Dokumen tersebut membahas analisis laporan keuangan perusahaan sebagai pedoman perencanaan. Terdapat penjelasan mengenai penggunaan ratio keuangan untuk menilai kondisi keuangan, likuiditas, aktivitas, dan profitabilitas perusahaan. Juga ada contoh perhitungan ratio likuiditas seperti current ratio dan acid-test ratio berdasarkan laporan keuangan suatu perusahaan.
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
Mklh analisis laporan keuangan klmpok
1. Analisis Laporan Keuangan
Sebagai Pedoman Perencanaan Perusahaan
OLEH:
NIDYA RESTI ANGGRAENI [0905114021]
NOVIA SUSANTI [0905121031]
USI TAMALA [0905120957]
WULAN PEBRINOVITA [0905120651]
Pendidikan Ekonomi
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
Universitas Riau
2011
2. Pendahuluan
Sebuah Perusahaan ada untuk mengimplementasikan sasaran dan tujuan tertentu.
Sasaran dan tujuan perusahaan terdapat dalam rencana bisnis (business plan) yang
mendeskripsikan maksud perusahaan, strategi, dan taktik untuk aktivitasnya. Rencana bisnis
membantu manajer untuk memusatkan usaha mereka dan mengidentifikasi kesempatan dan
rintangan yang diharapkan. Pandangan ke dalam rencana bisnis sangat membantu analisis
atas prospek perusahaan kini dan nanti, dan merupakan bagian dari analisis lingkungan bisnis
dan strategi. Kita mencari informasi tetntang tujuan perusahaan dan taktiknya, permintaan
pasar, analisis kompetitif, strategi penjualan (penetapan harga, promosi, distribusi), kinerja
manajemen, dan proyeksi keuangan.
Seorang manajer, analist atau mahasiswa, di dalam membuat analisa untuk tujuan
perencanaan atau pemecahan masalah haruslah menggunakan macam-macam teknik analisa
keuangan, yang dapat membantu di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting. Kita
tidak dapat menganggap analisa keuangan sebagai satu-satunya hal yang paling penting untuk
membantu para manajer di dalam merencanakan investasi, operasi dan pembiayaan, dan
untuk membantu calon investor dalam membuat perkiraan, penilaian dan rencana-
rencananya. Sebagian orang menganggap bahwa manajemen efektif itu adalah “seni
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang penting”, ini berlaku pula untuk analisa keungan
yang baik, yang bagaimanapun juga adalah salah satu segi dari manajemen perusahaan dan
manajemen keuangan.
3. ANALISA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN
Analisa laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan penghitungan ratio –
ratio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya
di masa depan.
Data pokok sebagai input dalam analisa ratio ini adalah laporan laba – rugi dan neraca
perusahaan. Dengan kedua laporan ini akan dapat ditentukan sejumlah ratio dan selanjutnya
ratio ini dapat digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.
Penggunaan Ratio – ratio Finansial Perusahaan
Pada umumnya ada tiga kelompok yang paling berkepentingan dengan ratio – ratio
finansial, yaitu : para pemegang saham dan calon pemegang saham, kreditur dan calon
kreditur serta manajemen perusahaan (the firm‟s own management).
Apabila perusahaan berhasil dengan baik, maka harga saham – sahamnya akan dapat
di naikkan atau setidak – tidaknya dipertahankan pada tingkat yang menguntungkan
(favorable), sehingga kemampuan perusahaan dengan penjualan obligasi akan seamakin
bertambah besar. Di samping itu ratio – ratio finansial perusahaan ini akan digunakan juga
oleh manajemen untuk memonitor keadaan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.
Adanya perubahan – perubahan yang tidak diharapkan akan segera diketahui dan kemudian
dicari langkah – langkah pemecahaannya.
Metode Perbandingan Ratio Finansial Perusahaan
Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam membandingkan ratio
perusahaan, yaitu “Cross-sectional approach” dan “Time series analysis”. Yang dimaksud
dengan cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan ratio – ratio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang
sejenis pada saat yang bersamaan.
Jadi dengan pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa baik atau buruk
suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan di dalam penggunaan ratio – ratio ini antara lain :
1. Sebuah ratio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah
dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah ratio
haruslah dinilai secara bersama – sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang
ingin dinilai, maka satu atau dua ratio saja sudah cukup digunakan.
2. Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat
yang sama.
3. Sebaiknya perhitungan ratio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang
sudah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan
kebenarannya, sehingga ratio – ratio yang di hitunga juga kurang akurat.
4. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang
digunakan haruslah sama.
4. Ratio Dalam Laporan Keuangan Perusahaan
Finansial ratio dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu: ratio likuiditas dan
aktivitas, debt ratio dan profitabilitas ratio. Ratio pertama dihitung berdasarkan data yang
berasal dari neraca, debt ratio berdasarkan data yang berasal neraca dan laporan laba-rugi,
sedangkan ratio profitabilitas berdasarkan data yang berasal dari laporan laba-rugi. Debt ratio
hanya akan sangat berguna apabila seseorang kreditur sudah dapat menyakinkan dirinya
bahwa perusahaan akan berhasil, bukan hanya dalam jangka pendek tetapi juga jangka
panjang.
Tabel 1
LAPORAN LABA RUGI PERUSAHAAN “RIAM REMO”
UNTUK TAHUN 20X0 DAN 20X1
31 DESEMBER
20X0 20X1
Sales Rp 2.600.000 Rp 3.075.000
Cost of good sold 1.943.000 2.326.925
Gross profit 665.890 748.075
Operating expenses:
Selling expense 108.090 100.500
General and administrative expense 190.020 190.005
Lease expense 63.880 69.000
Total operating expense 361.990 359.505
Operating profit 303.900 388.570
Interest expense 58.850 62.340
Earning before taxes 245.050 326.230
Taxes 29% 71.065 94.607
Earning after taxes 173.985 231.623
Preferred stock devidend 10.000 10.000
Earning available for common stockholder 163.985 221.623
Common stock deviden 97.595 101.133
Retained earning 66.390 120.490
Tingkat Likuiditas dan Aktivitas
Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk
membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan
menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan
keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan untuk mengubah
aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
5. Tabel 2
NERACA PERUSAHAAN “RIAM REMO”
UNTUK TAHUN 20X0 DAN 20X1
31 desember
Assets 20X0 20X1
Current assets.
Cash Rp 287.720 Rp 362.970
Marketable securities 50.765 68.160
Account receivable 383.860 502.700
Inventories 280.855 288.885
1.003.200 1.222.715
Total current assets
Fixed assets
Land and building 1.902.960 2.071.600
Machinery and equipment 1.692.260 1.743.225
Furniture and fixtures 286.210 316.190
Vehicles 314.290 274.700
Other 126.980 140.360
Total fixed assets 4.322.700 4.546.075
Less : accumulated depreciation 2.056.250 2.172.000
Total net fixed assets 2.266.450 2.374.075
Total assets 3.269.650 3.596.790
Liabilities and stockholder‟s equity
Current liabilities
Account payable 270.160 381.890
Notes payable and current pertion of long term debt 58.000 79.380
Accruals 153.780 159.480
Total current liabilities 481.940 620.750
Long term debt 966.860 1.022.450
Total liabilities 1.448.800 1.643.200
Stockholder’s equity
Preferred stockcumulative 5%, Rp 1.000,- par,
200 shares authorized and issued 200.000 200.000
Common stock Rp 250 par, 1000 shares authorized;
Shares issued and outstanding in 2001 765, in 2000 762 190.500 191.250
Paid in capital in excees on common stock 417.500 429.000
Retained earning 1.012.850 1.133.340
Total stockholder‟s equity 1.820.850 1.953.590
Total liabilities and stockholder‟s equity 3.269.650 3.596.790
6. Pengukuran Likuiditas Perusahaan Secara Keseluruhan
Dengan likuiditas perusahaan secara keseluruhan dimaksudkan bahwa aktiva lancar dan
utang lancar dipandang masing-masing sebagai satu kelompok. Ada tiga cara penting dalam
pengukuran tingkat likuiditas secara menyeluruh ini, yaitu:
1. Net Working Capital
Net working capital merupakan selisih antara current assets ( aktiva lancar) dengan
liabilities (utang lancar).
Jumlah net working capital ini akan lebih berguna untuk kepentingan pengawasan intern di
dalam suatu perusahaan daripada digunakan sebagai angka pembanding dengan perusahaan
lain.
2. Current Ratio
Current ratio merupakan salah satu ratio finansial yang sering digunakan. Tingkat
current ratio dapat ditentukan dengan jalan membandingkan antara current assets dengan
current liabilities.
=
Artinya: setiap Rp 1 hutang dijamin Rp. 1,97 aktiva lancar (perusahaan normal
berkisar angka 2). Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi, sebaliknya
rasio yang tinggi menunjukan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan berpengaruh tidak
baik terhadap profitabilitas perusahaan.
Tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat current ratio yang dianggap
baik yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat current ratio
ini juga sangat tergantung pada jenis usaha dari masing – masing perusahaan. Akan tetapi
sebagai pedoman umum, tingkat current ratio 2,00 sudah dapat dianggap baik (considered
acceptable).
3. Acid – test Ratio atau Quick Ratio
Acid – test ratio hampir sama dengan current ratio hanya saja jumlah persediaan
(inventory) sebagai salah satu komponen dari aktiva lancar yang harus dikeluarkan. Alasan
yang melatar belakangi hal tersebut adalah bahwa persediaan merupakan komponen aktiva
lancar yang paling tidak likuid atau sulit untuk diuangkan dengan segera tanpa menurunkan
nilainya, sementara dengan acid – test ratio dimaksudkan untuk membandingkan aktiva
yang lebih lancar (Quick assets) dengan utang lancar.
Perhitungan acid – test ratio dilakukan sebagai berikut :
7. Artinya: setiap Rp1 hutang dijamin oleh Rp 1,50 aktivalancar (angka yang terlalu
tinggi, mengindikasikan kelebihan kas ataupiutang, dan angka yang terlalu kecil menunjukan
resiko likuiditas yg tinggi
Pengukuran Tingkat Likuiditas atau Aktivitas dari Current Account Tertentu
(measure of likuidity or activity of specific current account)
Adanya komposisi yang berbeda dari masing – masing komponen current assets dan
current liabilities akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap likuiditas yang
“sesungguhnya” (“the“ true liquidity of the firm).
Oleh karena itu adalah penting untuk melihat “sesuatu” yang terdapat dibalik
pengukuran likuiditas secara menyeluruh (over all likuidity) untuk dapat menentukan tingkat
likuiditas yang sebenarnya dari masing – masing current account.
Sejumlah ratio dapat digunakan untuk mengukur likuiditas / aktivitas dari masing –
masing current account, misalnya pengukuran inventory, account receivable dan account
payable. Didalam pengukuran ratio – ratio ini diasumsikan bahwa 1 tahun 360 hari dan 1
bulan 30 hari.
Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory turnover)
Likuiditas atau aktivitas dari inventory di dalam suatu perusahaan diukur dengan
tingkat perputaran / turnover tersebut. Perhitungan adalah sebagai berikut :
=
Artinya : dalam satu tahun, persediaan berputar 8,17x untuk mengetahui lamanya umur
persediaan (lamanya dana yang tertanam pada persediaan) maka perlu dihitung rata rata umur
persediaan.
Sementara pendapat mengatakan bahwa semakin tinggi turnover yang diperoleh,
semakin efisien perusahaan dalam melaksanakan operasinya. Pendapat ini bisa diterima
sampai pada satu titik tertentu, tetapi diluar itu, tingginya turnover mungkin saja
menimbulkan suatu problem.
8. Misalnya inventory turnover dapat ditingkatkan dengan menahan persediaan sekecil
mungkin. Keadaan seperti ini mengandung resiko yang tidak kecil, karena adanya stock out /
kekurangan persediaan sehingga permintaan – permintaan terhadap produk perusahaan tidak
dapat dipenuhi. Hal ini juga dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan dari para pelanggan
perusahaan sehingga akan mengganggu volume penjualan di masa-masa yang akan datang.
Umur Rata – rata Persediaan (the average of inventory)
Dengan umur rata – rata inventory dimaksudkan berapa hari secara rata – rata
inventory berada di dalam perusahaan. Umur rata – rata persediaan atau average of inventory
dapat dihitung sebagai berikut :
=
Artinya : dalam 1 tahun, terjadi perputaran 44 hari perputaran persediaan yang tinggi
menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam 1tahun dan menandakan
efektifitas manajemen persediaan. Perputaran yang rendah menandakan adanya mis-
manajemen, seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.
Umur rata – rata persediaan dapat pula dihitung secara langsung sebagai berikut :
Umur rata – rata inventory dapat dianggap sebagai jumlah waktu/hari sejak saat pembelian
bahan mentah sampai dengan penjualan produk akhir.
Tingkat Perputaran Piutang (Account receivable turnover)
Seperti halnya inventory turnover, account receivable turnover dimaksudkan untuk
mengukur likuiditas atau aktivitas dari piutang perusahaan. Piutang sebagai unsure modal
kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas, proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke
kas. Makin cepat perputaran piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan.
Perhitungan dilakukan sebagai berikut :
=
Artinya: dalam setahun piutang berputar 6,59X, Sehingga perlu dihitung Berapa hari
piutang akan menjadi kas.
9. Semakin tinggi account receivable turnover suatu perusahaan semakin baik
pengelolaan piutangnya. Account receivable turnover dapat ditingkatkan dengan jalan
memperketat kebijakan penjualan kredit, misalnya dengan jalan memperpendek waktu
pembayaran.
Perputaran piutang harus dikendalikan dengan menyusun tabel umur piutang (aging
schedule of receivables), di mana dalam tabel tersebut dapat diketahui jumlah piutang yang
segera dapat ditagih dan yang lambat ditagih, dan dapat diketahui pengutang atau debitur
yang baik dan yang buruk.
Mengelola arus kas masuk dan keluar adalah salah satu tugas pokok bagian keuangan
karena semua transaksi bisnis bermuara ke dalam kas. Manajer keuangan pada umumnya
mengharapkan penjualan dapat dilakukan dengan tunai, atau kredit dengan waktu yang
sesingkat-singkatnya, agar supaya arus kas masuk cepat. Untuk mengelola keuangan
perusahaan yang baik, manajer keuangan harus menyusun anggaran pengumpulan piutang
yang akan digunakan untuk mengendalikan piutang. Makin panjang umur piutangnya, makin
buruk kondisi perusahaan karena makin lama piutang tersebut menjadi uang tunai (kas).
Contoh skedul umur piutang dapat disajikan dalam tabel di bawah ini , yang terdiri PT ABC
dan PT ABK. Syarat kredit kedua perusahaan tersebut adalah 2/10/net 30.
PT ABC PT ABK
% dari total % dari total
Umur piutang Nilai nilai piutang Nilai
nilai piutang
piutang Piutang
0 - 10 640 80% 400 50%
11 - 30 160 20% 160 20%
31 - 45 0 120 15%
46 - 60 0 80 10%
Diatas 60 0 40 5%
Total 800 100% 800 100%
PT ABC lebih baik daripada PT ABK, karena semua pelanggan membayar tepat
waktu 80% pada hari ke 10, dan sisanya 20% membayar pada hari ke 30. Sedangkan PT
ABK pelanggannya tidak tepat membayar sesuai dengan perjanjian kredit, 30% yaitu (15% +
10% + 5%) pelanggannya membayar lewat 30 hari dari jatuh tempo. Perusahaan yang baik
seyogianya mengikuti manajemen piutang PT ABC seperti ilustrasi di atas.
10. Manajer keuangan harus kontrol ketat jangka waktu penagihan dan skedul umur
piutang. Kedua unsur itu harus dihubungkan dengan syarat kredit dan kedua unsur itu untuk
mengetahui efektifitas bagian penagihan menjalankan tugasnya. Jika jangka waktu penagihan
makin panjang dan rasio umur piutang yang melewati jatuh tempo makin besar, maka harus
diadakan peninjauan kembali kebijakan penjualan kredit.
Umur Rata – rata Piutang Dagang (the average age of account receivable)
Umur rata-rata piutang dagang atau rata-rata pengumpulan piutang (average
collectiont period) dihitung dengan cara sebagai berikut :
=
Jika tersedia informasi penjualan kredit, maka yang dipakai penjualan kredit perlu
membandingkan dengan kebijakan kredit 2/10,n/60. Rata-rata umur piutang yang besar
menunjukan kemungkinan tidak kembalinya piutang yang lebih tinggi, angka yang rendah
karena kebijakan piutang yg ketat.
Disamping cara perhitungan di atas, umur rata-rata piutang dapat dihitung secara
langsung sebagai berikut:
Tingkat Perputaran Utang Dagang (Account payable turnover)
Perhitungan account payable turnover ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa kali utang
dagang perusahaan berputar dalam setahun, Perhitungan adalah sebagai berikut:
(dalam setahun)
Umur Rata-rata Utang Dagang (the average age of account payable)
Umur rata-rata utang dagang atau rata-rata periode pembayaran (average payment
period) dihitung dengan cara sebagai berikut:
11. =
Aging Account
Aging dapat digunakan untuk menilai baik komposisi piutang maupun utang dagang
perusahaan. Hal ini akan memberikan gambaran tentang proporsi dari masing-masing
account selama periode tertentu. Adanya pembengkakan (irregularities) didalam
pengumpulan piutang maupun pembayaran utang dagang akan menandakan adanya problem
yang perlu diteliti lebih lanjut dan kemudian dicari pemecahannya.
Proses aging dilakukan dengan jalan mengelompokkan pos piutang maupun utang
dagang berdasarkan umur dari masing-masing perkiraan, biasanya untuk jangka panjang
waktu 1 bulan dan bergerak mundur selama 3 atau 4 bulan.
Pengukuran Utang (Measures of Debt)
Jumlah utang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang
digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa utang jangka pendek
maupun utang jangka panjang, tetapi juga karena pada umumnya pinjaman jangka panjang
ini jauh lebih besar dibandingkan dengan utang jangka pendek, maka perhatian analis
keuangan biasanya lebih menekankan pada jenis utang ini.
Pihak manajemen perusahaan sudah tentu harus memperhatikan juga besarnya
pinjaman ini, mengingat adanya pihak-pihak lain yang merasa berkepentingan terhadap
kemampuan perusahaan membayar bunga serta pinjaman pokoknya.
Pengukuran Tingkat Utang Perusahaan (measures of the degree of indebtedness)
Pengukuran “degree of indebtedness” didasarkan pada data yang berasal dari neraca
perusahaan dan ratio yang biasanya digunakan di dalam pengukuran ini adalah debt ratio, the
debt-equity ratio, dan the debt to total capitalization ratio.
The debt ratio
Ratio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang di biayai oleh kreditur. Semakin
tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Ratio ini dihitung sebagai berikut :
12. The debt-equity ratio
Ratio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh
pemilik perusahaan. Hal ini biasanya digunakan untuk mengukur financial leverage dari suatu
perusahaan. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
Debt to total capitalization ratio
Ratio ini mengukur berapa besar modal jangka panjang perusahaan (total capitalization) yang
dibiayai oleh kreditur jangka panjang. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
Pengukuran tingkat kemampuan perusahaan membayar kewajiban finansial yang
tetap (Measures of the ability to service fixed financial chargers).
Pengukuran terhadap kemampuan perusahaan membayar kewajiban – kewajiban
finansial yang sifatnya tetap ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. Time interest earned
2. Total debt coverage
3. The overall coverage ratio.
Time interest earned
Ratio ini sering juga disebut “the total interest coverage ratio” yang tujuannya adalah
untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban tetap berupa
bunga. Semakin tinggi ratio ini, semakin baik/mampu suatu perusahaan di dalam membayar
bunga-bunga atas segala utang-utangnya. Perhitungan time interest earned dilakukan sebagai
berikut:
Sampai berapa jauh earning before interest and taxed (EBIT) bisa diturunkan sebelum
perusahaan tidak mampu membayar bunga atas utang – uatangnya dapat dihitung dengan :
(time interest earned – 1) : (time interest earned)
Total Debt Coverage
Ratio ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajiban kepada kreditur baik yang berupa bunga maupun pinjaman pokok
(principal) ataupun pembayaran sinking fund. Di dalam menghitung total debt coverage ini
perlu di perhatikan bahwa pembayaran pinjaman pokok adalah atas dasar sebelum pajak,
13. Maka untuk itu terlebih dahulu perlu diadakan penyesuaian atau adjustment terhadap salah
satu komponen tersebut di atas. Mengingat perhitungan atas dasar sebelum pajak lebih mudah
dilakukan, maka perlu diadakan adjustment terhadap pembayaran pinjaman pokok menjadi
sebelum pajak.
Total debt coverage dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dimana t adalah tingkat pajak yang dinyatakan dalam prosentase. Dengan membagi principal
dengan (1 – t), maka akan di dapat jumlah pembayaran pinjaman pokok sesudah diadakan
adjustment.
Seperti halnya dengan time interest earned, total debt converage ini mengukur tingkat risiko
(risk). Semakin rendah ratio yang diperoleh semakin besar risiko yang dihadapi oleh para
kreditur dalam artian bahwa kemungkinan untuk tidak dibayarnya bunga dan pinjaman
pokoknya semakin besar.
The overall coverage ratio
The overal coverage ratio ini hampir sama dengan total debt coverage hanya dengan
tambahan terhadap kewajiban – kewajiban finansial tetap lainnya seperti pembayaran lease
dan deviden untuk saham preferen. Pembayaran lease merupakan pembayaran sebelum pajak,
jadi tidak perludiadakan adjustment, sedangkan pembayaran dividen saham preferent yang
dananya diambil dari cash flow sesudah pajak harus diadakan adjusment, sehingga menjadi
keadaan sebelum pajak.
Untuk mengukur tingkat the overall coverage ratio dilakukan sebagai berikut :
Pengukuran tingkat profitabilitas
Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing – masing
pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara
keseluruhan ketiga pengukursn ini akan memungkinkan seoramg penganalisa untuk
mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva
dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Untuk melangsungkan hidupnya, suatu
perusahaan harus berada dalam keadaan menguntungkan/profitable. Tanpa adanya
keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditur,
pemilik perusahaan dan terutama sekali pihak manajemen perusahaan akan berusaha
meningkatkan keuntungan ini, karena disadari betul betapa pentingnya arti keuntungan bagi
masa depan perusahaan.
14. Laporan Laba – Rugi Dalam Bentuk Prosentase
Laporan laba – rugi dalam bentuk persentase merupakan pendekatan yang biasa
dilakukan untuk menilai “keuntungan dalam hubungannya dengan volume penjualan”.
Laporan laba dalam bentuk persentase disebut dengan istilah the “commonsize”
statement. Dengan menyatakan setiap pos di dalam laporan laba – rugi dalam bentuk
persentase dari volume penjualan, maka hubungan antara penjualan dengan revenue
(penghasilan) serta expense (biaya) akan dapat dievaluasi. Laporan laba rugi dalam bentuk
persentase sangat berguna dalam mengadakan perbandingan secara “time series”
Tabel 3
LAPORAN LABA RUGI
“RIAM REMO”
Dalam bentuk persentase untuk tahun 20X0 dan 20X1
31 Desember
20X0 20X1
Sales 100,00 % 100,00 %
Less : Cost of good sold 74,39 % 75,67 %
a. Gross profit margin 25,61 % 24,33 %
Operating expenses:
Selling expenses 4,16 % 3,27 %
General expenses 7,31 % 6,18 %
Lease expenses 2,46 % 2,24 %
Total operating expense 13,93 % 11,69 %
b. Operating profit margin 11,68 % 12,64
Interest expenses 2,26 % 2,03 %
Earning before taxes 9,42 % 10,61 %
Taxes 9,73 % 3,08 %
c. Net profit margin 6,69 % 7,53 %
Analisa terhadap laporan laba rugi Riam Remo di atas menunjukkan adanya
peningkatan cost of good sold dari 74,39 % pada tahun 20X0 menjadi 75,67 % di tahun
20X1. Akan tetapi analisa selanjutnya menunjukkan bahwa operating expenses menurun
sebesar 2,24%. Kemudian beban bunga menurun dari 2,26% di yahun 20X0 menjadi 2,03%
di tahun 20X1. Penurunan operating expenses dan bunga ini lebih besar dibandingkan dengan
kenaikan cost of good sold, sehingga pada akhir tahun 20X1 tampak ada kenaikan net profit
margin sebesar 0,84% yaitu dari 6,69% menjadi 7,53%.
15. Ada tiga ratio pengukuran profitabilitas dalam hubungan dengan volume penjualan
yang biasa digunakan, dimana hal ini sebenarnya dapat langsung dilihat dari laporan laba –
rugi dalam bentuk persentase. Ratio – ratio tersebut adalah :
a. Gross profit margin
b. Operating profit margin, dan
c. Net profit margin.
Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan persentase dari laba kotor (sales-cost of good sold)
dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi
perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa cost of goods sold relatif lebih rendah
dibandingkan dengan sales. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross prifit margin,
semakin kurang baik operasi perusahaan.
Gross profit margin dapat dihitung sebagai berikut :
Operating Profit Margin
Ratio ini menggambarkan apa yang biasa nya disebut “pure profit” yang diterima atas
setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan. Operating profit disebut murni (pure) dalam
pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi
perusahaan dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban financial berupa bunga serta
kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Seperti halnya gross profit margin,
maka semakin tinggi ratio operating profit margin akan semakin baik pula operasi suatu
perusahaan.Operating profit margin di hitung sebagai berikut:
Operating profit margin untuk perusahaan “ Riam Remo”adalah sebesar :
Ratio sebesar 12,64% menunjukkan bahwa laba operasi adalah sebesar 12,64% dari volume
penjualan.
Net Profit Margin
Net Profit Margin adalah merupakan ratio antara laba bersih ( net profit ) yaitu
penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan
16. penjualan. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi suatu perusahaan. Suatu
net profit margin yang dikatakan baik akan sangan tergantung dari jenis industry di dalam
mana perusahaan berusaha.
Kalkukasi net profit margin adalah sebagai berikiut:
Net Profit Margin untuk perusahaan „” Riam Remo” adalah sebesar :
Dari perhitungan tersebut berarti bahwa laba bersih sesudah pajak yang dicapai adalah
sebesar 7,53% dari volume penjualan.
Ketiga ratio profitabilitas di atas dapat dilihat dari laporan laba - rugi dalam bentuk
prosentase pada table 3 di depan.
Total Aset Turnover
Total assets turnover menunjukan tingkat efiesiensi penggunaan keseluruhan aktiva
perusahaan didalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin tinggi ratio total
assets turnover berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva didalam menghasilkan
penjualan. Dengan perkataan lain, jumlah assets yang sama dapat memperbesar volume
penjualan apabila total aseets turnovernya ditingkatkan atau diperbesar. Total assets turnover
ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan , tetapi akan lebih penting lagi bagi
manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukan efisien tidaknya pengguanaan
seluruh aktiva di dalam perusahaan.
Perhitungan total assets turnover dilakukan sebagai berikut :
Total assets turnover untuk perusahaan “ Riam Remo “ adalah sebagai berikut :
Hal ini berarti bahwa perusahaan hanya mampu menghasilkan penjualan sebesar
0,855 dari total aktiva yang dimilikinya. Turnover ini akan berarti kalau dibandingkan dengan
ratio – ratio di masa lalu atau dibandingkan dengan ratio rata – rata industri.
17. Return on Investment ( ROI ) dan Du Pont Formula
Return on investment ( ROI ) atu yang sering juga disebut dengan “ return on total
assets” adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalm
perusahaan. Semakin tinggi ratio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan.
Return on investment dihitung sebagai berikut :
Return on investment untuk perusahaan “Riam Remo “ adalah sebagai berikut :
Kesimpulan tentang baik tidaknya tingkat return on investment sebesar 6,44% di atas
hanya dapat diketahui sesudah diperbandingkan dengan ratio rata-rata industry. Return on
investment suatu perusahaan dapat pula dihitung dengan menggunakan Du Pont Formula
sebagai berikut :
Return on investment ( ROI) = net profit margin x total assets turnover kalau nilai net
profit margin dan total assets turnover yang sudah dihitung dimuka dimasukan kedalam
formula tersebut diatas, maka akan didapatkan hasil sebagai berikut :
7,53% X 0,855 = 6, 44 %
Dengan menggunakan Du Pont System akan dapat dilihat return on investment yang
dihasilkan melalui perkalian antara keuntungan dari komponen-komponen sales serta
efisiensi penggunaan total assets didalam menghasilkan keuntungan tersebut. Return on
investment akan dapat ditingkatkan dengan memperbesar kedua atau salah satu komponen
tersebut di atas.
Hubungan antara kedua komponen yang mempengaruhi return on investmen
atau besar atau kecilnya net profit margin dan total assets turnover akan sangat tergantung
pada jenis usaha dari masing-masing perusahaan.
Return On Equity ( ROE ) dan Sistem Du Pont yang Dimodifikasi
Return On Equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan ( in come ) yang
tersedia bagi para pemilik perusahaan ( baik pemegang saham biasa maupun pemegang
saham preferen ) atas modal yang mereka investasikan didalam perusahaan. Secara umum
tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan
pemilik perusahaan.
18. Return On Equity dihitung sebagai berikut :
Return On Equity ( ROE )untuk perusahaan “ Riam Remo” adalah sebagai berikut :
Dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa tingkat return yang diperoleh pemilik
perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 11,86%.
Gambar 1
“ Du pont system “ dan sistem Du pont yang dimodifikasi
Net profit margin =
ROI =
Pengukuran tkt profitabilitas
penjualan yang dihasilkan
Pengukuran efisiensi =
penggunaan total
aktiva dalam X
menghasilkan Total assets turnover =
keuntungan bersih
ROE = setelah pajak
` = Pengukuran tkt perputaran
Pengukuran tingkat atau efisiensi penggunaan
penghasilan /return total aktiva dalam
bagi pemilik atas menghasilkan penjualan
modal yang
diinvestasikan Debt Ratio =
Pengukuran
jumlah utang dari
total aktiva
perusahaan
Disamping cara perhitungan diatas, return on equity dapat pula ditentukan dengan
menggunakan system Du Pont yang dimodifikasi, seperti berikut ini :
19. Pembilang dalam formula diatas adalah return on investment, sehingga dengan
demikian secara langsung return on equity dapat dihitung sebagai berikut :
Penggunaan debt ratio (total liabilities total assets) untuk mengubah return on
investment (ROI) menjadi return on equity (ROE)menggambarkan pengaruh dari levarge
(penggunaan modal pinjaman) atas return yang diperoleh pemilik perusahaan. Dengan
memasukkan angka-angka return on investment serta debt ratio ke dalam Du Pont modified
Formula akan didapat hasil sebagai berikut :
Perhitungan return on equity ( ROE ) dengan menggunakan system Du Pont yang
dimodifikasi memberikan beberapa keuntungan, karena kita dapat melihat secara langsung
faktor-faktor yang mempengaruhi return on equity, yaitu keuntungan atas komponen-
komponen sales (net profit margin), efisiensi penggunaan aktiva ( total assets turnover ), serta
penggunaan leverage ( debt ratio).
Hubungan antara ketiga komponen ini dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 1 di
atas.
Tingkat Penghasilan Bagi Pemegang saham Biasa ( Return on Common Stock Equity )
Return on common stock equity menyangkut tingkat penghasilan atau return yang di
peroleh atas nilai buku saham biasa. Pihak yang sangat berkepentingan dengan ratio ini tentu
saja para pemegang saham biasa, karena hal ini akan menggambarkan keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemilik perusahaan yang dalam hal ini
pemegang saham biasa.
Return on common stock equity di hitung sebagai berikut :
Return on common stock equity bagi perusahaan „ Riam Remo” adalah sebagai berikut:
20. Ratio sebesar 12,64% menunjukkan bahwa tingkat penghasilan bagi pemegang saham
biasa adalah sebesar 12.64%
Pembilang dan penyebut di dalam formula diatas masing-masing dikenal dengan
istilah “earing available for common stock” untuk pembilang, dan “ common stock equity
untuk penyebut. Sering kali untuk memberikan hasil yang lebih akurat, penyebut dalam
formula tersebut diganti dengan “ market value “ (harga pasar) dari saham biasa.
Pendapatan per Lembar Saham Biasa ( Earning per share atau EPS )
Pada umumnya menajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang
saham sangat tertarik akan earning per share ( EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah
rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik
dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator
keberhasilan suatu perusahaan.
Earning per share dihitung sebagai berikut:
Earning per share untuk perusahaan “ Riam Remo” adalah sebagai berikut :
Hal ini menggambarkan bahwa pendapatan per lembar saham biasa adalah sebesar
Rp 354,60. Hal ini tidaklah berarti bahwa jumlah EPS tersebut akan didistribusikan semuanya
kepada pemegang saham biasa, karena berapa jumlah yang akan didistribusikan tergantung
pada kebijaksanaan perusahaan dalam hal pembayaran deviden.
Deviden per Lembar Saham Biasa ( Devidenper share)
Deviden per share menggambarkan berapa jumlah pendapatan per lembar saham
(EPS) yang akan didistribusikan. Perhitungannnya adalah sebagai berikut :
Dari laporan laba rugi perusahaan “Riam Remo” di depan, dapat dilihat bahwa jumlah
deviden yang dibayarkan (deviden paid) adalah sebesar Rp 101.133,00. Hal ini menunjukan
bahwa dividend per sharenya adalah sebesar:
21. Deviden sebesar Rp 132,20 menunjukkan jumlah yang didistribusikan untuk setiap lembar
saham biasa.
Nilai Buku per Lembar Saham Biasa (Book Value per Share)
Book value per share menunjukan suatu “ approximate value” atau perkiraan nilai
(tidak pasti) dari setiap lembar saham biasa yang didasarkan atau asumsi bahwa semua assets
perusahaan dapar dilikuidir menurut nilai bukunya. Nilai buku yang dimaksudkan disini
adalah nilai akunting, yaitu nilai yang dicatat berdasarkan system akuntansi dan nampak
dalam neraca perusahaan. Tersirat didalam pengertian ini bahwa para pemegang saham biasa
akan menerima uang sejumlah nilai buku dari setiap lembar saham, apabila aktiva perusahaan
dijual dan setelah terlebih dahulu melunasi semua hutang-hutangnya.
Niali buku per saham dihitung sebagaiberikut :
Book value per share untuk perusahaan “Riam Remo” adalah sebagi berikut :
= Rp 2.292,27
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa harga buku per lembar saham
biasa yang beredar adalah Rp 2.292,27
22. Daftar Pustaka
Subramanyam, K.R., John Wild, Analisis Laporan Keuangan, 2010,Jakarta: Salemba Empat
Helfert, Erich A., Teknik analisis keuangan petunjuk praktis untuk mengelola dan mengukur
kinerja perusahaan, 1997, Jakarta: Erlangga
Helfert, Erich A., Analisis laporan keuangan, Edisi ke-7, Jakarta: Erlangga
Syamsuddin, Lukman, Manajemen Keuangan Perusahaan konsep aplikasi dalam:
Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, 2009, Jakarta: Rajawali
Pers
Helfert, Erich A., Teknik Analisis Keuangan, 1983, Jakarta: Erlangga