Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas masalah-masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika. Ilmu ini mulai berkembang sejak masa Rasulullah SAW akibat perpecahan pendapat di kalangan umat Islam mengenai pemerintahan dan masalah agama. Objek kajian utama ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah SWT.
1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU KALAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mengkaji ilmu kalam pada dasarnya merupakan upaya memahami kerangka berpikir dan
proses pengambilan keputusan para ulama aliran teologi dalam menyelesaikan persoalan-
persoalan kalam. Pada dasarnya, potensi yang dimiliki setiap manusia, baik berupa potensi
biologis maupun potensi psikologis yang secara natural adalah distingtif.oleh sebab itu,
perbedaan kesimpulan antara satu pemikiran dan pemikiran lainnya dalam mengkaji suatu objek
tertentu merupakan suatu hal yang bersifat natural pula.
Dalam kaitan ini, waliyullah Ad-Dahlawi pernah mengatakan bahwa para sahabat dan
tabi’in biasa berbeda pendapat dalam mengkaji suatu masalah tertentu. Beberapa indikasi yang
menjadi pemicu perbedaan pendapat diantara mereka adalah terdapat beberapa sahabat yang
mendengar ketentuan hukum yang diputuskan oleh Nabi SAW, semetara yang lainnya tidak.
Sahabat yang tidak mendengar keputusan itu lalu mereka berijtihad. Dari sini kemudian terjadi
perbedaan pendapat dalam memutuskan suatu ketentuan hukum.1[1]
Mengenai sebab-sebab pemicu perbedaan pendapat, Ad-Dahlawi tampaknya lebih
menekankan aspek subjek pembuatan keputusan sebagai pemicu perbedaan pendapat. Penekanan
serupa pun pernah dikatakan imam Munawir. Ia mengatakan bahwa perbedaan pendapat didalam
islam lebih dilatarbelakangi adanya beberapa hal yang menyangkut kapasitas dan kredinilitas
seorang sebagai figur pembuatan keputusan. Lain lagi yang dikatakan Umar Sulaiman Asy-
Syaqar, ia lebih menekankan aspek objek keputusan sebagai pemicu terjadinya perbedaan
pendapat. Menurutnya, ada tiga persoalan yang menjadi objek perbedaan pendapat, yaitu
persoalan keyakinan (aqaid), persoalan syariah dan politik.2[2]
1[1] Lihat waliyullah Ad-dahlawi, Al-Insaf fi bayyan asbab al-ikhtilaf, Dar An-Nafais, Beirut, 1978, hlm:15-
30
2[2] Umar Sulaiman Al-Asyaqar, Mengembalikan citra dan wibawa umat : perpecahan, akar masalah
dan solusinya, wacana Lazuardi Amanah, Jakarta, hlm : 39-55
2. Bertolak dari ketiga pandangan diatas, perbedaan pendapat didalam masalah objek
teologi sebenarnya berkaitan erat dengan cara berpikir aliran-aliran ilmu kalam dalam
menguraikan objek pengkajian. Perbedaan metode berpikir secara garis besar dapat
dikategorikan menjadi dua macam, yaitu kerangka berpikir rasional dan berpikir metode
tradisional.3[3]
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, banyak persoalan atau permasalahan yang menarik
yang perlu dikaji dari pembahasan tentang “Ilmu Kalam”. Adapun permasalahannya sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu kalam?
2. Apa kegunaan dan peranan ilmu kalam dalam konteks agama dan kehidupan di dunia ini?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga timbulnya ilmu kalam baik faktor internal
maupun eksternal?
4. Bagaimana dampak untuk umat islam dengan adanya ilmu kalam baik dari segi positif maupun
dari segi negatif?
C.Tujuan penulisan
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, secara umum tujuan yang ingin
dicapai dari penulisan ini adalah supaya kita semua bisa mengetahui bagaimana pentingnya
untuk mempelajari ilmu kalam karena kita tahu bahwa ilmu kalam adalah ilmu yang mempelajari
tentang pokok-pokok agama dan juga tentang keesaan Allah. Oleh karena itu, kita sebagai
makhluk Allah SWT setidaknya harus sedikit mengetahui tentang ilmu kalam, supaya kita bisa
menjalankan hidup ini sesuai dengan perintah dan larangan yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT.
3[3] Yunan Yusuf, Corak pemikiran kalam tafsir Al-azhar, Pustaka pajimas, Jakarta, hlm : 16-17
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ilmu kalam.
Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain : ilmu ushuluddin, ilmu
tauhid, fiqh al-akbar dan teologi islam.4[4]
1. Disebut ilmu ushuluddin karena ilmu kalam juga membahas pokok-pokok agama.
2. .Disebut ilmu tauhid karena ilmu kalam juga membahas tentang keesaan Allah SWT.
Ilmu tauhid sendiri sebenarnya membahas keesaan Allah SWT, dan hal-hal yang
berkaitan dengan-Nya. Secara objektif, ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi
argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika.5[5] Oleh sebab
itu sebagian teolog membedakan antara ilmu kalam dengan ilmu tauhid.
3. Abu hanifah menyebut nama ilmu ini dengan fiqh al-akbar. Menurut persepsinya, hukum
islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas dua bagian. Pertama, fiqh al-akbar,
yang membahas keyakinan atau pokok-pokok agama atau ilmu tauhid. Kedua fiqha al-
asghar, membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah muamalah, bukan pokok-
pokok agama tetapi hanya cabang saja.6[6]
4. Teologi islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam yang diambil dari bahasa inggris.
William L.Reese mendefinisikan “discourse of reason concerning God,” (diskursus
atau pemikiran tentang tuhan). Dengan mengutip kata-kata William Okham, Reese lebih
jauh mengatakan “Theology to be a disciplineresting on revealed truth and independent
of philosophy and science” ( teologi disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran
4[4] Lihat Mustafa Abd Ar-raziq, Tamhid Al-falsafah Al-islamiyah, Lajnah wa At-tha’lif wa At-tarjamah wa
An-nasyr, 1959, hlm : 265
5[5] Raziq, op.cit., hlm : 264
6[6] Ibid, hlm : 268
4. wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan ). Sementara itu, Gove
menyatakan bahwa teologi adalah penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan
pengalaman agama secara rasional.
Jadi, apabila memperhatikan definisi ilmu kalam diatas, kita bisa mendefinisikan
pengertian ilmu kalam itu adalah ilmu yang membahas atau ilmu yang mengandung tentang
berbagai masalah-masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika atau filsafat. Dan
secara teoristis aliran salaf tidak dapat dimasukkan kedalam aliran ilmu kalam, karena aliran ini
dalam membahas masalah-masalah ketuhanan tidak menggunakan argumentasi filsafat atau
logika. Akan tetapi alairan ini cukup dimasukkan kedalam aliran ilmu tauhid, ilmu ushuluddin
atau fiqh al-akbar.
B. Sejarah Munculnya Ilmu Kalam Mulai Masa Rasulullah, Khulafaurrasyidin, Bani
Umayyah, Bani Abbas, dan Sampai sekarang.
Pada masa Nabi SAW, dan para Khulafaurrasyidin, umat islam bersatu, mereka satu
akidah, satu syariah dan satu akhlaqul karimah, kalau mereka ada perselisihan pendapat dapat
diatasi dengan wahyu dan tidak ada perselisihan diantara mereka. Awal mula adanya perselisihan
di picu oleh Abdullah bin Saba’ (seorang yahudi) pada pemerintahan khalifah Utsman bin Affan
dan berlanjut pada masa khalifah Ali. Dan awal mula adanya gejala timbulnya aliran-aliran
adalah sejak kekhalifahan Utsman bin Affan (khalifah ke-3 setelah wafatnya Rasulullah).
Padamasa itu di latar belakangi oleh kepentingan kelompok, yang mengarah terjadinya
perselisihan sampai terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan. Kemudian digantikan oleh Ali bin
Abi Thalib, padamasa itu perpecahan di tubuh umat islam terus berlanjut.7[7]
Umat islam pada masa itu ada yang pro terhadap kekhalifahan Ali bin Abi Thalib yang
menamakan dirinya kelompok syi’ah, dan yang kontra yang menamakan dirinya kelompok
Khawarij. Akhirnya perpecahan memuncak kemudian terjadilah perang jamal yaitu perang
antara Ali dengan Aisyah dan perang Siffin yaitu perang antara Ali dengan mu’awiyah. Bermula
dari itulah akhirnya timbul berbagai aliran di kalangan umat islam, masing-masing kelompok
7[7] Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran-aliran sejarah analisa perbandingan, UI- Press, Jakarta, hlm :
6
5. juga terpecah belah, akhirnya jumlah aliran di kalangan umat islam menjadi banyak, seperti
aliran syi’ah, khawarij, murji’ah, jabariyah, mu’tazilah dll.
Pada zaman Bani Umayyah ( 661-750 M ) masalah aqidah menjadi perdebatan yang hangat di
kalangan umat islam. Di zaman inilah lahir berbagai aliran teologi seperti Murji’ah, Qadariah,
Jabariah dan Mu’tazilah.Kaum Muslimin tidak bisa mematahkan argumentasi filosofis orang lain
tanpa mereka menggunakan senjata filsafat dan rasional pula. Untuk itu bangkitlah Mu’tazilah
mempertahankan ketauhidan dengan argumentasi-argumentasi filosofis tersebut.Namun sikap
Mu’tazilah yang terlalu mengagungkan akal dan melahirkan berbagai pendapat controversial
menyebabkan kaum tradisional tidak menyukainya.Akhirnya lahir aliran Ahlussunnah
Waljama’ah dengan Tokoh besarnya Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. Pada
zaman pemerintahan Bani Umaiyah, hampir-hampir keseluruhan umat Islam di dalam keimanan
yang bersih dari sebarang pertikaian dan perdebatan. Dan apabila kaum muslimin selesai
melakukan pembukaan negeri dan kedudukannya telahpun mantap, mereka beralih tumpuan
kepada pembahasan sehingga menyebabkan berlaku perselisihan pendapat di kalangan mereka.
Pada zaman Abbasiyah, telah banyak berlaku pembahasan di dalam perkara-perkara akidah
termasuk perkara-perkara yang tidak wujud pada zaman Nabi s.a.w. atau zaman para sahabatnya.
Berlaku pembahasan tersebut dengan memberi penumpuan agar ia menjadi satu ilmu baru yang
diberi nama Ilmu Kalam.
Setalah kaum muslimin selesai membuka negeri-negeri, lalu ramai dari kalangan
penganut agama lain yang memeluk Islam. Mereka ini menzahirkan pemikiran-pemikiran baru
yang diambil dari agama lama mereka tetapi diberi rupabentuk Islam. Iraq, khususnya di Basrah
merupakan tempat segala agama dan aliran. Maka terjadilah perselisihan apabila ada satu
golongan yang menafikan kemahuan (iradah) manusia. Kelompok ini diketuai oleh Jahm bin
Safwan.8[8] Dan antara pengikutnya ialah para pengikut aliran Jabbariyah yang diketuai oleh
Ma'bad al-Juhni. Aliran ini lahir ditengah-tengah kecelaruan pemikiran dan asas yang dibentuk
oleh setiap kelompok untuk diri mereka. Kemudian bangkitlah sekelompok orang yang ikhlas
memberi penjelasan mengenai akidah-akidah kaum muslimin berdasarkan jalan yang ditempoh
oleh al-Quran. Antara yang masyhur di kalangan mereka ialah Hasan al-Basri. Dan sebahagian
8[8] W. Montgomery watt, Pemikiran teologi dan filsafati islam. Terj. Umar Basalim, penerbit P3M,
Jakarta, 1987, hlm : 10
6. dari kesan perselisihan antara Hasan al-Basri dengan muridnya Washil bin Atho' ialah lahirnya
satu kelompok baru yang dikenali dengan Muaktazilah.9[9] Perselisihan tersebut ialah mengenai
hukum orang beriman yang mengerjakan dosa besar, kemudian mati sebelum sempat bertaubat.
Pada akhir kurun ketiga dan awal kurun keempat, lahirlah imam Abu Mansur al-Maturidi
yang berusaha menolak golongan yang berakidah batil. Mereka membentuk aliran al-
Maturidiah.10[10] Kemudian muncul pula Abul Hasan al-Asy'ari yang telah mengumumkan
keluar dari kelompok Mu'tazilah dan menjelaskan asas-asas pegangan barunya yang bersesuaian
dengan para ulamak dari kalangan fuqahak dan ahli hadis. Dia dan pengikutnya dikenal sebagai
aliran Asya'irah. Dan dari dua kelompok ini, terbentuklah kelompok Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Dan kesimpulannya, kita dapat melihat bahawa kemunculan kelompok-kelompok di
dalam Islam adalah kembali kepada dua perkara:
1. Perselisihan mengenai pemerintahan
2. Perselisihan di dalam masalah usul atau asas agama.
C. Tujuan Objek Pembahasan Ilmu Kalam.
Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
Allah SWT. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang mengutamakan atau yang menggunakan logika
disamping argumentasi-argumentasi naqliah, juga berfungsi untuk mempertahankan keyakinan
ajaran agama, yang sangat nampak nilai-nilai apologinya. Sebagai sebuah dialog keagamaan,
ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan dengan argument-
argumen rasional. Sebagian ilmuwan mengatakan bahwa ilmu kalam berisi keyakinan-
keyakinan, kebenaran,praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pendekatan agama yang
dijelaskan dengan pendekatan rasional.11[11] Istilah Ilmu Kalam mengacu pada ulama yang
membahas masalah-masalah “kalam” Allah. “Kalam Allah” memiliki tiga acuan. Pertama
9[9] Ibid,hlm : 8
10[10] Ibid, hlm: 9
11[11] Lihat Philip bob Cock Gove (ed), webster’s third new internasional dictionary of the English
language uni bridged, G&C Mervian company publishers, USA, 1966, hlm : 2371
7. mengacu pada perkataan Allah yang diucapkan-Nya. Disebut ilmu kalam karena ilmu ini
membahas masalah kalam Allah. Kedua, mengacu pada para Mutakallimin (ahli kalam) yang
berdebat atau bertukar pikiran (kalam) mengenai masalah-masalah ketuhanan.Tujuan utama dari
ilmu kalam adalah untuk menjelaskan landasan keimanan umat Islam dalam tatanan yang
filosofis dan logis. Bagi orang yang beriman, bukti mengenai eksistensi dan segala hal yang
menyangkut dengan Tuhan yang ada dalam al-Qur’an, Hadits, ucapan sahabat yang mendengar
langsung perkataan Nabi dan lain sebaganya, sudah cukup. Namun tatkala masalah ini
dihadapkan pada dunia yang lebih luas dan terbuka, maka dalil-dalil naqli tersebut tidak begitu
berperan. Di dalam pertumbuhannya, ilmu kalam berkembang menjadi teologi rasional dan
tradisional.12[12]
Ilmu kalam berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan iman dengan
menggunakan dalil-dalil fikiran dari kepercayaan-kepercayaan yang diyakininya. Ilmu ini
dinamakan ilmu kalam, karena :
1). Persoalan yang menjadi pembicaraan abad-abad permulaan hijrah ialah “firman Tuhan”
(kalam Allah) dan non azalinya Qur’an. Karena itu keseluruhan isi ilmu kalam dinamai dengan
salah sau bagiannya yang terpenting.
2). Dasar-dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil-dalil ini nampak jelas
dalam pembicaraan para mutakalamin. Mereka jarang-jarang kembali kepada dalil-dalil naqli
(qur’an dan hadits), keculai sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan lebih dahulu.
3). Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika dalam filsafat,
maka pembuktian dalam soal-soal agama ini dinamai ilmu kalam untuk membedakan dengan
logika dalam filsafat.
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dalam Pertumbuhan dan perkembangan Ilmu
Kalam.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu kalam
terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
12[12] Endang Saifuddin Ansari, Ilmu filsafat dan agama, PT. Bina ilmu Surabaya, 1990, hlm : 174
8. 1. Faktor internal :13[13]
a). Al-Quran di dalam seruannya kepada tauhid membentangkan aliran-aliran penting dan
agama-agama yang bertebaran pada zaman Nabi s.a.w., lalu al-Quran menolak perkataan-
perkataan mereka. Secara tabi'I, para ulamak telah mengikut cara al-Quran di dalam menolak
mereka yang bertentangan, di mana apabila penentang memperbaharui cara, maka kaum
muslimin juga memperbaharui cara menolaknya.
.b). Perselisihan di dalam masalah politik menjadi sebab di dalam perselisihan mereka mengenai
soal-soal keagamaan. Jadilah parti-parti politik tersebut sebagai satu aliran keagamaan yang
mempunyai pandangannya sendiri. Parti (kelompok) Imam Ali r.a. membentuk golongan Syiah,
dan manakala mereka yang tidak bersetuju dengan Tahkim dari kalangan Syiah telam
membentuk kelompok Khawarij. Dan mereka yang membenci perselisihan yang berlaku di
kalangan umat Islam telah membentuk golongan Murji'ah.:
c). Adanya pemahaman dalam islam yang berbeda
Perbedaan ini terdapat dalam hal pemahaman ayat Al-Qur’an, sehingga berbeda dalam
menafsirkan pula. Mufasir satu menemukan penafsiranya berdasarkan hadist yang shahih,
sementara mufasir yang lain penafsiranya belum menemukan hadist yang shahih. Bahkan ada
yang mengeluarkan pendapatnya sendiri atau hanya mengandalkan rasional belaka tanpa
merujuk kepada hadist.
d). Adanya pemahaman ayat Al-Qur’an yang berbeda Para pemimpin aliran pada waktu itu
dalam mengambil dalil Al-Qur’an beristinbat menurut pemahaman masing-masing
e). Adanya penyerapan tentang hadis yang berbeda
Penyerapan hadist berbeda, ketika para sahabat menerima berita dari para perawinya dari aspek
“matan” ada yang disebut hadist riwayah (asli dari Rasul) dan diroyah (redaksinya disusun oleh
para sahabat), ada pula yang di pengaruhi oleh hadist (isra’iliyah), yaitu: hadist yang disusun
oleh orang-orang yahudi dalam rangka mengacaukan islam.
f). Adanya kepentingan kelompok atau golongan Kepentingan kelompok pada umumnya
mendominasi sebab timbulnya suatu aliran, sangat jelas, dimana syiah sangat berlebihan dalam
mencintai dan memuji Ali bin Abi Thalib, sedangkan khawarij sebagai kelompok yang
sebaliknya.
13[13] Lihat di situs internet, www.google.com : kaijian ilmu kalam dan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan ilmu kalam.
9. g). Mengedepankan akal
Dalam hal ini, akal di gunakan setiap keterkaitan dengan kalam sehingga terkesan berlebihan
dalam penggunaan akal, seperti aliran Mu’tazilah.
h).Adanya kepentingan politik
Kepentingan ini bermula ketika ada kekacauan politik pada zaman Ustman bin Affan yang
menyebabkan wafatnya beliau, kepentingan ini bertujuan sebagai sumber kekuasaan untuk
menata kehidupan.
i). Adanya beda dalam kebudayaan
Orang islam masih mewarisi yang di lakukan oleh bangsa quraish di masa jahiliyah. Seperti
menghalalkan kawin kontrak yang hal itu sebenarnya sudah di larang sejak zaman Rasulullah.
Kemudian muncul lagi pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib oleh aliran Syi’ah.
2. Faktor eksternal
a). Ramai orang yang memeluk agama Islam selepas pembukaan beberapa negeri adalah terdiri
dari penganut agama lain seperti yahudi, Nasrani, Ateis dan lain-lain. Kadangkala mereka
menzahirkan pemikiran-pemikiran agama lama mereka bersalutkan pakaian agama mereka yang
baru (Islam).
b). Kelompok-kelompok Islam yang pertama, khususnya Muktazilah, perkara utama yang
mereka tekankan ialah mempertahankan Islam dan menolak hujah mereka yang menentangnya.
Negeri-negeri Islam terdedah dengan semua pemikiran-pemikiran ini dan setiap kelompok
berusaha untuk membenarkan pendapatnya dan menyalahkan pendapat kelompok lain. Orang-
orang Yahudi dan Nasrani telah melengkapkan diri mereka dengan senjata ilmu Falsafah, lalu
Muktazilah telah mempelajarinya agar mereka dapat mempertahankan Islam dengan senjata yang
telah digunakan oleh pihak yang menyerang.
c). Ahli-ahli Kalam memerlukan falsafah dan mantiq (ilmu logik), hingga memaksa mereka
untuk mempelajarinya supaya dapat menolak kebatilan-kebatilan (keraguan-keraguan) yang ada
di dalam ilmu berkenaan.
d). Akibat adanya pengaruh dari luar islam.
Pengaruh ini terjadi ketika munculnya aliran syi’ah yang muncul karena propaganda seseorang
yahudi yang mengaku islam, yaitu Abdullah bin Saba.
e). Akibat terjemahan filsafat yunani
10. Buku-buku karya filosofi yunani di samping banyak membawa manfaat juga ada sisi negatifnya
bila di tangan kalangan yang tidak punya pondasi yang kuat tentang akidah dan syariat islam.
Sehingga terdapat keinginan oleh umat islam untuk membantah alasan-alasan mereka yang
memusuhi islam.14[14]
14[14] Lihat di situs internet, www.google.com : kajian ilmu kalam dan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan ilmu kalam.