SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 2
Descargar para leer sin conexión
DIGITAL NE WS PA PER

KPK

TIDAK BISA
BERJUANG SENDIRI
hal

Spirit Baru Jawa Timur
surabaya.tribunnews.com

surya.co.id

2

| KAMIS, 5 DESEMBER 2013 | Terbit 2 halaman

edisi pagi

Perbedaan Data DPT antara Depdagri dan KPU

YANG MUDAH JADI SULIT
SURYA Online - Persoalan
Daftar Pemilih Tetap (DPT)
menjadi hal yang sangat
sensitif dalam Pemilihan Umum
(Pemilu), karenanya, tidak heran
partai-partai pada beteriak
ketika mendengar dan membaca
berita ada perbedaan jumlah
DPT peserta Pemilu 2014.
Bagi partai, hal tersebut
menjadi sebuah indikasi
kemungkinan adanya kecurangan, karena persoalan
kuantitas ini sangat menentukan kemenangan. Sementara
bagi penyelenggara Pemilu,
Komisi Pemilihan Umum (KPU),
bukan hal yang mudah untuk
mendata penduduk Indonesia
yang berjumlah sekitar 250
juta jiwa itu. Jangankan KPU,
Departemen Dalam Negeri
(Depdagri), institusi yang
paling berkompeten masalah
jumlah penduduk saja masih
sulit menentukan data akurat
berapa jumlah yang benar
penduduk Indonesia.
Bagaimanapun upaya
untuk mencari kebenaran itu
telah dilakukan oleh Depdagri
dengan melaksanakan e-KTP
meski disana sini masih banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan.
Untuk memperoleh daftar
pemilih tunggal dan benarbenar nyata, digunakanlah
data Daftar Penduduk Potensial
Pemilih Pemilu (DP4) yang
telah disusun oleh Direktorat
Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Dukcapil)
Kementerian Dalam Negeri.
Selama kurang lebih tiga
bulan, KPU menugaskan Panitia
Pendaftaran Pemilih (Pantarlih)
untuk melakukan pencocokan dan penelitian (coklit)
terhadap 190 juta penduduk
potensial seperti di DP4.
Selama pemutakhiran, KPU
juga wajib memperhatikan
data pemilih pada Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) di
sejumlah kabupaten-kota dan
provinsi. “Itu menjadi tugas
KPU untuk memutakhirkan
190 juta DP4 yang sudah kami
berikan sesuai amanat UndangUndang, apakah penduduk

berusia pemilih itu masih
ada, sudah meninggal dunia,
atau berganti status menjadi
anggota TNI dan Polri. Itu
yang harus dibereskan,” kata
Mendagri Gamawan Fauzi.
Hasil pemutakhiran
tersebut diperoleh jumlah
daftar pemilih sementara (DPS)
sebesar 189 juta pemilih yang
kemudian, karena terbentur
persoalan jadwal dan tahapan
penetapan, diperbaiki menjadi
181 juta pemilih dalam DPS
hasil perbaikan (DPSHP).
Awalnya, dari data DPS
tersebut diharapkan dapat
disisir kegandaan data pemilih
dengan menggunakan Sistem
Informasi Daftar Pemilih (Sidalih) yang diadopsi oleh KPU.
Namun kemajuan teknologi
informasi dan upaya inovasi
yang dilakukan oleh KPU Pusat
tidak diimbangi kemampuan
sumber daya manusia (SDM) di
daerah.
Masih ada petugas KPU di
daerah yang belum dapat
mengoperasikan Sidalih
sehingga data pemilih yang
sudah dimutakhirkan masih
dalam wujud data mentah,
sehingga sulit untuk disaring
kegandaan data pemilih secara
keseluruhan.
Kesulitan pengunggahan data
dari kabupaten itu paling banyak terjadi di Provinsi Papua
dan Papua Barat, dan bahkan
hingga penetapan DPT data
pemilih di sejumlah wilayah itu
belum diunggah.
“Mekanisme untuk Papua
memang harus ada treatment
khusus dalam hal pemutakhiran

join facebook.com/suryaonline

pemilih, karena kendala
petugas KPU di kabupaten-kota
di sana cukup parah,” kata
Komisioner KPU Pusat Ferry
Kurnia Rizkiyansyah.
KPU Versus Kemendagri

Ketidaktaatan tahapan dan
jadwal penetapan DPS menjadi
DPSHP sebelumnya berimbas
pada pemunduran jadwal
penetapan DPT yang seharusnya 23 Oktober 2013 menjadi 4
November 2013.
KPU mencatat terdapat
186.612.255 pemilih di DPT
dengan rincian 93.439.610
laki-laki dan 93.172.645
perempuan, yang berada di 33
provinsi, 497 kabupaten-kota,
6.980 kecamatan, 81.034 desakelurahan, dan 545.778 tempat
pemungutan suara (TPS).
Meskipun sudah diberi perpanjangan waktu penetapan
DPT, ternyata masih ditemukan
permasalahan terhadap 10,4
juta pemilih yang oleh KPU
diketahui tidak terdaftar di
DP4 karena tidak ditemukan
NIK valid.
Kemendagri bersikukuh
seluruh penduduk potensial
pemilih di DP4 telah memiliki
NIK karena nomor kependudukan tersebut diberikan kepada
setiap penduduk Indonesia
yang lahir.
“Kemendagri sudah memberikan NIK kepada 252 juta
penduduk, lebih dari jumlah
DP4 karena NIK itu diberikan
kepada setiap penduduk yang
lahir hingga meninggal,” kata
Gamawan Fauzi.
Oleh karena itu ketika

ditemukan 10,4 juta pemilih
invalid, Dirjen Dukcapil Irman
mempertanyakan dasar data
yang digunakan KPU dalam
melakukan pemutakhiran.
Irman meyakini data DP4 sudah
memiliki NIK secara keseluruhan dan tidak mempercayai
data daftar pemilih yang
merupakan hasil pemutakhiran
KPU di lapangan.
Baik KPU maupun Kemendagri meyakini bahwa data yang
dimiliki masing-masing adalah
valid dan sah.
Di satu sisi, KPU menilai
masyarakat tanpa NIK tersebut
berhak masuk dalam DPT
karena sudah berusia 17 tahun
atau sudah menikah. Di sisi
lain, Kemendagri berketetapan
bahwa pemilih yang valid
adalah yang memiliki sekurangkurangnya lima elemen data
kependudukan.
Sebelumnya, dari penyandingan data DP4 dan DPSHP
ditemukan 20,3 juta di
antaranya belum valid terkait
data kependudukan, termasuk
nama, tanggal lahir, alamat,
jenis kelamin dan NIK. Setelah
diperiksa secara terpisah
antara KPU dan Kemendagri,
ditemukan padanan datanya
sebanyak 7 juta dan 2,8 juta
telah terdaftar di DP4.
Hasilnya, masih ada 10,4
juta penduduk masih diduga
belum ditemukan NIK-nya
dalam DP4. Terhadap pemilih
invalid tersebut, KPU dan
Ditjen Dukcapil memiliki waktu
30 hari lagi untuk kembali
melakukan verifikasi faktual
data pemilih guna memastikan
keberadaan pemilih.
Sehari menjelang tenggat
waktu perbaikan DPT terhadap
pemilih invalid tersebut, KPU
dan Kemendagri masih mengantongi sebanyak 3,3 juta pemilih
yang belum ditemukan NIK-nya
dalam data kependudukan.
Kemendagri pun luluh,
atau memang mengakui ada
penduduk belum tercatat data
kependudukan, dan menyatakan akan memberikan NIK
terhadap pemilih tersebut.
Namun, seolah lepas dari

tanggung jawab, Irman mengatakan pihaknya tidak akan
bertanggungjawab terhadap
kesahihan elemen data kependudukan selain NIK. Pihaknya
hanya akan memberikan NIK
jika KPU sudah meyakini
betul bahwa penduduk berusia
pemilih tersebut benar-benar
ada di lapangan.
“Kalau sudah ada keyakinan
dari KPU bahwa orang itu benar-benar ada dengan elemen
data selain NIK, dan itu sudah
diyakini KPU fakta-faktanya,
maka kami akan terbitkan NIKnya,” kata Irman.
Pemberian NIK tersebut,
tambah dia, tidak dapat
dilakukan tanpa verifikasi ke
lapangan bahwa penduduk
tersebut benar-benar ada.
Mekanisme penerbitan NIK
tersebut dilakukan oleh dinas
Kependudukan dan Pencatatan
Sipil (Disdukcapil) yang ada
di kabupaten-kota, dengan
sebelumnya melakukan konsolidasi dengan Ditjen Dukcapil di
Kemendagri.
Untuk memastikan bahwa
3,3 juta penduduk tersebut
bisa diberikan NIK, Kemendagri
meminta KPU di tingkat
kabupaten-kota menyertakan
berita acara untuk kemudian
oleh Ditjen Dukcapil dikonsolidasikan ke Disdukcapil
kabupaten-kota.
Dengan demikian, maka
penerbitan NIK baru menjadi
kewenangan Kemendagri
namun mengenai elemen data
kependudukan menjadi tanggung jawab KPU sesuai dengan
berita acara yang dikeluarkan
di daerah.
Persoalan ini sebenarnya
tidak sulit, jika saja semua
elemen yang terkait mempunyai niatan baik yang sama,
yakni untuk kejayaan Indonesia. Karena konteksnya mudah,
dengan e-KTP data penduduk
langsung dapat diketahui,
sehingga tinggal pembaharuan data saja,s eperti yang
meninggal, yang menjadi
TNI/Polri, karena hanya dua
item itulah yang merubah data
E-KTp untuk DPT. (joe/ant)
follow @portalsurya
2

KAMIS, 5 DESEMBER 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com

Pemberantasan Korupsi KPK

TIDAK BISA BERJUANG SENDIRI
SURYA Online - Korupsi di Indonesia semakin parah setelah
reformasi, bahkan lebih parah
dari era Orde Baru (Orba).
Bahkan, di era reformasi ini,
beragam kasus besar tindak pidana korupsi justru menyeruak
dan menjadi konsumsi publik
lewat pemberitaan media.
Kalau di awal reformasi, ada
kasus penyalahgunaan dana
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang merugikan
negara lebih dari seratus triliun
rupiah, setelah 15 tahun gerakan politik yang mengantarkan
Indonesia ke era demokrasi itu
berjalan, kasus-kasus korupsi
tak kunjung surut.
Di antara kasus-kasus yang
menarik perhatian publik itu
adalah mega skandal
bailout atau dana
talangan Bank
Century, dugaan
korupsi terkait
pengadaan
simulator surat
izin mengemudi
dengan tersangka
Irjen Pol Djoko
Susilo, dugaan korupsi
terkait pengurusan
sengketa Pilkada
di Mahkamah
Konstitusi
dan Tindak
Pidana
Pencucian
Uang dengan
tersangka
mantan
Ketua
MK
Akil
Mochtar
serta
dugaan korupsi
terkait kegiatan di Satuan
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi dengan tersangka
mantan Kepala SKK Migas Rudi
Rubiandini.
Para pelaku tindak kejahatan
ini pun beragam. Menurut data
Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), mereka tidak hanya
datang dari lingkungan lembaga eksekutif, legislatif dan
yudikatif tetapi juga kalangan
pengusaha/swasta.
Dalam sembilan tahun terakhir (2004-31 Oktober 2013),
KPK mencatat setidaknya
ada 391 orang pelaku korupsi
termasuk 114 pejabat Eselon

I, II dan III, 73 anggota DPR
dan DPRD, 90 orang dari unsur
pengusaha/swasta, 35 wali
kota/bupati dan wakil bupati,
sembilan gubernur, sembilan
hakim dan empat duta besar.
Sadar akan tidak mudah dan
lamanya waktu yang diperlukan
untuk menumpas tindak pidana
yang disebut Direktur Eksekutif
Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC)
Yury Fedotov sebagai
pencurian terhadap pembangunan ekonomi dan
sosial serta perampasan
atas kesempatan rakyat
untuk maju dan
sejahtera ini, KPK
lantas

membuat
peta jalan pemberantasan korupsi di Indonesia
(2011-2023).
Peta jalan penumpasan
korupsi itu dibagi ke dalam tiga
fase. Pada fase I (2011-2015),
komisi ini memberi perhatian
utama pada penanganan kasus
korupsi besar dan penguatan
aparat penegak hukum, perbaikan sektor strategis terkait
kepentingan nasional, pembangunan pondasi Sistem Integritas Nasional (SIN), penguatan
sistem politik berintegritas dan
masyarakat paham integritas,
serta persiapan pengawasan

join facebook.com/suryaonline

kecurangan
(fraud
control).
Seterusnya pada fase
kedua (2015-2019), KPK tetap
melanjutkan upaya penanganan kasus-kasus korupsi besar
dan penguatan aparat penegak
hukum, perbaikan sektor strategis, dan pelaksanaan “fraud
control” sedangkan pada fase
III (2019-2023) , komisi ini akan
mengoptimalkan penanganan
sektor strategis dan SIN, serta
penanganan kasus kecurangan
penyelenggara negara.
Banyak orang menggan-

tungkan harapan besar
pada KPK dalam menuntaskan
kasus-kasus besar seperti mega
skandal dana talangan atau
bailout Bank Century senilai
Rp6,7 triliun.
Di mata Anggota DPR-RI
Bambang Soesatyo, “KPK
benar-benar bisa diandalkan.
Kegagalan KPK dalam mengungkap kasus Bank Century
akan berdampak besar dan
menempatkan negeri kita
sebagai negeri kelas rendahan
yang tak mampu mengatasi
persoalan.”
Namun harapan pada KPK
seperti yang ditulis Bambang
dalam bukunya “Skandal Bank
Century Di Tikungan Terakhir
Pemerintahan SBY-Boediono”
(2013) itu agaknya perlu diikuti
dengan kesadaran kolektif dan
dukungan konkret masyarakat
pada visi dan misi komisi ini.
Dukungan tersebut diperlukan karena, seperti pernah
disinyalir Bung Hatta lebih dari

50 tahun silam, perilaku korup
sudah membudaya dalam
masyarakat Indonesia sehingga
tidak mudah diperangi.
Para tokoh antikorupsi seperti
Ketua Badan Pekerja Indonesia
Corruption Watch (1998-2008)
Teten Masduki dan mantan
Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif pun
mengakui hal itu.
Menurut Teten seperti
dikutip Buya Syafii Maarif
dalam artikelnya berjudul “Sulitnya Memerangi
Korupsi di Indonesia”
(Maria Hartiningsih,
2011:242), realitas itu terbangun akibat keengganan
kalangan elit politik
dan ekonomi untuk
memberantas
korupsi
secara
radikal,
ketiadaan partai
oposisi
yang dapat
menjadi mitra
gerakan sosial
antikorupsi, dan
kesulitan mendorong akuntabilitas
masyarakat
melalui “lembagalembaga kuasi
‘state’”.
Di samping
itu, Wakil
Ketua KPK
Bambang
Widjojanto
juga
melihat
potensi ancaman terhadap
gerakan antikorupsi justru
datang dari tradisi permisif
masyarakat seperti pemberian
“uang Ingot-ingot”, “hepeng
parkopi”, “hepeng pataruon”
dan “hepeng per sigaret” di
Medan atau “duwit meneng”,
dan “duwit giring” di Surabaya,
serta jalan pintas dengan
memberikan “uang damai”
untuk menyelesaikan masalah
pelanggaran lalu lintas (Maria
Hartiningsih, 2011: 349).
Di tengah tantangan kultural
semacam itu, pembongkaran
kasus-kasus korupsi oleh KPK
menumbuhkan optimisme bagi
masa depan bangsa namun
partisipasi masyarakat dengan
senantiasa menjalankan
prinsip kejujuran dan menjaga
integritas pribadi dan keluarganya juga menjadi kunci bagi
keberhasilan Indonesia keluar
dari kubangan korupsi. (ant)
follow @portalsurya

Más contenido relacionado

Destacado

Lectura del quart control de llengua castellana
Lectura del quart control de llengua castellanaLectura del quart control de llengua castellana
Lectura del quart control de llengua castellanajmsoses
 
Apresentação carrefour
Apresentação carrefourApresentação carrefour
Apresentação carrefourMeio & Mensagem
 
Comenius at Cascales High School, Murcia
Comenius at Cascales High School, MurciaComenius at Cascales High School, Murcia
Comenius at Cascales High School, Murciaantoniomiguel63
 
พุทธานุพุทธประวัติ
พุทธานุพุทธประวัติ พุทธานุพุทธประวัติ
พุทธานุพุทธประวัติ Onpa Akaradech
 
Constitución
ConstituciónConstitución
Constituciónsarauno
 
Conociendo a Laravel, el Framework de PHP para artesanos de la web
Conociendo a Laravel, el Framework de PHP para artesanos de la webConociendo a Laravel, el Framework de PHP para artesanos de la web
Conociendo a Laravel, el Framework de PHP para artesanos de la webSoftware Guru
 
09 administração de pessoal (férias)
09   administração de pessoal (férias)09   administração de pessoal (férias)
09 administração de pessoal (férias)Elizeu Ferro
 
08 administração de pessoal (salário e remuneraçâo)
08   administração de pessoal (salário e remuneraçâo)08   administração de pessoal (salário e remuneraçâo)
08 administração de pessoal (salário e remuneraçâo)Elizeu Ferro
 
10 administração de pessoal (13° salário)
10   administração de pessoal (13° salário)10   administração de pessoal (13° salário)
10 administração de pessoal (13° salário)Elizeu Ferro
 
Trabajo finnal
Trabajo finnalTrabajo finnal
Trabajo finnaledgagarcia
 
La vuelta de tuerca
La vuelta de tuercaLa vuelta de tuerca
La vuelta de tuercaram9512
 

Destacado (20)

Lectura del quart control de llengua castellana
Lectura del quart control de llengua castellanaLectura del quart control de llengua castellana
Lectura del quart control de llengua castellana
 
Apresentação carrefour
Apresentação carrefourApresentação carrefour
Apresentação carrefour
 
Futbol
FutbolFutbol
Futbol
 
Classification
ClassificationClassification
Classification
 
Comenius at Cascales High School, Murcia
Comenius at Cascales High School, MurciaComenius at Cascales High School, Murcia
Comenius at Cascales High School, Murcia
 
พุทธานุพุทธประวัติ
พุทธานุพุทธประวัติ พุทธานุพุทธประวัติ
พุทธานุพุทธประวัติ
 
Constitución
ConstituciónConstitución
Constitución
 
Potensi sumber daya tanah
Potensi sumber daya tanahPotensi sumber daya tanah
Potensi sumber daya tanah
 
Conociendo a Laravel, el Framework de PHP para artesanos de la web
Conociendo a Laravel, el Framework de PHP para artesanos de la webConociendo a Laravel, el Framework de PHP para artesanos de la web
Conociendo a Laravel, el Framework de PHP para artesanos de la web
 
09 administração de pessoal (férias)
09   administração de pessoal (férias)09   administração de pessoal (férias)
09 administração de pessoal (férias)
 
08 administração de pessoal (salário e remuneraçâo)
08   administração de pessoal (salário e remuneraçâo)08   administração de pessoal (salário e remuneraçâo)
08 administração de pessoal (salário e remuneraçâo)
 
10 administração de pessoal (13° salário)
10   administração de pessoal (13° salário)10   administração de pessoal (13° salário)
10 administração de pessoal (13° salário)
 
Festivals as brands and brands at festivals - Talkfest'15
Festivals as brands and brands at festivals - Talkfest'15Festivals as brands and brands at festivals - Talkfest'15
Festivals as brands and brands at festivals - Talkfest'15
 
Caf
CafCaf
Caf
 
Trabajo finnal
Trabajo finnalTrabajo finnal
Trabajo finnal
 
La vuelta de tuerca
La vuelta de tuercaLa vuelta de tuerca
La vuelta de tuerca
 
Ux iloveu
Ux iloveu Ux iloveu
Ux iloveu
 
F
FF
F
 
Comunicação 29 03-14
Comunicação 29 03-14Comunicação 29 03-14
Comunicação 29 03-14
 
Calendario ctl 2012
Calendario ctl 2012Calendario ctl 2012
Calendario ctl 2012
 

Similar a Digital surya 05 desember 2013

Masalah aktual penyelenggaraan pemilu 2014
Masalah aktual penyelenggaraan pemilu 2014Masalah aktual penyelenggaraan pemilu 2014
Masalah aktual penyelenggaraan pemilu 2014Election Commision
 
Media Indonesia 18 Maret 2014
Media Indonesia 18 Maret 2014Media Indonesia 18 Maret 2014
Media Indonesia 18 Maret 2014hastapurnama
 
Monograf: Solilukui Pemilu 2014
Monograf: Solilukui Pemilu 2014Monograf: Solilukui Pemilu 2014
Monograf: Solilukui Pemilu 2014Aulia Andri
 
Pengawasan pemutakhiran daftar pemilih pilgub pilbup
Pengawasan pemutakhiran daftar pemilih pilgub pilbupPengawasan pemutakhiran daftar pemilih pilgub pilbup
Pengawasan pemutakhiran daftar pemilih pilgub pilbupAhsanul Minan
 
Strategi kpu menangani masalah pilkada serentak 2015
Strategi kpu menangani masalah pilkada serentak 2015Strategi kpu menangani masalah pilkada serentak 2015
Strategi kpu menangani masalah pilkada serentak 2015Election Commision
 
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...Tri Widodo W. UTOMO
 
Factsheet 2 "Benarkah Masyarakat Apatis Pada Pemilu"
Factsheet 2 "Benarkah Masyarakat Apatis Pada Pemilu"Factsheet 2 "Benarkah Masyarakat Apatis Pada Pemilu"
Factsheet 2 "Benarkah Masyarakat Apatis Pada Pemilu"Pokja 30
 
SKOR Edisi 015 [Nov-Des-2013]
SKOR Edisi 015 [Nov-Des-2013]SKOR Edisi 015 [Nov-Des-2013]
SKOR Edisi 015 [Nov-Des-2013]Noeh Nemen
 
Tugas Akuntansi Forensik_Kasus e-KTP.pptx
Tugas Akuntansi Forensik_Kasus e-KTP.pptxTugas Akuntansi Forensik_Kasus e-KTP.pptx
Tugas Akuntansi Forensik_Kasus e-KTP.pptxshalwakhaerunniza1
 
PELAYANAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN...
PELAYANAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN...PELAYANAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN...
PELAYANAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN...93220872
 

Similar a Digital surya 05 desember 2013 (20)

golput pemilu 2009
golput pemilu 2009golput pemilu 2009
golput pemilu 2009
 
Masalah aktual penyelenggaraan pemilu 2014
Masalah aktual penyelenggaraan pemilu 2014Masalah aktual penyelenggaraan pemilu 2014
Masalah aktual penyelenggaraan pemilu 2014
 
Media Indonesia 18 Maret 2014
Media Indonesia 18 Maret 2014Media Indonesia 18 Maret 2014
Media Indonesia 18 Maret 2014
 
Laporan akhir riset
Laporan akhir risetLaporan akhir riset
Laporan akhir riset
 
Monograf: Solilukui Pemilu 2014
Monograf: Solilukui Pemilu 2014Monograf: Solilukui Pemilu 2014
Monograf: Solilukui Pemilu 2014
 
Pengawasan pemutakhiran daftar pemilih pilgub pilbup
Pengawasan pemutakhiran daftar pemilih pilgub pilbupPengawasan pemutakhiran daftar pemilih pilgub pilbup
Pengawasan pemutakhiran daftar pemilih pilgub pilbup
 
Halaman 1
Halaman 1Halaman 1
Halaman 1
 
Pkn final
Pkn finalPkn final
Pkn final
 
Strategi kpu menangani masalah pilkada serentak 2015
Strategi kpu menangani masalah pilkada serentak 2015Strategi kpu menangani masalah pilkada serentak 2015
Strategi kpu menangani masalah pilkada serentak 2015
 
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
 
Factsheet 2 "Benarkah Masyarakat Apatis Pada Pemilu"
Factsheet 2 "Benarkah Masyarakat Apatis Pada Pemilu"Factsheet 2 "Benarkah Masyarakat Apatis Pada Pemilu"
Factsheet 2 "Benarkah Masyarakat Apatis Pada Pemilu"
 
SKOR Edisi 015 [Nov-Des-2013]
SKOR Edisi 015 [Nov-Des-2013]SKOR Edisi 015 [Nov-Des-2013]
SKOR Edisi 015 [Nov-Des-2013]
 
ARTIKEL KPU
ARTIKEL KPUARTIKEL KPU
ARTIKEL KPU
 
Tugas Akuntansi Forensik_Kasus e-KTP.pptx
Tugas Akuntansi Forensik_Kasus e-KTP.pptxTugas Akuntansi Forensik_Kasus e-KTP.pptx
Tugas Akuntansi Forensik_Kasus e-KTP.pptx
 
PELAYANAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN...
PELAYANAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN...PELAYANAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN...
PELAYANAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN...
 
12 13 surabaya
12 13 surabaya12 13 surabaya
12 13 surabaya
 
12 13 surabaya
12 13 surabaya12 13 surabaya
12 13 surabaya
 
12 13 surabaya
12 13 surabaya12 13 surabaya
12 13 surabaya
 
12 13 surabaya
12 13 surabaya12 13 surabaya
12 13 surabaya
 
12 13 surabaya
12 13 surabaya12 13 surabaya
12 13 surabaya
 

Más de Portal Surya

Epaper Surya 31 Januari 2014
Epaper Surya 31 Januari 2014Epaper Surya 31 Januari 2014
Epaper Surya 31 Januari 2014Portal Surya
 
Epaper Surya 30 januari 2014
Epaper Surya 30 januari 2014Epaper Surya 30 januari 2014
Epaper Surya 30 januari 2014Portal Surya
 
Epaper surya 1 januari 2014
Epaper surya 1 januari 2014Epaper surya 1 januari 2014
Epaper surya 1 januari 2014Portal Surya
 
Epaper surya 27 desember 2013
Epaper surya 27 desember 2013Epaper surya 27 desember 2013
Epaper surya 27 desember 2013Portal Surya
 
Digital surya 27 desember 2013
Digital surya 27 desember 2013Digital surya 27 desember 2013
Digital surya 27 desember 2013Portal Surya
 
Surya epaper 26 desember 2013
Surya epaper 26 desember 2013Surya epaper 26 desember 2013
Surya epaper 26 desember 2013Portal Surya
 
Digital surya 26 desember 2013
Digital surya 26 desember 2013Digital surya 26 desember 2013
Digital surya 26 desember 2013Portal Surya
 
Surya epaper 24 desember 2013
Surya epaper 24 desember 2013Surya epaper 24 desember 2013
Surya epaper 24 desember 2013Portal Surya
 
Surya epaper 23 desember 2013
Surya epaper 23 desember 2013Surya epaper 23 desember 2013
Surya epaper 23 desember 2013Portal Surya
 
Digital surya 23 desember 2013
Digital surya 23 desember 2013Digital surya 23 desember 2013
Digital surya 23 desember 2013Portal Surya
 
Surya epaper 22 desember 2013
Surya epaper 22 desember 2013Surya epaper 22 desember 2013
Surya epaper 22 desember 2013Portal Surya
 
Epaper surya 21 desember 2013
Epaper surya 21 desember 2013Epaper surya 21 desember 2013
Epaper surya 21 desember 2013Portal Surya
 
Surya epaper 20 desember 2013
Surya epaper 20 desember 2013Surya epaper 20 desember 2013
Surya epaper 20 desember 2013Portal Surya
 
Digital surya 20 desember 2013
Digital surya 20 desember 2013Digital surya 20 desember 2013
Digital surya 20 desember 2013Portal Surya
 
Surya epaper 19 desember 2013
Surya epaper 19 desember 2013Surya epaper 19 desember 2013
Surya epaper 19 desember 2013Portal Surya
 
Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013Portal Surya
 
Epaper surya 18 desember 2013
Epaper surya 18 desember 2013Epaper surya 18 desember 2013
Epaper surya 18 desember 2013Portal Surya
 
Surya Epaper 17 Desember 2013
Surya Epaper 17 Desember 2013Surya Epaper 17 Desember 2013
Surya Epaper 17 Desember 2013Portal Surya
 
Digital surya 17 desember 2013
Digital surya 17 desember 2013Digital surya 17 desember 2013
Digital surya 17 desember 2013Portal Surya
 
Epaper surya 16 desember 2013
Epaper surya 16 desember 2013Epaper surya 16 desember 2013
Epaper surya 16 desember 2013Portal Surya
 

Más de Portal Surya (20)

Epaper Surya 31 Januari 2014
Epaper Surya 31 Januari 2014Epaper Surya 31 Januari 2014
Epaper Surya 31 Januari 2014
 
Epaper Surya 30 januari 2014
Epaper Surya 30 januari 2014Epaper Surya 30 januari 2014
Epaper Surya 30 januari 2014
 
Epaper surya 1 januari 2014
Epaper surya 1 januari 2014Epaper surya 1 januari 2014
Epaper surya 1 januari 2014
 
Epaper surya 27 desember 2013
Epaper surya 27 desember 2013Epaper surya 27 desember 2013
Epaper surya 27 desember 2013
 
Digital surya 27 desember 2013
Digital surya 27 desember 2013Digital surya 27 desember 2013
Digital surya 27 desember 2013
 
Surya epaper 26 desember 2013
Surya epaper 26 desember 2013Surya epaper 26 desember 2013
Surya epaper 26 desember 2013
 
Digital surya 26 desember 2013
Digital surya 26 desember 2013Digital surya 26 desember 2013
Digital surya 26 desember 2013
 
Surya epaper 24 desember 2013
Surya epaper 24 desember 2013Surya epaper 24 desember 2013
Surya epaper 24 desember 2013
 
Surya epaper 23 desember 2013
Surya epaper 23 desember 2013Surya epaper 23 desember 2013
Surya epaper 23 desember 2013
 
Digital surya 23 desember 2013
Digital surya 23 desember 2013Digital surya 23 desember 2013
Digital surya 23 desember 2013
 
Surya epaper 22 desember 2013
Surya epaper 22 desember 2013Surya epaper 22 desember 2013
Surya epaper 22 desember 2013
 
Epaper surya 21 desember 2013
Epaper surya 21 desember 2013Epaper surya 21 desember 2013
Epaper surya 21 desember 2013
 
Surya epaper 20 desember 2013
Surya epaper 20 desember 2013Surya epaper 20 desember 2013
Surya epaper 20 desember 2013
 
Digital surya 20 desember 2013
Digital surya 20 desember 2013Digital surya 20 desember 2013
Digital surya 20 desember 2013
 
Surya epaper 19 desember 2013
Surya epaper 19 desember 2013Surya epaper 19 desember 2013
Surya epaper 19 desember 2013
 
Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013
 
Epaper surya 18 desember 2013
Epaper surya 18 desember 2013Epaper surya 18 desember 2013
Epaper surya 18 desember 2013
 
Surya Epaper 17 Desember 2013
Surya Epaper 17 Desember 2013Surya Epaper 17 Desember 2013
Surya Epaper 17 Desember 2013
 
Digital surya 17 desember 2013
Digital surya 17 desember 2013Digital surya 17 desember 2013
Digital surya 17 desember 2013
 
Epaper surya 16 desember 2013
Epaper surya 16 desember 2013Epaper surya 16 desember 2013
Epaper surya 16 desember 2013
 

Digital surya 05 desember 2013

  • 1. DIGITAL NE WS PA PER KPK TIDAK BISA BERJUANG SENDIRI hal Spirit Baru Jawa Timur surabaya.tribunnews.com surya.co.id 2 | KAMIS, 5 DESEMBER 2013 | Terbit 2 halaman edisi pagi Perbedaan Data DPT antara Depdagri dan KPU YANG MUDAH JADI SULIT SURYA Online - Persoalan Daftar Pemilih Tetap (DPT) menjadi hal yang sangat sensitif dalam Pemilihan Umum (Pemilu), karenanya, tidak heran partai-partai pada beteriak ketika mendengar dan membaca berita ada perbedaan jumlah DPT peserta Pemilu 2014. Bagi partai, hal tersebut menjadi sebuah indikasi kemungkinan adanya kecurangan, karena persoalan kuantitas ini sangat menentukan kemenangan. Sementara bagi penyelenggara Pemilu, Komisi Pemilihan Umum (KPU), bukan hal yang mudah untuk mendata penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 250 juta jiwa itu. Jangankan KPU, Departemen Dalam Negeri (Depdagri), institusi yang paling berkompeten masalah jumlah penduduk saja masih sulit menentukan data akurat berapa jumlah yang benar penduduk Indonesia. Bagaimanapun upaya untuk mencari kebenaran itu telah dilakukan oleh Depdagri dengan melaksanakan e-KTP meski disana sini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Untuk memperoleh daftar pemilih tunggal dan benarbenar nyata, digunakanlah data Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) yang telah disusun oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri. Selama kurang lebih tiga bulan, KPU menugaskan Panitia Pendaftaran Pemilih (Pantarlih) untuk melakukan pencocokan dan penelitian (coklit) terhadap 190 juta penduduk potensial seperti di DP4. Selama pemutakhiran, KPU juga wajib memperhatikan data pemilih pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di sejumlah kabupaten-kota dan provinsi. “Itu menjadi tugas KPU untuk memutakhirkan 190 juta DP4 yang sudah kami berikan sesuai amanat UndangUndang, apakah penduduk berusia pemilih itu masih ada, sudah meninggal dunia, atau berganti status menjadi anggota TNI dan Polri. Itu yang harus dibereskan,” kata Mendagri Gamawan Fauzi. Hasil pemutakhiran tersebut diperoleh jumlah daftar pemilih sementara (DPS) sebesar 189 juta pemilih yang kemudian, karena terbentur persoalan jadwal dan tahapan penetapan, diperbaiki menjadi 181 juta pemilih dalam DPS hasil perbaikan (DPSHP). Awalnya, dari data DPS tersebut diharapkan dapat disisir kegandaan data pemilih dengan menggunakan Sistem Informasi Daftar Pemilih (Sidalih) yang diadopsi oleh KPU. Namun kemajuan teknologi informasi dan upaya inovasi yang dilakukan oleh KPU Pusat tidak diimbangi kemampuan sumber daya manusia (SDM) di daerah. Masih ada petugas KPU di daerah yang belum dapat mengoperasikan Sidalih sehingga data pemilih yang sudah dimutakhirkan masih dalam wujud data mentah, sehingga sulit untuk disaring kegandaan data pemilih secara keseluruhan. Kesulitan pengunggahan data dari kabupaten itu paling banyak terjadi di Provinsi Papua dan Papua Barat, dan bahkan hingga penetapan DPT data pemilih di sejumlah wilayah itu belum diunggah. “Mekanisme untuk Papua memang harus ada treatment khusus dalam hal pemutakhiran join facebook.com/suryaonline pemilih, karena kendala petugas KPU di kabupaten-kota di sana cukup parah,” kata Komisioner KPU Pusat Ferry Kurnia Rizkiyansyah. KPU Versus Kemendagri Ketidaktaatan tahapan dan jadwal penetapan DPS menjadi DPSHP sebelumnya berimbas pada pemunduran jadwal penetapan DPT yang seharusnya 23 Oktober 2013 menjadi 4 November 2013. KPU mencatat terdapat 186.612.255 pemilih di DPT dengan rincian 93.439.610 laki-laki dan 93.172.645 perempuan, yang berada di 33 provinsi, 497 kabupaten-kota, 6.980 kecamatan, 81.034 desakelurahan, dan 545.778 tempat pemungutan suara (TPS). Meskipun sudah diberi perpanjangan waktu penetapan DPT, ternyata masih ditemukan permasalahan terhadap 10,4 juta pemilih yang oleh KPU diketahui tidak terdaftar di DP4 karena tidak ditemukan NIK valid. Kemendagri bersikukuh seluruh penduduk potensial pemilih di DP4 telah memiliki NIK karena nomor kependudukan tersebut diberikan kepada setiap penduduk Indonesia yang lahir. “Kemendagri sudah memberikan NIK kepada 252 juta penduduk, lebih dari jumlah DP4 karena NIK itu diberikan kepada setiap penduduk yang lahir hingga meninggal,” kata Gamawan Fauzi. Oleh karena itu ketika ditemukan 10,4 juta pemilih invalid, Dirjen Dukcapil Irman mempertanyakan dasar data yang digunakan KPU dalam melakukan pemutakhiran. Irman meyakini data DP4 sudah memiliki NIK secara keseluruhan dan tidak mempercayai data daftar pemilih yang merupakan hasil pemutakhiran KPU di lapangan. Baik KPU maupun Kemendagri meyakini bahwa data yang dimiliki masing-masing adalah valid dan sah. Di satu sisi, KPU menilai masyarakat tanpa NIK tersebut berhak masuk dalam DPT karena sudah berusia 17 tahun atau sudah menikah. Di sisi lain, Kemendagri berketetapan bahwa pemilih yang valid adalah yang memiliki sekurangkurangnya lima elemen data kependudukan. Sebelumnya, dari penyandingan data DP4 dan DPSHP ditemukan 20,3 juta di antaranya belum valid terkait data kependudukan, termasuk nama, tanggal lahir, alamat, jenis kelamin dan NIK. Setelah diperiksa secara terpisah antara KPU dan Kemendagri, ditemukan padanan datanya sebanyak 7 juta dan 2,8 juta telah terdaftar di DP4. Hasilnya, masih ada 10,4 juta penduduk masih diduga belum ditemukan NIK-nya dalam DP4. Terhadap pemilih invalid tersebut, KPU dan Ditjen Dukcapil memiliki waktu 30 hari lagi untuk kembali melakukan verifikasi faktual data pemilih guna memastikan keberadaan pemilih. Sehari menjelang tenggat waktu perbaikan DPT terhadap pemilih invalid tersebut, KPU dan Kemendagri masih mengantongi sebanyak 3,3 juta pemilih yang belum ditemukan NIK-nya dalam data kependudukan. Kemendagri pun luluh, atau memang mengakui ada penduduk belum tercatat data kependudukan, dan menyatakan akan memberikan NIK terhadap pemilih tersebut. Namun, seolah lepas dari tanggung jawab, Irman mengatakan pihaknya tidak akan bertanggungjawab terhadap kesahihan elemen data kependudukan selain NIK. Pihaknya hanya akan memberikan NIK jika KPU sudah meyakini betul bahwa penduduk berusia pemilih tersebut benar-benar ada di lapangan. “Kalau sudah ada keyakinan dari KPU bahwa orang itu benar-benar ada dengan elemen data selain NIK, dan itu sudah diyakini KPU fakta-faktanya, maka kami akan terbitkan NIKnya,” kata Irman. Pemberian NIK tersebut, tambah dia, tidak dapat dilakukan tanpa verifikasi ke lapangan bahwa penduduk tersebut benar-benar ada. Mekanisme penerbitan NIK tersebut dilakukan oleh dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) yang ada di kabupaten-kota, dengan sebelumnya melakukan konsolidasi dengan Ditjen Dukcapil di Kemendagri. Untuk memastikan bahwa 3,3 juta penduduk tersebut bisa diberikan NIK, Kemendagri meminta KPU di tingkat kabupaten-kota menyertakan berita acara untuk kemudian oleh Ditjen Dukcapil dikonsolidasikan ke Disdukcapil kabupaten-kota. Dengan demikian, maka penerbitan NIK baru menjadi kewenangan Kemendagri namun mengenai elemen data kependudukan menjadi tanggung jawab KPU sesuai dengan berita acara yang dikeluarkan di daerah. Persoalan ini sebenarnya tidak sulit, jika saja semua elemen yang terkait mempunyai niatan baik yang sama, yakni untuk kejayaan Indonesia. Karena konteksnya mudah, dengan e-KTP data penduduk langsung dapat diketahui, sehingga tinggal pembaharuan data saja,s eperti yang meninggal, yang menjadi TNI/Polri, karena hanya dua item itulah yang merubah data E-KTp untuk DPT. (joe/ant) follow @portalsurya
  • 2. 2 KAMIS, 5 DESEMBER 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com Pemberantasan Korupsi KPK TIDAK BISA BERJUANG SENDIRI SURYA Online - Korupsi di Indonesia semakin parah setelah reformasi, bahkan lebih parah dari era Orde Baru (Orba). Bahkan, di era reformasi ini, beragam kasus besar tindak pidana korupsi justru menyeruak dan menjadi konsumsi publik lewat pemberitaan media. Kalau di awal reformasi, ada kasus penyalahgunaan dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang merugikan negara lebih dari seratus triliun rupiah, setelah 15 tahun gerakan politik yang mengantarkan Indonesia ke era demokrasi itu berjalan, kasus-kasus korupsi tak kunjung surut. Di antara kasus-kasus yang menarik perhatian publik itu adalah mega skandal bailout atau dana talangan Bank Century, dugaan korupsi terkait pengadaan simulator surat izin mengemudi dengan tersangka Irjen Pol Djoko Susilo, dugaan korupsi terkait pengurusan sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi dan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan tersangka mantan Ketua MK Akil Mochtar serta dugaan korupsi terkait kegiatan di Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dengan tersangka mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini. Para pelaku tindak kejahatan ini pun beragam. Menurut data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mereka tidak hanya datang dari lingkungan lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif tetapi juga kalangan pengusaha/swasta. Dalam sembilan tahun terakhir (2004-31 Oktober 2013), KPK mencatat setidaknya ada 391 orang pelaku korupsi termasuk 114 pejabat Eselon I, II dan III, 73 anggota DPR dan DPRD, 90 orang dari unsur pengusaha/swasta, 35 wali kota/bupati dan wakil bupati, sembilan gubernur, sembilan hakim dan empat duta besar. Sadar akan tidak mudah dan lamanya waktu yang diperlukan untuk menumpas tindak pidana yang disebut Direktur Eksekutif Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) Yury Fedotov sebagai pencurian terhadap pembangunan ekonomi dan sosial serta perampasan atas kesempatan rakyat untuk maju dan sejahtera ini, KPK lantas membuat peta jalan pemberantasan korupsi di Indonesia (2011-2023). Peta jalan penumpasan korupsi itu dibagi ke dalam tiga fase. Pada fase I (2011-2015), komisi ini memberi perhatian utama pada penanganan kasus korupsi besar dan penguatan aparat penegak hukum, perbaikan sektor strategis terkait kepentingan nasional, pembangunan pondasi Sistem Integritas Nasional (SIN), penguatan sistem politik berintegritas dan masyarakat paham integritas, serta persiapan pengawasan join facebook.com/suryaonline kecurangan (fraud control). Seterusnya pada fase kedua (2015-2019), KPK tetap melanjutkan upaya penanganan kasus-kasus korupsi besar dan penguatan aparat penegak hukum, perbaikan sektor strategis, dan pelaksanaan “fraud control” sedangkan pada fase III (2019-2023) , komisi ini akan mengoptimalkan penanganan sektor strategis dan SIN, serta penanganan kasus kecurangan penyelenggara negara. Banyak orang menggan- tungkan harapan besar pada KPK dalam menuntaskan kasus-kasus besar seperti mega skandal dana talangan atau bailout Bank Century senilai Rp6,7 triliun. Di mata Anggota DPR-RI Bambang Soesatyo, “KPK benar-benar bisa diandalkan. Kegagalan KPK dalam mengungkap kasus Bank Century akan berdampak besar dan menempatkan negeri kita sebagai negeri kelas rendahan yang tak mampu mengatasi persoalan.” Namun harapan pada KPK seperti yang ditulis Bambang dalam bukunya “Skandal Bank Century Di Tikungan Terakhir Pemerintahan SBY-Boediono” (2013) itu agaknya perlu diikuti dengan kesadaran kolektif dan dukungan konkret masyarakat pada visi dan misi komisi ini. Dukungan tersebut diperlukan karena, seperti pernah disinyalir Bung Hatta lebih dari 50 tahun silam, perilaku korup sudah membudaya dalam masyarakat Indonesia sehingga tidak mudah diperangi. Para tokoh antikorupsi seperti Ketua Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch (1998-2008) Teten Masduki dan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif pun mengakui hal itu. Menurut Teten seperti dikutip Buya Syafii Maarif dalam artikelnya berjudul “Sulitnya Memerangi Korupsi di Indonesia” (Maria Hartiningsih, 2011:242), realitas itu terbangun akibat keengganan kalangan elit politik dan ekonomi untuk memberantas korupsi secara radikal, ketiadaan partai oposisi yang dapat menjadi mitra gerakan sosial antikorupsi, dan kesulitan mendorong akuntabilitas masyarakat melalui “lembagalembaga kuasi ‘state’”. Di samping itu, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto juga melihat potensi ancaman terhadap gerakan antikorupsi justru datang dari tradisi permisif masyarakat seperti pemberian “uang Ingot-ingot”, “hepeng parkopi”, “hepeng pataruon” dan “hepeng per sigaret” di Medan atau “duwit meneng”, dan “duwit giring” di Surabaya, serta jalan pintas dengan memberikan “uang damai” untuk menyelesaikan masalah pelanggaran lalu lintas (Maria Hartiningsih, 2011: 349). Di tengah tantangan kultural semacam itu, pembongkaran kasus-kasus korupsi oleh KPK menumbuhkan optimisme bagi masa depan bangsa namun partisipasi masyarakat dengan senantiasa menjalankan prinsip kejujuran dan menjaga integritas pribadi dan keluarganya juga menjadi kunci bagi keberhasilan Indonesia keluar dari kubangan korupsi. (ant) follow @portalsurya