SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 43 TAHUN 2010
TENTANG
TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (6) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Khusus;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENETAPAN
KAWASAN KHUSUS.
BAB I . . .
- 2 -
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah,
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota
dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
4. Daerah otonom, yang selanjutnya disebut daerah, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Fungsi pemerintahan tertentu adalah urusan pemerintahan
yang bersifat khusus untuk kepentingan nasional yang
dilaksanakan di kawasan khusus.
6. Kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam provinsi
dan/atau kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Pemerintah
untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan yang
bersifat khusus bagi kepentingan nasional.
7. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah, yang selanjutnya
disingkat DPOD, adalah dewan yang memberikan saran dan
pertimbangan kepada Presiden terhadap kebijakan otonomi
daerah.
BAB II . . .
- 3 -
BAB II
KAWASAN KHUSUS
Pasal 2
(1) Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang
bersifat khusus bagi kepentingan nasional, Pemerintah dapat
menetapkan kawasan khusus dalam wilayah provinsi
dan/atau kabupaten/kota.
(2) Penetapan kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
(3) Penetapan kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diusulkan oleh menteri dan/atau pimpinan
lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur, dan
bupati/walikota.
(4) Kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Pasal 3
Pemerintah menetapkan kawasan khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan mengikutsertakan
daerah yang bersangkutan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan.
BAB III
PERSYARATAN PENETAPAN KAWASAN KHUSUS
Pasal 4
Penetapan kawasan khusus harus memenuhi persyaratan
administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.
Bagian Kesatu
Persyaratan Administratif
Pasal 5
(1) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 terhadap usulan yang disampaikan oleh menteri
dan . . .
- 4 -
dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian
meliputi:
a. rencana penetapan kawasan khusus yang paling sedikit
memuat:
1. studi kelayakan yang mencakup antara lain sasaran
yang ingin dicapai, analisis dampak terhadap politik,
ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, ketertiban dan
ketenteraman, pertahanan dan keamanan;
2. luas dan status hak atas tanah;
3. rencana dan sumber pendanaan; dan
4. rencana strategis.
b. rekomendasi bupati/walikota dan gubernur yang
bersangkutan; dan
c. rekomendasi DPOD setelah berkoordinasi dengan menteri
yang bidang tugasnya terkait dengan fungsi pemerintahan
tertentu yang akan diselenggarakan dalam kawasan
khusus.
(2) Persyaratan administratif terhadap usulan yang disampaikan
oleh gubernur meliputi:
a. rekomendasi dari pemerintah kabupaten/kota yang
bagian wilayahnya akan diusulkan sebagai kawasan
khusus;
b. keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi
tentang persetujuan penetapan kawasan khusus; dan
c. rencana penetapan kawasan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a.
(3) Persyaratan administratif terhadap usulan yang disampaikan
oleh bupati/walikota meliputi:
a. rekomendasi gubernur yang bersangkutan;
b. keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten/kota tentang persetujuan penetapan kawasan
khusus; dan
c. rencana penetapan kawasan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a.
Bagian Kedua
Persyaratan Teknis
Pasal 6
(1) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
terhadap usulan yang disampaikan oleh menteri dan/atau
pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur,
bupati . . .
- 5 -
bupati/walikota meliputi faktor kemampuan ekonomi dan
potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, luas kawasan,
kemampuan keuangan, dan tingkat kesejahteraan
masyarakat.
(2) Penilaian terhadap faktor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan indikator masing-masing
faktor yang disusun oleh kementerian dan/atau lembaga
pemerintah nonkementerian, gubernur, bupati/walikota
sesuai bidang tugas masing-masing.
Bagian Ketiga
Persyaratan Fisik Kewilayahan
Pasal 7
Persyaratan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 terhadap usulan penetapan kawasan khusus yang
disampaikan oleh menteri dan/atau pimpinan lembaga
pemerintah nonkementerian, gubernur, dan bupati/walikota
meliputi:
a. peta lokasi kawasan khusus ditetapkan dengan titik
koordinat geografis sebagai titik batas kawasan khusus;
b. status tanah kawasan khusus merupakan tanah yang
dikuasai Pemerintah/pemerintah daerah dan tidak dalam
sengketa; dan
c. batas kawasan khusus.
BAB IV
PENGUSULAN KAWASAN KHUSUS
Bagian Kesatu
Usulan Menteri dan/atau
Pimpinan Lembaga Pemerintah Nonkementerian
Pasal 8
(1) Menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian menyampaikan rencana penetapan kawasan
khusus kepada pemerintah provinsi yang bersangkutan.
(2) Pemerintah provinsi bersama-sama dengan pemerintah
kabupaten/kota, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota
melakukan pembahasan terhadap rencana penetapan
kawasan khusus yang disampaikan menteri dan/atau
pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian.
(3) Setelah . . .
- 6 -
(3) Setelah rencana penetapan kawasan khusus mendapat
persetujuan, gubernur menyampaikan persetujuan tersebut
kepada menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian yang mengusulkan.
(4) Menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian menyampaikan rencana penetapan kawasan
khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri
disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif,
teknis, dan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4.
Bagian Kedua
Usulan Gubernur
Pasal 9
(1) Gubernur menyampaikan rencana penetapan kawasan
khusus kepada bupati/walikota yang bagian wilayahnya
akan diusulkan sebagai kawasan khusus untuk meminta
persetujuan.
(2) Bupati/walikota bersama-sama dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah kabupaten/kota melakukan pembahasan
atas rencana penetapan kawasan khusus yang disampaikan
gubernur.
(3) SSetelah rencana penetapan kawasan khusus mendapat
persetujuan, gubernur menyampaikan rencana penetapan
kawasan khusus kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
provinsi untuk mendapat persetujuan bersama.
(4) Setelah mendapat persetujuan bersama, gubernur
menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan
kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik
kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
Bagian Ketiga
Usulan Bupati/Walikota
Pasal 10
(1) Bupati/walikota menyampaikan rencana penetapan kawasan
khusus kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten/kota untuk meminta persetujuan.
(2) Setelah . . .
- 7 -
(2) SSetelah rencana penetapan kawasan khusus mendapat
persetujuan, bupati/walikota menyampaikan rencana
penetapan kawasan khusus kepada gubernur untuk
meminta rekomendasi.
(3) Setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur,
bupati/walikota menyampaikan rencana penetapan kawasan
khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri
disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif,
teknis, dan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4.
Bagian Keempat
Usulan Lintas Kabupaten/Kota Dalam 1 (Satu) Provinsi
Pasal 11
(1) Dalam hal kawasan khusus yang diusulkan berada dalam
2 (dua) kabupaten/kota atau lebih dalam 1 (satu) provinsi,
terlebih dahulu dilakukan kesepakatan bersama antara
pemerintah provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
provinsi dengan seluruh pemerintah kabupaten/kota dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan untuk mengusulkan penetapan kawasan
khusus.
(2) Kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekaligus menunjuk gubernur sebagai koordinator dalam
pengusulan penetapan kawasan khusus.
(3) Gubernur sebagai koordinator dalam pengusulan penetapan
kawasan khusus menyampaikan usulan penetapan kawasan
khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri
disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif,
teknis, dan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4.
Bagian Kelima
Usulan Lintas Kabupaten/Kota Beda Provinsi
Pasal 12
(1) Dalam hal kawasan khusus yang diusulkan berada dalam
2 (dua) kabupaten/kota atau lebih dalam provinsi yang
berbeda, terlebih dahulu dilakukan kesepakatan bersama
seluruh pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi, dan Dewan
Perwakilan . . .
- 8 -
Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan untuk mengusulkan penetapan kawasan
khusus.
(2) Kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekaligus menunjuk salah satu gubernur sebagai koordinator
dalam pengusulan penetapan kawasan khusus.
(3) Gubernur sebagai koordinator dalam pengusulan penetapan
kawasan khusus menyampaikan usulan penetapan kawasan
khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri
disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif,
teknis, dan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4.
Bagian Keenam
Sosialisasi Usulan Rencana Penetapan Kawasan Khusus
Pasal 13
Pemerintah provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah kabupaten/kota baik sendiri-sendiri maupun bersama-
sama berkewajiban mensosialisasikan usulan rencana
penetapan kawasan khusus kepada masyarakat.
Pasal 14
Dalam hal rencana penetapan kawasan khusus diusulkan oleh
menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian, menteri dan/atau pimpinan lembaga
pemerintah nonkementerian memfasilitasi kegiatan sosialisasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
Bagian Ketujuh
Pengkajian dan Verifikasi Usulan
Pasal 15
(1) Menteri Dalam Negeri melakukan kajian dan verifikasi
kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik
kewilayahan atas usulan rencana penetapan kawasan
khusus.
(2) Dalam . . .
- 9 -
(2) Dalam pelaksanaan kajian dan verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Menteri Dalam Negeri wajib:
a. berkoordinasi dengan kementerian dan/atau lembaga
pemerintah nonkementerian terkait; dan
b. mengkonsultasikan rencana penetapan kawasan khusus
kepada DPOD untuk mendapat saran dan pertimbangan.
Pasal 16
(1) Dalam hal usulan rencana penetapan kawasan khusus telah
memenuhi persyaratan, Menteri Dalam Negeri
menyampaikan usulan tersebut kepada Presiden untuk
mendapat persetujuan.
(2) Dalam hal usulan rencana penetapan kawasan khusus
belum memenuhi persyaratan, Menteri Dalam Negeri
mengembalikan usulan tersebut kepada pengusul untuk
dilengkapi.
BAB V
PENETAPAN KAWASAN KHUSUS
Pasal 17
Presiden menyetujui atau tidak menyetujui rencana penetapan
kawasan khusus yang diusulkan oleh menteri dan/atau
pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur, dan
bupati/walikota.
Pasal 18
(1) Dalam hal Presiden menyetujui usulan penetapan kawasan
khusus, maka:
a. Menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian yang mengusulkan penetapan kawasan
khusus menyiapkan rancangan peraturan pemerintah
tentang penetapan kawasan khusus yang diusulkan; dan
b. Menteri Dalam Negeri mengoordinasikan penyiapan
rancangan peraturan pemerintah tentang penetapan
kawasan khusus yang diusulkan oleh gubernur, dan
bupati/walikota.
(2) Rancangan . . .
- 10 -
(2) Rancangan peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun dan ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
PENYELENGGARAAN KAWASAN KHUSUS
Pasal 19
Menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian, gubernur, dan bupati/walikota yang
mengusulkan penetapan kawasan khusus bertanggung jawab
atas penyelenggaraan kawasan khusus yang telah ditetapkan.
Pasal 20
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan kawasan khusus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, menteri dan/atau
pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian terkait,
gubernur, dan bupati/walikota berkewajiban memperhatikan
peran serta masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 21
(1) Penyelenggaraan kawasan khusus yang menghasilkan
penerimaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Penyelenggaraan kawasan khusus yang menghasilkan
penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diupayakan dapat mendukung pemberdayaan dan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
(1) Pemerintah melaksanakan pembinaan umum dan
pembinaan teknis atas penyelenggaraan kawasan khusus.
(2) Pembinaan umum dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri
meliputi:
a. koordinasi pemerintahan antarsusunan pemerintahan;
b. pemberian pedoman dan standar pelaksanaan kawasan
khusus;
c. pemberian . . .
- 11 -
c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
penyelenggaraan kawasan khusus;
d. perencanaan umum penyelenggaraan kawasan khusus;
dan
e. penyiapan dan pengelolaan sistem informasi manajemen
dan akuntabilitas kinerja kawasan khusus.
(3) Pembinaan teknis dilaksanakan oleh menteri dan/atau
pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian yang terkait
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 23
(1) Pemerintah bersama-sama dengan pemerintah daerah
melakukan monitoring dan evaluasi atas penyelenggaraan
kawasan khusus.
(2) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digunakan oleh Pemerintah sebagai bahan
pembinaan umum dan pembinaan teknis penyelenggaraan
fungsi pemerintahan tertentu pada kawasan khusus.
BAB VII
PENDANAAN
Pasal 24
(1) Pendanaan dalam rangka pengusulan penetapan kawasan
khusus oleh menteri dan/atau pimpinan lembaga
pemerintah nonkementerian dibebankan pada anggaran
pendapatan dan belanja negara yang ditempatkan pada
anggaran kementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian yang bersangkutan.
(2) Pendanaan dalam rangka pengusulan penetapan kawasan
khusus oleh gubernur dan bupati/walikota dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja daerah yang
bersangkutan.
(3) Pendanaan dalam rangka pengusulan penetapan kawasan
khusus lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi atau
dalam provinsi yang berbeda dibebankan pada anggaran
pendapatan dan belanja daerah yang ditempatkan pada
anggaran masing-masing setelah melalui kesepakatan.
Pasal 25 . . .
- 12 -
Pasal 25
(1) Pendanaan dalam rangka pembinaan umum kawasan
khusus dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja
negara yang ditempatkan pada anggaran Kementerian Dalam
Negeri.
(2) Pendanaan dalam rangka pembinaan teknis kawasan
khusus dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja
negara yang ditempatkan pada anggaran masing-masing
kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian
yang bersangkutan.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 26
Ketentuan yang terkait dengan pelaksanaan penyelenggaraan
kawasan khusus yang belum diatur dalam Peraturan
Pemerintah ini diatur dalam peraturan pemerintah penetapan
masing-masing kawasan khusus.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 27
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, kawasan
yang sudah dibentuk berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan telah sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah ditetapkan sebagai kawasan khusus berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar . . .
- 13 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 April 2010
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 April 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
PATRIALIS AKBAR
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 59
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,
Wisnu Setiawan
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 43 TAHUN 2010
TENTANG
TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS
I. UMUM
Berdasarkan ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah dalam menyelenggarakan fungsi-
fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus dan berskala nasional
dalam kerangka implementasi desentralisasi fungsional dapat menetapkan
kawasan khusus di daerah otonom. Penetapan kawasan khusus
dimaksudkan untuk melindungi dan menjaga keamanan negara Republik
Indonesia, meningkatkan pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka sinkronisasi rencana penetapan dan penyelenggaraan kawasan
khusus dengan rencana pembangunan di daerah serta untuk meningkatkan
peran serta masyarakat di daerah, maka dalam penetapan kawasan khusus
oleh Pemerintah wajib mengikutsertakan daerah yang bersangkutan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan kawasan
khusus tersebut. Di sisi lain, daerah dapat mengusulkan penetapan kawasan
khusus di wilayahnya masing-masing, sepanjang kawasan khusus tersebut
ditujukan untuk penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan tertentu yang
bersifat khusus dan berskala nasional.
Peraturan Pemerintah ini mengatur tata cara penetapan kawasan khusus
yang diusulkan baik oleh kementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian maupun oleh gubernur, bupati/walikota. Hal-hal yang diatur
meliputi persyaratan administratif, teknis, fisik kewilayahan, mekanisme
pengusulan, pengkajian dan verifikasi usulan, persetujuan dan penetapan
kawasan khusus, prinsip-prinsip penyelenggaraan dan pengelolaan kawasan
khusus, pembinaan, monitoring dan evaluasi, serta aspek pendanaan.
Meskipun penetapan kawasan khusus ditujukan untuk kepentingan yang
bersifat nasional, namun manfaatnya juga harus dirasakan oleh daerah yang
bersangkutan. Dengan demikian, daerah juga akan merasakan dampak
positif dari adanya kawasan khusus di wilayahnya, serta ikut bertanggung
jawab terhadap keberlangsungan kawasan khusus tersebut. Peraturan
Pemerintah ini mengamanatkan agar dalam pelaksanaan penyelenggaraan
kawasan khusus baik oleh kementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian . . .
- 2 -
nonkementerian maupun gubernur atau bupati/walikota memperhatikan
peran serta masyarakat. Demikian pula dalam hal pengelolaan kawasan
khusus yang berpotensi menghasilkan penerimaan agar dilakukan upaya-
upaya yang dapat mendukung pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat
di daerah yang bersangkutan.
Berbagai kawasan yang sudah dibentuk terlebih dahulu berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan telah sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah ditetapkan sebagai kawasan khusus berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini. Dengan demikian, pengaturan tata cara penetapan
dan pengaturan teknis lainnya terhadap kawasan yang sudah dibentuk
terlebih dahulu tetap didasarkan pada masing-masing peraturan perundang-
undangan pembentukan kawasan khusus tersebut sepanjang keberadaannya
sudah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
Lingkup pengaturan tata cara penetapan kawasan khusus yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah ini tidak mengatur tata cara penetapan kawasan
ekonomi khusus.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Jenis-jenis kawasan khusus meliputi kawasan otorita,
kawasan/wilayah perbatasan dan pulau-pulau tertentu/terluar,
kawasan pertahanan negara, kawasan lembaga pemasyarakatan,
kawasan budaya, kawasan pelestarian lingkungan hidup, kawasan
riset dan teknologi, kawasan pengembangan tenaga nuklir, kawasan
peluncuran peluru kendali, kawasan pengembangan prasarana
komunikasi dan telekomunikasi, kawasan pengembangan sarana
transportasi, kawasan penelitian dan pengembangan sumber daya
nasional, kawasan eksploitasi dan konservasi bahan galian strategis,
dan kawasan lain yang akan ditetapkan sebagai kawasan strategis
yang secara nasional menyangkut hajat hidup orang banyak dari sudut
politik, sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, pertahanan dan
keamanan.
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus
meliputi sosial, budaya, ekonomi, politik, lingkungan, pertahanan dan
keamanan yang secara nasional menyangkut hajat hidup orang
banyak.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) . . .
- 3 -
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan dampak terhadap politik adalah dampak
positif terhadap peningkatan persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Yang dimaksud dengan dampak terhadap ekonomi adalah dampak
positif yang mengakibatkan meningkatnya kegiatan perekonomian
dan pembangunan daerah termasuk masyarakat di dalamnya.
Yang dimaksud dengan dampak terhadap sosial dan budaya adalah
dampak positif terhadap peningkatan ketahanan sosial budaya
daerah dan masyarakat.
Yang dimaksud dengan dampak terhadap lingkungan adalah
dampak positif yang didasarkan pada analisis mengenai dampak
lingkungan hidup (AMDAL).
Yang dimaksud dengan ketertiban dan ketenteraman adalah suatu
keadaan dinamis yang memungkinkan Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan
tenteram, tertib, dan teratur.
Yang dimaksud dengan dampak terhadap pertahanan keamanan
adalah keberadaan kawasan khusus akan meningkatkan upaya
memperkuat pertahanan dan keamanan negara melalui penetapan
berbagai unit kerja terkait dengan aspek pertahanan dan
keamanan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) . . .
- 4 -
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Kemampuan ekonomi merupakan cerminan hasil kegiatan ekonomi
dalam bentuk-bentuk seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
per kapita, pertumbuhan ekonomi, dan kontribusi PDRB terhadap
PDRB total.
Potensi daerah merupakan perkiraan penerimaan dari rencana
pemanfaatan ketersediaan sumber daya buatan, sumber daya
aparatur, serta sumber daya masyarakat.
Sosial budaya merupakan cerminan aspek sosial budaya meliputi
antara lain sarana yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial.
Sosial politik merupakan cerminan aspek sosial politik meliputi antara
lain kemampuan penduduk mengikuti perkembangan daerah dan
nasional, serta jumlah organisasi kemasyarakatan.
Luas kawasan merupakan cerminan sumber daya lahan/daratan
cakupan wilayah yang dapat diukur dengan 1) Luas wilayah
keseluruhan; dan 2) Luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan.
Kemampuan keuangan merupakan cerminan terhadap keuangan yang
dapat diukur dengan jumlah Pendapatan Asli Daerah, rasio
Penerimaan Daerah Sendiri (PDS) terhadap jumlah penduduk dan rasio
PDS terhadap PDRB.
Tingkat kesejahteraan masyarakat merupakan cerminan terhadap
tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan masyarakat yang
dapat diukur dengan indeks pembangunan manusia.
Ayat (2)
Penyusunan indikator masing-masing faktor oleh kementerian
dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur,
bupati/walikota sesuai bidang tugas masing-masing dilakukan
mengacu pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang disusun
masing-masing kementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian.
Penyusunan indikator penilaian tersebut dilakukan secara bersama
oleh kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian
terkait sesuai bidang tugas masing-masing.
Pasal 7
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b . . .
- 5 -
Huruf b
Tanah yang dikuasai Pemerintah/pemerintah daerah dan tidak dalam
keadaan sengketa harus dibuktikan dengan surat keterangan dari
instansi yang berwenang.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Kesepakatan bersama dimaksudkan agar usulan penetapan kawasan
khusus benar-benar merupakan keinginan seluruh daerah yang
terkait.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Kesepakatan bersama dimaksudkan agar usulan penetapan kawasan
khusus benar-benar merupakan keinginan seluruh daerah yang
terkait.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14 . . .
- 6 -
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Koordinasi oleh Menteri Dalam Negeri bersama kementerian
dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian mengingat hal-hal
teknis dalam usulan penetapan kawasan khusus menjadi tugas
pokok dan fungsi kementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian.
Huruf b
Saran dan pertimbangan DPOD diperlukan sebagai implementasi
tugas dan tanggung jawab DPOD sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Rancangan peraturan pemerintah tentang penetapan kawasan khusus
memuat pengaturan teknis terkait dengan pengelolaan dan
pengembangan kawasan khusus yang diusulkan, antara lain tujuan
penetapan, jangka waktu, kelembagaan, tugas dan kewenangan, dan
pendanaan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan perundang-undangan”
adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21 . . .
- 7 -
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan ini dilaksanakan antara lain melalui kepatuhan pengelola
kawasan khusus dalam melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Sistem informasi manajemen akuntabilitas dan kinerja kawasan
khusus dimaksudkan dalam upaya meningkatkan efektivitas
pelaksanaan pembinaan umum serta monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan kawasan khusus baik oleh Pemerintah maupun
pemerintah daerah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 23
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Pemerintah bersama-sama dengan pemerintah
daerah” adalah Kementerian Dalam Negeri bersama dengan
kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian
melakukan monitoring dan evaluasi dengan mengikutsertakan
pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 24 . . .
- 8 -
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5125

More Related Content

What's hot

Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...Penataan Ruang
 
Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan MinimalPermen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan MinimalPenataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...Penataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingk...
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap  Bangun dan Lingk...Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap  Bangun dan Lingk...
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingk...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetuj...
Permen PU Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetuj...Permen PU Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetuj...
Permen PU Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetuj...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPenataan Ruang
 
Peraturan Menteri dalam negeri nomor 76 tahun 2012
Peraturan Menteri dalam negeri nomor 76 tahun 2012Peraturan Menteri dalam negeri nomor 76 tahun 2012
Peraturan Menteri dalam negeri nomor 76 tahun 2012JARI Indonesia Borneo Barat
 

What's hot (11)

Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
 
Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan MinimalPermen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
 
Mendagri 28 2008
Mendagri 28 2008Mendagri 28 2008
Mendagri 28 2008
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
 
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingk...
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap  Bangun dan Lingk...Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap  Bangun dan Lingk...
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingk...
 
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
 
Permen PU Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetuj...
Permen PU Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetuj...Permen PU Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetuj...
Permen PU Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetuj...
 
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
 
Peraturan Menteri dalam negeri nomor 76 tahun 2012
Peraturan Menteri dalam negeri nomor 76 tahun 2012Peraturan Menteri dalam negeri nomor 76 tahun 2012
Peraturan Menteri dalam negeri nomor 76 tahun 2012
 

Viewers also liked

Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...Penataan Ruang
 
Uu 5 tahun 1960 uupa
Uu 5 tahun 1960  uupaUu 5 tahun 1960  uupa
Uu 5 tahun 1960 uuparaes_bastard
 
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...Penataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan...
Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan...Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan...
Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan...Penataan Ruang
 
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960 ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960 Zaka Firma Aditya
 
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang KelurahanPeraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang KelurahanPenataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang JalanPeraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang JalanPenataan Ruang
 
PP No. 68 Tahun 2010 Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
PP No. 68 Tahun 2010 Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan RuangPP No. 68 Tahun 2010 Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
PP No. 68 Tahun 2010 Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan RuangPenataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Penertiban Dan Pendayagunaan T...
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Penertiban Dan Pendayagunaan T...Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Penertiban Dan Pendayagunaan T...
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Penertiban Dan Pendayagunaan T...Penataan Ruang
 
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...Masyrifah Jazm
 
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
UU No. 38 Tahun 2004 tentang JalanUU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
UU No. 38 Tahun 2004 tentang JalanPenataan Ruang
 
PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan RuangPP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan RuangPenataan Ruang
 
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-SampahUndang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-SampahJoy Irman
 
UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan PermukimanUU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan PermukimanPenataan Ruang
 

Viewers also liked (15)

Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...
 
Uu 5 tahun 1960 uupa
Uu 5 tahun 1960  uupaUu 5 tahun 1960  uupa
Uu 5 tahun 1960 uupa
 
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...
 
Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan...
Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan...Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan...
Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan...
 
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960 ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
 
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang KelurahanPeraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
 
Struktur pemerintahan daerah menurut undang
Struktur pemerintahan daerah menurut  undangStruktur pemerintahan daerah menurut  undang
Struktur pemerintahan daerah menurut undang
 
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang JalanPeraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
 
PP No. 68 Tahun 2010 Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
PP No. 68 Tahun 2010 Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan RuangPP No. 68 Tahun 2010 Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
PP No. 68 Tahun 2010 Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Penertiban Dan Pendayagunaan T...
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Penertiban Dan Pendayagunaan T...Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Penertiban Dan Pendayagunaan T...
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Penertiban Dan Pendayagunaan T...
 
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...
 
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
UU No. 38 Tahun 2004 tentang JalanUU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
 
PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan RuangPP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
 
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-SampahUndang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
 
UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan PermukimanUU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
 

Similar to Kawasan Khusus

Pp no19-th-2008-tentang-kecamatan
Pp no19-th-2008-tentang-kecamatanPp no19-th-2008-tentang-kecamatan
Pp no19-th-2008-tentang-kecamatanapotek agam farma
 
Pp no19-th-2008-tentang-kecamatan
Pp no19-th-2008-tentang-kecamatanPp no19-th-2008-tentang-kecamatan
Pp no19-th-2008-tentang-kecamatanapotek agam farma
 
Pp nomor 18 tahun 2016 perangkat daerah
Pp nomor 18 tahun 2016 perangkat daerahPp nomor 18 tahun 2016 perangkat daerah
Pp nomor 18 tahun 2016 perangkat daerahWeb Master
 
Peraturan pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang perangkat daerah
Peraturan pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang perangkat daerahPeraturan pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang perangkat daerah
Peraturan pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang perangkat daerahRaden Andriansyah Sastradjumena
 
Per Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdf
Per Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdfPer Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdf
Per Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdfGunawanFebruarianto
 
Mendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerah
Mendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerahMendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerah
Mendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerahraminatha
 
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...infosanitasi
 
Permen11 2009 pedoman persetujuan substansi dalam penepapan ranc perda rtrw k...
Permen11 2009 pedoman persetujuan substansi dalam penepapan ranc perda rtrw k...Permen11 2009 pedoman persetujuan substansi dalam penepapan ranc perda rtrw k...
Permen11 2009 pedoman persetujuan substansi dalam penepapan ranc perda rtrw k...Deki Zulkarnain
 
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangPermen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangAchmad Wahid
 
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...infosanitasi
 
Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...
Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...
Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...Penataan Ruang
 
POKOK-POKOK PIKIRAN UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
POKOK-POKOK PIKIRAN UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAHPOKOK-POKOK PIKIRAN UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
POKOK-POKOK PIKIRAN UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAHSiti Sahati
 
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi KhususUndang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi KhususPenataan Ruang
 
RAPERDA PENGADAAN PNSD
RAPERDA PENGADAAN PNSDRAPERDA PENGADAAN PNSD
RAPERDA PENGADAAN PNSDAde Suerani
 

Similar to Kawasan Khusus (20)

Pp no 78_2007
Pp no 78_2007Pp no 78_2007
Pp no 78_2007
 
Pp no19-th-2008-tentang-kecamatan
Pp no19-th-2008-tentang-kecamatanPp no19-th-2008-tentang-kecamatan
Pp no19-th-2008-tentang-kecamatan
 
Pp no19-th-2008-tentang-kecamatan
Pp no19-th-2008-tentang-kecamatanPp no19-th-2008-tentang-kecamatan
Pp no19-th-2008-tentang-kecamatan
 
PP NOMOR 59 TAHUN 2022 - PERKOTAAN.pdf
PP NOMOR 59 TAHUN 2022 - PERKOTAAN.pdfPP NOMOR 59 TAHUN 2022 - PERKOTAAN.pdf
PP NOMOR 59 TAHUN 2022 - PERKOTAAN.pdf
 
Pp nomor 18 tahun 2016 perangkat daerah
Pp nomor 18 tahun 2016 perangkat daerahPp nomor 18 tahun 2016 perangkat daerah
Pp nomor 18 tahun 2016 perangkat daerah
 
Peraturan pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang perangkat daerah
Peraturan pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang perangkat daerahPeraturan pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang perangkat daerah
Peraturan pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang perangkat daerah
 
Per Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdf
Per Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdfPer Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdf
Per Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdf
 
Mendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerah
Mendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerahMendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerah
Mendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerah
 
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
 
Permen11 2009 pedoman persetujuan substansi dalam penepapan ranc perda rtrw k...
Permen11 2009 pedoman persetujuan substansi dalam penepapan ranc perda rtrw k...Permen11 2009 pedoman persetujuan substansi dalam penepapan ranc perda rtrw k...
Permen11 2009 pedoman persetujuan substansi dalam penepapan ranc perda rtrw k...
 
Permen no.73 th_2011
Permen no.73 th_2011Permen no.73 th_2011
Permen no.73 th_2011
 
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangPermen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
 
Pp no.19 2008
Pp no.19 2008Pp no.19 2008
Pp no.19 2008
 
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
 
Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...
Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...
Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...
 
Pp2014 043
Pp2014 043Pp2014 043
Pp2014 043
 
Pp19 2008
Pp19 2008Pp19 2008
Pp19 2008
 
POKOK-POKOK PIKIRAN UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
POKOK-POKOK PIKIRAN UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAHPOKOK-POKOK PIKIRAN UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
POKOK-POKOK PIKIRAN UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
 
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi KhususUndang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
 
RAPERDA PENGADAAN PNSD
RAPERDA PENGADAAN PNSDRAPERDA PENGADAAN PNSD
RAPERDA PENGADAAN PNSD
 

More from Penataan Ruang

Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...Penataan Ruang
 

More from Penataan Ruang (20)

Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
 
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
 
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
 
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
 
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
 

Recently uploaded

PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxvickrygaluh59
 
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaJudul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaHaseebBashir5
 
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiCimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiHaseebBashir5
 
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptMANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptnugrohoaditya12334
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"HaseebBashir5
 
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docxCONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docxKartikaFebrianti1
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercayaunikbetslotbankmaybank
 
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptxerlyndakasim2
 
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.pptIjlalMaulana1
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptxAndiAzhar9
 
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Baratsenapananginterbaik2
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfPritaRatuliu
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangRadhialKautsar
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaNovaRuwanti
 
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)DenniPratama2
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxerlyndakasim2
 
Presentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung pptPresentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung pptAkuatSupriyanto1
 
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptxerlyndakasim2
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelHaseebBashir5
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...gamal imron khoirudin
 

Recently uploaded (20)

PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
 
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaJudul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
 
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiCimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
 
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptMANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
 
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docxCONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
 
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
 
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
 
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
 
Presentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung pptPresentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung ppt
 
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
 

Kawasan Khusus

  • 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (6) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Khusus; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS. BAB I . . .
  • 2. - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Daerah otonom, yang selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5. Fungsi pemerintahan tertentu adalah urusan pemerintahan yang bersifat khusus untuk kepentingan nasional yang dilaksanakan di kawasan khusus. 6. Kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam provinsi dan/atau kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional. 7. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah, yang selanjutnya disingkat DPOD, adalah dewan yang memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden terhadap kebijakan otonomi daerah. BAB II . . .
  • 3. - 3 - BAB II KAWASAN KHUSUS Pasal 2 (1) Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional, Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus dalam wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota. (2) Penetapan kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. (3) Penetapan kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diusulkan oleh menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur, dan bupati/walikota. (4) Kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Pasal 3 Pemerintah menetapkan kawasan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan mengikutsertakan daerah yang bersangkutan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan. BAB III PERSYARATAN PENETAPAN KAWASAN KHUSUS Pasal 4 Penetapan kawasan khusus harus memenuhi persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. Bagian Kesatu Persyaratan Administratif Pasal 5 (1) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 terhadap usulan yang disampaikan oleh menteri dan . . .
  • 4. - 4 - dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian meliputi: a. rencana penetapan kawasan khusus yang paling sedikit memuat: 1. studi kelayakan yang mencakup antara lain sasaran yang ingin dicapai, analisis dampak terhadap politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, ketertiban dan ketenteraman, pertahanan dan keamanan; 2. luas dan status hak atas tanah; 3. rencana dan sumber pendanaan; dan 4. rencana strategis. b. rekomendasi bupati/walikota dan gubernur yang bersangkutan; dan c. rekomendasi DPOD setelah berkoordinasi dengan menteri yang bidang tugasnya terkait dengan fungsi pemerintahan tertentu yang akan diselenggarakan dalam kawasan khusus. (2) Persyaratan administratif terhadap usulan yang disampaikan oleh gubernur meliputi: a. rekomendasi dari pemerintah kabupaten/kota yang bagian wilayahnya akan diusulkan sebagai kawasan khusus; b. keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi tentang persetujuan penetapan kawasan khusus; dan c. rencana penetapan kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. (3) Persyaratan administratif terhadap usulan yang disampaikan oleh bupati/walikota meliputi: a. rekomendasi gubernur yang bersangkutan; b. keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota tentang persetujuan penetapan kawasan khusus; dan c. rencana penetapan kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. Bagian Kedua Persyaratan Teknis Pasal 6 (1) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 terhadap usulan yang disampaikan oleh menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur, bupati . . .
  • 5. - 5 - bupati/walikota meliputi faktor kemampuan ekonomi dan potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, luas kawasan, kemampuan keuangan, dan tingkat kesejahteraan masyarakat. (2) Penilaian terhadap faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan indikator masing-masing faktor yang disusun oleh kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur, bupati/walikota sesuai bidang tugas masing-masing. Bagian Ketiga Persyaratan Fisik Kewilayahan Pasal 7 Persyaratan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 terhadap usulan penetapan kawasan khusus yang disampaikan oleh menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur, dan bupati/walikota meliputi: a. peta lokasi kawasan khusus ditetapkan dengan titik koordinat geografis sebagai titik batas kawasan khusus; b. status tanah kawasan khusus merupakan tanah yang dikuasai Pemerintah/pemerintah daerah dan tidak dalam sengketa; dan c. batas kawasan khusus. BAB IV PENGUSULAN KAWASAN KHUSUS Bagian Kesatu Usulan Menteri dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Nonkementerian Pasal 8 (1) Menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada pemerintah provinsi yang bersangkutan. (2) Pemerintah provinsi bersama-sama dengan pemerintah kabupaten/kota, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota melakukan pembahasan terhadap rencana penetapan kawasan khusus yang disampaikan menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian. (3) Setelah . . .
  • 6. - 6 - (3) Setelah rencana penetapan kawasan khusus mendapat persetujuan, gubernur menyampaikan persetujuan tersebut kepada menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian yang mengusulkan. (4) Menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Bagian Kedua Usulan Gubernur Pasal 9 (1) Gubernur menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada bupati/walikota yang bagian wilayahnya akan diusulkan sebagai kawasan khusus untuk meminta persetujuan. (2) Bupati/walikota bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota melakukan pembahasan atas rencana penetapan kawasan khusus yang disampaikan gubernur. (3) SSetelah rencana penetapan kawasan khusus mendapat persetujuan, gubernur menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi untuk mendapat persetujuan bersama. (4) Setelah mendapat persetujuan bersama, gubernur menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Bagian Ketiga Usulan Bupati/Walikota Pasal 10 (1) Bupati/walikota menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota untuk meminta persetujuan. (2) Setelah . . .
  • 7. - 7 - (2) SSetelah rencana penetapan kawasan khusus mendapat persetujuan, bupati/walikota menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada gubernur untuk meminta rekomendasi. (3) Setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur, bupati/walikota menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Bagian Keempat Usulan Lintas Kabupaten/Kota Dalam 1 (Satu) Provinsi Pasal 11 (1) Dalam hal kawasan khusus yang diusulkan berada dalam 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih dalam 1 (satu) provinsi, terlebih dahulu dilakukan kesepakatan bersama antara pemerintah provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dengan seluruh pemerintah kabupaten/kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang bersangkutan untuk mengusulkan penetapan kawasan khusus. (2) Kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus menunjuk gubernur sebagai koordinator dalam pengusulan penetapan kawasan khusus. (3) Gubernur sebagai koordinator dalam pengusulan penetapan kawasan khusus menyampaikan usulan penetapan kawasan khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Bagian Kelima Usulan Lintas Kabupaten/Kota Beda Provinsi Pasal 12 (1) Dalam hal kawasan khusus yang diusulkan berada dalam 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih dalam provinsi yang berbeda, terlebih dahulu dilakukan kesepakatan bersama seluruh pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi, dan Dewan Perwakilan . . .
  • 8. - 8 - Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang bersangkutan untuk mengusulkan penetapan kawasan khusus. (2) Kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus menunjuk salah satu gubernur sebagai koordinator dalam pengusulan penetapan kawasan khusus. (3) Gubernur sebagai koordinator dalam pengusulan penetapan kawasan khusus menyampaikan usulan penetapan kawasan khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Bagian Keenam Sosialisasi Usulan Rencana Penetapan Kawasan Khusus Pasal 13 Pemerintah provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota baik sendiri-sendiri maupun bersama- sama berkewajiban mensosialisasikan usulan rencana penetapan kawasan khusus kepada masyarakat. Pasal 14 Dalam hal rencana penetapan kawasan khusus diusulkan oleh menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian memfasilitasi kegiatan sosialisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. Bagian Ketujuh Pengkajian dan Verifikasi Usulan Pasal 15 (1) Menteri Dalam Negeri melakukan kajian dan verifikasi kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan atas usulan rencana penetapan kawasan khusus. (2) Dalam . . .
  • 9. - 9 - (2) Dalam pelaksanaan kajian dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri Dalam Negeri wajib: a. berkoordinasi dengan kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian terkait; dan b. mengkonsultasikan rencana penetapan kawasan khusus kepada DPOD untuk mendapat saran dan pertimbangan. Pasal 16 (1) Dalam hal usulan rencana penetapan kawasan khusus telah memenuhi persyaratan, Menteri Dalam Negeri menyampaikan usulan tersebut kepada Presiden untuk mendapat persetujuan. (2) Dalam hal usulan rencana penetapan kawasan khusus belum memenuhi persyaratan, Menteri Dalam Negeri mengembalikan usulan tersebut kepada pengusul untuk dilengkapi. BAB V PENETAPAN KAWASAN KHUSUS Pasal 17 Presiden menyetujui atau tidak menyetujui rencana penetapan kawasan khusus yang diusulkan oleh menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur, dan bupati/walikota. Pasal 18 (1) Dalam hal Presiden menyetujui usulan penetapan kawasan khusus, maka: a. Menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian yang mengusulkan penetapan kawasan khusus menyiapkan rancangan peraturan pemerintah tentang penetapan kawasan khusus yang diusulkan; dan b. Menteri Dalam Negeri mengoordinasikan penyiapan rancangan peraturan pemerintah tentang penetapan kawasan khusus yang diusulkan oleh gubernur, dan bupati/walikota. (2) Rancangan . . .
  • 10. - 10 - (2) Rancangan peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI PENYELENGGARAAN KAWASAN KHUSUS Pasal 19 Menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur, dan bupati/walikota yang mengusulkan penetapan kawasan khusus bertanggung jawab atas penyelenggaraan kawasan khusus yang telah ditetapkan. Pasal 20 Dalam pelaksanaan penyelenggaraan kawasan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian terkait, gubernur, dan bupati/walikota berkewajiban memperhatikan peran serta masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 21 (1) Penyelenggaraan kawasan khusus yang menghasilkan penerimaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Penyelenggaraan kawasan khusus yang menghasilkan penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diupayakan dapat mendukung pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 22 (1) Pemerintah melaksanakan pembinaan umum dan pembinaan teknis atas penyelenggaraan kawasan khusus. (2) Pembinaan umum dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri meliputi: a. koordinasi pemerintahan antarsusunan pemerintahan; b. pemberian pedoman dan standar pelaksanaan kawasan khusus; c. pemberian . . .
  • 11. - 11 - c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi penyelenggaraan kawasan khusus; d. perencanaan umum penyelenggaraan kawasan khusus; dan e. penyiapan dan pengelolaan sistem informasi manajemen dan akuntabilitas kinerja kawasan khusus. (3) Pembinaan teknis dilaksanakan oleh menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian yang terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 23 (1) Pemerintah bersama-sama dengan pemerintah daerah melakukan monitoring dan evaluasi atas penyelenggaraan kawasan khusus. (2) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh Pemerintah sebagai bahan pembinaan umum dan pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi pemerintahan tertentu pada kawasan khusus. BAB VII PENDANAAN Pasal 24 (1) Pendanaan dalam rangka pengusulan penetapan kawasan khusus oleh menteri dan/atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara yang ditempatkan pada anggaran kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian yang bersangkutan. (2) Pendanaan dalam rangka pengusulan penetapan kawasan khusus oleh gubernur dan bupati/walikota dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah yang bersangkutan. (3) Pendanaan dalam rangka pengusulan penetapan kawasan khusus lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi atau dalam provinsi yang berbeda dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah yang ditempatkan pada anggaran masing-masing setelah melalui kesepakatan. Pasal 25 . . .
  • 12. - 12 - Pasal 25 (1) Pendanaan dalam rangka pembinaan umum kawasan khusus dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara yang ditempatkan pada anggaran Kementerian Dalam Negeri. (2) Pendanaan dalam rangka pembinaan teknis kawasan khusus dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara yang ditempatkan pada anggaran masing-masing kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian yang bersangkutan. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 26 Ketentuan yang terkait dengan pelaksanaan penyelenggaraan kawasan khusus yang belum diatur dalam Peraturan Pemerintah ini diatur dalam peraturan pemerintah penetapan masing-masing kawasan khusus. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, kawasan yang sudah dibentuk berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan telah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah ditetapkan sebagai kawasan khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar . . .
  • 13. - 13 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 April 2010 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 April 2010 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. PATRIALIS AKBAR LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 59 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat, Wisnu Setiawan
  • 14. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS I. UMUM Berdasarkan ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah dalam menyelenggarakan fungsi- fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus dan berskala nasional dalam kerangka implementasi desentralisasi fungsional dapat menetapkan kawasan khusus di daerah otonom. Penetapan kawasan khusus dimaksudkan untuk melindungi dan menjaga keamanan negara Republik Indonesia, meningkatkan pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka sinkronisasi rencana penetapan dan penyelenggaraan kawasan khusus dengan rencana pembangunan di daerah serta untuk meningkatkan peran serta masyarakat di daerah, maka dalam penetapan kawasan khusus oleh Pemerintah wajib mengikutsertakan daerah yang bersangkutan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan kawasan khusus tersebut. Di sisi lain, daerah dapat mengusulkan penetapan kawasan khusus di wilayahnya masing-masing, sepanjang kawasan khusus tersebut ditujukan untuk penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus dan berskala nasional. Peraturan Pemerintah ini mengatur tata cara penetapan kawasan khusus yang diusulkan baik oleh kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian maupun oleh gubernur, bupati/walikota. Hal-hal yang diatur meliputi persyaratan administratif, teknis, fisik kewilayahan, mekanisme pengusulan, pengkajian dan verifikasi usulan, persetujuan dan penetapan kawasan khusus, prinsip-prinsip penyelenggaraan dan pengelolaan kawasan khusus, pembinaan, monitoring dan evaluasi, serta aspek pendanaan. Meskipun penetapan kawasan khusus ditujukan untuk kepentingan yang bersifat nasional, namun manfaatnya juga harus dirasakan oleh daerah yang bersangkutan. Dengan demikian, daerah juga akan merasakan dampak positif dari adanya kawasan khusus di wilayahnya, serta ikut bertanggung jawab terhadap keberlangsungan kawasan khusus tersebut. Peraturan Pemerintah ini mengamanatkan agar dalam pelaksanaan penyelenggaraan kawasan khusus baik oleh kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian . . .
  • 15. - 2 - nonkementerian maupun gubernur atau bupati/walikota memperhatikan peran serta masyarakat. Demikian pula dalam hal pengelolaan kawasan khusus yang berpotensi menghasilkan penerimaan agar dilakukan upaya- upaya yang dapat mendukung pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat di daerah yang bersangkutan. Berbagai kawasan yang sudah dibentuk terlebih dahulu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan telah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah ditetapkan sebagai kawasan khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. Dengan demikian, pengaturan tata cara penetapan dan pengaturan teknis lainnya terhadap kawasan yang sudah dibentuk terlebih dahulu tetap didasarkan pada masing-masing peraturan perundang- undangan pembentukan kawasan khusus tersebut sepanjang keberadaannya sudah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lingkup pengaturan tata cara penetapan kawasan khusus yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini tidak mengatur tata cara penetapan kawasan ekonomi khusus. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Ayat (1) Jenis-jenis kawasan khusus meliputi kawasan otorita, kawasan/wilayah perbatasan dan pulau-pulau tertentu/terluar, kawasan pertahanan negara, kawasan lembaga pemasyarakatan, kawasan budaya, kawasan pelestarian lingkungan hidup, kawasan riset dan teknologi, kawasan pengembangan tenaga nuklir, kawasan peluncuran peluru kendali, kawasan pengembangan prasarana komunikasi dan telekomunikasi, kawasan pengembangan sarana transportasi, kawasan penelitian dan pengembangan sumber daya nasional, kawasan eksploitasi dan konservasi bahan galian strategis, dan kawasan lain yang akan ditetapkan sebagai kawasan strategis yang secara nasional menyangkut hajat hidup orang banyak dari sudut politik, sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, pertahanan dan keamanan. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus meliputi sosial, budaya, ekonomi, politik, lingkungan, pertahanan dan keamanan yang secara nasional menyangkut hajat hidup orang banyak. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) . . .
  • 16. - 3 - Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan dampak terhadap politik adalah dampak positif terhadap peningkatan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang dimaksud dengan dampak terhadap ekonomi adalah dampak positif yang mengakibatkan meningkatnya kegiatan perekonomian dan pembangunan daerah termasuk masyarakat di dalamnya. Yang dimaksud dengan dampak terhadap sosial dan budaya adalah dampak positif terhadap peningkatan ketahanan sosial budaya daerah dan masyarakat. Yang dimaksud dengan dampak terhadap lingkungan adalah dampak positif yang didasarkan pada analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL). Yang dimaksud dengan ketertiban dan ketenteraman adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tenteram, tertib, dan teratur. Yang dimaksud dengan dampak terhadap pertahanan keamanan adalah keberadaan kawasan khusus akan meningkatkan upaya memperkuat pertahanan dan keamanan negara melalui penetapan berbagai unit kerja terkait dengan aspek pertahanan dan keamanan. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) . . .
  • 17. - 4 - Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 6 Ayat (1) Kemampuan ekonomi merupakan cerminan hasil kegiatan ekonomi dalam bentuk-bentuk seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, pertumbuhan ekonomi, dan kontribusi PDRB terhadap PDRB total. Potensi daerah merupakan perkiraan penerimaan dari rencana pemanfaatan ketersediaan sumber daya buatan, sumber daya aparatur, serta sumber daya masyarakat. Sosial budaya merupakan cerminan aspek sosial budaya meliputi antara lain sarana yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial. Sosial politik merupakan cerminan aspek sosial politik meliputi antara lain kemampuan penduduk mengikuti perkembangan daerah dan nasional, serta jumlah organisasi kemasyarakatan. Luas kawasan merupakan cerminan sumber daya lahan/daratan cakupan wilayah yang dapat diukur dengan 1) Luas wilayah keseluruhan; dan 2) Luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan. Kemampuan keuangan merupakan cerminan terhadap keuangan yang dapat diukur dengan jumlah Pendapatan Asli Daerah, rasio Penerimaan Daerah Sendiri (PDS) terhadap jumlah penduduk dan rasio PDS terhadap PDRB. Tingkat kesejahteraan masyarakat merupakan cerminan terhadap tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan masyarakat yang dapat diukur dengan indeks pembangunan manusia. Ayat (2) Penyusunan indikator masing-masing faktor oleh kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur, bupati/walikota sesuai bidang tugas masing-masing dilakukan mengacu pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang disusun masing-masing kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian. Penyusunan indikator penilaian tersebut dilakukan secara bersama oleh kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian terkait sesuai bidang tugas masing-masing. Pasal 7 Huruf a Cukup jelas. Huruf b . . .
  • 18. - 5 - Huruf b Tanah yang dikuasai Pemerintah/pemerintah daerah dan tidak dalam keadaan sengketa harus dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang. Huruf c Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Ayat (1) Kesepakatan bersama dimaksudkan agar usulan penetapan kawasan khusus benar-benar merupakan keinginan seluruh daerah yang terkait. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 12 Ayat (1) Kesepakatan bersama dimaksudkan agar usulan penetapan kawasan khusus benar-benar merupakan keinginan seluruh daerah yang terkait. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 . . .
  • 19. - 6 - Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Koordinasi oleh Menteri Dalam Negeri bersama kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian mengingat hal-hal teknis dalam usulan penetapan kawasan khusus menjadi tugas pokok dan fungsi kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian. Huruf b Saran dan pertimbangan DPOD diperlukan sebagai implementasi tugas dan tanggung jawab DPOD sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Ayat (1) Rancangan peraturan pemerintah tentang penetapan kawasan khusus memuat pengaturan teknis terkait dengan pengelolaan dan pengembangan kawasan khusus yang diusulkan, antara lain tujuan penetapan, jangka waktu, kelembagaan, tugas dan kewenangan, dan pendanaan. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan perundang-undangan” adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 . . .
  • 20. - 7 - Pasal 21 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Ketentuan ini dilaksanakan antara lain melalui kepatuhan pengelola kawasan khusus dalam melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 22 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Sistem informasi manajemen akuntabilitas dan kinerja kawasan khusus dimaksudkan dalam upaya meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembinaan umum serta monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kawasan khusus baik oleh Pemerintah maupun pemerintah daerah. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 23 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “Pemerintah bersama-sama dengan pemerintah daerah” adalah Kementerian Dalam Negeri bersama dengan kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian melakukan monitoring dan evaluasi dengan mengikutsertakan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 24 . . .
  • 21. - 8 - Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5125