1. TUGAS BIOETIK
Prof. DR. dr. Winarto, Sp. MK, Sp. M(K)
Oleh :
dr. Chusna Nabila
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
2. Saya merupakan salah satu pasein di RS Umum DR Kariadi. Sebelumnya saya periksa mata di
Puskesmas. Oleh dokter di Puskesmas saya dirujuk ke RS Umum DR Kariadi. Setelah saya
menuju RS DR Kariadi, saya mendaftarkan diri sebagai pasien BPJS Kesehatan kelas 3 di
poliklinik mata. Setelah mendaftar di bagian poliklinik mata RS DR Kariadi, saya menunggu
antrian dari pagi hingga menjelang sore hari. Selain pasien yang ingin memeriksakan diri sangat
banyak, dokter mata di poliklinik tersebut datang terlambat dimana seharusnya jam pelayanan
sudah mulai dari jam 08.00, namun dokter baru datang jam 10.00. walaupun kami harus
menunggu lama, kami sebagai pasien tetap sabar untuk menanti bertemu dokter demi
kesembuhan penyakit kami. Kami pikir mungkin keterlambatan tersebut karena para dokter-
dokter memiliki banyak sekali kesibukan. Tapi kami sebenarnya juga kecewa dengan
ketidaktepatan waktu tersebut, Sebelumnya juga tidak diberi pengumuman juka dokter akan
datang lebih terlamba. Ketika kami tanyakan pada perawat yang mengurus administrasi mereka
hanya menyuruh kami untuk bersabar menunggu kedatangan dokter.
Setelah menunggu berjam jam lamanya, giliran saya untuk diperiksa oleh dokter mata tersebut.
Saat pertama kali masuk ruang periksa dan bertemu dengan dokter berinisial X, saya merasa
beliau menyambut saya dengan wajah masam dan kurang ramah tanpa membalas sapaan yang
saya ucapkan. Saya berpikir mungkin beliau lelah karena kesibukan dan banyaknya pasien.
Tetapi setelah beliau menanyakan kepada saya tentang keluhan yang saya rasakan, saya merasa
ada yang kurang mengenakkan dengan cara dokter tersebut berkomunikasi dengan saya sebagai
pasiennya. Setelah saya diperiksa, saya menanyakan tentang penyakit saya. Kata dokter tersebut
nama penyakit saya adalah ulkus kornea, dimana kornea pada mata saya terjadi kerusakan
sehingga sulit untuk diperbaiki dan ini mengakibatkan kebutaan dan harus dilakukan operasi
segera. Saya merasa sangat kecewa sekali atas tata cara dokter X tersebut. Kecewa saya adalah
pada saat saya diperiksa lalu diberikan keterangan dari Dokter X ternyata beliau berkata dengan
tidak sopan dan tidak mempunyai etika sebagai dokter. Perkataan dokter tersebut sangatlah
menyakiti hati saya sebagai seorang pasien. Dimana saya sebagai pasien BPJS kelas 3 saya
merasa dianggap remeh oleh dokter tersebut. Dalam penyampaian berita buruk yang membuat
saya menjadi terkejut dimana mata saya tidak dapat melihat lagi, dokter tersebut menyampaikan
dengan nada meremehkan dan tidak dengan rasa empati serta etika yang baik.
3. Dalam berkomunikasi dengan pasiennya seharusnya dokter X juga berusaha untuk ikut
merasakan penderitaan pasien, bukan meremehkan atau menyepelekan pasien dan penyakitnya.
Seharusnya dokter tersebut memikirkan bagaimana jika penyakit yang diderita pasiennya itu
menimpa dirinya dan dia diperlakukan dengan sangat tidak enak serta menyakitkan hati.
Bukankah kita sebagai pasien termasuk orang-orang yang sedang kesusahan dan membutuhkan
batuan. Apalagi jika pasien-pasien tersebut termasuk orang yang tidak mampu maka penderitaan
pasien tersebut lebih lengkap lagi. Selain sedang menderita karena penyakitnya juga harus
memikirkan biaya pengobatan.
Kami sebagai pasien tidak berharap banyak bahwa dokter bisa menyembuhkan penyakit kami.
Tetapi setidaknya para dokter dapat memberikan ketenangan dalam diri kami dalam menghadapi
penyakit kami yang walaupun mungkin dapat mengancam nyawa kami. Para dokter haruslah
mempunyai etika yang baik dalam menghadapi pasien. Sopan santun dalam perkataan saat
berkomunikasi dengan pasien sangatlah penting.
Aspek penting dalam menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien dan keluarga pasien adalah
adanya komunikasi efektif yang menyejukkan. Bagi orang sakit, komunikasi yang menyejukkan
akan menjadi pendorong positif tersendiri yang mampu mempercepat penyembuhan pasien.
Selain itu sikap rendah hati, dapat menahan emosi serta tidak menyinggu perasaan pasien juga
diperlukan dalam melakukan komunikasi dengan pasien, terutama pasien-pasien dengan kondisi
penyakit yang sudah parah. Memahami tata krama pergaulan sehari-hari terutama saat
memberikan pelayanan, adalah hal penting yang menunjukkan respons dan empati saat
memberikan pelayanan.
Belakangan ini semakin sering kita mendengar adanya keluhan terhadap layanan medis. Keluhan
bisa ditujukan kepada dokter maupun institusinya. Keluhan bisa datang dari pasien, keluarga
pasien, ataupun masyarakat. Keluhan dapat menyangkut prosedur maupun kualitas pelayanan.
Sikap dokter ketika melayani pasien, merupakan salah satu unsur yang membentuk citra kualitas
pelayanan. Begitu pula sikap manajemen rumah sakit, klinik, atau institusi pelayanan medis
lainnya, menjadi cerminan dari kualitas institusi tersebut di dalam memberikan layanan publik.
Hal-hal seperti ini mungkin banyak terjadi di berbagai RS. Hal ini akan berdampak pada
berkurangnya kepercayaan pasien kepada dokter serta penurunan kualitas RS.