasa yang mengorbit di sekeliling Matahari, parallaksnya adalah 1,”0. Berapakah jarak pesawat ruang angkasa tersebut ke Matahari? 1. Parallaks sebuah bintang yang diukur dari Bumi adalah 0,”1. Berapakah besarnya parallaks bintang tersebut apabila diukur dari Mars? (Jarak Matahari- Mars = 1,5 AU).
  • 31. DND-2006 31 3. Sebuah bintang yang mirip dengan Matahari (temperatur dan luminositasnya sama), berada pada jarak 100 juta kali lebih jauh daripada Matahari. a. Tetukanlah jarak bintang ini dalam parseks. b. Tentukanlah parallaks bintang ini. c. Mungkinkah kita mengukur parallaks bintang ini? d. Apabila bintang ini tiba-tiba cahayanya lebih terang 10 kali (radiusnya tetap tidak berubah), berapakah magnitudo semunya? (Pertanyaan d bisa dijawab setelah mempelajari magnitudo)
  • 32. DND-2006 32 Lanjut ke Bab IV Kembali ke Daftar Materi