SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 37
Descargar para leer sin conexión
PENAMPANG STRATIGRAFI DETIL(MS = MEASURED SECTION) 
TUJUAN YG MENDASAR 
Meramalkan kedalaman formasi (satuan batuan) di bawah permukaan
CONTOH PENAMPANG SINGKAPAN GEOLOGI (ATAS) DAN PENAMPANG KOLOM STRATIGRAFINYA (BAWAH).
DARI KENAMPAKAN URUTAN LITOLOGI DI ATAS, MS HANYA DAPAT DILAKUKAN PADA KEMIRINGAN PERLAPISAN YANG SEARAH, HINDARI LINTASAN YANG AKAN MELEWATI ADANYA SESAR.
TUJUAN UMUM : 
Mendapatkan data litologi terperinci dari urut- urutan perlapisan dapat menentukan satuan stratigrafinya (satuan batuan, kelompok, formasi, anggota). 
Mendapatkan ketebalan yang teliti dari satuan stratigrafi 
Mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan dan urut-urutan sedimentasinya secara vertikal dapat menafsirkan lingkungan pengendapannya.
PERENCANAAN LINTASAN 
Perhatikan kedudukan bidang perlapisan, curam, landai, vertikal atau horizontal usahakan lintasan tegak lurus jurus, untuk menghindari koreksi-koreksi yang rumit. 
Perhatikan kedudukan bidang perlapisan menerus tetap atau berubah-ubah akibat perlipatan/sesar penting untuk menentukan urutan stratigrafi yang benar. 
Penerapan hukum superposisi, perhatikan struktur sedimennya. 
Catat tentang keberadaan „key-bed‟ untuk titik ikat (to tie in) stratigrafi secara regional yang resmi. 
Dalam pengamatan batuan di lapangan, sebaiknya tidak dilakukan interpretasi, terutama pada macam batuannya dan struktur sedimennya harus sesuai dengan kenyataan di lapangan. Jika lapuk/soil, dianggap tidak terdeterminasi („blank‟).
CARA PENGUKURAN 
Banyak cara/metoda yang dapat dilakukan, tergantung pada perlengkapan yang tersedia. Salah satu yang sering dilakukan dengan peralatan pita ukur dan kompas dilakukan oleh sedikitnya 2 orang. 
1.Mulai pengukuran pada dasar penampang (satuan yang tua ke arah yang muda). 
2.Tetapkan satuan batuan yang akan diukur, beri tanda patok/tanda lainnya pada batas tsb. 
3.Jika kedudukan bidang perlapisan berubah-ubah, dapat dilakukan rata-rata kedudukan bidang perlapisan alas dan atap perlapisannya. 
4.Atau diambil pengukuran pada alas perlapisan, untuk menghitung perlapisan/satuan yang ada di atas bidang yang diukur.
5. Azimut/arah lintasannya, kemiringan lereng / slope (perhatikan +/-). 
6. Baca jarak terukur, hitung jarak jurus (tebal semunya). 
7. Determinasi/perikan litologinya, keada an perlapisan, struktur sedimennya. 
8. Jika ada sisipan, tentukan jarak dari alas satuan. 
9. Titik pengamatan, lokasi pengambilan conto batuan harus terukur secara pasti, tidak dibenarkan untuk diperkirakan. 
10.Jika satuan litologi tebal 5 m atau lebih, maka pengukuran pada tiap satuan, dari alas satuan hingga atap satuan. Tapi jika < 5 m, atau berupa perulangan yang menerus, akan lebih praktis jika pita dibentangkan sepanjang-panjangnya.
PENGHITUNGAN KETEBALANTEBAL LAPISAN : ADALAH JARAK TERPENDEK ANTARA DUA BIDANG SEJAJAR, YG MERUPAKAN BTS BWH DAN ATS LAPISAN TSB. PERHITUNGAN KETEBALAN : HRS DILAKUKAN DLM BDG YG TGK LURUS JURUSJIKA PNGUKURAN TDK TGK LURUS JURUS, MAKA : JARAK TERUKUR ( d‟ ) HRS DIKOREKSI ( d ) SUDUT LERENG TERUKUR ( β‟ ) HRS DIKOREKSI ( β).
PENGHITUNGAN KETEBALAN: A. LANGSUNGB. TIDAK LANGSUNG 
A. LANGSUNG : 1 
2 
3 
1.Lapisan horizontal, lereng vertikal 
2.Lapisan vertikal, lereng datar 
3.Menggunakan Jacob‟s Staff/tongkat Jacob (t = t1 + t2 + …… dst) t = tebal lapisan
t = d sin  
B. PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG : 
1. UNTUK TOPOGRAFI DATAR 
 II 
It 
d 
Keterangan : 
t = Tebal lapisan batuan. 
d = Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. 
=Kemiringan lapisan batuan (dip) 
I = Stasiun atau patok 1. 
II = Stasiun atau patok 2.
Variasi kedudukan lapisan btan yang tersingkap pada topografi miring. 1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
2. TOPOGRAFI MIRING : 
1.Dip & slope searah,  
2.Lapisan horizontal, 0o 
3.Dip & slope berlawanan arah, () 90o 4. Dip & slope berlawanan arah, () 90o,  5. Dip & slope berlawanan arah, () 90o6. Lapisan vertikal, 90o7. Dip & slope searah, 
Ingat-ingat kembali, rumus penghitungan untuk : 
1.daerah yang datar, slope = 0o 
2.jika STA/LP berikutnya lebih tinggi elevasinya, maka slopenya + dan sebaliknya. 
3.daerah miring, kemiringan lereng searah maupun berlawanan dengan kemiringan bidang perlapisan 
4.slope > atau < dari besarnya kemiringan bidang perlapisan 
5.dan lain-lain.
Koreksi Jarak. 
Apabila arah pengukuran tidak tegak lurus terhadap jurus perlapisan batuan, maka Jarak Terukur di lapangan (d‟), dan Sudut Lerengatau “Slope” yang terukur di lapangan (‟), harus dikoreksi. JURUS PERLAPISAN 
JURUS PERLAPISANARAH LINTASAN 
 
d‟ 
 
III dd’ cos ataud d’ sin 
B. PENGHITUNGAN TEBAL TIDAK LANGSUNG 
Tebal adalah jarak terpendek antar bidang alas (bottom) dengan bidang atap (top) harus bidang perlapisan. Jika pengukuran tidak penghitungan menggunakan dalil Phitagoras. 
d=D(jarakterukur)xsin 
d=Jarakjurusbidangperlapisan 
D=Jarakterukurdilapangan 
=Sudutyangdibentukantarajurus 
denganarahlintasan(azimuth).
t = d sin ( ) 
B. UNTUK TOPOGRAFI MIRING    III 
t 
d 
Keterangan : 
t = Tebal lapisan batuan. 
d = Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. 
=Kemiringan lapisan batuan (dip) 
=Sudut lereng atau kemiringan lereng (slope) tegak lurus jurus lapisan batuan. 
I = Stasiun atau patok 1. 
II = Stasiun atau patok 2.
2. Jika Dipdan SlopeBerlawanan Arah : 
(Dip Slope) 90o t d sin ( ) 
(Dip Slope) 90o , t d 
(Dip Slope) 90o , 90o 
t d sin 180o ( )  
1.Jika Dipdan SlopeSearah: Dip Slope ()t d sin ( ) Dip Slope()t d sin ( )
3. Lapisan Horizontal dan Vertikal : 
Lapisan Horizontal (0o) t = d sin  
Lapisan Vertikal (90o) t = d cos  
ataut = d sin ( 90o) 
Keterangan : 
t = Tebal tegak lurus jurus lapisan batuan. 
d = Jarak atau lebar singkapan tegak lurus jurus lapisan batuan. 
= Dipatau kemiringan lapisan batuan. 
= Slopeatau sudut lereng atau kemiringan lereng tegak lurus jurus lapisan batuan.
B. Topografi Miring. d’ cos ’ sin  d  cos  Keterangan : d= Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. d‟ = Jarak terukur di lapangan, tidak tegak lurus jurus lapisan batuan. = Sudut lereng tegak lurus jurus lapisan batuan. ‟ = Sudut lereng terukur dilapangan, tidak tegak lurus jurus lapisan batuan. = Sudut antara arah pengukuran dan jurus lapisan batuan. = Sudut antara arah pengukuran dan arah tegak lurus jurus lapisan batuan.
2. TOPOGRAFI MIRING. A. KOREKSI JARAK : d’ Cos ’ Sin  d  Cos  Keterangan : d = Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. d’ = Jarak terukur di lapangan, tidak jurus lapisan batuan. = Sudut lereng tegak lurus jurus lapisan batuan. ’ = Sudut lereng terukur dilapangan, tidak jurus lpsn btn. = Sudut antara arah pengukuran dan jurus lapisan batuan. = Sudut antara arah pengukuran dan arah jurus lpsn btn.
B. KOREKSI SUDUT LERENG (SLOPE) 
SUDUT LERENG DPT DIKOREKSI DGN 
“ALIGMENT DIAGRAMS”, ATAU MENGGUNAKAN RUMUS SBB: 
Tan β’ 
β= Arc Tan --------- 
Sin 
PENGAMATAN UNTUK MS 
Setiap litologi harus diperikan secara detil dan terperinci. 
Satuan stratigrafi/satuan sedimentasi dapat terdiri atas satu macam litologi atau dapat perselang-selingan beberapa lapisan batuan. Atau dapat berupa satu litologi utama dengan beberapa sisipan. 
Sedapat mungkin kondisi litologi/satuan stratigrafi di lapangan dapat tergambar meskipun tidak memenuhi skala.
Pertanyaan yang harus muncul adalah : 
Apakah terdiri atas satu macam litologi atau lebih. 
Jika lebih, apakah : 
1.Ada batuan yang dominan dan ada batuan lain yang berupa sisipan, berapa tebal rata-rata sisipannya. 
2.Atau berupa perulangan beberapa macam batuan yang menerus 
Bagaimanakah sifat perselingannya, atau sifat sisipannya dari bawah ke atas (dari tua ke muda), menebal ke atas („thickening upward sequence‟) atau sebaliknya („thinning upward sequence‟) terutama pada batupasirnya.
SIFAT DARI LAPISAN MAUPUN BATUAN UTAMANYA 
Jika batuan utama atau sisipannya berupa klastika kasar, atau batuan karbonat maka perhatikan : 
Apakah lapisannya bersifat masif, tebal/ tipis atau laminasi 
Bagaimanakah batasnya, 
a.Batas berangsur, 
b.Batas tegas, 
c.Batas erosi 
Sifat teksturnya, terutama besar butir, terutama dalam urutan vertikalnya, apakah : 
a.Seragam (tanpa perubahan), 
b.Menghalus ke atas (finning upward sequence) 
c.Mengkasar ke atas (coarsening upward sequence)
PEMERIAN LITOLOGI 
1.Warna, baik warna segar maupun warna lapuk. Ingat kondisi basah atau kering sering memberikan warna yang berlainan. 
2.Besar butir, gunakan skala Wenworth, untuk batupasir yang umum adalah : 
–Berbutir sangat kasar (bsk)(2-1mm) 
–Berbutir kasar (bk) (1-1/2mm) 
–Berbutir sedang (bs)(1/2-1/4mm) 
–Berbutir halus (bh)(1/4-1/8mm) 
–Berbutir sangat halus (bsh)(1/8-1/16mm) 
3.Fragmen pembentuk, untuk tiap batuan berlainan, conto 
Konglomerat, breksi, aglomerat : sebutkan macam batuannya (andesit, basalt, batupasir, blp, kuarsa dsb) 
Batupasir, sebut susunan mineral utama yang menyolok, seperti kuarsa, felspar, fragmen batuan, gloukonit dan lainnya. 
Tufa, keadaan butir/kristal/gelas atau fragmen batuan atau batuapung. Petrologi/ mineraloginya (andesit, basalt, hornblende dsb) 
Karbonat, batugamping dan dolomit. Kerangka (skeletal), fragmental, cocquina, oolit, kristalin atau sebutkan macam kerangka fosilnya : koral, foram, ganggang dsb.) 
4.Semen atau masa dasar (matriks)
LINGKUNGAN PENGENDAPAN: DEFINISI : Tempat dimana material sedimen diendapkan, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi (faktor) fisika, faktor kimia dan faktor biologi. 
ASPEK FISIKA 
ASPEK KIMIA 
ASPEK BIOLOGI
Shell lag representation of bedding plane  Cross, parallel and wavy lamination
MUDCRACK, MODERN AND ANCIENT
Track of the small dinosaurusModern track of the animalsFoot print of dinosaurus 
Modern and ancient ripple mark (current ripples)
Terima Kasih

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineralrramdan383
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
 Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog... Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...Mario Yuven
 
Mekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikMekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikInri Pata'dungan
 
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMateri Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMario Yuven
 
Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastikBatuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastikAmma Khatimah
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Mario Yuven
 
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...Hidayat Muhammad
 
Penyusun batuan karbonat menurut Tucker
Penyusun batuan karbonat menurut TuckerPenyusun batuan karbonat menurut Tucker
Penyusun batuan karbonat menurut TuckerDiki Prasetya
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamFajar Perdana
 
GeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan LerengGeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan LerengAyu Kuleh Putri
 
Paleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu Geologi
Paleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu GeologiPaleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu Geologi
Paleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu GeologiBudhi Kuswan Susilo
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuadbel Edwar
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Mario Yuven
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorfniaramadanti1
 

La actualidad más candente (20)

Point load
Point loadPoint load
Point load
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
 Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog... Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
 
7 geologi-struktur
7 geologi-struktur7 geologi-struktur
7 geologi-struktur
 
Bentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvialBentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvial
 
Mekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikMekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisik
 
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMateri Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
 
Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastikBatuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastik
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
 
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
 
Endapan Placer
Endapan PlacerEndapan Placer
Endapan Placer
 
Penyusun batuan karbonat menurut Tucker
Penyusun batuan karbonat menurut TuckerPenyusun batuan karbonat menurut Tucker
Penyusun batuan karbonat menurut Tucker
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi Karsam
 
GeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan LerengGeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan Lereng
 
Deskripsi core
Deskripsi coreDeskripsi core
Deskripsi core
 
geologi struktur
geologi strukturgeologi struktur
geologi struktur
 
Paleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu Geologi
Paleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu GeologiPaleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu Geologi
Paleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu Geologi
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan beku
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
 

Destacado

Sistem periodik unsur
Sistem periodik unsurSistem periodik unsur
Sistem periodik unsuroilandgas24
 
Konsep kimia modern
Konsep kimia modernKonsep kimia modern
Konsep kimia modernoilandgas24
 
Sekilas genesa coal
Sekilas genesa coalSekilas genesa coal
Sekilas genesa coaloilandgas24
 
Cakupan laporan eksplorasi batubara
Cakupan laporan eksplorasi batubaraCakupan laporan eksplorasi batubara
Cakupan laporan eksplorasi batubaraoilandgas24
 
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesiaKuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesiaoilandgas24
 
Materi geolistrik
Materi geolistrikMateri geolistrik
Materi geolistrikoilandgas24
 
Perencanaan eksplorasi tambang
Perencanaan eksplorasi tambangPerencanaan eksplorasi tambang
Perencanaan eksplorasi tambangWillya Hendra
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasioilandgas24
 
Kimia organik hidrokarbon
Kimia organik hidrokarbonKimia organik hidrokarbon
Kimia organik hidrokarbonoilandgas24
 
Laporan Geologi Fisik
Laporan Geologi FisikLaporan Geologi Fisik
Laporan Geologi FisikUDIN MUHRUDIN
 

Destacado (12)

Sistem periodik unsur
Sistem periodik unsurSistem periodik unsur
Sistem periodik unsur
 
Konsep kimia modern
Konsep kimia modernKonsep kimia modern
Konsep kimia modern
 
Sekilas genesa coal
Sekilas genesa coalSekilas genesa coal
Sekilas genesa coal
 
Cakupan laporan eksplorasi batubara
Cakupan laporan eksplorasi batubaraCakupan laporan eksplorasi batubara
Cakupan laporan eksplorasi batubara
 
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesiaKuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
 
Materi geolistrik
Materi geolistrikMateri geolistrik
Materi geolistrik
 
Materi integral
Materi integralMateri integral
Materi integral
 
Perencanaan eksplorasi tambang
Perencanaan eksplorasi tambangPerencanaan eksplorasi tambang
Perencanaan eksplorasi tambang
 
Tahapan eksplorasi
Tahapan eksplorasiTahapan eksplorasi
Tahapan eksplorasi
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasi
 
Kimia organik hidrokarbon
Kimia organik hidrokarbonKimia organik hidrokarbon
Kimia organik hidrokarbon
 
Laporan Geologi Fisik
Laporan Geologi FisikLaporan Geologi Fisik
Laporan Geologi Fisik
 

Similar a Pembuatan statigrafi detil

ACARA STRATIGRAFI.pptx
ACARA STRATIGRAFI.pptxACARA STRATIGRAFI.pptx
ACARA STRATIGRAFI.pptxssuser81ac34
 
materi pembelajaran metodologi pemetaan geologi.ppt
materi pembelajaran metodologi pemetaan geologi.pptmateri pembelajaran metodologi pemetaan geologi.ppt
materi pembelajaran metodologi pemetaan geologi.pptzaenalabidin291918
 
Praktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwarePraktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwareJihad Brahmantyo
 
Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3
Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3
Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3KamalFarobi
 
Menentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakanMenentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakanseed3d
 
DESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAAN
DESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAANDESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAAN
DESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAANyuliadiyuliadi2
 
Interpretasi Peta Bentuk Muka Bumi
Interpretasi Peta Bentuk Muka BumiInterpretasi Peta Bentuk Muka Bumi
Interpretasi Peta Bentuk Muka BumiGabriel Andrianto
 
Presentase geologi dinamik
Presentase geologi dinamikPresentase geologi dinamik
Presentase geologi dinamiksamsarmin bahrin
 
Kemantapan Lereng Batuan
Kemantapan Lereng BatuanKemantapan Lereng Batuan
Kemantapan Lereng Batuanpurnomo89
 

Similar a Pembuatan statigrafi detil (15)

ACARA STRATIGRAFI.pptx
ACARA STRATIGRAFI.pptxACARA STRATIGRAFI.pptx
ACARA STRATIGRAFI.pptx
 
materi pembelajaran metodologi pemetaan geologi.ppt
materi pembelajaran metodologi pemetaan geologi.pptmateri pembelajaran metodologi pemetaan geologi.ppt
materi pembelajaran metodologi pemetaan geologi.ppt
 
Praktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwarePraktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + software
 
1.geoteknik tambang
1.geoteknik tambang1.geoteknik tambang
1.geoteknik tambang
 
1.geoteknik tambang 1
1.geoteknik tambang 11.geoteknik tambang 1
1.geoteknik tambang 1
 
Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3
Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3
Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3
 
Bahan kuliah 3
Bahan kuliah 3Bahan kuliah 3
Bahan kuliah 3
 
Menentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakanMenentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakan
 
DESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAAN
DESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAANDESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAAN
DESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAAN
 
Interpretasi Peta Bentuk Muka Bumi
Interpretasi Peta Bentuk Muka BumiInterpretasi Peta Bentuk Muka Bumi
Interpretasi Peta Bentuk Muka Bumi
 
Laporan sig wahidin
Laporan sig wahidinLaporan sig wahidin
Laporan sig wahidin
 
Presentase geologi dinamik
Presentase geologi dinamikPresentase geologi dinamik
Presentase geologi dinamik
 
Macam navigasi
Macam navigasiMacam navigasi
Macam navigasi
 
8. diskripsi kekar
8. diskripsi kekar8. diskripsi kekar
8. diskripsi kekar
 
Kemantapan Lereng Batuan
Kemantapan Lereng BatuanKemantapan Lereng Batuan
Kemantapan Lereng Batuan
 

Más de oilandgas24

PPM G-856 manual
PPM G-856 manualPPM G-856 manual
PPM G-856 manualoilandgas24
 
Glosarium pertambangan
Glosarium pertambanganGlosarium pertambangan
Glosarium pertambanganoilandgas24
 
The integration of space born and ground remotely sensed data
The integration of space born and ground remotely sensed dataThe integration of space born and ground remotely sensed data
The integration of space born and ground remotely sensed dataoilandgas24
 
Teori kemungkinan
Teori kemungkinanTeori kemungkinan
Teori kemungkinanoilandgas24
 
The application of geoelectrical surveys in delineating
The application of geoelectrical surveys in delineatingThe application of geoelectrical surveys in delineating
The application of geoelectrical surveys in delineatingoilandgas24
 
Tambang eksplorasi
Tambang eksplorasiTambang eksplorasi
Tambang eksplorasioilandgas24
 
Surface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesia
Surface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesiaSurface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesia
Surface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesiaoilandgas24
 
Sistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumi
Sistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumiSistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumi
Sistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumioilandgas24
 
Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,
Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,
Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,oilandgas24
 
Monitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagnetic
Monitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagneticMonitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagnetic
Monitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagneticoilandgas24
 
Materi distribusi frekuensi
Materi distribusi frekuensiMateri distribusi frekuensi
Materi distribusi frekuensioilandgas24
 
Makalah termodinamika terapan
Makalah termodinamika terapanMakalah termodinamika terapan
Makalah termodinamika terapanoilandgas24
 
Koefisien binomial
Koefisien binomialKoefisien binomial
Koefisien binomialoilandgas24
 
Introduction to electromagnetic exploration method
Introduction to electromagnetic exploration methodIntroduction to electromagnetic exploration method
Introduction to electromagnetic exploration methodoilandgas24
 
Integrated geoelectrical and geomagnetic
Integrated geoelectrical and geomagneticIntegrated geoelectrical and geomagnetic
Integrated geoelectrical and geomagneticoilandgas24
 
Geothermal surface manifestation mapping in south western
Geothermal surface manifestation mapping in south westernGeothermal surface manifestation mapping in south western
Geothermal surface manifestation mapping in south westernoilandgas24
 
Geombang longitudinal
Geombang longitudinalGeombang longitudinal
Geombang longitudinaloilandgas24
 
Geoelectrical methods for investigating mine dumps
Geoelectrical methods for investigating mine dumpsGeoelectrical methods for investigating mine dumps
Geoelectrical methods for investigating mine dumpsoilandgas24
 

Más de oilandgas24 (20)

PPM G-856 manual
PPM G-856 manualPPM G-856 manual
PPM G-856 manual
 
Glosarium pertambangan
Glosarium pertambanganGlosarium pertambangan
Glosarium pertambangan
 
The integration of space born and ground remotely sensed data
The integration of space born and ground remotely sensed dataThe integration of space born and ground remotely sensed data
The integration of space born and ground remotely sensed data
 
Teori kemungkinan
Teori kemungkinanTeori kemungkinan
Teori kemungkinan
 
The application of geoelectrical surveys in delineating
The application of geoelectrical surveys in delineatingThe application of geoelectrical surveys in delineating
The application of geoelectrical surveys in delineating
 
Tambang eksplorasi
Tambang eksplorasiTambang eksplorasi
Tambang eksplorasi
 
Surface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesia
Surface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesiaSurface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesia
Surface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesia
 
Struktur atom
Struktur atomStruktur atom
Struktur atom
 
Sistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumi
Sistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumiSistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumi
Sistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumi
 
Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,
Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,
Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,
 
Monitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagnetic
Monitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagneticMonitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagnetic
Monitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagnetic
 
Materi distribusi frekuensi
Materi distribusi frekuensiMateri distribusi frekuensi
Materi distribusi frekuensi
 
Makalah termodinamika terapan
Makalah termodinamika terapanMakalah termodinamika terapan
Makalah termodinamika terapan
 
Koefisien binomial
Koefisien binomialKoefisien binomial
Koefisien binomial
 
Introduction to electromagnetic exploration method
Introduction to electromagnetic exploration methodIntroduction to electromagnetic exploration method
Introduction to electromagnetic exploration method
 
Integrated geoelectrical and geomagnetic
Integrated geoelectrical and geomagneticIntegrated geoelectrical and geomagnetic
Integrated geoelectrical and geomagnetic
 
Integral
IntegralIntegral
Integral
 
Geothermal surface manifestation mapping in south western
Geothermal surface manifestation mapping in south westernGeothermal surface manifestation mapping in south western
Geothermal surface manifestation mapping in south western
 
Geombang longitudinal
Geombang longitudinalGeombang longitudinal
Geombang longitudinal
 
Geoelectrical methods for investigating mine dumps
Geoelectrical methods for investigating mine dumpsGeoelectrical methods for investigating mine dumps
Geoelectrical methods for investigating mine dumps
 

Último

Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 

Último (9)

Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 

Pembuatan statigrafi detil

  • 1. PENAMPANG STRATIGRAFI DETIL(MS = MEASURED SECTION) TUJUAN YG MENDASAR Meramalkan kedalaman formasi (satuan batuan) di bawah permukaan
  • 2.
  • 3. CONTOH PENAMPANG SINGKAPAN GEOLOGI (ATAS) DAN PENAMPANG KOLOM STRATIGRAFINYA (BAWAH).
  • 4. DARI KENAMPAKAN URUTAN LITOLOGI DI ATAS, MS HANYA DAPAT DILAKUKAN PADA KEMIRINGAN PERLAPISAN YANG SEARAH, HINDARI LINTASAN YANG AKAN MELEWATI ADANYA SESAR.
  • 5. TUJUAN UMUM : Mendapatkan data litologi terperinci dari urut- urutan perlapisan dapat menentukan satuan stratigrafinya (satuan batuan, kelompok, formasi, anggota). Mendapatkan ketebalan yang teliti dari satuan stratigrafi Mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan dan urut-urutan sedimentasinya secara vertikal dapat menafsirkan lingkungan pengendapannya.
  • 6. PERENCANAAN LINTASAN Perhatikan kedudukan bidang perlapisan, curam, landai, vertikal atau horizontal usahakan lintasan tegak lurus jurus, untuk menghindari koreksi-koreksi yang rumit. Perhatikan kedudukan bidang perlapisan menerus tetap atau berubah-ubah akibat perlipatan/sesar penting untuk menentukan urutan stratigrafi yang benar. Penerapan hukum superposisi, perhatikan struktur sedimennya. Catat tentang keberadaan „key-bed‟ untuk titik ikat (to tie in) stratigrafi secara regional yang resmi. Dalam pengamatan batuan di lapangan, sebaiknya tidak dilakukan interpretasi, terutama pada macam batuannya dan struktur sedimennya harus sesuai dengan kenyataan di lapangan. Jika lapuk/soil, dianggap tidak terdeterminasi („blank‟).
  • 7. CARA PENGUKURAN Banyak cara/metoda yang dapat dilakukan, tergantung pada perlengkapan yang tersedia. Salah satu yang sering dilakukan dengan peralatan pita ukur dan kompas dilakukan oleh sedikitnya 2 orang. 1.Mulai pengukuran pada dasar penampang (satuan yang tua ke arah yang muda). 2.Tetapkan satuan batuan yang akan diukur, beri tanda patok/tanda lainnya pada batas tsb. 3.Jika kedudukan bidang perlapisan berubah-ubah, dapat dilakukan rata-rata kedudukan bidang perlapisan alas dan atap perlapisannya. 4.Atau diambil pengukuran pada alas perlapisan, untuk menghitung perlapisan/satuan yang ada di atas bidang yang diukur.
  • 8. 5. Azimut/arah lintasannya, kemiringan lereng / slope (perhatikan +/-). 6. Baca jarak terukur, hitung jarak jurus (tebal semunya). 7. Determinasi/perikan litologinya, keada an perlapisan, struktur sedimennya. 8. Jika ada sisipan, tentukan jarak dari alas satuan. 9. Titik pengamatan, lokasi pengambilan conto batuan harus terukur secara pasti, tidak dibenarkan untuk diperkirakan. 10.Jika satuan litologi tebal 5 m atau lebih, maka pengukuran pada tiap satuan, dari alas satuan hingga atap satuan. Tapi jika < 5 m, atau berupa perulangan yang menerus, akan lebih praktis jika pita dibentangkan sepanjang-panjangnya.
  • 9. PENGHITUNGAN KETEBALANTEBAL LAPISAN : ADALAH JARAK TERPENDEK ANTARA DUA BIDANG SEJAJAR, YG MERUPAKAN BTS BWH DAN ATS LAPISAN TSB. PERHITUNGAN KETEBALAN : HRS DILAKUKAN DLM BDG YG TGK LURUS JURUSJIKA PNGUKURAN TDK TGK LURUS JURUS, MAKA : JARAK TERUKUR ( d‟ ) HRS DIKOREKSI ( d ) SUDUT LERENG TERUKUR ( β‟ ) HRS DIKOREKSI ( β).
  • 10. PENGHITUNGAN KETEBALAN: A. LANGSUNGB. TIDAK LANGSUNG A. LANGSUNG : 1 2 3 1.Lapisan horizontal, lereng vertikal 2.Lapisan vertikal, lereng datar 3.Menggunakan Jacob‟s Staff/tongkat Jacob (t = t1 + t2 + …… dst) t = tebal lapisan
  • 11. t = d sin  B. PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG : 1. UNTUK TOPOGRAFI DATAR  II It d Keterangan : t = Tebal lapisan batuan. d = Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. =Kemiringan lapisan batuan (dip) I = Stasiun atau patok 1. II = Stasiun atau patok 2.
  • 12. Variasi kedudukan lapisan btan yang tersingkap pada topografi miring. 1 2 3 4 5 6 7 2. TOPOGRAFI MIRING : 1.Dip & slope searah,  2.Lapisan horizontal, 0o 3.Dip & slope berlawanan arah, () 90o 4. Dip & slope berlawanan arah, () 90o,  5. Dip & slope berlawanan arah, () 90o6. Lapisan vertikal, 90o7. Dip & slope searah, 
  • 13. Ingat-ingat kembali, rumus penghitungan untuk : 1.daerah yang datar, slope = 0o 2.jika STA/LP berikutnya lebih tinggi elevasinya, maka slopenya + dan sebaliknya. 3.daerah miring, kemiringan lereng searah maupun berlawanan dengan kemiringan bidang perlapisan 4.slope > atau < dari besarnya kemiringan bidang perlapisan 5.dan lain-lain.
  • 14. Koreksi Jarak. Apabila arah pengukuran tidak tegak lurus terhadap jurus perlapisan batuan, maka Jarak Terukur di lapangan (d‟), dan Sudut Lerengatau “Slope” yang terukur di lapangan (‟), harus dikoreksi. JURUS PERLAPISAN JURUS PERLAPISANARAH LINTASAN  d‟  III dd’ cos ataud d’ sin 
  • 15. B. PENGHITUNGAN TEBAL TIDAK LANGSUNG Tebal adalah jarak terpendek antar bidang alas (bottom) dengan bidang atap (top) harus bidang perlapisan. Jika pengukuran tidak penghitungan menggunakan dalil Phitagoras. d=D(jarakterukur)xsin d=Jarakjurusbidangperlapisan D=Jarakterukurdilapangan =Sudutyangdibentukantarajurus denganarahlintasan(azimuth).
  • 16. t = d sin ( ) B. UNTUK TOPOGRAFI MIRING    III t d Keterangan : t = Tebal lapisan batuan. d = Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. =Kemiringan lapisan batuan (dip) =Sudut lereng atau kemiringan lereng (slope) tegak lurus jurus lapisan batuan. I = Stasiun atau patok 1. II = Stasiun atau patok 2.
  • 17. 2. Jika Dipdan SlopeBerlawanan Arah : (Dip Slope) 90o t d sin ( ) (Dip Slope) 90o , t d (Dip Slope) 90o , 90o t d sin 180o ( )  1.Jika Dipdan SlopeSearah: Dip Slope ()t d sin ( ) Dip Slope()t d sin ( )
  • 18. 3. Lapisan Horizontal dan Vertikal : Lapisan Horizontal (0o) t = d sin  Lapisan Vertikal (90o) t = d cos  ataut = d sin ( 90o) Keterangan : t = Tebal tegak lurus jurus lapisan batuan. d = Jarak atau lebar singkapan tegak lurus jurus lapisan batuan. = Dipatau kemiringan lapisan batuan. = Slopeatau sudut lereng atau kemiringan lereng tegak lurus jurus lapisan batuan.
  • 19. B. Topografi Miring. d’ cos ’ sin  d  cos  Keterangan : d= Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. d‟ = Jarak terukur di lapangan, tidak tegak lurus jurus lapisan batuan. = Sudut lereng tegak lurus jurus lapisan batuan. ‟ = Sudut lereng terukur dilapangan, tidak tegak lurus jurus lapisan batuan. = Sudut antara arah pengukuran dan jurus lapisan batuan. = Sudut antara arah pengukuran dan arah tegak lurus jurus lapisan batuan.
  • 20. 2. TOPOGRAFI MIRING. A. KOREKSI JARAK : d’ Cos ’ Sin  d  Cos  Keterangan : d = Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. d’ = Jarak terukur di lapangan, tidak jurus lapisan batuan. = Sudut lereng tegak lurus jurus lapisan batuan. ’ = Sudut lereng terukur dilapangan, tidak jurus lpsn btn. = Sudut antara arah pengukuran dan jurus lapisan batuan. = Sudut antara arah pengukuran dan arah jurus lpsn btn.
  • 21. B. KOREKSI SUDUT LERENG (SLOPE) SUDUT LERENG DPT DIKOREKSI DGN “ALIGMENT DIAGRAMS”, ATAU MENGGUNAKAN RUMUS SBB: Tan β’ β= Arc Tan --------- Sin 
  • 22.
  • 23.
  • 24.
  • 25.
  • 26. PENGAMATAN UNTUK MS Setiap litologi harus diperikan secara detil dan terperinci. Satuan stratigrafi/satuan sedimentasi dapat terdiri atas satu macam litologi atau dapat perselang-selingan beberapa lapisan batuan. Atau dapat berupa satu litologi utama dengan beberapa sisipan. Sedapat mungkin kondisi litologi/satuan stratigrafi di lapangan dapat tergambar meskipun tidak memenuhi skala.
  • 27. Pertanyaan yang harus muncul adalah : Apakah terdiri atas satu macam litologi atau lebih. Jika lebih, apakah : 1.Ada batuan yang dominan dan ada batuan lain yang berupa sisipan, berapa tebal rata-rata sisipannya. 2.Atau berupa perulangan beberapa macam batuan yang menerus Bagaimanakah sifat perselingannya, atau sifat sisipannya dari bawah ke atas (dari tua ke muda), menebal ke atas („thickening upward sequence‟) atau sebaliknya („thinning upward sequence‟) terutama pada batupasirnya.
  • 28.
  • 29. SIFAT DARI LAPISAN MAUPUN BATUAN UTAMANYA Jika batuan utama atau sisipannya berupa klastika kasar, atau batuan karbonat maka perhatikan : Apakah lapisannya bersifat masif, tebal/ tipis atau laminasi Bagaimanakah batasnya, a.Batas berangsur, b.Batas tegas, c.Batas erosi Sifat teksturnya, terutama besar butir, terutama dalam urutan vertikalnya, apakah : a.Seragam (tanpa perubahan), b.Menghalus ke atas (finning upward sequence) c.Mengkasar ke atas (coarsening upward sequence)
  • 30.
  • 31. PEMERIAN LITOLOGI 1.Warna, baik warna segar maupun warna lapuk. Ingat kondisi basah atau kering sering memberikan warna yang berlainan. 2.Besar butir, gunakan skala Wenworth, untuk batupasir yang umum adalah : –Berbutir sangat kasar (bsk)(2-1mm) –Berbutir kasar (bk) (1-1/2mm) –Berbutir sedang (bs)(1/2-1/4mm) –Berbutir halus (bh)(1/4-1/8mm) –Berbutir sangat halus (bsh)(1/8-1/16mm) 3.Fragmen pembentuk, untuk tiap batuan berlainan, conto Konglomerat, breksi, aglomerat : sebutkan macam batuannya (andesit, basalt, batupasir, blp, kuarsa dsb) Batupasir, sebut susunan mineral utama yang menyolok, seperti kuarsa, felspar, fragmen batuan, gloukonit dan lainnya. Tufa, keadaan butir/kristal/gelas atau fragmen batuan atau batuapung. Petrologi/ mineraloginya (andesit, basalt, hornblende dsb) Karbonat, batugamping dan dolomit. Kerangka (skeletal), fragmental, cocquina, oolit, kristalin atau sebutkan macam kerangka fosilnya : koral, foram, ganggang dsb.) 4.Semen atau masa dasar (matriks)
  • 32. LINGKUNGAN PENGENDAPAN: DEFINISI : Tempat dimana material sedimen diendapkan, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi (faktor) fisika, faktor kimia dan faktor biologi. ASPEK FISIKA ASPEK KIMIA ASPEK BIOLOGI
  • 33. Shell lag representation of bedding plane  Cross, parallel and wavy lamination
  • 35. Track of the small dinosaurusModern track of the animalsFoot print of dinosaurus 
  • 36. Modern and ancient ripple mark (current ripples)