1. MAKALAH
KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN
Disajikan untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu : Rafika Bayu Kusumandari, M.Pd
Oleh :
Erni Wahyu Dwi Asih (1102412027)
Fatmawati (1102412010)
Mahdum (1102412038)
Nia Faridawati Rustandi (1102412036)
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2012
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Alah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunianya kepada kita semua. Tentunya kami sebagai penyusun telah menyelesaikan tugas
ini dengan baik.
Rupanya kami menyadari bahwa Makalah ini memang belum mencapai
kesempurnaan, masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Maka untuk itu,
kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
agar dapat memperbaiki dalam penulisan Makalah yang kami buat selanjutnya.
Akhirnya kami sebagai penyusun berharap, semoga Makalah yang kami buat dapat
menambah wawasan kepada kami pada khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya.
Semarang, 10 Oktober 2012
Penyusun
3. BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok
baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah
tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok
haruslah saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Keteraturan hidup perlu selalu
dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan
yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibanding dengan
makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan
untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah
manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan
yang perlu dikelola dengan baik, namun kehidupan sosial manusiapun perlu dikelola dengan
baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang
berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan
lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan
sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar
masalah dapat terselesaikan dengan baik. Pada masa sekarang ini banyak sekali bidang yang
memerlukan seorang pemimpin di dalamnya, termasuk dalam bidang pendidikan. Pendidikan
merupakan kunci pembangunan sebuah bangsa. Tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara
optimal tanpa adanya manajemen atau administrasi pendidikan yang baik, yang selanjutnya
dalam kegiatan manajemen pendidikan tersebut terdapat adanya kepemimpinan yang
memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin. Keberhasilan pendidikan bukanlah
merupakan hasil yang ditentukan oleh karya perseorangan, namun justru merupakan karya
dari team work yang cerdas yang di pimpin oleh pemimpin yang bertanggungjawab.
Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penyusun untuk dicermati
dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan
khususnya pada aspek kepemimpinan dalam pendidikan.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang penyusun uraikan, banyak permasalahan yang
penyusun dapatkan. Permasalahan tersebut antara lain :
1. Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin ?
2. Adakah teori – teori untuk menjadi pemimpin yang baik ?
4. 3. Bagaimana gaya-gaya atau tipe-tipe kepemimpinan pendidikan ?
4. Apa indikator keberhasilan seorang pemimpin ?
5. Bagaimana pengaruh kepemimpinan dalam peningkatan kinerja ?
I.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah :
Melatih mahasiswa menyusun makalah dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan
dan kreatifitas mahasiswa.
Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
kepemimpinan dalam pendidikan sebagai usaha membekali mahasiswa tentang arti
seorang pemimpin sebagaimana yang telah di sebutkan pada rumusan masalah.
I.4 METODE PENULISAN
Dari banyak metode yang penyusun ketahui, penyusun menggunakan metode
kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke
perpustakaan tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penyusun
menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk
mencari bahan dan data–data tentang topik ataupun materi yang penyusun gunakan untuk
karya tulis ini.
I.5 RUANG LINGKUP
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penyusun miliki maka ruang
lingkup karya tulis ini terbatas pada pembahasan mengenai kepemimpinan dalam pendidikan.
5. BAB II
PEMBAHASAN
II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan
sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu sama
lainnya.
Adapun pendapat tentang pemimpin menurut beberapa ahli, yaitu :
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan
wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian
dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan
wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan
yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai
tujuan perusahaan.
Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu
menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya.
Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian
menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif,
kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang
berlainan.
Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu
mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan
pemimpinnya itu.
Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas
utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang-orang
yang dipimpinnya.
Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan
semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya.
Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggungjawab.
6. Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak
memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik
dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat
penyusun simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki
sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang
lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa
yang diinginkan pihak lainnya.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan
apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu
fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.
Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi Administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing,
directing, commanding, controling, dsb.
II.2 TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh
mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta
menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Pada bagian ini akan dibahas
tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :
Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan
perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani
7. Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan
diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”.
Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku
pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan
pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang
tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan
berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang
tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
o Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya
Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori
ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
o Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin
yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada
dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan
bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
o Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
8. Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi pula.
Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan
kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat
mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok
sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh
pemimpin.
Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik
dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat
kedewasaan bawahan.
Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada
pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori
kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style),
yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat,
keterampilan dan sikapnya.
II.3 GAYA-GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan adalah cara gaya seseorang melaksanakan suatu kepemimpinan,
didalam kepemimpinan ada tiga unsur yang saling berkaitan yaitu unsur manusia, unsur
sarana dan unsur tujuan. Berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam
kehidupan sehari–hari, termasuk di sekolah. Walaupun pemimpin pendidikan khususnya
sekolah formal adalah pemimpin yang diangkat secara langsung baik oleh pemerintah
maupun yayasan, atau melalui pemilihan. Gaya kepemimpinan dalam dunia pendidikan
diantaranya sebagai berikut :
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin bertindak sebagai diktator, pemimpin adalah pengerak dan penguasa kelompok.
Kewajiban bawahan atau anggota – anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak
boleh membatah ataupun mengajukan saran.
2. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Pemimpin yang seperti ini menafsirkan demokrasi dalam arti keliru, karena demokrasi
seolah–olah diartikan sebagai kebebasan bagi setiap anggota untuk mengemukakan dan
mempertahankan pendapat dan kebijakannya masing-masing.
Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan Gaya Laissez Faire
9. semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan
bukan karena pengaruh dari pemimpinnya.
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokrasi selalu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari
kelompoknya. Berhasil tidaknya suatu pekerjaan bersama terletak pada kelompok dan
pimpinan.
4. Gaya Kepemimpinan Pseudo Demokratis
Kepemimpinan model ini sebenarnya pemimpin yang mempunyai sifat dan sikap otokratis,
tetapi ia pandai memberikan kesan seolah-olah demokratis.
Dari beberapa gaya kepemimpinan tersebut akan mempunyai tingkat efektivitas yang
berbeda-beda, tergantung pada faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin. Seorang
pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya sangat dipengaruhi oleh faktor, baik yang
berasal dari dalam diri pribadinya maupun faktor yang berasal dari luar individu pemimpin
tersebut.
II.4 TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses
kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang
lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutip Maman Ukas, bahwa
pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1. Tipe Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership)
Dalam sistem kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan
mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung
dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2. Tipe Kepemimpinan Non Pribadi (Non Personal Leadership)
Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau
media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3. Tipe Kepemimpinan Otoriter (Autoritotian Leadership)
Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia
bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-
instruksinya harus ditaati.
4. Tipe Kepemimpinan Demokratis (Democratis Leadership)
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya
dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggungjawab tentang
terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggungjawab, maka
seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan,
pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga
dalam usahan pencapaian tujuan.
10. 5. Tipe Kepemimpinan Paternalistis (Paternalistis Leadership)
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam
hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk
memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6. Tipe Kepemimpinan Menurut Bakat (Indogenious Leadership)
Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka
berlatih dengan adanya sistem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari
kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai
kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya
di mana ia ikur berkecimpung.
Berdasarkan dari penjelasan di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan
tersebut banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi,
yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka
pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan
harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi,
posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para
pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang
pemimpinan yang profesional.
II.5 INDIKATOR KEBERHASILAN PEMIMPIN
Mula-mula terdapat pandangan bahwa pemimpin itu dilahirkan. Maksudnya yang
dapat menjadi pemimpin hanya orang-orang tertentu saja, yang mempuyai bakat untuk
pemimpin. Efektivitas kepemimpinan dianggap ditentukan oleh kepribadian pemimpin.
Di Indonesia kita kenal sebelas ciri pribadi yang diharapkan dimilki oleh pemimpin
yang dianut yaitu :
1. Takwa, menahan diri dari perbuatan yang dilarang oleh Tuhan yang Maha Esa dan
taat kepada segala perintah-Nya.
2. Ingngarsa Sung Tuladha, sebagai pemuka, orang yang berbeda di depan, selalu
memberi suatu teladan kepada yang dipimpinnya.
3. Ing Madya Mangan Karsa, ditengah-tengah para anak buahnya ikut terjun langsung
bekerja sama bahu membahu, memberi dorongan semangat.
4. Tut Wuri Handayani, dari belakang selalu memberi dorongan dan arah kepada apa
yang di inginkan anak buahnya.
5. Waspada Purbawisesa, selalu berhati-hati dalam segala kondisi, meneliti dan
membuat perkiraan keadaan secara terus menerus.
6. Ambeg Paramaarta, pandai menentukan mana yang menurut ruang, waktu dan
keadaan patut di dahulukan.
7. Prasaja, bersifat dan bersikap sederhana serta rendah hati.
8. Satya, loyalitas timbal-balik dan bersikap hemat, tidak ceroboh serta memelihara
kondisi materi dengan kecermatan.
11. 9. Geminastiti, hemat dan cermat, sadar dan mampu membatasi penggunaan dan
pengeluaran hanya untuk yang benar-benar diperlukan.
10. Belaka, bersifat dan bersikap terbuka jujur dan siap menerima segala kritik yang
membangun, selalu mewasdiri dan selalu siap mempertanggungjawabkan
perbuatannya.
11. Legawa, rela dan ikhlas untuk pada waktunya mengundurkan diri dari fungsi
kepemimpinan dan diganti dengan suatu generasi baru yang telah mewarisi kesepuluh
ciri-ciri
Ciri-ciri pribadi tersebut lebih berfungsi sebagai prinsip-prinsip yang harus diusahakan
untuk dijalankan, sehingga mempunyai makna sebagai pedoman yang bersifat normatif,
Andreas Danajaya (1985) menemukannya dan perbedaan dalam nilai operatif pada manajer
yang berhasil memiliki nilai-nila operatif yang berhubungan dengan kondisi atau sumber
daya yang dibutuhkan oleh suatu organisi untuk mencapai keberhasilan dan nilai-nilai
operatif yang berhubungan dengan kondisi atau sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu
organisasi untuk mencapai keberhasilan dan nilai-nilai yang memnunjukkan pendangan jauh
ke depan dan sikap yang selalu waspada. Sebaiknya para manajer yang kurang berhasil
memilik nilai-nilai operatif yang berhubungan dengan atau ”gengsi” seseorang.
II.6 PENGARUH KEPEMIMPINAN DALAM PENINGKATAN KERJA
Sumber daya manusia yang handal tidak lepas dari pengaruh pola kepemimpinan
yang diterapkan dalam sebuah organisasi. Kepemimpinan merupakan suatu proses yang
mengandung unsur mempengaruhi, adanya kerjasama dan mengarah pada suatu hal dan
tujuan bersama dalam sebuah organisasi.Kepemimpinan mempunyai peranan sentral dalam
dinamika kehidupan organisasi. Kepemimpinan berperan sebagai penggerak segala sumber
daya manusia dan sumber daya lain yang ada dalam organisasi.
Keberhasilan organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan akan sangat
tergantung berperannya kepemimpinan. Demikian halnya kepemimpinan dalam pendidikan
khususnya sebuah organisasi sekolah, pola kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala
sekolah sebagai pemimpin akan sangat berpengaruh dalam menentukan arah dan kebijakan
pendidikan yang dibangun. Untuk kepentingan tersebut kepala sekolah selayaknya mampu
memobilisasi atau memberdayakan semua potensi dan sumber daya yang dimiliki, terkait
dengan berbagai program, proses, evaluasi, pengembangan kurikulum, pembelajaran di
sekolah, pengolahan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pelayanan terhadap siswa,
hubungan dengan masyarakat, sampai pada penciptaan iklim sekolah yang kondusif. Semua
ini akan terlaksana manakala kepala sekolah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah, yaitu untuk bekerjasama
dalam mewujudkan tujuan sekolah.
Kemampuan seorang kepala sekolah dalam memimpin akan sangat berpengaruh
dalam meningkatkan motivasi kerja guru. Apabila kepala sekolah selaku pimpinan dalam
menjalankan tugasnya kurang baik, akan berakibat kurangnya motivasi kerja para guru,
sehingga akan mempengaruhi efektivitas kerja guru, maka peran pemimpin sangat penting
sebab pemimpin memegang peran dalam menentukan tercapai atau tidaknya tujuan
sekolah/organisasi tersebut. Motivasi kerja yang tinggi dalam sebuah organisasi sekolah akan
berdampak positif yaitu tercapainya tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi sekolah.
12. Agar motivasi kerja dapat dioptimalkan dalam organisasi sekolah maka perlu diketahui.
faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi motivasi kerja itu. Faktor-faktor itu
meliputi faktor internal yang bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal yang
bersumber dari luar individu itu seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat,kepuasan,
pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar individu yang bersangkutan seperti
pengawasan, gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan.
Beberapa hal yang diketahui menunjukkan kurangnya motivasi kerja yang dimiliki
para guru dalam menjalankan tugasnya, antara lain :
(1) Dalam menjalankan tugas masih tergantung pada pengawasan kepala sekolah.
(2) Dalam memasuki kelas untuk mengajar masih ada yang terlambat, belum sesuai
waktu yang ditentukan.
(3) Pada saat guru tidak dapat mengajar, guru hanya memberikan catatan kepada anak
didik. Untuk mampu mendorong siswa belajar lebih aktif, sehingga mampu
menciptakan visi dan misi sekolah, serta mampu meningkatkan prestasi belajar siswa
sesuai tujuan yang telah ditetapkan, maka motivasi kerja guru perlu ditingkatkan.
Guru yang mempunyai tingkat motivasi yang rendah mereka tidak dapat
menyelesaikan tugas pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan hasil yang baik,
sehingga keadaan ini akan menimbulkan hambatan dalam pencapaian hasil pekerjaan
atau akan mempengaruhi efektivitas kerja guru.
13. BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan.
Teori-teori kepemimpinan pada umumnya adalah Teori Kepemimpinan Sifat (Trait
Theory), Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi, Teori Kewibawaan Pemimpin, Teori
Kepemimpinan Situasi, dan Teori Kelompok. Adapun gaya-gaya kepemimpinan yaitu Gaya
Kepemimpinan Otokratis, Gaya Kepemimpinan Laissez Faire, Gaya Kepemimpinan
Demokratis, dan Gaya Kepemimpinan Pseudo Demokratis. Yang selanjutnya bahwa gaya-
gaya tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya.
Dalam kepemimpinan pun ada beberapa tipe, antara lain Tipe Kepemimpinan Pribadi
(Personal Leadership), Tipe Kepemimpinan Non Pribadi (Non Personal Leadership), Tipe
Kepemimpinan Otoriter (Autoritotian Leadership), Tipe Kepemimpinan Demokratis
(Democratis Leadership), Tipe Kepemimpinan Paternalistis (Paternalistis Leadership), dan
Tipe Kepemimpinan Menurut Bakat (Indogenious Leadership).
Pemimpin yang profesional adalah pemimpin yang memahami akan tugas dan
kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan,
sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan
memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan.
III.2 SARAN
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penyusun mengemukakan saran-saran
sebagai berikut :
1. Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan dalam
melaksanakan aktivitas kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya
berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2. Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para
pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para
bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.
14. 3. Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
4. Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin
menjalin ssuatu hubungan kerjasama yang saling mendukung untuk tercapainya
tujuan organisasi atau instansi.