1. DIGITAL NE WS PA PER
KETENANGAN SINGAPURA
TERGUNCANG
hal
Spirit Baru Jawa Timur
surabaya.tribunnews.com
surya.co.id
2
| RABU, 11 DESEMBER 2013 | Terbit 2 halaman
edisi pagi
Piala Dunia Brasil
dan Neraka Logistik
SURABAYA, SURYA - Jarak
menjadi tantangan unik buat
ke-32 tim yang berlaga di
putaran final. Brasil, negara
dengan wilayah terbesar kelima di dunia itu, bisa menjadi
mimpi buruk logistik, bahkan
buat tuan rumahnya sendiri.
Brasil boleh jadi mendapati
lawan yang relatif mudah.
Betapapun materi pemainnya
yang berkilau, Kroasia, Meksiko
dan Kamerun tetap belum akan
menggeser tim samba dari
puncak grup A. Perkara buat
tuan rumah justru hadir dalam
bentuk logistik. Hasil undian
di Costa de Saupe itu membuat padat jadwal perjalanan
Neymar dkk.
Dimulai dengan laga
pembuka di Sao Paolo, skuad
besutan Luiz Felipe-Scolari
itu lima hari berselang sudah
harus bertanding di Fortaleza
yang berjarak 2300 km,
sebelum lantas menutup babak
penyisihan grup di Brasilia saat
menjamu kamerun.
Kendati begitu, Brasil bisa
dikatakan beruntung jika
dibandingkan tim-tim lain.
Nasib Inggris misalnya
tidak lebih mudah. Tiba di
Manaus buat menyambut duel
klasik melawan Italia, Wayne
Rooney dkk. kemudian terbang
selama lima jam menuju Sao
Paulo. Di sana the three lions
berhadapan dengan Uruguay.
Saking jauhnya,
kebanyakan
maskapai
lokal tidak
menawarkan
penerbangan
langsung ke kota
di belahan bumi
selatan itu.
Perjalanan panjang juga
menunggu timnas Italia.
Squadra Azzura bakal terbang
selama lebih dari lima jam
dari Manaus ke Recife buat
menghadapi Costa Rica. Timnas
Amerika Serikat punya jadwal
yang sama, ditantang Portugal
di Manaus dan berhadapan
dengan Jerman di Recife
empat hari kemudian.
Menyiasati Kelelahan
Sebaliknya manajer timnas
Jerman Oliver Bierhoff bisa
bernapas lega. Semua laga
yang harus dilakoni Özil dkk
akan
berlangsung
di tiga kota
join facebook.com/suryaonline
berdekatan di timur laut Brasil.
Nasib baik juga menghinggapi
Argentina.
Kondisi geografis Brasil
menjadikan persiapan dan manajemen logistik soal hidup dan
mati. Perjalanan udara selama
berjam-jam, ditambah dengan
pertandingan sengit di bawah
terik matahari musim panas
dan tingkat kelembapan yang
nyaris asing buat pemain Eropa
itu tidak bisa dianggap remeh.
“Kelelahan akan
menghinggapi
pemain,”
yang ujungujungnya
bisa
membebani
penampilan
tim, kata Michael Owen, bekas
striker timnas Inggris.
“Persiapan yang matang saja
sudah berarti separuh kemenangan,” begitu ungkapan
klasik yang rajin terlontar dari
mulut Oliver Bierhoff, manajer
timnas Jerman.
Berebut Penginapan
Bisa dipastikan, ketika undian berakhir, otoritas sepakbola
masing-masing negara akan
sibuk bersaing memperebutkan
penginapan terbaik. Terlebih di
Brasil tidak banyak hotel yang
bisa menawarkan kedekatan
dengan bandar udara, fasilitas
olahraga dan hiburan serta
isolasi dari pengunjung tak
diundang.
Jumat malam (6/12/13)
Federasi Sepakbola Perancis,
FFF, mengumumkan sudah memesan hotel di Ribeirão Preto,
sekitar 15 menit dari bandar
udara Sao Paulo. Tidak jauh dari
sana, di Guaruja tim nasional
Swiss memilih bermarkas. Kota
pelabuhan itu dianggap sesuai
karena selain lokasi yang strategis, Guaruja memiliki fasilitas
latihan berkelas internasional
karena berdekatan dengan
Estadio Municipal.
Sementara Inggris berencana
menginap di Windsor Atlantica,
hotel terbesar di pinggir Copacabana, garis pantai yang tersohor
di dunia itu. Australia juga
sudah menambatkan hati pada
Vitoria, kota kecil di timur Rio
de Janeiro. Pengamat menduga,
sebagian besar tim yang harus
melahap perjalanan panjang
akan bermarkas di sekitar Sao
Paulo dan Rio de Janeiro.
Sejak 2010 lalu FIFA
menerapkan aturan main
untuk akomodasi. Setiap tim
harus mendaftarkan tiga lokasi
penginapan sesuai urutan prioritasnya. Jika dua atau tiga tim
berebut satu hotel, maka FIFA
yang akan memutuskan tim
mana yang mendapat penginapan tersebut.(DE.DW)
follow @portalsurya
2. 2
RABU, 11 DESEMBER 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com
Ketenangan Singapura
Terguncang
SURABAYA, SURYA - Singapura
yang selama ini tenang, terkejut – saat mobil-mobil dibakar
di jalanan – menyusul kemarahan para buruh migran asal Asia
Selatan yang menyebabkan
kerusuhan terburuk dalam
sejarah 40 tahun negeri itu.
Perkelahian berjam-jam
pada hari Minggu malam,
dipicu ketika seorang pekerja
konstruksi asal India tewas
ditabrak sebuah bis di distrik
Little India, meninggalkan
pertanyaan seputar ada apa di
balik amuk massa itu.
Polisi mengatakan, sekitar 400
orang terlibat dalam kerusuhan,
dan 27 pekerja asal Asia Selatan
telah ditangkap dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun
penjara dan juga hukuman
cambuk. Berita terakhir 24
orang tersangka kerusuhan.
Perdana Menteri Lee Hsien
Loong mengatakan, tidak akan
ada “ampun“ bagi kerusuhan
yang menyebabkan 39 polisi
dan staf pertahanan sipil
terluka dan 25 kendaraan
termasuk 16 mobil polisi rusak
atau dibakar.
Singapura adalah salah satu
negara terkaya di dunia, dan
negara pulau berpenduduk 5,4
juta jiwa itu sangat bergantung
kepada para pekerja asing,
dengan buruh asal Asia Selatan
mendominasi
Negara kota ini secara luas
dianggap sebagai masyarakat
paling aman di dunia, dan
membanggakan dirinya sebagai
negeri yang mempunyai
tatanan sosial dan ras yang
harmonis. Banyak warga yang
mengungkapkan kekecewaan
atas kerusuhan terakhir.
itu meletus.
Korban diidentifikasi oleh
surat kabar Straits Times
sebagai Sakthivel Kumaravelu,
33, yang bekerja di perusahan
bangunan dan termasuk
diantara para pekerja migran
yang berkumpul di Little India
pada saat peristiwa terjadi.
Tuding alkohol
“Ya Tuhan,” kata seorang
pembaca yang menulis di situs
Yahoo! Singapura. ”Bagaimana
bisa hal seperti itu terjadi di
Singapuraku.”
Blogger terkenal Andrew Loh
mengungkapkan ketakjuban
Singapura karena ”kami belum
prnah melihat sesuatu dalam
skala seperti ini sebelumnya“.
“Saya bekerja dengan para
pekerja asing di sini dan
saya secara umum mengenal
mereka sebagai orang yang
bijak dan pekerja keras, jadi
pasti ada alasan yang cukup
serius kenapa kerusuhan itu
terjadi,” kata dia.
Polisi mengatakan 27 orang
yang ditangkap berumur antara
join facebook.com/suryaonline
23 hingga 45 tahun, termasuk
24 diantaranya berkebangsaan
India, 2 asal Bangladesh dan
seorang penduduk tetap
Singapura.
Penyebab belum jelas
Para analis mengesampingkan keyakinan bahwa kerusuhan, yang berhasil dikendalikan
pasukan komando elit kepolisian itu, bisa menjadi indikator
meluasnya ketidakpuasan
diantara para pekerja migran
yang mendapat upah buruk.
Devadas Krishnadas, pendiri
dan direktur Future-Moves,
sebuah lembaga konsultan
di Singapura mengatakan
peristiwa itu sebagai insiden
terpisah, di mana variasi
sejumlah faktor berkombinasi
menciptakan peristiwa itu.
”Fakta bahwa kejadian itu
melibatkan para pekerja asing
bersifat kebetulan, bukan
utama, terhadap persitiwa
ini,” tulis dia dalam sebuah
komentar di surat kabar
Singapore’s Today.
“Tidak ada pembenaran
untuk menggeneralisasi
kesalahan kepada kelompok
tertentu, ras tertentu atau
jenis kelamin tertentu,”
tambah dia.
Insiden itu memicu
serangan di dunia maya atas
para pekerja asing, yang
kehadirannya secara besarbesaran telah menjadi topik
politik panas beberapa tahun
terakhir. Sementara beberapa
pihak lainnya menyerukan agar
semua pihak tetap tenang dan
mengingatkan bahaya kebencian rasial yang muncul dari
perisiwa itu.
Jolovan Wham, seorang
aktivis buruh migran, mengatakan bahwa ”ketiadaan
informasi yang memadai
mengenai kerusuhan, membuat
sulit untuk menilai apakah
itu gejala kemarahan yang
terpendam”.
Para pekerja pertahanan
sipil mengatakan bahwa para
pekerja darurat yang mencoba
melepaskan korban tabrakan
itu dari bawah bis kota
dilempari oleh banyak orang,
sebelum akhirnya kerusuhan
Menteri Transportasi Lui
Tuck Yew, yang juga anggota
parlemen dari distrik yang dilanda kerusuhan, mengatakan
penyebab kerusuhan hingga
kini masih belum jelas, tapi
”alkohol bisa menjadi salah
satu faktor penyebab”.
Sudah ada seruan untuk
mengekang konsumsi alkohol di
tempat umum di wilayah Little
India yang padat.
Seorang warga Basher Marican, 69, yang sedang pulang ke
rumahnya di wilayah itu saat
peristiwa terjadi mengatakan:
”Saat itu sangat kacau, saya
berjalan melewati kerumunan
di sepanjang restoran. Sejumlah orang bersorak-sorai saat
mereka menyerang bis.”
Ia mengatakan, kerumunan
itu “jelas mabuk” dan beberapa diantaranya melemparkan
botol selama kerusuhan.
Kekerasan akhir pekan lalu
itu merupakan kerusuhan
pertama di Singapura sejak
pergolakan rasial 1969. Sejak
itu, pemerintah memberlakukan kontrol yang ketat
terhadap aksi unjuk rasa.
Etnik Cina berjumlah 74
persen dari total jumlah
penduduk Singapura, Melayu
Muslim sekitar 13,3 persen,
disusul oleh etnik India, Eurasia
dan kelompok etnis lain. (DE.
DW/CNA)
follow @portalsurya