SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 28
UNIT KERJA PRESIDEN
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN
PERBAIKAN TATA KELOLA DIPERBAIKAN TATA KELOLA DI
SEKTOR PERKEBUNAN
Mas Achmad Santosa
Deputi VI UKP PPP
Jakarta, 29 Juni 2013
.
1
2
3
AKAR KONFLIK PERKEBUNANAKAR KONFLIK PERKEBUNANAKAR KONFLIK PERKEBUNANAKAR KONFLIK PERKEBUNAN
MODUS PELANGGARAN HUKUMMODUS PELANGGARAN HUKUMMODUS PELANGGARAN HUKUMMODUS PELANGGARAN HUKUM
DAFTAR ISI
PERBAIKAN TATA KELOLA PERKEBUNAN3
4
5
1
PENEGAKAN HUKUM MULTIDOORPENEGAKAN HUKUM MULTIDOORPENEGAKAN HUKUM MULTIDOORPENEGAKAN HUKUM MULTIDOOR
KESIMPULANKESIMPULANKESIMPULANKESIMPULAN
PERBAIKAN TATA KELOLA PERKEBUNAN
Bagian 1
AKAR KONFLIK AGRARIA
2
PENYEBAB KONFLIK [1]
• Banyak tanah yang dikuasai masyarakat adat/lokal yang
“ditunjuk” sebagai kawasan hutan [33.000 desa berada di
kawasan hutan], proses penetapan kawasan hutan
lambat [baru 14,2 juta Ha /12% yang temu gelang], dll)-
Contoh: Konflik Kesepuhan/adat Lebak-Banten dengan
Pemerintah terkait perluasan Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak; Konflik Pulau Padang terkait pemberian HTI
pada PT RAPP, Konflik
• Jumlah tanah masyarakat yang memiliki bukti
kepemilikan formal masih terbatas (proses sertifikasi
belum tuntas)
• Pengambilalihan tanah masyarakat oleh penjajah
Penetapan
Sepihak atas
Status Tanah
(Termasuk
Kawasan Hutan)
oleh Negara
• Adanya pemberian izin dan hak di tanah yang masih
dimiliki/kuasai masyarakat (misalnya: izin kebun, tambang
atau perumahan) - Contoh kasus Bima antara masyarakat
dengan PT Newmont
Permasalahan
dalam
Pemberian Izin
dan Hak
• Pengambilalihan tanah masyarakat oleh penjajah
Belanda dan tidak adanya proses pengembalian atas
tanah tersebut pasca kemerdekaan (kerap menimbulkan
masalah lanjutan hingga kini)
,
PENYEBAB KONFLIK [2]
• Ganti rugi tidak dibayar/tidak sesuai kesepakatan/tidak
wajar- Contoh: Konflik antara PTPN VII dan Masyarakat Cinta
Manis- Sumsel
• Pembebasan lahan dengan kekerasan
• Manipulasi dalam pembebasan lahan
Permasalahan
Pembebasan
Lahan
• Tidak membuat plasma, luas/letak kebun plasma tidak
sesuai kesepakatan
• Tidak menjalankan kewajiban/kesepakatan (tidak membeli
Perusahaan
Ingkar Janji/ • Tidak menjalankan kewajiban/kesepakatan (tidak membeli
hasil kebun plasma, membayar pembelian/diluar
kesepakatan dll)- Contoh: Konflik antara PT Sumber Wangi
Alam (PT SWA)-PT Treekreasi Marga Mulia (PT TMM) dengan
Masyarakat Desa Sodog, Kec. Mesuji, Kab.OKI,Prov.Sumsel.
Perusahaan
Ingkar Janji/
Kewajiban
Hukumnya
• Masyarakat menduduki lahan/tanah secara tidak sah, baik
tanah yang dikuasai negara/perusahaan atau tanah yang
ditelantarkan - Contoh: Konflik masyarakat adat dengan PT.
Sumber Air Mas Pratama di Karawang
Keterbatasan
Akses Tanah
• Tidak diakuinya status kepemilikan tanah masyarakat
adat /lokal yang tidak memiliki bukti kepemilikan formal
(sertifikat)
• Belum tuntasnya penetapan status kepemilikan tanah
negara dan masyarakat
Ketidakjelasanan
Status Kepemilikan
dan
Penguasaan Tanah
• Ketiadaan pengaturan pembatasan lahan yang efektif
(hukum tidak ditegakkan dan saling bertentangan)
Ketimpangan
Struktur
PENYEBAB KONFLIK [3]
5
(hukum tidak ditegakkan dan saling bertentangan)
• Pola Pembangunan yang belum sepenuhnya adil
(pengelolaan tanah perkebunan, pertanian dan kawasan
hutan oleh masyarakat relatif kecil dibanding perusahaan
skala besar)
Struktur
Kepemilikan,
Penguasaan serta
Peruntukan Tanah
• Praktek KKN dalam pemberian izin/hak
• Kelemahan koordinasi antara instansi
• Kelemahan penegakan hukum dan lembaga
penyelesai konflik
• Peraturan yang tumpang tindih
• Ketiadaan peta yang terintegrasi (one map)
Kelemahan dalam
Tata Pemerintahan
Bagian 2
MODUS PELANGGARAN HUKUM
6
Data Penggunaan Kawasan Hutan Non-Prosedural
PROPINSI PERKEBUNAN TAMBANG PERKIRAAN
KERUGIAN
7
Sumber : Presentasi Ir. Rafles B Panjaitan (Direktur Penyidikan & Pengamanan Hutan Kemenhut) pada FGD Peta Jalan yang diselenggarakan Satgas
REDD+ yang didapat dari hasil ekspose Gubernur dan Bupati / Walikota)
Modus
Diterbitkannya izin tanpa persyaratan sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
(Contoh : Penerbitan IUP tanpa Amdal atau
UKL-UPL)
Dikeluarkannya izin di wilayah yang tidak
boleh digunakan untuk aktivitas perizinan
yang bersangkutan. (Contoh: Aktivitas
perkebunan diareal gambut dalam dan/atau
hutan primer)
Aktivitas tanpa izin di kawasan hutan,
antara lain:
a) Aktivitas tanpa Izin Pelepasan Kawasan
Hutan (IPKH) bagi usaha Perkebunan;
Beberapa Modus Kejahatan SDA-LH
antara lain: Hutan (IPKH) bagi usaha Perkebunan;
b) Aktivitas tanpa IUPerkebunan. (Contoh :
melakukan penanaman di luar areal konsensi)
Tidak membayar Provisi Sumber Daya
Hutan- Dana Reboisasi (PSDH-DR) dan
menebang tanpa Izin Pemanfaatan Kayu
(IPK) dalam pembukaan lahan untuk
perkebunan. (contoh : kasus DL Sitorus)
Melakukan pembakaran yang menyebabkan
kerusakan dan dilampauinya baku mutu.
(Contoh : kasus pembakaran di Rawa Tripa)
8
BAGIAN II.BAGIAN II.
PERBAIKAN TATA KELOLA
9
PerkembanganPerkembangan KebijakanKebijakan yangyang TerkaitTerkait dengandengan KehutananKehutanan
• Pembaharuan Agraria mencakup proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan SD Agraria
• Arah kebijakan:
• Pengkajian ulang terhadap seluruh peruu-an yang berkaitan dengan agraria
• Melaksanakan penataan kembali penguasaan , penggunaan dan pemanfaatan tanah (landrefrom) dgn
memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat
• Menyelesaikan konflik agraria
• Memperkuat kelembagaan dan kewenangan pelaksanaan pembaruan agraria
• Pembaharuan Agraria mencakup proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan SD Agraria
• Arah kebijakan:
• Pengkajian ulang terhadap seluruh peruu-an yang berkaitan dengan agraria
• Melaksanakan penataan kembali penguasaan , penggunaan dan pemanfaatan tanah (landrefrom) dgn
memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat
• Menyelesaikan konflik agraria
• Memperkuat kelembagaan dan kewenangan pelaksanaan pembaruan agraria
TAP MPR No.TAP MPR No.
IX/MPR/2001IX/MPR/2001
tentangtentang
PembaruanPembaruan AgrariaAgraria
dandan PengelolaanPengelolaan
SDASDA
• Penunjukan wilayah untuk tujuan kehutanan dan non-kehutanan merupakan
kewenangan provinsi. Tetapi penetapan rancangan perda provinsi terkait RTRWP
dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi
dari Menteri (Pasal 18)
• Penunjukan wilayah untuk tujuan kehutanan dan non-kehutanan merupakan
kewenangan provinsi. Tetapi penetapan rancangan perda provinsi terkait RTRWP
dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi
dari Menteri (Pasal 18)
UU 26/2007UU 26/2007
tentangtentang PenataanPenataan
dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi
dari Menteri (Pasal 18)
• PP 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
• Wilayah yang dialokasikan untuk kehutanan dalam revisi RTRWP harus sesuai
dengan yang ditunjuk oleh Kemenhut (Pasal 31)
dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi
dari Menteri (Pasal 18)
• PP 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
• Wilayah yang dialokasikan untuk kehutanan dalam revisi RTRWP harus sesuai
dengan yang ditunjuk oleh Kemenhut (Pasal 31)
UU 26/2007UU 26/2007
tentangtentang PenataanPenataan
RuangRuang
• Perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada Kajiian Llingkungan Hidup
Strategis (KLHS).
• Usaha yang wajib AMDAL/UKL-UPL (a.l. . IUPHHK-HA, Izin Usaha Pertambangan,
Izin Usaha Perkebunan) diwajibkan terlebih dahulu memiliki izin lingkungan
• Perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada Kajiian Llingkungan Hidup
Strategis (KLHS).
• Usaha yang wajib AMDAL/UKL-UPL (a.l. . IUPHHK-HA, Izin Usaha Pertambangan,
Izin Usaha Perkebunan) diwajibkan terlebih dahulu memiliki izin lingkungan
UU 32/2009UU 32/2009
tentangtentang
PerlindunganPerlindungan dandan
PengelolaanPengelolaan
LingkunganLingkungan HidupHidup
11
PENANDATANGAN MOU PEMERINTAH PROVINSI KALTENG &
SATGAS REDD+
PENUNJUKAN
KAWASAN
HUTAN;
PENATAAN
BATAS
KAWASAN
HUTAN;
PEMETAAN
KAWASAN
HUTAN; DAN
PENETAPAN
KAWASAN
HUTAN.
TAHAPAN
Manfaat bagi
Penegakan Hukum :
1. Mempermudah
lingkup wilayah
penyelidikan karena
batas wilayah untuk
melakukan verifikasi
menjadi jelas;
2. Batas yang jelas
mempermudah
1. PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN
12
Urgensi Pengukuhan Kawasan Hutan
memperjelas status, letak, batas dan luas kawasan hutan. Ini
merupakan konsekuensi dari kebijakan kehutanan di
Indonesia yang menginginkan adanya pengelolaan hutan
secara khusus oleh pemerintah sehingga harus terang
benderang adanya pemisahan hak antara negara dengan
pihak ketiga lainnya.
mempermudah
pembuktian sifat
melawan hukum
terkait tindak pidana
yang dilakukan;
3. Penyelesaian konflik
yang disebabkan tata
batas.
STRATEGI PENGUKUHAN KAWASAN
HUTAN
13
a. Memastikan penetapan kawasan hutan
hanya dapat dilakukan setelah seluruh
konflik antara negara dan masyarakat atas
batas hutan dan opsi penyelesaiannya
selesai.
b. Adanya mekanisme untuk mengintegrasikan
penetapan kawasan hutan dengan peta tata
ruang wilayah.
c. Penetapan kawasan hutan menghasilkan
kawasan hutan yang tegas batas status,
luas, dan letaknya.
REGISTRASI IZIN
Pengumpulan data
Membuat IMS yang
terintegrasi
LALC/UJI TUNTAS
Pemilihan Kabupaten PELAKSANAAN
REKOMENDASI
Penertiban perizinan &
Penyelesaian Konflik
Emisi GRK turun, ekonomi
tumbuh & kesejahteraan rakyat
2. REVIEW IZIN
Manfaat bagi penegakan hukum :
1. Memberikan indikasi awal dari kemungkinan adanya pidana yang dilakukan;
2. Menjadi sarana untuk dapat menemukan modus sehingga dapat dijadikan saranan
pencegahan.
Upload data
Siap untuk
dimanfaatkan
Pelaksanaan LALC
Penyusunan
rekomendasi
Membangun
kesepakatan para
pihak
Pemantauan secara
berkala
Peta perizinan lengkap dan
terkonekasi antar pemerintah
pusat dan daerah
Perbaikan kebijakan
tumbuh & kesejahteraan rakyat
meningkat
Okt 2012– Juni 2013 Pasca Juni 2013
Pemprov Kalteng/
Satgas REDD+
Pemprov Kalteng/
Badan REDD+
Barito Selatan* Kapuas* Kotawaringin Timur*
KENDALA DALAM PENGUMPULAN DATA
30% pengumpulan data izin terpenuhi dari
total 137 perizinan
50% pengumpulan data izin terpenuhi dari
total 55 perizinan
55% pengumpulan data izin terpenuhi dari
total 87 perizinan
*Progres pengumpulan data per Maret 2013 oleh
SEKALA
Progress Pengumpulan Data
• Banyak data yang tidak bisa diperoleh karena
sistem pengarsipan yang kurang memadai;
• Penerbitan izin tidak sesuai prosedur: Bupati
sebelumnya mengeluarkan izin dulu, setelah
itu baru disusulkan dengan pertimbangan
teknis dari dinas perkebunan dan administrasi
lainnya. Akibatnya data administrasi tidak
lengkap;
• Diperlukan dukungan dari Pemerintah
Provinsi Kalteng yang lebih besar sebagai
salah satu upaya membangun komunikasi
intensif.
• Ada PemiluKada, dimana Bupati yang
menjabat kembali mencalonkan diri,
sehingga beliau harus cuti selama
kampanye dan pemilu. Segala urusan
dikendalikan Sekda;
• Sekda dan SKPD tidak berwenang
memberikan data apapun kecuali ada
perintah dari Bupati;
• Diperlukan dukungan dari Pemerintah
Provinsi Kalteng yang lebih besar
sebagai salah satu upaya membangun
komunikasi intensif.
• Pada awalnya terdapat kesepakatan
untuk mengeluarkan data lewat satu
pintu, yaitu Sekda Kotim. Akan tetapi
pada perkembangannya SKPD
menyerahkan data ke konsultan untuk
menghindari sanksi administrasi
dan/atau pidana.
15
Overlay wilayah Hutan Lindung &
Kawasan Konservasi…
…overlay dengan wilayah HPH dan
Contoh:
Overlay hutan-perkebunan-
tambang di Kabupaten Paser
(Kalimantan Timur)
KEBUTUHAN ADANYA SATU DATA RUJUKAN
16
…overlay dengan wilayah HPH dan
HTI…
…overlay dengan wilayah
Perkebunan…
…overlay dengan wilayah
pertambangan….
Integrated license database can be used
as starting point to solve license overlaps
… there should be one
3. One map for national reference ...
17
President Susilo Bambang Yudhoyono
Cabinet Meeting
December 23, 2010
… there should be one
authoritative map for
national reference ..!
4. Penguatan Pencegahan D & D (bersama KPK)
Kesepakatan 3 (tiga) langkah dalam perbaikan tata
kelola di sektor kehutanan melalui:
Harmonisasi kebijakan dan peraturan perundang-
undangan;
penyelarasan teknis dan prosedur; dan
resolusi konflik didasari pada prinsip keadilan,
penghormatan, dan pemajuan hak asasi manusiapenghormatan, dan pemajuan hak asasi manusia
sesuai peraturan perundang-undangan.
18
MENUJU TATA KELOLA PERKEBUNAN BERKELANJUTAN & BERBASISKAN
KEADILAN
• REVISI PERMENTAN 26 TAHUN 2007 TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN
19
a) Pembatasan Luas Lahan Bagi Group Perusahaan
• ISU
• Pada dua Permentan sebelumnya, (Kepmentan No. 357/Kpts/HK.350/5/2002 dan Keputusan
Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 107/KPTS-II/1999 tentang Perizinan Usaha
Perkebunan) telah diatur pembatasan kepemilikan lahan sebesar 20.000 hektar dalam satu
propinsi atau 100.000 hektar untuk seluruh Indonesia untuk perusahaan/kelompok
perusahaan.
• Permentan 26/2007 memiliki perbedaan dengan dua peraturan sebelumnya karena tidak lagi
memberikan pembatasan penguasaan lahan untuk perkebunan pada kelompok perusahaan,
melainkan hanya pada satu perusahaan saja.
• Hal ini berakibat pada akumulasi lahan di kelompok perusahaan tertentu, hal mana tidak• Hal ini berakibat pada akumulasi lahan di kelompok perusahaan tertentu, hal mana tidak
sejalan dengan konsep kepemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
secara berkeadilan yang dianut oleh Undang-Undang Nomor 18 tahun 2004 tentang
Perkebunan.
20
REKOMENDASI
Pembatasan 100.000 hektar untuk seluruh Indonesia untuk
perusahaan/kelompok perusahaan.
b) Plasma dan Kemitraan
• ISU
• Belum terakomodirnya pengaturan mengenai plasma secara komprehensip. Hal tersebut
menjadi celah bagi perbedaan penafsiran dan tidak dilaksanakannya kewajiban plasma
oleh pengusaha.
REKOMENDASI
Berdasarkan berbagai pengaduan yang masuk pada kami terkait
implementasi plasma dan kemitraan, Permentan yang baru perlu
21
implementasi plasma dan kemitraan, Permentan yang baru perlu
memperjelas pengaturan antara lain mengenai hal berikut:
a. kejelasan wilayah pelaksanaan plasma (apakah di dalam atau di
luar lokasi yang diberikan IUP);
b. prosedur pemberian plasma; dan
c. rencana membangun kemitraan dalam konteks persyaratan IUP
perlu lebih diperketat sehingga memastikan masyarakat yang
akan terlibat dalam pelaksanaan usaha telah terlibat secara
aktif sejak proses perencanaan kebun.
c) Perizinan yang Terintegrasi
• ISU
• Pada dasarnya untuk perbaikan tata kelola hutan dan lahan gambut, seluruh proses
perizinan di atas dua area tersebut perlu agar terkoordinasi secara baik antar instansi.
Dalam hal ini, Permentan yang baru perlu mengakomodir peraturan perundang-
undangan terkait sehingga memastikan proses perizinan bersifat harmonis dan
konsisten.
REKOMENDASI
22
REKOMENDASI
Mencantumkan kewajiban registrasi perizinan secara terpusat dan
penyesuaian dengan berbagai regulasi (seperti izin lingkungan dan
pelepasan kawasan hutan)
d) Kejelasan Kewajiban Menyelesaikan Hak Atas Tanah (HGU) Sebelum Berkegiatan
• ISU
• Saat ini praktek yang marak terjadi adalah pelaksanaan kegiatan perkebunan sebelum HGU
secara resmi dikeluarkan oleh BPN. Hal ini berdampak negatif terutama pada kejelasan dan
kepastian hak-hak masyarakat dan perusahaan, serta hilangnya yang pendapatan negara atas
pajak.
REKOMENDASI
23
REKOMENDASI
Penyesuaian redaksi dengan secara tegas mewajibkan penyelesaian HGU
sebelum kegiatan dilakukan.
e) Pengawasan, Sanksi Administratif & Tanggung Jawab Pemerintah
• ISU
• Diperlukan suatu pengaturan yang lebih baik dan jelas mengenai sanksi administratif bagi
pelanggaran kewajiban perusahaan dan pemberi izin. Dalam hal ini, sering ditemui
permasalahan bahwa pemberian izin dilakukan tanpa memperhatikan kelengkapan syarat-
syarat yang diatur di dalam Permentan 26/2007.
• Karenanya, diperlukan peran aktif pemerintah pusat untuk memastikan pengawasan dan
penegakan hukum adminsitratif yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah berjalan dengan baik.
• Sehubungan dengan hal di atas, diperlukan sanksi adminsitratif yang lebih ketat dengan
dilengkapi mekanisme second-line administrative enforcement oleh Pemerintah Pusat.
24
REKOMENDASI
Ketentuan pembatalan perizinan dan pemberian sanksi oleh pemerintah pusat.
f) Prinsip kehati-hatian dalam menerbitkan izin
• ISU
• Pasal 19 Permentan 26/2007 berdampak pada timbulnya pemahaman bahwa:
• “persyaratan izin dianggap lengkap apabila tidak ada respon dari pejabat pemberi izin dalam
jangka 30 (tiga puluh) hari kerja”
• izin dapat langsung terbit apabila syarat dianggap telah lengkap.
• Hal ini tidak sejalan dengan:
• Pasal 3 UU 5/1986 tentang PTUN yang pada prinsipnya mengatur bahwa sikap pemerintahan
yang diam (misal, tidak merespon permohonan izin) harus diartikan sebagai sikap penolakan
terhadap permohonan izin (prinsip fiksi negatif).
••
• .
25
REKOMENDASI
Penyesuaian dengan Pasal 3 UU Nomor 5 Tahun 1986.
RSPO & ISPO
No. RSPO ISPO
1. Komitmen Terhadap Transparansi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
2. Memenuhi Hukum dan Peraturan yang Berlaku Tanggung Jawab Terhadap Pekerja
3. Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan
keuangan jangka panjang
Tanggung Jawab Sosial dan Komunitas
4. Penggunaan praktik terbaik tepat oleh
perkebunan dan pabrik
Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi
Masyarakat
26
perkebunan dan pabrik Masyarakat
5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati
Peningkatan Usaha Secara Berkelanjutan
6. Pertimbangan bertanggung jawab atas
karyawan, individu, dan komunitas yang
terkena dampak perkebunan dan pabrik
Sistem Perizinan dan Manajemen
Perkebunan
7. Pengembangan perkebunan baru yang
bertanggung jawab
Penerapan Pedoman Teknis Budidaya dan
Pengolahan Kelapa Sawit.
8. Komitmen terhadap perbaikan terus-menerus
pada wilayah-wilayah utama aktiftas
-
2
7
For more information:
www.satgasreddplus.org
info@satgasreddplus.org

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Andrew hidayat kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupaten
Andrew hidayat  kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupatenAndrew hidayat  kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupaten
Andrew hidayat kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupatenAndrew Hidayat
 
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padangPelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padangRaflis Ssi
 
PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...
PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...
PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...Law Firm "Fidel Angwarmasse & Partners"
 
Tata guna lahan
Tata guna lahanTata guna lahan
Tata guna lahanMahirzza
 
Geografi - Alih Fungsi Lahan
Geografi - Alih Fungsi LahanGeografi - Alih Fungsi Lahan
Geografi - Alih Fungsi LahanRania Afifa Dewi
 
Artikel alih fungsi lahan pertanian
Artikel alih fungsi lahan pertanianArtikel alih fungsi lahan pertanian
Artikel alih fungsi lahan pertanianEco Chem
 
Alih Fungsi Lahan Terbuka Hijau menjadi Perumahan pada Kawasan Padang Bulan/S...
Alih Fungsi Lahan Terbuka Hijau menjadi Perumahan pada Kawasan Padang Bulan/S...Alih Fungsi Lahan Terbuka Hijau menjadi Perumahan pada Kawasan Padang Bulan/S...
Alih Fungsi Lahan Terbuka Hijau menjadi Perumahan pada Kawasan Padang Bulan/S...BaneDoli
 
Development by design bahasa indonesia
Development by design bahasa indonesiaDevelopment by design bahasa indonesia
Development by design bahasa indonesiaMusnanda Satar
 
Kearifan Pemanfaatan SDA Dalam Pertambangan
Kearifan Pemanfaatan SDA Dalam PertambanganKearifan Pemanfaatan SDA Dalam Pertambangan
Kearifan Pemanfaatan SDA Dalam PertambanganSindy Prisila
 
KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA DI JAWA TENGAH
KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA  DI JAWA TENGAH KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA  DI JAWA TENGAH
KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA DI JAWA TENGAH swirawan
 
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan htiP.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan htiSani Saragih
 
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktif
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktifPerencanaan tps dan pengelolaan sampah produktif
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktifRafi Perdana Setyo
 
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Septinia Silviana
 
Manajemen lahan dan pertanahan
Manajemen lahan dan pertanahanManajemen lahan dan pertanahan
Manajemen lahan dan pertanahanFanly Sondakh
 
P.16 2017 pedoman teknis pemulihan fungsi ekosistem gambut
P.16 2017 pedoman teknis pemulihan fungsi ekosistem gambutP.16 2017 pedoman teknis pemulihan fungsi ekosistem gambut
P.16 2017 pedoman teknis pemulihan fungsi ekosistem gambutSani Saragih
 
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANGRENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANGAnton Riyanto
 
Perencanaan kehutanan dan rencana tata ruang di provinsi riau
Perencanaan kehutanan dan rencana tata ruang di provinsi riauPerencanaan kehutanan dan rencana tata ruang di provinsi riau
Perencanaan kehutanan dan rencana tata ruang di provinsi riauRaflis Ssi
 
Presentasi sesrawungan konservasi 31 okt 2014
Presentasi sesrawungan konservasi 31 okt 2014Presentasi sesrawungan konservasi 31 okt 2014
Presentasi sesrawungan konservasi 31 okt 2014Danang Anggoro
 

La actualidad más candente (20)

Andrew hidayat kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupaten
Andrew hidayat  kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupatenAndrew hidayat  kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupaten
Andrew hidayat kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupaten
 
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padangPelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
 
PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...
PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...
PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...
 
Tata guna lahan
Tata guna lahanTata guna lahan
Tata guna lahan
 
Geografi - Alih Fungsi Lahan
Geografi - Alih Fungsi LahanGeografi - Alih Fungsi Lahan
Geografi - Alih Fungsi Lahan
 
Artikel alih fungsi lahan pertanian
Artikel alih fungsi lahan pertanianArtikel alih fungsi lahan pertanian
Artikel alih fungsi lahan pertanian
 
Agraria 28 okt 2017 uns (yuti)
Agraria 28 okt 2017   uns (yuti)Agraria 28 okt 2017   uns (yuti)
Agraria 28 okt 2017 uns (yuti)
 
Alih Fungsi Lahan Terbuka Hijau menjadi Perumahan pada Kawasan Padang Bulan/S...
Alih Fungsi Lahan Terbuka Hijau menjadi Perumahan pada Kawasan Padang Bulan/S...Alih Fungsi Lahan Terbuka Hijau menjadi Perumahan pada Kawasan Padang Bulan/S...
Alih Fungsi Lahan Terbuka Hijau menjadi Perumahan pada Kawasan Padang Bulan/S...
 
Development by design bahasa indonesia
Development by design bahasa indonesiaDevelopment by design bahasa indonesia
Development by design bahasa indonesia
 
Kearifan Pemanfaatan SDA Dalam Pertambangan
Kearifan Pemanfaatan SDA Dalam PertambanganKearifan Pemanfaatan SDA Dalam Pertambangan
Kearifan Pemanfaatan SDA Dalam Pertambangan
 
KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA DI JAWA TENGAH
KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA  DI JAWA TENGAH KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA  DI JAWA TENGAH
KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA DI JAWA TENGAH
 
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan htiP.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
 
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktif
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktifPerencanaan tps dan pengelolaan sampah produktif
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktif
 
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
 
Manajemen lahan dan pertanahan
Manajemen lahan dan pertanahanManajemen lahan dan pertanahan
Manajemen lahan dan pertanahan
 
P.16 2017 pedoman teknis pemulihan fungsi ekosistem gambut
P.16 2017 pedoman teknis pemulihan fungsi ekosistem gambutP.16 2017 pedoman teknis pemulihan fungsi ekosistem gambut
P.16 2017 pedoman teknis pemulihan fungsi ekosistem gambut
 
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANGRENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
 
Perencanaan kehutanan dan rencana tata ruang di provinsi riau
Perencanaan kehutanan dan rencana tata ruang di provinsi riauPerencanaan kehutanan dan rencana tata ruang di provinsi riau
Perencanaan kehutanan dan rencana tata ruang di provinsi riau
 
Presentasi sesrawungan konservasi 31 okt 2014
Presentasi sesrawungan konservasi 31 okt 2014Presentasi sesrawungan konservasi 31 okt 2014
Presentasi sesrawungan konservasi 31 okt 2014
 
Fatma roisatin nadhiroh
Fatma roisatin nadhirohFatma roisatin nadhiroh
Fatma roisatin nadhiroh
 

Destacado

AIPMM Webinar: Offering Tiers and Levers to Control Price Negotiations
AIPMM Webinar: Offering Tiers and Levers to Control Price NegotiationsAIPMM Webinar: Offering Tiers and Levers to Control Price Negotiations
AIPMM Webinar: Offering Tiers and Levers to Control Price NegotiationsAIPMM Administration
 
AIPMM Webcast: Framework Fight Club with Sean Campbell of Cascade Insights
AIPMM Webcast: Framework Fight Club with Sean Campbell of Cascade InsightsAIPMM Webcast: Framework Fight Club with Sean Campbell of Cascade Insights
AIPMM Webcast: Framework Fight Club with Sean Campbell of Cascade InsightsAIPMM Administration
 
DEMOSOFC - The role of FC in the waste to energy chain Pathway in Italy
DEMOSOFC - The role of FC in the waste to energy chain Pathway in ItalyDEMOSOFC - The role of FC in the waste to energy chain Pathway in Italy
DEMOSOFC - The role of FC in the waste to energy chain Pathway in ItalyMaria Costanza Candi
 
signature bridge short presentation
signature bridge short presentationsignature bridge short presentation
signature bridge short presentationPravin Gaurav
 
Five market trends that are re-shaping C&I energy management and procurement
Five market trends that are re-shaping C&I energy management and procurementFive market trends that are re-shaping C&I energy management and procurement
Five market trends that are re-shaping C&I energy management and procurementOmar Saadeh
 
Tirando pedras da vesícula e do fígado sem cirurgia e sem dor
Tirando pedras da vesícula e do fígado sem cirurgia e sem dorTirando pedras da vesícula e do fígado sem cirurgia e sem dor
Tirando pedras da vesícula e do fígado sem cirurgia e sem dorThissaleia Thissaleia
 
HTTR - PHYSOR2010
HTTR - PHYSOR2010HTTR - PHYSOR2010
HTTR - PHYSOR2010jdbess
 
Feasibility study of setting of solar plant in Philippines
Feasibility study of setting of solar plant in Philippines Feasibility study of setting of solar plant in Philippines
Feasibility study of setting of solar plant in Philippines Siddharth Kundu
 

Destacado (13)

AIPMM Webinar: Offering Tiers and Levers to Control Price Negotiations
AIPMM Webinar: Offering Tiers and Levers to Control Price NegotiationsAIPMM Webinar: Offering Tiers and Levers to Control Price Negotiations
AIPMM Webinar: Offering Tiers and Levers to Control Price Negotiations
 
Dian Prudentia Resume
Dian Prudentia ResumeDian Prudentia Resume
Dian Prudentia Resume
 
SRDC Certificate
SRDC CertificateSRDC Certificate
SRDC Certificate
 
Samples
SamplesSamples
Samples
 
AIPMM Webcast: Framework Fight Club with Sean Campbell of Cascade Insights
AIPMM Webcast: Framework Fight Club with Sean Campbell of Cascade InsightsAIPMM Webcast: Framework Fight Club with Sean Campbell of Cascade Insights
AIPMM Webcast: Framework Fight Club with Sean Campbell of Cascade Insights
 
Bachelor Degree in civil engineering
Bachelor Degree in civil engineeringBachelor Degree in civil engineering
Bachelor Degree in civil engineering
 
DEMOSOFC - The role of FC in the waste to energy chain Pathway in Italy
DEMOSOFC - The role of FC in the waste to energy chain Pathway in ItalyDEMOSOFC - The role of FC in the waste to energy chain Pathway in Italy
DEMOSOFC - The role of FC in the waste to energy chain Pathway in Italy
 
Diseño del Plan de Desarrollo de un Campo Marino
Diseño del Plan de Desarrollo de un Campo MarinoDiseño del Plan de Desarrollo de un Campo Marino
Diseño del Plan de Desarrollo de un Campo Marino
 
signature bridge short presentation
signature bridge short presentationsignature bridge short presentation
signature bridge short presentation
 
Five market trends that are re-shaping C&I energy management and procurement
Five market trends that are re-shaping C&I energy management and procurementFive market trends that are re-shaping C&I energy management and procurement
Five market trends that are re-shaping C&I energy management and procurement
 
Tirando pedras da vesícula e do fígado sem cirurgia e sem dor
Tirando pedras da vesícula e do fígado sem cirurgia e sem dorTirando pedras da vesícula e do fígado sem cirurgia e sem dor
Tirando pedras da vesícula e do fígado sem cirurgia e sem dor
 
HTTR - PHYSOR2010
HTTR - PHYSOR2010HTTR - PHYSOR2010
HTTR - PHYSOR2010
 
Feasibility study of setting of solar plant in Philippines
Feasibility study of setting of solar plant in Philippines Feasibility study of setting of solar plant in Philippines
Feasibility study of setting of solar plant in Philippines
 

Similar a Perkebunan

Paparan wonosobo 24102013
Paparan wonosobo 24102013Paparan wonosobo 24102013
Paparan wonosobo 24102013Budi Pranoto
 
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdfPENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdfssusere9576e
 
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA: KESEMPATAN...
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA:  KESEMPATAN...MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA:  KESEMPATAN...
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA: KESEMPATAN...septianm
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangMusnanda Satar
 
Tugas 1 - Konsolidasi Tanah sebagai Upaya untuk Pemanfaatan Tanah.pptx
Tugas 1 - Konsolidasi Tanah sebagai Upaya untuk Pemanfaatan Tanah.pptxTugas 1 - Konsolidasi Tanah sebagai Upaya untuk Pemanfaatan Tanah.pptx
Tugas 1 - Konsolidasi Tanah sebagai Upaya untuk Pemanfaatan Tanah.pptxfarahputri18
 
03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptxghifari9
 
Rakor Penyelenggaraan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah Pro...
Rakor Penyelenggaraan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah Pro...Rakor Penyelenggaraan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah Pro...
Rakor Penyelenggaraan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah Pro...ushfia
 
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)FithrohPutri
 
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)FithrohPutri
 
Pendaftaran tanah menunjang perencanaan fisik
Pendaftaran tanah menunjang perencanaan fisikPendaftaran tanah menunjang perencanaan fisik
Pendaftaran tanah menunjang perencanaan fisikRetno Pratiwi
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruangushfia
 
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...Ninil Jannah
 
Mendorong Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum Pelaksanaan Reklamasi dan ...
Mendorong Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum Pelaksanaan Reklamasi dan ...Mendorong Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum Pelaksanaan Reklamasi dan ...
Mendorong Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum Pelaksanaan Reklamasi dan ...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptx
Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptxMekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptx
Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptxAndiArmin1
 
Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017
Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017
Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017Panji Kharisma Jaya
 
PTP untuk KKPR.pptx
PTP untuk KKPR.pptxPTP untuk KKPR.pptx
PTP untuk KKPR.pptxdiazt0770
 
Pencegahan_dan_Penanganan_Sengketa_Tana.ppt
Pencegahan_dan_Penanganan_Sengketa_Tana.pptPencegahan_dan_Penanganan_Sengketa_Tana.ppt
Pencegahan_dan_Penanganan_Sengketa_Tana.pptrelimadika22
 

Similar a Perkebunan (20)

Paparan wonosobo 24102013
Paparan wonosobo 24102013Paparan wonosobo 24102013
Paparan wonosobo 24102013
 
Phk lingkungan!
Phk   lingkungan!Phk   lingkungan!
Phk lingkungan!
 
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdfPENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
 
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA: KESEMPATAN...
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA:  KESEMPATAN...MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA:  KESEMPATAN...
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA: KESEMPATAN...
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Tugas 1 - Konsolidasi Tanah sebagai Upaya untuk Pemanfaatan Tanah.pptx
Tugas 1 - Konsolidasi Tanah sebagai Upaya untuk Pemanfaatan Tanah.pptxTugas 1 - Konsolidasi Tanah sebagai Upaya untuk Pemanfaatan Tanah.pptx
Tugas 1 - Konsolidasi Tanah sebagai Upaya untuk Pemanfaatan Tanah.pptx
 
03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx
 
Rakor Penyelenggaraan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah Pro...
Rakor Penyelenggaraan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah Pro...Rakor Penyelenggaraan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah Pro...
Rakor Penyelenggaraan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah Pro...
 
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
 
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
 
Pendaftaran tanah menunjang perencanaan fisik
Pendaftaran tanah menunjang perencanaan fisikPendaftaran tanah menunjang perencanaan fisik
Pendaftaran tanah menunjang perencanaan fisik
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...
 
Mendorong Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum Pelaksanaan Reklamasi dan ...
Mendorong Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum Pelaksanaan Reklamasi dan ...Mendorong Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum Pelaksanaan Reklamasi dan ...
Mendorong Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum Pelaksanaan Reklamasi dan ...
 
Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptx
Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptxMekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptx
Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptx
 
Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017
Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017
Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017
 
PTP untuk KKPR.pptx
PTP untuk KKPR.pptxPTP untuk KKPR.pptx
PTP untuk KKPR.pptx
 
PTP untuk KKPR.pptx
PTP untuk KKPR.pptxPTP untuk KKPR.pptx
PTP untuk KKPR.pptx
 
Pencegahan_dan_Penanganan_Sengketa_Tana.ppt
Pencegahan_dan_Penanganan_Sengketa_Tana.pptPencegahan_dan_Penanganan_Sengketa_Tana.ppt
Pencegahan_dan_Penanganan_Sengketa_Tana.ppt
 
1 kajian
1 kajian1 kajian
1 kajian
 

Más de ELSAM

Complicated privacy situation in indonesia
Complicated privacy situation in indonesiaComplicated privacy situation in indonesia
Complicated privacy situation in indonesiaELSAM
 
Bagaimana Menjalankan Bisnis dengan Menghormati Hak Asasi Manusia : Sebuah Al...
Bagaimana Menjalankan Bisnis dengan Menghormati Hak Asasi Manusia : Sebuah Al...Bagaimana Menjalankan Bisnis dengan Menghormati Hak Asasi Manusia : Sebuah Al...
Bagaimana Menjalankan Bisnis dengan Menghormati Hak Asasi Manusia : Sebuah Al...ELSAM
 
Proses pembahasan UU 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM - risalah sidang
Proses pembahasan UU 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM - risalah sidangProses pembahasan UU 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM - risalah sidang
Proses pembahasan UU 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM - risalah sidangELSAM
 
Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...
Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...
Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...ELSAM
 
Naskah RUU Ormas (Organisasi Kemasyarakatan) Versi 25 Juni 2013
Naskah RUU Ormas (Organisasi Kemasyarakatan) Versi  25 Juni 2013 Naskah RUU Ormas (Organisasi Kemasyarakatan) Versi  25 Juni 2013
Naskah RUU Ormas (Organisasi Kemasyarakatan) Versi 25 Juni 2013 ELSAM
 
ICESCR: Kerja Komite Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Presentasi oleh: Dr. ...
ICESCR: Kerja Komite Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Presentasi oleh: Dr. ...ICESCR: Kerja Komite Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Presentasi oleh: Dr. ...
ICESCR: Kerja Komite Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Presentasi oleh: Dr. ...ELSAM
 
Draft RUU Ormas [Rancangan Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan] edisi 2...
Draft RUU Ormas [Rancangan Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan]   edisi 2...Draft RUU Ormas [Rancangan Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan]   edisi 2...
Draft RUU Ormas [Rancangan Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan] edisi 2...ELSAM
 
Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013
Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013
Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013ELSAM
 
Rilis hasil survey kebebasan berekspresi ELSAM 2013
Rilis hasil survey kebebasan berekspresi ELSAM 2013Rilis hasil survey kebebasan berekspresi ELSAM 2013
Rilis hasil survey kebebasan berekspresi ELSAM 2013ELSAM
 

Más de ELSAM (9)

Complicated privacy situation in indonesia
Complicated privacy situation in indonesiaComplicated privacy situation in indonesia
Complicated privacy situation in indonesia
 
Bagaimana Menjalankan Bisnis dengan Menghormati Hak Asasi Manusia : Sebuah Al...
Bagaimana Menjalankan Bisnis dengan Menghormati Hak Asasi Manusia : Sebuah Al...Bagaimana Menjalankan Bisnis dengan Menghormati Hak Asasi Manusia : Sebuah Al...
Bagaimana Menjalankan Bisnis dengan Menghormati Hak Asasi Manusia : Sebuah Al...
 
Proses pembahasan UU 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM - risalah sidang
Proses pembahasan UU 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM - risalah sidangProses pembahasan UU 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM - risalah sidang
Proses pembahasan UU 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM - risalah sidang
 
Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...
Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...
Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...
 
Naskah RUU Ormas (Organisasi Kemasyarakatan) Versi 25 Juni 2013
Naskah RUU Ormas (Organisasi Kemasyarakatan) Versi  25 Juni 2013 Naskah RUU Ormas (Organisasi Kemasyarakatan) Versi  25 Juni 2013
Naskah RUU Ormas (Organisasi Kemasyarakatan) Versi 25 Juni 2013
 
ICESCR: Kerja Komite Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Presentasi oleh: Dr. ...
ICESCR: Kerja Komite Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Presentasi oleh: Dr. ...ICESCR: Kerja Komite Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Presentasi oleh: Dr. ...
ICESCR: Kerja Komite Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Presentasi oleh: Dr. ...
 
Draft RUU Ormas [Rancangan Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan] edisi 2...
Draft RUU Ormas [Rancangan Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan]   edisi 2...Draft RUU Ormas [Rancangan Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan]   edisi 2...
Draft RUU Ormas [Rancangan Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan] edisi 2...
 
Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013
Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013
Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013
 
Rilis hasil survey kebebasan berekspresi ELSAM 2013
Rilis hasil survey kebebasan berekspresi ELSAM 2013Rilis hasil survey kebebasan berekspresi ELSAM 2013
Rilis hasil survey kebebasan berekspresi ELSAM 2013
 

Perkebunan

  • 1. UNIT KERJA PRESIDEN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERBAIKAN TATA KELOLA DIPERBAIKAN TATA KELOLA DI SEKTOR PERKEBUNAN Mas Achmad Santosa Deputi VI UKP PPP Jakarta, 29 Juni 2013 .
  • 2. 1 2 3 AKAR KONFLIK PERKEBUNANAKAR KONFLIK PERKEBUNANAKAR KONFLIK PERKEBUNANAKAR KONFLIK PERKEBUNAN MODUS PELANGGARAN HUKUMMODUS PELANGGARAN HUKUMMODUS PELANGGARAN HUKUMMODUS PELANGGARAN HUKUM DAFTAR ISI PERBAIKAN TATA KELOLA PERKEBUNAN3 4 5 1 PENEGAKAN HUKUM MULTIDOORPENEGAKAN HUKUM MULTIDOORPENEGAKAN HUKUM MULTIDOORPENEGAKAN HUKUM MULTIDOOR KESIMPULANKESIMPULANKESIMPULANKESIMPULAN PERBAIKAN TATA KELOLA PERKEBUNAN
  • 4. PENYEBAB KONFLIK [1] • Banyak tanah yang dikuasai masyarakat adat/lokal yang “ditunjuk” sebagai kawasan hutan [33.000 desa berada di kawasan hutan], proses penetapan kawasan hutan lambat [baru 14,2 juta Ha /12% yang temu gelang], dll)- Contoh: Konflik Kesepuhan/adat Lebak-Banten dengan Pemerintah terkait perluasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak; Konflik Pulau Padang terkait pemberian HTI pada PT RAPP, Konflik • Jumlah tanah masyarakat yang memiliki bukti kepemilikan formal masih terbatas (proses sertifikasi belum tuntas) • Pengambilalihan tanah masyarakat oleh penjajah Penetapan Sepihak atas Status Tanah (Termasuk Kawasan Hutan) oleh Negara • Adanya pemberian izin dan hak di tanah yang masih dimiliki/kuasai masyarakat (misalnya: izin kebun, tambang atau perumahan) - Contoh kasus Bima antara masyarakat dengan PT Newmont Permasalahan dalam Pemberian Izin dan Hak • Pengambilalihan tanah masyarakat oleh penjajah Belanda dan tidak adanya proses pengembalian atas tanah tersebut pasca kemerdekaan (kerap menimbulkan masalah lanjutan hingga kini) ,
  • 5. PENYEBAB KONFLIK [2] • Ganti rugi tidak dibayar/tidak sesuai kesepakatan/tidak wajar- Contoh: Konflik antara PTPN VII dan Masyarakat Cinta Manis- Sumsel • Pembebasan lahan dengan kekerasan • Manipulasi dalam pembebasan lahan Permasalahan Pembebasan Lahan • Tidak membuat plasma, luas/letak kebun plasma tidak sesuai kesepakatan • Tidak menjalankan kewajiban/kesepakatan (tidak membeli Perusahaan Ingkar Janji/ • Tidak menjalankan kewajiban/kesepakatan (tidak membeli hasil kebun plasma, membayar pembelian/diluar kesepakatan dll)- Contoh: Konflik antara PT Sumber Wangi Alam (PT SWA)-PT Treekreasi Marga Mulia (PT TMM) dengan Masyarakat Desa Sodog, Kec. Mesuji, Kab.OKI,Prov.Sumsel. Perusahaan Ingkar Janji/ Kewajiban Hukumnya • Masyarakat menduduki lahan/tanah secara tidak sah, baik tanah yang dikuasai negara/perusahaan atau tanah yang ditelantarkan - Contoh: Konflik masyarakat adat dengan PT. Sumber Air Mas Pratama di Karawang Keterbatasan Akses Tanah
  • 6. • Tidak diakuinya status kepemilikan tanah masyarakat adat /lokal yang tidak memiliki bukti kepemilikan formal (sertifikat) • Belum tuntasnya penetapan status kepemilikan tanah negara dan masyarakat Ketidakjelasanan Status Kepemilikan dan Penguasaan Tanah • Ketiadaan pengaturan pembatasan lahan yang efektif (hukum tidak ditegakkan dan saling bertentangan) Ketimpangan Struktur PENYEBAB KONFLIK [3] 5 (hukum tidak ditegakkan dan saling bertentangan) • Pola Pembangunan yang belum sepenuhnya adil (pengelolaan tanah perkebunan, pertanian dan kawasan hutan oleh masyarakat relatif kecil dibanding perusahaan skala besar) Struktur Kepemilikan, Penguasaan serta Peruntukan Tanah • Praktek KKN dalam pemberian izin/hak • Kelemahan koordinasi antara instansi • Kelemahan penegakan hukum dan lembaga penyelesai konflik • Peraturan yang tumpang tindih • Ketiadaan peta yang terintegrasi (one map) Kelemahan dalam Tata Pemerintahan
  • 8. Data Penggunaan Kawasan Hutan Non-Prosedural PROPINSI PERKEBUNAN TAMBANG PERKIRAAN KERUGIAN 7 Sumber : Presentasi Ir. Rafles B Panjaitan (Direktur Penyidikan & Pengamanan Hutan Kemenhut) pada FGD Peta Jalan yang diselenggarakan Satgas REDD+ yang didapat dari hasil ekspose Gubernur dan Bupati / Walikota)
  • 9. Modus Diterbitkannya izin tanpa persyaratan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. (Contoh : Penerbitan IUP tanpa Amdal atau UKL-UPL) Dikeluarkannya izin di wilayah yang tidak boleh digunakan untuk aktivitas perizinan yang bersangkutan. (Contoh: Aktivitas perkebunan diareal gambut dalam dan/atau hutan primer) Aktivitas tanpa izin di kawasan hutan, antara lain: a) Aktivitas tanpa Izin Pelepasan Kawasan Hutan (IPKH) bagi usaha Perkebunan; Beberapa Modus Kejahatan SDA-LH antara lain: Hutan (IPKH) bagi usaha Perkebunan; b) Aktivitas tanpa IUPerkebunan. (Contoh : melakukan penanaman di luar areal konsensi) Tidak membayar Provisi Sumber Daya Hutan- Dana Reboisasi (PSDH-DR) dan menebang tanpa Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) dalam pembukaan lahan untuk perkebunan. (contoh : kasus DL Sitorus) Melakukan pembakaran yang menyebabkan kerusakan dan dilampauinya baku mutu. (Contoh : kasus pembakaran di Rawa Tripa) 8
  • 11. PerkembanganPerkembangan KebijakanKebijakan yangyang TerkaitTerkait dengandengan KehutananKehutanan • Pembaharuan Agraria mencakup proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan SD Agraria • Arah kebijakan: • Pengkajian ulang terhadap seluruh peruu-an yang berkaitan dengan agraria • Melaksanakan penataan kembali penguasaan , penggunaan dan pemanfaatan tanah (landrefrom) dgn memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat • Menyelesaikan konflik agraria • Memperkuat kelembagaan dan kewenangan pelaksanaan pembaruan agraria • Pembaharuan Agraria mencakup proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan SD Agraria • Arah kebijakan: • Pengkajian ulang terhadap seluruh peruu-an yang berkaitan dengan agraria • Melaksanakan penataan kembali penguasaan , penggunaan dan pemanfaatan tanah (landrefrom) dgn memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat • Menyelesaikan konflik agraria • Memperkuat kelembagaan dan kewenangan pelaksanaan pembaruan agraria TAP MPR No.TAP MPR No. IX/MPR/2001IX/MPR/2001 tentangtentang PembaruanPembaruan AgrariaAgraria dandan PengelolaanPengelolaan SDASDA • Penunjukan wilayah untuk tujuan kehutanan dan non-kehutanan merupakan kewenangan provinsi. Tetapi penetapan rancangan perda provinsi terkait RTRWP dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari Menteri (Pasal 18) • Penunjukan wilayah untuk tujuan kehutanan dan non-kehutanan merupakan kewenangan provinsi. Tetapi penetapan rancangan perda provinsi terkait RTRWP dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari Menteri (Pasal 18) UU 26/2007UU 26/2007 tentangtentang PenataanPenataan dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari Menteri (Pasal 18) • PP 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang • Wilayah yang dialokasikan untuk kehutanan dalam revisi RTRWP harus sesuai dengan yang ditunjuk oleh Kemenhut (Pasal 31) dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari Menteri (Pasal 18) • PP 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang • Wilayah yang dialokasikan untuk kehutanan dalam revisi RTRWP harus sesuai dengan yang ditunjuk oleh Kemenhut (Pasal 31) UU 26/2007UU 26/2007 tentangtentang PenataanPenataan RuangRuang • Perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada Kajiian Llingkungan Hidup Strategis (KLHS). • Usaha yang wajib AMDAL/UKL-UPL (a.l. . IUPHHK-HA, Izin Usaha Pertambangan, Izin Usaha Perkebunan) diwajibkan terlebih dahulu memiliki izin lingkungan • Perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada Kajiian Llingkungan Hidup Strategis (KLHS). • Usaha yang wajib AMDAL/UKL-UPL (a.l. . IUPHHK-HA, Izin Usaha Pertambangan, Izin Usaha Perkebunan) diwajibkan terlebih dahulu memiliki izin lingkungan UU 32/2009UU 32/2009 tentangtentang PerlindunganPerlindungan dandan PengelolaanPengelolaan LingkunganLingkungan HidupHidup
  • 12. 11 PENANDATANGAN MOU PEMERINTAH PROVINSI KALTENG & SATGAS REDD+
  • 13. PENUNJUKAN KAWASAN HUTAN; PENATAAN BATAS KAWASAN HUTAN; PEMETAAN KAWASAN HUTAN; DAN PENETAPAN KAWASAN HUTAN. TAHAPAN Manfaat bagi Penegakan Hukum : 1. Mempermudah lingkup wilayah penyelidikan karena batas wilayah untuk melakukan verifikasi menjadi jelas; 2. Batas yang jelas mempermudah 1. PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN 12 Urgensi Pengukuhan Kawasan Hutan memperjelas status, letak, batas dan luas kawasan hutan. Ini merupakan konsekuensi dari kebijakan kehutanan di Indonesia yang menginginkan adanya pengelolaan hutan secara khusus oleh pemerintah sehingga harus terang benderang adanya pemisahan hak antara negara dengan pihak ketiga lainnya. mempermudah pembuktian sifat melawan hukum terkait tindak pidana yang dilakukan; 3. Penyelesaian konflik yang disebabkan tata batas.
  • 14. STRATEGI PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN 13 a. Memastikan penetapan kawasan hutan hanya dapat dilakukan setelah seluruh konflik antara negara dan masyarakat atas batas hutan dan opsi penyelesaiannya selesai. b. Adanya mekanisme untuk mengintegrasikan penetapan kawasan hutan dengan peta tata ruang wilayah. c. Penetapan kawasan hutan menghasilkan kawasan hutan yang tegas batas status, luas, dan letaknya.
  • 15. REGISTRASI IZIN Pengumpulan data Membuat IMS yang terintegrasi LALC/UJI TUNTAS Pemilihan Kabupaten PELAKSANAAN REKOMENDASI Penertiban perizinan & Penyelesaian Konflik Emisi GRK turun, ekonomi tumbuh & kesejahteraan rakyat 2. REVIEW IZIN Manfaat bagi penegakan hukum : 1. Memberikan indikasi awal dari kemungkinan adanya pidana yang dilakukan; 2. Menjadi sarana untuk dapat menemukan modus sehingga dapat dijadikan saranan pencegahan. Upload data Siap untuk dimanfaatkan Pelaksanaan LALC Penyusunan rekomendasi Membangun kesepakatan para pihak Pemantauan secara berkala Peta perizinan lengkap dan terkonekasi antar pemerintah pusat dan daerah Perbaikan kebijakan tumbuh & kesejahteraan rakyat meningkat Okt 2012– Juni 2013 Pasca Juni 2013 Pemprov Kalteng/ Satgas REDD+ Pemprov Kalteng/ Badan REDD+
  • 16. Barito Selatan* Kapuas* Kotawaringin Timur* KENDALA DALAM PENGUMPULAN DATA 30% pengumpulan data izin terpenuhi dari total 137 perizinan 50% pengumpulan data izin terpenuhi dari total 55 perizinan 55% pengumpulan data izin terpenuhi dari total 87 perizinan *Progres pengumpulan data per Maret 2013 oleh SEKALA Progress Pengumpulan Data • Banyak data yang tidak bisa diperoleh karena sistem pengarsipan yang kurang memadai; • Penerbitan izin tidak sesuai prosedur: Bupati sebelumnya mengeluarkan izin dulu, setelah itu baru disusulkan dengan pertimbangan teknis dari dinas perkebunan dan administrasi lainnya. Akibatnya data administrasi tidak lengkap; • Diperlukan dukungan dari Pemerintah Provinsi Kalteng yang lebih besar sebagai salah satu upaya membangun komunikasi intensif. • Ada PemiluKada, dimana Bupati yang menjabat kembali mencalonkan diri, sehingga beliau harus cuti selama kampanye dan pemilu. Segala urusan dikendalikan Sekda; • Sekda dan SKPD tidak berwenang memberikan data apapun kecuali ada perintah dari Bupati; • Diperlukan dukungan dari Pemerintah Provinsi Kalteng yang lebih besar sebagai salah satu upaya membangun komunikasi intensif. • Pada awalnya terdapat kesepakatan untuk mengeluarkan data lewat satu pintu, yaitu Sekda Kotim. Akan tetapi pada perkembangannya SKPD menyerahkan data ke konsultan untuk menghindari sanksi administrasi dan/atau pidana. 15
  • 17. Overlay wilayah Hutan Lindung & Kawasan Konservasi… …overlay dengan wilayah HPH dan Contoh: Overlay hutan-perkebunan- tambang di Kabupaten Paser (Kalimantan Timur) KEBUTUHAN ADANYA SATU DATA RUJUKAN 16 …overlay dengan wilayah HPH dan HTI… …overlay dengan wilayah Perkebunan… …overlay dengan wilayah pertambangan…. Integrated license database can be used as starting point to solve license overlaps
  • 18. … there should be one 3. One map for national reference ... 17 President Susilo Bambang Yudhoyono Cabinet Meeting December 23, 2010 … there should be one authoritative map for national reference ..!
  • 19. 4. Penguatan Pencegahan D & D (bersama KPK) Kesepakatan 3 (tiga) langkah dalam perbaikan tata kelola di sektor kehutanan melalui: Harmonisasi kebijakan dan peraturan perundang- undangan; penyelarasan teknis dan prosedur; dan resolusi konflik didasari pada prinsip keadilan, penghormatan, dan pemajuan hak asasi manusiapenghormatan, dan pemajuan hak asasi manusia sesuai peraturan perundang-undangan. 18
  • 20. MENUJU TATA KELOLA PERKEBUNAN BERKELANJUTAN & BERBASISKAN KEADILAN • REVISI PERMENTAN 26 TAHUN 2007 TENTANG PROSEDUR PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN 19
  • 21. a) Pembatasan Luas Lahan Bagi Group Perusahaan • ISU • Pada dua Permentan sebelumnya, (Kepmentan No. 357/Kpts/HK.350/5/2002 dan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 107/KPTS-II/1999 tentang Perizinan Usaha Perkebunan) telah diatur pembatasan kepemilikan lahan sebesar 20.000 hektar dalam satu propinsi atau 100.000 hektar untuk seluruh Indonesia untuk perusahaan/kelompok perusahaan. • Permentan 26/2007 memiliki perbedaan dengan dua peraturan sebelumnya karena tidak lagi memberikan pembatasan penguasaan lahan untuk perkebunan pada kelompok perusahaan, melainkan hanya pada satu perusahaan saja. • Hal ini berakibat pada akumulasi lahan di kelompok perusahaan tertentu, hal mana tidak• Hal ini berakibat pada akumulasi lahan di kelompok perusahaan tertentu, hal mana tidak sejalan dengan konsep kepemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara berkeadilan yang dianut oleh Undang-Undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan. 20 REKOMENDASI Pembatasan 100.000 hektar untuk seluruh Indonesia untuk perusahaan/kelompok perusahaan.
  • 22. b) Plasma dan Kemitraan • ISU • Belum terakomodirnya pengaturan mengenai plasma secara komprehensip. Hal tersebut menjadi celah bagi perbedaan penafsiran dan tidak dilaksanakannya kewajiban plasma oleh pengusaha. REKOMENDASI Berdasarkan berbagai pengaduan yang masuk pada kami terkait implementasi plasma dan kemitraan, Permentan yang baru perlu 21 implementasi plasma dan kemitraan, Permentan yang baru perlu memperjelas pengaturan antara lain mengenai hal berikut: a. kejelasan wilayah pelaksanaan plasma (apakah di dalam atau di luar lokasi yang diberikan IUP); b. prosedur pemberian plasma; dan c. rencana membangun kemitraan dalam konteks persyaratan IUP perlu lebih diperketat sehingga memastikan masyarakat yang akan terlibat dalam pelaksanaan usaha telah terlibat secara aktif sejak proses perencanaan kebun.
  • 23. c) Perizinan yang Terintegrasi • ISU • Pada dasarnya untuk perbaikan tata kelola hutan dan lahan gambut, seluruh proses perizinan di atas dua area tersebut perlu agar terkoordinasi secara baik antar instansi. Dalam hal ini, Permentan yang baru perlu mengakomodir peraturan perundang- undangan terkait sehingga memastikan proses perizinan bersifat harmonis dan konsisten. REKOMENDASI 22 REKOMENDASI Mencantumkan kewajiban registrasi perizinan secara terpusat dan penyesuaian dengan berbagai regulasi (seperti izin lingkungan dan pelepasan kawasan hutan)
  • 24. d) Kejelasan Kewajiban Menyelesaikan Hak Atas Tanah (HGU) Sebelum Berkegiatan • ISU • Saat ini praktek yang marak terjadi adalah pelaksanaan kegiatan perkebunan sebelum HGU secara resmi dikeluarkan oleh BPN. Hal ini berdampak negatif terutama pada kejelasan dan kepastian hak-hak masyarakat dan perusahaan, serta hilangnya yang pendapatan negara atas pajak. REKOMENDASI 23 REKOMENDASI Penyesuaian redaksi dengan secara tegas mewajibkan penyelesaian HGU sebelum kegiatan dilakukan.
  • 25. e) Pengawasan, Sanksi Administratif & Tanggung Jawab Pemerintah • ISU • Diperlukan suatu pengaturan yang lebih baik dan jelas mengenai sanksi administratif bagi pelanggaran kewajiban perusahaan dan pemberi izin. Dalam hal ini, sering ditemui permasalahan bahwa pemberian izin dilakukan tanpa memperhatikan kelengkapan syarat- syarat yang diatur di dalam Permentan 26/2007. • Karenanya, diperlukan peran aktif pemerintah pusat untuk memastikan pengawasan dan penegakan hukum adminsitratif yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah berjalan dengan baik. • Sehubungan dengan hal di atas, diperlukan sanksi adminsitratif yang lebih ketat dengan dilengkapi mekanisme second-line administrative enforcement oleh Pemerintah Pusat. 24 REKOMENDASI Ketentuan pembatalan perizinan dan pemberian sanksi oleh pemerintah pusat.
  • 26. f) Prinsip kehati-hatian dalam menerbitkan izin • ISU • Pasal 19 Permentan 26/2007 berdampak pada timbulnya pemahaman bahwa: • “persyaratan izin dianggap lengkap apabila tidak ada respon dari pejabat pemberi izin dalam jangka 30 (tiga puluh) hari kerja” • izin dapat langsung terbit apabila syarat dianggap telah lengkap. • Hal ini tidak sejalan dengan: • Pasal 3 UU 5/1986 tentang PTUN yang pada prinsipnya mengatur bahwa sikap pemerintahan yang diam (misal, tidak merespon permohonan izin) harus diartikan sebagai sikap penolakan terhadap permohonan izin (prinsip fiksi negatif). •• • . 25 REKOMENDASI Penyesuaian dengan Pasal 3 UU Nomor 5 Tahun 1986.
  • 27. RSPO & ISPO No. RSPO ISPO 1. Komitmen Terhadap Transparansi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan 2. Memenuhi Hukum dan Peraturan yang Berlaku Tanggung Jawab Terhadap Pekerja 3. Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang Tanggung Jawab Sosial dan Komunitas 4. Penggunaan praktik terbaik tepat oleh perkebunan dan pabrik Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi Masyarakat 26 perkebunan dan pabrik Masyarakat 5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman hayati Peningkatan Usaha Secara Berkelanjutan 6. Pertimbangan bertanggung jawab atas karyawan, individu, dan komunitas yang terkena dampak perkebunan dan pabrik Sistem Perizinan dan Manajemen Perkebunan 7. Pengembangan perkebunan baru yang bertanggung jawab Penerapan Pedoman Teknis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. 8. Komitmen terhadap perbaikan terus-menerus pada wilayah-wilayah utama aktiftas -