Ultraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di Pembenihan
1. ULTRAVIOLET SEBAGAI SALAH SATU ALAT
DISINFEKTAN PENTING DI PEMBENIHAN :
REKAYASA DAN DISAIN
ULTRAVIOLET SYSTEM AS AN IMPORTANT DISINFECTANT DEVICE IN
HATCHERY: ENGINEERING AND DESIGN
NANA S.S. UDI PUTRA, S.Hut. M.Si
TAMRIN
SUGENG RAHARJO, A.Pi
Email : bbaptakalar@yahoo.com
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU TAKALAR
2008
1
2. ULTRAVIOLET SEBAGAI SALAH SATU ALAT
DISINFEKTAN PENTING DI PEMBENIHAN :
REKAYASA DAN DISAIN1
Nana S.S. Udi Putra, S.Hut. M.Si2, Tamrin3, Sugeng Raharjo, A.Pi4
Balai Budidaya Air Payau Takalar
Abstrak
Air merupakan bagian penting dari kehidupan ikan, karena ikan sepanjang hidupnya
selalu berinteraksi dan bersentuhan dengan air. Sehingga kualitas air yang baik akan
mendukung pertumbuhan hewan budidaya sesuai dengan yang diharapkan, yakni tumbuh
dan berkembang dengan normal. Berkaitan dengan kualitas air maka ukurannya tidak
terbatas pada parameter kimi, fisika, namun pada parameter biologi. Berkaitan dengan
pembenihan maka yang menjadi sangat menonjol adalah faktor mikroorganisme patogen
seperti bakteri karena sensitivitas yang tinggi terhadap serangan bakteri.
Ultraviolet adalah salah satu alat yang bisa digunakan sebagai alat disinfektan.
Dengan kelebihan-kelebihannya ultraviolet bisa digunakan untuk mereduksi bakteri secara
signifikan dan aman. BBAP Takalar telah merintis disain Ultraviolet dengan beberapa model
yang dibuat. Kendala pengadaan paket UV saat ini sudah dapat di atasi melalui rancang
bangun yang dilakukan oleh BBAP Takalar. Paket UV yang ekonomis namun tetap
mengedepankan faktor kualitas dan keamanan. Hasil uji menunjukkan hasil yang signifikan
dalam kemampuannya mereduksi bakteri.
Kata kunci : ultraviolet, pembenihan, rekayasa, disain
A. PENDAHULUAN
Air adalah salah satu faktor penting dalam kehidupan. Akan tetapi sejalan
dengan perkembangan populasi manusia di bumi menyebabkan kondisi lingkungan
berubah. Air yang pada awalnya tersedia melimpah secara kuantitas dan kualitas
terjamin menjadi saat ini menjadi barang yang semakin sulit didapat walupun secara
kuantitas, kalaupun ada tidak bisa dimanfaatkan karena faktor kualitasnya yang
rendah.
Kuantitas dan kualitas air yang baik tidak sekedar diperlukan untuk keperluan
manusia secara langsung, tetapi air juga menjadi kebutuhan bagi kegiatan pertanian
dan budidaya ikan. Air menjadi sangat penting bagi kegiatan budidaya ikan karena
selama hidupnya selalu berinteraksi dan bersentuhan dengan air sehingga hidupnya
sangat bergantung pada air. Sehingga dalam kegiatan budidaya tersebut kualitas air
selalu menjadi perhatian utama, karena kelangsungan kehidupan hewan budidaya
sangat bergantung pada kualitas air medianya. Kualitas air yang baik akan
mendukung pertumbuhan hewan budidaya sesuai dengan yang diharapkan, yakni
tumbuh dan berkembang dengan normal.
Kualitas air tidak hanya terbatas pada karakteristik fisika dan kimia air tetapi
juga berkaitan dengan faktor biologi, yakni berkaitan dengan faktor kompetitor,
predator ataupun mikroorganisma patogen bagi ikan yang dibudidayakan. Ketiga
1
Disampaikan pada Indonesian Aquaculture 2008, Malioboro Jogjakarta
2
Calon Perekayasa BBAP Takalar
3
Calon Litkayasa BBAP Takalar
4
Kepala BBAP Takalar
2
3. faktor tersebut bisa direduksi dengan menggunakan filter, akan tetapi untuk
mikroorganisme seperti bakteri membutuhkan ukuran pori filter yang sangat kecil
hingga membutuhkan ukuran ultrafilter (Lechevallier dan Kwok-Keung Au, 2004).
Berkaitan dengan pembenihan maka yang menjadi sangat menonjol adalah faktor
mikroorganisme patogen seperti bakteri. Bakteri patogen bisa terbawa langsung
oleh air yang dijadikan sumber air dan bisa muncul sebagai akibat melimpahnya
bahan organik di dalam media pemeliharaan karena proses filterisasi yang kurang
efektif, begitu pula sisa pakan dan peces ikan.
Di dalam kegiatan pembenihan, stabilitasi kualitas air yang baik menjadi
suatu keharusan baik karakteristik fisik, kimia maupun biologi. Karena semakin awal
pada tahapan perkembangan ikan semakin peka terhadap kondisi lingkungannya.
Bakteri patogen menjadi momok yang sangat menghantui para petani penyedia
benih karena bisa berdampak pada tingginya mortalitas benih. Pada tahap-tahap
perkembangan awal seperti larva baik ikan/udang/kepiting sangat rentan terhadap
keberadaan bakteri patogen seperti jenis Vibrio harvei. Berkaitan dengan upaya
untuk mereduksi kehadiran bakteri patogen di dalam kegiatan pembenihan maka
upaya-upaya sterilisasi air dilakukan dengan menggunakan berbagai metode seperti
cara kimia, cara fisik, cara mekanik, dan cara radiasi (Lekang, 2007). Cara yang
menjadi trend saat ini adalah menggunakan teknologi Cahaya ultraviolet dan
menggunakan filter membrane (Lechevallier dan Kwok-Keung Au, 2004).
Penggunaan ultraviolet bisa menjadi pilihan karena lebih efektif bisa
membunuh mikroorganisme patogen dengan ukuran yang sangat kecil, biaya rendah
dan mudah dalam pemeliharaan serta adaptif untuk beberapa metode budidaya
(close system ataupun open system).
B. CAHAYA ULTRAVIOLET
Cahaya ultraviolet (UV) adalah Cahaya yang tidak dapat dilihat oleh mata dan
merupakan radiasi elektromagnetik yang berada pada kisaran panjang gelombang 1
– 400 nm (Lekang, 2007). Cahaya Matahari adalah sumber cahaya ultraviolet
terbesar di alam semesta ini. Karakteristik dari cahaya ultraviolet memberikan
dampak pada kerusakan kulit dan mampu membunuh mikroorganisme di alam
sehingga perkembangannya terhambat. Cahaya UV ini ditemukan sejak tahun 1677,
dan pertama kali dimanfaatkan oleh Niels Ryberg Finsen seorang peneliti Denmark
untuk membunuh organisme patogen.
Cahaya UV ini dibedakan menjadi UV-A, UV-B, UV-C.dan UV vakum, yang
didasarkan pada perbedaan karakteristik panjang gelombang (315-380 nm, 280-315
nm, 200-280 nm, 100-200 nm) dan tekanan (tinggi, sedang, rendah). Cahaya UV
yang paling efektif menginaktifasi mikroorganisma adalah cahaya UV-C dengan
panjang gelombang antara 200-280 nm dengan cahaya UV effektif (puncak daya
bunuh mikroorganisme) ada pada panjang gelombang 264 nm (Lechevallier dan
Kwok-Keung Au, 2004; www.emperoraquatic.com). Jenis lampu UV yang dibuat
untuk tujuan sterilisasi terbuat dari uap merkuri dengan panjang gelombang 253.7
nm (Lekang, 2007).
Lampu merkuri dengan tekanan rendah adalah cahaya yang paling baik
dalam mematikan mikroorganisma karena dihasilkan oleh radiasi awal dari lampu
yang mengandung spektrum cahaya dengan panjang gelombang 254 nm yang
hampir mendekati puncak kemampuan membunuh organisma yakni 265 nm (Aquatic
eco-systems, inc, 2005). Selain itu lampu ini mampu mengubah input energi lampu
ke dalam energi UV C hingga mencapai 40%, sehingga merupakan kemampuan
komversi yang paling tinggi dibanding jenis UV lainnya. Karakteristik lainnya adalah
bahwa jenis lampu UV ini memiliki energi imput yang rendah (200-1500 mA) dan
suhu yang rendah (37.78-93.33 oC).
3
4. Gambar 1. Spektrum cahaya (www.emperoraquatic.com)
Sebaliknya untuk kelompok UV dengan lampu merkuri tekanan menengah
hingga tinggi, jenis ini mempunyai kemampuan sangat lemah dalam membunuh
mikroorganisma dan kemampuan konversi energi imputnya hanya mencapai 7 %,
justru yang paling besar konversinya adalah ke panas dan cahaya yang dapat dilihat.
Energi input yang digunaknnya antara 2000-10000 mA dan menghasilkan suhu yang
tinggi antara 500-600 oC.
Tabel 1. Komparasi karakteristik dari jenis-jenis lampu UV
(www.emperoraquatic.com ).
NO. Karakteristik Lampu UV C Lampu UVA/UVB
1 Kemampuan bunuh Tinggi Rendah
2. Konversi energi 40 % 7%
3. Tekanan Rendah Sedang-tinggi
4. Penggunaan energi 200 – 1.500 mA 2.000-10.000 mA
o
5. Suhu 37.78 – 93.33 C 500 – 500 oC
6. Masa pakai 5.000 – 10.000 jam 1.000 – 2.000 jam
Cahaya UV efektif dalam mendeaktifasi mikroorganisma seperti bakteri, virus
dan protozoa serta Algae (Lechevallier dan Kwok-Keung Au, 2004;
www.emperoraquatic.com). UV mentransfer energi elektromagnetik dari lampu
merkuri ke materi genetik (RNA dan DNA). Ketika Cahaya UV menembus dinding sel
dan sekaligus melumpuhkan kemampuan reproduksinya (EPA, 1998 Sasaran utama
Cahaya ultraviolet adalah DNA atau RNA walaupun demikian pada tahap awal
radiasi UV menghancurkan dinding sel terlebih dahulu. Thymine yang dan dalam
bentuk dimer (thyamine-thyamine double bond) di dalam DNA dan RNA sangat
reaktif terhadap Cahaya ultraviolet. Cahaya UV mengganggu dan mengacaukan
rantai DNA/RNA pada proses transkripsi dan duplikasi, sehingga mikroorganisma
menjadi steril, tidak aktif, tidak bisa melakukan reproduksi atau mati (Lechevallier
dan Kwok-Keung Au, 2004) (Gambar 2). Akan tetapi, thymine dalam bentuk dimer
masih memungkinkan kembali normal seperti semula, sehinga perlu dosis yang tepat
untuk menginaktifkan secara permanen (Lechevallier dan Kwok-Keung Au, 2004;
EPA, 1999).
4
5. Gambar 2. Perubahan rantai dobel helik DNA akibat radiasi Cahaya UV
(www.americanairandwater.com)
C. PEMANFAATAN CAHAYA UV DI PEMBENIHAN
Mahkluk hidup kecil yang menyerang atau merugikan dikenal dengan patogen.
Patogen adalah agen biologi yang penyebabkan munculnya penyakit atau infeksi
penyakit (Pillay, 1990). Patogen bisa meliputi virus, protozoa, bakteri, jamur, atau
crustacea parasit (Pillay, 1990). Sehingga bakteri patogen adalah bakteri yang
menginfeksi suatu penyakit. Secara umum lingkungan perairan selalu memiliki
potensi terdapatnya patogen, apalagi kondisi lingkungan perairan mendukung untuk
munculnya patogen. Seperti bakteri mempunyai rang kondisi lingkungan yang lebar
seperti suhu, pH, kandungan garam yang tinggi (Post, 1987). Bakteri akan mampu
bertahan pada kondisi lingkungan yang buruk dalam bentuk flagela atau kapsul dan
akan muncul dan aktif kembali ketika kondisi lingkungan mendukung. Bakteri
patogen bersifat saprofit dan menyerang ikan ketika ikan dalam kondisi yang tidak fit
atau seimbang, defisiensi nutrisi (Post, 1987). Bakteri yang dikenali bisa menjadi
patogen bagi hewan air budidaya adalah berasal dari genus Vibrio, flexibacter,
Pseudomonas, Edwardsiella, Yersinia, Pasteurella, Aeromonas, Alteromonas,
Flurobacterium, Clostridium, Reibacterium, Streptococus, Mycobacterium, dan
Nocardia (Roberts, 1989).
Saat ini pemanfaatan UV sudah meluas untuk tujuan sterilisasi berbagai
bidang sudah banyak menggunakannya seperti manufaktur, pengobatan, sterilisasi
makanan-minuman dalam kemasaan, kosmetik, sterilisasi air baku, pabrik tekstil,
perbankan, laboratorium, dan pembenihan ikan (www.aquatechnology.net), bahkan
untuk keperluan sterilisasi udara seperti di rumah sakit dan hotel-hotel (Kowalski,
2006).
Berkaitan dengan pemanfaatan, dalam tujuan untuk mensterilisasi air bagi
kegiatan pembenihan atau budidaya maka yang menjadi penting untuk mendapat
perhatian adalah jenis-jenis apa saja yang menjadi target untuk dimatikan oleh UV.
Setiap jenis mikroorganisma mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga
membutuhkan dosis yang berbeda pula. Ultraviolet mampu secara efektif
meminimalisir populasi bakteri, virus, algae, protozoa, dan jamur (Aquatic eco-
systems,inc. 2005). Secara lengkap jenis-jenis yang sudah diujicobakan ke UV ada
di Lampiran. Dosis yang dibutuhkan untuk mendeaktifasi patogen seperti kelompok
bakteri ada pada rang 2.500-22,000 µWs/Cm2, jamur/ragi ada pada rang antara
5
6. 6,600 – 330,000 µWs/Cm2, alga sekitar 22,000 µWs/Cm2, dan virus (6,000 –
440,000 µWs/Cm2. (www.aquatechnology.net; Aquatic eco-systems.inc. 2005;
www.aquaticeco.com; Lekang, 2007).
D. DISAIN ULTRAVIOLET
1. Dosis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Disain ultraviolet menjadi sangat penting karena akan sangat mempengaruhi
kemampuan deaktifasi mikroorganisme patogen. Secara keseluruhan kemampun
deaktifasi ini berkaitan dengan dosis cahaya UV yang dihasilkan, dan proses disain
rancang bangun sangat berkaitan dengan dosis yang akan dihasilkan. Dosis yang
dimasksudkan (D) adalah proporsi dosis radiasi per unit area (intensitas) cahaya UV
(I) dan waktu eksposure (t) (Lekang, 2007) , sehingga muncul persamaan dosis:
Dimana :
D : Dosis
D = It I : Intensitas cahaya UV
t : waktu terkena Cahaya UV
Satuan dosis yang digunakan berdasarkan persamaan di atas adalah µWs/Cm2
(mikrowatt-detik per sentimeter persegi) atau intensitas radiasi per satuan luas.
Efektifitas cahaya UV sangat tergantung pada daya (watt) lampu, usia pakai
lampu, panjang lampu, kebersihan permukaan lampu, jarak antara permukaan lampu
dengan target, jenis organisme, waktu interaksi antara cahaya dengan
mikroorganisme, dan kejernihan air (EPA, 1999; Lekang, 2007). Sehingga dalam
disain harus bisa memperhatikan faktor-faktor tersebut. Semakin tinggi daya lampu
akan semain tinggi kemampuannya dan semakin lama masa pakainya akan semakin
berkurang kemampuannya, juga semakin redup/kotor permukaan lampu akan
mengurangi kemampuan. Panjang lampu akan mempengaruhi luas permukaan dan
waktu interaksi antara cahaya dengan target.
Diameter pipa dimana ada lampu UV di dalammnya akan sangat
mempengaruhi tingkat proporsi transmisi cahaya ke target. Semakin lebar diameter
pipa akan semakin mengurangi kemampuan UV. Waktu interaksi antara target dan
cahaya akan berkaitan dengan kecepatan aliran air yang ditentukan oleh tekanan
pompa atau gaya gravitasi akibat jumlah beban dan tinggi tandon sumber air.
Semakin cepat aliran air akan mengurangi kemampuan UV. Begitu juga kejernihan
air, semakin jernih air akan semakin meningkatkan kemampuan UV dalam
membunuh target. Keberadaan partikel air, humus atau air berwarna akan
menurunkan kemampuan UV. Kemampuan deaktifasi dari dosis yang dihasilkan oleh
UV akan sangat berkaitan dengan jenis mikroorganisme yang menjadi target, karena
setiap mikroorganisme mempunyai daya tahan yang berbeda terhadap dosis yang
dihasilkan. Atau dengan kata lain mikroorganisme tertentu membutuhkan dosis yang
berbeda. Agar kemampuan UV tetap terjaga maka lampu UV harus dapat dipelihara
dengan mudah seperti penggantian lampu atau pembersihan kotoran lampu
sehingga kemampuan UV kembali pulih.
6
7. Pipa tabung UV
Lampu UV
Pipa Input/output air
Diameter pipa
tabung
Jarak transmisi
cahaya UV
Gambar 3. Posisi lampu UV di dalam cahmber (pipa/besi)
Dari persamaan di atas kemudian lebih diuraikan menjadi sebuah persamaan
yang dapat diaplikasikan untuk perencanaan pembuatan UV yang bisa disesuaikan
dengan kebutuhan. Persamaan tersebut menjadi :
D = P/SToLt
Dimana :
D : Dosis radiasi (µWs/Cm2)
P : Efek radiasi (W)
S : Luas permukaan yan teradiasi (cm2)
To : Kemampuan transmisi cahaya UV pada kedalaman 1 cm (%)
L : Ketebalan lapisan air yang diradiasi (cm)
t : waktu terkena Cahaya UV (Lekang, 2007)
Dengan demikian jelas bahwa UV mempunyai daya deaktifasi yang baik, bila
panjang lampu dan daya lampu lebih tinggi, ketebalan lapisan air pendek, air lebih
jernih dan kecepatan air lebih lambat.
Khusus untuk karakteristik air selain faktor kecerahan terdapat beberapa
faktor yang bisa menurunkan kemampuan deaktifasi. Terdapat karakteristik fisika
dan kimia air yang bisa menurunkan kemampuan deaktifasi UV seperti kesadahan,
pH, TSS, kandungan logam (EPA, 1999). Kesadahan yang tinggi akan cenderung
melarutkan logam-logam berat yang justru akan menyerap radiasi Cahaya UV,
begitu juga bila pH rendah, TSS tinggi, dan kandungan logam (besi) di dalam air
tinggi (EPA, 1999). Sedangkan kandungan ammonia, nitrit, nitrat, dan BOD
pengaruhnya sangat sedikit (EPA, 1999).
2. Kelebihan dan kekurangan UV
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan UV sebagai alat sterilisasi
(EPA, 1999) yakni:
7
8. a. Kelebihan
1. Sangat efektif dalam medeaktifasi virus, bakteri, jamur/spora, dan kista
2. Lebih bersifat proses fisik dibanding proses kimia
3. Tidak menghasilkan efek residu, yang bisa berbahaya bagi lingkungan,
tidak merubah rasa
4. Lebih mudah dalam penanganannya
5. Tidak membutuhkan waktu yang lama
6. Tidak membutuhkan tempat yang luas dan energi besar.
b. Kekurangan
1. Dosis rendah tidak efektif dalam mendeaktifasi patogen
2. Organisme bisa kembali normal setelah terkena radiasi
3. Perlu sering melakukan pembersihan kotoran yang menempel di kaca
lampu
4. Perlu kecerahan air dan bila nilai TSS melebihi 30 ppm efeknya tidak
efektif.
3. Model disain UV
Model disain merupakan bagian dari upaya untuk menghasilkan variasi
produk. Model disain UV yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan yang
didasarkan pada target deaktifasi, kemudahan dan kecepatan suplai air serta
ekonomis. Secara umum model-model yang bisa ditemukan adalah
a. Aliran air searah dengan panjang lampu
1. Satu lampu UV dalam satu tabung
2. Beberapa lampu dalam satu tabung UV
b. Arah air tegak lurus dengan panjang lampu
Pada Gambar 4 di atas nampak gambar 4-a2 dan b, digunakan untuk
kebutuhan suplai air yang cukup besar namun daya deaktifasinya tetap tinggi. Dari
ke tiga model tersebut kemudian model-model yang sama bisa dipasang secara seri
sehingga dosisnya akan meningkat dua kali lipat atau lebih tergantung pada jumlah
lampu. Dalam aplikasinya lampu UV bisa kontak langsung dengan air atau tanpa
kontak langsung, yakni menggunakan lapisan kaca. Sehinga yang perlu dibersihkan
rutin adalah kaca pelindung lampu.
Arah air
Gambar 4. Beberapa model disain UV (www. emperoraquatics.com)
8
9. E. ULTRAVIOLET SEDERHANA BUATAN BBAP TAKALAR
Ultraviolet yang dibuat diupayakan dapat dijangkau dan dimanfaatkan secara
luas oleh para pengguna terutama di panti-panti benih seperti BBI atau BBU.
Sehingga dalam pembuatannya menggunakan baha-bahan yang murah namun tetap
memperhatikan aspek masa pakai, keamanan, dan output daya deaktifasi. Bahan-
bahan yang digunakan adalah bahan-bahan pipa PVC dan aksesorisnya. Bahan-
bahan ini memilih kualitas terbaik sehingga tahan dan aman.
Paket UV terdiri dari pipa PVC dan aksesorisnya serta panel listrik untuk
dapat mengontrol lampu UV yang di pasang. Paket UV yang dibuat BBAP Takalar
meliputi model satu lampu dalam satu tabung (Gambar 5 dan 6) dan model 3 lampu
dalam satu tabung (model 3 in 1) (Gambar 7 dan 8). Model pertama dibuatkan
variasinya dengan model seri 2, 3, 4 lampu, sedangkan untuk model ke dua dibuat 2
UV dipasang seri.
1. Model satu lampu dalam satu tabung
Lampu UV Ф Pipa tabung UV
1 “ 40 watt
Pipa Input/output
air Ф 2.5”
Pipa Ф 2.5”
Jarak
transmisi 1.5
“
Gambar 5. penampang melintang UV 1 lampu
In let
Spesifikasi :
1. Lampu UV 40 w
Out let
2. Panjang UV efektif 86 cm
3. Pipa PVC 2”
4. Pipa input/output 2”
5. Kecepatan air 1 L/dt = Dosis UV = 159.000 µWs/Cm2
6. Kecepatan air 2 L/dt = Dosis UV = 79.407 µWs/Cm2
Gambar 6. Ultraviolet 1 lampu dalam 1 tabung
9
10. 2. Model tiga lampu dalam satu tabung (3 in 1)
Lampu UV Ф 1 Pipa tabung UV
“ 40 watt
Pipa Input/output
air Ф 2.5”
1 Pipa Ф 8”
3
2
Gambar 7. Penampang UV 3 in 1
In let
Spesifikasi :
1. Lampu UV 40 W 3 buah
2. Panjang UV efektif 86 cm
3. Pipa PVC 8” Out let
4. Pipa input/output 8”
5. Kecepatan air 30 Ton/Jam = Dosis UV = 98.404 µWs/Cm2
6. Kecepatan air 10 Ton/Jam = Dosis UV = 295.213 µWs/Cm2
Gambar 8. Ultraviolet 3 in 1
10
11. F. KEMAMPUAN UV SEDERHANA BUATAN BBAP TAKALAR
Keberhasilan dalam disain dan pembuatan UV perlu diikuti dengan
efektifitasnya. Oleh karena itu pihak rancang bangun BBAP Takalar tetap terus
melakukan pengujian atas disain yang dibuat sehingga benar-benar disainnya dapat
dipertanggungjawabkan.
1. Ultraviolet 2 Lampu
Hasil kajian BBAP Takalar tahun 2006 (Udi Putra, et al., 2007) dengan
menggunakan 2 lampu UV diperoleh dengan perlakuan dosis UV 409.777 µWs/Cm2 ,
319.626 µWs/Cm2, 255.700 µWs/Cm2, 191.392 µWs/Cm2 atau dengan kecepatan
0.78 L/d, 1 L/dt, 1.25 L/dt dan 1.67 L/dt menunjukkan hasil yang sangat signifikan.
Total bakteri dapat direduksi hingga > 70% pada dosis terendah (kecepatan air
tinggi) dan mendekati 100% pada dosis tertinggi. Yanga sangat menarik adalah jenis
bakteri Vibrio sp dapat direduksi hingga 100 % mulai dari dosis yang rendah, yang
kemudian disusul oleh jenis bakteri Flexibacter sp dan bakteri lainnya (Gambar 9).
Secara keseluruhan bakteri yang ada di sumber air media akan dapat diinaktifasi
dengan memperlambat aliran air media (memperlama interaksi cahaya dan bakteri)
atau dengan meningkatkan dosis cahaya. Dengan demikian UV dua lampu cukup
efektif dalam mereduksi populasi bakteri di dalam media budidaya. Semakin tinggi
dosis UV tingkat reduksi bakteri semakin tinggi
100
Kemampuan Inaktifasi (%)
80
60
T. Bakteri
40 Vibrio sp
Flexibacter sp
B. lainnya
20
0
0 191.392 255.700 319.626 409.777
2
Dosis (µWs/Cm )
Gambar 9. Kemampuan Inaktifasi Bakteri pada Dosis UV berbeda (Udi putra et
al., 2007).
2. Ultraviolet 3 in 1
Hasil pengujian terhadap Ultraviolet 3 in 1 yang dilakukan oleh Udi puta et.al,
(2008) dimana 2 UV dipasang seri menunjukkan bahwa pada dosis 177.518
µWs/Cm2, 181.057 µWs/Cm2, 202.339 µWs/Cm2, dan 338.159 µWs/Cm2 atau
dengan kecepatan 33.26 Ton/jam, 32.61 Ton/jam. 29.18 Ton/Jam dan 17.46
Ton/Jam dari tiga jenis bakteri (Vibrio sp, Flavobacterium sp dan Aeromonas ap)
11
12. terjadi peningkatan kemampuan reduksi dari 48-98% -pada dosis 177.518 µWs/Cm2,
menjadi 97 – 100% pada dosis 338.159 µWs/Cm2(Gambar 10).
Dengan dosis UV yang dihasilkan menunjukkan bahwa dari ke tiga jenis
bakteri patogen yang didentifikasi ternyata jenis bakteri Vibrio sp adalah yang paling
rentan atau mudah dideaktifasi, kemudian disusul oleh jenis Flavobacterium sp dan
Aeromonas sp dan populasi bakteri patogen pun menurun. Bahkan pada dosis
181.056 µWs/Cm2 hampir 100% Vibrio sp terdeaktifasi. Dengan demikian
penggunaan UV 3 in 1 menjadi sangat signifikan dalam mereduksi bakteri fatogen
seperti jenis Vibrio sp yang banyak menyebabkan kematian masal di pembenihan
udang, kepiting begitu pula komoditas pembenihan lainnya. Model UV kapasitas
besar ini mampu memberikan solusi pada masalah tingginya populasi fatogen di
dalam sumber dan media pembenihan atau budidaya.
100
80
Kemampuan inaktifasi (%)
60
40 Vibrio
Aeromonas
20 Flavobacterium
J.lainnya
0
0 177.518 181.056 202.339 338.159
Dosis (µWs/Cm )
2
Gambar 10. Kemampuan inaktivasi UV 3 in 1 pada dosis UV berbeda (Udi Putra et
al., 2008).
G. PENUTUP
Penggunaan ultraviolet sudah menjadi keperluan bagi upaya untuk
mengurangi polusi, terbukti dengan pemanfaatan yang luarbiasa di beberapa sektor,
begitu pula di dalam kegiatan pembenihan atau budidaya karena faktor semakin
menurunnya kualitas lingkungan padahal kebutuhan kondisi kualitas lingkungan yang
baik menjadi hal yang utama. Kendala pengadaan paket UV saat ini sudah dapat di
atasi melalui rancang bangun yang dilakukan oleh BBAP Takalar. Paket UV yang
ekonomis namun tetap mengedepankan faktor efektifitas dan keamanan. Hasil uji
menunjukkan hasil yang signifikan dalam kemampuannya mereduksi bakteri.
Harapan kami paket UV ini bisa dimanfaatakn oleh seluruh stekholder di seluruh
aktifitas sektor perikanan.
Pihak BBAP Takalar membuka layanan untuk menerima pesanan pembuatan
paket UV untuk keperluan sterilisasi dengan menghubungi BBAP Takalar Divisi
12
13. Rancang Bangun di Telp 0411-230730, Fax 0418-2326777 atau e-mail :
bbaptakalar@yahoo.com. Selain Produk UV kami juga siap melayani pemesanan
protein skimmer, filter cartridge (1-10µ), klep ukuran besar, dan filter kapsul (portable
filter). Semua alat sudah melalui proedur pengujian dengan hasil yang memuaskan.
H. PUSTAKA
Aquatic eco-systems, inc. 2005. 2005 Master Catalog. Aquatic eco-systems, inc.
EPA. 1999. Wastewater Technology fact sheet : Ultraviolet disinfectant. Water office
Washington DC.
Kowalski, W. 2006. UVGI for for Cooling Coil Disinfectant and Air Treatment.
American Air and Water Inc.
LeChevallier Mark K and Kwok-Keung Au. 2004. Water Treatment and Pathogen
Control : Process Efficiency in Achieving Safe Drinking Water. World
Health Organization’ and IWA Publishing. London
Lekang, Odd-Ivar. 2007. Aquaculture Engineering. Blackwell Publishing. Singapore.
Malley, JP Jr. 2000. Ultraviolet Disinfection. In. Control of Microbes in Drinking
Water. American Society of Civil Engineering. America.
USEPA. 2003. Ultraviolet Disinfection Guidance Manual, Draft. Washington DC,
Office of Ground water and Drinking Water. United States Environmental
Protection Agency.
Pillay T.V.R. 1990. Aquculture: Principles and Practices. Fishing News Book.
London.
Post, George. 1987. Textbook of Fish Health. Revised and expanded Edition. T.F.H.
Publications Inc. USA.
Roberts, Ronald, J. 1989. Fish Pathology. 2nd Edition. Bailliere Tindall. London.
Www. americaairandwater.com. UV-fact.
Www. aquatictechnology.net. Ultraviolet system.
Www. aquaticeco.com. Ultraviolet
Www. emperoraquatics.com. Smart UV lite.
Udi Putra N.S.S, M. Syaichuddin, S. Faridah. Tamrin. 2007. Efektifitas Ultraviolet
Sederhana dalam mereduksi Bakteri pathogen di dalam media air
buydidaya. Prosiding Indonesia Aquaculture 2007. Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya.
Udi Putra, N.S.S, Fauzia, Tamrin. Samsul Bahri, Maqbul Syahrir. 2008. Disain UV 3
in 1 untuk mereduksi populasi Bakteri di dalam Air Media Budidaya pada
Penyediaan Air Skala Besar. Laporan Tahunan BBAP Takalar.
13