SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 13
Descargar para leer sin conexión
2. Model Matematika Suatu Masalah 
2.1 Penurunan Rumus Matematika dari Suatu Masalah 
Seperti yang dijelaskan dalam pengantar dalan bab ini bahwa perumusan matematis suatu 
permasalahan yang berbentuk sebuah model matematis adalah hal yang sangat penting sebelum 
menyelesaikan masalah itu sendiri. 
Sebagai contoh akan diberikan fenomena yang akan di buat model matematikanya 
sebagai berikut: 
Sebuah massa m kg diberikan pada pegas yang semula memiliki panjang L0 meter, pada 
t=0. Massa berpindah dari jarak X0 meter dengan kecepatan V0 meter/menit. Diasumsikan 
gerakan terjadi secara vertical dengan aturan bahwa jarak diukur positif dengan arah menurun 
kebawah. Secara matematis harus ditentukan gaya yang menyebabkan terjadinya pergerakan. 
Pertama anggap bahwa pegas dalam posisi setimbang dimana massa menggantung secara bebas 
dari pegas tanpa ada gerakan. Gaya yang menyebabkan massa dalam posisi setimbang adalah : 
1. gaya oleh grafitasi : Fg = m.g 
2. Gaya pegas Fs , yang menyebabkan perpindahan pegas dari panjang awalnya, lihat 
gambar 2.1. 
Gaya yang terakhir ini (Fs ) diambil dari hukum HOOKE : 
Ketika pegas direnggangkan atau dimampatkan dengan jarak L dari panjang awalnya sama 
dengan gaya pegas : Fs = - k L
Dimana k adalah konstanta positip yang disebut konstanta pegas dengan satuan meter/kg. Jika L0 
menunjukkan regangan pegas dari posisi kesetimbangan statisnya, maka : Fs = - k L0 
Karena sistemnya dalam kesetimbangan statis, maka gaya pegas harus diseimbangkan oleh gaya 
grafitasi : Fs + Fg = 0 
Fg = - Fs 
m.g = k L0 ....(2.1.1) 
Anggap situasi ketika massa telah menimbulkan gerakan X(t) yang menunjukkkan posisi massa 
pada waktu t dan missal X=0 bertepatan dengan sistem pada posisi setimbang, maka persamaan 
gaya yang menyebabkan massa bergerak sebagai berikut: 
1. 
Gaya grafitasi : Fg = m.g (2.1.2) 
2. Gaya pegas Fs pada waktu t perpindahan total pegas dari panjang awalnya adalah L0 + 
X(t), menurut hukum Hooke : 
Fs = - k ( L0 + X(t)) (2.1.3) 
3. Gaya yang disebabkan oleh tekanan pada luasan tertentu (Fd). Secara umum gerakan 
disebabkan karena gas, misalnya tekanan udara, seperti yang ditunjukkan pada gambar 
2.2 , merupakan sistem gas luar, misalkan dashphot . Diasumsikan bahwa gaya yang 
disebabkan oleh tekanan gas secara langsung sebanding dengan kecepatan massa Fd = - c 
...(2.1.4) 
Dimana c adalah konstanta positip yang disebut konstanta gas. Tanda negatip 
dikarenakan Fd selalu menyebabkan arah berlwanan dengan gerakan.
Gambar 2.1 Model sederhana dari sistem pegas dengan redaman 
4. 
2. Gaya pendorong luar F(t) yang ditimbulkan. Sebagai contoh bagian puncak pegas dari 
massa itu sendiri, boleh disebut gaya luar. 
Jumlah gaya yang menyebabkan sistem beraksi akan dijumlahkan dengan menggunakan hukum 
Newton II, diperoleh persamaan diferensial yang menyebabkan gerakan adalah : 
atau: 
(2.1.5) 
dengan kondisi nilai awal yang harus diberikan adalah : X(0) = x0 , = v0 
Oleh karena itu untuk menentukan gerakan dari sistem harus mengatasi MNA : 
(2.1.6)
Selanjutnya akan kita bahas lebih dahulu untuk kasus F(t) = 0 dan untuk kasus F(t) 0 kita 
bahas pada bagian berukutnya. 
2.2. OSILASI BEBAS DARI SEBUAH SISTEM MEKANIS 
Pada bagian ini, kita akan mempelajari gerak dari sistem pegas bermassa dengan asumsi 
bahwa tidak ada gaya luar yang mempengaruhi sistem tersebut. Dengan demikian, kita 
asumsikan bahwa sistem diatur sedemikian rupa sehingga interaksi luar tidak diperhitungkan. 
Dalam rumus umum dari pembahasan sebelumnya, ditetapkan fungsi F(t)=0, jadi nilai awal 
untuk masalah (2.1.5) diturunkan menjadi 
(2.2.1) 
Selanjutnya kita akan lebih banyak membahas tentang persamaan diferensial itu sendiri, selama 
kondisi awal tidak mempengaruhi sifat dari rumus di atas. Pandang PD : 
(2.2.2) 
yaitu persamaan diferensial linear dengan koefisien konstan homogen , dapat diselesaikan 
dengan menggunakan teknik penyelesaian dari pembahasan sebelumnya. Kami membagi 
pembahasan dari rumus (2.2.2) ke dalam beberapa kasus/kejadian. 
Kejadian 1 : TANPA REDAMAN (DAMPING). 
Pertama kita membahas kasus dimana tidak terdapat redaman (c = 0). Ini merupakan kasus 
paling sederhana yang dapat muncul dan akan sangat penting untuk memahami kasus yang lebih 
umum seperti ini. Persamaan diferensial (2.2.2) kita menjadi : 
(2.2.3) 
Dimana 
(2.2.4) 
Persamaan diferensial dengan koefisien konstan (2.2.3) memiliki penyelesaian umum : 
(2.2.5)
Dalam kasus ini diperkenalkan dua konstanta baru A0 dan yang didefinisikan dalam c1 dan 
c2. 
(2.2.6) 
dengan 
(2.2.7) 
Tugas: Dengan subtitusi (2.2.7) tunjukkan bahwa 
.....(2.28) 
Jelasnya, gerakan yang dinyatakan oleh (2.2.8) adalah gerak periodik. Kita mengacu kepada 
gerakan seperti gerak harmonik sederhana. Gambar (2.2.2) menggambarkan gerakan ini untuk 
tipe nilai konstanta dan . 
gambar 2.2.2 
Gerak Harmonik sederhana Massa berosilasi kontinu dengan amplitude konstan 
Adapun penamaan untuk ketiga konstanta diatas adalah : 
: ampiltudo gerakan 
: frekuensi sudut system 
: fase gerakan 
Periode osilasi (waktu yang diperlukan untuk melakukan satu putaran), T, adalah 
(2.2.9)
sehingga frekuensi osilasi, f adalah 
Kejadian 2 : DENGAN GAYA REDAMAN. 
Sekarang kita membahas gerak dari sistem pegas jika gaya redam konstan. Untuk kasus 
ini, Persamaan karakteristik untuk (2.2.2) adalah : 
Dengan akar-akar : Karakter sstem tergantung pada akar-akar 
karakteristiknya : real berbeda, real kembar dan komplek. Ketiga situasi ini akan muncul pada 
besarnya c2 -4km . Umtuk pegas bermassa tertentu hanya dampingnya yang dapat diubah, hal ini 
akan memunculkan terminology berikut : 
Kita katakana sistem dalam kondisi : 
a) Underdamped (redaman yg kecil/terkontrol ) c2 < 4km akar komplek 
b) Critically damped ( redaman yang kritis) c2 = 4km akar real kembar 
c) overdamped ( redaman yang berlebihan) c2 > 4km akar real berbeda 
Penyelesaian DP (2.2.2) untuk kondisi : 
a)X(t) = (2.2.10) 
b)X(t) = (2.2.11) 
c)X(t) = (2.2.12) 
dalam ketiga kasus ini kita memiliki definisi : yang menyatakan bahwa tidak ada 
gerakan untuk t bernilai tak hingga. Atau berasimtotis ke 0 untuk t . 
Kejadian 2a : Underdamped. 
Dalam kasus ini posisi massa pada waktu t dinyatakan dalam (2.2.10), gerak harmonik 
sederhana juga berlaku dalam hal ini, yaitu ketika c=0. Misalkan dua konstanta yang 
didefinisikan oleh :
Penyelesaian (2.2.10) dapat ditulis: 
(2.2.13) 
Dapat dilihat bahwa massa berosilasi sekitar . Fungsi gerak ini digambarkan pada 
gambar (2.2.3) untuk kasus ketika X(0)>0 dan (dx/dt)(0)>0 
Pada umumnya, gerak ini adalah bersifat osilasi, tetapi tidak periodik. Amplitudo gerakan 
mencapai npl bersaman dengan waktu yang cukup lama, dan T waktu antara dua posisi 
maksimum ( atau minimum) dari X(t) memiliki nilai konstan : 
Kejadian 2b : Criticaldamped. 
Kasus ini muncul ketika c2 = 4 km, masukkan pada persamaan (2.2.10) diperoleh PD yang 
menerangkan gerak tersebut adalah : 
Dengan penyelesaian umum : 
X(t)= 
(2.2.14) 
Sekarang redaman sangat keras/kritis, sehingga sistem dapat mencapai titik kesetimbangan 
sekali. Jadi tidak ditemukan sifat osilasi. Jika ditetapkan posisi awal :
sehingga dengan mudah terlihat bahwa (10.2.14) dapat ditulis dalam bentuk : 
Akibatnya, sistem akan melewati posisi setimbang yang diberikan oleh X0 dan 
yang memiliki tanda berlawanan. Sketsa dari gerak tersebut digambarkan pada (2.2.4) 
Kejadian 2c : Overdamped. 
Dalam kasus ini kita memiliki c2 -4km atau Akar-akar dari persamaan karakteristik : 
Misalkan , penyelesaian umu PD (2.2.2) adalah 
Selama c, k, m bernilai positip, maka akar-akar dari persamaan karakteristik adalah negatip, yang 
menyatakan bahwa kedua faktor di X(t) saling meniadakan menurut fungsi waktu. Tidak ada 
osilasi. Gerakan mirip dengan gerak pada kasus critical damped. Sistem dapat mencapai posisi 
setimbang hanya sekali. Hal ini diilustrasikan dalam gambar (2.2.5).
2.3 OSILASI OLEH GAYA LUAR . 
Sekarang kita pertimbangkan situasi ketika sistem massa pegas ditarik keatas dengan gaya luar. 
Sebagai contoh, Puncak dari gaya pegas yang saling tarik menarik tiba-tiba bergetar, misalnya 
seseorang yang berjalan melintas diatasnya. Sebagaimana yang ditunjuk pada bagian 
sebelumnya, PD yang tepat untuk mendiskripsikan perubahan sIstem adalah : 
Situasi penting akan muncul ketika gaya yang diaplikasikan secara periodik dalam waktu 
tertentu, dan pembahasan kita batasi pada gaya gerak dalam bentuk: 
dimana F0 dan adalah konstan. Oleh karena itu PD dasar menjadi : 
(2.3.1) 
Akan kita bagi menjadi beberapa bagian pembahasan : 
Bagian 1 : Tanpa redaman. 
Anggap c = 0 pada ( 2.3.1), menjadi : 
(2.3.2) 
dimana dinotasikan sebagai frekwensi sudut dari sistem dan bernilai 
Fungsi komplemen untuk (2.3.2) adalah : 
yang dapat ditulis dalam bentuk : 
(2.3.3)
dimana adalah konstan. Penyelesaian partikulir bergantung pada keadaan atau 
. 
Untuk , penyelesaian partikulir dengan operator D diperoleh : 
(2.3.4) 
sehingga penyelesaian umum (2.3.2) : 
(2.3.5) 
Hasil pergerakan ini terdiri dari super posisi dua model geteran harmonic sederhana. Salah satu 
darinya mempunyai frekwensi sudut dari system. Dan model lainnya memiliki frekwensi gaya 
gerak. Maka pergerakannya berupa gelombang dan dibatasi untuk semua waktu, tetapi tidak 
periodic pada umumnya. Tentu saja, ini bisa ditunjukkan (lihat gambar (2.3.1)) bahwa gerakan 
secara periodik hanya terjadi bila perbandingan merupakan bilangan real. Dapat 
dikatakan bahwa 
(2.3.6) 
dimana p dan q merupakan bilangan bulat positip. Dalam kasus ini , periode untuk gerakan ini 
adalah 
dimana p dan q merupakan bilangan bulat terkecil yang diberikan olen (2.3.6). Type gerakan 
(nonperiodik) dari pers(2.3.5) diberikan oleh gambar (2.3.1).
Untuk Resonansi, Ketika frekwensi gaya gerak bertepatan (sama) dengan frekwensi 
system , penyelesaian partikulir dengan operator D dari PD : 
(2.3.7) 
adalah : 
(2.3.8) 
Maka penyelesaian umum dari (2.3.7) adalah 
(2.3.9) 
Kita ketahui bahwa gerakan merupakan sebuah gelombang tetapi amplitudonya meningkat tanpa 
batas t . Fenomena ini terjadi ketika frekwensi gerak dan frekwensi system sama besarnya 
disebut dengan Resonansi. Dan ini tidak bisa diberikan gaya/tekanan berlebih . Sebagai contoh , 
kejadian resonansi pada waktu tertentu kadang disebabkan elastisitas pegas mendekati batas 
ambang, dan karena itu system akan rusak. Situasi seperti ini digambarkan pada gambar (2.3.2)
dibawah ini. 
Bagian 2 : Dengan Redaman. 
Perhatikan persamaan berikut : 
(2.3.9) 
comana . Penyelesaian partikulir dengan komputasi secara langsung diperoleh : 
(2.3.10) 
dan dapat ditulis sebagai : 
(2.3.11) 
dimana , dan 
dan . Dan penyelesaian umum dari (2.3.9) adalah :
(2.3.12) 
Untuk nilai t yang sangat besar maka xc dominant, untuk alas an ini fungsi komplemen 
merupakan bagian Transien dari penyelesaian , dan xp dikatakan bagian Steady state 
Dari penyelesaian. Kita tinjau (2.3.12) kembali sebagai superposisi dua getaran harmonic satu 
dengan resonansi dan lainnya tanp resonansi. Getaran harmonik sederhana ini kadang 
berfrekwensi sama dengan frekwensi gaya gerak benda. 
Bagian untuk resonansi kritis maupun over resonansi adalah sama, karena kedua bagian fungsi 
complement menghasilkan penyelesaian eksponensial dan penyelesaian steady state. Macam 
macam gerakan dari system gaya mekanik dengan resonansi ditunjukkan gambar (2.3.3)

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamaPersamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamadwiprananto
 
Deret Fourier Waktu Kontinyu
Deret Fourier Waktu KontinyuDeret Fourier Waktu Kontinyu
Deret Fourier Waktu Kontinyuyusufbf
 
Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)Heni Widayani
 
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksiMatriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksiElemantking Daeva
 
Persamaandifferensial
PersamaandifferensialPersamaandifferensial
PersamaandifferensialMeiky Ayah
 
Metode interpolasi linier
Metode  interpolasi linierMetode  interpolasi linier
Metode interpolasi linierokti agung
 
Transformasi laplace
Transformasi laplaceTransformasi laplace
Transformasi laplaceRumah Belajar
 
Konvergen Seragam dan Kekontinuan, Konvergen Seragam dan Pengintegralan
Konvergen Seragam dan Kekontinuan, Konvergen Seragam dan PengintegralanKonvergen Seragam dan Kekontinuan, Konvergen Seragam dan Pengintegralan
Konvergen Seragam dan Kekontinuan, Konvergen Seragam dan PengintegralanAnzilina Nisa
 
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourierDeret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourierArief Indrawan
 
Fungsi Gamma dan Beta (Kalkulus Peubah Banyak)
Fungsi Gamma dan Beta (Kalkulus Peubah Banyak)Fungsi Gamma dan Beta (Kalkulus Peubah Banyak)
Fungsi Gamma dan Beta (Kalkulus Peubah Banyak)Kelinci Coklat
 
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)Nerossi Jonathan
 
Bab 8. Fungsi Transenden ( Kalkulus 1 )
Bab 8. Fungsi Transenden ( Kalkulus 1 )Bab 8. Fungsi Transenden ( Kalkulus 1 )
Bab 8. Fungsi Transenden ( Kalkulus 1 )Kelinci Coklat
 

La actualidad más candente (20)

Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamaPersamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
 
Deret Fourier Waktu Kontinyu
Deret Fourier Waktu KontinyuDeret Fourier Waktu Kontinyu
Deret Fourier Waktu Kontinyu
 
Modul 3 transformasi laplace
Modul 3 transformasi laplaceModul 3 transformasi laplace
Modul 3 transformasi laplace
 
Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)
 
Linearisasi
LinearisasiLinearisasi
Linearisasi
 
Turunan numerik
Turunan numerikTurunan numerik
Turunan numerik
 
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksiMatriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
 
Persamaandifferensial
PersamaandifferensialPersamaandifferensial
Persamaandifferensial
 
Metode interpolasi linier
Metode  interpolasi linierMetode  interpolasi linier
Metode interpolasi linier
 
Transformasi laplace
Transformasi laplaceTransformasi laplace
Transformasi laplace
 
Pertemuan 12 deret fourier
Pertemuan 12  deret fourierPertemuan 12  deret fourier
Pertemuan 12 deret fourier
 
Deret fourier kompleks
Deret fourier kompleksDeret fourier kompleks
Deret fourier kompleks
 
Konvergen Seragam dan Kekontinuan, Konvergen Seragam dan Pengintegralan
Konvergen Seragam dan Kekontinuan, Konvergen Seragam dan PengintegralanKonvergen Seragam dan Kekontinuan, Konvergen Seragam dan Pengintegralan
Konvergen Seragam dan Kekontinuan, Konvergen Seragam dan Pengintegralan
 
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourierDeret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
 
Paper
PaperPaper
Paper
 
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial ParsialPengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
 
Fungsi Gamma dan Beta (Kalkulus Peubah Banyak)
Fungsi Gamma dan Beta (Kalkulus Peubah Banyak)Fungsi Gamma dan Beta (Kalkulus Peubah Banyak)
Fungsi Gamma dan Beta (Kalkulus Peubah Banyak)
 
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
 
Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)
 
Bab 8. Fungsi Transenden ( Kalkulus 1 )
Bab 8. Fungsi Transenden ( Kalkulus 1 )Bab 8. Fungsi Transenden ( Kalkulus 1 )
Bab 8. Fungsi Transenden ( Kalkulus 1 )
 

Similar a MODEL MATEMATIKA

2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptx2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptxHanifEka2210
 
Mekanika 2
Mekanika 2Mekanika 2
Mekanika 2adnavi
 
Mekanika II
Mekanika IIMekanika II
Mekanika IIadnavi
 
Pendinginan atom dengan laser sampai ke limit doppler
Pendinginan atom dengan laser sampai ke limit dopplerPendinginan atom dengan laser sampai ke limit doppler
Pendinginan atom dengan laser sampai ke limit dopplereli priyatna laidan
 
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034Nur Latifah
 
Hukum Thermodinamika I - Siklus Tertutup
Hukum Thermodinamika  I - Siklus TertutupHukum Thermodinamika  I - Siklus Tertutup
Hukum Thermodinamika I - Siklus TertutupIskandar Tambunan
 
Analisis fourier-lanjutan
Analisis fourier-lanjutanAnalisis fourier-lanjutan
Analisis fourier-lanjutanA-latief Hayati
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bMuhammad Ali Subkhan Candra
 
Momentum linear-dan-tumbukan
Momentum linear-dan-tumbukanMomentum linear-dan-tumbukan
Momentum linear-dan-tumbukanmuhamad khanif
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatRisdawati Hutabarat
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumkeynahkhun
 
Fisika kuantum edit
Fisika kuantum editFisika kuantum edit
Fisika kuantum editFauzan Amir
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2keynahkhun
 
Analisis Kompleks Gelombang Sinusoid
Analisis Kompleks Gelombang SinusoidAnalisis Kompleks Gelombang Sinusoid
Analisis Kompleks Gelombang SinusoidRisdawati Hutabarat
 
Gerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soalGerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soalSonitehe Waruwu
 
pertemuan 9 matek2.pptx
pertemuan 9 matek2.pptxpertemuan 9 matek2.pptx
pertemuan 9 matek2.pptxzainal968005
 

Similar a MODEL MATEMATIKA (20)

1. persamaan schrodinger
1. persamaan schrodinger1. persamaan schrodinger
1. persamaan schrodinger
 
2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptx2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptx
 
Mekanika 2
Mekanika 2Mekanika 2
Mekanika 2
 
Mekanika II
Mekanika IIMekanika II
Mekanika II
 
Pendinginan atom dengan laser sampai ke limit doppler
Pendinginan atom dengan laser sampai ke limit dopplerPendinginan atom dengan laser sampai ke limit doppler
Pendinginan atom dengan laser sampai ke limit doppler
 
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034
Artikel Mekanika Lagrangian Feni Fitriyani/M0213034
 
Hukum Thermodinamika I - Siklus Tertutup
Hukum Thermodinamika  I - Siklus TertutupHukum Thermodinamika  I - Siklus Tertutup
Hukum Thermodinamika I - Siklus Tertutup
 
Analisis fourier-lanjutan
Analisis fourier-lanjutanAnalisis fourier-lanjutan
Analisis fourier-lanjutan
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
 
Momentum linear-dan-tumbukan
Momentum linear-dan-tumbukanMomentum linear-dan-tumbukan
Momentum linear-dan-tumbukan
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat Padat
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Fisika kuantum edit
Fisika kuantum editFisika kuantum edit
Fisika kuantum edit
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
 
Getaran mekanik 7
Getaran mekanik 7Getaran mekanik 7
Getaran mekanik 7
 
Analisis Kompleks Gelombang Sinusoid
Analisis Kompleks Gelombang SinusoidAnalisis Kompleks Gelombang Sinusoid
Analisis Kompleks Gelombang Sinusoid
 
Rumus-rumus untuk IPhO
Rumus-rumus untuk IPhORumus-rumus untuk IPhO
Rumus-rumus untuk IPhO
 
Gerak Harmonis Sederhana
Gerak Harmonis SederhanaGerak Harmonis Sederhana
Gerak Harmonis Sederhana
 
Gerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soalGerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soal
 
pertemuan 9 matek2.pptx
pertemuan 9 matek2.pptxpertemuan 9 matek2.pptx
pertemuan 9 matek2.pptx
 

Último

MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 

Último (8)

MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 

MODEL MATEMATIKA

  • 1. 2. Model Matematika Suatu Masalah 2.1 Penurunan Rumus Matematika dari Suatu Masalah Seperti yang dijelaskan dalam pengantar dalan bab ini bahwa perumusan matematis suatu permasalahan yang berbentuk sebuah model matematis adalah hal yang sangat penting sebelum menyelesaikan masalah itu sendiri. Sebagai contoh akan diberikan fenomena yang akan di buat model matematikanya sebagai berikut: Sebuah massa m kg diberikan pada pegas yang semula memiliki panjang L0 meter, pada t=0. Massa berpindah dari jarak X0 meter dengan kecepatan V0 meter/menit. Diasumsikan gerakan terjadi secara vertical dengan aturan bahwa jarak diukur positif dengan arah menurun kebawah. Secara matematis harus ditentukan gaya yang menyebabkan terjadinya pergerakan. Pertama anggap bahwa pegas dalam posisi setimbang dimana massa menggantung secara bebas dari pegas tanpa ada gerakan. Gaya yang menyebabkan massa dalam posisi setimbang adalah : 1. gaya oleh grafitasi : Fg = m.g 2. Gaya pegas Fs , yang menyebabkan perpindahan pegas dari panjang awalnya, lihat gambar 2.1. Gaya yang terakhir ini (Fs ) diambil dari hukum HOOKE : Ketika pegas direnggangkan atau dimampatkan dengan jarak L dari panjang awalnya sama dengan gaya pegas : Fs = - k L
  • 2. Dimana k adalah konstanta positip yang disebut konstanta pegas dengan satuan meter/kg. Jika L0 menunjukkan regangan pegas dari posisi kesetimbangan statisnya, maka : Fs = - k L0 Karena sistemnya dalam kesetimbangan statis, maka gaya pegas harus diseimbangkan oleh gaya grafitasi : Fs + Fg = 0 Fg = - Fs m.g = k L0 ....(2.1.1) Anggap situasi ketika massa telah menimbulkan gerakan X(t) yang menunjukkkan posisi massa pada waktu t dan missal X=0 bertepatan dengan sistem pada posisi setimbang, maka persamaan gaya yang menyebabkan massa bergerak sebagai berikut: 1. Gaya grafitasi : Fg = m.g (2.1.2) 2. Gaya pegas Fs pada waktu t perpindahan total pegas dari panjang awalnya adalah L0 + X(t), menurut hukum Hooke : Fs = - k ( L0 + X(t)) (2.1.3) 3. Gaya yang disebabkan oleh tekanan pada luasan tertentu (Fd). Secara umum gerakan disebabkan karena gas, misalnya tekanan udara, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 , merupakan sistem gas luar, misalkan dashphot . Diasumsikan bahwa gaya yang disebabkan oleh tekanan gas secara langsung sebanding dengan kecepatan massa Fd = - c ...(2.1.4) Dimana c adalah konstanta positip yang disebut konstanta gas. Tanda negatip dikarenakan Fd selalu menyebabkan arah berlwanan dengan gerakan.
  • 3. Gambar 2.1 Model sederhana dari sistem pegas dengan redaman 4. 2. Gaya pendorong luar F(t) yang ditimbulkan. Sebagai contoh bagian puncak pegas dari massa itu sendiri, boleh disebut gaya luar. Jumlah gaya yang menyebabkan sistem beraksi akan dijumlahkan dengan menggunakan hukum Newton II, diperoleh persamaan diferensial yang menyebabkan gerakan adalah : atau: (2.1.5) dengan kondisi nilai awal yang harus diberikan adalah : X(0) = x0 , = v0 Oleh karena itu untuk menentukan gerakan dari sistem harus mengatasi MNA : (2.1.6)
  • 4. Selanjutnya akan kita bahas lebih dahulu untuk kasus F(t) = 0 dan untuk kasus F(t) 0 kita bahas pada bagian berukutnya. 2.2. OSILASI BEBAS DARI SEBUAH SISTEM MEKANIS Pada bagian ini, kita akan mempelajari gerak dari sistem pegas bermassa dengan asumsi bahwa tidak ada gaya luar yang mempengaruhi sistem tersebut. Dengan demikian, kita asumsikan bahwa sistem diatur sedemikian rupa sehingga interaksi luar tidak diperhitungkan. Dalam rumus umum dari pembahasan sebelumnya, ditetapkan fungsi F(t)=0, jadi nilai awal untuk masalah (2.1.5) diturunkan menjadi (2.2.1) Selanjutnya kita akan lebih banyak membahas tentang persamaan diferensial itu sendiri, selama kondisi awal tidak mempengaruhi sifat dari rumus di atas. Pandang PD : (2.2.2) yaitu persamaan diferensial linear dengan koefisien konstan homogen , dapat diselesaikan dengan menggunakan teknik penyelesaian dari pembahasan sebelumnya. Kami membagi pembahasan dari rumus (2.2.2) ke dalam beberapa kasus/kejadian. Kejadian 1 : TANPA REDAMAN (DAMPING). Pertama kita membahas kasus dimana tidak terdapat redaman (c = 0). Ini merupakan kasus paling sederhana yang dapat muncul dan akan sangat penting untuk memahami kasus yang lebih umum seperti ini. Persamaan diferensial (2.2.2) kita menjadi : (2.2.3) Dimana (2.2.4) Persamaan diferensial dengan koefisien konstan (2.2.3) memiliki penyelesaian umum : (2.2.5)
  • 5. Dalam kasus ini diperkenalkan dua konstanta baru A0 dan yang didefinisikan dalam c1 dan c2. (2.2.6) dengan (2.2.7) Tugas: Dengan subtitusi (2.2.7) tunjukkan bahwa .....(2.28) Jelasnya, gerakan yang dinyatakan oleh (2.2.8) adalah gerak periodik. Kita mengacu kepada gerakan seperti gerak harmonik sederhana. Gambar (2.2.2) menggambarkan gerakan ini untuk tipe nilai konstanta dan . gambar 2.2.2 Gerak Harmonik sederhana Massa berosilasi kontinu dengan amplitude konstan Adapun penamaan untuk ketiga konstanta diatas adalah : : ampiltudo gerakan : frekuensi sudut system : fase gerakan Periode osilasi (waktu yang diperlukan untuk melakukan satu putaran), T, adalah (2.2.9)
  • 6. sehingga frekuensi osilasi, f adalah Kejadian 2 : DENGAN GAYA REDAMAN. Sekarang kita membahas gerak dari sistem pegas jika gaya redam konstan. Untuk kasus ini, Persamaan karakteristik untuk (2.2.2) adalah : Dengan akar-akar : Karakter sstem tergantung pada akar-akar karakteristiknya : real berbeda, real kembar dan komplek. Ketiga situasi ini akan muncul pada besarnya c2 -4km . Umtuk pegas bermassa tertentu hanya dampingnya yang dapat diubah, hal ini akan memunculkan terminology berikut : Kita katakana sistem dalam kondisi : a) Underdamped (redaman yg kecil/terkontrol ) c2 < 4km akar komplek b) Critically damped ( redaman yang kritis) c2 = 4km akar real kembar c) overdamped ( redaman yang berlebihan) c2 > 4km akar real berbeda Penyelesaian DP (2.2.2) untuk kondisi : a)X(t) = (2.2.10) b)X(t) = (2.2.11) c)X(t) = (2.2.12) dalam ketiga kasus ini kita memiliki definisi : yang menyatakan bahwa tidak ada gerakan untuk t bernilai tak hingga. Atau berasimtotis ke 0 untuk t . Kejadian 2a : Underdamped. Dalam kasus ini posisi massa pada waktu t dinyatakan dalam (2.2.10), gerak harmonik sederhana juga berlaku dalam hal ini, yaitu ketika c=0. Misalkan dua konstanta yang didefinisikan oleh :
  • 7. Penyelesaian (2.2.10) dapat ditulis: (2.2.13) Dapat dilihat bahwa massa berosilasi sekitar . Fungsi gerak ini digambarkan pada gambar (2.2.3) untuk kasus ketika X(0)>0 dan (dx/dt)(0)>0 Pada umumnya, gerak ini adalah bersifat osilasi, tetapi tidak periodik. Amplitudo gerakan mencapai npl bersaman dengan waktu yang cukup lama, dan T waktu antara dua posisi maksimum ( atau minimum) dari X(t) memiliki nilai konstan : Kejadian 2b : Criticaldamped. Kasus ini muncul ketika c2 = 4 km, masukkan pada persamaan (2.2.10) diperoleh PD yang menerangkan gerak tersebut adalah : Dengan penyelesaian umum : X(t)= (2.2.14) Sekarang redaman sangat keras/kritis, sehingga sistem dapat mencapai titik kesetimbangan sekali. Jadi tidak ditemukan sifat osilasi. Jika ditetapkan posisi awal :
  • 8. sehingga dengan mudah terlihat bahwa (10.2.14) dapat ditulis dalam bentuk : Akibatnya, sistem akan melewati posisi setimbang yang diberikan oleh X0 dan yang memiliki tanda berlawanan. Sketsa dari gerak tersebut digambarkan pada (2.2.4) Kejadian 2c : Overdamped. Dalam kasus ini kita memiliki c2 -4km atau Akar-akar dari persamaan karakteristik : Misalkan , penyelesaian umu PD (2.2.2) adalah Selama c, k, m bernilai positip, maka akar-akar dari persamaan karakteristik adalah negatip, yang menyatakan bahwa kedua faktor di X(t) saling meniadakan menurut fungsi waktu. Tidak ada osilasi. Gerakan mirip dengan gerak pada kasus critical damped. Sistem dapat mencapai posisi setimbang hanya sekali. Hal ini diilustrasikan dalam gambar (2.2.5).
  • 9. 2.3 OSILASI OLEH GAYA LUAR . Sekarang kita pertimbangkan situasi ketika sistem massa pegas ditarik keatas dengan gaya luar. Sebagai contoh, Puncak dari gaya pegas yang saling tarik menarik tiba-tiba bergetar, misalnya seseorang yang berjalan melintas diatasnya. Sebagaimana yang ditunjuk pada bagian sebelumnya, PD yang tepat untuk mendiskripsikan perubahan sIstem adalah : Situasi penting akan muncul ketika gaya yang diaplikasikan secara periodik dalam waktu tertentu, dan pembahasan kita batasi pada gaya gerak dalam bentuk: dimana F0 dan adalah konstan. Oleh karena itu PD dasar menjadi : (2.3.1) Akan kita bagi menjadi beberapa bagian pembahasan : Bagian 1 : Tanpa redaman. Anggap c = 0 pada ( 2.3.1), menjadi : (2.3.2) dimana dinotasikan sebagai frekwensi sudut dari sistem dan bernilai Fungsi komplemen untuk (2.3.2) adalah : yang dapat ditulis dalam bentuk : (2.3.3)
  • 10. dimana adalah konstan. Penyelesaian partikulir bergantung pada keadaan atau . Untuk , penyelesaian partikulir dengan operator D diperoleh : (2.3.4) sehingga penyelesaian umum (2.3.2) : (2.3.5) Hasil pergerakan ini terdiri dari super posisi dua model geteran harmonic sederhana. Salah satu darinya mempunyai frekwensi sudut dari system. Dan model lainnya memiliki frekwensi gaya gerak. Maka pergerakannya berupa gelombang dan dibatasi untuk semua waktu, tetapi tidak periodic pada umumnya. Tentu saja, ini bisa ditunjukkan (lihat gambar (2.3.1)) bahwa gerakan secara periodik hanya terjadi bila perbandingan merupakan bilangan real. Dapat dikatakan bahwa (2.3.6) dimana p dan q merupakan bilangan bulat positip. Dalam kasus ini , periode untuk gerakan ini adalah dimana p dan q merupakan bilangan bulat terkecil yang diberikan olen (2.3.6). Type gerakan (nonperiodik) dari pers(2.3.5) diberikan oleh gambar (2.3.1).
  • 11. Untuk Resonansi, Ketika frekwensi gaya gerak bertepatan (sama) dengan frekwensi system , penyelesaian partikulir dengan operator D dari PD : (2.3.7) adalah : (2.3.8) Maka penyelesaian umum dari (2.3.7) adalah (2.3.9) Kita ketahui bahwa gerakan merupakan sebuah gelombang tetapi amplitudonya meningkat tanpa batas t . Fenomena ini terjadi ketika frekwensi gerak dan frekwensi system sama besarnya disebut dengan Resonansi. Dan ini tidak bisa diberikan gaya/tekanan berlebih . Sebagai contoh , kejadian resonansi pada waktu tertentu kadang disebabkan elastisitas pegas mendekati batas ambang, dan karena itu system akan rusak. Situasi seperti ini digambarkan pada gambar (2.3.2)
  • 12. dibawah ini. Bagian 2 : Dengan Redaman. Perhatikan persamaan berikut : (2.3.9) comana . Penyelesaian partikulir dengan komputasi secara langsung diperoleh : (2.3.10) dan dapat ditulis sebagai : (2.3.11) dimana , dan dan . Dan penyelesaian umum dari (2.3.9) adalah :
  • 13. (2.3.12) Untuk nilai t yang sangat besar maka xc dominant, untuk alas an ini fungsi komplemen merupakan bagian Transien dari penyelesaian , dan xp dikatakan bagian Steady state Dari penyelesaian. Kita tinjau (2.3.12) kembali sebagai superposisi dua getaran harmonic satu dengan resonansi dan lainnya tanp resonansi. Getaran harmonik sederhana ini kadang berfrekwensi sama dengan frekwensi gaya gerak benda. Bagian untuk resonansi kritis maupun over resonansi adalah sama, karena kedua bagian fungsi complement menghasilkan penyelesaian eksponensial dan penyelesaian steady state. Macam macam gerakan dari system gaya mekanik dengan resonansi ditunjukkan gambar (2.3.3)