Tsunami disebabkan oleh gempa bumi atau aktivitas vulkanik di dasar laut. Sistem peringatan dini tsunami Indonesia (InaTEWS) memantau, menganalisis, dan memperingatkan masyarakat terhadap ancaman tsunami melalui jaringan seismograf, GPS, tide gauge, dan buoy di sekitar pantai beserta sistem diseminasi peringatan. Kesiapsiagaan masyarakat diperkuat melalui simulasi dan pelatihan evakuasi bencana.
3. TSUNAMI
Berasal dari bahsa
jepang
Tsu harbour
Nami wave
• Sebutan lain
- Tidal Wave
- Seismic Sea Wave
4. Pengertian Tsunami
Tsunami adalah sederetan gelombang yang
terjadi pada air laut yang ditimbulkan oleh
gangguan yang mengakibatkan berubahnya
ketinggian permukaan air laut. Pada umunya
gelombang tsunami erat hubungannya dengan
daerah pesisir pantai.
6. Penyebab Tsunami
Aktifitas Non Seismik Landslide
Landslide(longsor
an bawah laut)
Letusan gunung
api bawah laut
Tumbukan meteor
Ledakan nuklir
8. Syarat-syarat Terjadinya
Tsunami
Gempa bumi yang berpusat di tengah
laut dan dangkal (0 - 30 km)
Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-
kurangnya 6,5 Skala Richter dan dengan
pola sesar naik atau sesar turun
10. Hubungan Magnitude dengan
Kedalaman
Mm = 6,3 + 0,005 D (Lida (1970) )
Dimana :
Mm = magnitudo minimum atau ambang gempa
(skala Richter) yang berpotensi menimbulkan
tsunami
D = Kedalaman pusat gempa.
12. Hubungan Kecepatan dengan
Kedalaman
V = g. D
Dimana :
V = kecepatan gelombang
D = Kedalaman pusat gempa
Contoh
gravitasi di suatu tempat adalah g = 10m/det2 dan
kedalaman laut di tempat itu di ambil D = 500 m, maka
kecepatan gelombang tsunami di tengah laut kurang
lebih 250 km/jam.
13. Klasifikasi Tsunami
Amat Kecil (0)
Kecil (1)
Menengah (2)
Besar (3)
Amat Besar (4) ( Lida 1963)
14. Hubungan empiris antara magnitudo tsunami
dengan magnitudo gempa bumi yang
menimbulkannya diturunkan oleh Lida (1963)
sebagai berikut :
m = 2,661 M – 16,44
Dimana :
m = magnitudo tsunami dalam skala Immamura.
M = magnitudo gempa bumi dalam Skala Richter.
16. Mitigasi Tsunami
Mitigasi:
- Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah
bahaya, mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya,
dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak
dapat dihindarkan.
- Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat.
Mitigasi dapat didefinisikan sebagai “aksi yang
mengurangi atau menghilangkan resiko jangka
panjang bahaya bencana alam dan akibatnya
terhadap manusia dan harta-benda” (FEMA, 2000).
- Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala
pihak terkait pada tingkat negara, masyarakat dan
individu.
17. Mitigasi Tsunami
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana
alam lainnya, sangat diperlukan ketepatan dalam
menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan
menerapkan teknik peringatan bahaya, dan
mempersiapkan daerah yang terancam untuk
mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut.
Ketiga langkah penting tersebut:
1) penilaian bahaya (hazard assessment),
2) peringatan (warning), dan
3) persiapan (preparedness) adalah unsur utama model
mitigasi.
Unsur kunci lainnya yang tidak terlibat langsung
dalam mitigasi tetapi sangat mendukung adalah
penelitian yang terkait (tsunami-related research).
18. INATEWS
(INDONESIA TSUNAMI EARLY WARNING
SYSTEM)
sistem peringatan dini tsunami atas kerjasama
dengan lembaga-lembaga dalam dan luar
negeri
20. Konsep Segitiga Komponen
InaTEWS
komponen operasional
Menangani kegiatan-kegiatan pemantauan, pengolahan, analisa,
penyiapan dan disiminasi warning tsunami. Melaksanakan tanggap
darurat terhadap kejadian bencana dan mitigiasi melalui:
pendidikan dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat,
penyiapan tempat perlindungan, jalur penyelamatan, peta,
logistik, pelatihan lapangan dan lain-lain.
komponen mitigasi dan tanggap darurat
Memberikan dukungan melalui kajian, penelitian, uji coba terhadap
komponen 1 dan 2 besertapeningkatan kapasitas SDM.
Komponen Pembangunan Kapasitas
Memberikan dukungan melalui kajian, penelitian, uji coba terhadap
komponen 1 dan 2 beserta peningkatan kapasitas SDM
22. Komponen Operasional
InaTEWS
A. Sistem Pemantauan
Pemantauan darat
Seismic (160 broadband seismometer, 500 accelerometer)
GPS (40)
Pemantauan muka laut
Buoys (22)
Tide Gauges (80)
B. Sistem Pengolahan
Seismic : 10 Regional Center (RC), 1 National Center (NC)
Lainnya : 1 Tide Gauges Center, 1 Buoys Center, 1 GPS
Center
C. Telekomunikasi
Upstream (Pengumpulan Data)
Down stream (Diseminasi)
24. Jaringan Seismik (BMKG)
gempa -> gelombang seismik dipancarkan ke segala arah ->
terekam oleh jaringan Seismometer -> Rekaman dikirim melalui
VSAT ke Pusat -> diproses & dianalisis -> dihasilkan informasi
sumber gempa bumi
Ketika parameter gempabumi memenuhi kriteria menimbulkan
tsunami maka warning tsunami akan dikeluarkan. Diharapkan
sinyal dari buoys akan datang dengan segera untuk digunakan
sebagai konfirmasi atau pernyataan warning selesai.
Jaringan Seismik telah didisain terdiri dari 160 broadband
seismometer, 500 accelerometer dan akan dikelompokan kedalam 10
Regional Center.
Dengan jumlah sensor tersebut dan jarak tiap sensor ±100 km, maka
dalam 3 menit pertama sumber gempabumi yang terjadi di wilayah
Indonesia dapat ditentukan lokasinya.
26. Jaringan GPS dan Tide Gauge
(Bakosurtanal)
Jaringan GPS sebagai bagian dari sistem
pemantauan darat dipasang di beberapa lokasi
bersama-sama dengan seismometer atau tide gauges
atau tersendiri sesuai dengan kebutuhan
jaringannya.
Tide gauge adalah perangkat untuk mengukur
perubahan muka laut. Informasi yang dibutuhkan
untuk peringatan dini adalah pasang surut seketika
sebelum terjadinya tsunami
Hingga sekarang 39 tide gauges telah
terpasang dan datanya ditrasmit melalui VSAT IP
dan GTS (real time).
31. Buoys (BPPT)
Dalam pengertian sederhana, Buoy adalah sebuah
pelampung yang mengambang di permukaan laut
sebagai perangkat untuk mendeteksi berbagai aktivuitas
di dasar laut.
Buoy yang dipasang di dekat sumber gempa dan
tsunami bekerja berdasarkan gelombang tsunami atau
anomali elevasi muka air laut yang dideteksi oleh sensor
Data akan terkirim ke Pusat BPPT menggunakan
komunikasi imarsat dan akan dikirimkan langsung ke
BMKG menggunakan VPN dan back up dengan VSAT
IP. Dengan jalur komunikasi seperti ini diharapkan
delay waktu akan terabaikan.
35. DSS (Decision Support System)
1. Perspektif Situasi
Memberikan gambaran dan rujukan situasi di area
bencana sekitar sumber gempa bumi.
Memberikan gambaran penjalaran tsunami diperoleh dari
database hasil modelling.
Menunggu data dari pemantau muka laut.
36.
37. 2. Perspektif Observasi;
Real Time : Seismik, GPS, Buoys, Tide Gauges
Diharapkan menerima informasi deformasi lempeng dan
tsunameter
Berdasarkan situasi disini,yang menampilkan kondisi
obervasi untuk menentukan tindakan selanjutnya, mulai
dari warning sampai akhir warning
38. 3. Perspektif Keputusan;
Menawarkan jenis warning yang dibuat oleh
sistem untuk dievaluasi oleh petugas sebelum
dikirimkan
Hasil dari modeling tsunami dalam bentuk
peta penjalaran dan ketinggian tsunami
berdasarkan dampak yang kemungkinan
terjadi
39.
40. Sistem Diseminasi
Pada dasarnya sistem disiminasi menjadi tugas institusi BMKG,
yang berkewajiban menyiapkan dan mengeluarkan “warning” yang
selanjutnya untuk didesiminasikan ke masyarakat.
Selanjutnya menjadi tanggung jawab berbagai institusi terkait untuk
menyampaikannya ke masyarakat yang daerahnya terancam.
41. “Five in One”
“Five in One” yang merupakan sistem yang dipakai
BMKG, sistem ini mempunyai kelebihan lain disamping
pengiriman otomatis serentak melalui lima moda, kelima
moda tersebut : aktivasi alarm, SMS, internet, website,
konversi teks suara.
Server penerima warning tsunami dapat bertindak
sebagai server disiminasi lagi untuk mengirimkan
warning tsunami ke alamat – alamat yang dituju.
42.
43. Basis Data Tsunami
Tahapan dalam pembuatan basis data tsunami adalah sebagai
berikut :
1. Studi tentang gempabumi dan tsunami serta penyiapan data
batimetri
2. Model sumber tsunami (Tsunami source model)
-Menghitung sumber tsunami berdasarkan tatanan tektonik
3. Penjalaran GelombangTsunami (Tsunami Propagation)
-Menghitung tinggi tsunami dan waktu tiba di sepanjang pantai
4. Pengembangan software untuk memanggil dan interpolasi basis
data tsunami untuk tinggi tsunami dan waktu tiba di sepanjang
pantai.
-Software ini berguna untuk memilih 16 file yang akan
diinterpolasikan untuk selanjutnya memberikan informasi untuk
peringatan dini tsunami.
5. Integrasi software tsunami database dengan Sistem Informasi
Geografis (GIS)
45. Kekuatan Gempa dan Bidang Patahan
SumberTsunami
Pembuatan skenario tsunami didasarkan pada informasi
parameter gempabumi meliputi kekuatan gempa,
orientasi patahan, luasan bidang patahan dan lain-lain.
Berdasarkan perhitungan empiris, makin besar kekuatan
gempa maka makin luas bidang patahan sumber
tsunami juga semakin luas
46. Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiap Siagaan
Masyarakat
Hal yang tidak kalah penting artinya adalah pendidikan dan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bahaya
tsunami
Informasi warning tsunami yang diterima oleh institusi
perantara seperti Pemda serta institusi terkait lainnya harus
sampai ke masyarakat kemudian masyarakat dapat
menindak lanjuti warning tersebut dengan upaya evakuasi.
Untuk itu diperlukan upaya pendidikan dan kesiapsiagaan
masyarakat yang tinggal di daerah rawan tsunami. berbagai
kegiatan pendidikan dan kesiapsiagaan masyarakat berupa
sosialisasi, workshop, simulasi Tsunami, simulasi table top
dan lain-lain
Institusi yang terlibat dalam rangka pendidikan masyarakat di
daerah rawan tsunami baik dari dalam negeri maupun
internasional antara lain: Ristek, LIPI, BMG, Universitas, PMI,
Pemda, LSM, Unesco, GTZ dan lain-lain.
47.
48. Tahapan Peningkatan Kewaspadan dan Kesiapsiagaan
Masyarakat
1. Pelatihan para pejabat / petugas di lingkungan Pemerintah Daerah.
2. Pelatihan kepada wakil masyarakat
3. Penyiapan modul untuk pendidikan publik
4. Penyiapan peta dan jalur evakuasi
5. Penyiapan dan pemasangan rambu – rambu evakuasi tsunami
6. Simulasi sistem peringatan dini tsunami dan Tsunami Drill
7. Sosialisasi publik melalui media elektronik dan cetak
8. Latihan – latihan untuk anak-anak sekolah.
49.
50.
51. Kesiap Siagaan
1. Kenali Lingkungan;
- Tempat Tinggal, Jarak terhadap pantai,
- Lokasi yang tinggi (5-30 m dari permukaan laut)
- Jalur menuju tempat yang tinggi
2. Jika merasaka gempa kuat lebih dari 2 menit atau menyaksikan
air laut surut secara tiba-tiba, segera tinggalkan pantai
3. Laporkan keadaan tersebut ke instansi terkait; Lurah, Camat,
Polisi atau Koramil.
4. Selamatkan diri dan keluarga serta tetangga. Pimpin masyarakat
menuju tempat yang tinggi.
5. Dengarkan berita dari BMKG, Pemda, Kepolisian, TNI
(Koramil/Korem)
52. Beberapa sistem penanggulangan
dampak Tsunami
Pemberian sistim tanggul (dike) tepi pantai
untuk bangunan tepi pantai yang bernilai penting
seperti pelabuhan.
Pada pantai teluk yang berbentuk kantong yang
menyempit ke arah darat, jarak bangunan di
darat dari garis pantai harus cukup jauh (lebih
dari 200 meter) untuk mencegah amplifikasi
energi dan ketinggian gelombang yang
mencapai pantai dan dataran pantai.
Pembuatan tanggul pematang di dataran pantai
yang cukup tinggi, dan berlapis dengan jarak
antar tanggul yang cukup lebar.
53. Beberapa sistem penanggulangan
dampak Tsunami
Membuat peta potensi terjadinya Tsunami
(Tsunami´s map) yang merupakan pengembangan
peta/peta gempa Tektonik (jalur gempa Tektonik) di
wilayah NKRI.
Mengidentifikasi kawasan yang paling rawan
terhadap bencana tsunami.
Membuat peta microzoning.
Mengevaluasi, menetapkan, mensosialisasi dan
merealisasi UU/PP tentang semapadan Pantai
(200m dari garis pasang ; atau ditambah lebar).
Mengembangkan system pengelolaan kawasan
pantai (Coastal zone Management System) : Zona
budidaya, zona perlindungan/penyangga.