SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 25
Kegawatdaruratan Obstetrik
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Titik Hindriati
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 3
OBSTETRI
Modul
KEGIATAN BELAJAR I
Kedaruratan Obstetri pada kehamilan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
Kata
Pengantar
	 Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang
Mahaesa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat
menyelesaikan MODUL TIGA dari EMPAT MODUL dalam Mata Kuliah
Obstetri yang berjudul Kegawatdaruratan Obstetrik.
	 Modul Obstetri ini disusun dalam rangka membantu proses
pembelajaran program Diploma III kebidanan dengan sistem
pembelajaran jarak jauh yang disusun bagi mahasiswa dengan
latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit untuk
ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan.
	 Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada
segenap pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya
modul ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
a.	 Menteri Kesehatan Republik Indonesia
b.	Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
c.	 Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
d.	 Australian Government Overseas Aid Program (AusAID)
e.	 Tim editor modul
	 Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari
kesempurnaan. Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat
kami harapkan.
	 Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat meningkatkan
kualitas pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang
menggunakan system jarak jauh.
								Jakarta, Juli 2013
Gambar : Pengecekan cabang bayi
Daftar Istilah
ISTILAH KETERANGAN
KB
Kegiatan Belajar yaitu Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh mahasiswa baik secara mandiri maupun
berkelompok
APB
Ante partum Blooding adalah perdarahan yang terjadi
pada kehamilan trimester II atau III
Abortus
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester I
Hcg
Hormone corionic Gonadotropin adalah hormon yang
dihasilkan oleh oleh plasenta
HPHT
Hari Pertama Hari terakhir adalah patokan untuk
menghitung usia kehamilan
USG
Ultra Sonografi adalah alat yang digunakan untuk
monitor kondisi janin dalam rahim (kandungan)
Cairan Isotonik
Adalah cairan fisiologi dengan komposisinya sesuai
dengan cairan tubuh.seperti NaCL0.9% yaitu Natrium
Clorida dan RL atau Ringer Laktat.
Distocia
Penyulit dalam proses persalinan
Tirah baring
Istirahat total ditempat tidur
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
3
4
Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan di dalam modul ini
diharapkan Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus kedaruratan obstetrik pada
kehamilan dan penatalaksanaannya yang meliputi kasus perdarahan, preeklamsi dan
eklamsi serta hiperemisis gravidarum.
Dengan mempelajari modul ini, Anda akan memperoleh manfaat berupa peningkatan
pemahaman Anda tentang pentingnya memahami kasus-kasus kegawatdaruratan
kebidanan sehingga nantinya Anda akan dapat lebih fokus dalam melakukan identifikasi,
pengambilan keputusan dan cara melakukan penanganan kasus kedaruratan kebidanan
dilingkungan kerja Anda sesuai dengan prinsip kegawatdaruratan.
Pendahuluan
Rekan Mahasiswa, selamat Anda telah berhasil menyelesaikan modul 2 untuk mata
kuliahObstetri, sehingga Anda diperkenankan unruk mempelajari modul yang ke-
3. Modul ini berjudul “Kegawatdaruratan Obstetrik ”. Sedangkan yang menjadi fokus
pembahasan adalah mengenai: (1) kegawatdaruratan obstetrik pada kehamilan, (2)
kegawatdaruratan obstetrik pada persalinan (3) kegawatdaruratan obstetrik pada masa
nifas, dan (4) penanganan kegawatdaruratan kebidanan. Setelah mempelajari modul
ini diharapkan Anda mampu mengidentifikasi kasus kegawatdaruratan atas dasar
pemahaman tentang kegawatdaruratan kebidanan.
Modul ini direncanakan agar Anda dapat mempelajari secara mandiri sebelum kegiatan
pembelajaran secara tatap muka dengan tutor. Oleh karena itu Anda diharapkan dapat
mengoptimalkan pemanfaatan modul ini melalui belajar mandiri ataupun berkelompok
untuk berdiskusi dalam rangka pemecahan masalah, sehingga ketika pertemuan
dengan tutor maka Anda dapat (1) mendiskusikan materi pembelajaran yang belum
sepenuhnya Anda pahami,(2) mendapatkan penjelasan tambahan, dan (3) mampu
mengidentifikasi dan menunjukkan hasil pemecahan masalah yang telah dilakukan oleh
kelompok belajar. Beban studi pada mata kuliah ini adalah 2 SKS dan perkiraan waktu
yang dibutuhkan untuk mempelajari modul ini adalah sekitar 180 menit. Pada saat
pertemuan atau tatap muka, Anda diharapkan membuat catatan-catatan tentang hal-
hal yang perlu didiskusikan selama kegiatan pembelajaran. Akhirnya, selamat belajar
dan semoga SUKSES !
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
5
6
Materi Pembelajaran
Materi yang disajikan dalam modul ini dibagi ke dalam 4 (empatI kegiatan belajar yang
meliputi:
1.	 Kegiatan Belajar 1 : Kedaruratan obstetrik pada kehamilan
a. Pengertian Kedaruratan obstetri pada kehamilan
b. Jenis kasus kedaruratan obstetri pada kehamilan
1)	 Perdarahan pada trimester I dan III
2)	 Preeklamsi dan eklamsi
2.	 Kegiatan Belajar 2 : Kedaruratan obstetrik pada persalinan
a. Pengertian Kedaruratan obstetri pada persalinan
b. Jenis kasus kedaruratan obstetri pada persalinan dan penatalaksanaannya
1)	 Partus lama/macet
2)	 Distosia kelainan alat kandungan
3)	 Distocia kelainan janin
4)	 Distosia bahu
5)	 Ruptur uterus
3.	 Kegiatan Belajar 3 : Kegawatdaruratan obstetric pada masa nifas
a. Pengertian Kedaruratan obstetri pada masa nifas
b. Jenis kasus kedaruratan obstetri pada masa nifas & Penatalaksanaannya
1)	 Perdarahan Post Partum
2)	 Sepsis Purpuralis
3)	 Infeksi Nifas
4.	 Kegiatan Belajar 4 : Syok Obstetri
a. Pengertian syok Obstetri
b. Penatalaksanaan pada kasus syok obstetri dalam kedaruratan obstetri
1)	 Prinsip dasar pelaksanaan Kedaruratan obstetrik
2)	 Penilaian awal
3)	 Penilaian klinik lengkap
4)	 Penanganan syok obstetri
Petunjuk Umum Belajar
Sebagai mahasiswa, Anda haruslah mempelajari Modul ini secara bertahap, yaitu
dimulai dari materi pembelajaran yang disajikan pada Kegiatan Belajar-1. Setelah
selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-1
dan mengerjakan soal-soal latihannya serta telah benar-benar yakin memahaminya,
barulah Anda diperkenankan untuk mempelajari materi pembelajaran yang disajikan
pada Kegiatan Belajar-2. demikian juga untuk Kegiatan Belajar-3 Anda harus melakukan
kegiatan sama dengan kegiatan Belajar 1 & 2 dengan baik
Sebelum melanjutkan Kegiatan Belajar-4, Anda haruslah benar-benar telah memahami
seluruh atau sebagian besar materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan
Belajar-1,2 dan 3. beserta soal-soal latihan sebelum meminta kesempatan atau waktu
kepada tutor/nara sumber untuk mengerjakan soal-soal atau Tes Akhir Modul (TAM).
Di dalam modul ini tersedia beberapa soal latihan dan hendaknya semua soal latihan
ini Anda kerjakan. Setelah mengerjakan semua soal latihan yang ada diharapkan Anda
akan dapat menilai sendiri tingkat penguasaan atau pemahaman Anda terhadap materi
pembelajaran yang terdapat di dalam modul ini. Keuntungan lainnya dari mengerjakan
soal-soal latihan adalah bahwa Anda dapat mengetahui bagian-bagian mana dari materi
pembelajaran yang telah Anda pahami yang masih belum sepenuhnya Anda pahami.
Sebagai mahasiswa, Anda akan mendapat kesempatan pada kegiatan belajar secara
tatap muka untuk membahas materi pembelajaran yang kemungkinan belum berhasil
Anda pahami selama belajar mandiri. Selama kegiatan belajar secara tatap muka, nara
sumber bertindak sebagai fasilitator. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan dengan cara membahas masing-masing materi pokok atau berdasarkan
materi pembelajaran yang masih belum atau sulit Anda pahami. Maka sebaiknya Anda
sebagai mahasiswa membentuk kelompok-kelompok kecil dalam mendiskusikan materi
pokok yang diuraikan di dalam modul ini.
Hasil diskusi kelompok disajikan oleh setiap kelompok guna mendapatkan tanggapan
dari kelompok-kelompok lainnya. Kemudian, kesimpulan dirumuskan bersama pada
akhir penyajian hasil diskusi kelompok. Jika tidak ada pembentukan kelompok, maka
pada akhir pembahasan masing-masing materi pokok, Anda dapat merumuskan sendiri
kesimpulan atau merumuskan secara bersama-sama dengan sesama teman mahasiswa
atau dapat juga meminta bimbingan tutor/nara sumber.
Pada materi pembelajaran “Kedaruratan obstetrik “ ini untuk kegiatan mandiri dapat
saja dikurangi. Namun dalam kegiatan kelompok Anda dapat lakukan lebih sering
sebagai ganti kemandirian, porsi waktu untuk kegiatan praktik secara individual dapat
lebih diperbanyak.Pada akhir kegiatan pembelajaran secara tatap muka, diharapkan
Anda dapat mengidentifikasi kasus kasus yang berhubungang dengan kedaruratan
kebidanan misalnya perdarahan masa hamil, bersalin dan nifas serta penanganannya.
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan belajar tatap muka, fasilitas yang
dibutuhkan adalah Ruangan kelas, LCD projector, laptop/PC, whiteboard dan alat tulis.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
1
Kegiatan
Belajar 1
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pada KB 1 ini, Anda diharapkan mampu
mengidentifikasi kasus-kasus kedaruratan Obstetri pada kehamilan dan
penatalaksanaannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, secara kusus Anda diharapkan dapat menjelaskan:
•	 Pengertian kedaruratan obstetri pada kehamilan,
•	 Tanda bahaya pada kasus kedaruratan obstetri,
•	 Kedaruratan obstetri pada kasus Perdarahan pada kehamilan muda,
•	 Kedaruratan obstetri pada kasus perdarahan pada kehamilan lanjut atau Ante
Partum Blooding, dan
•	 Kedaruratan obstetri pada kasus preklampsi pada kehamilan.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut di atas, maka pokok-pokok materi
•	 Pengertian kedaruratan obstetri pada kehamilan,
•	 Tanda bahaya pada kasus kedaruratan obstetri,
•	 Kedaruratan obstetri pada kasus Perdarahan pada kehamilan muda,
•	 Kedaruratan obstetri pada kasus perdarahan pada kehamilan lanjut atau Ante
Partum Blooding, dan
•	 Kedaruratan obstetri pada kasus preklampsi pada kehamilan.
KEDARURATAN OBSTETRIK PADA
KEHAMILAN
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok - Pokok Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2
3
Uraian
Materi
1. Pengertian Kedaruratan obstetri pada kehamilan
Mungkin Anda telah mengetahui apa itu kedaruratan obstetrik dan tanda-tanda
bahaya dalam masa antenatal. Tuliskan apa yang Anda ketahui tersebut pada kotak
berikut ini:
Bagaimana, apakah Anda sudah selesai menuliskan jawabannya, jika sudah sekarang
cocokkan jawaban Anda dengan uraian berikut ini.
Kedaruratan obstetrik pada kehamilan adalah kejadian yang tidak dapat diduga dan
memerlukantindakansegerapadakasuskehamilandanmerupakan pengenalangejala
dan tanda yang dapat mengancam keselamatan jiwa dan upaya mempertahankan
kehidupan
2. Tanda bahaya dalam masa periode antenatal
a.	 Mual mutah yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari
b.	 Perdarahan pervagina
c.	 Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak menghilang
d.	 Perubahan visual yang secara tiba-tiba
e.	 Bengkak pada muka dan tangan
3. Perdarahan pada kehamilan muda
a. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan,
perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan
kematian janin. Pada abortus septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang,
demam (menggigil), kemungkinan gejala iritasi peritoneum, dan kemungkinan syok.
Etiologi
Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya
1)	Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu.
2)	 Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/
genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus
Tuliskan apa yang anda ketahui
atau kurang sempurna dan pengaruh zat - zat yang berbahaya bagi janin seperti
radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
3)	 Kelainan pada plasenta.
Kelainan ini bisa berupa :
a)	 Gangguan pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh
karena penyakit darah tinggi yang menahun.
b)	 Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti
radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
c)	 Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,
d)	 Kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara
umumRahim melengkung ke depan, mioma uteri, dan kelainan bawaan pada
rahim.
Klasifikasi
Abortus dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1)	 Abortus Komplet. Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan
kurang dari 20 minggu.
2)	 Abortus Inkomplet. Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada
yang tertinggal.
3)	 Abortus Insipiens. Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam
rahim.
4)	Abortus Iminens. Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam,
sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam
rahim.
5)	 MissedAbortion.Abortusyangditandaidenganembrioataufetusterlahmeninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya
masih dalam kandungan.
6)	Abortus Habitualis. Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau
lebih.
7)	 Abortus Infeksius adalah Abortus yang disertai infeksi organ genitalia.
8)	 Abortus Septik. Abortus yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dan
produknya kedalam sirkulasi sistemik ibu.
Gambar 1 : Abortus pada kehamilan 16 minggu.
Penatalaksanaan
1) Pikirkan terjadinya abortus
Bila seorang wanita usia reproduksi datang dengan gejala sebagai berikut:
a) terlambat haid
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
4
5
4). Pengenalan komplikasi dan stabilisasi klien merupakan upaya awal yang harus
dilakukan sebelum berlanjut pada terapi definitif
b. Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda
berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau
mata ikan.(Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 238)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus
yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan
adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)
Gambar 2. Kehamilan dengan molahidatiosa
Gambaran klinik
1)	 Amenore dan tanda-tanda kehamilan
2)	Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada
keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
3)	 Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4)	 Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
5)	Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)
Penatalaksanaan
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :
1)	 Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
2)	 Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana
sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan Evaluasi klinik dengan fokus pada:
a)	 Riwayat haid terakhir dan kehamilan
b)	 Perdarahan tidak teratur atau spotting
c)	 Pembesaran abnormal uterus, Pelunakan serviks dan korpus uteri
d)	Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin : Pastikan tidak ada janin
(Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa
Wiknjosastro atau Acosta Sisson
3)	 Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
4)	 Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
b) perdarahan per vaginam
c) spasme atau nyeri perut bawah
d) keluarnya massa kehamilan/konsepsi
2)	 Segera kenali komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu hamil dengan
perdarahan pada kehamilan muda:
a) Syok
b) Perdarahan hebat
c) Infeksi/Sepsis
d) Trauma intra abdomen
3) Evaluasi Medik Abortus
Pasien yang datang dengan keluhan perdarahan, perlu dianamnesa untuk
mengetahui derajat abortus yang dialami ;
Evaluasi medik Penilaian (Anamnenesa & Pemeriksaan fisik)
Riwayat Medik a)	 Lamanya tidak haid (HPHT) dan dugaan usia kehamilan
b)	 Lama dan jumlah perdarahan pervagina
c)	Apakah sedang menggunakan alat kontraasepsi
(AKDR, Implan, suntik atau pil)
d)	 Intensitas dan lamanya spasme
e)	 Nyeri abdomen atau punggung (dugaan trauma intra
abdomen)
f)	 Adakah jaringan yang keluar (masa kehamilan)
g)	 Alergi Obat
h)	 Gangguan pembekuan darah atau perdarahan
i)	 Minum jamu atau obat-obatan yang tidak jelas
j)	 Kondisi gangguan kesehatan lain
Pemeriksaaan fisik a)	 Periksa dan catat tanda-tanda vital (Nadi, tekanan
darah, temperature dan pernafasan)
b)	 Nilai keadaan umum ibu (Anemia, kelemahan, kurang
gizi)
c)	 Periksa jantung dan paru-paru
d)	 Periksa abdomen (kembung dengan bising usus
melemah, tegang dan nyeri tekan pada suprapubik/
pelvik dan intensitas nyeri, nyeri ulang lepas, tumor)
Pemeriksaan Pang-
gul
a)	 Lakukan pemeriksaan dengan speculum (inspekulo)
dan pemeriksaan bimanual
b)	 Bersihkan bekuan darah dan masa kehamilan dalam
vagina dan ostium serviks
c)	 Perhatikan apakah ada secret berbau
d)	 Sifat dan jumlah perdarahan
e)	 Pembukaan serviks
f)	 Besarnya uterus apakah sesuai dengan HPHT,
konsistensi dan arah uterus
g)	 Nyeri goyang serviks atau nyeri tekan parametrium
atau nyeri ada organ genetalia
h)	 Tumor serviks
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
6
7
perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik. Nyeri dapat
unilateral atau bilateral, pada abdomen bagian bawah, seluruh abdomen, atau hanya
di bagian atas abdomen. Umumnya diperkirakan, bahwa nyeri perut yang sangat
menyiksa pada suatu ruptur kehamilan ektopik, disebabkan oleh darah yang keluar
ke dalam kavum peritoneum. Tetapi karena ternyata terdapat nyeri hebat, meskipun
perdarahannya sedikit, dan nyeri yang tidak berat pada perdarahan yang banyak,
jelas bahwa darah bukan satusatunya sebab timbul nyeri. Darah yang banyak dalam
kavum peritoneal dapat menyebabkan iritasi peritoneum dan menimbulkan rasa
nyeri yang bervariasi.
Gambar 3: Lokasi kehamilan ektopik
Amenorea atau gangguan haid merupakan tanda yang penting pada kehamilan
ektopik. Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat
bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin
terjadi sebelum haid berikutnya. Bercak darah (spotting) atau perdarahan vaginal
merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini
menunjukkan kematian janin, da berasal dari uteri karena pelepasan desidua.
Perdarahan biasanya sedikit, berwarna coklat tua, dan dapat intermiten atau terus
menerus. Pada pemeriksaan dalam ditemukan bahwa usaha menggerakkan serviks
uteri menimbulkan rasa nyeri dan kavum Doglas teraba menonjol, berkisar dari
diameter 5 sampai 15 cm, dengan konsistensi lunak dan elastic.
Penatalaksanaan
1)	 Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah usaha-usaha yang dilakukan sebelum sakit
(prepatogenesis), antara lain
a)	 Perbaikan dan peningkatan status gizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi seperti infeksi akibat gonorea, radang panggul. Keadan
gizi buruk dan keadaan kesehatan yang rendah menyebabkan kerentanan terhadap
penyakitinfeksipadaalatgenitaliasehinggaberisikotinggiuntukmenderitakehamilan
ektopik
b)	 Menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko kehamilan ektopik seperti
tidak merokok terutama pada waktu terjadi konsepsi, menghindari hubungan seksual
5)	 Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.
6)	 Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus
yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu :
a)	 Segeralakukanevakuasijaringanmoladansementaraprosesevakuasiberlangsung
b)	Berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-
60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan
efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).
c)	 Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber
vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat
digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai
d)	 Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum,
selama dan setelah prosedur evakuasi
e)	 Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat
lakukan transfuse
f)	 Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast
aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG
serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu
g)	Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi
hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan
fertilisasi
c. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Kehamilan ektopik dapat terjadi di
luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi
di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervik, pars intertistialis
atau dalam tanduk rudimeter rahim.
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat
implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai
aterm.Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah keadaan di mana timbul gangguan
pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan
penurunan keadaan umum pasien.
Gejala dan Gambaran Klinis
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya penderita tidak
menyampaikan keluhan yang khas. Pada umumnya penderita menunjukkan gejala
gejala seperti pada kehamilan muda yakni mual, pembesaran disertai rasa agak sakit
padapayudarayangdidahuluiketerlambatanhaid.Disampinggangguanhaid,keluhan
yang paling sering ialah nyeri di perut bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan
ektopik belum mengalami ruptur. Kadang-kadang teraba tumor di samping uterus
dengan batas yang sukar ditentukan.
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda, dari perdarahan
banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas,
sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya
kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehmilan, derajat
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
8
9
douglasiyangmenonjoldannyerirabamenunjukkanadanyahematoceleretrouterina.
Suhu kadang-kadang bisa naik sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi
pelvik.
(4)	 Terapi medikamentosa dan penatalaksanaan bedah
Dewasa ini penanganan kehamilan ektopik yang belum terganggu dapat dilakukan
secara medis ataupun bedah. Secara medis dengan melakukan injeksi lokal
methotrexate (MTX), kalium klorida, glukosa hiperosmosis, prostaglandin, aktimiosin
D dan secara bedah dilaksanakan melalui : Pembedahan konservatif dimana
integritas tuba dipertahankan. Pembedahan konservatif mencakup 2 teknik yang kita
kenal sebagai salpingostomi dan salpingotomi. Salpingostomi adalah Pembedahan
radikal Dimana salpingektomi dilakukan, Salpingektomi diindikasikan pada
keadaankeadaan berikut ini: (a) kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu), (b)
pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif, (c) terjadi kegagalan sterilisasi, (d)
telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya, (e) pasien meminta
dilakukan sterilisasi, (f) perdarahan berlanjut pascasalpingotomi, (g) kehamilan tuba
berulang, (h) kehamilan heterotopik, dan (i) massa gestasi berdiameter lebih dari 5
cm.
3)	 Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier meliputi program rehabilitasi (pemulihan kesehatan) yang
ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari Kehamilan Ektopik meliputi :
rehabilitasi mental dan social yakni dengan memberikan dukungan moral bagi
penderita terutama penderita yang infertile akibat Kehamilan Ektopik agar tidak
berkecil hati, mempunyai semangat untuk terus bertahan hidup dan tidak putus asa
sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna.
Skema 1: Penatalaksanaan Abortus
Prinsip Penatalaksanaan pada kasus abortus dalam kedaruratan obstetri adalah
Evakuasi sisa konsepsi, namun sesuai dengan Kepmenkes no 900/Menkes/SK/2002,
maka bidan hanya mempunyai kewenangan dalam penanganan abortus iminens dan
jika pasien abortus iminens tetap mengalami perdarahan atau kondisinya memburuk
maka harus di rujuk
multipartner (seks bebas) ataiu tidak berhubungan selain dengan pasangannya.
c)	 Memberikandanmenggalakkanpendidikankesehatankepadamasyarakatseperti
penyuluhan mengenai kehamilan ektopik, pendidikan tentang seks yang bertanggung
jawab dan nasehat perkawinan melalui berbagai media, sekolah-sekolah, kelompok
pengajian dan kerohanian.
d)	 Penggunaan kontrasepsi yang efektif. Dewasa ini masih terus dilakukan kegiatan
untuk menemukan suatu cara kontrasepsi hormonal yang mempunyai efektivitas
tinggi dan efek sampingan yang sekecil mungkin. Pil kombinasi merupakan pil
kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap paling efektif.
2)	 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya menghentikan proses penyakit lebih lanjut,
mencegah terjadinya komplikasi dengan sasaran bagi mereka yang menderita atau
terancam menderita kehamilan ektopik, meliputi :
a)	 Program penyaringan
Usaha pencegahan sekunder dapat dilakukan melalui program penyaringan
(screening) bagi wanita yang beresiko terhadap kejadian PMS sehingga diagnosis
dapat ditegakkan sedini mungkin dan dapat segera memperoleh pengobatan secara
radikal untuk mencegah terjadinya radang panggul yang beresiko menimbulkan
kehamilan ektopik.
b)	 Diagnosa dini
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang obstetrik memberikan
kemungkinan kehamilan ektopik dapat ditegakkan diagnosisnya secara dini yaitu
sebelum gejala-gejala klinik muncul, (sebelum kehamilan ektopik pecah). Dalam hal
ini pemeriksaan prenatal dini dalam trimester pertama sangat penting bagi pasien-
pasien yang beresiko tinggi terhadap kejadian kehamilan ektopik. Mereka yang
dianggap beresiko tinggi terhadap kehamilan ektopik antara lain adalah wanita yang
pernah menjalani bedah mikro saluran telur, pernah menderita peradangan dalam
rongga panggul, menderita penyakit pada tuba, pernah menderita kehamilan ektopik
sebelumnya, akseptor AKDR atau pil bila terjadi kehamilan tidak sengaja, dan pada
kehamilan yang terjadi dengan teknik-teknik reproduksi. Maka perlu dilakukan :
(1)	Anamnesa
Terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa bulan
atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil muda
dan gejala hamil lainnya. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, dan perdarahan
pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.
(2)	 Pemeriksaan umum
Pasien tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut dapat
ditemukan tanda-tanda syok.11
(3)	 Pemeriksaan ginekologi
Tanda-tanda kehmilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan
rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba maka akan terasa sedikit membesar dan kadang-
kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Cavum
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
10
11
Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan
fisiologik. Sehingga klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta
previa total pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa
pada pembukaan 8 cm.
Beberapa klasifikasi plasenta previa:
1) Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm
a)	 Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostea.
b)	Plasenta previa lateralis; bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dibagi :
(1)	Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian
belakang.
(2)	Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian
depan.
(3)	Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea yang
ditutupi plasenta.
2) Menurut Browne:
a)	 Tingkat I, Lateral plasenta previa : Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke
segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
b)	Tingkat II, Marginal plasenta previa: Plasenta mencapai pinggir pembukaan
(Ostea).
Gejala klinis
1)	 Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri
dari biasanya berulang darah biasanya berwarna merah segar. Bagian terdepan
janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak janin.
2)	 Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali
bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke
rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih
banyak.
3)	 Janin biasanya masih baik.
Pemeriksaan in spekulo
1)	 Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum atau dari kelainan cervix dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum, adanya plasenta harus dicurigai.
2)	 Penentuan letak plasenta tidak langsung dapat dilakukan dengan radiografi,
radio sotop dan ultrasonografi. Akan tetapi pada pemerikasaan radiografi clan
radiosotop, ibu dan janin dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cara ini
ditinggalkan. Sedangkan USG tidak menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri
dan cara ini dianggap sangat tepat untuk menentukan letak plasenta.
3)	 Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.
Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi. Perabaan forniks. Mulai dari forniks
posterior, apa ada teraba tahanan lunak (bantalan) antara bagian terdepan janin
dan jari kita. Pemeriksaan melalui kanalis servikalis.
4. Perdarahan lanjut atau perdarahan Ante Partum (tri mester II & III)
Adalah perdarahan pervaginam setelah usia gestasi 22 minggu dan sebelum persalinan
dimulai.
a. Etiologi
Penyebab tersering pada perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan
persalinan. Perdarahan ini mengaburkan onset persalinan, perdarahan ini kurang
dan bercampur mucus, dan hasil dari robeknya vena-vena kecil saat cervix berdilatasi
dan mengaburkan mulainya persalinan.
Pada Trimester II kehamilan perdarahan sering disebabkan partus prematurus,
solusio plasenta, mola dan inkompetensi servik.
Pada Trimester III (Perdarahan Ante Partum), adalah perdarahan terjadi setelah umur
kehamilan 29 minggu atau lebih, WHO (4,9,10) ini dapat terjadi oleh solusio plesenta
atau plasenta previa. Perdarahan disini lebih berbahaya dibanding umur kehamilan
kurang dari 28 minggu, sebab faktor plasenta, dimana perdarahan plasenta biasanya
hebat sehingga mengganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta nutrisi dari ibu kepada janin.
Kasus ini harus ditangani oleh dokter spesialis dan ditunjang dengan pemeriksaan
USG.
b. Plasenta previa
Adalah plasenta yang terletak pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Plasenta yang lokasinya di segmen
bawah rahim (SBR) menutupi ostium uteri internum (OUI) sebagian lepas dari desidua,
menimbulkan perdarhan dari uterus yang mengalir ke kanalis servikalis sebelum
persalinan ( umur kehamilan lebih da 20 minggu)
Faktor Predisposisi :
1)	 Multiparitas dan umur lanjut ( >/ = 35 tahun).
2)	 Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik
dan inflamatorotik.
3)	 Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC, Kuret,
dll).
4)	 Chorion leave persisten.
5)	 Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
6)	 Konsepsi dan nidasi terlambat.
7)	 Plasenta besar pada hamil gAnda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
Gambar 4. Gambar insersi plasenta
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
12
13
3)	Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan:
a)	Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan
anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
b)	Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
c)	 Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
d)	melakukan rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang
cukup.
e)	Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi
dengan :
(1)	Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.
(2)	Sedapat mungkin diantar oleh petugas.
(3)	Dilengkapi dengan keterangan secukupnya.
(4)	Persiapan donor darah untuk transfusi darah.
(5)	Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.
(6)	Sedapat mungkin diantar oleh petugas.
(7)	Dilengkapi dengan keterangan secukupnya.
(8)	Persiapan donor darah untuk transfusi darah.
f)	 Bila pasien dalam keadaan syok karena pendarahan yang banyak, harus segera
diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau tranfusi darah.
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :
(1)	 Keadaan umum pasien, kadar hb.
(2)	 Jumlah perdarahan yang terjadi.
(3)	 Umur kehamilan/taksiran BB janin.
(4)	 Jenis plasenta previa.
(5)	 Paritas clan kemajuan persalinan.
Penanganan Ekspektif
Kriteria :
1)	 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
2)	 Perdarahan sedikit
3)	 Belum ada tanda-tanda persalinan
4)	 Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih
.
Rencana Penanganan :
1)	 Istirahat baring mutlak.
2)	 Infus D 5% dan elektrolit
3)	 Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
4)	 Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
5)	 Pemeriksaan USG.
6)	 Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin.
7)	Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien, ditunggu
sampai kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan secara aktif.
Jari dimasukkan hati-hati kedalam OUI untuk meraba adanya jaringan plasenta.
Diagnosa
Diagnosa awal yang dapat dilakukan adalah :
1)	 Curigai setiap perdarahan antepartum
2)	 Pada anamnesa perdarahan terjadi setelah kehamilan 22 minggu tanpa disertai
nyeri dan tanpa sebab (tiba.tiba)
3)	 Pada palpasi bagian terendah belum masuk ke pintu atas panggul
Diagnosis plasenta previa
1) Anamnese plasenta previa
a)	Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
b)	Sifat perdarahan
(1) Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
(2) Tanpa sebab yang jelas
(3) Dapat berulang
c)	Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin.
(1) Pada inspeksi dijumpai :
(a) Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.
(b) Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
2) Pemeriksaan fisik ibu
a) Keadaan normal-syok
b) Kesadaran baik-koma
c) Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
(1)	 Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal
(2)	 Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat
(3)	 Daerah ujung menjadi dingin
(4)	 Tampak anemis
(4)	 Pemeriksaan khusus kebidanan
(5)	 Pemeriksaan palpasi abdomen
(6)	 Pemeriksaan denyut jantung janin
(7)	 Pemeriksaan dalam
(8)	 Pemeriksaan penunjang
Penanganan
Sebaiknya setiap ibu dengan perdarahan dikirim ke Rumah Sakit, apalagi jika timbul
banyak perdarahan. Bila usia kehamilan 37 minggu, perdarahan sedikit sedangkan
keadaan ibu dan anak baik, maka dapat dipertahankan sampai aterm. Bila perdarahan
banyak, hendaknya segera mengahiri kehamilan
Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga, harus
dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Segera melakukan operasi persalinan
untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak serta untuk mengurangi kesakitan dan
kematian.
Tujuan Segera melakukan operasi persalinan adalah :
1)	 Menyelamatkan ibu dan anak
2)	 mengurangi kesakitan dan kematian. Memecahkan ketuban di atas meja operasi
selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
14
15
Solusio plasenta sebagai separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya
korpus uteri sebelum janin lahir
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya
sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di
atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram (2)
Gambaran klinik solusio plasenta
Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang
terlepas.
1) Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan disebut juga ruptura sinus marginalis, ditandai dengan. Perut
terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus, bagian-bagian
janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena
dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung
2) Solusio plasenta sedang
Plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas permukaan Tanda dan
gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga
secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian
disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat
sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin
telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin
telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus
dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Jika janin masih
hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal
mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta
berat
3) Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus
sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak
sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja
belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi
kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal
Faktor Predisposisi
Penyebab primernya masih belum diketahui namun kejadiannya melibatkan berbagai
faktor yang berkaitan dengan :
1)	 Merokok. Meningkatkan 40% risiko solutio plasenta. Semakin banyak merokok
semakin besar risiko solutio plasenta
2)	Penggunaan narkotik. Risiko solutio plasenta berkisar 13-35% dan berkaitan
dengan peningkatan dosis
3)	 Trauma. Trauma pada perut adalah faktor risiko mayor untuk solutio plasenta.
Trauma dapat berkaitan dengan kekerasan rumah tangga dan kecelakaan
kendaraan bermotor. Sabuk pengaman sebaiknya diletakkan di panggul (bawah
perut), bukan di tengah perut
Penanganan aktif
Kriteria
1)	 umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
2)	 Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
3)	 Ada tanda-tanda persalinan.
4)	Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%. Untuk menentukan
tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum, dilakukan pemeriksaan dalam
kamar operasi, infusi transfusi darah terpasang.
Indikasi Seksio Sesarea :
1)	 Plasenta previa totalis.
2)	 Plasenta previa pada primigravida.
3)	 Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
4)	 Anak berharga dan fetal distres
5)	 Plasenta previa lateralis jika :
a)	Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
b)	Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
c)	Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
6)	Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.
Partus per vaginam.
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak
sudah meninggal atau prematur.
1)	 Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi)
jika his lemah, diberikan oksitosin drips.
2)	 Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.
3)	 Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan
(kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap plasenta) hanya
dilakukan pada keadaan darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada
fasilitas untuk melakukan operasi
Komplikasi
1)	 Perdarahan dan syok.
2)	Infeksi.
3)	 Laserasi serviks.
4)	 Plasenta akreta.
5)	Prematuritas
6)	 lahir mati.
b. Solutio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi
normal pada kehamilan trimester ketiga yang menyebabkan timbunan darah antara
plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan penyulit pada ibu dan janin.
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari
implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin
lahir) .
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
16
17
2) Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan
yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya
masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik.
3) Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrino genemia.
4)	 Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi
biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.
5)	 Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/
perkembangan, Hipoksia, anemia, Kematian
Diagnosis
1) Anamnesis :
a)	 Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
b)	 Perdarahanpervaginamyangsifatnyadapathebatdansekonyong-konyong(non-
recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna
kehitaman
c)	 Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
d)	 Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.
e)	 Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2) Inspeksi :
a)	 Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
b)	 Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
c)	 Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
b)	Palpasi
(1)	Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
(2)	Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden
uterus) baik waktu his maupun di luar his.
(3)	Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
(4)	Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
3)	 Auskultasi. Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas
140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas
lebih dari 1/3 bagian.
4)	 Pemeriksaan dalam
a)	 Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
b)	 Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang
c)	 Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan
turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta
5)	Pemeriksaan umum. Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien
sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh
4)	Faktor risiko lain seperti riwayat solutio plasenta sebelumnya, korioamnionitis
(radang pada korion dan cairan ketuban), ketuban pecah dini (≥24jam),
preeklampsia, nutrisi buruk, usia ibu ≥ 35 tahun, sosioekonomi rendah
Tanda dan Gejala
Gejala yang dapat terjadi adalah :
1)	Perdarahan dari vagina berwarna merah terang atau merah gelap, sedikit atau
banyak (tergantung dari lokasi terlepasnya plasenta dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan darah untuk keluar), dan hilang timbul sesuai dengan kontraksi rahim
(20% perdarahan tersembunyi di dalam rahim,
2)	Tidak terjadi perdarahan pervaginam), kontraksi rahim yang menimbulkan rasa
nyeri, shock (penurunan tekanan darah dan tingkat kesadaran), perut terasa keras,
denyut jantung janin tidak terdengar, dan penurunan gerak janin.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG dapat mendeteksi solutio plasenta dan membedakannya dengan
plasenta previa (plasenta berada pada lokasi yang tidak seharusnya yaitu di segmen
rahim bagian bawah atau dekat dengan jalan lahir).
Klasifikasi
1) Menurut derajat pelepasan plasenta dibagi menjadi:
a)	 Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
b)	 Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
c)	 Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas. menurut
bentuk perdarahan
2) Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
a)	 Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma
retroplacenter
b)	 Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .
c)	 Solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:
(1)	Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan,
janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen
plasma >150 mg%
(2)	Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan,
gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan,
kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
(3)	Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin
mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
Komplikasi
1)	 Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi
uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio
plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang
terlihat.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
18
19
terjadi eklampsi
Apakah eklampsia itu?
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan
baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga
sering mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan
kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan
Prinsip Dasar
1)	Ibu hamil atau baru melahirkan mengeluh nyeri kepala hebat atau penglihatan
kabur
2)	 Ibu Hamil atau baru melahirkan menderita kejang atau kehilangan kesadaran /
koma
Tekanan Darah
Penanganan Umum
1)	 Segera Rawat
2)	 Lakukan Penilaian Klinik
3)	 Jika tidak bernafas :
a)	 Bebaskan Jalan nafas
b)	 Berikan Oksigen dengan sungkup
c)	 Lakukan intubasi bila perlu
4)	 Jika kehilangan kesadaran
a)	Bebaskan jalan nafas
b)	Baringkan pada satu sisi
c)	Ukur suhu
d)	Periksa apakah ada kaku kuduk
5)	 Jika pasien syok lakukan pengelolaan syok
6)	 Jika terdapat perdarahan maka lakukan pengelolaan perdarahan
7)	 Jika pasien kejang maka :
a)	 Baringkan pada satu sisi tempat tidur arah kepala sedikit ditinggikan untuk
mencegah aspirasi
b)	 Bebaskan jalan nafas
c)	 Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
d)	 Fiksasi untuk menghindari pasien jatuh
dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil
6)	 Pemeriksaan laboratorium
a)	 Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan
leukosit.
b)	Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah
hipofibrinogenemia
7)	Pemeriksaan plasenta. Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian
plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang
biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.
8)	 Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan
antara lain :Terlihat daerah terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu,
Darah, Tepian plasenta
Terapi
1)	 Solusio plasenta ringan
Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan
berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan
observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan. Bila perdarahan berlangsung
terus, gejala solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah
solusio plasenta bertambah luas, maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin
hidup, dilakukan seksio sesaria, bila janin mati dilakukan amniotomi disusul infus
oksitosin untuk mempercepat persalinan
2)	 Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di rumah
sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio sesaria
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah
terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan.
Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin.
Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah
kelainan pembekuan darah. Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak
berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak memungkinkan, walaupun sudah
dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan
persalinan adalah seksio sesaria
Apoplexi uteroplacenta tidak merupakan indikasi histerektomi. Tetapi jika perdarahan
tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka histerektomi perlu
dilakukan.
5. Prekeklampsia dan eklampsia
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan
darah (high blood pressure) yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam
urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan
pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada trimester III, meskipun
pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan trimester II.
Preeklamsi dapat terjadi ringan sampai berat dan dalam kondisi lebih lanjut dapat
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
20
21
Radiologi
1)	 Ultrasonografi: Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterin. Pernafasan
intra uterus lambat, aktivitas janin lambat dan volume cairan ketuban sedikit
2)	 Kardio toco grafi: Diketahui denyut jantung janin lemah
Penilaian Klinik
Meningkat (TD ≥
140/90 mmHg
Normal
• Nyeri Kepala
• Gangguan
penglihatan
• Hiperrefleksia
• Proteinuria dan
atau koma
HAMIL < 20 MG
Hipertensi kronik
Superimposed
Preeklamsia
HAMIL < 20 MG
Eklamsi
Kejang (+)
Hipertensi
Preeklampsi
ringan
Preeklampsi
BeratBerat
Kejang (-)
Gejala dan tanda Klinis
1)	 Tekanan Darah Diastolik merupakan indicator :
a)	 Mengukur tahanan Perifer
b)	 Tidak terpengaruh keadaan emosi
2)	 Diagnose hipertensi bila tekenan diastolic ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran
berjarak ≥ 1 jam
3)	 Hipertensi dalam kehamilan
a)	 Hipertensi karena Kehamilan
b)	 Hipertensi kronik
Diagnosis
Menurut Mitayani (2009), diagnosis di tegakkan berdasarkan :
1)	Wawancara
a)	Riwayat Kesehatan
b)	Riwayat kesehatan dahulu
c)	Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil
d)	Kemungkinan ibu mempunyai riwayat pre eklamsia pada kehamilan terdahulu
e)	Biasanya mudah terjadi pada ibu yang obesitas
f)	 Ibu mungkin pernah menderita ginjal kronis
g)	Riwayat kesehatan sekarang
(1)	Ibu merasakan sakit kepala di daerah frontal
(2)	Terasa sakit di ulu hati/nyeri eoigastrium
(3)	Gangguan virus : pAndangan mata kabur, skotoma dan diplopic
(4)	Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan
(5)	Gangguan serebral lain misalnya : terhuyung – uyung, refleks tinggi dan tidak
tenang
(6)	 Edema pada ekstremitas
(7)	Tengkuk terasa berat Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu
(8)	Riwayat kesehatan keluarga Kemungkiann mempunyai riwayat pre eklamsia
dan eklamsia dalam keluarga
(9)	Riwayat perkawinan. Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah
usia 20 tahun atau di atas 35 tahun
2)	 Pemeriksaan Fisik
a)	 Tekanan darah
b)	 Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg, tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
(kenaikan tekanan darh sistol 30 mmHg atau lebih kenaikan tekanan diastole15
mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu
atau lebih)
c)	 Keadaan umum
(1)	Lemah
(2)	Kepala Sakit kepala, wajah edema
(3)	Mata ; konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina
(4)	Pencernaan abdomen ;nyeri daerah epigastrium, anoreksi, mual dan muntah
(5)	Ekstremitas : Edema pada kaki dan tangan juga jari
(6)	Sistem pernafasan ; Hiperrefleksia, klonus pada kaki
(7)	Genitourinaria , Oliguria dan protein uria
d)	 Pemeriksaan janin . Bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah
e)	 Pemeriksaan penunjang
(1)	Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darh lengkap denagn hapusan
darah, penurunan hemoglobin, hematokrit meningkat, trombosit menurun
(2)	Urinalisis: Ditemukan protein dalam urin
(3)	Pemeriksaan fungsi hati
(4)	Bilirubin meningkat, LDH meningkat, aspartat Aminomtransferase > 60 UL,
SGPT dan SGOT meningkat, total protein serum menurun.
(5)	Tes kimia darah: Asam urat meningkat
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
22
23
d)	 Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
e)	 Terdapat edema paru dan sianosis.sera adanya ronchi
f)	 Gangguan perkembangan intra uterin
g)	 Gangguan penglihatan : stokoma atau penglihatan kabur
h)	 Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian analgetik biasa
i)	 Trombosit < 100.000/mm3
j)	 Mata : spasme arteri0lar, oedema, ablasio retina
k)	 Koagulasi : Koagulasi intravaskuler disseminate, sindrom HELLP
l)	 Pertumbuhan janin terhambat
m)	Otak odem serebri
n)	 Gagal jantung
3) Eklampsia ditandai dengan gejala preeklampsia berat dan kejang
a)	 Kejang dapatterjadi dengan tidak bergantung pada beratnya hipertensi
b)	 Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupaimkejang pada epilepsy grand mall
c)	 Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama (beberapa jam)
Faktor resiko pre eklamsia
Menurut Chapman Vicky (2006), factor resiko pre eklamsia :
1) Pre eklamsia 10 kali lebih sering terjadi pada primigravida
2) Kehamialn gAnda memiliki resiko lebih dari 2 kali lipat
3) Obesitas (yang dengan indeks masa tubuh > 29) meningkatkan resiko 4 kali lipat.
4) Riwayat hipertensi
5) Diabetes
6) Pre eklamsia sebelumnya (20% resiko kekambuhan)
Menurut Bobak (2004), factor resiko pre eklamsia :
1) Primi gravid, multi para (Mitayani, 2009)
2) Usia < 20 atau > 35 tahun
3) Obesitas
4) Diabetes militus
5) Hipertensi sebelumnya
6) Kehamilan mola
7) Kehamilan gAnda
8) Polihidramnion
9) Pre eklamsia pada kehamilan sebelumnya
Penatalaksanaan
1)	 Penatalaksanaan rawat jalan pasien dengan hipertensi kehamilan tanpa proteinuria
Pada kehamilan > 35 minggu, lakukan pengelolaan rawat jalan
a) Lakukan pemantauan tekanan darah, protein dan kondisi janin setiap minggu
b) Jika tekanan darah meningkat kelolah sebagai preeclampsia
c) Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin yang terhambat, rawat
dan pertimbangkan terminasi Kehamilan
2) Pasien dengan preeklampsia
a)	Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak ada perbaikan, lakukan penilaian 2 kali
seminggu secara rawat jalan.
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan
DIAGNOSA TEKANAN DARAH TANDA LAIN
Hipertensi Tekanan darah ≥ 90 mmHg
atau kenaikan 15 mmHg
dalam 2 kali pengukuran
dengan jarak 1 jam
Proteinuria (-)
Kehamilan > 20 minggu
Preeklampsi ringan sda Proteinuria 1 +
Preeklampsi Berat Tekanan diastolik ≥ 110
mmHg
Proteinuria 2 +
Oliguria
Hiperefleksia
Gangguan penglihatan
Nyeri epigastrium
Eklampsi Hipertensi Kejang
Hipertensi kronik
- Hipertensi kronik
- Superimposed
- Preeklampsia
Hipertensi kronik Kehamilan ‹ 20 minggu
Proteinuria dan tanda lain
dari preeklampsia
Diagnosa
Preeklamsia ringan
Pengertian
Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas
Gejala Preeklampsi
1)	Preeklamsi ringan ditemukan tanpa gejala kecuali peningkatan tekanan darah.
Prognosa menjadi lebih buruk dengan adana proteinuria, Oedema tidak lagi
menjadi suatu tanda yang sahih untuk preeclampsia
a)	 Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau lebih
dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau
sistol 140 mmHg (kurang 160 mmHg), diastol 90 mmHg (kurang 110 mmHg).
b)	 Proteinuria secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif
positif 2.
c)	 Tidak disertai gangguan fungsi organ
2) Preeklampsia berat
Pre-eklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atu lebih disertai protein urin dan atau edema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih
Gejala dan tanda pre eklamsia berat :
a)	 Tekanan darah sistolik >160 dan diastolik >110 mmHg atau lebih.
b)	 Proteinuria > 3gr/liter/24 jam atau positif ≥ 2 +
c)	 Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 400 cc per 24 jam.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
24
25
Eklampsia
Jika kondisi Preeklamsi Berat disertai dengan Kejang
1) Kehamilan
(a)	Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
(b)	Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir,masker
oksigen, oksigen)
(c)	Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
(d)	Aspirasi mulut dan tenggorokan
(e)	Baringkan pasien pada sisi kiri, kepala sedikit lebih tinggi (posisi Fowler) untuk
mengurangi risiko aspirasi
(f)	 Berikan Oksigen 4-6 liter/menit
2) Persalinan
(a)	Pada preeklamsi berat persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan pada
eklampsi dalam 6 jam sejak gejala eklampsi timbul
(b)	Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada
eklampsia) lakukan Seksio Sesaria
(c)	Jika Seksio Sesaria akan dilakukan, perhatikan bahwa:
(1)	Tidak terdapat koagulopati merupakan kontra indikasi anestesi spinal
(2)	Anestesi yang aman/terpilih adalah anestesi umum untuk eklampsi dan spinal
untuk PEB. Dilakukan anestesi local, bila risiko anestsi terlalu tinggi
(d)	Jikaserviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan cara pemberian
prostaglandin/misoprostol
Anti konvulsan
1) Kejang dapat terjadi tanpa tergantung pada berat ringan hipertensi
2) Sifat kejang Tonik Klonik
3) Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMSI DAN EKLAMPSIA
Alternatif I dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40%
selama 5 menit
Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4
(40%) 6 g dalam larutan Ringer Asetat /
Ringer Laktat selama 6 jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit,
berikan MgSO4 (40%) 2 g IV selama 5
menit
Dosis pemeliharaan MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer
Asetat / Ringer Laktat yang diberikan
sampai 24 jam postpartum
Alternatif II Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40%
selama 5 menit
b)	 Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin
c)	 Banyak istirahat (berbaring tidur/mirring).
d)	 Diet : cukup protein, rendah karbohidraat, lemak dan garam
e)	 Tidak perlu diberikan obat
f)	 Jika tidak memungkikan rawat jalan, rawat inap di rumah sakit dengan:
(1) Diet biasa
(2) Pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuri sekali sehari
(3) Tanpa obat
(4) Jika tekanan darah diastolik normal pasien dipulangkan
(a) Nasehat istirahat dan perhatikan tanda preeklamsia
(b) Periksa ulang 2 kali seminggu
(c) Jika tekanan darah sistolik naik maka perlu dirawat kembali
(5)	Jika terdapat tanda perbaiki setelah rawat ulang maka pasien tetap dirawat
(6)	Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat pertimbangkan untuk terminasi
kehamilan
(7)	Jika proteinuri meningkat rawat seperti preeclampsia berat
3) Jika kehamilan > 35 minggu , pertimbangkan terminasi kehamilan
(a)	Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitoksi 5 IU dalam 500 ml RL/IV 10
tetes permenit atau dengan rostaglandin
(b)	Jika serviks belum matang berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter foley
catheter atau secsio sesaria
Pre Eklampsia Berat dan Eklampsia
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih..Bila disertai kejang maka kondisi ini disebut
Eklampsi.
Penatalaksanaan
1)	 Jika tekanan darh diastolik ≥ 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
diastolic antara 90 – 100 mmHg
2)	 Pasang infuse RL dengan jarum besar no 16 atau lebih
3)	 Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi poverload
4)	 Kateterisasi urine untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
5)	 Infus cairan dipertahankan 1.5 – 2 liter/ jam.
6)	 Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin
7)	 Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam
8)	 Auskultasi paru-paru untuk mencari tanda odem paru ( adana kripitasi merupakan
tanda adanya odema paru, jika ada odema paru maka hentikan pemberian cairan
dan berikan deuritika mis ; Furosemide 40 mg IV)
9)	 Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika tidak terjadi pembekuan setelah
7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
26
27
Rangkuman
1. Perdarahan pada kehamilan muda
a.	 Perdarahahn pada kehamilan muda adalah salah satu penyulit pada awal
kehamilan yang dapat menimbulkan dampak psikologis dan biologis bagi
wanita yang mengalaminya. Dampak tersebut sangat ditentukan jenis,
derajat dan komplikasi yang terjadi.
b.	Perlu dipikirkan terjadinya abortus, bila seorang wanita usia reproduksi
datang dengan gejala :terlambat haid, perdarahan per vagina, spasme atau
nyeri perut bawah dan tanpa atau dengan keluarnya massa kehamilan/
konsepsi
c.	 Seorang perempuan datang dengan perdarahan pervagina pada kehamilan
muda, kemungkinan adalah abortus iminens, bila perdarahan disertai
dengan keluarnya sebagian buah kehamilan, disebut abortus inkomplit,
dan bila buah kehamilann keluar lengkap dengan plasenta maka disebut
abortus komplit
d.	 Pada kasus abortus inkomplit dan komplikasi , keadaan yang perlu dikenali
saat identifikasi adalah terjadinya syok karena kondisi ini harus segera
diatasi dan atau distabilkan
e.	 Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh
bergAnda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu
disebut juga hamil anggur atau mata ikan.(Mochtar, Rustam, dkk, 1998 :
238)
f.	 Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Kehamilan
ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau
rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar
biasa misalnya dalam cervik, pars intertistialis atau dalam tanduk rudimeter
rahim.
g.	 Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat
implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang
mencapai aterm. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah keadaan di
mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus
maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.
Biasanya pasien merasakan nyeri yang berlebihan pada apertu bagian
bawah.
2.	 Perdarahan ante partum
a.	 Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada ibu hamil lebih dari 28
Minggu.
b.	 Penyebab perdarahan antepartum
Dosis pemeliharaan Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM
dengan 1 ml Lignokain (dalam semprit
yang sama)
Pasien akan merasa agak panas pada
saat pemberian MgSO4
Sebelum pemberian MgSO4 ulangan,
lakukan pemeriksaan:
Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/
menit
Refleks patella (+)
Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam
terakhir
Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
Hentikan pemberian MgSO4, jika:
Siapkan antidotum
Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/
menit)
Urin < 30 ml/jam pada hari ke 2
Jika terjadi henti nafas:
Bantu pernafasan dengan ventilator
Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml
dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan
sampai pernafasan mulai lagi
Tujuan pengobatan :
1)	 Untuk menghentikan dan mencegah kejang.
2)	 Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis
3)	 Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
4)	 Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
28
29
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia berat yang tidak
teratasi dengan baik. Sehingga menimbulkan kejang sampai koma baik
sebelum, saat atau setelah melahirkan
Hipertensi pada kehamilan yang diikuti dengan keluhan pusing, sakit kepala
dan gangguan penglihatan bahkan kondisi ibu dapat terjadi kejang dan
kehilangan kesadaran.
Prinsip Dasar Preeklamsi
a.	Ibu hamil atau baru melahirkan mengeluh nyeri kepala hebat atau
penglihatan kabur
b.	Ibu Hamil atau baru melahirkan menderita kejang atau kehilangan
kesadaran /koma
c.	 Terdapat peningkatan tekanan darah disertai oedem dan protein urine
d.	 Tanda dan gejala yang ditemukan pada eklampsi adalah Kejang,
TekananDarah diastolik ≥ 90 mmHg dengan usia kehamilan diatas 20
minggudan proteinuria + 2 atau lebih. Tekanan darah diastolik merupakan
indikator dalam penanganan hipertensi karena tekanan diastoli mengukur
tahanan perifer dan tidak tergantung pada keadaan emosional pasien.
Diagnosa hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada 2
kali pengukuran yang berjarak waktu 1 jam atau lebih
Kehamilan diakhiri bila sudah dilakukan stabilisasi (pemulihan) hemodinamik
dan metabolisme ibu. Tindakan seksio sesar dikerjakan dengan
mempertimbangkan keadaan janin atau kondisi ibu
Penanganan Preeklampsi-eklampsi
a.	Pengobatan preeklampsi-eklampsi yang tepat sampai saat ini adalah
MGSO4,
b.	 Dosis awal pemberian 4 gr MgSO4 (40% -IV perlahan (5menit) 10 ml) segera
lanjutkan dengan 6 gr % MgSO4 (40%-15 ml) dalam larutanRinger laktat
c.	 Bebaskan jalan nafas pemberian oksigen + masker 4-6 ltr
d.	 Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
e.	 Mencegah risiko aspirasi pasien baring pada sisi kiri
f.	 Persalinan tidak lebih dari 24 jam pada eklampsi dalam 6 jam sejak gejala
eklampsi timbul
	 1) Plasenta previa
	 Adalah plasenta yang terletak pada segmen bawah rahim, sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Plasenta yang
lokasinya di segmen bawah rahim (SBR) menutupi ostium uteri internum
(OUI) sebagian lepas dari desidua, menimbulkan perdarahan dari uterus
yang mengalir ke kanalis servikalis sebelum persalinan ( umur kehamilan
lebih dari 20 minggu)
	 Sebaiknya setiap ibu dengan perdarahan dikirim ke Rumah Sakit, apalagi
jika timbul banyak perdarahan. Bila usia kehamilan 37 minggu, perdarahan
sedikit sedangkan keadaan ibu dan anak baik, maka dapat dipertahankan
sampai aterm. Bila perdarahan banyak, hendaknya segera mengahiri
kehamilan
Gejala klinis
a)	 Gejala utama plasenta previa adalah pendarahAan tanpa sebab tanpa rasa
nyeri, darah berwarna merah segar. Bagian terdepan janin tinggi (floating)
dan sering dijumpai kelainan letak janin.
b)	 Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat
dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding)
biasanya lebih banyak.
c)	 Janin biasanya masih baik.
	 Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester
ketiga, harus dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam, Segera dilakukan
operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak serta untuk
mengurangi kesakitan dan kematian
a. Solusio previa
	 Plasenta terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba
dan biasanya pasien dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal.
Tanda dan gejala yang nyata adalah uterus sangat tegang seperti papan dan
sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan
syok ibu. Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari berat dan ringan
solusio palasenta atau seberapa bagian plasenta yang terlepas.
3.	Preklampsia
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi
yang dapat dialami oleh setiap ibu hamil, ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine,
pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada
trimester III, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal
masa kehamilan.trimester II. Preeklamsi dapat terjadi ringan sampai berat
dan dalam kondisi lebih lanjut dapat terjadi eklampsi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
30
31
Perdarahan lanjut ( Perdarahan Antepartum)
5.	 Perdarahan sebelum persalinan (Ante Partum Blooding ) dapat disebabkan ….
a.	 Plasenta letak rendah. 				
b.	 Kelainan insersi tali pusat
c.	 Separasi plasenta sebelum bayi lahir		
d.	 Tali pusat pendek 		
e.	 Vasa previa
6.	 Seorang perempuan hamil trimester III datang ke Poli Kebidanan RSU dengan
keluhan mengeluarkan darah segar, tetapi tidak ada tanda sakit /mules..…
Diagnosa apakah yang dapat Anda tentukan ?
a.	 Solusio plasenta		
b.	Abortus
c.	 Tanda inpartu		
d.	 Perdarahan intra partum 			
e.	 Plasenta praevia.
7.	 Seorang perempuanhamil trimester III berusia 27 tahun dibawa oleh suaminya
ke IGD RSU karena tiba-tiba sakit perut hebat, tidak tampak adanya perdarahan
tetapi kondisi perut ibu tampak meregang, mengeluh badanya lemas dan sakit
bila di sentuh Apa diagnosa yang saudara tegakkan ?
a.	 Retensio plasenta
b.	Abortus
c.	 Plasenta praevia
d.	 Solusio plasenta.		
e.	 Perdarahan intra partum 	
		
Preeklamsi /eklamsi
8.	 Seorang perempuan hamil merasakan adanya nyeri kepala yang hebat dan
pAndangan kabur pagi hari ini.
Kemungkinan diagnosa apakah yang dapat ditegakkan ?
a.	 Pre eklamsi berat.			
b.	Eklamsi
c.	 Pre eklamsi ringan			
d.	 Hipertensi kronik
e.	 Hipertensi kehamilan
9.	 Seorangperempuanberumur 28tahun,hasilpemeriksaanpalpasiusia kehamilan
26 minggu, tekanan Darah 90 mmHg pada dua kali pemeriksaan dengan waktu
4jam . maka diagnosa apakah yang paling tepat
a.	 Supper imposed preeklamsi
b.	 Preeklampsi ringan.
c.	 Hipertensi kronik
d.	 Hipertensi yang dipicu oleh kehamilan
e.	Eklampsi
Evaluasi
Formatif
Petunjuk Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang Anda anggap paling benar
Perdarahan kehamilan muda
1.	 Kondisi pertama kali yang harus dikenali pada ibu yang mengalami perdarahan
muda dengan komplikasi adalah ....
a.	Syok.
b.	 Perforasi Uterus
c.	 Infeksi atau sepsis
d.	 Perdarahan pervagina
e.	 Demam tinggi
2.	 Infeksi pada abortus inkomplit ditunjukkan dengan ...
a.	 Sedikit nyeri pada perut bagian bawah
b.	 Tingginya tekanan darah
c.	 Mual dan muntah
d.	 Anemia berat
e.	 Sekret yang berbau.
3.	 Pada pasien dengan pasca abortus, diminta datang kembali ke klinik, apabila
setelah pulang mengalami ....
a.	 Ada perdarahan bercak (spooting)
b.	 Nyeri hebat pada perut bagian bawah.
c.	 Mengalami demam influenza
d.	 Kram ringan pada bagian suprasimpisis
e.	 Sulit tidur dan diikuti sakit kepala
4.	 Hasil pemeriksaan ibu “S” diperoleh data : TD 100/70 mmHg , Nadi 90 kali, tinggi
Fundus Uteri 3 jari bawa pusat, pembukaan 1 jari longgar, dan terdapat jaringan
yang keluar pervagina. Apa diagnosa yang tepat ?
a.	 Abortus iminens
b.	 Mola hidatidosa
c.	 Abortus incomplete.
d.	 Abortus insipiens		
e.	 Abortus komplet
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
32
33
TUGAS
MANDIRI
Silahkan Anda menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan kasus obstetrik pada
materi yang telah ANDA pelajari pada Kegiatan Belajar-1
Petunjuk : Bacalah kasus dibawah ini kemudian diskusikan bersama teman
kelompok untuk menyelesaikan kasus tersebut dibawah ini
Kasus 1
Seorang perempuan berumur 23 tahun mengatakan hamil 3 bulan datang ke
Puskesmas Putri Ayu dengan keluhan perdarahan pervagina sejak 7 hari yang
lalu, hari pertama perdarahan hanya bercak-bercak darah seperti menstruasi,
pada hari ke tiga perdarahan bertambah banyak dan disertai dengan kram pada
perut bagian bawah.ia tidak mendapatkan pengobatan atau nasehat terhadap
gejala yang dialami karena ia dan keluarganya tinggal di daerah terpencil. Wa-
laupun ia segera dibawa ke Puskesmas tetapi perlu waktu 3 hari untuk mencapai
tempat pertolongan. Ibu datang dalam keadaan sadar tetapi ia harus digotong ke
ruang tindakan akibaat kondisinya yang sangat lemah
Berdasarkan kasus tersebut coba Anda lakukan penilaian
1.	 Langkah awal apakah yang harus dilakukan?
2.	 Langkah apa selanjutnya yang dianggap penting terkait dengan pertolongan
yang akan diberikan ?
3.	 Pemeriksaan apa untuk membantu menentukan ?
4.	 Apakah Diagnosa yang sesuai dengan temuan?
5.	 Bagaimana penatalaksanaan dalam persiapan alat dan pasien?
Kasus 2
Seorang perempuan 26 tahun, datang ke klinik Kebidanan Buluran, mengeluh
nyeri kepala yang hebat dan pAndangan kabur. Pada kunjungan yang lalu tekanan
darah dalam batas normal, diberikan informasi tentang tanda bahaya Kehamilan
dan cara mengatasi. Saat ini adalah kunjungan ANC yang ke 3 kali .
Berdasarkan kasus tersebut coba Anda lakukan penilaian :
1.	 Apa saja yang perlu diperiksa dan apa alasannya
2.	 Aspek apa dari pemeriksaan fisik yang akan menolong menentukan diagnose
atau masalah ibu?
3.	 Berdasarkan diagnose Anda , apakah rencana Anda selanjutnya
4.	 Apakah yang perlu dievaluasi
10.	Seorang perempuan berumur 28 tahun, hasil pemeriksaan palpasi usia
kehamilan 26 minggu, tekanan Diastolik 110 mmHg , proteinuria positif 2 dan
oedem ekstremits bawah kandung kemih penuh.
Apa yang harus Anda lakukan?
a.	 Pemberian obat anti hipertensi, infus NaCl dan istirahat total
b.	 Cegah terjadinyaa kejang, siapkan sudip dan miringkan kepala
c.	 Pemberian oksigen sebanyak 6-8 ml, jaga sirkulasi darah dan aspirasi
d.	 Infus RL dan Pemberian 4 gram MgSo4 40% secra IV selama 5 menit serta
pasang dower katether.
e.	 Pengawasan tekanan darah setiap jam, kosongkan kandung kemih dan
lakukan asuhan sayang ibu.
		
Periksalah hasil pekerjaan Anda. Apabila Anda berhasil menyelesaikan tugas (80%)
dengan benar, maka Anda diperkenan-kan untuk mempelajari materi bahasan yang
diuraikan pada Kegiatan Belajar-2
Apabila Anda belum berhasil menyelesaikan penugasan (<80%), maka Anda
disarankan untuk mempelajari kembali uraian materi Kegiatan Belajar-1 terutama
materi pembelajaran yang belum Anda pahami. Setelah selesai mempelajari ulang
materi pembelajaran dan yakin telah memahaminya, barulah Anda mengerjakan
kembali soal-soal tugas Kegiatan Belajar-1.Semoga kali ini, Anda lebih berhasil dan
dapat menyelesaikannya dengan 80% benar atau lebih.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
34
35
Kasus 3
Seorang perempuan hamil berusia 26 tahun datang ke RSU mengeluh mengel-
uarkan darah segar pervagina tanpa disertai rasa nyeri, pada pemeriksaan pal-
pasi bagian terendah belum masuk Pintu Atas Panggul, berdasarkan HPHT usia
kehamilan saat ini adalah 30 minggu.
Berdasarkan kasus tersebut bagaimana sikap Anda , coba Anda lakukan pe-
nilaian
1.	 Apa saja yang perlu diperiksa dan apa alasannya
2.	 Aspek apa dari pemeriksaan fisik yang akan menolong menentukan diag-
nose atau masalah ibu?
3.	 Berdasarkan diagnose Anda , apakah rencana Anda selanjutnya
4.	 Apakah yang perlu dievaluasi
Kasus 4
Seorang perempuan hamil berusia 24 tahun diantar oleh keluarga dan suamin-
ya datang ke RSU dalam keadaan lemah dan mengeluh mengeluarkan darah
sedikit agak kehitaman pervagina dan nyeri bila disentuh, berdasarkan HPHT
usia kehamilan saat ini adalah 28 minggu.
Berdasarkan kasus tersebut bagaimana sikap Anda , coba Anda lakukan pe-
nilaian
1.	 Apa saja yang perlu diperiksa dan apa alasannya
2.	 Aspek apa dari pemeriksaan fisik yang akan menolong menentukan diag-
nose atau masalah ibu?
3.	 Berdasarkan diagnose Anda , apakah rencana Anda selanjutnya
4.	 Apakah yang perlu dievaluasi
Bagaimana menurut ANDA? Apakah ANDA sudah menyelesaikan pemecahan
masalah kasus obstetrik ? Jika sudah, cobalah lanjutkan sampai semua kasus
dapat dibahas, kemudian Anda dapat memeriksa hasil kerja berdasarkan Kunci
Jawaban sehingga diharapkan ANDA dapat menyelesaikan 80% atau lebih ka-
sus obstetrik Kegiatan Belajar-1 dengan benar.
Pada dasarnya, apabila ANDA mempelajari materi yang diuraikan pada Kegiatan
Belajar-1, pastilah tidak sulit untuk menyelesaikan kasus obstetri tersebut. Jika
Anda belum berhasil menyelesaikan kasus sampai 80% benar, sebaiknya ANDA
mempelajari kembali materi pada Kegiatan Belajar-1 terutama bagian-bagian
tertentu yang belum sepenuhnya ANDA pahami. Apabila Anda sudah berhasil
menjawab 80% benar, maka ANDA diperkenankan untuk melanjutkan kegiatan
pembelajaran materi yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-2.
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
KB 1
Tes formatif
1. A
2. E
3. B
4. C
5. A
6. E
7. D
8. A
9. B
10. D
Jawaban Penugasan kasus
Kasus 1
Seorang perempuan berumur 23 tahun mengatakan hamil 3 bulan datang ke
Puskesmas Putri Ayu dengan keluhan perdarahan pervagina sejak 7 hari yang lalu,
hari pertama perdarahan hanya bercak-bercak darah seperti menstruasi, pada hari
ke tiga perdarahan bertambah banyak dan disertai dengan kram pada perut bagian
bawah.ia tidak mendapatkan pengobatan atau nasehat terhadap gejala yang dialami
karena ia dan keluarganya tinggal di daerah terpencil. Walaupun ia segera dibawa ke
Puskesmas tetapi perlu waktu 3 hari untuk mencapai tempat pertolongan. Ibu datang
dalam keadaan sadar tetapi ia harus digotong ke ruang tindakan akibaat kondisinya
yang sangat lemah dan tampak ada sebagian jaringan yang keluar
Berdasarkan kasus tersebut coba Anda lakukan penilaian
1. Langkah awal apakah yang harus dilakukan
Menilai keadaan umum dan menyimpulkan apakah ibu dalam kondisi gawatdarurat,
terkait dengan perdarahan pada kehamilan muda, maka perlu dilakukan evaluasi
medik pada data yang diperlukan. Kondisi yang terkait meliputi
a. Syok (hipovolemik, septic atau neurogenik)
b. Demam tinggi akibat infeksi
c. Trauma intra abdomen terkait dengan upaya pengakhiran kehamilan secara paksa
2. Langkah apa selanjutnya yang dianggap penting terkait dengan pertolongan yang
akan diberikan
Langkah selanjutnya adalah melakukan stabilisasi pasien yang meliputi :
b.	 Menyiapkan alur intrvena dan restorasi cairan (infuse untuk perbaikan deficit
cairan )
c.	 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretika dan anti biotika ( pada
kasus infeksi atau sepsis)
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
36
37
d.	 Memperthankan fungsi jantung dan sirkulasi darah (Perfusi Jaringan)
e.	 Menjaga kelancaran jalan nafas dan system respirasi
f.	 Menjaga suhu tubuh tetap dalam keadaan normal
3. Pemeriksaan apa untuk membantu menentukan diagnose?
a. Pemeriksaan inspekul:
1)	 Tanda kehamilan dari penilaian warna serviks
2)	Melihat sumber perdarahan dan apakah terdapat jaringan atau sisa konsepsi
pada lumen vagina dan kanalis servikalis
3)	Laserasi vagina/kanalis servikalis atau benda asing untuk upaya pengguguran
(kayu, bamboo, ranting pohon, dsb)
b.	 Pemeriksan bimanual
1) Besar dan arah uterus
2) Dilatasi serviks
3) Meraba dan membersihkan jaringan atau sisa konsepsi
4) Massa diluar uterus/parametrial
5) Nyeri goyang seriks
c.	 Laboratorium Sederhana
1) Konsentrasi haemoglobin
2) Uji Kehamilan (Pt)
4. Apakah Diagnosa yang sesuai dengan temuan adalah
Abortus inkomplit yang kemungkinan disertai dengan anemia (perdarahan selama
seminggu dan konfirmasi hasil pemeriksaan HB)
5. Bagaimana penatalaksanaan dalam persiapan alat dan pasien
a.	Setelah kondisi ibu distabilkan lakukan rujukan ke RS atau fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu menangani pelayanan kegadaruratan obstetric dan
neonatal dasar untuk dilakukan intervensi lebih lanjut
b.	 Rujukan dilakukan dengan infuse terpasang
c.	 Mempersiapkan pasien dan keluarga secara psikologis untuk tindakan lanjutan
Kasus 2
Seorang perempuan 26 tahun, datang ke klinik Kebidanan Buluran, mengeluh nyeri
kepala yang hebat dan pAndangan kabur. Pada kunjungan yang lalu tekanan darah
dalam batas normal, diberikan informasi tentang tanda bahaya Kehamilan dan cara
mengatasi. Saat ini adalah kunjungan ANC yang ke 3 kali .
Berdasarkan kasus tersebut coba Anda lakukan penilaian :
1. Apa saja yang perlu diperiksa dan apa alasannya
a.	 Sapa dan terima pasien dengan sopan dan dihargai dengan baik
b.	 Memberitahu ibu dan melakukan pemeriksaan secara cepat untuk menilai tingkat
kesadaran dan tekanan darah, suhu dan frekuensi respirasi
c.	Menanyakan sejak kapan keluhan kepala yang hebat dan pAndangan kabur
dirasakan dan apakah ada penurunan produksi urine dalam 24 jam (BAK)
d.	 Mealkukan pemeriksaan proteinuria
2. Aspek apa dari pemeriksaan fisik yang akan menolong menentukan diagnose atau
masalah ibu?
a.	Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan proteinuria ( jika terdapat tekanan
diastolic > 90 mmHg menunjukkan adanya preeklamsi )
b.	 Melakukan pemeriksaan abomen untuk menilai keadaan janin dan mendengarkan
BJA karena pada preeklaamsi /eklamsi terjadi penurunan fungsi plasenta yang
dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Peningkatan risiko terjadinya
hipoksia pada masa antenatal maupun intranatal dan risiko peningkatan
terjadinya retensio plasenta
3. Berdasarkan diagnose Anda
a.	Diagnosa ditegakkan bila tekanan darah 160/90 mmHg, proteinuria 3+, nyeri
kepala, nyeri epigastrium dan mata kabur atau salah satu diantara keluhan
tersebut, besarna terus sesuai dengan usia kehamilan, BJA dan fetus normal
b.	 Diagnosa adalah preeclampsia berat
4. Apakah rencana Anda selanjutnya
a.	 Pemberian MGSO4 untuk mencegah kejang
b.	 Pemasangan infuse iv NaCl 0,9% atau Ringer laktat
c.	 Memasang dower katether untuk memantau produksi urine dan proteinuria bila
urine kurang dari 30 ml /jam dalam 4 jam ) mak MgSo4 distop
d.	Pengawasan terhadapmasuknya cairan untuk mencegah terjadinya kelebihan
caiaran (fluid overload)
e.	 Lakukan pengawasan terhadap reflek patella, pernafasan dan ttv ibu serta BJJ.
MgSo4 dihentikan bila pernafasan < 16 kali/menit atau menghingnya reflex atella
f.	 Lakukan auskultasi paru setiap jam untuk menilai adanya ronchi atau oedema
paru
g.	 Segera rujuk dengan pasien terpasang infuse dan bila perlu pasang oksigen 6-8
liter
5. Apakah yang perlu dievaluasi?
a.	 Perubahan tekanan darah setelah pemberian pengobatan MgSo4
b.	 Perubahan dilatasi serviks atau kemajuan persalinan
c.	 Perubahan Kondisi janin
d.	 Pengasan dan dukungan psikologis
e.	 Pengobatan anti hipertensi bila tekanan diastolik pada pasca persalinan tidak
berubah dan pengawasan urine
Kasus 3
Seorang perempuan hamil berusia 26 tahun datang ke RSU mengeluh mengeluarkan
darah segar pervagina tanpa disertai rasa nyeri, pada pemeriksaan palpasi bagian
terendah belum masuk Pintu Atas Panggul, berdasarkan HPHT usia kehamilan saat ini
adalah 30 minggu
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
38
39
Daftar
Gambar
Cover
https://muthiahalvira.files.wordpress.
com/2014/09/sc2.jpeg
Gambar praktek obstetri Sumber gambar modul
Berdasarkan kasus tersebut bagaimana sikap Anda , coba Anda lakukan penilaian
1. Langkah awal apakah yang harus dilakukan?
a.	 Kenali kondisi pasien dan pastikan bahwa perdarahan yang terjadi adalah ante
partum blooding (perdarahan pada kehamilan trimester II-III)
b.	Stabilisasi pasien dengan pemasangan infuse atau restorasi cairan karena
perdarahan antepartum merupakan komplikasi yang membahayakan
keselamatan ibu
2. Apakah diagnose yang sesuai dengan temuan?
a.	Menentukan diagnose secara cepat karena sangat mempengaruhi hasil
penatalaksanaan gawat darurat yang terjadi
b.	 Menentukan diagnose berdasarkan data dan HPHT yaitu kemungkinan plasenta
previa
c.	 Pasien dirawat
3. Langkah apa selanjutnya yang dianggap penting terkait dengan pertolongan yang
akan diberikan ?
a.	 Pasien dirawat inap tanpa pemeriksaan dalam
b.	 Lakukan pemantauan klinis
c.	 Kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan tindakan USG dan pengobatan atau
pemeriksaan pematngan paru janin pada kehamilan kurang dari 35 -37 mg
d.	Melakukan tindakan konservatif/pengawasan selama kondisi masih
memungkinkan bayi dan ibu dapat bertahan
e.	 Bila perdarahan berhenti pasien boleh pulang dan segera kembali bila perdarahan
berulang.
f.	 Pada kondisi yang sangat gawat, keselamatan ibu merupakan pertimbangan
utama
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS)
2015

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan MedisKB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medispjj_kemenkes
 
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiManajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiDokter Tekno
 
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam KebidananTeknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidananpjj_kemenkes
 
Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV PersalinanIndah Widi
 
Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahirRobekan jalan lahir
Robekan jalan lahirdhewychabi
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatalmartaagustinasirait
 
Tanggung jawab bidan di tatanan pelayanan kesehatan
Tanggung jawab bidan di tatanan pelayanan kesehatanTanggung jawab bidan di tatanan pelayanan kesehatan
Tanggung jawab bidan di tatanan pelayanan kesehatanmilanurmilayanti
 
Kegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalKegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalErinda Rinawati
 
Manajemen kebidanan komunitas
Manajemen kebidanan komunitasManajemen kebidanan komunitas
Manajemen kebidanan komunitasBayu Fijrie
 
Proses persalinan normal
Proses persalinan normalProses persalinan normal
Proses persalinan normalelisa novi
 
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatalKb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatalpjj_kemenkes
 
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidanan
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang KebidananKB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidanan
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidananpjj_kemenkes
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...Warnet Raha
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanDokter Tekno
 
Pemantauan kesejahteraan janin
Pemantauan kesejahteraan janinPemantauan kesejahteraan janin
Pemantauan kesejahteraan janinChiyapuri
 
Pembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMPembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMAffiZakiyya
 
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Rahayu Pratiwi
 

La actualidad más candente (20)

KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan MedisKB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
 
teknik pemasangan Kateter
teknik pemasangan Kateterteknik pemasangan Kateter
teknik pemasangan Kateter
 
Partus set
Partus setPartus set
Partus set
 
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiManajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
 
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam KebidananTeknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
 
Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV Persalinan
 
Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahirRobekan jalan lahir
Robekan jalan lahir
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
 
Tanggung jawab bidan di tatanan pelayanan kesehatan
Tanggung jawab bidan di tatanan pelayanan kesehatanTanggung jawab bidan di tatanan pelayanan kesehatan
Tanggung jawab bidan di tatanan pelayanan kesehatan
 
Kegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalKegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan Neonatal
 
Manajemen kebidanan komunitas
Manajemen kebidanan komunitasManajemen kebidanan komunitas
Manajemen kebidanan komunitas
 
Proses persalinan normal
Proses persalinan normalProses persalinan normal
Proses persalinan normal
 
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatalKb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal
 
askeb Bayi Baru Lahir NORMAL
askeb Bayi Baru Lahir NORMALaskeb Bayi Baru Lahir NORMAL
askeb Bayi Baru Lahir NORMAL
 
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidanan
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang KebidananKB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidanan
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidanan
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
 
Pemantauan kesejahteraan janin
Pemantauan kesejahteraan janinPemantauan kesejahteraan janin
Pemantauan kesejahteraan janin
 
Pembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMPembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOM
 
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik
 

Similar a KEDARURATAN OBSTETRIK

KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syok
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi SyokKB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syok
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syokpjj_kemenkes
 
KB 1 Tindakan Operatif Kebidanan
KB 1 Tindakan Operatif KebidananKB 1 Tindakan Operatif Kebidanan
KB 1 Tindakan Operatif Kebidananpjj_kemenkes
 
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif KebidananKB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidananpjj_kemenkes
 
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan PenatalaksanaannyaKB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis
4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis
4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologispjj_kemenkes
 
Kb1 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb1 dokumentasi asuhan kehamilanKb1 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb1 dokumentasi asuhan kehamilanpjj_kemenkes
 
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan mudaKb1 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan mudapjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
7. askeb persalinan normal
7. askeb persalinan normal7. askeb persalinan normal
7. askeb persalinan normalpjj_kemenkes
 
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatModul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatpjj_kemenkes
 
Kb2 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb2 dokumentasi asuhan kehamilanKb2 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb2 dokumentasi asuhan kehamilanpjj_kemenkes
 
Praktikum 3 Posyandu
Praktikum 3 PosyanduPraktikum 3 Posyandu
Praktikum 3 Posyandupjj_kemenkes
 
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutpjj_kemenkes
 

Similar a KEDARURATAN OBSTETRIK (20)

KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
 
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syok
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi SyokKB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syok
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syok
 
KB 1 Tindakan Operatif Kebidanan
KB 1 Tindakan Operatif KebidananKB 1 Tindakan Operatif Kebidanan
KB 1 Tindakan Operatif Kebidanan
 
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif KebidananKB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
 
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan PenatalaksanaannyaKB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
 
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
 
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis
4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis
4. asuhan kebidanan neonatal fisiologis dan patologis
 
Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Kb1 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb1 dokumentasi asuhan kehamilanKb1 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb1 dokumentasi asuhan kehamilan
 
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan mudaKb1 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
 
Pedoman praktikum
Pedoman praktikumPedoman praktikum
Pedoman praktikum
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
7. askeb persalinan normal
7. askeb persalinan normal7. askeb persalinan normal
7. askeb persalinan normal
 
Praktikum 4 MTBS
Praktikum 4 MTBSPraktikum 4 MTBS
Praktikum 4 MTBS
 
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatModul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
 
Kb2 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb2 dokumentasi asuhan kehamilanKb2 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb2 dokumentasi asuhan kehamilan
 
Praktikum 3 Posyandu
Praktikum 3 PosyanduPraktikum 3 Posyandu
Praktikum 3 Posyandu
 
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
 

Más de pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakpjj_kemenkes
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiipjj_kemenkes
 

Más de pjj_kemenkes (20)

Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
 
Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iii
 

Último

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 

Último (20)

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 

KEDARURATAN OBSTETRIK

  • 1. Kegawatdaruratan Obstetrik Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 Titik Hindriati Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) SEMESTER 3 OBSTETRI Modul KEGIATAN BELAJAR I Kedaruratan Obstetri pada kehamilan
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 2 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan i Kata Pengantar Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Mahaesa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan MODUL TIGA dari EMPAT MODUL dalam Mata Kuliah Obstetri yang berjudul Kegawatdaruratan Obstetrik. Modul Obstetri ini disusun dalam rangka membantu proses pembelajaran program Diploma III kebidanan dengan sistem pembelajaran jarak jauh yang disusun bagi mahasiswa dengan latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit untuk ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan. Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya modul ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat : a. Menteri Kesehatan Republik Indonesia b. Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia c. Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia d. Australian Government Overseas Aid Program (AusAID) e. Tim editor modul Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat kami harapkan. Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang menggunakan system jarak jauh. Jakarta, Juli 2013 Gambar : Pengecekan cabang bayi Daftar Istilah ISTILAH KETERANGAN KB Kegiatan Belajar yaitu Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa baik secara mandiri maupun berkelompok APB Ante partum Blooding adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester II atau III Abortus Perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester I Hcg Hormone corionic Gonadotropin adalah hormon yang dihasilkan oleh oleh plasenta HPHT Hari Pertama Hari terakhir adalah patokan untuk menghitung usia kehamilan USG Ultra Sonografi adalah alat yang digunakan untuk monitor kondisi janin dalam rahim (kandungan) Cairan Isotonik Adalah cairan fisiologi dengan komposisinya sesuai dengan cairan tubuh.seperti NaCL0.9% yaitu Natrium Clorida dan RL atau Ringer Laktat. Distocia Penyulit dalam proses persalinan Tirah baring Istirahat total ditempat tidur
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 3 4 Tujuan Pembelajaran Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan di dalam modul ini diharapkan Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus kedaruratan obstetrik pada kehamilan dan penatalaksanaannya yang meliputi kasus perdarahan, preeklamsi dan eklamsi serta hiperemisis gravidarum. Dengan mempelajari modul ini, Anda akan memperoleh manfaat berupa peningkatan pemahaman Anda tentang pentingnya memahami kasus-kasus kegawatdaruratan kebidanan sehingga nantinya Anda akan dapat lebih fokus dalam melakukan identifikasi, pengambilan keputusan dan cara melakukan penanganan kasus kedaruratan kebidanan dilingkungan kerja Anda sesuai dengan prinsip kegawatdaruratan. Pendahuluan Rekan Mahasiswa, selamat Anda telah berhasil menyelesaikan modul 2 untuk mata kuliahObstetri, sehingga Anda diperkenankan unruk mempelajari modul yang ke- 3. Modul ini berjudul “Kegawatdaruratan Obstetrik ”. Sedangkan yang menjadi fokus pembahasan adalah mengenai: (1) kegawatdaruratan obstetrik pada kehamilan, (2) kegawatdaruratan obstetrik pada persalinan (3) kegawatdaruratan obstetrik pada masa nifas, dan (4) penanganan kegawatdaruratan kebidanan. Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu mengidentifikasi kasus kegawatdaruratan atas dasar pemahaman tentang kegawatdaruratan kebidanan. Modul ini direncanakan agar Anda dapat mempelajari secara mandiri sebelum kegiatan pembelajaran secara tatap muka dengan tutor. Oleh karena itu Anda diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan modul ini melalui belajar mandiri ataupun berkelompok untuk berdiskusi dalam rangka pemecahan masalah, sehingga ketika pertemuan dengan tutor maka Anda dapat (1) mendiskusikan materi pembelajaran yang belum sepenuhnya Anda pahami,(2) mendapatkan penjelasan tambahan, dan (3) mampu mengidentifikasi dan menunjukkan hasil pemecahan masalah yang telah dilakukan oleh kelompok belajar. Beban studi pada mata kuliah ini adalah 2 SKS dan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari modul ini adalah sekitar 180 menit. Pada saat pertemuan atau tatap muka, Anda diharapkan membuat catatan-catatan tentang hal- hal yang perlu didiskusikan selama kegiatan pembelajaran. Akhirnya, selamat belajar dan semoga SUKSES !
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 5 6 Materi Pembelajaran Materi yang disajikan dalam modul ini dibagi ke dalam 4 (empatI kegiatan belajar yang meliputi: 1. Kegiatan Belajar 1 : Kedaruratan obstetrik pada kehamilan a. Pengertian Kedaruratan obstetri pada kehamilan b. Jenis kasus kedaruratan obstetri pada kehamilan 1) Perdarahan pada trimester I dan III 2) Preeklamsi dan eklamsi 2. Kegiatan Belajar 2 : Kedaruratan obstetrik pada persalinan a. Pengertian Kedaruratan obstetri pada persalinan b. Jenis kasus kedaruratan obstetri pada persalinan dan penatalaksanaannya 1) Partus lama/macet 2) Distosia kelainan alat kandungan 3) Distocia kelainan janin 4) Distosia bahu 5) Ruptur uterus 3. Kegiatan Belajar 3 : Kegawatdaruratan obstetric pada masa nifas a. Pengertian Kedaruratan obstetri pada masa nifas b. Jenis kasus kedaruratan obstetri pada masa nifas & Penatalaksanaannya 1) Perdarahan Post Partum 2) Sepsis Purpuralis 3) Infeksi Nifas 4. Kegiatan Belajar 4 : Syok Obstetri a. Pengertian syok Obstetri b. Penatalaksanaan pada kasus syok obstetri dalam kedaruratan obstetri 1) Prinsip dasar pelaksanaan Kedaruratan obstetrik 2) Penilaian awal 3) Penilaian klinik lengkap 4) Penanganan syok obstetri Petunjuk Umum Belajar Sebagai mahasiswa, Anda haruslah mempelajari Modul ini secara bertahap, yaitu dimulai dari materi pembelajaran yang disajikan pada Kegiatan Belajar-1. Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-1 dan mengerjakan soal-soal latihannya serta telah benar-benar yakin memahaminya, barulah Anda diperkenankan untuk mempelajari materi pembelajaran yang disajikan pada Kegiatan Belajar-2. demikian juga untuk Kegiatan Belajar-3 Anda harus melakukan kegiatan sama dengan kegiatan Belajar 1 & 2 dengan baik Sebelum melanjutkan Kegiatan Belajar-4, Anda haruslah benar-benar telah memahami seluruh atau sebagian besar materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-1,2 dan 3. beserta soal-soal latihan sebelum meminta kesempatan atau waktu kepada tutor/nara sumber untuk mengerjakan soal-soal atau Tes Akhir Modul (TAM). Di dalam modul ini tersedia beberapa soal latihan dan hendaknya semua soal latihan ini Anda kerjakan. Setelah mengerjakan semua soal latihan yang ada diharapkan Anda akan dapat menilai sendiri tingkat penguasaan atau pemahaman Anda terhadap materi pembelajaran yang terdapat di dalam modul ini. Keuntungan lainnya dari mengerjakan soal-soal latihan adalah bahwa Anda dapat mengetahui bagian-bagian mana dari materi pembelajaran yang telah Anda pahami yang masih belum sepenuhnya Anda pahami. Sebagai mahasiswa, Anda akan mendapat kesempatan pada kegiatan belajar secara tatap muka untuk membahas materi pembelajaran yang kemungkinan belum berhasil Anda pahami selama belajar mandiri. Selama kegiatan belajar secara tatap muka, nara sumber bertindak sebagai fasilitator. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara membahas masing-masing materi pokok atau berdasarkan materi pembelajaran yang masih belum atau sulit Anda pahami. Maka sebaiknya Anda sebagai mahasiswa membentuk kelompok-kelompok kecil dalam mendiskusikan materi pokok yang diuraikan di dalam modul ini. Hasil diskusi kelompok disajikan oleh setiap kelompok guna mendapatkan tanggapan dari kelompok-kelompok lainnya. Kemudian, kesimpulan dirumuskan bersama pada akhir penyajian hasil diskusi kelompok. Jika tidak ada pembentukan kelompok, maka pada akhir pembahasan masing-masing materi pokok, Anda dapat merumuskan sendiri kesimpulan atau merumuskan secara bersama-sama dengan sesama teman mahasiswa atau dapat juga meminta bimbingan tutor/nara sumber. Pada materi pembelajaran “Kedaruratan obstetrik “ ini untuk kegiatan mandiri dapat saja dikurangi. Namun dalam kegiatan kelompok Anda dapat lakukan lebih sering sebagai ganti kemandirian, porsi waktu untuk kegiatan praktik secara individual dapat lebih diperbanyak.Pada akhir kegiatan pembelajaran secara tatap muka, diharapkan Anda dapat mengidentifikasi kasus kasus yang berhubungang dengan kedaruratan kebidanan misalnya perdarahan masa hamil, bersalin dan nifas serta penanganannya. Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan belajar tatap muka, fasilitas yang dibutuhkan adalah Ruangan kelas, LCD projector, laptop/PC, whiteboard dan alat tulis.
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 1 Kegiatan Belajar 1 Tujuan Pembelajaran Umum Setelah selesai mempelajari materi pada KB 1 ini, Anda diharapkan mampu mengidentifikasi kasus-kasus kedaruratan Obstetri pada kehamilan dan penatalaksanaannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, secara kusus Anda diharapkan dapat menjelaskan: • Pengertian kedaruratan obstetri pada kehamilan, • Tanda bahaya pada kasus kedaruratan obstetri, • Kedaruratan obstetri pada kasus Perdarahan pada kehamilan muda, • Kedaruratan obstetri pada kasus perdarahan pada kehamilan lanjut atau Ante Partum Blooding, dan • Kedaruratan obstetri pada kasus preklampsi pada kehamilan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut di atas, maka pokok-pokok materi • Pengertian kedaruratan obstetri pada kehamilan, • Tanda bahaya pada kasus kedaruratan obstetri, • Kedaruratan obstetri pada kasus Perdarahan pada kehamilan muda, • Kedaruratan obstetri pada kasus perdarahan pada kehamilan lanjut atau Ante Partum Blooding, dan • Kedaruratan obstetri pada kasus preklampsi pada kehamilan. KEDARURATAN OBSTETRIK PADA KEHAMILAN Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok - Pokok Materi
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 2 3 Uraian Materi 1. Pengertian Kedaruratan obstetri pada kehamilan Mungkin Anda telah mengetahui apa itu kedaruratan obstetrik dan tanda-tanda bahaya dalam masa antenatal. Tuliskan apa yang Anda ketahui tersebut pada kotak berikut ini: Bagaimana, apakah Anda sudah selesai menuliskan jawabannya, jika sudah sekarang cocokkan jawaban Anda dengan uraian berikut ini. Kedaruratan obstetrik pada kehamilan adalah kejadian yang tidak dapat diduga dan memerlukantindakansegerapadakasuskehamilandanmerupakan pengenalangejala dan tanda yang dapat mengancam keselamatan jiwa dan upaya mempertahankan kehidupan 2. Tanda bahaya dalam masa periode antenatal a. Mual mutah yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari b. Perdarahan pervagina c. Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak menghilang d. Perubahan visual yang secara tiba-tiba e. Bengkak pada muka dan tangan 3. Perdarahan pada kehamilan muda a. Abortus Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin. Pada abortus septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan gejala iritasi peritoneum, dan kemungkinan syok. Etiologi Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya 1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. 2) Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/ genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus Tuliskan apa yang anda ketahui atau kurang sempurna dan pengaruh zat - zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus. 3) Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa : a) Gangguan pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun. b) Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma. c) Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, d) Kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umumRahim melengkung ke depan, mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim. Klasifikasi Abortus dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain : 1) Abortus Komplet. Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu. 2) Abortus Inkomplet. Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal. 3) Abortus Insipiens. Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim. 4) Abortus Iminens. Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim. 5) MissedAbortion.Abortusyangditandaidenganembrioataufetusterlahmeninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan. 6) Abortus Habitualis. Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih. 7) Abortus Infeksius adalah Abortus yang disertai infeksi organ genitalia. 8) Abortus Septik. Abortus yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dan produknya kedalam sirkulasi sistemik ibu. Gambar 1 : Abortus pada kehamilan 16 minggu. Penatalaksanaan 1) Pikirkan terjadinya abortus Bila seorang wanita usia reproduksi datang dengan gejala sebagai berikut: a) terlambat haid
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 4 5 4). Pengenalan komplikasi dan stabilisasi klien merupakan upaya awal yang harus dilakukan sebelum berlanjut pada terapi definitif b. Mola Hidatidosa Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.(Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 238) Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339) Gambar 2. Kehamilan dengan molahidatiosa Gambaran klinik 1) Amenore dan tanda-tanda kehamilan 2) Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola. 3) Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. 4) Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih. 5) Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu. (Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266) Penatalaksanaan Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah : 1) Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis 2) Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan Evaluasi klinik dengan fokus pada: a) Riwayat haid terakhir dan kehamilan b) Perdarahan tidak teratur atau spotting c) Pembesaran abnormal uterus, Pelunakan serviks dan korpus uteri d) Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin : Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson 3) Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera 4) Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus) b) perdarahan per vaginam c) spasme atau nyeri perut bawah d) keluarnya massa kehamilan/konsepsi 2) Segera kenali komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu hamil dengan perdarahan pada kehamilan muda: a) Syok b) Perdarahan hebat c) Infeksi/Sepsis d) Trauma intra abdomen 3) Evaluasi Medik Abortus Pasien yang datang dengan keluhan perdarahan, perlu dianamnesa untuk mengetahui derajat abortus yang dialami ; Evaluasi medik Penilaian (Anamnenesa & Pemeriksaan fisik) Riwayat Medik a) Lamanya tidak haid (HPHT) dan dugaan usia kehamilan b) Lama dan jumlah perdarahan pervagina c) Apakah sedang menggunakan alat kontraasepsi (AKDR, Implan, suntik atau pil) d) Intensitas dan lamanya spasme e) Nyeri abdomen atau punggung (dugaan trauma intra abdomen) f) Adakah jaringan yang keluar (masa kehamilan) g) Alergi Obat h) Gangguan pembekuan darah atau perdarahan i) Minum jamu atau obat-obatan yang tidak jelas j) Kondisi gangguan kesehatan lain Pemeriksaaan fisik a) Periksa dan catat tanda-tanda vital (Nadi, tekanan darah, temperature dan pernafasan) b) Nilai keadaan umum ibu (Anemia, kelemahan, kurang gizi) c) Periksa jantung dan paru-paru d) Periksa abdomen (kembung dengan bising usus melemah, tegang dan nyeri tekan pada suprapubik/ pelvik dan intensitas nyeri, nyeri ulang lepas, tumor) Pemeriksaan Pang- gul a) Lakukan pemeriksaan dengan speculum (inspekulo) dan pemeriksaan bimanual b) Bersihkan bekuan darah dan masa kehamilan dalam vagina dan ostium serviks c) Perhatikan apakah ada secret berbau d) Sifat dan jumlah perdarahan e) Pembukaan serviks f) Besarnya uterus apakah sesuai dengan HPHT, konsistensi dan arah uterus g) Nyeri goyang serviks atau nyeri tekan parametrium atau nyeri ada organ genetalia h) Tumor serviks
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 6 7 perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik. Nyeri dapat unilateral atau bilateral, pada abdomen bagian bawah, seluruh abdomen, atau hanya di bagian atas abdomen. Umumnya diperkirakan, bahwa nyeri perut yang sangat menyiksa pada suatu ruptur kehamilan ektopik, disebabkan oleh darah yang keluar ke dalam kavum peritoneum. Tetapi karena ternyata terdapat nyeri hebat, meskipun perdarahannya sedikit, dan nyeri yang tidak berat pada perdarahan yang banyak, jelas bahwa darah bukan satusatunya sebab timbul nyeri. Darah yang banyak dalam kavum peritoneal dapat menyebabkan iritasi peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri yang bervariasi. Gambar 3: Lokasi kehamilan ektopik Amenorea atau gangguan haid merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. Bercak darah (spotting) atau perdarahan vaginal merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, da berasal dari uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan biasanya sedikit, berwarna coklat tua, dan dapat intermiten atau terus menerus. Pada pemeriksaan dalam ditemukan bahwa usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri dan kavum Doglas teraba menonjol, berkisar dari diameter 5 sampai 15 cm, dengan konsistensi lunak dan elastic. Penatalaksanaan 1) Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah usaha-usaha yang dilakukan sebelum sakit (prepatogenesis), antara lain a) Perbaikan dan peningkatan status gizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti infeksi akibat gonorea, radang panggul. Keadan gizi buruk dan keadaan kesehatan yang rendah menyebabkan kerentanan terhadap penyakitinfeksipadaalatgenitaliasehinggaberisikotinggiuntukmenderitakehamilan ektopik b) Menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko kehamilan ektopik seperti tidak merokok terutama pada waktu terjadi konsepsi, menghindari hubungan seksual 5) Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. 6) Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : a) Segeralakukanevakuasijaringanmoladansementaraprosesevakuasiberlangsung b) Berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40- 60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat). c) Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai d) Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi e) Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfuse f) Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu g) Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi c. Kehamilan ektopik Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervik, pars intertistialis atau dalam tanduk rudimeter rahim. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai aterm.Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien. Gejala dan Gambaran Klinis Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas. Pada umumnya penderita menunjukkan gejala gejala seperti pada kehamilan muda yakni mual, pembesaran disertai rasa agak sakit padapayudarayangdidahuluiketerlambatanhaid.Disampinggangguanhaid,keluhan yang paling sering ialah nyeri di perut bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur. Kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda, dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehmilan, derajat
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 8 9 douglasiyangmenonjoldannyerirabamenunjukkanadanyahematoceleretrouterina. Suhu kadang-kadang bisa naik sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik. (4) Terapi medikamentosa dan penatalaksanaan bedah Dewasa ini penanganan kehamilan ektopik yang belum terganggu dapat dilakukan secara medis ataupun bedah. Secara medis dengan melakukan injeksi lokal methotrexate (MTX), kalium klorida, glukosa hiperosmosis, prostaglandin, aktimiosin D dan secara bedah dilaksanakan melalui : Pembedahan konservatif dimana integritas tuba dipertahankan. Pembedahan konservatif mencakup 2 teknik yang kita kenal sebagai salpingostomi dan salpingotomi. Salpingostomi adalah Pembedahan radikal Dimana salpingektomi dilakukan, Salpingektomi diindikasikan pada keadaankeadaan berikut ini: (a) kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu), (b) pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif, (c) terjadi kegagalan sterilisasi, (d) telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya, (e) pasien meminta dilakukan sterilisasi, (f) perdarahan berlanjut pascasalpingotomi, (g) kehamilan tuba berulang, (h) kehamilan heterotopik, dan (i) massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm. 3) Pencegahan Tersier Pencegahan tersier meliputi program rehabilitasi (pemulihan kesehatan) yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari Kehamilan Ektopik meliputi : rehabilitasi mental dan social yakni dengan memberikan dukungan moral bagi penderita terutama penderita yang infertile akibat Kehamilan Ektopik agar tidak berkecil hati, mempunyai semangat untuk terus bertahan hidup dan tidak putus asa sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna. Skema 1: Penatalaksanaan Abortus Prinsip Penatalaksanaan pada kasus abortus dalam kedaruratan obstetri adalah Evakuasi sisa konsepsi, namun sesuai dengan Kepmenkes no 900/Menkes/SK/2002, maka bidan hanya mempunyai kewenangan dalam penanganan abortus iminens dan jika pasien abortus iminens tetap mengalami perdarahan atau kondisinya memburuk maka harus di rujuk multipartner (seks bebas) ataiu tidak berhubungan selain dengan pasangannya. c) Memberikandanmenggalakkanpendidikankesehatankepadamasyarakatseperti penyuluhan mengenai kehamilan ektopik, pendidikan tentang seks yang bertanggung jawab dan nasehat perkawinan melalui berbagai media, sekolah-sekolah, kelompok pengajian dan kerohanian. d) Penggunaan kontrasepsi yang efektif. Dewasa ini masih terus dilakukan kegiatan untuk menemukan suatu cara kontrasepsi hormonal yang mempunyai efektivitas tinggi dan efek sampingan yang sekecil mungkin. Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap paling efektif. 2) Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder merupakan upaya menghentikan proses penyakit lebih lanjut, mencegah terjadinya komplikasi dengan sasaran bagi mereka yang menderita atau terancam menderita kehamilan ektopik, meliputi : a) Program penyaringan Usaha pencegahan sekunder dapat dilakukan melalui program penyaringan (screening) bagi wanita yang beresiko terhadap kejadian PMS sehingga diagnosis dapat ditegakkan sedini mungkin dan dapat segera memperoleh pengobatan secara radikal untuk mencegah terjadinya radang panggul yang beresiko menimbulkan kehamilan ektopik. b) Diagnosa dini Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang obstetrik memberikan kemungkinan kehamilan ektopik dapat ditegakkan diagnosisnya secara dini yaitu sebelum gejala-gejala klinik muncul, (sebelum kehamilan ektopik pecah). Dalam hal ini pemeriksaan prenatal dini dalam trimester pertama sangat penting bagi pasien- pasien yang beresiko tinggi terhadap kejadian kehamilan ektopik. Mereka yang dianggap beresiko tinggi terhadap kehamilan ektopik antara lain adalah wanita yang pernah menjalani bedah mikro saluran telur, pernah menderita peradangan dalam rongga panggul, menderita penyakit pada tuba, pernah menderita kehamilan ektopik sebelumnya, akseptor AKDR atau pil bila terjadi kehamilan tidak sengaja, dan pada kehamilan yang terjadi dengan teknik-teknik reproduksi. Maka perlu dilakukan : (1) Anamnesa Terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil muda dan gejala hamil lainnya. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, dan perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah. (2) Pemeriksaan umum Pasien tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut dapat ditemukan tanda-tanda syok.11 (3) Pemeriksaan ginekologi Tanda-tanda kehmilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba maka akan terasa sedikit membesar dan kadang- kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Cavum
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 10 11 Klasifikasi Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologik. Sehingga klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta previa total pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa pada pembukaan 8 cm. Beberapa klasifikasi plasenta previa: 1) Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm a) Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostea. b) Plasenta previa lateralis; bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi : (1) Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian belakang. (2) Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian depan. (3) Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea yang ditutupi plasenta. 2) Menurut Browne: a) Tingkat I, Lateral plasenta previa : Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan. b) Tingkat II, Marginal plasenta previa: Plasenta mencapai pinggir pembukaan (Ostea). Gejala klinis 1) Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya berulang darah biasanya berwarna merah segar. Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak janin. 2) Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. 3) Janin biasanya masih baik. Pemeriksaan in spekulo 1) Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan cervix dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta harus dicurigai. 2) Penentuan letak plasenta tidak langsung dapat dilakukan dengan radiografi, radio sotop dan ultrasonografi. Akan tetapi pada pemerikasaan radiografi clan radiosotop, ibu dan janin dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan USG tidak menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan cara ini dianggap sangat tepat untuk menentukan letak plasenta. 3) Penentuan letak plasenta secara langsung Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi. Perabaan forniks. Mulai dari forniks posterior, apa ada teraba tahanan lunak (bantalan) antara bagian terdepan janin dan jari kita. Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. 4. Perdarahan lanjut atau perdarahan Ante Partum (tri mester II & III) Adalah perdarahan pervaginam setelah usia gestasi 22 minggu dan sebelum persalinan dimulai. a. Etiologi Penyebab tersering pada perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan persalinan. Perdarahan ini mengaburkan onset persalinan, perdarahan ini kurang dan bercampur mucus, dan hasil dari robeknya vena-vena kecil saat cervix berdilatasi dan mengaburkan mulainya persalinan. Pada Trimester II kehamilan perdarahan sering disebabkan partus prematurus, solusio plasenta, mola dan inkompetensi servik. Pada Trimester III (Perdarahan Ante Partum), adalah perdarahan terjadi setelah umur kehamilan 29 minggu atau lebih, WHO (4,9,10) ini dapat terjadi oleh solusio plesenta atau plasenta previa. Perdarahan disini lebih berbahaya dibanding umur kehamilan kurang dari 28 minggu, sebab faktor plasenta, dimana perdarahan plasenta biasanya hebat sehingga mengganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta nutrisi dari ibu kepada janin. Kasus ini harus ditangani oleh dokter spesialis dan ditunjang dengan pemeriksaan USG. b. Plasenta previa Adalah plasenta yang terletak pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Plasenta yang lokasinya di segmen bawah rahim (SBR) menutupi ostium uteri internum (OUI) sebagian lepas dari desidua, menimbulkan perdarhan dari uterus yang mengalir ke kanalis servikalis sebelum persalinan ( umur kehamilan lebih da 20 minggu) Faktor Predisposisi : 1) Multiparitas dan umur lanjut ( >/ = 35 tahun). 2) Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik dan inflamatorotik. 3) Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC, Kuret, dll). 4) Chorion leave persisten. 5) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi. 6) Konsepsi dan nidasi terlambat. 7) Plasenta besar pada hamil gAnda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis. Gambar 4. Gambar insersi plasenta
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 12 13 3) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup. Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan: a) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian. b) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut. c) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap d) melakukan rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup. e) Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan : (1) Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan. (2) Sedapat mungkin diantar oleh petugas. (3) Dilengkapi dengan keterangan secukupnya. (4) Persiapan donor darah untuk transfusi darah. (5) Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan. (6) Sedapat mungkin diantar oleh petugas. (7) Dilengkapi dengan keterangan secukupnya. (8) Persiapan donor darah untuk transfusi darah. f) Bila pasien dalam keadaan syok karena pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau tranfusi darah. Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada : (1) Keadaan umum pasien, kadar hb. (2) Jumlah perdarahan yang terjadi. (3) Umur kehamilan/taksiran BB janin. (4) Jenis plasenta previa. (5) Paritas clan kemajuan persalinan. Penanganan Ekspektif Kriteria : 1) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu. 2) Perdarahan sedikit 3) Belum ada tanda-tanda persalinan 4) Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih . Rencana Penanganan : 1) Istirahat baring mutlak. 2) Infus D 5% dan elektrolit 3) Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia. 4) Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah. 5) Pemeriksaan USG. 6) Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin. 7) Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien, ditunggu sampai kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan secara aktif. Jari dimasukkan hati-hati kedalam OUI untuk meraba adanya jaringan plasenta. Diagnosa Diagnosa awal yang dapat dilakukan adalah : 1) Curigai setiap perdarahan antepartum 2) Pada anamnesa perdarahan terjadi setelah kehamilan 22 minggu tanpa disertai nyeri dan tanpa sebab (tiba.tiba) 3) Pada palpasi bagian terendah belum masuk ke pintu atas panggul Diagnosis plasenta previa 1) Anamnese plasenta previa a) Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu. b) Sifat perdarahan (1) Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba (2) Tanpa sebab yang jelas (3) Dapat berulang c) Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin. (1) Pada inspeksi dijumpai : (a) Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal. (b) Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis. 2) Pemeriksaan fisik ibu a) Keadaan normal-syok b) Kesadaran baik-koma c) Pada pemeriksaan dapat dijumpai : (1) Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal (2) Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat (3) Daerah ujung menjadi dingin (4) Tampak anemis (4) Pemeriksaan khusus kebidanan (5) Pemeriksaan palpasi abdomen (6) Pemeriksaan denyut jantung janin (7) Pemeriksaan dalam (8) Pemeriksaan penunjang Penanganan Sebaiknya setiap ibu dengan perdarahan dikirim ke Rumah Sakit, apalagi jika timbul banyak perdarahan. Bila usia kehamilan 37 minggu, perdarahan sedikit sedangkan keadaan ibu dan anak baik, maka dapat dipertahankan sampai aterm. Bila perdarahan banyak, hendaknya segera mengahiri kehamilan Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga, harus dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak serta untuk mengurangi kesakitan dan kematian. Tujuan Segera melakukan operasi persalinan adalah : 1) Menyelamatkan ibu dan anak 2) mengurangi kesakitan dan kematian. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 14 15 Solusio plasenta sebagai separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram (2) Gambaran klinik solusio plasenta Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang terlepas. 1) Solusio plasenta ringan Solusio plasenta ringan disebut juga ruptura sinus marginalis, ditandai dengan. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus, bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung 2) Solusio plasenta sedang Plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat 3) Solusio plasenta berat Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal Faktor Predisposisi Penyebab primernya masih belum diketahui namun kejadiannya melibatkan berbagai faktor yang berkaitan dengan : 1) Merokok. Meningkatkan 40% risiko solutio plasenta. Semakin banyak merokok semakin besar risiko solutio plasenta 2) Penggunaan narkotik. Risiko solutio plasenta berkisar 13-35% dan berkaitan dengan peningkatan dosis 3) Trauma. Trauma pada perut adalah faktor risiko mayor untuk solutio plasenta. Trauma dapat berkaitan dengan kekerasan rumah tangga dan kecelakaan kendaraan bermotor. Sabuk pengaman sebaiknya diletakkan di panggul (bawah perut), bukan di tengah perut Penanganan aktif Kriteria 1) umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram. 2) Perdarahan banyak 500 cc atau lebih. 3) Ada tanda-tanda persalinan. 4) Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%. Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum, dilakukan pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah terpasang. Indikasi Seksio Sesarea : 1) Plasenta previa totalis. 2) Plasenta previa pada primigravida. 3) Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang 4) Anak berharga dan fetal distres 5) Plasenta previa lateralis jika : a) Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak. b) Sebagian besar OUI ditutupi plasenta. c) Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior). 6) Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat. Partus per vaginam. Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak sudah meninggal atau prematur. 1) Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) jika his lemah, diberikan oksitosin drips. 2) Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC. 3) Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi Komplikasi 1) Perdarahan dan syok. 2) Infeksi. 3) Laserasi serviks. 4) Plasenta akreta. 5) Prematuritas 6) lahir mati. b. Solutio Plasenta Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga yang menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan penyulit pada ibu dan janin. Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir) .
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 16 17 2) Gagal ginjal Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. 3) Kelainan pembekuan darah Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrino genemia. 4) Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire) Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. 5) Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/ perkembangan, Hipoksia, anemia, Kematian Diagnosis 1) Anamnesis : a) Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut b) Perdarahanpervaginamyangsifatnyadapathebatdansekonyong-konyong(non- recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman c) Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti d) Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. e) Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain. 2) Inspeksi : a) Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan. b) Pucat, sianosis dan berkeringat dingin. c) Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu). b) Palpasi (1) Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. (2) Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his. (3) Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas. (4) Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang. 3) Auskultasi. Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari 1/3 bagian. 4) Pemeriksaan dalam a) Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup. b) Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang c) Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta 5) Pemeriksaan umum. Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh 4) Faktor risiko lain seperti riwayat solutio plasenta sebelumnya, korioamnionitis (radang pada korion dan cairan ketuban), ketuban pecah dini (≥24jam), preeklampsia, nutrisi buruk, usia ibu ≥ 35 tahun, sosioekonomi rendah Tanda dan Gejala Gejala yang dapat terjadi adalah : 1) Perdarahan dari vagina berwarna merah terang atau merah gelap, sedikit atau banyak (tergantung dari lokasi terlepasnya plasenta dan berapa lama waktu yang dibutuhkan darah untuk keluar), dan hilang timbul sesuai dengan kontraksi rahim (20% perdarahan tersembunyi di dalam rahim, 2) Tidak terjadi perdarahan pervaginam), kontraksi rahim yang menimbulkan rasa nyeri, shock (penurunan tekanan darah dan tingkat kesadaran), perut terasa keras, denyut jantung janin tidak terdengar, dan penurunan gerak janin. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan USG dapat mendeteksi solutio plasenta dan membedakannya dengan plasenta previa (plasenta berada pada lokasi yang tidak seharusnya yaitu di segmen rahim bagian bawah atau dekat dengan jalan lahir). Klasifikasi 1) Menurut derajat pelepasan plasenta dibagi menjadi: a) Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya. b) Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian. c) Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas. menurut bentuk perdarahan 2) Solusio plasenta dengan perdarahan keluar a) Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma retroplacenter b) Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion . c) Solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu: (1) Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma >150 mg% (2) Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%. (3) Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan. Komplikasi 1) Syok perdarahan Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 18 19 terjadi eklampsi Apakah eklampsia itu? Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan Prinsip Dasar 1) Ibu hamil atau baru melahirkan mengeluh nyeri kepala hebat atau penglihatan kabur 2) Ibu Hamil atau baru melahirkan menderita kejang atau kehilangan kesadaran / koma Tekanan Darah Penanganan Umum 1) Segera Rawat 2) Lakukan Penilaian Klinik 3) Jika tidak bernafas : a) Bebaskan Jalan nafas b) Berikan Oksigen dengan sungkup c) Lakukan intubasi bila perlu 4) Jika kehilangan kesadaran a) Bebaskan jalan nafas b) Baringkan pada satu sisi c) Ukur suhu d) Periksa apakah ada kaku kuduk 5) Jika pasien syok lakukan pengelolaan syok 6) Jika terdapat perdarahan maka lakukan pengelolaan perdarahan 7) Jika pasien kejang maka : a) Baringkan pada satu sisi tempat tidur arah kepala sedikit ditinggikan untuk mencegah aspirasi b) Bebaskan jalan nafas c) Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah d) Fiksasi untuk menghindari pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil 6) Pemeriksaan laboratorium a) Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit. b) Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia 7) Pemeriksaan plasenta. Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter. 8) Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta Terapi 1) Solusio plasenta ringan Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan. Bila perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas, maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, dilakukan seksio sesaria, bila janin mati dilakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan 2) Solusio plasenta sedang dan berat Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio sesaria Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin. Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah kelainan pembekuan darah. Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan persalinan adalah seksio sesaria Apoplexi uteroplacenta tidak merupakan indikasi histerektomi. Tetapi jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka histerektomi perlu dilakukan. 5. Prekeklampsia dan eklampsia Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah (high blood pressure) yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada trimester III, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan trimester II. Preeklamsi dapat terjadi ringan sampai berat dan dalam kondisi lebih lanjut dapat
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 20 21 Radiologi 1) Ultrasonografi: Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterin. Pernafasan intra uterus lambat, aktivitas janin lambat dan volume cairan ketuban sedikit 2) Kardio toco grafi: Diketahui denyut jantung janin lemah Penilaian Klinik Meningkat (TD ≥ 140/90 mmHg Normal • Nyeri Kepala • Gangguan penglihatan • Hiperrefleksia • Proteinuria dan atau koma HAMIL < 20 MG Hipertensi kronik Superimposed Preeklamsia HAMIL < 20 MG Eklamsi Kejang (+) Hipertensi Preeklampsi ringan Preeklampsi BeratBerat Kejang (-) Gejala dan tanda Klinis 1) Tekanan Darah Diastolik merupakan indicator : a) Mengukur tahanan Perifer b) Tidak terpengaruh keadaan emosi 2) Diagnose hipertensi bila tekenan diastolic ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran berjarak ≥ 1 jam 3) Hipertensi dalam kehamilan a) Hipertensi karena Kehamilan b) Hipertensi kronik Diagnosis Menurut Mitayani (2009), diagnosis di tegakkan berdasarkan : 1) Wawancara a) Riwayat Kesehatan b) Riwayat kesehatan dahulu c) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil d) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat pre eklamsia pada kehamilan terdahulu e) Biasanya mudah terjadi pada ibu yang obesitas f) Ibu mungkin pernah menderita ginjal kronis g) Riwayat kesehatan sekarang (1) Ibu merasakan sakit kepala di daerah frontal (2) Terasa sakit di ulu hati/nyeri eoigastrium (3) Gangguan virus : pAndangan mata kabur, skotoma dan diplopic (4) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan (5) Gangguan serebral lain misalnya : terhuyung – uyung, refleks tinggi dan tidak tenang (6) Edema pada ekstremitas (7) Tengkuk terasa berat Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu (8) Riwayat kesehatan keluarga Kemungkiann mempunyai riwayat pre eklamsia dan eklamsia dalam keluarga (9) Riwayat perkawinan. Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun 2) Pemeriksaan Fisik a) Tekanan darah b) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg, tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg (kenaikan tekanan darh sistol 30 mmHg atau lebih kenaikan tekanan diastole15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih) c) Keadaan umum (1) Lemah (2) Kepala Sakit kepala, wajah edema (3) Mata ; konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina (4) Pencernaan abdomen ;nyeri daerah epigastrium, anoreksi, mual dan muntah (5) Ekstremitas : Edema pada kaki dan tangan juga jari (6) Sistem pernafasan ; Hiperrefleksia, klonus pada kaki (7) Genitourinaria , Oliguria dan protein uria d) Pemeriksaan janin . Bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah e) Pemeriksaan penunjang (1) Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darh lengkap denagn hapusan darah, penurunan hemoglobin, hematokrit meningkat, trombosit menurun (2) Urinalisis: Ditemukan protein dalam urin (3) Pemeriksaan fungsi hati (4) Bilirubin meningkat, LDH meningkat, aspartat Aminomtransferase > 60 UL, SGPT dan SGOT meningkat, total protein serum menurun. (5) Tes kimia darah: Asam urat meningkat
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 22 23 d) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium. e) Terdapat edema paru dan sianosis.sera adanya ronchi f) Gangguan perkembangan intra uterin g) Gangguan penglihatan : stokoma atau penglihatan kabur h) Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian analgetik biasa i) Trombosit < 100.000/mm3 j) Mata : spasme arteri0lar, oedema, ablasio retina k) Koagulasi : Koagulasi intravaskuler disseminate, sindrom HELLP l) Pertumbuhan janin terhambat m) Otak odem serebri n) Gagal jantung 3) Eklampsia ditandai dengan gejala preeklampsia berat dan kejang a) Kejang dapatterjadi dengan tidak bergantung pada beratnya hipertensi b) Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupaimkejang pada epilepsy grand mall c) Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama (beberapa jam) Faktor resiko pre eklamsia Menurut Chapman Vicky (2006), factor resiko pre eklamsia : 1) Pre eklamsia 10 kali lebih sering terjadi pada primigravida 2) Kehamialn gAnda memiliki resiko lebih dari 2 kali lipat 3) Obesitas (yang dengan indeks masa tubuh > 29) meningkatkan resiko 4 kali lipat. 4) Riwayat hipertensi 5) Diabetes 6) Pre eklamsia sebelumnya (20% resiko kekambuhan) Menurut Bobak (2004), factor resiko pre eklamsia : 1) Primi gravid, multi para (Mitayani, 2009) 2) Usia < 20 atau > 35 tahun 3) Obesitas 4) Diabetes militus 5) Hipertensi sebelumnya 6) Kehamilan mola 7) Kehamilan gAnda 8) Polihidramnion 9) Pre eklamsia pada kehamilan sebelumnya Penatalaksanaan 1) Penatalaksanaan rawat jalan pasien dengan hipertensi kehamilan tanpa proteinuria Pada kehamilan > 35 minggu, lakukan pengelolaan rawat jalan a) Lakukan pemantauan tekanan darah, protein dan kondisi janin setiap minggu b) Jika tekanan darah meningkat kelolah sebagai preeclampsia c) Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin yang terhambat, rawat dan pertimbangkan terminasi Kehamilan 2) Pasien dengan preeklampsia a) Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak ada perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan DIAGNOSA TEKANAN DARAH TANDA LAIN Hipertensi Tekanan darah ≥ 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dalam 2 kali pengukuran dengan jarak 1 jam Proteinuria (-) Kehamilan > 20 minggu Preeklampsi ringan sda Proteinuria 1 + Preeklampsi Berat Tekanan diastolik ≥ 110 mmHg Proteinuria 2 + Oliguria Hiperefleksia Gangguan penglihatan Nyeri epigastrium Eklampsi Hipertensi Kejang Hipertensi kronik - Hipertensi kronik - Superimposed - Preeklampsia Hipertensi kronik Kehamilan ‹ 20 minggu Proteinuria dan tanda lain dari preeklampsia Diagnosa Preeklamsia ringan Pengertian Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas Gejala Preeklampsi 1) Preeklamsi ringan ditemukan tanpa gejala kecuali peningkatan tekanan darah. Prognosa menjadi lebih buruk dengan adana proteinuria, Oedema tidak lagi menjadi suatu tanda yang sahih untuk preeclampsia a) Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg (kurang 160 mmHg), diastol 90 mmHg (kurang 110 mmHg). b) Proteinuria secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2. c) Tidak disertai gangguan fungsi organ 2) Preeklampsia berat Pre-eklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atu lebih disertai protein urin dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih Gejala dan tanda pre eklamsia berat : a) Tekanan darah sistolik >160 dan diastolik >110 mmHg atau lebih. b) Proteinuria > 3gr/liter/24 jam atau positif ≥ 2 + c) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 400 cc per 24 jam.
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 24 25 Eklampsia Jika kondisi Preeklamsi Berat disertai dengan Kejang 1) Kehamilan (a) Beri obat anti kejang (anti konvulsan) (b) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir,masker oksigen, oksigen) (c) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma (d) Aspirasi mulut dan tenggorokan (e) Baringkan pasien pada sisi kiri, kepala sedikit lebih tinggi (posisi Fowler) untuk mengurangi risiko aspirasi (f) Berikan Oksigen 4-6 liter/menit 2) Persalinan (a) Pada preeklamsi berat persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan pada eklampsi dalam 6 jam sejak gejala eklampsi timbul (b) Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada eklampsia) lakukan Seksio Sesaria (c) Jika Seksio Sesaria akan dilakukan, perhatikan bahwa: (1) Tidak terdapat koagulopati merupakan kontra indikasi anestesi spinal (2) Anestesi yang aman/terpilih adalah anestesi umum untuk eklampsi dan spinal untuk PEB. Dilakukan anestesi local, bila risiko anestsi terlalu tinggi (d) Jikaserviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan cara pemberian prostaglandin/misoprostol Anti konvulsan 1) Kejang dapat terjadi tanpa tergantung pada berat ringan hipertensi 2) Sifat kejang Tonik Klonik 3) Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMSI DAN EKLAMPSIA Alternatif I dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g dalam larutan Ringer Asetat / Ringer Laktat selama 6 jam Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%) 2 g IV selama 5 menit Dosis pemeliharaan MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer Asetat / Ringer Laktat yang diberikan sampai 24 jam postpartum Alternatif II Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit b) Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin c) Banyak istirahat (berbaring tidur/mirring). d) Diet : cukup protein, rendah karbohidraat, lemak dan garam e) Tidak perlu diberikan obat f) Jika tidak memungkikan rawat jalan, rawat inap di rumah sakit dengan: (1) Diet biasa (2) Pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuri sekali sehari (3) Tanpa obat (4) Jika tekanan darah diastolik normal pasien dipulangkan (a) Nasehat istirahat dan perhatikan tanda preeklamsia (b) Periksa ulang 2 kali seminggu (c) Jika tekanan darah sistolik naik maka perlu dirawat kembali (5) Jika terdapat tanda perbaiki setelah rawat ulang maka pasien tetap dirawat (6) Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat pertimbangkan untuk terminasi kehamilan (7) Jika proteinuri meningkat rawat seperti preeclampsia berat 3) Jika kehamilan > 35 minggu , pertimbangkan terminasi kehamilan (a) Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitoksi 5 IU dalam 500 ml RL/IV 10 tetes permenit atau dengan rostaglandin (b) Jika serviks belum matang berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter foley catheter atau secsio sesaria Pre Eklampsia Berat dan Eklampsia Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih..Bila disertai kejang maka kondisi ini disebut Eklampsi. Penatalaksanaan 1) Jika tekanan darh diastolik ≥ 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolic antara 90 – 100 mmHg 2) Pasang infuse RL dengan jarum besar no 16 atau lebih 3) Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi poverload 4) Kateterisasi urine untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria 5) Infus cairan dipertahankan 1.5 – 2 liter/ jam. 6) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin 7) Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam 8) Auskultasi paru-paru untuk mencari tanda odem paru ( adana kripitasi merupakan tanda adanya odema paru, jika ada odema paru maka hentikan pemberian cairan dan berikan deuritika mis ; Furosemide 40 mg IV) 9) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika tidak terjadi pembekuan setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati
  • 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 26 27 Rangkuman 1. Perdarahan pada kehamilan muda a. Perdarahahn pada kehamilan muda adalah salah satu penyulit pada awal kehamilan yang dapat menimbulkan dampak psikologis dan biologis bagi wanita yang mengalaminya. Dampak tersebut sangat ditentukan jenis, derajat dan komplikasi yang terjadi. b. Perlu dipikirkan terjadinya abortus, bila seorang wanita usia reproduksi datang dengan gejala :terlambat haid, perdarahan per vagina, spasme atau nyeri perut bawah dan tanpa atau dengan keluarnya massa kehamilan/ konsepsi c. Seorang perempuan datang dengan perdarahan pervagina pada kehamilan muda, kemungkinan adalah abortus iminens, bila perdarahan disertai dengan keluarnya sebagian buah kehamilan, disebut abortus inkomplit, dan bila buah kehamilann keluar lengkap dengan plasenta maka disebut abortus komplit d. Pada kasus abortus inkomplit dan komplikasi , keadaan yang perlu dikenali saat identifikasi adalah terjadinya syok karena kondisi ini harus segera diatasi dan atau distabilkan e. Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh bergAnda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.(Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 238) f. Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervik, pars intertistialis atau dalam tanduk rudimeter rahim. g. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai aterm. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien. Biasanya pasien merasakan nyeri yang berlebihan pada apertu bagian bawah. 2. Perdarahan ante partum a. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada ibu hamil lebih dari 28 Minggu. b. Penyebab perdarahan antepartum Dosis pemeliharaan Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml Lignokain (dalam semprit yang sama) Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSO4 Sebelum pemberian MgSO4 ulangan, lakukan pemeriksaan: Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/ menit Refleks patella (+) Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit Hentikan pemberian MgSO4, jika: Siapkan antidotum Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/ menit) Urin < 30 ml/jam pada hari ke 2 Jika terjadi henti nafas: Bantu pernafasan dengan ventilator Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi Tujuan pengobatan : 1) Untuk menghentikan dan mencegah kejang. 2) Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis 3) Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin 4) Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin
  • 19. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 28 29 Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia berat yang tidak teratasi dengan baik. Sehingga menimbulkan kejang sampai koma baik sebelum, saat atau setelah melahirkan Hipertensi pada kehamilan yang diikuti dengan keluhan pusing, sakit kepala dan gangguan penglihatan bahkan kondisi ibu dapat terjadi kejang dan kehilangan kesadaran. Prinsip Dasar Preeklamsi a. Ibu hamil atau baru melahirkan mengeluh nyeri kepala hebat atau penglihatan kabur b. Ibu Hamil atau baru melahirkan menderita kejang atau kehilangan kesadaran /koma c. Terdapat peningkatan tekanan darah disertai oedem dan protein urine d. Tanda dan gejala yang ditemukan pada eklampsi adalah Kejang, TekananDarah diastolik ≥ 90 mmHg dengan usia kehamilan diatas 20 minggudan proteinuria + 2 atau lebih. Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi karena tekanan diastoli mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung pada keadaan emosional pasien. Diagnosa hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada 2 kali pengukuran yang berjarak waktu 1 jam atau lebih Kehamilan diakhiri bila sudah dilakukan stabilisasi (pemulihan) hemodinamik dan metabolisme ibu. Tindakan seksio sesar dikerjakan dengan mempertimbangkan keadaan janin atau kondisi ibu Penanganan Preeklampsi-eklampsi a. Pengobatan preeklampsi-eklampsi yang tepat sampai saat ini adalah MGSO4, b. Dosis awal pemberian 4 gr MgSO4 (40% -IV perlahan (5menit) 10 ml) segera lanjutkan dengan 6 gr % MgSO4 (40%-15 ml) dalam larutanRinger laktat c. Bebaskan jalan nafas pemberian oksigen + masker 4-6 ltr d. Beri obat anti kejang (anti konvulsan) e. Mencegah risiko aspirasi pasien baring pada sisi kiri f. Persalinan tidak lebih dari 24 jam pada eklampsi dalam 6 jam sejak gejala eklampsi timbul 1) Plasenta previa Adalah plasenta yang terletak pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Plasenta yang lokasinya di segmen bawah rahim (SBR) menutupi ostium uteri internum (OUI) sebagian lepas dari desidua, menimbulkan perdarahan dari uterus yang mengalir ke kanalis servikalis sebelum persalinan ( umur kehamilan lebih dari 20 minggu) Sebaiknya setiap ibu dengan perdarahan dikirim ke Rumah Sakit, apalagi jika timbul banyak perdarahan. Bila usia kehamilan 37 minggu, perdarahan sedikit sedangkan keadaan ibu dan anak baik, maka dapat dipertahankan sampai aterm. Bila perdarahan banyak, hendaknya segera mengahiri kehamilan Gejala klinis a) Gejala utama plasenta previa adalah pendarahAan tanpa sebab tanpa rasa nyeri, darah berwarna merah segar. Bagian terdepan janin tinggi (floating) dan sering dijumpai kelainan letak janin. b) Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. c) Janin biasanya masih baik. Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga, harus dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam, Segera dilakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak serta untuk mengurangi kesakitan dan kematian a. Solusio previa Plasenta terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba dan biasanya pasien dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Tanda dan gejala yang nyata adalah uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu. Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari berat dan ringan solusio palasenta atau seberapa bagian plasenta yang terlepas. 3. Preklampsia Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang dapat dialami oleh setiap ibu hamil, ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine, pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada trimester III, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan.trimester II. Preeklamsi dapat terjadi ringan sampai berat dan dalam kondisi lebih lanjut dapat terjadi eklampsi
  • 20. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 30 31 Perdarahan lanjut ( Perdarahan Antepartum) 5. Perdarahan sebelum persalinan (Ante Partum Blooding ) dapat disebabkan …. a. Plasenta letak rendah. b. Kelainan insersi tali pusat c. Separasi plasenta sebelum bayi lahir d. Tali pusat pendek e. Vasa previa 6. Seorang perempuan hamil trimester III datang ke Poli Kebidanan RSU dengan keluhan mengeluarkan darah segar, tetapi tidak ada tanda sakit /mules..… Diagnosa apakah yang dapat Anda tentukan ? a. Solusio plasenta b. Abortus c. Tanda inpartu d. Perdarahan intra partum e. Plasenta praevia. 7. Seorang perempuanhamil trimester III berusia 27 tahun dibawa oleh suaminya ke IGD RSU karena tiba-tiba sakit perut hebat, tidak tampak adanya perdarahan tetapi kondisi perut ibu tampak meregang, mengeluh badanya lemas dan sakit bila di sentuh Apa diagnosa yang saudara tegakkan ? a. Retensio plasenta b. Abortus c. Plasenta praevia d. Solusio plasenta. e. Perdarahan intra partum Preeklamsi /eklamsi 8. Seorang perempuan hamil merasakan adanya nyeri kepala yang hebat dan pAndangan kabur pagi hari ini. Kemungkinan diagnosa apakah yang dapat ditegakkan ? a. Pre eklamsi berat. b. Eklamsi c. Pre eklamsi ringan d. Hipertensi kronik e. Hipertensi kehamilan 9. Seorangperempuanberumur 28tahun,hasilpemeriksaanpalpasiusia kehamilan 26 minggu, tekanan Darah 90 mmHg pada dua kali pemeriksaan dengan waktu 4jam . maka diagnosa apakah yang paling tepat a. Supper imposed preeklamsi b. Preeklampsi ringan. c. Hipertensi kronik d. Hipertensi yang dipicu oleh kehamilan e. Eklampsi Evaluasi Formatif Petunjuk Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang Anda anggap paling benar Perdarahan kehamilan muda 1. Kondisi pertama kali yang harus dikenali pada ibu yang mengalami perdarahan muda dengan komplikasi adalah .... a. Syok. b. Perforasi Uterus c. Infeksi atau sepsis d. Perdarahan pervagina e. Demam tinggi 2. Infeksi pada abortus inkomplit ditunjukkan dengan ... a. Sedikit nyeri pada perut bagian bawah b. Tingginya tekanan darah c. Mual dan muntah d. Anemia berat e. Sekret yang berbau. 3. Pada pasien dengan pasca abortus, diminta datang kembali ke klinik, apabila setelah pulang mengalami .... a. Ada perdarahan bercak (spooting) b. Nyeri hebat pada perut bagian bawah. c. Mengalami demam influenza d. Kram ringan pada bagian suprasimpisis e. Sulit tidur dan diikuti sakit kepala 4. Hasil pemeriksaan ibu “S” diperoleh data : TD 100/70 mmHg , Nadi 90 kali, tinggi Fundus Uteri 3 jari bawa pusat, pembukaan 1 jari longgar, dan terdapat jaringan yang keluar pervagina. Apa diagnosa yang tepat ? a. Abortus iminens b. Mola hidatidosa c. Abortus incomplete. d. Abortus insipiens e. Abortus komplet
  • 21. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 32 33 TUGAS MANDIRI Silahkan Anda menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan kasus obstetrik pada materi yang telah ANDA pelajari pada Kegiatan Belajar-1 Petunjuk : Bacalah kasus dibawah ini kemudian diskusikan bersama teman kelompok untuk menyelesaikan kasus tersebut dibawah ini Kasus 1 Seorang perempuan berumur 23 tahun mengatakan hamil 3 bulan datang ke Puskesmas Putri Ayu dengan keluhan perdarahan pervagina sejak 7 hari yang lalu, hari pertama perdarahan hanya bercak-bercak darah seperti menstruasi, pada hari ke tiga perdarahan bertambah banyak dan disertai dengan kram pada perut bagian bawah.ia tidak mendapatkan pengobatan atau nasehat terhadap gejala yang dialami karena ia dan keluarganya tinggal di daerah terpencil. Wa- laupun ia segera dibawa ke Puskesmas tetapi perlu waktu 3 hari untuk mencapai tempat pertolongan. Ibu datang dalam keadaan sadar tetapi ia harus digotong ke ruang tindakan akibaat kondisinya yang sangat lemah Berdasarkan kasus tersebut coba Anda lakukan penilaian 1. Langkah awal apakah yang harus dilakukan? 2. Langkah apa selanjutnya yang dianggap penting terkait dengan pertolongan yang akan diberikan ? 3. Pemeriksaan apa untuk membantu menentukan ? 4. Apakah Diagnosa yang sesuai dengan temuan? 5. Bagaimana penatalaksanaan dalam persiapan alat dan pasien? Kasus 2 Seorang perempuan 26 tahun, datang ke klinik Kebidanan Buluran, mengeluh nyeri kepala yang hebat dan pAndangan kabur. Pada kunjungan yang lalu tekanan darah dalam batas normal, diberikan informasi tentang tanda bahaya Kehamilan dan cara mengatasi. Saat ini adalah kunjungan ANC yang ke 3 kali . Berdasarkan kasus tersebut coba Anda lakukan penilaian : 1. Apa saja yang perlu diperiksa dan apa alasannya 2. Aspek apa dari pemeriksaan fisik yang akan menolong menentukan diagnose atau masalah ibu? 3. Berdasarkan diagnose Anda , apakah rencana Anda selanjutnya 4. Apakah yang perlu dievaluasi 10. Seorang perempuan berumur 28 tahun, hasil pemeriksaan palpasi usia kehamilan 26 minggu, tekanan Diastolik 110 mmHg , proteinuria positif 2 dan oedem ekstremits bawah kandung kemih penuh. Apa yang harus Anda lakukan? a. Pemberian obat anti hipertensi, infus NaCl dan istirahat total b. Cegah terjadinyaa kejang, siapkan sudip dan miringkan kepala c. Pemberian oksigen sebanyak 6-8 ml, jaga sirkulasi darah dan aspirasi d. Infus RL dan Pemberian 4 gram MgSo4 40% secra IV selama 5 menit serta pasang dower katether. e. Pengawasan tekanan darah setiap jam, kosongkan kandung kemih dan lakukan asuhan sayang ibu. Periksalah hasil pekerjaan Anda. Apabila Anda berhasil menyelesaikan tugas (80%) dengan benar, maka Anda diperkenan-kan untuk mempelajari materi bahasan yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-2 Apabila Anda belum berhasil menyelesaikan penugasan (<80%), maka Anda disarankan untuk mempelajari kembali uraian materi Kegiatan Belajar-1 terutama materi pembelajaran yang belum Anda pahami. Setelah selesai mempelajari ulang materi pembelajaran dan yakin telah memahaminya, barulah Anda mengerjakan kembali soal-soal tugas Kegiatan Belajar-1.Semoga kali ini, Anda lebih berhasil dan dapat menyelesaikannya dengan 80% benar atau lebih.
  • 22. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 34 35 Kasus 3 Seorang perempuan hamil berusia 26 tahun datang ke RSU mengeluh mengel- uarkan darah segar pervagina tanpa disertai rasa nyeri, pada pemeriksaan pal- pasi bagian terendah belum masuk Pintu Atas Panggul, berdasarkan HPHT usia kehamilan saat ini adalah 30 minggu. Berdasarkan kasus tersebut bagaimana sikap Anda , coba Anda lakukan pe- nilaian 1. Apa saja yang perlu diperiksa dan apa alasannya 2. Aspek apa dari pemeriksaan fisik yang akan menolong menentukan diag- nose atau masalah ibu? 3. Berdasarkan diagnose Anda , apakah rencana Anda selanjutnya 4. Apakah yang perlu dievaluasi Kasus 4 Seorang perempuan hamil berusia 24 tahun diantar oleh keluarga dan suamin- ya datang ke RSU dalam keadaan lemah dan mengeluh mengeluarkan darah sedikit agak kehitaman pervagina dan nyeri bila disentuh, berdasarkan HPHT usia kehamilan saat ini adalah 28 minggu. Berdasarkan kasus tersebut bagaimana sikap Anda , coba Anda lakukan pe- nilaian 1. Apa saja yang perlu diperiksa dan apa alasannya 2. Aspek apa dari pemeriksaan fisik yang akan menolong menentukan diag- nose atau masalah ibu? 3. Berdasarkan diagnose Anda , apakah rencana Anda selanjutnya 4. Apakah yang perlu dievaluasi Bagaimana menurut ANDA? Apakah ANDA sudah menyelesaikan pemecahan masalah kasus obstetrik ? Jika sudah, cobalah lanjutkan sampai semua kasus dapat dibahas, kemudian Anda dapat memeriksa hasil kerja berdasarkan Kunci Jawaban sehingga diharapkan ANDA dapat menyelesaikan 80% atau lebih ka- sus obstetrik Kegiatan Belajar-1 dengan benar. Pada dasarnya, apabila ANDA mempelajari materi yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-1, pastilah tidak sulit untuk menyelesaikan kasus obstetri tersebut. Jika Anda belum berhasil menyelesaikan kasus sampai 80% benar, sebaiknya ANDA mempelajari kembali materi pada Kegiatan Belajar-1 terutama bagian-bagian tertentu yang belum sepenuhnya ANDA pahami. Apabila Anda sudah berhasil menjawab 80% benar, maka ANDA diperkenankan untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran materi yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-2. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF KB 1 Tes formatif 1. A 2. E 3. B 4. C 5. A 6. E 7. D 8. A 9. B 10. D Jawaban Penugasan kasus Kasus 1 Seorang perempuan berumur 23 tahun mengatakan hamil 3 bulan datang ke Puskesmas Putri Ayu dengan keluhan perdarahan pervagina sejak 7 hari yang lalu, hari pertama perdarahan hanya bercak-bercak darah seperti menstruasi, pada hari ke tiga perdarahan bertambah banyak dan disertai dengan kram pada perut bagian bawah.ia tidak mendapatkan pengobatan atau nasehat terhadap gejala yang dialami karena ia dan keluarganya tinggal di daerah terpencil. Walaupun ia segera dibawa ke Puskesmas tetapi perlu waktu 3 hari untuk mencapai tempat pertolongan. Ibu datang dalam keadaan sadar tetapi ia harus digotong ke ruang tindakan akibaat kondisinya yang sangat lemah dan tampak ada sebagian jaringan yang keluar Berdasarkan kasus tersebut coba Anda lakukan penilaian 1. Langkah awal apakah yang harus dilakukan Menilai keadaan umum dan menyimpulkan apakah ibu dalam kondisi gawatdarurat, terkait dengan perdarahan pada kehamilan muda, maka perlu dilakukan evaluasi medik pada data yang diperlukan. Kondisi yang terkait meliputi a. Syok (hipovolemik, septic atau neurogenik) b. Demam tinggi akibat infeksi c. Trauma intra abdomen terkait dengan upaya pengakhiran kehamilan secara paksa 2. Langkah apa selanjutnya yang dianggap penting terkait dengan pertolongan yang akan diberikan Langkah selanjutnya adalah melakukan stabilisasi pasien yang meliputi : b. Menyiapkan alur intrvena dan restorasi cairan (infuse untuk perbaikan deficit cairan ) c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretika dan anti biotika ( pada kasus infeksi atau sepsis)
  • 23. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 36 37 d. Memperthankan fungsi jantung dan sirkulasi darah (Perfusi Jaringan) e. Menjaga kelancaran jalan nafas dan system respirasi f. Menjaga suhu tubuh tetap dalam keadaan normal 3. Pemeriksaan apa untuk membantu menentukan diagnose? a. Pemeriksaan inspekul: 1) Tanda kehamilan dari penilaian warna serviks 2) Melihat sumber perdarahan dan apakah terdapat jaringan atau sisa konsepsi pada lumen vagina dan kanalis servikalis 3) Laserasi vagina/kanalis servikalis atau benda asing untuk upaya pengguguran (kayu, bamboo, ranting pohon, dsb) b. Pemeriksan bimanual 1) Besar dan arah uterus 2) Dilatasi serviks 3) Meraba dan membersihkan jaringan atau sisa konsepsi 4) Massa diluar uterus/parametrial 5) Nyeri goyang seriks c. Laboratorium Sederhana 1) Konsentrasi haemoglobin 2) Uji Kehamilan (Pt) 4. Apakah Diagnosa yang sesuai dengan temuan adalah Abortus inkomplit yang kemungkinan disertai dengan anemia (perdarahan selama seminggu dan konfirmasi hasil pemeriksaan HB) 5. Bagaimana penatalaksanaan dalam persiapan alat dan pasien a. Setelah kondisi ibu distabilkan lakukan rujukan ke RS atau fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu menangani pelayanan kegadaruratan obstetric dan neonatal dasar untuk dilakukan intervensi lebih lanjut b. Rujukan dilakukan dengan infuse terpasang c. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara psikologis untuk tindakan lanjutan Kasus 2 Seorang perempuan 26 tahun, datang ke klinik Kebidanan Buluran, mengeluh nyeri kepala yang hebat dan pAndangan kabur. Pada kunjungan yang lalu tekanan darah dalam batas normal, diberikan informasi tentang tanda bahaya Kehamilan dan cara mengatasi. Saat ini adalah kunjungan ANC yang ke 3 kali . Berdasarkan kasus tersebut coba Anda lakukan penilaian : 1. Apa saja yang perlu diperiksa dan apa alasannya a. Sapa dan terima pasien dengan sopan dan dihargai dengan baik b. Memberitahu ibu dan melakukan pemeriksaan secara cepat untuk menilai tingkat kesadaran dan tekanan darah, suhu dan frekuensi respirasi c. Menanyakan sejak kapan keluhan kepala yang hebat dan pAndangan kabur dirasakan dan apakah ada penurunan produksi urine dalam 24 jam (BAK) d. Mealkukan pemeriksaan proteinuria 2. Aspek apa dari pemeriksaan fisik yang akan menolong menentukan diagnose atau masalah ibu? a. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan proteinuria ( jika terdapat tekanan diastolic > 90 mmHg menunjukkan adanya preeklamsi ) b. Melakukan pemeriksaan abomen untuk menilai keadaan janin dan mendengarkan BJA karena pada preeklaamsi /eklamsi terjadi penurunan fungsi plasenta yang dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Peningkatan risiko terjadinya hipoksia pada masa antenatal maupun intranatal dan risiko peningkatan terjadinya retensio plasenta 3. Berdasarkan diagnose Anda a. Diagnosa ditegakkan bila tekanan darah 160/90 mmHg, proteinuria 3+, nyeri kepala, nyeri epigastrium dan mata kabur atau salah satu diantara keluhan tersebut, besarna terus sesuai dengan usia kehamilan, BJA dan fetus normal b. Diagnosa adalah preeclampsia berat 4. Apakah rencana Anda selanjutnya a. Pemberian MGSO4 untuk mencegah kejang b. Pemasangan infuse iv NaCl 0,9% atau Ringer laktat c. Memasang dower katether untuk memantau produksi urine dan proteinuria bila urine kurang dari 30 ml /jam dalam 4 jam ) mak MgSo4 distop d. Pengawasan terhadapmasuknya cairan untuk mencegah terjadinya kelebihan caiaran (fluid overload) e. Lakukan pengawasan terhadap reflek patella, pernafasan dan ttv ibu serta BJJ. MgSo4 dihentikan bila pernafasan < 16 kali/menit atau menghingnya reflex atella f. Lakukan auskultasi paru setiap jam untuk menilai adanya ronchi atau oedema paru g. Segera rujuk dengan pasien terpasang infuse dan bila perlu pasang oksigen 6-8 liter 5. Apakah yang perlu dievaluasi? a. Perubahan tekanan darah setelah pemberian pengobatan MgSo4 b. Perubahan dilatasi serviks atau kemajuan persalinan c. Perubahan Kondisi janin d. Pengasan dan dukungan psikologis e. Pengobatan anti hipertensi bila tekanan diastolik pada pasca persalinan tidak berubah dan pengawasan urine Kasus 3 Seorang perempuan hamil berusia 26 tahun datang ke RSU mengeluh mengeluarkan darah segar pervagina tanpa disertai rasa nyeri, pada pemeriksaan palpasi bagian terendah belum masuk Pintu Atas Panggul, berdasarkan HPHT usia kehamilan saat ini adalah 30 minggu
  • 24. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 38 39 Daftar Gambar Cover https://muthiahalvira.files.wordpress. com/2014/09/sc2.jpeg Gambar praktek obstetri Sumber gambar modul Berdasarkan kasus tersebut bagaimana sikap Anda , coba Anda lakukan penilaian 1. Langkah awal apakah yang harus dilakukan? a. Kenali kondisi pasien dan pastikan bahwa perdarahan yang terjadi adalah ante partum blooding (perdarahan pada kehamilan trimester II-III) b. Stabilisasi pasien dengan pemasangan infuse atau restorasi cairan karena perdarahan antepartum merupakan komplikasi yang membahayakan keselamatan ibu 2. Apakah diagnose yang sesuai dengan temuan? a. Menentukan diagnose secara cepat karena sangat mempengaruhi hasil penatalaksanaan gawat darurat yang terjadi b. Menentukan diagnose berdasarkan data dan HPHT yaitu kemungkinan plasenta previa c. Pasien dirawat 3. Langkah apa selanjutnya yang dianggap penting terkait dengan pertolongan yang akan diberikan ? a. Pasien dirawat inap tanpa pemeriksaan dalam b. Lakukan pemantauan klinis c. Kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan tindakan USG dan pengobatan atau pemeriksaan pematngan paru janin pada kehamilan kurang dari 35 -37 mg d. Melakukan tindakan konservatif/pengawasan selama kondisi masih memungkinkan bayi dan ibu dapat bertahan e. Bila perdarahan berhenti pasien boleh pulang dan segera kembali bila perdarahan berulang. f. Pada kondisi yang sangat gawat, keselamatan ibu merupakan pertimbangan utama
  • 25. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS) 2015