SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 66
PERAN DAN KONSEP SEORANG GURU 
• Interaksi pertama proses perkembangan manusia tidak akan pernah bisa lepas dari 
peran dan konsep seorang guru. 
• Guru berperan dalam mewarnai corak pemikiran, gaya hidup, dan perilaku, 
• Tahap pengambilan keputusan sekalipun seseorang tiada akan pernah bisa lepas dari 
pengaruh seorang guru. 
• Asumsi di atas tidak selamanya benar jika kita jauh sebelumnya mampu mengenal dan 
memahami konsep pendidikan dengan baik dan benar serta kritis. 
• Pendidikan merupakan proses yang telah mengakar tajam dalam setiap hubungan dan 
komunikasi seseorang dengan lain orang.
• Tambahan, dalam konsep Islam dikenal dengan guru kedua selain guru utama sendiri 
yang ada di ranah pendidikan formal sekolah maupun madrasah, dialah kedua orang 
tua. 
• Orang tua adalah guru yang kedua namun setelah Alqur’an sebagai guru yang utama 
dalam bahasa ketuhanan, baru setelahnya adalah pengajar di lembaga formal sebagai 
guru yang ketiga. 
• Opini ini tidak lain dimaksudkan untuk mengoptimalkan secara massif atas peran diri 
sebagai personal yang hendaknya senantiasa merespon untuk selalu mencari “guru” 
dalam hidupnya.
• Jika dapat digarisbesarkan akan menemu pada titik aspek pendidikan kehidupan 
berguru pada Alqur’an, 
• Aspek pendidikan kepribadian berguru pada kedua prang tua, 
• Aspek pendidikan pendewasaan berguru pada guru atau pengajar di lembaga 
formal semisal sekolah, madrasah, maupun pesantren. 
• Dari ketiga klasifikasi tentang keguruan di atas, dalam tulisan ini hanya akan 
menyoroti tentang guru kaitannya dengan idealisasi perspektif penullis sendiri 
dalam menghadapi konteks kekinian dan masa depan.
• Hal ini mengingat guru dalam kaitannya di bidang pendidikan merupakan peran vital yang mesti 
dimainkan secara professional, terukur, bertanggungjawab, bermoral, dan mengutamakan 
pada proses daripada sekedar tujuan pragmatis. 
• Namun, sejauh pengamatan penulis aspek-aspek tersebut hanya berlaku di ranah formalitas 
dan terkesan pragmatis. Presumsi ini menjadi maklum ketika di sisi lain tentang sarana dan 
prasarana yang melingkupinya (baca: seperangkat fasilitas, kurikulum, kebijakan pendidikan, 
pengaruh politik dan ekonomi, social-budaya, kuantitas dan kualitas SDM, dan lain-lain) juga 
tengah diserang oleh pengeroposan sistemik untuk tidak mengatakan secara struktural.
• Kenyataan ini menjadi niscaya ketika pada masa kekinian banyak kita dapati 
kesejahteraan guru yang masih ‘jauh panggang dari api’. Dengan kata lain, tujuan 
pemerintah untuk melaksanakan amanat UUD 1945 dan nilai-nilai Pancasila berbanding 
balik dengan implementasi di lapangan yang sedang terjadi. 
• Hal ini bias kita temui dengan banyaknya aksi demonstrasi di sejumlah daerah yang 
dilakukan oleh tenaga guru sendiri dengan turun di jalanan secara langsung menuntut 
sebagian haknya yang diabaikan oleh pemerintah.
• Di sisi lain, ada juga kasus yang bersangkut paut dengan oknum guru secara 
moral melakukan tindak asusila sebagaimana terjadi di kabupaten Jombang, 
JawaTimur beberapa waktu lalu. 
• Segelintir contoh kasus tersebut sedikit banyak berpengaruh pada cara 
pandang murid atau siswa kepada gurunya. 
• Walaupun tindakan yang menyisakan stigma negative tersebut dilakukan di luar 
kelas atau di luar forum pembelajaran formal sebagaimana halnya terjadi 
secara langsung bersama dengan murid.
• Namun, secara tidak langsung, didukung dengan derasnya arus globalisasi dan informasi 
khususnya, siswa sangat mungkin mengkonsumsi mentah-mentah informasi tersebut. 
• Tentunya hal ini berdampak pada psikis dan system motorik siswa untuk kemudian 
meresponnya menjadi sesuatu yang layak ditiru tanpa analisis yang mendalam. 
• Karena telah terpatri dalam benak dan pengetahuan siswa bahwa seperti dalam falsafah Jawa, 
guru adalah ‘orang yang mesti di-gugu (baca: ditaati) dan di-tiru (diteladani). 
• Pada konteks kekinian, seberapa jauh kepatutan guru untuk diteladani siswanya ? Dan 
bagaimanakah upaya untuk menjadi guru yang idealis dalam lintas ruang dan waktu?
• Sudah menjadi sistem keteraturan alam bahwa segala sesuatu yang ada dan 
sedang berjalan di dunia ini selalu ada pihak kedua dalam membantu 
keberlangsungannya. 
• Seperti bulan yang selalu mendampingi bumi untk mengitari matahari. 
• Karena dengan sumber daya gravitasi dan system orbit yang mengatur 
peredaran bumi dan benda-benda planet lainnya sampai kini berhasil menjaga 
keteraturan.
• Hubungan antar kedua relasi maupun lebih tersebut bias disebut dengan 
berguru, dari sesuatu yang paling kecil sampai sesuatu benda yang paling 
besar. 
• Karena di dalamnya ada proses-proses positif, seperti: hubungan transformasi, 
keteraturan, kekompakan, keberlangsungan, kebermanfaatan, pengetahuan dan 
keilmuan, serta kemajuan pada tindak lanjutnya.
• Perilaku alam semesta tersebut selama ini sadar atau tidak- juga telah mutlak terjadi 
dalam diri seseorang dan personal lainnya paling tidak yang menurut istilah penulis 
disini adalah disebut pendidikan. 
• Ya, pendidikan telah mendarah-daging di sekitar kita bahkan sejak kita masih dalam 
kandungan sudah mendapatkannya. 
• Proses ketika seorang ibu selalu memakan makanan yang bergizi dan sehat, ketika 
sang ayah pun berperilaku lemah lembut kepada istrinya yang sedang hamil, adalah 
sama-sama berorientasi pada perkembangan anak atau janin yang masih dalam 
kandungan.
• Dalam tradisi agama-agama, termasuk disini Islam, bahkan nilai pendidikan 
secara spiritual ditujukan kepada orang yang telah mati sekalipun. 
• Sebagaimana terjadi dalam prosesi pemandian jenazah, pensalatannya, hingga 
pemakamannya semuanya dilakuakan dengan khidmat dan tulus ikhlas dari 
orang-orang diluar diri jenazah tersebut. 
• Dalam terminologi pendidikan itu sendiri, ada konsep yang disebut dengan guru 
dan murid.
• Mereka bias juga berperan untuk merepresentasikan fungsi-fungsi 
dan system yang selama ini berlaku di alam. 
• Ketika seorang murid membutuhkan perlindungan maupun asupan, 
itu menandakan akan ketidakberdayaan dirinya. 
• Begitu juga ketika ada respon dari sesuatu di luar dirinya yang 
dengan langsung menjaga dan melindungi bahkan membimbing 
dirinya hingga menjadi sesuatu yang lebih baik, itulah fungsi yang 
sama halnya diperankan oleh guru. 
• Proses pembentukan karakter dan kepribadian seseorang 
memang tidak bisa lepas dari hasil interaksi antara makhluk yang 
satu dengan yang lain.
• Karena berpegang pada satu prinsip bahwa Dzat yang sama sekali tidak 
membutuhkan dengan lain itulah Sang Khalik. 
• Bahkan tak terkategori semua jenis dan macam makhluk dengan berbagai 
tipenya mesti memerlukan –paling tidak- pengaruh dari sesuatu di luar dirinya, 
baik secara sengaja maupun tidak sengaja. 
• Hal semacam ini bisa kita lihat dalam perilaku alam di sekitar kita, ketika 
tumbuhan mulai mekar dan mengarahkan daunnya menuju sinar matahari 
karena ia tertarik dengan sinar yang menjadi sumber pemanasan klorofilnya, 
ketika air mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang rendah, bahkan 
ketika bebatuan yang keras pun mampu terkikis sedikit demi sedikit karena 
adanya perubahan dari pergerakan air yang menerjangnya maupun udara dan 
angin yang menimpanya.
• Penggambaran dari deskripsi di atas adalah beberapa nilai yang terkandung dalam usaha 
mempertahankan hidup yang panjang. 
• Karena pada era yang serba tidak menentu ini ketahanan materi bukanlah lagi menjadi penentu 
maupun pelindung seseorang dari derasnya arus globalisasi. 
• Jika demikian halnya yaitu pemenuhan kebutuhan hanya dengan materi, maka semacam itu tidak ada 
bedanya dengan seekor hewan yang belum tentu bisa membedakan baik buruknya kandungan 
makanan yang akan dimakannya. 
• Dalam arti lain tidak memperhitungkan secara cermat resiko yang akan terjadi di masa yang akan 
datang.
Kembali pada nilai-nilai yang dapat diambil dari kisah alur perjalanan tersebut dan 
analoginya dapat kita runut sebagai berikut: 
1) Ada dan keberadaaan orang selalu dipengaruhi oleh tangan lain; 
2) Ada system di luar diri yang cenderung lebih potensial daripada yang ada dalam 
diri; 
3) Relasi yang dibangun antara pengubah dan yang diubah adalah antara subjek 
dan objek, 
dimana keduanya saling bertukar peran yang sama sekaligus –walaupun “yang 
diubah” dituntut untuk lebih aktif;
4) Keberanian untuk keluar dari “kotak” kebiasaan yang menjemukan dalam upaya tetap 
membentuk keteraturan; 
5) Kreatifitas yang “gila” dalam upaya mempertahankan keberlangsungan; 
6) Adanya proses reseptasi dan akomodasi atas segala fenomena yang selalu berubah 
sebagai bagian dari transformasi; 
7) adanya sense untuk selalu menemukan kebaruan dalam hidup diiringi dengan target dan 
sasaran tertentu untuk perbaikan langkah selanjutnya.
• Di tengah himpitan ekonomi, dekadensi moral, instabilitas politik kebijakan, 
inkonsistensi pemerintah, pergeseran budaya, benturan social, dan banyak 
factor lainnya, pilihan menjadi guru merupakan tantangan tersendiri. 
• Banyak sekali baik factor internal maupun eksternal yang menggelayuti cita-cita 
menjadi guru sejati yang sebenarnya juga berperan penting dalam 
partisipasi memajukan kecerdasan anak bangsa.
• Dalam segaris horizontal, segenap problematika dan dilematika tersebut 
merupakan turunan dari dampak negatif arus globalisasi yang kurang tepat 
dalam penyikapan seorang guru. 
• Poin ini sangat penting mengingat keterlibatan aktif guru dalam proses 
transformasi pengetahuan, keilmuan, dan pencitraan kepada anak didik 
semenjak kecil.
• Karena masa kecil bagi peserta didik merupakan masa yang sangat labil dalam hal 
penerimaan informasi dan data yang akhirnya menjadikan karakternya di masa 
mendatang berujung pada satu catatan; bahwa apapun profesi dan cita-cita anak didik 
nanti tetap morallah yang menjadi taruhan yang sangat mahal untuk merespon krisis 
karakter seperti terjadi dalam watak birokrasi saat ini. 
• Apa yang dilakukan guru saat ini mestilah menjadi langkah awal untuk jangka panjang 
termasuk dalam mengatasi kebiasaan korupsi, dampak buruk narkoba, dan kasus 
dekadensi moral lainnya.
• Sehingga untuk saat ini, sebuah cita-cita harus dibangun dari keadaan yang 
lebih daripada sekarang. 
• Dalam bahasa saya, saatnya menjadi gurunya guru! Bukanlah sebuah arogansi 
yang ingin disiratkan dari ambisi di atas, namun sebuah pretensi dalam rangka 
mengatasi segenap tantangan dan kendala yang telah penulis sebutkan panjang 
lebar di atas.
Adapun tindakan yang mesti dilakukan untuk menjadi 
gurunya guru 
(1. Pembasisan pada pengetahuan budaya lokal ) 
• Budaya merupakan seperangkat sumber budi dan daya dalam diri seseorang. 
Fokus awal pada sense ini sama halnya berusaha mengenal mereka secara utuh 
dari aspek antropologi. 
• Dalam budaya telah terkandung aspek norma, adat istiadat, hukum, dan 
peraturan yang tidak tertulis namun spontan jika kita ajak bersama untuk 
mengungkapkan. 
• Selain budaya memang sesuatu yang sensitive, sehingga jika kita tunjukkan 
perhatian kita pada wilayah ini, tentu kita akan mendapatkan respon balik yang 
positif dari siswa jika kita berhasil menyampaikannya dengan benar dan sesuai 
pada tempatnya. 
•
• Hal ini dapat kita wujudkan dengan mendukung secara konsisten pada porsi mata pelajaran budaya 
maupun muatan local. 
• Bisa juga dengan menyanyikan lagu daerah setelah sebelum memulai pelajaran setiap harinya 
Termasuk disini adalah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya untuk memupuk rasa 
nasionalisme. 
• Juga dengan menyanyikan lagu daerah masing-masing daerah secara bergantian dalam tiap harinya. 
• Misalnya hari Senin lagu nasionalisme seperti: Syukur, Ibu Kita Kartini, dan lain-lain. Hari Selasa untuk 
lagu daerah Jawa, Rabu lagu Irian Jaya, Kamis lagu daerah Kalimantan, dan menyusul hari dan lagu 
berikutnya. 
• Berdasarkan pengalaman penulis, metode seperti ini belum pernah dilakukan di lembaga formal 
setingkat sekolah SD – SMP.
2. Sublimasi keagamaan yang mencerahkan 
• Selama ini mungkin yang kita rasakan tentang pendidikan agama adalah suatu pengetahuan yang 
‘taken for granted’. 
• Keadaan dan keberadaannya merupakan sesuatu yang sudah terdoktrin untuk kita terima apa adanya 
tanpa ada upaya membangun konstruksi pemikiran yang mencoba menjelaskan dari dasarnya dan 
pembuktiannya. 
• Kondisi semacam ini menjadi semakin terkondisikan ketika didukung dengan psikologi perkembangan 
anak khususnya pada usia SD terhadap agama adalah bersifat reseptif. 
• Artinya penerimaan dan kepatuhannya terhadap agama merupakan sesuatu yang palsu dan rentan 
terjadi distorsi sikap pada tahap dewasanantinya.
• Tak pelak lagi, kegelisahan ini menjadi problem kedua bagi penulis untuk 
mengidealkan gurunya guru dalam konteks kekinian. 
• Pengalaman penulis dalam proses pendidikan keagamaan secara klasikal hanya 
mampu membenamkan pengetahuan agama di ranah kognisi saja. 
• Dalam bahasa psikologi adalah tahap pra-konvensional. 
•
• Adapun efek paling peka aspek keagamaan ini pun mencapai tahap konvensional, yaitu 
dimana anak didik merasa berharga dan dihargai oleh orang lain terutama gurunya 
sendiri ketika ia mampu mempraktekkannya di hadapan orang tua, tentunya dengan 
mengharap pujian dan sanjungan semata. 
• Walaupun memang dampak dari sikap keagamaan tingkat anak ini tidak begitu 
mengkhawatirkan di masa muda, namun kemungkinan besar akan terjadi sikap untuk 
menunjukkan pemberontakan maupun distorsi seiring pada usia remaja kelak.
• Dalam rangka inilah pola pendidikan keagamaan dilaksanakan secara motorik 
dan psikomotorik melalui proses rasionalisasi yang panjang dan argumentasi 
yang valid. 
• Konstruk nalar bertanya siswa mesti dipancing dari persoalan yang sederhana 
dan pencapaian pada jawaban yang sederhana pula namun melekat kuat dalam 
hati dan perasaan siswa, dan bukan sekedar pada akal.
• Satu misal, selain dengan memberikan materi salat jenazah di kelas dan praktek 
di laboratorium agama dengan menggunakan boneka mayat sebagai model, 
siswa juga perlu kita ajak mengadakan kunjungan takziyah langsung ke rumah 
duka jika ada salah satu keluarga besar sekolah maupun murid yang meninggal 
dunia. 
• Dari sini hendaknya pengetahuan agama menjadi sesuatu yang konkrit dihadapi 
meskipun abstrak untuk dipahami dalam tahap awal. Pun antara kognisi, 
motorik, dan psikomotorik siswa akan bekerja efektif.
3.Pembelajaran yang kreatif dan tepat guna 
• Situasi kreatif merupakan bagian dari cara persuasive kepada siswa. Karena 
karakter kreatif itu sendiri sebenarnya sudah melekat pada usia anak SD / SMP 
berawal dari sikap keingintahuan. Namun pun demikian antara keingintahuan 
dan respon kreatif mesti di tempatkan pada tempatnya. 
• Salah satu contoh dalam hal ini adalah dengan pembelajaran mata pelajaran 
jual beli yang juga dapat diselesaikan langsung dengan praktek dan pengamatan 
terjun di lapangan semisal pasar, took, warung, mal, dan sebagainya.
• Atau juga pembelajaran menggambar maka yang guru arahkan adalah bukan 
semata menggambar gunung sebagaimana terbenam dalam benak siswa bahwa 
pemandangan adalah gunung. 
• Namun katakanlah di tengah lingkungan sekolah yang padat penduduk, sedang di 
rundung bencana banjir, di pelosok perbukitan, dan lain sebagainya hendaklah 
menjadi referensi nyata dalam pembelajaran tersebut, khususnya juga 
pelajaran agama.
4. Kesinambungan perkataan dan tindakan 
• Dalam pengajaran kepada siswa, sebaiknya guru tidak sekalipun mengeluarkan 
kata-kata yang bersifat instruktif, namun imitatif. 
• Adalah sebentuk sikap maupun tindakan dengan memberikan contoh langsung 
kepada siswa bahwa perbuatan maupun ucapan sebagai bagian dari penugasan 
kita kepada siswa adalah hal yang sama juga dilakukan oleh guru.
• Semisal ketika menghendaki siswa untuk sekali waktu melaksanakan salat Dhuha, maka 
yang mesti dilakukan guru adalah dengan bersama-sama melakukan salat itu sendiri, 
bahkan tidak hanya berposisi menjadi imam, kesempatan menjadi imam mesti juga 
dipersilahkan kepada salah seorang siswa yang patut. 
• Pun dalam konteks di luar kelas, ketika guru tidak menghendaki muridnya merokok, 
maka guru mesti juga tidak melakukan hal yang sama khususnya jika bertemu dengan 
siswa walaupun itu di luar jam pelajaran maupun luar lingkungan sekolah.
5.Penguasaan IT dan pencitraan positifnya 
• Sudah menjadi maklum bahwa globalisasi menawarkan dua sisi yang saling bertolak belakang dalam 
hal kamanfaatan dan kemudharatan. 
• Disinilah peran guru seharusnya secara maksimal berperan. 
• Jika dalam suatu sekolah sudah tersedia misalkan hotspot area ataupun laboratorium computer yang 
terkoneksi dengan jaringan internet, maka semestinya ruang kebebasan dan kreatifitas siswa dalam 
akses penggunaannya kita maksimalkan dengan pendampingan yang lebih maksimal pula. 
• Tentunya dunia anak penuh dengan hal-hal yang menyenangkan dalam imajinasi mereka, khususnya 
ketika dihadapkan pada layar internet, entah itu sebenarnya negative atau tidak, seperti: game play-station, 
situs porno, Facebook, situs berbau SARA, dan sebagainya.
• Untuk menghadapi gempuran program yang menggiurkan tersebut, guru tidak harus melarang atau 
reaktif, namun cukup dengan sikap preventif yaitu justru dengan cara kita mengenalkan, tentunya 
tetap dengan unsure-unsur yang positif. 
• Misalnya dengan mengenalkan game yang edukatif, pembuatan komunitas belajar di Facebook, 
penugasan berbasis email, publikasi karya melalui blogspot, juga pengenalan situs-situs yang 
bermanfaat sebanyak mungkin. 
• Sehingga dengan cara ini diharapkan siswa akan sibuk dengan hal-hal yang positif ketika berhadapan 
dengan dunia TI, termasuk disini adalah menyediakan buku pedoman TI yang sangat lengkap dan 
mendukung.
6.Menjadikan kelas sebagai ruang kuasa siswa 
• Dalam pengertian ini adalah memberikan kesempatan seluas—luasnya kepada siswa 
untuk belajar. 
• System pembelajaran tidak hanya ceramah ansich, namun lebih pada berangkat dari 
kegelisahan siswa dan guru hanya berfungsi mengantarkan pada pemahaman yang 
memadai serta tidak perlu menyamakan pemahaman pada hasil akhirnya. 
• Jadi cara ini bertumpu pada siswa misal dengan forum Focus Group Discussion, 
brainstorming, study-ckub, dan lain sebagainya.
7.Masifikasi dialektika dan karya nyata 
• Cara ini merupakan salah satu cara untuk memberikan respon terbaik kepada siswa terhadap apa yang 
telah dilakukannya bersifat positif. 
• Dengan cara seperti ini siswa diharapkan semakin termotivasi dan merasa dihargai atas setiap usaha 
yang telah mereka kerjakan. 
• Misal dalam hal ini adalah dengan mempublikasikan hasil karya tulis mereka baik berupa gambar, cerita, 
maupun kliping berita yang kesemuanya berangkat dari penugasan oleh guru di lapangan yang akhirnya 
berakhir di dinding pajangan maupun blog dan website sekolah. Dengan ini nuansa kompetisi dan apresiasi 
pun akan terbangun dan termotivasi untuk lebih berkarya dengan baik lagi.
8.Membangun relasi makna antara sekolah 
dan 
masyarakat 
• Pengertian konkrit dari langkah ini adalah membangun komunikasi yang massif 
baik antara pihak guru dengan wali / orang tua siswa maupun pihak sekolah 
dengan warga setempat di lingkungan dimana sekolah itu berada. 
• Hal ini sangat perlu untuk dimaksimalkan mengingat kebanyakan waktu siswa 
dalam setiap harinya justru berlangsung di luar sekolah, entah itu di rumah 
maupun di lingkungan masyarakatnya.
• Otomatis guru tidak bisa memantau kegiatan siswa di luar sekolah, sehingga 
perlu dibangun kesepahaman dengan masyarakat luas dalam pendampingan 
sifat dan sikap siswa selama di luar pengawasan sekolah. 
• Termasuk dalam hal ini adalah dalam rangka menghindari prasangka yang 
negative masyarakat terhadap kegiatan yang berlangsung di dalam kelas, 
sehingga keterbukaan informasi dan komunikasi pun terjadi.
9. Komunikasi dan inisiasi horizontal sesama guru 
• Terakhir kali menurut penulis untuk bias memiliki kemampuan maksimal di atas guru yang 
biasa dalam hal kreatifitas adalah dengan saling berbagi kepada sesame guru khususnya di 
lingkungan kerja sendiri. 
• Hal ini sangat penting untuk mendapatkan keseragaman visi dan misi sesuai yang dibangun di 
sekolah dimana kita mengajar. 
• Selain itu, dalam tahap yang lebih maju, perlu diadakan pelatihan maupun seminar yang 
bersifat informal sesama guru dalam rangkan melejitkan kemampuan super masing-masing 
guru. 
•
• Seperti acara workshop, seminar, out-bound, pelatihan motivasi, TI, dan 
sebagainya yang berorientasi pada pengembangan peserta didik dan system 
belajar yang lebih menarik dan update sesuai perkembangan zaman. 
• Demikianlah adalah beberapa poin yang dapat penulis sampaikan apa adany dan 
murni tanpa ada unsure palgiasi dari buku maupun catatan lain selain ide dan 
gagasan penulis sendiri didasarkan pada pengalaman subjektif dan komparatif.
• Tentunya masih banyak ditemukan kekurangan dan kelemahan dari segenap 
tulisan di atas, mohon kritik dan masukan dari segenap pihak demi perbaikan ke 
depan. Terima kasih. 
*Tulisan ini diselesaikan pada hari Senin tanggal 04 April 2011 pukul 08.25 WIB 
dibuat guna memenuhi salah satu tugas ujian akhir catur wulan pertama pada 
mata kuliah Psikologi Perkembangan Peserta Didik yang diampu oleh Bapak Yuli 
Susetyo, M.Psi 
**Penulis adalah mahasiswa program pendidikan guru akta IV angkatan 27 di 
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
• Interaksi pertama proses perkembangan manusia tidak akan pernah bisa lepas dari peran dan konsep 
seorang guru. 
• Karena ia begitu berperan dalam mewarnai corak pemikiran, gaya hidup, perilaku, bahkan pada tahap 
pengambilan keputusan sekalipun seseorang tiada akan pernah bisa lepas dari pengaruh seorang guru. 
• Pun asumsi di atas tidak selamanya benar jika kita jauh sebelumnya mampu mengenal dan memahami 
konsep pendidikan dengan baik dan benar serta kritis. 
• Sebab, mau tidak mau pendidikan merupakan proses yang telah mengakar tajam dalam setiap hubungan 
dan komunikasi seseorang dengan lain orang.
• Tambahan, dalam konsep Islam dikenal dengan guru kedua selain 
guru utama sendiri yang ada di ranah pendidikan formal sekolah 
maupun madrasah, dialah kedua orang tua. 
• Kalau boleh penulis mengatakan, bahkan orang tua adalah guru 
yang kedua namun setelah Alqur’an sebagai guru yang utama 
dalam bahasa ketuhanan, baru setelahnya adalah pengajar di 
lembaga formal sebagai guru yang ketiga. Opini ini tidak lain 
dimaksudkan untuk mengoptimalkan secara massif atas peran diri 
sebagai personal yang hendaknya senantiasa merespon untuk 
selalu mencari “guru” dalam hidupnya. 
•
• Jika dapat digarisbesarkan akan menemu pada titik aspek pendidikan kehidupan berguru pada Alqur’an, aspek 
pendidikan kepribadian berguru pada kedua prang tua, dan aspek pendidikan pendewasaan berguru pada guru 
atau pengajar di lembaga formal semisal sekolah, madrasah, maupun pesantren. 
• Dari ketiga klasifikasi tentang keguruan di atas, dalam tulisan ini hanya akan menyoroti tentang guru kaitannya 
dengan idealisasi perspektif penullis sendiri dalam menghadapi konteks kekinian dan masa depan. Hal ini 
mengingat guru dalam kaitannya di bidang pendidikan merupakan peran vital yang mesti dimainkan secara 
professional, terukur, bertanggungjawab, bermoral, dan mengutamakan pada proses daripada sekedar tujuan 
pragmatis. 
• Namun, sejauh pengamatan penulis aspek-aspek tersebut hanya berlaku di ranah formalitas dan terkesan 
pragmatis. Presumsi ini menjadi maklum ketika di sisi lain tentang sarana dan prasarana yang melingkupinya 
(baca: seperangkat fasilitas, kurikulum, kebijakan pendidikan, pengaruh politik dan ekonomi, social-budaya, 
kuantitas dan kualitas SDM, dan lain-lain) juga tengah diserang oleh pengeroposan sistemik untuk tidak 
mengatakan secara struktural. 
• Kenyataan ini menjadi niscaya ketika pada masa kekinian banyak kita dapati kesejahteraan guru yang masih ‘jauh 
panggang dari api’. Dengan kata lain, tujuan pemerintah untuk melaksanakan amanat UUD 1945 dan nilai-nilai 
Pancasila berbanding balik dengan implementasi di lapangan yang sedang terjadi. Hal ini bias kita temui dengan 
banyaknya aksi demonstrasi di sejumlah daerah yang dilakukan oleh tenaga guru sendiri dengan turun di jalanan 
secara langsung menuntut sebagian haknya yang diabaikan oleh pemerintah. Di sisi lain, ada juga kasus yang 
bersangkut paut dengan oknum guru secara moral melakukan tindak asusila sebagaimana terjadi di kabupaten 
Jombang, JawaTimur beberapa waktu lalu.
• Segelintir contoh kasus tersebut sedikit banyak berpengaruh pada cara 
pandang murid atau siswa kepada gurunya. 
• Walaupun tindakan yang menyisakan stigma negative tersebut dilakukan 
di luar kelas atau di luar forum pembelajaran formal sebagaimana halnya 
terjadi secara langsung bersama dengan murid. 
• Namun, secara tidak langsung, didukung dengan derasnya arus globalisasi 
dan informasi khususnya, siswa sangat mungkin mengkonsumsi mentah-mentah 
informasi tersebut. 
• Tentunya hal ini berdampak pada psikis dan system motorik siswa untuk 
kemudian meresponnya menjadi sesuatu yang layak ditiru tanpa analisis 
yang mendalam. Karena telah terpatri dalam benak dang pengetahuan 
siswa bahwa seperti dalam falsafah Jawa, guru adalah ‘orang yang mesti 
di-gugu (baca: ditaati) dan di-tiru (diteladani). 
• Pada konteks kekinian, seberapa jauh kepatutan guru untuk diteladani 
siswanya ? Dan bagaimanakah upaya untuk menjadi guru yang idealis 
dalam lintas ruang dan waktu?
• Sudah menjadi sistem keteraturan alam bahwa segala sesuatu yang ada dan sedang berjalan di dunia ini selalu ada pihak kedua dalam membantu 
keberlangsungannya. 
• Seperti bulan yang selalu mendampingi bumi untuk mengitari matahari. 
• Karena dengan sumber daya gravitasi dan system orbit yang mengatur peredaran bumi dan benda-benda planet lainnya sampai kini berhasil 
menjaga keteraturan. Hubungan antar kedua relasi maupun lebih tersebut bias disebut dengan berguru, dari sesuatu yang paling kecil sampai 
sesuatu benda yang paling besar. 
• Karena di dalamnya ada proses-proses positif, seperti: hubungan transformasi, keteraturan, kekompakan, keberlangsungan, kebermanfaatan, 
pengetahuan dan keilmuan, sertakemajuanpadatindaklanjutnya. 
• Perilaku alam semesta tersebut selama ini –sadar atau tidak- juga telah mutlak terjadi dalam diri seseorang dan personal lainnya paling tidak yang 
menurut istilah penulis disini adalah disebut pendidikan. 
• Ya, pendidikan telah mendarah-daging di sekitar kita bahkan sejak kita masih dalam kandungan sudah mendapatkannya. 
• Proses ketika seorang ibu selalu memakan makanan yang bergizi dan sehat, ketika sang ayah pun berperilaku lemah lembut kepada istrinya yang 
sedang hamil, adalah sama-sama berorientasi pada perkembangan anak atau janin yang masih dalam kandungan. 
• Dalam tradisi agama-agama, termasuk disini Islam, bahkan nilai pendidikan secara spiritual ditujukan kepada orang yang telah mati sekalipun. 
Sebagaimana terjadi dalam prosesi pemandian jenazah, pensalatannya, hingga pemakamannya semuanya dilakuakan dengan khidmat dan tulus 
ikhlas dari orang-orang diluar diri jenazah tersebut. 
• Dalam terminologi pendidikan itu sendiri, ada konsep yang disebut dengan guru dan murid. 
• Mereka bias juga berperan untuk merepresentasikan fungsi-fungsi dan system yang selama ini berlaku di alam. 
• Ketika seorang murid membutuhkan perlindungan maupun asupan, itu menandakan akan ketidakberdayaan dirinya. 
• Begitu juga ketika ada respon dari sesuatu di luar dirinya yang dengan langsung menjaga dan melindungi bahkan membimbing dirinya hingga 
menjadi sesuatu yang lebih baik, itulah fungsi yang sama halnya diperankan oleh guru.
• Proses pembentukan karakter dan kepribadian seseorang memang tidak bisa 
lepas dari hasil interaksi antara makhluk yang satu dengan yang lain. Karena 
berpegang pada satu prinsip bahwa Dzat yang sama sekali tidak membutuhkan 
dengan lain itulah Sang Khalik. 
• Bahkan tak terkategori semua jenis dan macam makhluk dengan berbagai 
tipenya mesti memerlukan –paling tidak- pengaruh dari sesuatu di luar dirinya, 
baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal semacam ini bisa kita lihat 
dalam perilaku alam di sekitar kita, ketika tumbuhan mulai mekar dan 
mengarahkan daunnya menuju sinar matahari karena ia tertarik dengan sinar 
yang menjadi sumber pemanasan klorofilnya, ketika air mengalir dari tempat 
yang tinggi menuju tempat yang rendah, bahkan ketika bebatuan yang keras pun 
mampu terkikis sedikit demi sedikit karena adanya perubahan dari pergerakan 
air yang menerjangnya maupun udara dan angin yang menimpanya.
• Sama halnya dengan proses perkembangan manusia dalam upaya memperkaya jati diri dan meneguhkan 
eksistensinya kaitannya dengan merespon gejala dan problematika di dunia. Ia senantiasa berinteraksi dan 
berkomunikasi dalam rangka mempertahankan hidupnya. 
• Tiba-tiba saya teringat dengan sebuah film “Fighting To The Fitlest” yang mengkisahkan tentang peristiwa nyata 
dari sekelompok orang yang berupaya mempertahankan hidup setelah terdampar di semananjung luas kutub 
selatan yang sangat dingin dan bahan makanan yang semakin menipis hingga satu persatu diantara mereka 
tewas karena cuaca yang memang sangat dahsyat dinginnya. Sampai pada orang terakhir yang masih bertahan 
berpikir bagaimana cara agar dapat berjuang mempertahankan hidup dalam kondisi yang sangat minus tersebut. 
• Dan dia terpikir untuk menghangatkan badannya dan menjaga suhu badannya agar tetap hangat dengan cara 
memakan bangkai satu persatu kawan-kawannya yang telah mati sekalipun sambil berjalan kaki mencari 
pertolongan mengarungi padang salju nan luas dan sunyi. 
• Penggambaran dari deskripsi di atas adalah beberapa nilai yang terkandung dalam usaha mempertahankan 
hidup yang panjang. Karena pada era yang serba tidak menentu ini ketahanan materi bukanlah lagi menjadi 
penentu maupun pelindung seseorang dari derasnya arus globalisasi. 
• Jika demikian halnya yaitu pemenuhan kebutuhan hanya dengan materi, maka semacam itu tidak ada bedanya 
dengan seekor hewan yang belum tentu bisa membedakan baik buruknya kandungan makanan yang akan 
dimakannya. Dalam arti lain tidak memperhitungkan secara cermat resiko yang akan terjadi dimasa yang akan 
datang.
Kembali pada nilai-nilai yang dapat diambil dari kisah alur perjalanan tersebut dan analoginya dapat kita 
runut sebagai berikut: 
1) Ada dan keberadaaan orang selalu dipengaruhi oleh tangan lain; 
2) Ada system di luar diri yang cenderung lebih potensial daripada yang ada dalam diri; 
3) Relasi yang dibangun antara pengubah dan yang diubah adalah antara subjek dan 
objek, dimana 
keduanya saling bertukar peran yang sama sekaligus –walaupun “yang diubah” dituntut 
untuk 
lebih aktif; 
4) Keberanian untuk keluar dari “kotak” kebiasaan yang menjemukan dalam upaya tetap 
membentuk tetap membentuk keteraturan; 
4) Kreatifitas yang “gila” dalam upaya mempertahankan keberlangsungan; 
5) Adanya proses reseptasi dan akomodasi atas segala fenomena yang selalu berubah 
sebagai bagian dari transformasi; dan 
6) Adanya sense untuk selalu menemukan kebaruan dalam hidup diiringi dengan target 
dan sasaran tertentu untuk perbaikan langkah selanjutnya.
• Di tengah himpitan ekonomi, dekadensi moral, instabilitas politik kebijakan, 
inkonsistensi pemerintah, pergeseran budaya, benturan sosial, dan banyak faktor 
lainnya, pilihan menjadi guru merupakan tantangan tersendiri. Banyak sekali baik 
factor internal maupun eksternal yang menggelayuti cita-cita menjadi guru sejati yang 
sebenarnya juga berperan penting dalam partisipasi memajukan kecerdasan anak 
bangsa. Dalam segaris horizontal, segenap problematika dan dilematika tersebut 
merupakan turunan dari dampak negatif arus globalisasi yang kurang tepat dalam 
penyikapan seorang guru. Poin ini sangat penting mengingat keterlibatan aktif guru 
dalam proses transformasi pengetahuan, keilmuan, dan pencitraan kepada anak didik 
semenjak kecil. Karena masa kecil bagi peserta didik merupakan masa yang sangat labil 
dalam hal penerimaan informasi dan data yang akhirnya menjadikan karakternya di 
masa mendatang berujung pada satu catatan; bahwa apapun profesi dan cita-cita anak 
didik nanti tetap morallah yang menjadi taruhan yang sangat mahal untuk merespon 
krisis karakter seperti terjadi dalam watak birokrasi saat ini. Jadi, apa yang dilakukan 
guru saat ini mestilah menjadi langkah awal untuk jangka panjang termasuk dalam 
mengatasi kebiasaan korupsi, dampak buruk narkoba, dan kasus dekadensi moral 
lainnya. Sehingga untuk saat ini, sebuah cita-cita harus dibangun dari keadaan yang 
lebih daripada sekarang. Dalam bahasa saya, saatnya menjadi gurunya guru! Bukanlah 
sebuah arogansi yang ingin disiratkan dari ambisi di atas, namun sebauh pretensi 
dalam rangka mengatasi segenap tantangan dan kendala yang telah penulis sebutkan 
panjang lebar di atas.
• Adapun tindakan yang mesti dilakukan untuk menjadi gurunya guru 
adalah sebagai berikut: 
• 1. Pembasisan pada pengetahuan budaya lokal merupakan 
seperangkat sumber budi dan daya 
• dalam diri seseorang. Fokus awal pada sense ini sama halnya berusaha 
mengenal mereka secara 
• mengenal mereka secara utuh dari aspek antropologi. Dalam budaya 
telah terkandung aspek 
• norma, adat istiadat, hukum, dan peraturan yang tidak tertulis namun 
spontan jika kita ajak 
• bersama untuk mengungkapkan. Selain budaya memang sesuatu yang 
sensitive, sehingga jika kita 
• tunjukkan perhatian kita pada wilayah ini, tentu kita akan mendapatkan 
respon balik yang positif 
• dari siswa jika kita berhasil menyampaikannya dengan benar dan sesuai 
pada tempatnya.
• Hal ini dapat kita wujudkan dengan mendukung secara konsisten pada 
porsi mata pelajaran budaya maupun maupun muatan local. 
• Bisa juga dengan menyanyikan lagu daerah setelah sebelum memulai 
pelajaran setiap harinya Termasuk disini adalah menyanyikan lagu 
kebangsaan Indonesia raya untuk memupuk rasa nasionalisme. 
• Juga dengan menyanyikan lagu daerah masing-masing daerah secara 
bergantian dalam tiap harinya. 
• Misalnya hari Senin lagu nasionalisme seperti: Syukur, Ibu Kita Kartini, dan 
lain-lain. Hari Selasa untuk lagu daerah Jawa, Rabu lagu Irian Jaya, Kamis 
lagu daerah Kalimantan, dan menyusul hari dan lagu berikutnya. 
Berdasarkan pengalaman penulis, metode seperti ini belum pernah 
dilakukan di lembaga formal setingkat sekolah SD – SMP. Penulis yakin 
dengan penanaman akar kebangsaan dan kebhinnekaan melalui apresiasi 
singkat di bidang seni semacam ini akan menumbuhkan etos dan 
semangat belajar yang beraurakan positif dalam suasana pembelajaran.
• Selama ini mungkin yang kita rasakan tentang pendidikan agama adalah suatu pengetahuan yang ‘taken for 
granted’. Keadaan dan keberadaannya merupakan sesuatu yang sudah terdoktrin untuk kita terima apa adanya 
tanpa ada upaya membangun konstruksi pemikiran yang mencoba menjelaskan dari dasarnya dan pembuktiannya. 
Kondisi semacam ini menjadi semakin terkondisikan ketika didukung dengan psikologi perkembangan anak 
khususnya pada usia SD terhadap agama adalah bersifat reseptif. Artinya penerimaan dan kepatuhannya terhadap 
agama merupakan sesuatu yang palsu dan rentan terjadi distorsi sikap pada tahap dewasa nantinya. Tak pelak lagi, 
kegelisahan ini menjadi problem kedua bagi penulis untuk mengidealkan gurunya guru dalam konteks kekinian. 
Pengalaman penulis dalam proses pendidikan keagamaan secara klasikal hanya mampu membenamkan 
pengetahuan agama di ranah kognisi saja. Dalam bahasa psikologi adalah tahap pra-konvensional. Adapun efek 
paling peka aspek keagamaan ini pun mencapai tahap konvensional, yaitu dimana anak didik merasa berharga dan 
dihargai oleh orang lain terutama gurunya sendiri ketika ia mampu mempraktekkannya di hadapan orang tua, 
tentunya dengan mengharap pujian dan sanjungan semata. Walaupun memang dampak dari sikap keagamaan 
tingkat anak ini tidak begitu mengkhawatirkan di masa muda, namun kemungkinan besar akan terjadi sikap untuk 
menunjukkan pemberontakan maupun distorsi seiring pada usia remaja kelak. Dalam rangka inilah pola 
pendidikan keagamaan dilaksanakan secara motorik dan psikomotorik melalui proses rasionalisasi yang panjang 
dan argumentasi yang valid. Konstruk nalar bertanya siswa mesti dipancing dari persoalan yang sederhana dan 
pencapaian pada jawaban yang sederhana pula namun melekat kuat dalam hati dan perasaan siswa, dan bukan 
sekedar pada akal. Satu misal, selain dengan memberikan materi salat jenazah di kelas dan praktek di laboratorium 
agama dengan menggunakan boneka mayat sebagai model, siswa juga perlu kita ajak mengadakan kunjungan 
takziyah langsung ke rumah duka jika ada salah satu keluarga besar sekolah maupun murid yang meninggal dunia. 
Dari sini hendaknya pengetahuan agama menjadi sesuatu yang konkrit dihadapi meskipun abstrak untuk dipahami 
dalam tahap awal. Pun antara kognisi, motorik, dan psikomotorik siswa akan bekerja efektif.
• Situasi kreatif merupakan bagian dari cara persuasive kepada siswa. Karena 
karakter kreatif itu sendiri sebenarnya sudah melekat pada usia anak SD / SMP 
berawal dari sikap keingintahuan. 
• Namun pun demikian antara keingintahuan dan respon kreatif mesti di 
tempatkan pada tempatnya. 
• Salah satu contoh dalam hal ini adalah dengan pembelajaran mata pelajaran 
jual beli yang juga dapat diselesaikan langsung dengan praktek dan pengamatan 
terjun di lapangan semisal pasar, took, warung, mal, dan sebagainya. 
•
• Pembelajaran menggambar maka yang guru arahkan adalah bukan semata 
menggambar gunung sebagaimana terbenam dalam benak siswa bahwa 
pemandangan adalah gunung. 
• Namun katakanlah di tengah lingkungan sekolah yang padat penduduk, sedang di 
rundung bencana banjir, di pelosok perbukitan, dan lain sebagainya hendaklah 
menjadi referensi nyata dalam pembelajaran tersebut, khususnya juga 
pelajaran agama.
• Dalam pengajaran kepada siswa, sebaiknya guru tidak sekalipun mengeluarkan 
kata-kata yang bersifat instruktif, namun imitatif. 
• Sebentuk sikap maupun tindakan dengan memberikan contoh langsung kepada 
siswa bahwa perbuatan maupun ucapan sebagai bagian dari penugasan kita 
kepada siswa adalah hal yang sama juga dilakukan oleh guru. 
•
• Semisal ketika menghendaki siswa untuk sekali waktu melaksanakan salat Dhuha, maka 
yang mesti dilakukan guru adalah dengan bersama-sama melakukan salat itu sendiri, 
bahkan tidak hanya berposisi menjadi imam, kesempatan menjadi imam mesti juga 
dipersilahkan kepada salah seorang siswa yang patut. 
• Pun dalam konteks di luar kelas, ketika guru tidak menghendaki muridnya merokok, 
maka guru mesti juga tidak melakukan hal yang sama khususnya jika bertemu dengan 
siswa walaupun itu di luar jam pelajaran maupun luar lingkungan sekolah.
• Sudah menjadi maklum bahwa globalisasi menawarkan dua sisi yang saling bertolak belakang dalam hal 
kemanfaatan dan kemudharatan. Disinilah peran guru seharusnya secara maksimal berperan. 
• Jika dalam suatu sekolah sudah tersedia misalkan hotspot area ataupun laboratorium computer yang 
terkoneksi dengan jaringan internet, maka semestinya ruang kebebasan dan kreatifitas siswa dalam akses 
penggunaannya kita maksimalkan dengan pendampingan yang lebih maksimal pula. 
• Tentunya dunia anak penuh dengan hal-hal yang menyenangkan dalam imajinasi mereka, khususnya ketika 
dihadapkan pada layar internet, entah itu sebenarnya negative atau tidak, seperti: game play-station, situs 
porno, Facebook, situs berbau SARA, dan sebagainya. 
•
• Untuk menghadapi gempuran program yang menggiurkan tersebut, guru tidak harus melarang atau 
reaktif, namun cukup dengan sikap preventif yaitu justru dengan cara kita mengenalkan, tentunya 
tetap dengan unsure-unsur yang positif. 
• Misalnya dengan mengenalkan game yang edukatif, pembuatan komunitas belajar di Facebook, 
penugasan berbasis email, publikasi karya melalui blogspot, juga pengenalan situs-situs yang 
bermanfaat sebanyak mungkin. 
• Sehingga dengan cara ini diharapkan siswa akan sibuk dengan hal-hal yang positif ketika berhadapan 
dengan dunia TI, termasuk disini adalah menyediakan buku pedoman TI yang sangat lengkap dan 
mendukung.
• Dalam pengertian ini adalah memberikan kesempatan seluas—luasnya kepada siswa 
untuk belajar. 
• System pembelajaran tidak hanya ceramah ansich, namun lebih pada berangkat dari 
kegelisahan siswa dan guru hanya berfungsi mengantarkan pada pemahaman yang 
memadai serta tidak perlu menyamakan pemahaman pada hasil akhirnya. 
• Jadi cara ini bertumpu pada siswa misal dengan forum Focus Group Discussion, 
brainstorming, study-ckub, dan lain sebagainya.
• Cara ini merupakan salah satu cara untuk memberikan respon terbaik kepada siswa 
terhadap apa yang telah dilakukannya bersifat positif. 
• Siswa diharapkan semakin termotivasi dan merasa dihargai atas setiap usaha yang 
telah mereka kerjakan. 
• Misal dalam hal ini adalah dengan mempublikasikan hasil karya tulis mereka baik 
berupa gambar, cerita, maupun kliping berita yang kesemuanya berangkat dari 
penugasan oleh guru di lapangan yang akhirnya berakhir di dinding pajangan maupun 
blog dan website sekolah.
• Dengan ini nuansa kompetisi dan apresiasi pun akan terbangun dan termotivasi untuk lebih berkarya dengan baik 
lagi. 
• Membangun komunikasi yang massif baik antara pihak guru dengan wali / orang tua siswa maupun pihak sekolah 
dengan warga setempat di lingkungan dimana sekolah itu berada. 
• Hal ini sangat perlu untuk dimaksimalkan mengingat kebanyakan waktu siswa dalam setiap harinya justru 
berlangsung di luar sekolah, entah itu di rumah maupun di lingkungan masyarakatnya. 
• Otomatis guru tidak bisa memantau kegiatan siswa di luar sekolah, sehingga perlu dibangun kesepahaman 
dengan masyarakat luas dalam pendampingan sifat dan sikap siswa selama di luar pengawasan sekolah. 
• Termasuk dalam hal ini adalah dalam rangka menghindari prasangka yang negative masyarakat terhadap 
kegiatan yang berlangsung di dalam kelas, sehingga keterbukaan informasi dan komunikasi pun terjadi.
• Untuk bias memiliki kemampuan maksimal di atas guru yang biasa dalam hal kreatifitas adalah dengan 
saling berbagi kepada sesama guru khususnya di lingkungan kerja sendiri. 
• Hal ini sangat penting untuk mendapatkan keseragaman visi dan misi sesuai yang dibangun di sekolah 
dimana kita mengajar. 
• Selain itu, dalam tahap yang lebih maju, perlu diadakan pelatihan maupun seminar yang bersifat informal 
sesama guru dalam rangkan melejitkan kemampuan super masing-masing guru. 
•
• Seperti acara workshop, seminar, out-bound, pelatihan motivasi, TI, dan sebagainya yang 
berorientasi pada pengembangan peserta didik dan system belajar yang lebih menarik dan 
update sesuai perkembangan zaman. 
• Demikianlah adalah beberapa poin yang dapat penulis sampaikan apa adany dan murni tanpa 
ada unsure palgiasi dari buku maupun catatan lain selain ide dan gagasan penulis sendiri 
didasarkan pada pengalaman subjektif dan komparatif. 
• Tentunya masih banyak ditemukan kekurangan dan kelemahan dari segenap tulisan di atas, 
mohon kritik dan masukan dari segenap pihak demi perbaikan ke depan. Terima kasih.
09/25/14
Thank You 
Kingsoft Office 
Make Presentation much more fun

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Makalah tugas guru
Makalah tugas guruMakalah tugas guru
Makalah tugas guruiskawia
 
Guru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidikGuru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidikayu Naoman
 
4. Guru Dan Alam Pendidikan
4. Guru Dan Alam Pendidikan4. Guru Dan Alam Pendidikan
4. Guru Dan Alam PendidikanArthur Jupong
 
Kata pengantaibrrrahimr
Kata pengantaibrrrahimrKata pengantaibrrrahimr
Kata pengantaibrrrahimrAl Hafidh Anas
 
Peranan guru di sekolah dan masyarakat
Peranan guru di sekolah dan masyarakatPeranan guru di sekolah dan masyarakat
Peranan guru di sekolah dan masyarakatDWC
 
Tajuk 5 peranan guru sr
Tajuk 5 peranan guru srTajuk 5 peranan guru sr
Tajuk 5 peranan guru srEsTee Wang
 
Peranan guru sekolah rendah
Peranan guru sekolah rendahPeranan guru sekolah rendah
Peranan guru sekolah rendahaflah jamaluddin
 
Makalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruMakalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruemy mila
 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Mayawi Karim
 
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendahTajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendahNor Azizah Ahmad
 
Makalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruMakalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruIkhwan Mutaqin
 
Peran guru dalam pendidikan
Peran guru dalam pendidikanPeran guru dalam pendidikan
Peran guru dalam pendidikanferyanusharefa
 
Guru sebagai agen sosial
Guru sebagai agen sosial Guru sebagai agen sosial
Guru sebagai agen sosial mashmello2
 
Peranan guru sek rendah
Peranan guru sek rendahPeranan guru sek rendah
Peranan guru sek rendahNg Kee
 
3.2 kepedulian guru 1
3.2 kepedulian guru 13.2 kepedulian guru 1
3.2 kepedulian guru 1Ep Loh
 
Kepribadian guru
Kepribadian guru Kepribadian guru
Kepribadian guru Ida Nana
 

La actualidad más candente (20)

Makalah tugas guru
Makalah tugas guruMakalah tugas guru
Makalah tugas guru
 
Guru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidikGuru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidik
 
4. Guru Dan Alam Pendidikan
4. Guru Dan Alam Pendidikan4. Guru Dan Alam Pendidikan
4. Guru Dan Alam Pendidikan
 
Kata pengantaibrrrahimr
Kata pengantaibrrrahimrKata pengantaibrrrahimr
Kata pengantaibrrrahimr
 
Peranan guru di sekolah dan masyarakat
Peranan guru di sekolah dan masyarakatPeranan guru di sekolah dan masyarakat
Peranan guru di sekolah dan masyarakat
 
Tajuk 5 peranan guru sr
Tajuk 5 peranan guru srTajuk 5 peranan guru sr
Tajuk 5 peranan guru sr
 
Peranan guru sekolah rendah
Peranan guru sekolah rendahPeranan guru sekolah rendah
Peranan guru sekolah rendah
 
Makalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruMakalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guru
 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
 
Makalah Peran Guru dalam Pembelajaran
Makalah Peran Guru dalam PembelajaranMakalah Peran Guru dalam Pembelajaran
Makalah Peran Guru dalam Pembelajaran
 
Guru sebagai agen perubahan(murid)
Guru sebagai agen perubahan(murid)Guru sebagai agen perubahan(murid)
Guru sebagai agen perubahan(murid)
 
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendahTajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
 
Makalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruMakalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guru
 
Menjadi guru profesional
Menjadi guru profesionalMenjadi guru profesional
Menjadi guru profesional
 
Peran guru dalam pendidikan
Peran guru dalam pendidikanPeran guru dalam pendidikan
Peran guru dalam pendidikan
 
Guru sebagai agen sosial
Guru sebagai agen sosial Guru sebagai agen sosial
Guru sebagai agen sosial
 
Tajuk 5 done
Tajuk 5 doneTajuk 5 done
Tajuk 5 done
 
Peranan guru sek rendah
Peranan guru sek rendahPeranan guru sek rendah
Peranan guru sek rendah
 
3.2 kepedulian guru 1
3.2 kepedulian guru 13.2 kepedulian guru 1
3.2 kepedulian guru 1
 
Kepribadian guru
Kepribadian guru Kepribadian guru
Kepribadian guru
 

Similar a Peran dan konsep seorang guru

PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
 
Slide disiplin positif kurikulum merdeka
Slide disiplin positif kurikulum merdekaSlide disiplin positif kurikulum merdeka
Slide disiplin positif kurikulum merdekarioatma1
 
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...Muhammad Najamuddin Jeneponto
 
Aliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AAliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AFennipratiwi95
 
Sosialisasi dan Penyesuaian Diri di Sekolah
Sosialisasi dan Penyesuaian Diri di SekolahSosialisasi dan Penyesuaian Diri di Sekolah
Sosialisasi dan Penyesuaian Diri di SekolahNon Formal Education
 
perspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didik
perspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didikperspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didik
perspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didikMuhamad Anugrah
 
Etika terhadap anak atau siswa
Etika terhadap anak atau siswaEtika terhadap anak atau siswa
Etika terhadap anak atau siswakikirizky19
 
Ya Allah
Ya AllahYa Allah
Ya Allahsumesek
 
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologiPengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologiYuningsih Yuningsih
 
Bab2 konsep sosialisasi
Bab2 konsep sosialisasiBab2 konsep sosialisasi
Bab2 konsep sosialisasizuraidanasri
 
Landasan pengemb kurikulum pai 2.
Landasan pengemb kurikulum pai  2.Landasan pengemb kurikulum pai  2.
Landasan pengemb kurikulum pai 2.Tatik Suwartinah
 
Landasan pengemb kurikulum pai 2.
Landasan pengemb kurikulum pai  2.Landasan pengemb kurikulum pai  2.
Landasan pengemb kurikulum pai 2.tatiksuwartinah
 
Risma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdf
Risma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdfRisma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdf
Risma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdfRismaAgustina7
 

Similar a Peran dan konsep seorang guru (20)

PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
 
Slide disiplin positif kurikulum merdeka
Slide disiplin positif kurikulum merdekaSlide disiplin positif kurikulum merdeka
Slide disiplin positif kurikulum merdeka
 
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
PENDIDIKAN DAN MASYARAKATPENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
 
Bahagian c ulasan
Bahagian  c ulasanBahagian  c ulasan
Bahagian c ulasan
 
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
 
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan PembelajaranUTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
 
Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6
 
Aliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AAliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3A
 
Sosialisasi dan Penyesuaian Diri di Sekolah
Sosialisasi dan Penyesuaian Diri di SekolahSosialisasi dan Penyesuaian Diri di Sekolah
Sosialisasi dan Penyesuaian Diri di Sekolah
 
perspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didik
perspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didikperspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didik
perspektif filsafat pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta didik
 
Etika terhadap anak atau siswa
Etika terhadap anak atau siswaEtika terhadap anak atau siswa
Etika terhadap anak atau siswa
 
Ya Allah
Ya AllahYa Allah
Ya Allah
 
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologiPengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
 
Bab2 konsep sosialisasi
Bab2 konsep sosialisasiBab2 konsep sosialisasi
Bab2 konsep sosialisasi
 
Landasan pengemb kurikulum pai 2.
Landasan pengemb kurikulum pai  2.Landasan pengemb kurikulum pai  2.
Landasan pengemb kurikulum pai 2.
 
Landasan pengemb kurikulum pai 2.
Landasan pengemb kurikulum pai  2.Landasan pengemb kurikulum pai  2.
Landasan pengemb kurikulum pai 2.
 
Risma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdf
Risma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdfRisma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdf
Risma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdf
 
Budaya Sekolah
Budaya SekolahBudaya Sekolah
Budaya Sekolah
 
Peserta Didik Pw Point
Peserta Didik Pw PointPeserta Didik Pw Point
Peserta Didik Pw Point
 
Pendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didikPendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didik
 

Más de SMKN 36 JAKARTA UTARA (20)

KEPEMIMPINAN ENTREPRENEUR
KEPEMIMPINAN ENTREPRENEURKEPEMIMPINAN ENTREPRENEUR
KEPEMIMPINAN ENTREPRENEUR
 
MANAJEMEN KONFLIK
MANAJEMEN KONFLIK MANAJEMEN KONFLIK
MANAJEMEN KONFLIK
 
TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP
TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP
TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP
 
TRAINER
TRAINER TRAINER
TRAINER
 
TQM DALAM JASA PENDIDIKAN
TQM DALAM JASA PENDIDIKAN TQM DALAM JASA PENDIDIKAN
TQM DALAM JASA PENDIDIKAN
 
TIPS CARA BELAJAR
TIPS CARA BELAJAR TIPS CARA BELAJAR
TIPS CARA BELAJAR
 
TEORI KEPUASAN KERJA
TEORI KEPUASAN KERJA TEORI KEPUASAN KERJA
TEORI KEPUASAN KERJA
 
TEKNIK MENGHAFAL
TEKNIK MENGHAFAL TEKNIK MENGHAFAL
TEKNIK MENGHAFAL
 
Teknik komunikasi yang paling efektif
Teknik komunikasi yang paling efektifTeknik komunikasi yang paling efektif
Teknik komunikasi yang paling efektif
 
Supervisi pembelajaran
Supervisi pembelajaranSupervisi pembelajaran
Supervisi pembelajaran
 
Sumber daya manusia
Sumber daya manusiaSumber daya manusia
Sumber daya manusia
 
Struktur alternatif kepemimipinan
Struktur alternatif  kepemimipinanStruktur alternatif  kepemimipinan
Struktur alternatif kepemimipinan
 
Strategi peningkatan mutu layanan pendidikan
Strategi peningkatan mutu layanan pendidikanStrategi peningkatan mutu layanan pendidikan
Strategi peningkatan mutu layanan pendidikan
 
Sistem membaca cepat dan efektif
Sistem membaca cepat dan efektifSistem membaca cepat dan efektif
Sistem membaca cepat dan efektif
 
Strategi pengelolaan kelas
Strategi pengelolaan kelasStrategi pengelolaan kelas
Strategi pengelolaan kelas
 
Rasa pd dlm hitungan detik
Rasa pd dlm hitungan detikRasa pd dlm hitungan detik
Rasa pd dlm hitungan detik
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
PTK TKR
PTK TKR PTK TKR
PTK TKR
 
Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learning
 
Profesional guru
Profesional guruProfesional guru
Profesional guru
 

Último

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRizalAminulloh2
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxboynugraha727
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 

Último (20)

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 

Peran dan konsep seorang guru

  • 1.
  • 2. PERAN DAN KONSEP SEORANG GURU • Interaksi pertama proses perkembangan manusia tidak akan pernah bisa lepas dari peran dan konsep seorang guru. • Guru berperan dalam mewarnai corak pemikiran, gaya hidup, dan perilaku, • Tahap pengambilan keputusan sekalipun seseorang tiada akan pernah bisa lepas dari pengaruh seorang guru. • Asumsi di atas tidak selamanya benar jika kita jauh sebelumnya mampu mengenal dan memahami konsep pendidikan dengan baik dan benar serta kritis. • Pendidikan merupakan proses yang telah mengakar tajam dalam setiap hubungan dan komunikasi seseorang dengan lain orang.
  • 3. • Tambahan, dalam konsep Islam dikenal dengan guru kedua selain guru utama sendiri yang ada di ranah pendidikan formal sekolah maupun madrasah, dialah kedua orang tua. • Orang tua adalah guru yang kedua namun setelah Alqur’an sebagai guru yang utama dalam bahasa ketuhanan, baru setelahnya adalah pengajar di lembaga formal sebagai guru yang ketiga. • Opini ini tidak lain dimaksudkan untuk mengoptimalkan secara massif atas peran diri sebagai personal yang hendaknya senantiasa merespon untuk selalu mencari “guru” dalam hidupnya.
  • 4. • Jika dapat digarisbesarkan akan menemu pada titik aspek pendidikan kehidupan berguru pada Alqur’an, • Aspek pendidikan kepribadian berguru pada kedua prang tua, • Aspek pendidikan pendewasaan berguru pada guru atau pengajar di lembaga formal semisal sekolah, madrasah, maupun pesantren. • Dari ketiga klasifikasi tentang keguruan di atas, dalam tulisan ini hanya akan menyoroti tentang guru kaitannya dengan idealisasi perspektif penullis sendiri dalam menghadapi konteks kekinian dan masa depan.
  • 5. • Hal ini mengingat guru dalam kaitannya di bidang pendidikan merupakan peran vital yang mesti dimainkan secara professional, terukur, bertanggungjawab, bermoral, dan mengutamakan pada proses daripada sekedar tujuan pragmatis. • Namun, sejauh pengamatan penulis aspek-aspek tersebut hanya berlaku di ranah formalitas dan terkesan pragmatis. Presumsi ini menjadi maklum ketika di sisi lain tentang sarana dan prasarana yang melingkupinya (baca: seperangkat fasilitas, kurikulum, kebijakan pendidikan, pengaruh politik dan ekonomi, social-budaya, kuantitas dan kualitas SDM, dan lain-lain) juga tengah diserang oleh pengeroposan sistemik untuk tidak mengatakan secara struktural.
  • 6. • Kenyataan ini menjadi niscaya ketika pada masa kekinian banyak kita dapati kesejahteraan guru yang masih ‘jauh panggang dari api’. Dengan kata lain, tujuan pemerintah untuk melaksanakan amanat UUD 1945 dan nilai-nilai Pancasila berbanding balik dengan implementasi di lapangan yang sedang terjadi. • Hal ini bias kita temui dengan banyaknya aksi demonstrasi di sejumlah daerah yang dilakukan oleh tenaga guru sendiri dengan turun di jalanan secara langsung menuntut sebagian haknya yang diabaikan oleh pemerintah.
  • 7. • Di sisi lain, ada juga kasus yang bersangkut paut dengan oknum guru secara moral melakukan tindak asusila sebagaimana terjadi di kabupaten Jombang, JawaTimur beberapa waktu lalu. • Segelintir contoh kasus tersebut sedikit banyak berpengaruh pada cara pandang murid atau siswa kepada gurunya. • Walaupun tindakan yang menyisakan stigma negative tersebut dilakukan di luar kelas atau di luar forum pembelajaran formal sebagaimana halnya terjadi secara langsung bersama dengan murid.
  • 8. • Namun, secara tidak langsung, didukung dengan derasnya arus globalisasi dan informasi khususnya, siswa sangat mungkin mengkonsumsi mentah-mentah informasi tersebut. • Tentunya hal ini berdampak pada psikis dan system motorik siswa untuk kemudian meresponnya menjadi sesuatu yang layak ditiru tanpa analisis yang mendalam. • Karena telah terpatri dalam benak dan pengetahuan siswa bahwa seperti dalam falsafah Jawa, guru adalah ‘orang yang mesti di-gugu (baca: ditaati) dan di-tiru (diteladani). • Pada konteks kekinian, seberapa jauh kepatutan guru untuk diteladani siswanya ? Dan bagaimanakah upaya untuk menjadi guru yang idealis dalam lintas ruang dan waktu?
  • 9. • Sudah menjadi sistem keteraturan alam bahwa segala sesuatu yang ada dan sedang berjalan di dunia ini selalu ada pihak kedua dalam membantu keberlangsungannya. • Seperti bulan yang selalu mendampingi bumi untk mengitari matahari. • Karena dengan sumber daya gravitasi dan system orbit yang mengatur peredaran bumi dan benda-benda planet lainnya sampai kini berhasil menjaga keteraturan.
  • 10. • Hubungan antar kedua relasi maupun lebih tersebut bias disebut dengan berguru, dari sesuatu yang paling kecil sampai sesuatu benda yang paling besar. • Karena di dalamnya ada proses-proses positif, seperti: hubungan transformasi, keteraturan, kekompakan, keberlangsungan, kebermanfaatan, pengetahuan dan keilmuan, serta kemajuan pada tindak lanjutnya.
  • 11. • Perilaku alam semesta tersebut selama ini sadar atau tidak- juga telah mutlak terjadi dalam diri seseorang dan personal lainnya paling tidak yang menurut istilah penulis disini adalah disebut pendidikan. • Ya, pendidikan telah mendarah-daging di sekitar kita bahkan sejak kita masih dalam kandungan sudah mendapatkannya. • Proses ketika seorang ibu selalu memakan makanan yang bergizi dan sehat, ketika sang ayah pun berperilaku lemah lembut kepada istrinya yang sedang hamil, adalah sama-sama berorientasi pada perkembangan anak atau janin yang masih dalam kandungan.
  • 12. • Dalam tradisi agama-agama, termasuk disini Islam, bahkan nilai pendidikan secara spiritual ditujukan kepada orang yang telah mati sekalipun. • Sebagaimana terjadi dalam prosesi pemandian jenazah, pensalatannya, hingga pemakamannya semuanya dilakuakan dengan khidmat dan tulus ikhlas dari orang-orang diluar diri jenazah tersebut. • Dalam terminologi pendidikan itu sendiri, ada konsep yang disebut dengan guru dan murid.
  • 13. • Mereka bias juga berperan untuk merepresentasikan fungsi-fungsi dan system yang selama ini berlaku di alam. • Ketika seorang murid membutuhkan perlindungan maupun asupan, itu menandakan akan ketidakberdayaan dirinya. • Begitu juga ketika ada respon dari sesuatu di luar dirinya yang dengan langsung menjaga dan melindungi bahkan membimbing dirinya hingga menjadi sesuatu yang lebih baik, itulah fungsi yang sama halnya diperankan oleh guru. • Proses pembentukan karakter dan kepribadian seseorang memang tidak bisa lepas dari hasil interaksi antara makhluk yang satu dengan yang lain.
  • 14. • Karena berpegang pada satu prinsip bahwa Dzat yang sama sekali tidak membutuhkan dengan lain itulah Sang Khalik. • Bahkan tak terkategori semua jenis dan macam makhluk dengan berbagai tipenya mesti memerlukan –paling tidak- pengaruh dari sesuatu di luar dirinya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. • Hal semacam ini bisa kita lihat dalam perilaku alam di sekitar kita, ketika tumbuhan mulai mekar dan mengarahkan daunnya menuju sinar matahari karena ia tertarik dengan sinar yang menjadi sumber pemanasan klorofilnya, ketika air mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang rendah, bahkan ketika bebatuan yang keras pun mampu terkikis sedikit demi sedikit karena adanya perubahan dari pergerakan air yang menerjangnya maupun udara dan angin yang menimpanya.
  • 15. • Penggambaran dari deskripsi di atas adalah beberapa nilai yang terkandung dalam usaha mempertahankan hidup yang panjang. • Karena pada era yang serba tidak menentu ini ketahanan materi bukanlah lagi menjadi penentu maupun pelindung seseorang dari derasnya arus globalisasi. • Jika demikian halnya yaitu pemenuhan kebutuhan hanya dengan materi, maka semacam itu tidak ada bedanya dengan seekor hewan yang belum tentu bisa membedakan baik buruknya kandungan makanan yang akan dimakannya. • Dalam arti lain tidak memperhitungkan secara cermat resiko yang akan terjadi di masa yang akan datang.
  • 16. Kembali pada nilai-nilai yang dapat diambil dari kisah alur perjalanan tersebut dan analoginya dapat kita runut sebagai berikut: 1) Ada dan keberadaaan orang selalu dipengaruhi oleh tangan lain; 2) Ada system di luar diri yang cenderung lebih potensial daripada yang ada dalam diri; 3) Relasi yang dibangun antara pengubah dan yang diubah adalah antara subjek dan objek, dimana keduanya saling bertukar peran yang sama sekaligus –walaupun “yang diubah” dituntut untuk lebih aktif;
  • 17. 4) Keberanian untuk keluar dari “kotak” kebiasaan yang menjemukan dalam upaya tetap membentuk keteraturan; 5) Kreatifitas yang “gila” dalam upaya mempertahankan keberlangsungan; 6) Adanya proses reseptasi dan akomodasi atas segala fenomena yang selalu berubah sebagai bagian dari transformasi; 7) adanya sense untuk selalu menemukan kebaruan dalam hidup diiringi dengan target dan sasaran tertentu untuk perbaikan langkah selanjutnya.
  • 18. • Di tengah himpitan ekonomi, dekadensi moral, instabilitas politik kebijakan, inkonsistensi pemerintah, pergeseran budaya, benturan social, dan banyak factor lainnya, pilihan menjadi guru merupakan tantangan tersendiri. • Banyak sekali baik factor internal maupun eksternal yang menggelayuti cita-cita menjadi guru sejati yang sebenarnya juga berperan penting dalam partisipasi memajukan kecerdasan anak bangsa.
  • 19. • Dalam segaris horizontal, segenap problematika dan dilematika tersebut merupakan turunan dari dampak negatif arus globalisasi yang kurang tepat dalam penyikapan seorang guru. • Poin ini sangat penting mengingat keterlibatan aktif guru dalam proses transformasi pengetahuan, keilmuan, dan pencitraan kepada anak didik semenjak kecil.
  • 20. • Karena masa kecil bagi peserta didik merupakan masa yang sangat labil dalam hal penerimaan informasi dan data yang akhirnya menjadikan karakternya di masa mendatang berujung pada satu catatan; bahwa apapun profesi dan cita-cita anak didik nanti tetap morallah yang menjadi taruhan yang sangat mahal untuk merespon krisis karakter seperti terjadi dalam watak birokrasi saat ini. • Apa yang dilakukan guru saat ini mestilah menjadi langkah awal untuk jangka panjang termasuk dalam mengatasi kebiasaan korupsi, dampak buruk narkoba, dan kasus dekadensi moral lainnya.
  • 21. • Sehingga untuk saat ini, sebuah cita-cita harus dibangun dari keadaan yang lebih daripada sekarang. • Dalam bahasa saya, saatnya menjadi gurunya guru! Bukanlah sebuah arogansi yang ingin disiratkan dari ambisi di atas, namun sebuah pretensi dalam rangka mengatasi segenap tantangan dan kendala yang telah penulis sebutkan panjang lebar di atas.
  • 22. Adapun tindakan yang mesti dilakukan untuk menjadi gurunya guru (1. Pembasisan pada pengetahuan budaya lokal ) • Budaya merupakan seperangkat sumber budi dan daya dalam diri seseorang. Fokus awal pada sense ini sama halnya berusaha mengenal mereka secara utuh dari aspek antropologi. • Dalam budaya telah terkandung aspek norma, adat istiadat, hukum, dan peraturan yang tidak tertulis namun spontan jika kita ajak bersama untuk mengungkapkan. • Selain budaya memang sesuatu yang sensitive, sehingga jika kita tunjukkan perhatian kita pada wilayah ini, tentu kita akan mendapatkan respon balik yang positif dari siswa jika kita berhasil menyampaikannya dengan benar dan sesuai pada tempatnya. •
  • 23. • Hal ini dapat kita wujudkan dengan mendukung secara konsisten pada porsi mata pelajaran budaya maupun muatan local. • Bisa juga dengan menyanyikan lagu daerah setelah sebelum memulai pelajaran setiap harinya Termasuk disini adalah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya untuk memupuk rasa nasionalisme. • Juga dengan menyanyikan lagu daerah masing-masing daerah secara bergantian dalam tiap harinya. • Misalnya hari Senin lagu nasionalisme seperti: Syukur, Ibu Kita Kartini, dan lain-lain. Hari Selasa untuk lagu daerah Jawa, Rabu lagu Irian Jaya, Kamis lagu daerah Kalimantan, dan menyusul hari dan lagu berikutnya. • Berdasarkan pengalaman penulis, metode seperti ini belum pernah dilakukan di lembaga formal setingkat sekolah SD – SMP.
  • 24. 2. Sublimasi keagamaan yang mencerahkan • Selama ini mungkin yang kita rasakan tentang pendidikan agama adalah suatu pengetahuan yang ‘taken for granted’. • Keadaan dan keberadaannya merupakan sesuatu yang sudah terdoktrin untuk kita terima apa adanya tanpa ada upaya membangun konstruksi pemikiran yang mencoba menjelaskan dari dasarnya dan pembuktiannya. • Kondisi semacam ini menjadi semakin terkondisikan ketika didukung dengan psikologi perkembangan anak khususnya pada usia SD terhadap agama adalah bersifat reseptif. • Artinya penerimaan dan kepatuhannya terhadap agama merupakan sesuatu yang palsu dan rentan terjadi distorsi sikap pada tahap dewasanantinya.
  • 25. • Tak pelak lagi, kegelisahan ini menjadi problem kedua bagi penulis untuk mengidealkan gurunya guru dalam konteks kekinian. • Pengalaman penulis dalam proses pendidikan keagamaan secara klasikal hanya mampu membenamkan pengetahuan agama di ranah kognisi saja. • Dalam bahasa psikologi adalah tahap pra-konvensional. •
  • 26. • Adapun efek paling peka aspek keagamaan ini pun mencapai tahap konvensional, yaitu dimana anak didik merasa berharga dan dihargai oleh orang lain terutama gurunya sendiri ketika ia mampu mempraktekkannya di hadapan orang tua, tentunya dengan mengharap pujian dan sanjungan semata. • Walaupun memang dampak dari sikap keagamaan tingkat anak ini tidak begitu mengkhawatirkan di masa muda, namun kemungkinan besar akan terjadi sikap untuk menunjukkan pemberontakan maupun distorsi seiring pada usia remaja kelak.
  • 27. • Dalam rangka inilah pola pendidikan keagamaan dilaksanakan secara motorik dan psikomotorik melalui proses rasionalisasi yang panjang dan argumentasi yang valid. • Konstruk nalar bertanya siswa mesti dipancing dari persoalan yang sederhana dan pencapaian pada jawaban yang sederhana pula namun melekat kuat dalam hati dan perasaan siswa, dan bukan sekedar pada akal.
  • 28. • Satu misal, selain dengan memberikan materi salat jenazah di kelas dan praktek di laboratorium agama dengan menggunakan boneka mayat sebagai model, siswa juga perlu kita ajak mengadakan kunjungan takziyah langsung ke rumah duka jika ada salah satu keluarga besar sekolah maupun murid yang meninggal dunia. • Dari sini hendaknya pengetahuan agama menjadi sesuatu yang konkrit dihadapi meskipun abstrak untuk dipahami dalam tahap awal. Pun antara kognisi, motorik, dan psikomotorik siswa akan bekerja efektif.
  • 29. 3.Pembelajaran yang kreatif dan tepat guna • Situasi kreatif merupakan bagian dari cara persuasive kepada siswa. Karena karakter kreatif itu sendiri sebenarnya sudah melekat pada usia anak SD / SMP berawal dari sikap keingintahuan. Namun pun demikian antara keingintahuan dan respon kreatif mesti di tempatkan pada tempatnya. • Salah satu contoh dalam hal ini adalah dengan pembelajaran mata pelajaran jual beli yang juga dapat diselesaikan langsung dengan praktek dan pengamatan terjun di lapangan semisal pasar, took, warung, mal, dan sebagainya.
  • 30. • Atau juga pembelajaran menggambar maka yang guru arahkan adalah bukan semata menggambar gunung sebagaimana terbenam dalam benak siswa bahwa pemandangan adalah gunung. • Namun katakanlah di tengah lingkungan sekolah yang padat penduduk, sedang di rundung bencana banjir, di pelosok perbukitan, dan lain sebagainya hendaklah menjadi referensi nyata dalam pembelajaran tersebut, khususnya juga pelajaran agama.
  • 31. 4. Kesinambungan perkataan dan tindakan • Dalam pengajaran kepada siswa, sebaiknya guru tidak sekalipun mengeluarkan kata-kata yang bersifat instruktif, namun imitatif. • Adalah sebentuk sikap maupun tindakan dengan memberikan contoh langsung kepada siswa bahwa perbuatan maupun ucapan sebagai bagian dari penugasan kita kepada siswa adalah hal yang sama juga dilakukan oleh guru.
  • 32. • Semisal ketika menghendaki siswa untuk sekali waktu melaksanakan salat Dhuha, maka yang mesti dilakukan guru adalah dengan bersama-sama melakukan salat itu sendiri, bahkan tidak hanya berposisi menjadi imam, kesempatan menjadi imam mesti juga dipersilahkan kepada salah seorang siswa yang patut. • Pun dalam konteks di luar kelas, ketika guru tidak menghendaki muridnya merokok, maka guru mesti juga tidak melakukan hal yang sama khususnya jika bertemu dengan siswa walaupun itu di luar jam pelajaran maupun luar lingkungan sekolah.
  • 33. 5.Penguasaan IT dan pencitraan positifnya • Sudah menjadi maklum bahwa globalisasi menawarkan dua sisi yang saling bertolak belakang dalam hal kamanfaatan dan kemudharatan. • Disinilah peran guru seharusnya secara maksimal berperan. • Jika dalam suatu sekolah sudah tersedia misalkan hotspot area ataupun laboratorium computer yang terkoneksi dengan jaringan internet, maka semestinya ruang kebebasan dan kreatifitas siswa dalam akses penggunaannya kita maksimalkan dengan pendampingan yang lebih maksimal pula. • Tentunya dunia anak penuh dengan hal-hal yang menyenangkan dalam imajinasi mereka, khususnya ketika dihadapkan pada layar internet, entah itu sebenarnya negative atau tidak, seperti: game play-station, situs porno, Facebook, situs berbau SARA, dan sebagainya.
  • 34. • Untuk menghadapi gempuran program yang menggiurkan tersebut, guru tidak harus melarang atau reaktif, namun cukup dengan sikap preventif yaitu justru dengan cara kita mengenalkan, tentunya tetap dengan unsure-unsur yang positif. • Misalnya dengan mengenalkan game yang edukatif, pembuatan komunitas belajar di Facebook, penugasan berbasis email, publikasi karya melalui blogspot, juga pengenalan situs-situs yang bermanfaat sebanyak mungkin. • Sehingga dengan cara ini diharapkan siswa akan sibuk dengan hal-hal yang positif ketika berhadapan dengan dunia TI, termasuk disini adalah menyediakan buku pedoman TI yang sangat lengkap dan mendukung.
  • 35. 6.Menjadikan kelas sebagai ruang kuasa siswa • Dalam pengertian ini adalah memberikan kesempatan seluas—luasnya kepada siswa untuk belajar. • System pembelajaran tidak hanya ceramah ansich, namun lebih pada berangkat dari kegelisahan siswa dan guru hanya berfungsi mengantarkan pada pemahaman yang memadai serta tidak perlu menyamakan pemahaman pada hasil akhirnya. • Jadi cara ini bertumpu pada siswa misal dengan forum Focus Group Discussion, brainstorming, study-ckub, dan lain sebagainya.
  • 36. 7.Masifikasi dialektika dan karya nyata • Cara ini merupakan salah satu cara untuk memberikan respon terbaik kepada siswa terhadap apa yang telah dilakukannya bersifat positif. • Dengan cara seperti ini siswa diharapkan semakin termotivasi dan merasa dihargai atas setiap usaha yang telah mereka kerjakan. • Misal dalam hal ini adalah dengan mempublikasikan hasil karya tulis mereka baik berupa gambar, cerita, maupun kliping berita yang kesemuanya berangkat dari penugasan oleh guru di lapangan yang akhirnya berakhir di dinding pajangan maupun blog dan website sekolah. Dengan ini nuansa kompetisi dan apresiasi pun akan terbangun dan termotivasi untuk lebih berkarya dengan baik lagi.
  • 37. 8.Membangun relasi makna antara sekolah dan masyarakat • Pengertian konkrit dari langkah ini adalah membangun komunikasi yang massif baik antara pihak guru dengan wali / orang tua siswa maupun pihak sekolah dengan warga setempat di lingkungan dimana sekolah itu berada. • Hal ini sangat perlu untuk dimaksimalkan mengingat kebanyakan waktu siswa dalam setiap harinya justru berlangsung di luar sekolah, entah itu di rumah maupun di lingkungan masyarakatnya.
  • 38. • Otomatis guru tidak bisa memantau kegiatan siswa di luar sekolah, sehingga perlu dibangun kesepahaman dengan masyarakat luas dalam pendampingan sifat dan sikap siswa selama di luar pengawasan sekolah. • Termasuk dalam hal ini adalah dalam rangka menghindari prasangka yang negative masyarakat terhadap kegiatan yang berlangsung di dalam kelas, sehingga keterbukaan informasi dan komunikasi pun terjadi.
  • 39. 9. Komunikasi dan inisiasi horizontal sesama guru • Terakhir kali menurut penulis untuk bias memiliki kemampuan maksimal di atas guru yang biasa dalam hal kreatifitas adalah dengan saling berbagi kepada sesame guru khususnya di lingkungan kerja sendiri. • Hal ini sangat penting untuk mendapatkan keseragaman visi dan misi sesuai yang dibangun di sekolah dimana kita mengajar. • Selain itu, dalam tahap yang lebih maju, perlu diadakan pelatihan maupun seminar yang bersifat informal sesama guru dalam rangkan melejitkan kemampuan super masing-masing guru. •
  • 40. • Seperti acara workshop, seminar, out-bound, pelatihan motivasi, TI, dan sebagainya yang berorientasi pada pengembangan peserta didik dan system belajar yang lebih menarik dan update sesuai perkembangan zaman. • Demikianlah adalah beberapa poin yang dapat penulis sampaikan apa adany dan murni tanpa ada unsure palgiasi dari buku maupun catatan lain selain ide dan gagasan penulis sendiri didasarkan pada pengalaman subjektif dan komparatif.
  • 41. • Tentunya masih banyak ditemukan kekurangan dan kelemahan dari segenap tulisan di atas, mohon kritik dan masukan dari segenap pihak demi perbaikan ke depan. Terima kasih. *Tulisan ini diselesaikan pada hari Senin tanggal 04 April 2011 pukul 08.25 WIB dibuat guna memenuhi salah satu tugas ujian akhir catur wulan pertama pada mata kuliah Psikologi Perkembangan Peserta Didik yang diampu oleh Bapak Yuli Susetyo, M.Psi **Penulis adalah mahasiswa program pendidikan guru akta IV angkatan 27 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
  • 42. • Interaksi pertama proses perkembangan manusia tidak akan pernah bisa lepas dari peran dan konsep seorang guru. • Karena ia begitu berperan dalam mewarnai corak pemikiran, gaya hidup, perilaku, bahkan pada tahap pengambilan keputusan sekalipun seseorang tiada akan pernah bisa lepas dari pengaruh seorang guru. • Pun asumsi di atas tidak selamanya benar jika kita jauh sebelumnya mampu mengenal dan memahami konsep pendidikan dengan baik dan benar serta kritis. • Sebab, mau tidak mau pendidikan merupakan proses yang telah mengakar tajam dalam setiap hubungan dan komunikasi seseorang dengan lain orang.
  • 43. • Tambahan, dalam konsep Islam dikenal dengan guru kedua selain guru utama sendiri yang ada di ranah pendidikan formal sekolah maupun madrasah, dialah kedua orang tua. • Kalau boleh penulis mengatakan, bahkan orang tua adalah guru yang kedua namun setelah Alqur’an sebagai guru yang utama dalam bahasa ketuhanan, baru setelahnya adalah pengajar di lembaga formal sebagai guru yang ketiga. Opini ini tidak lain dimaksudkan untuk mengoptimalkan secara massif atas peran diri sebagai personal yang hendaknya senantiasa merespon untuk selalu mencari “guru” dalam hidupnya. •
  • 44. • Jika dapat digarisbesarkan akan menemu pada titik aspek pendidikan kehidupan berguru pada Alqur’an, aspek pendidikan kepribadian berguru pada kedua prang tua, dan aspek pendidikan pendewasaan berguru pada guru atau pengajar di lembaga formal semisal sekolah, madrasah, maupun pesantren. • Dari ketiga klasifikasi tentang keguruan di atas, dalam tulisan ini hanya akan menyoroti tentang guru kaitannya dengan idealisasi perspektif penullis sendiri dalam menghadapi konteks kekinian dan masa depan. Hal ini mengingat guru dalam kaitannya di bidang pendidikan merupakan peran vital yang mesti dimainkan secara professional, terukur, bertanggungjawab, bermoral, dan mengutamakan pada proses daripada sekedar tujuan pragmatis. • Namun, sejauh pengamatan penulis aspek-aspek tersebut hanya berlaku di ranah formalitas dan terkesan pragmatis. Presumsi ini menjadi maklum ketika di sisi lain tentang sarana dan prasarana yang melingkupinya (baca: seperangkat fasilitas, kurikulum, kebijakan pendidikan, pengaruh politik dan ekonomi, social-budaya, kuantitas dan kualitas SDM, dan lain-lain) juga tengah diserang oleh pengeroposan sistemik untuk tidak mengatakan secara struktural. • Kenyataan ini menjadi niscaya ketika pada masa kekinian banyak kita dapati kesejahteraan guru yang masih ‘jauh panggang dari api’. Dengan kata lain, tujuan pemerintah untuk melaksanakan amanat UUD 1945 dan nilai-nilai Pancasila berbanding balik dengan implementasi di lapangan yang sedang terjadi. Hal ini bias kita temui dengan banyaknya aksi demonstrasi di sejumlah daerah yang dilakukan oleh tenaga guru sendiri dengan turun di jalanan secara langsung menuntut sebagian haknya yang diabaikan oleh pemerintah. Di sisi lain, ada juga kasus yang bersangkut paut dengan oknum guru secara moral melakukan tindak asusila sebagaimana terjadi di kabupaten Jombang, JawaTimur beberapa waktu lalu.
  • 45. • Segelintir contoh kasus tersebut sedikit banyak berpengaruh pada cara pandang murid atau siswa kepada gurunya. • Walaupun tindakan yang menyisakan stigma negative tersebut dilakukan di luar kelas atau di luar forum pembelajaran formal sebagaimana halnya terjadi secara langsung bersama dengan murid. • Namun, secara tidak langsung, didukung dengan derasnya arus globalisasi dan informasi khususnya, siswa sangat mungkin mengkonsumsi mentah-mentah informasi tersebut. • Tentunya hal ini berdampak pada psikis dan system motorik siswa untuk kemudian meresponnya menjadi sesuatu yang layak ditiru tanpa analisis yang mendalam. Karena telah terpatri dalam benak dang pengetahuan siswa bahwa seperti dalam falsafah Jawa, guru adalah ‘orang yang mesti di-gugu (baca: ditaati) dan di-tiru (diteladani). • Pada konteks kekinian, seberapa jauh kepatutan guru untuk diteladani siswanya ? Dan bagaimanakah upaya untuk menjadi guru yang idealis dalam lintas ruang dan waktu?
  • 46. • Sudah menjadi sistem keteraturan alam bahwa segala sesuatu yang ada dan sedang berjalan di dunia ini selalu ada pihak kedua dalam membantu keberlangsungannya. • Seperti bulan yang selalu mendampingi bumi untuk mengitari matahari. • Karena dengan sumber daya gravitasi dan system orbit yang mengatur peredaran bumi dan benda-benda planet lainnya sampai kini berhasil menjaga keteraturan. Hubungan antar kedua relasi maupun lebih tersebut bias disebut dengan berguru, dari sesuatu yang paling kecil sampai sesuatu benda yang paling besar. • Karena di dalamnya ada proses-proses positif, seperti: hubungan transformasi, keteraturan, kekompakan, keberlangsungan, kebermanfaatan, pengetahuan dan keilmuan, sertakemajuanpadatindaklanjutnya. • Perilaku alam semesta tersebut selama ini –sadar atau tidak- juga telah mutlak terjadi dalam diri seseorang dan personal lainnya paling tidak yang menurut istilah penulis disini adalah disebut pendidikan. • Ya, pendidikan telah mendarah-daging di sekitar kita bahkan sejak kita masih dalam kandungan sudah mendapatkannya. • Proses ketika seorang ibu selalu memakan makanan yang bergizi dan sehat, ketika sang ayah pun berperilaku lemah lembut kepada istrinya yang sedang hamil, adalah sama-sama berorientasi pada perkembangan anak atau janin yang masih dalam kandungan. • Dalam tradisi agama-agama, termasuk disini Islam, bahkan nilai pendidikan secara spiritual ditujukan kepada orang yang telah mati sekalipun. Sebagaimana terjadi dalam prosesi pemandian jenazah, pensalatannya, hingga pemakamannya semuanya dilakuakan dengan khidmat dan tulus ikhlas dari orang-orang diluar diri jenazah tersebut. • Dalam terminologi pendidikan itu sendiri, ada konsep yang disebut dengan guru dan murid. • Mereka bias juga berperan untuk merepresentasikan fungsi-fungsi dan system yang selama ini berlaku di alam. • Ketika seorang murid membutuhkan perlindungan maupun asupan, itu menandakan akan ketidakberdayaan dirinya. • Begitu juga ketika ada respon dari sesuatu di luar dirinya yang dengan langsung menjaga dan melindungi bahkan membimbing dirinya hingga menjadi sesuatu yang lebih baik, itulah fungsi yang sama halnya diperankan oleh guru.
  • 47. • Proses pembentukan karakter dan kepribadian seseorang memang tidak bisa lepas dari hasil interaksi antara makhluk yang satu dengan yang lain. Karena berpegang pada satu prinsip bahwa Dzat yang sama sekali tidak membutuhkan dengan lain itulah Sang Khalik. • Bahkan tak terkategori semua jenis dan macam makhluk dengan berbagai tipenya mesti memerlukan –paling tidak- pengaruh dari sesuatu di luar dirinya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal semacam ini bisa kita lihat dalam perilaku alam di sekitar kita, ketika tumbuhan mulai mekar dan mengarahkan daunnya menuju sinar matahari karena ia tertarik dengan sinar yang menjadi sumber pemanasan klorofilnya, ketika air mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang rendah, bahkan ketika bebatuan yang keras pun mampu terkikis sedikit demi sedikit karena adanya perubahan dari pergerakan air yang menerjangnya maupun udara dan angin yang menimpanya.
  • 48. • Sama halnya dengan proses perkembangan manusia dalam upaya memperkaya jati diri dan meneguhkan eksistensinya kaitannya dengan merespon gejala dan problematika di dunia. Ia senantiasa berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka mempertahankan hidupnya. • Tiba-tiba saya teringat dengan sebuah film “Fighting To The Fitlest” yang mengkisahkan tentang peristiwa nyata dari sekelompok orang yang berupaya mempertahankan hidup setelah terdampar di semananjung luas kutub selatan yang sangat dingin dan bahan makanan yang semakin menipis hingga satu persatu diantara mereka tewas karena cuaca yang memang sangat dahsyat dinginnya. Sampai pada orang terakhir yang masih bertahan berpikir bagaimana cara agar dapat berjuang mempertahankan hidup dalam kondisi yang sangat minus tersebut. • Dan dia terpikir untuk menghangatkan badannya dan menjaga suhu badannya agar tetap hangat dengan cara memakan bangkai satu persatu kawan-kawannya yang telah mati sekalipun sambil berjalan kaki mencari pertolongan mengarungi padang salju nan luas dan sunyi. • Penggambaran dari deskripsi di atas adalah beberapa nilai yang terkandung dalam usaha mempertahankan hidup yang panjang. Karena pada era yang serba tidak menentu ini ketahanan materi bukanlah lagi menjadi penentu maupun pelindung seseorang dari derasnya arus globalisasi. • Jika demikian halnya yaitu pemenuhan kebutuhan hanya dengan materi, maka semacam itu tidak ada bedanya dengan seekor hewan yang belum tentu bisa membedakan baik buruknya kandungan makanan yang akan dimakannya. Dalam arti lain tidak memperhitungkan secara cermat resiko yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
  • 49. Kembali pada nilai-nilai yang dapat diambil dari kisah alur perjalanan tersebut dan analoginya dapat kita runut sebagai berikut: 1) Ada dan keberadaaan orang selalu dipengaruhi oleh tangan lain; 2) Ada system di luar diri yang cenderung lebih potensial daripada yang ada dalam diri; 3) Relasi yang dibangun antara pengubah dan yang diubah adalah antara subjek dan objek, dimana keduanya saling bertukar peran yang sama sekaligus –walaupun “yang diubah” dituntut untuk lebih aktif; 4) Keberanian untuk keluar dari “kotak” kebiasaan yang menjemukan dalam upaya tetap membentuk tetap membentuk keteraturan; 4) Kreatifitas yang “gila” dalam upaya mempertahankan keberlangsungan; 5) Adanya proses reseptasi dan akomodasi atas segala fenomena yang selalu berubah sebagai bagian dari transformasi; dan 6) Adanya sense untuk selalu menemukan kebaruan dalam hidup diiringi dengan target dan sasaran tertentu untuk perbaikan langkah selanjutnya.
  • 50. • Di tengah himpitan ekonomi, dekadensi moral, instabilitas politik kebijakan, inkonsistensi pemerintah, pergeseran budaya, benturan sosial, dan banyak faktor lainnya, pilihan menjadi guru merupakan tantangan tersendiri. Banyak sekali baik factor internal maupun eksternal yang menggelayuti cita-cita menjadi guru sejati yang sebenarnya juga berperan penting dalam partisipasi memajukan kecerdasan anak bangsa. Dalam segaris horizontal, segenap problematika dan dilematika tersebut merupakan turunan dari dampak negatif arus globalisasi yang kurang tepat dalam penyikapan seorang guru. Poin ini sangat penting mengingat keterlibatan aktif guru dalam proses transformasi pengetahuan, keilmuan, dan pencitraan kepada anak didik semenjak kecil. Karena masa kecil bagi peserta didik merupakan masa yang sangat labil dalam hal penerimaan informasi dan data yang akhirnya menjadikan karakternya di masa mendatang berujung pada satu catatan; bahwa apapun profesi dan cita-cita anak didik nanti tetap morallah yang menjadi taruhan yang sangat mahal untuk merespon krisis karakter seperti terjadi dalam watak birokrasi saat ini. Jadi, apa yang dilakukan guru saat ini mestilah menjadi langkah awal untuk jangka panjang termasuk dalam mengatasi kebiasaan korupsi, dampak buruk narkoba, dan kasus dekadensi moral lainnya. Sehingga untuk saat ini, sebuah cita-cita harus dibangun dari keadaan yang lebih daripada sekarang. Dalam bahasa saya, saatnya menjadi gurunya guru! Bukanlah sebuah arogansi yang ingin disiratkan dari ambisi di atas, namun sebauh pretensi dalam rangka mengatasi segenap tantangan dan kendala yang telah penulis sebutkan panjang lebar di atas.
  • 51. • Adapun tindakan yang mesti dilakukan untuk menjadi gurunya guru adalah sebagai berikut: • 1. Pembasisan pada pengetahuan budaya lokal merupakan seperangkat sumber budi dan daya • dalam diri seseorang. Fokus awal pada sense ini sama halnya berusaha mengenal mereka secara • mengenal mereka secara utuh dari aspek antropologi. Dalam budaya telah terkandung aspek • norma, adat istiadat, hukum, dan peraturan yang tidak tertulis namun spontan jika kita ajak • bersama untuk mengungkapkan. Selain budaya memang sesuatu yang sensitive, sehingga jika kita • tunjukkan perhatian kita pada wilayah ini, tentu kita akan mendapatkan respon balik yang positif • dari siswa jika kita berhasil menyampaikannya dengan benar dan sesuai pada tempatnya.
  • 52. • Hal ini dapat kita wujudkan dengan mendukung secara konsisten pada porsi mata pelajaran budaya maupun maupun muatan local. • Bisa juga dengan menyanyikan lagu daerah setelah sebelum memulai pelajaran setiap harinya Termasuk disini adalah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya untuk memupuk rasa nasionalisme. • Juga dengan menyanyikan lagu daerah masing-masing daerah secara bergantian dalam tiap harinya. • Misalnya hari Senin lagu nasionalisme seperti: Syukur, Ibu Kita Kartini, dan lain-lain. Hari Selasa untuk lagu daerah Jawa, Rabu lagu Irian Jaya, Kamis lagu daerah Kalimantan, dan menyusul hari dan lagu berikutnya. Berdasarkan pengalaman penulis, metode seperti ini belum pernah dilakukan di lembaga formal setingkat sekolah SD – SMP. Penulis yakin dengan penanaman akar kebangsaan dan kebhinnekaan melalui apresiasi singkat di bidang seni semacam ini akan menumbuhkan etos dan semangat belajar yang beraurakan positif dalam suasana pembelajaran.
  • 53. • Selama ini mungkin yang kita rasakan tentang pendidikan agama adalah suatu pengetahuan yang ‘taken for granted’. Keadaan dan keberadaannya merupakan sesuatu yang sudah terdoktrin untuk kita terima apa adanya tanpa ada upaya membangun konstruksi pemikiran yang mencoba menjelaskan dari dasarnya dan pembuktiannya. Kondisi semacam ini menjadi semakin terkondisikan ketika didukung dengan psikologi perkembangan anak khususnya pada usia SD terhadap agama adalah bersifat reseptif. Artinya penerimaan dan kepatuhannya terhadap agama merupakan sesuatu yang palsu dan rentan terjadi distorsi sikap pada tahap dewasa nantinya. Tak pelak lagi, kegelisahan ini menjadi problem kedua bagi penulis untuk mengidealkan gurunya guru dalam konteks kekinian. Pengalaman penulis dalam proses pendidikan keagamaan secara klasikal hanya mampu membenamkan pengetahuan agama di ranah kognisi saja. Dalam bahasa psikologi adalah tahap pra-konvensional. Adapun efek paling peka aspek keagamaan ini pun mencapai tahap konvensional, yaitu dimana anak didik merasa berharga dan dihargai oleh orang lain terutama gurunya sendiri ketika ia mampu mempraktekkannya di hadapan orang tua, tentunya dengan mengharap pujian dan sanjungan semata. Walaupun memang dampak dari sikap keagamaan tingkat anak ini tidak begitu mengkhawatirkan di masa muda, namun kemungkinan besar akan terjadi sikap untuk menunjukkan pemberontakan maupun distorsi seiring pada usia remaja kelak. Dalam rangka inilah pola pendidikan keagamaan dilaksanakan secara motorik dan psikomotorik melalui proses rasionalisasi yang panjang dan argumentasi yang valid. Konstruk nalar bertanya siswa mesti dipancing dari persoalan yang sederhana dan pencapaian pada jawaban yang sederhana pula namun melekat kuat dalam hati dan perasaan siswa, dan bukan sekedar pada akal. Satu misal, selain dengan memberikan materi salat jenazah di kelas dan praktek di laboratorium agama dengan menggunakan boneka mayat sebagai model, siswa juga perlu kita ajak mengadakan kunjungan takziyah langsung ke rumah duka jika ada salah satu keluarga besar sekolah maupun murid yang meninggal dunia. Dari sini hendaknya pengetahuan agama menjadi sesuatu yang konkrit dihadapi meskipun abstrak untuk dipahami dalam tahap awal. Pun antara kognisi, motorik, dan psikomotorik siswa akan bekerja efektif.
  • 54. • Situasi kreatif merupakan bagian dari cara persuasive kepada siswa. Karena karakter kreatif itu sendiri sebenarnya sudah melekat pada usia anak SD / SMP berawal dari sikap keingintahuan. • Namun pun demikian antara keingintahuan dan respon kreatif mesti di tempatkan pada tempatnya. • Salah satu contoh dalam hal ini adalah dengan pembelajaran mata pelajaran jual beli yang juga dapat diselesaikan langsung dengan praktek dan pengamatan terjun di lapangan semisal pasar, took, warung, mal, dan sebagainya. •
  • 55. • Pembelajaran menggambar maka yang guru arahkan adalah bukan semata menggambar gunung sebagaimana terbenam dalam benak siswa bahwa pemandangan adalah gunung. • Namun katakanlah di tengah lingkungan sekolah yang padat penduduk, sedang di rundung bencana banjir, di pelosok perbukitan, dan lain sebagainya hendaklah menjadi referensi nyata dalam pembelajaran tersebut, khususnya juga pelajaran agama.
  • 56. • Dalam pengajaran kepada siswa, sebaiknya guru tidak sekalipun mengeluarkan kata-kata yang bersifat instruktif, namun imitatif. • Sebentuk sikap maupun tindakan dengan memberikan contoh langsung kepada siswa bahwa perbuatan maupun ucapan sebagai bagian dari penugasan kita kepada siswa adalah hal yang sama juga dilakukan oleh guru. •
  • 57. • Semisal ketika menghendaki siswa untuk sekali waktu melaksanakan salat Dhuha, maka yang mesti dilakukan guru adalah dengan bersama-sama melakukan salat itu sendiri, bahkan tidak hanya berposisi menjadi imam, kesempatan menjadi imam mesti juga dipersilahkan kepada salah seorang siswa yang patut. • Pun dalam konteks di luar kelas, ketika guru tidak menghendaki muridnya merokok, maka guru mesti juga tidak melakukan hal yang sama khususnya jika bertemu dengan siswa walaupun itu di luar jam pelajaran maupun luar lingkungan sekolah.
  • 58. • Sudah menjadi maklum bahwa globalisasi menawarkan dua sisi yang saling bertolak belakang dalam hal kemanfaatan dan kemudharatan. Disinilah peran guru seharusnya secara maksimal berperan. • Jika dalam suatu sekolah sudah tersedia misalkan hotspot area ataupun laboratorium computer yang terkoneksi dengan jaringan internet, maka semestinya ruang kebebasan dan kreatifitas siswa dalam akses penggunaannya kita maksimalkan dengan pendampingan yang lebih maksimal pula. • Tentunya dunia anak penuh dengan hal-hal yang menyenangkan dalam imajinasi mereka, khususnya ketika dihadapkan pada layar internet, entah itu sebenarnya negative atau tidak, seperti: game play-station, situs porno, Facebook, situs berbau SARA, dan sebagainya. •
  • 59. • Untuk menghadapi gempuran program yang menggiurkan tersebut, guru tidak harus melarang atau reaktif, namun cukup dengan sikap preventif yaitu justru dengan cara kita mengenalkan, tentunya tetap dengan unsure-unsur yang positif. • Misalnya dengan mengenalkan game yang edukatif, pembuatan komunitas belajar di Facebook, penugasan berbasis email, publikasi karya melalui blogspot, juga pengenalan situs-situs yang bermanfaat sebanyak mungkin. • Sehingga dengan cara ini diharapkan siswa akan sibuk dengan hal-hal yang positif ketika berhadapan dengan dunia TI, termasuk disini adalah menyediakan buku pedoman TI yang sangat lengkap dan mendukung.
  • 60. • Dalam pengertian ini adalah memberikan kesempatan seluas—luasnya kepada siswa untuk belajar. • System pembelajaran tidak hanya ceramah ansich, namun lebih pada berangkat dari kegelisahan siswa dan guru hanya berfungsi mengantarkan pada pemahaman yang memadai serta tidak perlu menyamakan pemahaman pada hasil akhirnya. • Jadi cara ini bertumpu pada siswa misal dengan forum Focus Group Discussion, brainstorming, study-ckub, dan lain sebagainya.
  • 61. • Cara ini merupakan salah satu cara untuk memberikan respon terbaik kepada siswa terhadap apa yang telah dilakukannya bersifat positif. • Siswa diharapkan semakin termotivasi dan merasa dihargai atas setiap usaha yang telah mereka kerjakan. • Misal dalam hal ini adalah dengan mempublikasikan hasil karya tulis mereka baik berupa gambar, cerita, maupun kliping berita yang kesemuanya berangkat dari penugasan oleh guru di lapangan yang akhirnya berakhir di dinding pajangan maupun blog dan website sekolah.
  • 62. • Dengan ini nuansa kompetisi dan apresiasi pun akan terbangun dan termotivasi untuk lebih berkarya dengan baik lagi. • Membangun komunikasi yang massif baik antara pihak guru dengan wali / orang tua siswa maupun pihak sekolah dengan warga setempat di lingkungan dimana sekolah itu berada. • Hal ini sangat perlu untuk dimaksimalkan mengingat kebanyakan waktu siswa dalam setiap harinya justru berlangsung di luar sekolah, entah itu di rumah maupun di lingkungan masyarakatnya. • Otomatis guru tidak bisa memantau kegiatan siswa di luar sekolah, sehingga perlu dibangun kesepahaman dengan masyarakat luas dalam pendampingan sifat dan sikap siswa selama di luar pengawasan sekolah. • Termasuk dalam hal ini adalah dalam rangka menghindari prasangka yang negative masyarakat terhadap kegiatan yang berlangsung di dalam kelas, sehingga keterbukaan informasi dan komunikasi pun terjadi.
  • 63. • Untuk bias memiliki kemampuan maksimal di atas guru yang biasa dalam hal kreatifitas adalah dengan saling berbagi kepada sesama guru khususnya di lingkungan kerja sendiri. • Hal ini sangat penting untuk mendapatkan keseragaman visi dan misi sesuai yang dibangun di sekolah dimana kita mengajar. • Selain itu, dalam tahap yang lebih maju, perlu diadakan pelatihan maupun seminar yang bersifat informal sesama guru dalam rangkan melejitkan kemampuan super masing-masing guru. •
  • 64. • Seperti acara workshop, seminar, out-bound, pelatihan motivasi, TI, dan sebagainya yang berorientasi pada pengembangan peserta didik dan system belajar yang lebih menarik dan update sesuai perkembangan zaman. • Demikianlah adalah beberapa poin yang dapat penulis sampaikan apa adany dan murni tanpa ada unsure palgiasi dari buku maupun catatan lain selain ide dan gagasan penulis sendiri didasarkan pada pengalaman subjektif dan komparatif. • Tentunya masih banyak ditemukan kekurangan dan kelemahan dari segenap tulisan di atas, mohon kritik dan masukan dari segenap pihak demi perbaikan ke depan. Terima kasih.
  • 66. Thank You Kingsoft Office Make Presentation much more fun