Dokumen tersebut membahas dinamika penerapan e-business di Indonesia, termasuk prospek dan tantangan penerapannya. Beberapa prospek yang disebutkan antara lain pengembangan aplikasi untuk manajemen internal perusahaan, fokus pada komunitas generasi muda, penyediaan konten digital berharga, dan pengembangan perangkat keras serta perangkat lunak mobile.
1. DINAMIKA PENERAPAN E-BUSINESS DI INDONESIA
By Mohamad Soleh, S.Psi, MM, CNLP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semenjak terciptanya komputer ditahun 1960an, lalu berkembangnya segala
hal yang berhubungan dengan komputer (termasuk system jaringannya), telah terjadi
evolusi besar-besaran diberbagai belahan dunia. Tidak hanya pola bekerja, melainkan
pola berperilaku, berkomunikasi, belajar, bekerjasama hingga pengembangan bisnis
lainnya. Sebagaimana ilustrasi gambar 1.
Melihat fenomena tersebut, maka muncullah, e-learning, e-commerce, e-
procurement, e-book, e-business dan lainnya. Dalam tulisan ini, pernulis akan
memfokuskan pada e-business yang diangkat oleh Lou Gerstner, CEO IBM.
Menurut beliau, istilah ini, dapat diterjemahkan sebagai kegiatan bisnis yang
dilakukan secara otomatis dan semi otomatis dengan menggunakan sistem informasi
komputer. e-business memungkinkan suatu perusahaan untuk berhubungan dengan
sistem pemrosesan data internal dan eksternal mereka secara lebih efisien dan
fleksibel.
Di Indonesia sendiri, semenjak 2000an, sudah banyak perusahaan yang mencoba
mengembangkannya, khususnya perusahaan-perusahaan multinasional yang
berafialiasi dengan perusahaan luar negeri yang menjadi induk bisnisnya. Bahkan
menurut Zeplin Tarigan (2006) menyatakan dalam disertasinya bahwa sejak
pertengahan 2002 kalangan pengusaha Indonesia yakin bahwa penggunaan e-business
dapat membenahi kinerja perusahaan, khususnya yang terkait dengan upaya
mengefisienkan kinerja operasional. Penelitian yang dilakukan oleh Warta Ekonomi
memperlihatkan bahwa 54.2% perusahaan yang menjadi responden sudah menerapkan
berbagai aplikasi e-business, diantaranya: Enterprise Resource Planning (ERP), Supply
Chain Management (SCM), dan Customer Relationship Management (CRM). Sebanyak
1
2. 78.8% perusahaan yang menjadi sample dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa
pemanfaatan solusi e-business dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
Gambar 1.
Berdasarkan hasil riset dan pengalaman penulis sebagai praktisi dan konsultan
2
3. manajemen yang telah membantu berbagai perusahaan di Indonesia, mendorong
penulis untuk menganalisa mengenai dinamika penerapan aplikasi e-business di
Indonesia tersebut.
1.2 Perumusan masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam paper ini mengenai dinamika
penerapanan e-business di diberbagai perusahaan di Indonesia.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengidentifikasi dinamika
penerapanan e-business di diberbagai perusahaan di Indonesia.
BAB II
3
4. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian E-Business
O’ Brien & Marakas (2008) menyatakan bahwa e-business adalah penggunaan
internet dan jaringan lainnya serta teknologi informasi yang mendukung e-commerce,
enterprise communication & collaboration, dan proses bisnis berbasis web yang
menghubungkan perusahaan dengan pelanggan dan partner bisnisnya.
2.2 Cross Functional Enterprise Application
Perusahaan menganggap crossfunctional enterprise system sebagai strategi
menggunakan informasi teknologi untuk berbagi sumber – sumber informasi dan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari proses bisnis dan mengembangkan strategi
keterhubungan antara pelanggan, suplier, dan partner bisnis. O’ Brien & Marakas
(2008) memberikan contoh aplikasi crossfunctional enterprise application dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2 Cross Functional Enterprise Application
4
5. 2.3 Enterprise Application Architecture
Adapun bentuk arsitektur dari crossfunctional enterprise application yang
menggambarkan komponen dasar, proses, dan interface dari aplikasi e-business dan
keterhubungannya satu sama lain. Mohan Sawhney & Jeff Zabin dalam O’Brien &
Marakas (2008) menggambarkan enterprise application architecture.
Gambar 3. Enterprise Application Architecture
Pada gambar terlihat bahwa perusahan tidak menggunakan fungsi bisnis tradisional
atau hanya mendukung proses bisnis internal perusahaan saja, tetapi fokus
penyempurnaan proses bisnis bersama – sama pelanggan, supplier, partner, dan
stakeholder. ERP (Enterprise Resource Planning) fokus pada produksi internl
perusahaan. CRM (Customer Relationship Management) fokus pada mendapakan dan
mempertahankan pelanggan yang potensial, melalui marketing, penjualan, dan proses
layanan. PRM (Partner Relationship Management) untuk mendapatkan dan
5
6. mempertahankan partner bisnis yang mampu untuk meningkatkan penjualan dan
distribusi dari produk dan jasa perusahaan. SCM (Supply Chain Management) fokus
pada pengembangan proses produk dan jasa yang efektif dan efisien yang dibutuhkan
oleh bisnis. KM (Knowledge Management) fokus pada penyediaan alat bagi pegawai
perusahaan untuk mendukung proses pengambilan keputusan.
6
7. BAB III
ANALISA DINAMIKA PENERAPAN e-BUSINESS di Indonesia
Menurut Mita (2007) ada 10 prospek penerapan e-business di Indonesia. Beliau
mengatakan bahwa melalui berbagai kajian terhadap perkembangan eBusiness yang
terjadi sepanjang 5 tahun terakhir, dapat disimpulkan berbagai kecenderungan yang
dapat menggambarkan paling tidak 10 prospek eBusiness di Indonesia. Antara lain :
1.E-BusinessType
Dilihat dari jenis eBusiness, nampaknya perkembangan pemakaian alat-alat
elektronik dan digital sebagai medium komunikasi dan relasi bisnis (digital
relationship) jauh lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan cara yang sama
untuk melakukan perdagangan atau transaksi jual beli (eCommerce).
Berdasarkan fenomena ini, prospek atau peluang bisnis nampak bagi
perusahaan-perusahaan yang dapat membantu manajemen perusahaan dalam
mengimplementasikan berbagai jenis komunikasi, kolaborasi, dan kooperasi
digital yang terjadi pada backoffice. Sebutlah misalnya konsep backoffice
semacam e-Procurement, e-Supply Chain, ERP, dan lain sebagainya yang pada
prinsipnya dipergunakan perusahaan untuk meningkatkan kualitas komunikasi
antara divisi maupun antara perusahaan dengan mitra bisnisnya.
Kecenderungan meningkatnya jenis eBusiness ini didasarkan pada suatu riset
yang mengatakan bahwa ternyata kurang lebih 40% dari biaya total perusahaan
habis dialokasikan untuk mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan lalu lintas
informasi secara konvensional.
2.Community
Berdasarkan pengalaman, agaknya lebih mudah menciptakan kebutuhan
(demand creation) kepada kalangan generasi muda, dibandingkan dengan usaha
untuk merubah pola hidup para generasi dewasa dan tua untuk mulai
menggunakan berbagai teknologi informasi berbasis internet. Dengan kata lain,
sukses terbesar lebih mudah diperoleh bagi mereka yang berkonsentrasi pada
7
8. eBusiness untuk menciptakan produk atau jasa yang dapat dijual kepada
kalangan baru ini (net generation) karena teknologi informasi telah merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari hidup mereka. Jika perusahaan tetap ingin
mencoba untuk menjual produk atau jasa kepada pasar lama (pengguna dewasa
dan generasi lama), maka harus mencoba menggunakan medium teknologi
konvensional untuk menjualnya, seperti melalui telepon atau faksimili.
Contohnya adalah dengan menjual fasilitas jasa semacam chatting atau game
kepada para mahasiswa dan remaja; sementara untuk para orang tua
ditawarkan fasilitas SMS (Short Message System) melalui medium handphone.
3.Content
Dengan adanya internet, ternyata yang paling banyak mengeruk keuntungan
secara finansial bukanlah para pengguna individual (end users), melainkan
sejumlah perusahaan yang membutuhkan berbagai informasi yang tersedia di
internet sebagai bahan baku langsung maupun tidak langsung terhadap produk
atau jasa yang diciptakan perusahaan tersebut. Contohnya adalah
menjamurnya berbagai koran-koran yang terbit di daerah-daerah tingkat dua di
tanah air, yang sebagian besar beritanya ternyata diambil dari informasi yang
didapat oleh para wartawannya melalui internet. Contoh lain yang telah
mendatangkan industri tersendiri adalah penjualan ribuan CD (Compact Disc)
yang berisi program-program gratis (freeware) yang dapat didownload dengan
mudah dan cuma-cuma dari situs semacam www.download.com. Dengan
dipergunakannya internet sebagai medium infomediary ini, maka jelas terbuka
peluang bagi eBusiness yang dapat memberikan isi atau jenis data maupun
informasi (content) yang eksklusif bagi yang membutuhkan dan menjualnya
dengan harga premium (semacam Reuters, AOL, atau Compuserve). Content
yang dijual tersebut dapat diperjual-belikan dalam bentuk data mentah,
maupun yang telah diolah menjadi informasi dan/atau knowledge yang
memiliki value atau nilai tinggi.
8
9. 4.Technology-Devices
Lambat laun, teknologi berkomunikasi digital melalui PC akan ditinggalkan
karena peralatan tersebut dinilai cukup sulit untuk dipelajari dan digunakan
oleh kaum awam. Sebagai penggantinya, sejumlah teknologi pervasive
computing (barang elektronik dengan teknologi digital dan mikroprosesor di
dalamnya) yang mudah dibawa kemana-mana (mobile) akan secara luas
dipasarkan. Yang belakangan ini telah menjadi trend adalah PDA (Personal
Digital Assistant) atau Palm OS Organizer yang memungkinkan pengguna untuk
melakukan hubungan langsung ke internet dan melakukan browsing dari alat-
alat tersebut. Dengan kata lain, peluang eBusienss terbuka lebar bagi mereka
yang bergerak pada penyediaan berbagai perlengkapan teknologi, hardware
maupun software, yang berkaitan langsung dengan kebutuhan di atas. Sebutlah
misalnya teknologi berbasis WAP (Wireless Application Protocols) akan menjadi
primadona dalam waktu dekat ini; terlebih-lebih jika melihat geografis
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
5.Access-Channels
Berkembangnya teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) semacam
internet dan website menawarkan berbagai keuntungan bagi perusahaan yang
berniat mengimplementasikan kanal akses tersebut. Dengan
mempertimbangkan bahwa teknologi tersebut masih tergolong baru dikenal di
negara berkembang, maka perusahaan cenderung memperlakukan teknologi
tersebut sebagai media alternatif dalam berkomunikasi (internal maupun
eksternal) disamping media konvensional lain yang masih efektif dipergunakan.
Jika pada akhirnya mereka yang berkepentingan secara perlahan-lahan beralih
mempergunakan teknologi yang baru, maka perusahaan akan secara gradual
mulai meninggalkan media konvensional yang cenderung lebih lambat dan
mahal. Contohnya adalah ATM yang dipergunakan oleh industri perbankan yang
masih “co-exist” dengan kehadiran teller dan kantor cabang. Namun di
beberapa tempat dimana pelanggan mulai terbiasa melakukan transaksi melalui
9
10. ATM, maka keberadaan kantor cabang dapat mulai ditiadakan. Melihat
kenyataan ini, maka perusahaan eBusiness yang dapat menyediakan berbagai
cara untuk menunjang pengembangan kanal akses-kanal akses baru akan
memiliki pasar yang relatif besar di industri.
6.Regulation
Dengan berpegang pada prinsip bahwa eBusiness berkaitan erat dengan
serangkaian aktivitas pencarian laba finansial (wealth maximization), maka
pemerintah Indonesia akan mengikuti negara-negara maju lainnya dalam
menerapkan prinsip-prinsip pengaturan (regulasi) eBusiness yang kondusif.
Seperti yang terjadi di Indonesia, eBusiness akan sepenuhnya menjadi tanggung
jawab para pelaku bisnis yang mayoritas dipegang oleh industri swasta. Karena
mekanisme peraturan akan sangat bergantung dan ditentukan oleh mayoritas
pelaku bisnis, maka perusahaan-perusahaan yang sejauh ini bergantung pada
perlindungan pemerintah harus mulai merubah strateginya. Dalam sebuah
arena dimana peraturan akan ditentukan oleh pasar (self regulated market),
maka peluang sukses terbesar hanya akan dimiliki oleh perusahaan-perusahaan
eBusiness yang benar-benar memiliki keuggulan kompetitif (competitive
advantage) dibandingkan dengan para pesaingnya.
7.Organization
Kajian yang mendalam terhadap fenomena eBusiness di tanah air
memperlihatkan bahwa tantangan implementasi konsep baru ini lebih
dikarenakan alasan-alasan sosiologis dibandingkan dengan aspek teknologinya.
Artinya, faktor-faktor budaya, pendidikan, sosial, dan perilaku memegang
peranan penting yang menentukan sukses tidaknya sosialisasi penggunaan
teknologi informasi di dalam perusahaan. Dengan berpegang pada prinsip “old
habit is hard to die” dan “people are hard to change”, maka aspek manajemen
perubahan (change management) harus benar-benar diperhatikan
pelaksanaannya. Kenyataan ini sebenarnya merupakan prospek eBusiness yang
sangat besar untuk digarap, karena terbukti bahwa mereka yang mampu
10
11. membantu perusahaan untuk dapat secara efektif bertransformasi ke konsep
eBusiness akan dipercaya oleh manajemen dalam mengembangkan konsep
tersebut di perusahaannya. Artinya, peluang besar akan diperoleh oleh
perusahaan yang memiliki pendekatan dan metodologi eBusiness yang sesuai
dengan tantangan sosiologis yang terdapat pada perusahaan-perusahaan
tradisional.
8.Change-Strategy
Transformasi dari model bisnis konvensional menuju eBusiness adalah
permasalahan metodologi perubahan. Perusahaan-perusahaan di negara-negara
berkembang, karena alasan budaya dan aspek-aspek lainnya, lebih memilih
metode evolusi dibandingkan dengan revolusi dalam mengimplementasikan
perubahan tersebut. Yang menjadi pertimbangan utama tidak saja dari segi
efektif tidaknya penerapan konsep baru di dalam organisasi, namun lebih jauh
berkaitan dengan besar-kecilnya resiko yang harus dihadapi perusahaan dalam
masa transisi tersebut (misalnya berkaitan dengan model bisnis baru yang ingin
diimplementasikan). Hal ini berarti merupakan prospek besar bagi mereka yang
memiliki metode penerapan eBusiness secara bertahap, terbukti efektif, dan
memiliki resiko kegagalan yang kecil. Dalam kaitan ini, seringkali perusahaan
eBusiness bekerja-sama dengan perusahaan konsultan manajemen untuk
membangun metodologi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan tertentu.
9.Business-Process
Dari sekian banyak perusahaan eBusiness yang berkembang di tanah air,
terbukti bahwa perusahaan yang sukses ternyata diraih oleh mereka yang
mampu mengawinkan konsep traditional physical value chain (rangkaian proses
bisnis konvensional) dengan virtual value chain (rangkaian proses bisnis virtual).
Di mata pelanggan eBusiness, ada tiga alur yang sangat penting, yaitu alur
produk atau barang yang dibeli, alur informasi dokumen jual-beli, dan alur
pembayaran transaksi. Dapat dilihat di sini bahwa alur produk atau barang
biasanya ditangani oleh rangkaian proses bisnis konvensional (gudang dan
11
12. distribusi), sementara untuk alur informasi dan pembayaran ditangani secara
virtual (melalui internet). Untuk dapat sukses, perusahaan harus handal dalam
menangani ketiga alur entiti tersebut. Prospek besar tersedia bagi mereka yang
memiliki produk atau jasa berkaitan dengan penggabungan traditional physical
value chain dengan virtual value chain seperti yang dikemukakan di atas.
10. System Approach
Aspek terakhir yang tidak kalah pentingnya untuk dipertimbangkan adalah
kenyataan bahwa eBusiness baru dapat berkembang jika komponen-komponen
lain dalam lingkungan sistem eBusiness turut tumbuh dan berkembang secara
serentak. Apalah artinya sebuah komunitas internet yang besar dan kebutuhan
transaksi eCommerce yang tinggi misalnya, namun tidak dibarengi dengan
kesiapan infrastruktur, ketersediaan hukum, dan jaminan keamanan yang
memadai bagi para pelaku eBusiness. Dengan kata lain, kesempatan berbisnis
masih terbuka lebar bagi mereka yang dapat menutupi kepincangan-
kepincangan perkembangan sistem eBusiness secara keseluruhan ini, terutama
yang menyangkut mengenai infrastruktur dan suprastruktur eBusiness di
Indonesia.
Untuk mewujudkan 10 prospek tersebut, Mohan Sawhney & Jeff Zabin dalam
O’Brien & Marakas (2008) mengatakan bahwa kita perlu mengembangkan enterprise
application architecture, yang pada gilirannya akan menjadikannya sebagai pondasi
terhadap pengembangan Enterprise Resource Planning (ERP), Supply Chain
Management (SCM), Customer Relationship Management (CRM), Partner Relationship
Management (PRM), dan Knowledge Management.
3.1 Cross Functional Enterprise System
Dalam pengembangan cross functional enterprise system, e-business menjadi
sarana utama dan sebagai strategi menggunakan informasi teknologi untuk berbagi
sumber – sumber informasi dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari proses
12
13. bisnis dan mengembangkan strategi keterhubungan antara pelanggan, suplier, dan
partner bisnis.
Layaknya seperti intranet, melalui sistem ini, masing – masing bagian dalam
perusahaan dapat berbagi informasi sehingga mampu meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dari proses bisnis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amor dalam Rauseo
(dalam Frisyalina, 2011) yang menyatakan bahwa e-business merupakan integrasi dari
proses – proses bisnis, aplikasi – aplikasi perusahaan, dan struktur dalam organisasi
untuk menciptakan performansi yang tinggi dari bisnis model serta proses penciptaan
business value.
Sebagai lustrasi, Bagian HRD dan Sales-Distribution dapat memperoleh
informasi dari bagian Manufacturing tentang kondisi kinerja produksi, begitu pula
sebaliknya. Kondisi inilah yang mempercepat arus informasi antar unit. Hal ini sesuai
dengan hasil rriset yang telah disampaikan oleh Mita (2007) bahwa kurang lebih 40%
dari biaya total perusahaan habis dialokasikan untuk mengurusi hal-hal yang berkaitan
dengan lalu lintas informasi secara konvensional.
Cross functional enterprise application mampu untuk mengembangkan
keterhubungan dengan pelanggan, suplier, dan partner bisnis Hal inilah yang telah
dikatakan oleh Mohan Sawhney & Jeff Zabin dalam O’Brien & Marakas (2008) bahwa
enterprise application architecture menjadikannya sebagai pondasi terhadap
pengembangan Enterprise Resource Planning (ERP), Supply Chain Management (SCM),
Customer Relationship Management (CRM), Partner Relationship Management (PRM),
dan Knowledge Management.
3.1.1 Enterprise Resouce Planning (ERP)
Zeplin Tarigan (2006) menyatakan bahhwa ERP telah berkembang sebagai alat
integrasi, memiliki memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan semua aplikasi
perusahaan ke pusat penyimpanan data sehingga mudah untuk diakses oleh semua
pihak yang membutuhkan. Hal ini memungkinkan terjadinya integrasi pada semua
bagian atau departemen dan fungsi dalam perusahaan melalui suatu sistem informasi
yang terkomputerisasi. Juga berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Warta
13
14. Ekonomi dalam Zeplin Tarigan (2006) dinyatakan bahwa 78,8% dari perusahaan –
perusahaan di Indonesia yang menjadi responden tidak ragu – ragu menyebutkan
bahwa pemanfaatan aplikasi ERP mampu meningkatkan produktivitas perusahaan.
O’Brien & Marakas (2008) mengelompokkan aktivitas ERP menjadi lima
komponen utama, yaitu: Fungsi logistik, manufaktur/ produksi, sumber daya manusia,
distribusi, serta akutansi keuangan. Hal ini ditunjukkan oleh gambar berikut
Gambar 4 Aktivitas ERP
Dimana masing – masing aktivitas ERP dibuat dalam bentuk modul.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada umumnya, dalam proses
implementasi tidak membeli seluruh modul ERP. Hal ini disebabkan selain mereka
hanya focus pada core business dan efisiensi biaya. Bilapun ada kebutuhan tambahan
modul, biasanya melakukan pengembangan secara internal. Yaitu dimana software
/feature yang dibuat sendiri (customize) akan diintegrasikan dengan ERP itu sendiri.
Tentu saja, pencapaian kesuksesan implementasi ERP dipengaruhi oleh banyak
faktor. Menurut Penelitian Albert (2005) dalan Zeplin Tarigan (2006) menemukan
biaya, jadwal dan tujuan merupakan faktor yang berpengaruh. Begitu pula dengan
penelitian yang dilakukan Yajiong Xue, et al (2005) mengatakan bahwa budaya
organisasi, lingkungan organisasi, faktor teknis dan hubungan jaringan yang baik
merupakan faktor sukses implementasi ERP. Yahaya Yusuf, et al (2006) mendapatkan
faktor sukses yakni : dukungan manajemen puncak, penggunaan biaya dan waktu,
perbedaan budaya, faktor teknik, tenaga ahli, dan ketidaksiapan perusahaan.
14
15. Sedangkan penelitian Elisabeth J. Umble, et al (2003) mengemukakan faktor
kesuksesan implementasi ERP antara lain memahami tujuan dari strategi organisasi,
komitmen manajemen puncak, manajemen proyek baik, perubahan manajemen
organisasi, kemampuan tim yang terbaik, akurasi data, pendidikan dan pelatihan yang
ekstensif, serta fokus pengukuran kinerja ERP.
Hong dan Kim (2002) mengemukakan bahwa data, proses dan pengguna adalah
sebagai faktor tetap suksesnya implementasi ERP, sedangkan adopsi ERP, proses
adopsi, resistensi organisasi merupakan faktor sukses yang dapat berubah dalam
implementasi ERP. Penelitian lain Zhe Zang, et al (2005) menyatakan kesuksesan ERP
ditentukan oleh faktor organization environment, user environment, system
environment dan vendor environment.
Dari hasil penelitian itu semua dapat disimpulkan bahwa dinamika penerapan
e_business di Indonesia, khususnya ERP menurut Zeplin Tarigan (2006) adalah Kinerja
perusahaan akan meningkat bila Implementasi ERP pada perusahaan berhasil yang
sangat tergantung kepada tim proyek yang disebut dengan key user, karena mereka
yang akan menentukan keberhasilan implementasi ERP melalui Effective design of
business process, menyusun dan membuat serta menetapkan Product Data
Management ERP, mengarahkan Vendors and Consultant, menyesuaikan kondisi
teknologi ERP dengan kondisi nyata (Customize product ERP), dan melakukan
pelatihan terhadap End User.
Dan ketika ERP berjalan dengan baik, maka menurut Gruver dkk (1998) dalam O’Brien
& Marakas (2008) menyatakan beberpa fungsi dari ERP, yaitu:
1. Kualitas dan efisiensi
ERP menyediakan suatu framework untuk mengintegrasikan dan
meningkatkan bisnis proses internal perusahaan yang berdampak pada
kualitas dan efisiesi dari customer service, produksi dan distribusi.
Beberapa perusahaan multinasional di Indonesia, telah menikmati manfaat
ini. Karena interaksi mereka dengan berbagai afiliasi dibelahan bumi lainnya
terlaksana dengan jauh lebih efektif dan efisien.
15
16. 2. Mengurangi biaya
Banyak perusahaan melaporkan penurunan biaya yang signifikan dari
transaksi, software, dan staff IT setelah menggunakan ERP dibandingkan
pada saat menggunakan legacy system yang tidak terintegrasi.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia yang memiliki banyak cabang di
berbagai kota yang tersebar dari Sabang hingga merauke, menjadi lebih
hemat dalam Reduction Program. Karena ERP memungkinkan pengiriman
laporan dan progress aktivitas menjadi lebih cepat tanpa dipengaruhi lokasi,
sehingga mengurangi biaya transportasi dan hemat waktu.
3. Decision Support
ERP menyediakan crossfunctional information dengan cepat kepada
manager, sehingga mampu untuk meningkatkan kemampuan pengambilan
keputusan mereka menjadi lebih cepat dan baik.
ERP memberikan data – data lebih cepat karena terjadinya integrasi di
beberapa bagian perusahaan. Hal ini menyebabkan proses pengambilan
keputusan menjadi lebih cepat dan akurat. Pernah terjadi sebuah
perusahaan Fast Moving Consumer Good yang berskala internasional,
menjadi lebih progresif dalam penetrasi penjualannya, dimana berhasil
Growth 20% dari volume penjualannya yang diatas 2 trilyun.
3.1.2 Supply Chain Management (SCM)
O’ Brien & Marakas (2008) menyatakan bahwa tujuan dari SCM adalah untuk
mengefisienkan proses tersebut dengan peramalan permintaan, kontrol persediaan,
meningkatkan hubungan busnis dengan pelanggan, supplier, distributor, dan pihak
lainnya serta menerima feedback semua status dari link supply chain. Karena Supply
Chain membantu perusahaan untuk memperoleh produk yang tepat ke tempat yang
tepat, pada waktu yang tepat dengan kuantitas yang tepat dan harga yang
terjangkau. Dari hal yang telah disebutkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
Supply Chain Management (SCM) adalah cross functional enterprise system yang
16
17. menggunakan sistem informasi untuk mendorong dan menjaga hubungan beberapa
bisnis proses penting , dan pihak – pihak seperti supplier, pelanggan dan partner
bisnis. O’ Brien & Marakas (2008) menyatakan bahwa banyak perusahaan
menggunakan teknologi internet untuk menciptakan sistem e-business SCM yang dapat
mempersingkat proses supply chain tradisional. Adapun ilustrasi penggunan SCM dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5. Supply Chain Management
Gambar berikut mengilustrasikan supply chain life cycle dan functional SCM process
dengan menggunakan teknologi internet dan software SCM. Selain itu, menunjukkan
bagaimana banyak perusahaan saat ini melakukan reengineering terhadap proses
supply chain dengan menggunakan teknologi internet dan software supply chain
management sehingga mampu mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi, dan
memperbaiki supply chain cycle times.
Saat ini, penggunaan SCM bagi beberapa perusahaan negara – negara
berkembang, termasuk Indonesia saat ini masih sangat terbatas. Bahkan ada beberapa
17
18. perusahaan Oli & Gas yang juga multinasional pun, belum menerapkannya. Karena
sepengetahuan penulis, baru perusahaan CJS (perusahaan multinasional pakan ternak
dari korea) yang sudah menerapkannya. Menurut analisa penulis, di Indonesia, konsep
Procurement / purchasing Strategic belum menjadi fokus utama strategis bagi para
CEO. Para konsultan manajemen pun juga belum ada yang fokus (spesialisasi) pada
strategi tersebut. Namun Berbeda dengan lembaga negara, dimana mereka diwajibkan
untuk transparansi dalam tender serta mengurangi KKN, maka e-procurement menjadi
kewajiban yang harus dijalankan. (karena sudah ada UU yang mengaturnya).
Menurut O’Brien & Marakas (2008) menyatakan bahwa fungsi SCM dapat dibagi
menjadi:
1. Planning
Fungsi ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Supply chain design
Sistem supply chain mampu meningkatkan hubungan antara supplier,
pabrik dan pihak distributor. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki
kemudahan untuk terhubung satu sama lainnya, baik itu dalam bentuk
permintaan produk, distribusi, dan lain-lain.
b. Collaborative demand & supply planning
Sistem memungkinkan perusahaan untuk melakukan estimasi dari
kebutuhan pelanggan sehingga dapat dilakukan perencanaan, dan
manajemen inventori.
2. Execution
a. Material management
Sistem SCM memungkin perusahaan untuk melakukan beberapa hal,
diantaranya:
• Berbagi informasi inventori serta status informasi pengadaan dari
pusat dan cabang.
• Memastikan material yang dibutuhkan untuk produksi tersedia
pada tempat dan waktu yang tepat.
• Mengurangi pengeluaran bahan baku, biaya pengadaan, safety
18
19. stocks, serta persediaan bahan baku dan barang jadi
b. Collaborative manufacturing
Perusahaan mampu untuk mengadakan perencanaan dan penjadwalan
berdasarkan sumber daya, bahan baku, dan hal – hal lain yang
mempengaruhi.
c. Collaborative fulfillment
• Commit to delivery dates in real time
Perusahaan mampu menyediakan serta pengiriman yang real time
d. Suply chain management
• Memonitor setiap langkah dalam proses supply chain, mulai dari
harga hingga saat pelanggan menerima produk, serta memberikan
tanda saat terjadi masalah.
Sistem memungkinkan untuk monitoring setiap langkah dalam
supply chain,baik itu mulai dari pengadaan bahan baku, produksi,
hingga proses distribusi.
e. Supply chain performance management
• Menyediakan laporan dari supply chain, seperti filling rate, order
cycle times, dan kapasitas utilisasi.
3.1.3 Customer Relationship Management (CRM)
O’Brien & Marakas (2008, dalam Frisyalina 2011) menyatakan bahwa banyak
perusahaan yang mengimplementasikan CRM untuk memperbesar peluang sukses di
lingkungan bisnis yang kompetitif.
CRM menggunakan teknologi informasi untuk untuk menciptakan cross
functional Enterprise system yang mengintegrasikan proses pelayanan pelanggan
dalam penjualan, pemasaran, dan customer service yang berinteraksi dengan
pelanggan perusahaan.
a. Contact & Account Management
O’Brien (2008) menyatakan bahwa Software CRM membantu perusahaan dalam
bidang penjualan, pemasaran, dan bagian pelayanan untuk memiliki dan
19
20. menelusuri data dari pelanggan. Informasi dapat berupa nomor telepon, fax,
email, kontak pribadi, dll. Sistem CRM menyimpan data pelanggan dan
memungkinkan untuk dapat diakses melalui internet, intranet, atau jaringan
lain untuk penjualan, pemasaran, dan aplikasi lain.
b. Sales
CRM membantu perusahaan dalam meningkatkan Penjualan dan penawaran
product atau services lainnya.
c. Marketing & Fulfillment
Sistem CRM membantu bagian marketing untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran langsung, serta menyimpan data respon dari pelanggan atas
penawaran yang dilakukan dan prose’s pelayanan yang telah dideliver.
d. Customer service & Support
Sistem CRM membantu manajer customer service secara cepat membuat,
menunjuk, dan mengelola permintaan layanan. Software helpdesk membantu
bagian call centre untuk membantu pelanggan yang mempunyai masalah
dengan suatu produk atau layanan dengan cara menyediakan data layanan yang
relevan dan usulan bagi pemecahan masalah.
e. Retentions & Loyalty Programs
Program retensi dan menjaga loyalitas pelanggan akan menjadi begitu mudah
dengan adanya CRM, karena semua catatan aktivitas bersama customer
tercatat dan datana menjadi referensi utama dalam pengelolaannya.
Hampir semua perusahaan skala menengah keatas di Indonesia yang pernah penulis
temui sudah menerapkan CRM ini. Karena ini adalah software utama dalam mengelola
customer.
20
21. 4.1.4 Knowledge Management
Salah satu penyebab utama lambatnya pembangunan di Indonesia serta masih
rendahnya nilai Human Development Index adalah masih rendahnya implementasi
Knowledge management. Bila pun ada, masih pada dataran Document Management
saja. Dengan Implementasi Knowledge Management dengan menggunakan aplikasi e-
business, maka (disebut dengan Knowledge Management System) akan mempermudah
proses pengelolaannya.
Menurut Yodhia (2008, dalam Soleh 2010) ada beberapa langkah efektif dalam
mengembangkan Knowledge Management System.
1. Langkah yang pertama adalah membangun apa yang bisa disebut sebagai Portal
Pengetahuan secara internal (intranet knowledge portal). Dalam portal yang bisa
diakses oleh setiap anggota perusahaan inilah, disusun beragam folder dan menu
pengetahuan yang relevan. Isinya bisa menyangkut artikel-artikel tentang manajemen
praktis; paper mengenai dinamika industri bisnis yang digeluti; materi-materi
pelatihan internal; ataupun juga berupa paper pengalaman dari karyawan perusahaan
tersebut dalam mengerjakan sebuah projek tertentu.
2. Langkah kedua adalah dengan mentradisikan semacam pertemuan Knowledge
Sharing Session. Sharing session ini bisa dilakukan secara corporate-wide, atau
dilakukan per departemen/divisi. Bisa dilakukan dengan mengundang narasumber dari
luar atau internal. Materinya bisa berupa pengetahuan manajemen praktis ataupun
pengalaman karyawan dalam mengerjakan sebuah tugas/projek. Hasil sharing session
ini kemudian juga bisa di-upload ke Portal Pengetahuan, sehingga setiap karyawan
bisa mengakses materinya. Knowledge sharing session ini akan sangat bermanfaat
dalam menggali dan mendistribusikan potensi pengetahuan yang ada dalam diri setiap
karyawan perusahaan.
3. Langkah ketiga adalah dengan menerbitkan semacam Online Knowledge Buletin.
Buletin ini dapat diterbitkan sebulan atau dua bulan sekali, dan berisikan update
pengetahuan-pengetahuan mutakhir mengenai manajemen/bisnis ataupun mengenai
dinamika industri yang ditekuni oleh perusahaan tersebut.
21
22. 3.1.5 Partner Relationship Management (PRM)
Ada hasil riset yang menarik dari The Accenture Consulting, bahwa di tahun
2010, 65% revenue pada 2000 perusahaan internasional di pengaruhi oleh mitra kerja
tidak langsung. Hal ini menunjukkan bahwa mengelola mitra kerja sangatlah penting.
Bahkan PT Toyota Astra Motor Tbk, memiliki program khusus yang intensif dalam
membina para mitra kerjanya. Bahkan ada program konferensi internasional untuk
para mitra kerja Toyota.
Sepengetahuan penulis, hingga saat ini belum menemuka perusahaan yang
telah menjalankan program Partner Relationship Management (PRM) secara khusus.
Bahkan belum ada perusahaan pembuat software di Indonesia yang telah membuat
program Partner Relationship Management (PRM) sebagai software yang berdiri
sendiri. Bilapun ada lebih cenderung masuk di e-procurement.
22
23. BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
1.1 Kesimpulan
Penerapan E-Business membantu prose’s pengembangan cross functional
enterprise system, sehingga penggunaaan informasi teknologi untuk berbagi sumber –
sumber informasi dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari proses bisnis dan
mengembangkan strategi keterhubungan antara pelanggan, suplier, dan partner
bisnis. Hal ini merupakan prose’s dari implementasi Enterprise Resource Planning
(ERP), Supply Chain Management (SCM), Customer Relationship Management (CRM),
Knowledge Management, dan Partner Relationship Management (PRM).
Dan menurut pengalaman penulis, beberapa perusahaan di Indonesia cenderung
masih mengalami beberapa kegagalan atau rework dalam penerapan e-business yang
disebabkan oleh :
1. Tidak menggunakan Project Management yang benar dalam mengelola
proyek tersebut
2. Key User tidak kompeten pada bidang tersebut
3. Tidak memiliki Sense of urgency to develop
4. Dukungan dari Board of Director (BOD) yang masih setengah hati (terkadang,
antar Direktur masih belum selaras untuk mendukung penerapan e-business
tersebut)
5. Penggantian Tim key User yang disebabkan banyak hal. Semisal, resign,
pimpinan mengganti perwakilan Key User dari department nya, atau adanya
mutasi-rotasi)
6. Knowledge Management yang belum berjalan dengan efektif.
7. Reward dan punishment yang berlaku cenderung tidak mendukung
penerapan dan penggunaan e-business tersebut.
1.2 Saran
Adapun saran dari penulisan paper ini dalam penerapan e-business di Indonesia
23
24. adalah:
1. Perlunya penerapan Project Management yang benar dalam mengelola
proyek e-business tersebut
2. Key User harus detraining agar kompeten pada bidang tersebutdan adanya
aturan tertulis yang mengikat implementasinya.
3. Setiap key user dibangun Sense of urgency to develop
4. Perlunya penyamaan persepsi dan keselarasan strategi dan kebijakan antar
Board of Director (BOD).
5. Penerapan Knowledge Management dalam setiap prose’s implementasinya .
DAFTAR PUSTAKA
Accenture 2010. Partner Relationship Management Quick start tools FInal.
www.accenture.com (diakses pada 13 Juli 2011).
Frisyalina, et all, 2011. Penerapan E-business PT Telkomsel. MB IPB. Bogor
Iptaria, Riry. 2006. Evaluasi Implementasi E-Business. FASILKOM UI
http://dasmitz.blogspot.com/2007/12/10-prospek-e-business-di-indonesia.html
O’Brien & Marakas. 2008. Management Information System. McGraw Hill
Soleh, Mohamad. 2010. Implementasi Corporate Performance Management barbasis
Knowledge Management. MB IPB, Bogor.
Zeplin Tarigan, ZeplinJiwa Husada. 2006. Pengaruh Key User, Terhadap Kinerja
Perusahaan Pada Implementasi Teknologi Enterprise Resource Planning.
Program Doktoral Ilmu Manajemen Universitas Brawijaya Malang.
24