Liturgi gereja terdiri dari beberapa unsur utama seperti pemberitaan firman, persembahan, dan doa. Terdapat berbagai variasi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan partisipasi umat dan menyesuaikan liturgi dengan konteks sosial."
3. Pemberitaan Firman
Pengakuan Iman
Doa Syafaat
Persembahan
Liturgi Penutup
Pasca-Ibadah
4. Pra Ibadah
Pra ibadah merupakan momen yang sangat
penting dalam persiapan umat untuk
memasuki ibadah.
Tiga puluh menit.
Sepuluh menit.
Waktu khusus untuk prelude.
Pembacaan warta jemaat.
Setelah warta baca, berikanlah momen
hening sejenak bagi umat untuk
mempersiapkan diri. Diperlukan sebuah
simbol khusus yang menandai dimulainya
ibadah.
5. Panggilan Beribadah
Pada bagian ini, kreatifitas dapat tidak
terbatas.
Diakhiri dengan arak-arakan Alkitab yang
dibawa oleh penatua dan pemimpin
ibadah.
Apakah harus Penatua?
Alkitab dapat diangkat tinggi atau di
depan dada. Ada baiknya Alkitab yang
besar yang dibawa. Alkitab yang sama
secara simbolis ditaruh di meja depan
dan secara fungsional dibacakan oleh
para lektor.
6. Catatan
Penatua dan pemimpin dapat berjalan
depan belakang atau
berdampingan, tergantung simbolisme
apa yang mau ditonjolkan;
Tidak perlu semua penatua ikut dalam
arak-arakan;
Cukup satu orang pembawa
Alkitab, lalu pemimpin menunggu di
depan.
7. Votum
Votum pada dasarnya adalah sebuah penyataan
pengakuan iman umat bahwa ibadah ini terselenggara
karena kehadiran Allah yang menjadi penolong kita.
Votum dapat juga berisi tentang pernyataan Allah
tentang kasih dan pertolongan.
Pemimpin bisa mendeklarasikannya di
bawah, menghadap ke depan, berdampingan dengan
penatua pembawa Alkitab.
Dapat dilakukan secara responsoris, dengan sebuah
pernyataan seperti, “Dari manakah pertolongan kita?”
lantas umat menjawab dengan votum.
Dapat juga dilakukan dengan merumuskan secara
kontemporer.
8. Salam
Salam diberikan karena Kristuslah
yang mempertemukan mereka.
Biasa dilakukan dengan mengangkat
satu tangan.
Untuk event khusus, salam dapat
dibuat sesuai dengan tema event
tersebut.
9. Introitus
Membawa umat ke dalam tema utama
kebaktian.
Pemimpin dapat memakai nyanyian yang
tematis atau kisah lahirnya nyanyian.
Mengaitkan tema ibadah dengan situasi dan
peristiwa penting yang terjadi dalam jemaat atau
dalam masyarakat.
Manfaatkan kata-kata kunci yang dapat
dimanfaatkan untuk bagian ini atau pemakaian
simbol-simbol tertentu, video clip, atau
slideshow gambar.
10. Pengakuan Dosa
Lazimnya, pemimpin yang memimpin doa
pengakuan dosa ini, mewakili umatnya.
Dapat juga diawali dengan saat hening
tertentu agar umat mengaku dosa secara
pribadi, kemudian ditutup oleh pemimpin.
Selama doa, dapat juga instrumen dimainkan.
Pemakaian instrumen musik selain piano dan
organ akan menarik, misalnya : biola, gitar,
flute, kecapi cina dan sebagainya.
Pemakaian selang-seling antara bait nyanyian
dan doa pengakuan menarik juga untuk
dicoba.
11. Pemakaian bahasa tubuh dapat
dimanfaatkan.
Pemakaian slideshow gambar dan
video situasi sosial dapat
dipergunakan untuk membangun
kesadaran dosa sosial.
Seorang narator dapat juga diminta
membacakan sebuah puisi atau
seorang penyanyi menyanyikan
nyanyian pengakuan dosa.
12. Berita Anugerah, Salam Damai
dan Nyanyian Kesanggupan
Lazimnya, pemimpin membacakan
sebuah ayat yang berisi
pengampunan dan anugerah
Allah, lantas disambut dengan
ungkapan syukur jemaat: “Syukur
kepada Allah.”
Pemimpin atau seseorang juga dapat
menyuarakan berita anugerah dengan
menyanyikan sebuah ayat.
13. Salam Damai
◦ Dinyanyikan sambil bersalaman
◦ Bersalaman dengan formulasi berbeda-
beda
◦ Dinyanyikan secara responsoris
◦ Sebaiknya pemimpin dan penatua turun
dan membaur dengan umat
◦ Instrumen dapat melantunkan nyanyian
kesanggupan dan dengan kode dari
pemimpin memainkan intro dan disambut
dengan jemaat
14. Pemberitaan Firman
Bacaan pertama sebaiknya dibacakan
oleh anggota jemaat; Mazmur dapat
dibaca berbalasan atau dinyanyikan atau
kombinasi keduanya; bacaan kedua dari
surat Rasuli, dibacakan oleh penatua;
Injil dibacakan oleh pemimpin.
Sebelum membaca, sebaiknya lektor
tidak memberi kalimat-kalimat tambahan,
seperti “Saudara-saudara terkasih, mari
kita …” Cukup kalimat singkat, “Bacaan
pertama. Pembacaan diambil dari ..”
15. Para lektor sebaiknya satu per satu maju
ke depan, jangan semua maju ke
depan, karena mengganggu
pemandangan umat.
Berilah jeda sejenak setelah nama teks
dibaca dan teks dibaca. Judul dari LAI
tidak perlu dibaca.
Jika ada Alkitab yang diarak sejak
awal, pembacaan dapat dilakukan
dengan memakai Alkitab yang sama.
Saat hening setelah kotbah sebaiknya
benar-benar hening, jangan diisi dengan
instrumen atau sumbangan nyanyian.
16. Pengakuan Iman
Pengakuan iman merupakan respons
umat setelah menerima Sabda Tuhan.
Pengakuan iman bukanlah sebuah doa,
namun deklarasi keyakinan dan
kerenanya perlu disampaikan dengan
sikap tubuh tegak dan dengan mata
terbuka.
17. Pengulangan setiap minggu introduksi
pengakuan iman sangat membosankan.
Buatlah koleksi introduksi yang beragam.
Pengakuan iman lazimnya memakai
pengakuan iman rasuli, namun sebenarnya
dapat juga sesekali memakai pengakuan-
pengakuan iman lain yang disahkan sinode.
Pengakuan iman dapat juga
dinyanyikan, dengan memakai KJ 280
(lengkap) atau pengakuan iman rasuli
dibaca dan diiringi instrumen secara lembut
dari KJ 280.
Usahakan untuk mengucapkan pengakuan
iman secara perlahan namun tegas.
18. Doa Syafaat
Pokok-pokok doa dibacakan semua, lalu
umat berdoa dalam suasana hening.
Pemimpin dapat memberi kesempatan
bagi umat untuk berdoa bagi seseorang
atau orang di sebelahnya. Jika belum
kenal, beri waktu untuk berkenalan
sejenak.
Beberapa anggota jemaat dapat diminta
untuk berdoa di depan. Minta mereka
menulis doanya agar lancar.
Jika ibadah panjang, pemimpin dapat
mengisi doa syafaat dengan Doa Bapa
Kami saja, yang diucapkan secara
bersama-sama.
19. Setiap baris Doa Bapa Kami diucapkan
oleh umat, lalu pemimpin menambah
dengan doa yang sesuai dengan baris
Doa Bapa Kami.
Doa Bapa Kami dapat dinyanyikan
secara lengkap, atau bagian doksologi
saja yang dinyanyikan setelah doa
dipanjatkan.
Dapat juga beberapa petugas diminta
maju dengan membawa foto-foto
peristiwa atau orang yang akan
didoakan. Foto-foto dapat ditayangkan di
LCD juga.
20. Persembahan
Secara teologis persembahan uang
menjadi simbol persembahan diri.
Maka, umat harus diajak untuk
menyadari bahwa menatalayani uang
adalah wujud tanggungjawab dalam
menatalayani seluruh kehidupan.
21. Persembahan dapat dilakukan dengan
mengedarkan kantong atau mengundang
umat untuk maju ke depan.
Dapat juga, selain kantong persembahan,
ada satu nampan kecil yang diedarkan dan
umat diinformasikan bahwa mereka dapat
mengisi nampan ini dan mengambil uang dari
nampan itu, jika mereka sungguh
membutuhkan uang untuk kebutuhan hidup
hari itu.
Lazimnya penatua membacakan ayat
pengantar persembahan. Sebenarnya,
pembacaan ayat tidak mutlak. Sapaan dapat
dilakukan sebelum atau sesudah
22. Doa persembahan dapat dilakukan
sebelum atau sesudah persembahan
dilangsungkan.
Sementara persembahan
berlangsung, umat dapat bernyanyi,
atau paduan suara dapat memberi
persembahan nyanyian yang sudah
dipersiapkan terlebih dahulu.
Dapat dibuat variasi, mengajak umat
berdiri dan menyanyikan doksologi
yang diiringi secara megah untuk
mengantar kantong-kantong
persembahan.
23. Liturgi Penutup
Sama seperti ibadah dibuka dengan
momen tiga rangkap (panggilan
beribadah, votum dan salam), demikian
juga ibadah ditutup dengan momen tiga-
rangkap, yaitu nyanyian pengutusan,
pengutusan dan berkat. Ketiganya perlu
diusahakan menyatu dan koheren.
Prinsip dasarnya adalah bahwa penutupan
liturgi merupakan pembukaan liturgi
yang lain, yaitu liturgi kehidupan. Jadi,
umat disiapkan untuk memasuki
kehidupan sebagai sebuah ibadah.
24. Rumusan pengutusan dan berkat dapat
divariasi. Namun, ada baiknya untuk
mempertahankan tradisi Trinitasnya.
Sambutan umat yang mensyukuri berkat
Tuhan dapat divariasi.
Pemimpin dapat memberikan pengutusan
dan berkat di atas mimbar atau turun dan
menghadap umat.
Jika ibadah mempergunakan lilin untuk
mengawali ibadah, ada baiknya, setelah
pemberian berkat, lilin dimatikan oleh
pemimpin, sebagai tanda bahwa liturgi di
ruang ibadah usai dan ibadah hidup dimulai
(dapat juga lilin di dekat pintu keluar
kemudian dinyalakan).
25. Pasca-Ibadah
Postlude.
Nyanyian pengutusan disisakan satu
bait untuk dinyanyikan umat mengiring
pemimpin dan penatua yang berjalan
keluar untuk menerima salam.
Momen setelah ibadah, yaitu di luar
ibadah sama pentingnya., yaitu untuk
sosialisasi antar umat.
26. Beberapa Catatan Penting
Paduan Suara
Jeda dan Interupsi
Nyanyian jemaat
Latihan
Simbol-simbol
Spiritualitas petugas liturgi
Simplifikasi petugas
Rancangan liturgi
Feedback system
Kesempatan emas