Dokumen ini membahas pengalaman penulis sebagai mahasiswa kesehatan di UI. Penulis belajar tentang pentingnya kerja sama tim kesehatan setelah mengikuti modul kolaborasi tim kesehatan di semester dua. Modul ini mengajarkan konsep kerja sama antar profesi kesehatan dan peran masing-masing dalam tim. Penulis belajar bahwa pelayanan kesehatan dilaksanakan secara tim untuk meningkatkan layanan pasien.
1. Refleksi Diri
Anggita Oksyrana, IPE-7-1, 1206243192
Menjadi mahasiswa rumpun ilmu kesehatan adalah sebuah pilihan. Pilihan yang tidak
mudah. Ya, mahasiswa rumpun ilmu kesehatan, calon pengemban amanah profesi kesehatan di
masa yang akan datang. Itu pula yang saya rasakan ketika pertama kali menjadi salah satu
mahasiswa rumpun ilmu kesehatan Universitas Indonesia. Memulai pendidikan ilmu
keperawatan di semester satu, saya menempuh mata kuliah terspesifikasi keilmuan keperawatan.
Di dalamnya, saya mempelajari konsep dasar keperawatan, teori, dan prinsip-prinsip dasar
asuhan keperawatan.
Di semester satu, saya belum memahami prinsip kerja profesi kesehatan sepenuhnya
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang ternyata terlaksana secara teamwork. Pelayanan
kesehatan kepada klien dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari profesi-profesi kesehatan yang
bekerja sama berdasarkan prinsip mengutamakan pelayanan dan peningkatan status kesehatan
klien. Kerja sama yang terlaksana antar profesi kesehatan ini disebut kolaborasi tim kesehatan.
Di semester dua, barulah saya mengikuti sebuah modul tentang ilmu kolaborasi tim kesehatan.
Modul ini diikuti oleh semua mahasiswa rumpun ilmu kesehatan angkatan 2012 meliputi,
mahasiswa Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Ilmu Keperawatan, dan Fakultas Farmasi.
Modul kolaborasi mengajarkan ilmu tentang konsep umum kolaborasi kesehatan dan
peran setiap profesi kesehatan di dalam tim. Selain mempelajari peran profesi perawat di dalam
tim kesehatan, saya juga mempelajari peran profesi kesehatan lain di dalam tim. Memahami
peran setiap profesi kesehatan di dalam tim berguna untuk memahami batas-batas fungsional
kerja profesi kesehatan. Hal ini berguna untuk menghindari terjadinya permasalahan di dalam
tim kesehatan yang disebabkan oleh kesalahpahaman mengenai peran dan cakupan tanggung
jawab masing-masing profesi kesehatan dalam menjalankan program kerja tim untuk
menuntaskan kasus klien. Inilah poin-poin utama yang saya dapatkan dari modul kolaborasi tim
kesehatan yang berguna dalam pembekalan kemampuan dasar bekerja di dalam tim bagi saya di
masa yang akan datang, mengingat pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada klien di dalam
tatanan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara tim.
2. Sebelum mengikuti modul kolaborasi kesehatan, saya belum memiliki pandangan dan
pemahaman tentang pentingnya mengasah kemampuan bekerja di dalam tim dengan profesi yang
berlainan. Sejauh itu saya berpikir bahwa seorang profesi perawat hanya perlu memiliki
kemampuan bekerja di dalam tim bersama sesama profesi perawat. Modul kolaborasi tim
kesehatan menuntut mahasiswa rumpun ilmu kesehatan untuk memiliki kemampuan bekerja di
dalam tim bersama-sama dengan berbagai profesi kesehatan yang bekerja berdasarkan
penggabungan berbagai skill bidang keilmuan yang dikuasai masing-masing profesi kesehatan
yang terlibat di dalam tim. Setiap profesi kesehatan memegang dua tanggung jawab utama, yaitu
tanggung jawab terhadap kompetensinya menyelesaikan peranannya dengan baik, serta tanggung
jawab di dalam tim untuk melaksanakan kewajiban sebagai anggota tim kesehatan yang
menjunjung tinggi tujuan utama pelaksanaan kolaborasi tim kesehatan yaitu memberikan
pelayanan guna meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
Pelaksanaan modul kolaborasi tim kesehatan tidak lantas berjalan dengan mulus tanpa
adanya permasalahan. Kegiatan perkuliahan yang dibuat semirip mungkin dengan atmosfer kerja
sebuah tim kesehatan di lapangan agaknya menimbulkan permasalahan, seperti miss
communication, dominasi, dan adanya karakter free rider anggota kelompok di dalam kelas. Di
dalam kelompok kecil (focus group) saya di kelas, ada salah satu anggota yang memiliki karakter
free rider atau anggota yang hanya hadir dalam diskusi kelompok tanpa memberikan kontribusi
penuh dalam proses diskusi dan penyelesaian masalah. Hal ini tentunya sangat mengganggu
jalannya pembelajaran, karena eksistensi anggota di dalam tim seharusnya mencakup aspek
kehadiran, peran serta, dan kinerjanya di dalam tim. Permasalahan ini agaknya memiliki
relevansi dengan permasalahan yang terjadi dalam tim kesehatan sesungguhnya di lapangan,
mengingat bekerja di dalam tim merupakan upaya menyatukan beberapa pemikiran dari kepalakepala yang berbeda untuk menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan dan harapan.
Menyelesaikan kasus klien, para profesi kesehatan yang bekerja sama di dalam tim harus
bekerja secara maksimal dan menjunjung profesionalitas untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang mencapai target. Klien membutuhkan pelayanan optimal
yang memenuhi semua kebutuhan dan menuntaskan kasus sepenuhnya. Menanggapi tuntutan ini,
profesi kesehatan harus memiliki kemampuan yang memadai, dalam hal ini terutama
kemampuan bekerja di dalam tim, seperti kemampuan multi tasking, kepemimpinan, komunikasi,
3. dan penyelesaian masalah. Sebisa mungkin proses kerja tim kesehatan terhindar dari ancaman
permasalahan seperti miss communication, dominasi, dan kehilangan otonomi. Permasalahanpermasalahan tersebut adalah permasalah klasik yang sering muncul dalam proses kerja sebuah
tim. Tindakan yang dapat diambil dalam mengantisipasi permasalahan tersebut antara lain,
mengasah kemampuan komunikasi dengan bersikap dan berpikir secara terbuka mengolah dan
menerima pemikiran orang lain, dan memahami fungsi peran profesi masing-masing anggota tim
yang terlibat.
Menurut artikel yang saya baca mengenai pentingnya kesamaan visi ketika bekerja di
dalam tim yang ditulis dalam website Bee Outbound Adventure Training, setiap anggota tim
harus memiki pemahaman terhadap visi tim yang sama. Hal ini bertujuan untuk memantapkan
langkah setiap anggota dalam mengupayakan perwujudan visi bersama. Setiap anggota tim harus
mampu memimpin diri sendiri dan memotivasi anggota tim lainnya untuk tetap berada dalam
visi utama tim. Semua anggota tim diharapkan dapat bekerja secara kolaboratif, saling
mendukung, dan percaya. Setiap anggota tim harus menginterpretasikan visi tim secara baik dan
tegas serta memahami tanggung jawab, peran, dan fungsinya di dalam tim. Pengartikulasian visi
yang sama oleh masing-masing anggota tim akan menjaga tim berada dalam lingkungan yang
pasti, termasuk menjaga setiap anggota tim menempuh langkah yang merujuk pada tujuan yang
sama. Dengan demikian, pencapaian visi tim akan berjalan efektif.
Menyikapi permasalahan kolaborasi yang saya alami di atas, saya merencanakan sebuah
perbaikan untuk meningkatkan kualitas diri dalam bekerja, terutama bekerja di dalam tim. Saya
harus meningkatkan kemampuan komunikasi, mengingat komunikasi merupakan suatu aspek
vital dalam semua aktivitas. Kemampuan kepemimpinan juga merupakan skill yang harus
dikuasai dengan baik, karena jalannya kerja tim yang baik didukung oleh pengaruh pemimpin
yang positif pula. Pemimpin sebuah tim harus mampu memotivasi anggotanya serta mampu
menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Pembagian tugas masing-masing anggota serta
batasan-batasan kerjanya juga harus disampaikan secara jelas agar tidak terjadi kasus kehilangan
otonomi. Pemikiran secara kritis dan terbuka juga sangat diperlukan untuk menciptakan atmosfer
kerja yang efektif dan terhindar dari ancaman permasalahan dominasi yang mampu merusak
keutuhan tim. Kemampuan komunikasi,
multi tasking, penyelesaian masalah, serta
4. kepemimpinan saya asah melalui kegiatan seminar-seminar kepemimpinan, organisasi
kemahasiswaan, dan kepanitiaan.
Referensi:
Bekerja dalam Tim Harus dengan Visi yang Sama. Diunggah pada 11 April 2013. Diakses dari
http://beeoutbound.com/beeoutbound/index.php?modul=modules/publik/detail_konten&id
=86&id_menu=1 pada Senin, 27 Mei 2013 Pukul 21.30.