SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 72
BAB I

                                PENDAHULUAN




A. LATAR BELAKANG

       Pembangunan        kesehatan     bertujuan     untuk     mempertinggi    derajat
  kesehatanmasyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita
  sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus
  berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai
  generasimuda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :

  1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan
      dengan fungsi reproduksinya
  2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung
      dan dilahirkan.
  3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan
      mengatasnamakan pembangunan seperti program KB, dan pengendalian jumlah
      penduduk.
  4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda
      Intemasionaldiantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai
      kesehatanreproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo

       Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting
  disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada wanita diberi
  kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurutdirinya sesuai dengan
  kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri.

       Sistem reproduksi sangat dipengaruhi oleh sistim endokrin. Pemahaman sistim
  endokrin pada wanita,      penting untuk memahami patogenesis, diagnosis dan
  penatalaksanaan berbagai kelainan pada sistim reproduksi wanita. Sistem reproduksi
  wanita dapat dilihat dari 2 kondisi, yaitu di dalam kehamilan dan diluar
  kehamilan. Sistem reproduksi wanita dalam kehamilan lazim disebut dengan Obstetri,

                                          1
yang dalam           arti        sempit diartikan               sebagaicabang ilmu      kedokteran        yang
  mempelajari          tentang kehamilan, persalinan, dan nifas, serta hal-hal yang terkait
  dengannya.     Sedangkan          cabang         ilmu kedokteran            yang    mempelajari       sistem
  reproduksi     wanita       di     luar     kehamilan           disebut     dengan Ginekologi. Keluarga
  Berencana dan Konseling Pra nikah terkait dengan kehamilan. Infertilitas merupakan
  aspek       ginekologi           yang     erat     kaitannya              dengan kehamilan       (sulit
  mendapatkan kehamilan)

          Obstetri : Kehamilan,           persalinan,       dan     nifas     merupakan   proses     fisiologi,
  dalam perjalanannya, mulai dari saat pembuahan sampai nifas bisa menjadi
  patologis.Obstetri          dibedakan            dalam obstetri fisiologi dan obstetri patologis.
  Ginekologi :Masalah sistem reproduksi wanita di luar kehamilan. Oleh karena itu saya
  akan membahas tentang patologi sistem reproduksi wanita, antara lain, masalah
  keganasan pada wanita, perdarahan dan infeksi yang biasa terjadi di rumah sakit.

B. RUMUSAN MASALAH
  1. Apa konsep kesehatan reproduksi?
  2. Bagaimana cara mengenali masalah pada kesehatan reproduksi?
  3. Bagaimana cara menangani masalah pada kesehatan reproduksi?
  4. Bagaimana kesehatan reproduksi dalam prespektif gender?
C. TUJUAN PENULISAN
  1. Untuk mengetahui teori dan konsep kesehatan reproduksi
  2. Untuk mendalami masalah kesehatan reproduksi
  3. Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan reproduksi dan cara mengatasinya
  4. Untuk mengetahui seberapa besar peran gender dalam kesehatan reproduksi.




                                                        2
BAB II

                                  TINJAUAN TEORI




A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

        Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
   reproduksi     wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
   reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.

  1. Alat genitalia wanita bagian luar
      a. Mons veneris / Mons pubis
                 Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian
         depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa
         tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak
         kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
         hubungan seks.
      b. Bibir besar (Labia mayora)
                 Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia
         mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua
         bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri
         dari:
          1) Bagian luar

          Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.

          2) Bagian dalam

          Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak).

      c. Bibir kecil (labia minora)
                 Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir
         besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan


                                              3
menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia
          biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
          mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
      d. Klitoris
               Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan
          letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh
          darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis
          laki-laki.   Fungsi   utama   klitoris     adalah menstimulasi   dan meningkatkan
          ketegangan seksual.
      e. Vestibulum
               Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahuatau
          lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum
          terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
          Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan
          kimia, panas, dan friksi.
      f. Perinium
               Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
          anus. Perineum membentuk dasar badan perinium.
      g. Kelenjar Bartholin
               Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah
          robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
      h. Himen (Selaput dara)
               Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh danmudah
          robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendiryang di keluarkan
          uterus dan darah saat menstruasi.
      i. Fourchette
               Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
          pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah
          berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis
          terletak di antara fourchette dan himen.
   2. Alat genitalia wanita bagian dalam



Gambar 2.2 Organ Interna Wanita ( Bobak, IM, 2000 )

                                              4
a. Vagina

       Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
   meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang
   dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior
   11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina
   merupakan saluran muskulo-membraneus                yang    menghubungkan         rahim
   dengan    vulva.     Jaringan muskulusnya merupakan         kelanjutan dari muskulus
   sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Pada
   dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama di
   bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus.
   Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri
   membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior,
   fornik dekstra, fornik sinistra.

       Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yangmenghasilkan
   asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikanproteksi terhadap infeksi.
   Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untukmengeluarkan lendir uterus dan
   darah menstruasi, alat hubungan seks danjalan lahir pada waktu persalinan.

b. Uterus

       Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih,cekung
   dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor
   di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normalmemiliki bentuk simetris,
   nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu:
   fundus uteri yaitu bagian corpusuteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba
   fallopi, corpus uterimerupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan
   berbentuksegitiga,     dan   seviks     uteri    yang   berbentuk   silinder.   Dinding
   belakang,dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan
   bagianbawahnya berhubungan dengan kandung kemih.Untuk               mempertahankan
       posisinya         uterus disangga           beberapaligamentum, jaringan ikat dan
   peritoneum. Ukuran uterus tergantung dariusia wanita, pada anak-anak ukuran
   uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus
   terdiri dari tiga lapisan yaituperitoneum, miometrium / lapisan otot, dan
   endometrium.

                                           5
1) Peritoneum
   a) Meliputi dinding rahim bagian luar
   b) Menutupi bagian luar uterus
   c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
   d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
   e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
   a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju
      ligamentum
   b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
   c) Lapisan         tengah:        terletak        di     antara       kedua              lapisan
      tersebutmembentuk         lapisan     tebal     anyaman        serabut     otot        rahim.
      Lapisantengah        ditembus     oleh     pembuluh     darah     arteri        dan     vena.
      Lengkunganserabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat
      terjadi kontraksi pembuluh darah terjepitrapat            dengan demikian
      perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringanikatnya
   bertambah.     Bagian     rahim     yang terletak      antara     osteum      uteriinternum
   anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dankanalis servikalis
   dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadiperubahan selaput lendir
   kavum uteri menjadi selaput lendir serviks)disebut istmus. Istmus uteri ini akan
   menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus ototrahim
   sendiri,   tonus    ligamentum         yang    menyangga,         tonus     otot-otot dasar
    panggul, ligamentum yang menyangga uterus adalahligamentum                               latum,
   ligamentum     rotundum       (teres     uteri)    ligamentuminfindibulo             pelvikum
   (suspensorium ovarii) ligamentum kardinal machenrod, ligamentum sacro
   uterinum dan ligamentum uterinum.
   a) Ligamentum latum
         Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke
          dinding panggul
         Ruang antara          kedua lipatan         berisi jaringan          ikat         longgar
          danmengandung pembuluh darah limfe dan ureter
         Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi

                                       6
   Ligamentum rotundum (teres uteri)
            Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan
             mencapai labia mayus
            Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
            Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
      b) Ligamentum infundibulo pelvikum
            Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
            Menggantung uterus ke dinding panggul
            Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
      c) Ligamentum kardinale machenrod
            Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
            Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
            Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
      d) Ligamentum sacro uterinumMerupakan              penebalan dari       ligamentum
          kardinale machenrod menuju os sacrum
      e) Ligamentum vesika uterinum
            Dari uterus menuju ke kandung kemih
            Merupakan     jaringan     ikat   yang   agak   longgar   sehingga    dapat
             mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
   5) Pembuluh darah uterus
      a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dindinglateral
          dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasarendometrium
          membentuk arteri spinalis uteri
      b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tubafallopi
          dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
      c) Susunan saraf uterusKontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan
          oleh    sarafsimpatis   dan    parasimpatis    melalui   ganglion    servikalis
          fronkenhouseryang terletak pada pertemuan ligamentum sakro uterinum.
c. Tuba Fallopi

       Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornuuterine
   hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovummencapai rongga
   uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan kearah lateral mulai dari
   osteum tubae internum pada dinding rahim.Panjang tuba fallopi 12cm diameter

                                        7
3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tigalapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa
   dengan epitel bersilia.

   Tuba fallopi terdiri atas :

   1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim              mulai dari
       osteum internum tuba.
   2) Pars     istmika       tubae,   bagian      tuba   yang   berada     di     luar     uterus
       danmerupakan bagian yang paling sempit.
   3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
   4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut
       fimbriae tubae.

   Fungsi tuba fallopi :

   1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
   2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
   1) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
   3) Tempat terjadinya konsepsi.
   2) Tempat         pertumbuhan            dan      perkembangan         hasil          konsepsi
       sampaimencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium

       Ovarium         berfungsi          dalam      pembentukan         dan      pematangan
   folikelmenjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.Letak:
   Ovarium      ke     arah      uterus     bergantung     pada     ligamentuminfundibulo
   pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melaluimesovarium.Jenis: Ada 2
   bagian dari ovarium yaitu:

   1) Korteks ovarii
      a) Mengandung folikel primordial
      b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
      c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
   2) Medula ovarii
      a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
      b) Terdapat serat saraf
e. Parametrium

                                            8
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dualembar
   ligamentum latum. Batasan parametrium

   1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
   2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
   3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
   4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari

   (Bobak, Jansen, dan Zalar, 2001)

f. Payudara

       Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral.
   Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak,
   berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah
   pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu
   dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama
   payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin pasca
   persalinan. Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai
   sexually responsive organ.

g. Kulit

       Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas yang lebih tinggi
   dan responsif secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong dan lipat paha
   dalam. Protein di kulit mengandung pheromone (sejenis metabolit steroid dari
   keratinosit epidermal kulit) yang berfungsi sebagai „parfum‟ daya tarik seksual
   (androstenol dan androstenon dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar
   liur). Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat dan liur.




                                      9
BAB III

    MASALAH – MASALAH YANG TERJADI PADA SISTEM
                                REPRODUKSI



A. MASALAH KEGANASAN
  1. KANKER PAYUDARA
    a. Pengertian
              Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan jaringan
       mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi
       dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995)
              Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
       mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan
       menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995).
    b. Penyebab dan faktor predisposisi
       Menurut C. J. H. Van de Velde
        1. Ca Payudara yang terdahulu
           Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ
           berpasangan
        2. Keluarga
           Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan
           bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
        3. Kelainan payudara ( benigna )
           Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah
           ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang
           porliferatif sedikit meningkat.
        4. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
           Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan
           berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan terjadi tumor
           yang berhubungan dengan oestrogen pada wanita post menopouse.
        5. Faktor endokrin dan reproduksi




                                          10
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun,
       Menarche kurang dari 12 tahun
    6. Obat anti konseptiva oral
       Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai
       resiko lebih besar untuk terkena kanker.
c. Gambaran klinis
   Menurut William Godson III. M. D
    1. Tanda carsinoma
       Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor
       jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips
    2. Gejala carsinoma
       Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting
       eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan
       turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase.
d. Patofisiologi
   Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada
   sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel
   – sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi
   stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel
   tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira
   berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma
   mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan
   penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan
   aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 )




                                     11
e. Asuhan Keperawatan
     1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena
         pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.
     2. Kerusakan integristas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya
         edema, destruksi jaringan.
     3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limpatik
         necrose jaringan.
     4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau
         perubahan gambaran mammae.
     5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan
         pengobatan
     6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi
     7. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal,
         ketidakpastian tentang hasil pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan
         tak berdaya dan ketidak cukupan pengetahuan tentang carsinoma dan
         pengobatan.
2. KANKER OVARIUM
  a. Pengertian
         Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
     (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 - 70 tahun.


                                       12
Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem
   getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
       Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium
   ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995)
b. Penyebab
   Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori
   yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
   1) Hipotesis incessant ovulation
          Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
      untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-
      sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-
      sel tumor.
   2) Hipotesis androgen
          Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium.
      Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
      reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
      pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
c. Faktor resiko
  1) Diet tinggi lemak
  2) Merokok
  3) Alkohol
  4) Penggunaan bedak talk perineal
  5) Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
  6) Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
  7) Nulipara
  8) Infertilitas
  9) Menstruasi dini
  10) Tidak pernah melahirkan
d. Tanda & Gejala
   Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
  1) Haid tidak teratur
  2) Ketegangan menstrual yang terus meningkat
  3) Menoragia
  4) Nyeri tekan pada payudara

                                      13
5) Menopause dini
  6) Rasa tidak nyaman pada abdomen
  7) Dispepsia
  8) Tekanan pada pelvis
  9) Sering berkemih
  10) Flatulenes
  11) Rasa begah setelah makan makanan kecil
  12) Lingkar abdomen yang terus meningkat
e. Stadium
   Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
   InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
   1) STADIUM I –> pertumbuhan terbatas pada ovarium
      a) Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas
          yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul
          utuh.
      b) Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas,
          berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
      c) Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor
          dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan
          asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
   2) STADIUM II –> Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan
      ke panggul
      a) Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
      b) Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
      c) Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
          permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang
          mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
   3) STADIUM III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
      di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas
      dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau
      omentum.
      a) Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
          negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis


                                     14
terdapat   adanya   pertumbuhan      (seeding)   dipermukaan    peritoneum
          abdominal.
      b) Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
          dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter
          melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
      c) Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau
          kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
   4) STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
      metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium
      4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
f. Penegakan Diagnosa Medis
       Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu,
   apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan
   pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak
   atau ganas (kanker ovarium).
   Ciri2 kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :
   1) Kista cepat membesar
   2) Kista pada usia remaja atau pascamenopause
   3) Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
   4) Kista dengan bagian padat
   5) Tumor pada ovarium
   Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti :
   1) USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah
   2) Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI
   3) Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta - HCG dan
       alfafetoprotein
       Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker
   ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
g. Penatalaksanaan
       Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi.
   Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat
   diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan.
   Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 - 4 minggu sekali dengan
   melakukan pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi secara berkala

                                     15
terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem
   saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
   Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
   1) Operasi (stadium awal)
   2) Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
   3) Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)
h. Asuhan Keperwatan
   1) Pengkajian
      a) Data diri klien
      b) Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama
      c) Riwayat kesehatan masa lalu
      d) Riwayat kesehatan keluarga
      e) Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid
      f) Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil
      g) Pemeriksaan fisik
      h) Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui
   2) Diagnosa Keperawatan
      a) Nyeri akut b.d agen cidera biologi
      b) Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan
          fungsi dan peran
      c) Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau
          fungsi tubuh, perubahan kadar hormone
   3) Tujuan dan Intervensi
      a) Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi
         -   Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang
             ditimbulkan
         -   Intervensi :
                Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi
                Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien
                Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic
                Jelaskan kegunaan analgesic dan cara-cara untuk mengurangi efek
                 samping
                Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan
                 ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi, stimulasi kutan

                                     16
b) Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam
   penampilan fungsi dan peran
  -   Tujuan : Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga
      dirinya.
  -   Intervensi :
         Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
         Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan
          pembuatan keputusan
         Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling
          berbagi kekhawatiran tentang perubahan fungsi seksual dan
          menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim
c) Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan
   struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormon
  -   Tujuan : -KLien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan
      fungsi seksual.
       - Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan
       beberapa alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual
  -   Intervensi:
         Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan
         Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada
          respons individu
         Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual
          dan pengaruh prosedur pembedahan
         Identifikasi faktor budaya/nilai budaya
         Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
         Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
         Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang
          terdekatnya
         Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda
          koitus seksual saat kelelahan




                             17
3. KANKER CERVIX
  a. Pengertian
        Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
     sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
     merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
  b. Etiologi
        Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut rahim
     menjadi se-sel yang ganas tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
     faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tersebut, antara lain :
    1) Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
    2) Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
    3) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian
        menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30‟an tahun yang sexually
        active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva).
        Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak
        pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa
        gejala dan bersifat menetap. Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan
        infeksi HPV. Semakin dbanyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya
        infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel
        mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang
        mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang
        terjadinya perubahan kearah displasia.
    4) Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2
    5) Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali
    6) Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh
  c. Faktor Resiko
     Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
    1) Usia.
    2) Jumlah perkawinan
    3) Hygiene dan sirkumsisi
    4) Status sosial ekonomi
    5) Pola seksual
    6) Terpajan virus terutama virus HIV
    7) Merokok dan AKDR

                                      18
d. Klasifikasi
           Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978

Tingkat                                           Kriteria


0          Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I          Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia         Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah
           stroma tidak> 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau
           pembuluh darah.
Ib         Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan
           histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II         Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina
           dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a       Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
II b       Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding
           panggul
III a      Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak
           dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b      Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat
           antara tumor dengan dinding panggul.


IV         Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum
           dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang
           jauh
IV a       Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar
           dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b       Telah terjadi metastasi jauh.



        e. Tanda dan Gejala
            a. Perdarahan
            b. Keputihan yang berbau dan tidak gatal

                                             19
c. Cepat lelah
    d. Kehilangan berat badan
    e. Anemia
f. Manifestasi Klinis
       Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau
   puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan,
   dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan
   berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar,
   ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio
   atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan
   histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.
g. Prognosis
       Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons
   terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah
   timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi
   terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati
   dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam
   2 tahun.
h. Pemeriksaan Penunjang
    1) Sitologi, dengan cara tes pap
              Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV
       dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia
       keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang.
       Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagianbesar disebabkan pengambilan
       sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
    2) Kolposkopi
    3) Servikografi
    4) Pemeriksaan visual langsung
    5) Gineskopi
    6) Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)




                                       20
i. Penatalaksaan Medis

    Tingkat                                              Penatalaksaan
       0               Biopsi kerucut
                       Histerektomi trasnsvaginal
       Ia              Biopsi kerucut
                       Histerektomi trasnsvaginal
  I b dan II a         Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar
                       limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)
II b , III dan IV      Histerektomi transvaginal
IV a dan IV b          Radioterapi
                       Radiasi paliatif
                       Kemoterapi



      j. Konsep Asuhan Keperawatan
           1) Pengkaijan
              a) Identitas klien.
              b) Keluhan utama.
                    Perdarahan dan keputihan
              c) Riwayat penyakit sekarang
                    Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang
                    berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga
                    tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang
                    dapat memperberat, misalnya keterlambatankeluarga untuk memberi
                    perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya
                    pengetahuan keluarga.
              d) Riwayat penyakit terdahulu.
                    Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
                    mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien
                    pernah menderita penyakit infeksi.
              e) Riwayat penyakit keluarga
                    Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
                    seperti ini atau penyakit menular lain.
              f) Riwayat psikososial
                                                 21
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
     dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
  g) Pemeriksaan Fisik
         Inspeksi
         -   Perdarahan
         -   keputihan
         palpasi
         -   nyeri abdomen
         -   nyeri punggung bawah
  h) Pemeriksaan Dignostik
     -   Sitologi
     -   Biopsi
     -   Kolposkopi
     -   Servikografi
     -   Gineskopi
     -   Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif)
1. Diagnosa Keperawatan
  a) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
  b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
     dan muntah
  c) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
  d) Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
  e) Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia
     dan pemberian kemoterapi.
  f) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi
     genokologis dan prognosis yang tak menentu.
  g) Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis
     kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
  h) Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan
     dengan terbatasnya informasi.




                                 22
2. Intervensi
  a) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
      Tujuan:
      Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
      komplikasi perdarahan.
      Intervensi :
      1) Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah
          trombosit.
      2) Berikan cairan secara cepat.
      3) Pantau dan atur kecepatan infus.
      4) Kolaborasi dalam pemberian infus
  b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
      dan muntah.
      Tujuan:
      Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
      Intervensi:
       1) Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
       2) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan
          diet yang ditentukan.
       3) Pantau masukan makanan oleh klien.
       4) Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan
          sesuai dengan diet.
       5) Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
  c) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
      Tujuan:
      Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
      Intervensi :
       1) Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
       2) Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
       3) Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
       4) Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
       5) Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.




                                  23
d) Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
   Tujuan:
   Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
   Intervensi :
    1) Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah
        lengkap (Hb dan Trombosit)
    2) Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
    3) Observasi tanda-tanda perdarahan.
    4) Observasi tanda-tanda vital.
    5) Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)
e) Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia
   dan pemberian kemoterapi.
   Tujuan:
   Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
   Intervensi:
    1) Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
    2) Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur
        sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas.
    3) Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau
        keletihan yang dialami.
    4) Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
    5) Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
f) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi
   genokologis dan prognosis yang tak menentu.
   Tujuan:
   Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat
   dapat diatasi.
   Intervensi:
    1) Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan
        yang kondusif.
    2) Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
    3) Dorong harapan yang realistis.
    4) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
    5) Berikan dorongan spiritual.

                                  24
g) Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis
     kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
     Tujuan :
     Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap
     perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan
     peran.
     Intervensi :
      1) Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan
          didalam keluarga dan komunitasnya.
      2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik
          yang dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
      3) Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan
          peran anggota yang sakit.
  h) Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan
     dengan terbatasnya informasi.
     Tujuan :
     Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari
     pemberian terapi.
     Intervensi:
      1) Baringkan pasien diatas tempat tidur.
      2) Kaji kepatenan kateter abdomen.
      3) Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
      4) Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.
3. Evaluasi
    Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
   a) Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
       komplikasi perdarahan.
   b) Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
   c) Tidak ada tanda-tanda infeksi
   d) Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
   e) Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
   f) Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat
       dapat diatasi.

                                 25
g) Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap
            perannya    dan    mendemontrasikan    kemampuan      untuk   menghadapi
            perubahan peran.
         h) Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari
            pemberian terapi
4. MIOMA UTERI
  a. Definisi
     Myoma Uteri adalah : neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut
     juga dengan Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid.
     Myoma Uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua
     tempat asal myoma uteri yaitu pada serviks uteri ( 2 % )dan pada korpus uteri ( 97
     % ), belum pernah ditemukan myoma uteri terjadi sebelum menarche.
  b. Etiologi
     Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari
     hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa
      Myoma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell
     Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen.
  c. Patofisiologi




                                      26
Patofisiologi

                                                   Herediter

                                                  Pola Hidup

                                                  Hormonal

                                                 Myoma Uteri



               Myoma Intramural             Myoma Submukosum                  Myoma Subserosum



                                                 Tanda /Gejala



         Perdarahan             Massa
                                                                        Informasi          Tindakan operasi
          pervagina                             suhu tubuh
                                                                    mengenai penyakit



                                         Proses Infeksi/nekrosis
HB         Gangguan
         keseimbangan                                                                       Cemas
             cairan
Anemia


     Syok Hipovolemik


                      Penekanan organ sekitar



            Vesika Urinaria                  Rectum



         Pola Eliminasi Urin            Pola Eliminasi Alvi



            Retensio Urin                   Konstipasi




                                                               27
d. Lokalisasi Mioma Uteri
   1) Mioma intramural ; Apabila tumor itu dalam pertumbuhannya tetap tinggal
       dalam dinding uterus.
   2) Mioma Submukosum ; Mioma yang tumbuh kearah kavum uteri dan menonjol
       dalam kavum itu.
    Mioma Subserosum ; Mioma yang tumbuh kearah luar dan menonjol pada
    permukaan uterus.
e. Komplikasi
   1) Pertumbuhan leimiosarkoma.
       Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar,
       sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah
       menopauseTorsi (putaran tangkai )
   2) Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau
       proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut
       dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
   3) Nekrosis dan Infeksi
       Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang
       dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan bari vagina, dalam hal ini
       kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
f. Pemeriksaan Diagnostik
      1) Pemeriksaan Darah Lengkap
          Haemoglobin          : turun             Albumin         : turun
          Lekosit              : turun/meningkat
          Eritrosit    : turun
      2) USG
          Terlihat massa pada daerah uterus.
      3) Vaginal Toucher
          Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
          ukurannya.
      4) Sitologi
          Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
      5) Rontgen
          Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
          tindakan operasi.
      6) ECG
          Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
          tindakan operasi.
               Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum
          bertangkai.. Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita
          yang mendekati masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup
          dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan.
               Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang perlu diangkat
          adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi
          dan umumnya dilakukan histerektomi total abdominal.

                                    28
Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total
         Abdominal Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-
         BSO )
              TAH – BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat
         uterus,serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi
         pada dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease, leymyoma dan
         chronic endrometriosis .
              Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO
         adalah suatu tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding
         perut untuk mengangkat uterus, serviks,kedua tuba falopii dan ovarium
         pada malignant neoplastic diseas, leymiomas dan chronic endometriosis.
g. Asuhan Keperawatan
   1) Pengkajian
      Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara
      keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ; pengumpulan data,
      pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan
      (Depkes RI, 1991 ).
       - Pengumpulan Data.
             Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi
             (data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah
             pembedahan Total Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo
             Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah sebagai berikut :Usia :
              - Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering
                  ditemukan pada usia 35 tahun keatas.
              - Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
              - Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
                  menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada
                  dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
       - Keluhan Utama
          Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri
          karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri
          setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji
          pada rasa nyeri tersebut adalah :
           - Lokasi nyeri :
           - Intensitas nyeri
           - Waktu dan durasi
           - Kwalitas nyeri.
       - Riwayat Reproduksi
               Haid
               Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri
               tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada
               masa menopause
               Hamil dan Persalinan


                                    29
o Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma
               uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan
               hormon estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam jumlah yang
               besar.
           o Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi
               klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
   - Data Psikologi.
            Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap
       emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang
       terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita
       melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga
       berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan
       kewanitaan.Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu
       ditangani . Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas
       terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak
       yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.
   - Status Respiratori
            Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat
       terdengar      tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh
       kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan
       gejala terdapat secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam
       dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general.
   - Tingkat Kesadaran
            ingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang
       harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi
       tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi
       dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
   - Status Urinari
       Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien
       yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8
       jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat
       kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
   - Status Gastrointestinal
       Fungsi gastrointestinal biasanya pulih          pada 24-74 jam setelah
       pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
       intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk
       menghilangkan gas dalam usus.
2) Diagnosa Keperawatan
   a) Gangguan Rsa nyaman (nyeri ) berhubungan dengankerusakan jaringan
       otot dan system saraf yang di tandai dengan keluhan nyeri, ekpresi wajah
       neyeringai.
   b) Gangguan eleminasi miksi (retensi urine ) berhubungan dengantrauma
       mekanik , manipulasi pembedahan adanya edema pada jaringan sekitar
       dan hematom, kelemahan pada saraf sensorik dan motorik.

                                 30
c) Gangguan konsep diri berhubungan dengankekawatiran tentang
       ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan,
       akibat pada hubungan seksual .
   d) Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan dan perawatan selanjutnya
       berhubungan dengansalah dalam menafsirkan imformasi dan sumber
       imformasi yang kurang benar
3) Rencana Tindakan
   a) Intervensi keperawatan pada diagnose Gangguan rasa nyaman (nyeri)
       berhubungan dengan kerusakan jaringan otot an system saraf. :
      - Kaji tingkat rasa tidak nyaman sesuai dengan tingkatan nyeri.
      - Beri posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satu sisi.
      - Ajarkan teknik releksasi seperti menarik nafas dalam, bimbing untuk
          membayangkan sesuatu.Kaji tanda vital : tachicardi,hipertensi,
          pernafasan cepat.
      - Motivasi klien untuk mobilisasi didni setelah pembedahan bila sudah
          diperbolehkan.
      - Laksanakan pengobatan sesuai indikasi seperti analgesik intravena.
      - Observasi efek analgetik (narkotik )
      - Obervasi tanda vital : nadi ,tensi,pernafasan.
   b) Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan gangguan eleminasi
       miksi (retensi urine ) berhubungan dengantrauma mekanis,
       manipulasipembedahan, oedema jaringan setempat, hemaloma, kelemahan
       sensori dan kelumpuhan saraf.
      - Catat poal miksi dan minitor pengeluaran urine
      - Lakukan palpasi pada kandung kemih , observasi adanya
          ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
      - Lakukan tindakan agar klien dapat miksi dengan pemberian air hangat,
          mengatur posisi, mengalirkan air keran.
      - Jika memakai kateter, perhatikan apakah posisi selang kateter dalam
          keadaan baik, monitor intake autput, bersihkan daerah pemasangan
          kateter satu kali dalamsehari, periksa keadaan selang kateter
          (kekakuan,tertekuk )
      - Perhatikan kateter urine : warna, kejernihan dan bau.
      - Kolaborasi dalam pemberian dalam pemberian cairan perperental dan
          obat obat untuk melancarkan urine.
      - Ukur dan catat urine yang keluar dan volume residual urine 750 cc
          perlu pemasangan kateter tetap sampai tonus otot kandung kemih kuat
          kembali.
   c) Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan Ganguan konsep diri
       berhubungan dengankekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak,
       perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual.
      - Beritahu klien tentang sispa saja yang bisa dilakukan histerektomi dan
          anjurkan klien untuk mengekpresikan perasaannya tentang histerektomi
      - Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.

                                31
-   Libatkan klien dalam perawatannya
              -   Kontak dengan klien sesering mungkin dan ciptakan suasana yang
                  hangat dan menyenangkan.
              - Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai
                  tindakan pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien
              - Berikan dukungan emosional dalam teknik perawatan, misalnya
                  perawatan luka dan mandi.
              - Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk
                  membicarakan keluhan-keluhannya.
           d) Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan Kurangnya
               pengetahuan tentang perawatan luka operasi, tanda-tanda komplikasi,
               batasan aktivitas, menopause, therapy hormon dan perawatan selanjutnya
               berhubungan denganterbatasnya imformasi.
                - Jelaskan bahwa tindakan histerektomi abdominal mempunyi
                    kontraindikasi yang sedikit tapi membutuhkan waktu yang lama
                    untuk puli, mengguanakan anatesi yang banyak dan memberikan rasa
                    nyeri yang sangat setelah operasi.
                - Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi yang tepat
                - Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
                - Jelaskan efek dari pembedahan terhadap menstruasi dan ovulasi
                - Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan.
                - Jelaskan bahwa pengangkatan uterus secara total menyebabkan tidak
                    bisa hamil dan menstruasi
                - Jika klien memakai therapy estrogen maka ajari klien :
                - Bahwa estrogen itu biasanya diberikan dengan dosis renda, dengan
                    sirklus penggunaannya adalah selama 5 hari kemudian berhenti
                    selama dua hari begitu seterusnya sampai umur menopause.
                - Diskusi tentang rasional penggunaan therapy yaitu memberikan rasa
                    sehatdan mengurangi resiko osteoporosis
                - Jelaskan resiko penggunaan therapy
                - Ajarkan untuk melapor jika terjadi perubahan sikap ( depresi ), tanda
                    troboplebitis, retensi cairan berlebihan, kulit kuning,rasa
                    mual/muntah, pusing dan sakit kepala,rambut rontok, gangguan
                    penglihatan,benjolan pada payudara.


B. MASALAH PERDARAHAN
  1. DYSFUNGSIONAL UTERYNE BLEEDING
   a.   Pengertian
            Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional
        adalah perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar
        siklus menstruasi,karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon


                                        32
(hipotalamushipofisis-ovarium-endometrium), tanpa kelainan organ. Perdarahan
     ini juga didefinisikan sebagaimenstruasi yang banyak dan / atau tidak teratur
     tanpa adanya patologi pelvik yangdiketahui, kehamilan atau gangguan perdarahan
     umum
b.   Epidemiologi
     Keadaan ini terjadi pada 5 – 10 % pada wanita dengan usia reproduksi wanita
     yaitu pada menarche dan menopause karena pada usia ini sering terjadi gangguan
     fungsi ovarium. Dilaporkan lebih dari 50% terjadi paa masa premenopause ( usia
     40 – 50 tahun ), sekitar 20 % terjadi pada masa remaja, 30 % terjadi pada pada
     usia reproduktif serta cenderung terjadi pada wanita dengan gangguan instabilitas
     emosional.
c.   Etiologi
     Perdarahan uterus disfungsional biasanya disebabkan oleh gangguan fungsi
     ovarium primer atau sekunder yang disebabkan adanya kelainan pada salah satu
     tempat pada system sumbu hipotalamus – hipofisis – ovarium dan jarang akibat
     dari gangguan fungi korteks ginjal dan kelenjar tiroid. Perdarahan uterus
     disfungsional umumnya merupakan keadaan anovulator tetapi dapat juga terjadi
     pada keadaan ovulatoir bila ada defek pada fase folikular atau fase luteal.


     Pada remaja keadaan ini disebabkan fungsi hipotalamus – hipofisis – ovarium
     belum matang, serta pada keadaan yang menyertai obesitas atau pada akhir
     decade ke 4 dari seorang wanita. Kadang setelah 3 tahun pubertas sering terjadi
     gangguan menstruasi karena gangguan respon ovarium terhadap FSH yang akan
     mengakibatkan produksi estrogen berkurang sehingga endometrium tidak cukup
     menerima rangsangan dan menimbulkan perdarahan. Pada masa klimakterium
     terjadi penurunan kepekaan ovarium dari rangsangan gonadtropin dan terjadi
     peristiwa anovulasi.
d.   Patologi
     Pada siklus haid ( ovulatoir ) terdapat perubahan yang dialami kelenjar –
     kelenjar,pembuluh darah, serta epitel dari endometrium yang dipengaruhi oleh
     estrogen dan progesterone yang secara bergiliran dihasilkan oleh folikel dan
     korpus luteum atas pengaruh dari gonadtropin ( FSH dan LH ) yang dihasilkan
     oleh hipofisis setelah mengalami rangsangan dari hipotalamus.


                                       33
Perubahan anatomi dan fungsional dari endometrium ini berulang kembali setiap
28 hari dan terdiri dari 5 fase :
1) Fase menstruasi
2) Fase Proliferasi
3) Fase sekresi
4) Fase persiapan imlantasi
5) Fase kehancuran
Pada perdarahan uterus disfungsional tidak ditemukan kelima fase ini pada
pemeriksaan        patologi         anatomi   berdasarkan      kerokan    pada
endometrium.Sedangkan pada fase anovulasi tidak terdapat fase sekresi dan fase
persiapan utuk implantasi, karena endometrium dipengaruhi oleh estrogen
sehingga masih terjadi fase proliferatif dan terjadi hyperplasia endometrium (
endometrium menebal ) dan bahkan jika tidak ada pengaruh progesterone
sedikitpun akan menyebabkan miometrium ikut membesar dan uterus ikut
mengalami pembesaran.Hiperplasi endometrium mempunyai urutan sebagai
berikut
1) Hiperplasia ploriferatif
2) Hiperplasia adenomatosa
  Setelah beberapa lama menjadi sel atipik yang akan menjadi sebuah
keganasanPada perdarahan uterus disfungsi anovulatorik dapat karena
dipengaruhi oleh keadaan defisiensi progesterone dan kelebihan
estrogen.Gangguan perdarahan pada perdarahan uteus disfungsional dapat berupa
gangguan panjang siklus, gangguan jumlah dan lamanya perdarahan..
1) Oligomenorea : siklus haid > 35 hari tetapi tidak sampai > 90
    hari.Merupakan anovulasi, Gangguan fungsi hipotalamus – hipofisis –
    ovarium karena :
     a) Obesitas
     b) Malnutrisi
     c) Tekanan psikis
2) Polimenorea : siklus haid < 21 hari, pemendekan fase pematangan folikel
    atau fase luteal. Hal ini akan menyebabkan infertilitas.
3) Hipermenorea : perdarahan haid yang jumlahnya banyak dan berangsung
    selama 6 – 7 hari.


                                     34
4) Hipomenorea : perdarahan haid dengan jumah sedikit, ganti pembalut 1-2
         kali sehari.Penyebab : < estrogen atau progesterone, stenosi hymen, sinekia.
     5) Metrorhagia : perdarahan dari vagina diluar siklus haid.
     6) Menorhagia : perdarahan yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah
         darah yang cukup banyak.
e.   Diagnosis
     1) Terjadi perdarahan pervaginam yang tidak normal ( lama, frekuensi, dan
         jumlah ) yang terjadi didalam siklus haid maupun diluar siklus haid.
     2) Tidak dalam keadaan hamil dan tidak ada kelainan organ serta gangguan
         pembekuan darah.
       Usia terjadinya :
       a) Perimenars : 8 – 16 tahun
       b) Masa reproduksi : 16 – 35 tahun
       c) Perimenopause : 45 – 65 tahun
f.   Pemeriksaan Penunjang
       1) Pemeriksaan hematology :
         a) Kadar Haemoglobin
         b) Kadar trombosit
         c) Waktu pembekuan
         d) Kadar glukosa darah
         e) Faal hati
         f) Ureum dan kreatinin
       2) Dilatasi dan kuretase
       3) USG
       4) Pemeriksaan kadar hormon reproduksi , FSH, LH, E2, Progesteron,
          Prolaktin.
g.   Diagnosis Banding
     Tidak semua perdarahan yang seperti haid normal merupakan perdarahan uterus
     disfungsi. Singkirkan keadaan kehamilan, dan pikirkan keadaan yang
     menyebabkan keluarnya darah dari vagina, seperti :
     1) Lesi – lesi organic seperti : mioma uteri, endometriosis, polip endometrium,
         keganasan pada organ dalam.
     2) Kontrasepsi dalam rahim,terjadi pergeseran letak alat kontrasepsi dalam
         rahim.

                                       35
3) Adanya gangguan pada factor pembekuan darah.
h.   Pengobatan
     1) PUD Ovulasi :
        a) Perdarahan pada pertengahan siklus
              Estrogen 0,625 – 1,25 mg , hari ke 10 – 15 siklus.
        b) Perdarahan bercak pra haid
              Progesteron 5 – 10 mg, hari ke 17 – 26 siklus.
        c) Perdarahan pasca haid
              Estrogen 0,625 – 1,25 mg, hari ke 2 – 7 siklus.
        d) Polimenorea
              Progesteron 10 mg, hari ke 18 – 25 siklus.
     2) PUD Anovulasi
        a) Menghentikan perdarahan segera :
        b) Kuret medisinalis, kemudian :
          -     Estrogen selama 20 hari diikuti progesterone selama 5 hari.
          -     Pil KB kombinasi
          -     Progesteron 10 – 20 mg selama 7 – 10 hari.
        c) Setelah darah berhenti, lakukan pengaturan siklus haid.
        d) Estrogen dan progesterone selama 3 siklus.




     3) Pengobatan operatif
               Dilakukan tindakan dilatasi dan kuretase apabila dengan terapi hormonal
        tidak berhasil. Hasil kerokan kuretase dilakukan pemeriksaan PA untuk
        mengetahui keadaan dari endometrium dan sudah ada tanda menorah
        keganasan atau tidak.
     4) Prognosis
               Perdarahan uterus disfungsi bisa menjadi morbiditas yang serius dan
        kronis akibat anemia yang ditimbulkan dan tidak diterapi dengan baik.
        Walaupun demikian prognosisnya tidak terlalu buruk.
i.   Diagnosa Keperawatan
     1) Nyeri akut ybd agen injuri fisik
        Definisi :


                                        36
Yaitu sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional
yang muncul secara aktual/ potensial kerusakan jaringan menggambarkan
adanya kerusakan, intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat
diprediksi dan durasi kurang dari 6 bulan.
Tujuan
a) Klien mampu mencapai level nyaman pada tanggal…
    Indikator        1      2       3        4     5
       -   Melaporkan secara fisik sehat
       -   Melaporkan puas dapat mengontrol nyeri
       -   Melaporkan secara psikologis baik
       -   Mengekspresikan puas dengan fisiknya
       -   Mengekspresikan puas dengan hubungan sosial
       -   Mengekspresikan puas secara spiritual
       -   Melaporkan puas dengan kemandiriannya
       -   Puas terhadap kemampuan mengontrol nyeri
b) Klien mampu mengontrol nyeri pada tanggal…
    Indikator        1      2       3        4     5
       -   Mengenal faktor pencetus nyeri
       -   Mengenal onset/ lama nyeri
       -   Melakukan langkah pencegahan
       -   Menggunakan pencegahan non invasif
       -   Menggunakan analgetik yang sesuai
       -   Melaporkan bila ada tanda awal nyeri
       -   Melaporkan tanda-tanda nyeri
       -   Menggunakan sumber-sumber yang ada
    Keterangan :
    1 = tidak pernah bisa melakukan
    2 = jarang bisa melakukan
    3 = kadang-kadang bisa melakukan
    4 = sering bisa melakukan
    5 = selalu dapat melakukan
c) Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri pada tanggal…
    Indikator        1      2       3        4     5
   -     Gangguan hubungan interpersonal

                             37
-       Gangguan penampilan/ aktivitas
  -       Ketidaksesuaian bekerja yang diharapkan
  -       Ketidaksesuaian kenyamanan hidup yang diinginkan
  -       Ketidaksesuaian kontrol diri yang diharapkan
  -       Gangguan emosi
  -       Kehilangan kesabaran
  -       Gangguan tidur
  -       Kelemahan mobilitas fisik
  -       Kelemahan perawatan diri
  -       Kesulitan makan/ menelan
  -       Gangguan eliminasi
  -       Gangguan nafsu makan
   Keterangan :
   1 = sangat berat
   2 = agak berat
   3 = sedang
   4 = ringan
   5 = tidak ada
d) Klien mampu mengurangi level nyeri pada tanggal …
   Indikator            1      2      3      4      5
      -    Melaporkan nyeri
      -    Bagian tubuh yang nyeri
      -    Frekuensi nyeri
      -    Lamanya serangan nyeri
      -    Ekspresi wajah
      -    Tonus otot
      -    Keringat dingin
   Keterangan :
   1 = sangat berat
   2 = agak berat
   3 = sedang
   4 = ringan
   5 = tidak ada
   Intervensi :

                                 38
-       Observasi nyeri
       -       Identifikasi penyebab nyeri hebat yang tidak turun
       -       Anjurkan klien untuk melaporkan pengalaman dan metode menangani
               nyeri yang terakhir dilakukan
       -       Berikan posisi yang nyaman bagi klien
       -       Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi rasa nyeri
       -       Laksanakan terapi dokter untuk pemberian analgesic sesuai dosis
2) Risiko infeksi
       Definisi :
       Keadaan dimana terjadi peningkatan resiko terpapar mikroorganisme
   pathogen.
       Tujuan :
    a) Klien mampu mencegah status infeksi pada tanggal…
       Indikator            1       2        3     4      5
           -    Mengenal faktor pencetus nyeri
           -    Nyeri saat berkemih
           -    Demam
           -    Nyeri
           -    Menggigil/ kedinginan
           -    Gangguan kognitif




       Keterangan :
       1 = sangat berat
       2 = agak berat
       3 = sedang
       4 = ringan
       5 = tidak ada
    b) Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh pada tanggal…
       Indikator            1       2        3     4      5
           -    Tidak ada infeksi berulang
           -    BB dalam batas normal
           -    Suhu tubuh DBN
           -    Keutuhan kulit

                                      39
-     Hitung jenis leukosit DBN
       Keterangan :
       1 = sangat tidak sesuai
       2 = agak tidak sesuai
       3 = kadang tidak sesuai
       4 = jarang tidak sesuai
       5 = sesuai
       Intervensi :
        -     Observasi tanda-tanda infeksi
        -     Monitor dan catat pemeriksaan terutama leukosit
        -     Lakukan semua tindakan invasive perawatan luka
        -     Perawatan alat medis invasive dengan prinsip steril
        -     Beri penjelasan pada klien dan keluarga cara pengontrolan
        -     Infeksi termasuk cuci tangan, faktor resiko, cara mencegah infeksi
        -     Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic




3) Resiko kekurangan volume cairan
   Definisi :
   Resiko mengalami dehidrasi vaskuler, seluler dan intrasel
   Faktor resiko :
   -   Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (status hipermetabolik)
   -   Pengobatan deuritik
   -   Kehilangan cairan melalui jalur abnormal
   -   Kurangnya pengetahuan tentang volume cairan
   -   Banyaknya kehilangan cairan melalui jalur normal
   -   Usia lanjut
   Tujuan :


                                  40
Cairan intrasel dan ekstrasel dalam tubuh klien seimbang setelah
perawatan pada tanggal…
Kriteria hasil :
Keseimbangan cairan
Indikator      1      2        3     4      5
-   TD IER
-   Tekanan
-   Arteri rata-rata IER
-   Tekanan vena sentral IER
-   BB stabil
-   Tidak ada edema, peridetal
-   Tidak terjadi kebisingan
-   Hidrasi kulit
-   Elektrolit serum DBN
-   Hematokrit DBN
    IER = dalam tingkat nilai yang diharapkan
    Keterangan :
    1 = sangat dikompromi
    2 = sering dikompromi
    3 = kadang dikompromi
    4 = jarang dikompromi
    5 = tidak dapat dikompromi


    Intervensi :
    a. Manajemen elektrolit
       -    Monitor elektrolit sebelum abnormal
       -    Monitor manifestasi keseimbangan cairan
       -    Berikan cairan
       -    Pertahankan keakuratan intake dan output
       -    Berikan elektrolit tindakan tambahan (oral, NGT, 10) sesuai resep
       -    Ajarkan pasien dengan keluarga tentang tipe, penyebab, treamorit
            dalam keseimbangan cairan.
    b. Manajemen cairan
       -    Naikkan masukan obat oral

                               41
c. Cairan intravena
                     -   Berikan cairan IV temperatur ruang
                     -   Monitor kelebihan cairan dan reaksi fisik
C. MASALAH INFEKSI
  1. ENDOMETRITIS
    a. Pengertian
      1) Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan
          oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994).
      2) Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).
          (Manuaba, I. B. G., 1998).
      3) Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
          komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah
          melahirkan.
    b. Etiologi
          Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama
       bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang
       lama.Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta
       yang tertahan setelah abortus dan melahirkan.(Taber, B. 1994).
       Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita
       adalah:
      1) Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
      2) Pecahnya ketuban berlangsung lama.
      3) Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban.
      4) Teknik aseptik tidak dipatuhi.
      5) Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
      6) Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
      7) Kelahiran secara bedah.
      8) Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
    c. Klasifikasi
       Menurut Wiknjosastro (2002),
      1) Endometritis akuta
                 Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum.Pada endometritis
          post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga


                                            42
endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
    Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi,
dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi
leukosit     berinti   polimorf   yang   banyak,   serta   perdarahan-perdarahan
interstisial.Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada
abortus dan partus.
    Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas
dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara
khusus. Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke
miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke
parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya.Gejala-
gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit
dalam keseluruhannya.Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar
leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada
perabaan.
    Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus
di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam
uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan
sebagainya.
    Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah
endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan
di sekitarnya.Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang
tidak seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan
sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada
waktu haid.Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah
berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Gejalanya :
a) Demam
b) Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar
    flour yang purulent.
c) Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
d) Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak
    nyeri.

                                  43
Terapi :
    a) Uterotonika.
    b) Istirahat, letak fowler.
    c) Antibiotika.
    d) Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus
       carsinoma. Dapat diberi estrogen.
2) Endometritis kronika
         Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu
    infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat
    mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional darn endometrium
    pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel
    plasma dan limfosit.Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu
    juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
         Gejala-gejala    klinis   endometritis   kronika   adalah   leukorea   dan
    menorargia.Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
    Endometritis kronis ditemukan:
     a) Pada tuberkulosis.
     b) Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
     c) Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
     d) Pada polip uterus dengan infeksi.
     e) Pada tumor ganas uterus.
     f) Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
    Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB
    genital.Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-
    tengah endometrium yang meradang menahun.
    Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat
    desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
    Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat
    peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah,
    dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.
    Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena
    adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
    Gejalanya :
     a) Flour albus yang keluar dari ostium.

                                    44
b) Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
       Terapi :
        a) Perlu dilakukan kuretase.
d. Gambaran Klinis
   Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman,
   daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir.Kadang-kadang lokhea
   tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.Keadaan ini
   dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang
   setelah rintangan dibatasi.Uterus pada endometrium agak membesar, serta nyeri
   pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada
   hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu
   meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi
   menurun, dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali,
   lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal
   yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya
   berat.Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea yang sedikit dan
   tidak berbau.
   Gambaran klinik dari endometritis:
   1) Nyeri abdomen bagian bawah.
   2) Mengeluarkan keputihan (leukorea).
   3) Kadang terjadi pendarahan.
   4) Dapat terjadi penyebaran.
        a) Miometritis (pada otot rahim).
        b) Parametritis (sekitar rahim).
        c) Salpingitis (saluran otot).
        d) Ooforitis (indung telur).
        e) Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses.
       (Manuaba, I. B. G., 1998)
       Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi:
        1) Takikardi 100-140 bpm.
        2) Suhu 30 – 40 derajat celcius.
        3) Menggigil.
        4) Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral.
        5) Peningkatan nyeri setelah melahirkan.

                                       45
6) Sub involusi.
        7) Distensi abdomen.
        8) Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau busuk, mengandung
            darah seropurulen.
        9) Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus.
        10) Jumlah sel darah putih meningkat.
e. Patofisiologi
   Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta,
   dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium.Pada infeksi dengan
   kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium.Jaringan
   desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis serta cairan.Pada
   batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas
   lekosit-lekosit.Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui
   dan terjadilah penjalaran.
f. Komplikasi
   Wound infection
    1) Peritonitis
    2) Adnexal infection.
    3) Parametrial phlegmon
    4) Abses pelvis
    5) Septic pelvic thrombophlebitis.


g. Penatalaksanaan
    1) Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terpi.
       Evaluasi klinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti
       juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya,
       memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.
    2) Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi
       ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu
       mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit
       per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
    3) Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus
       atau post partum.


                                     46
4) Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak
      manfaatnya.
   5) Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan
      plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai
      sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan
      kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo –
      oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia teah meluas
      melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik
      klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).
h. Asuhan Keperawatan
   1) Pengkajian
       a) Aktifitas/istirahat
          -   Malaise, letargi.
          -   Kelelahan/keletihan yang terus menerus.
       b) Sirkulasi
          -   Takikardi.
       c) Eliminasi
          -   Diare mungkin ada.
          -   Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus.
       d) Integritas ego
          -   Ansietas jelas (poritunitis).
       e) Makanan atau cairan
          -   Anoreksia, mual/muntah.
          -   Haus, membran mukosa kering.
          -   Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis).
       f) Neurosensori
          -   Sakit kepala.
       g) Nyeri/ketidaknyamanan.
          -   Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen.
          -   Nyeri abdomen bawah/uterus serta nyeri tekan.
          -   Nyeri/kekakuan abdomen.
       h) Pernapasan
          -   Pernapasan cepat/dangkal (berat/pernapasan sistemik).
       i) Keamanan

                                     47
-   Suhu 38 derajat celcius atau lebih terjadi jika terus-menerus, di luar
       24 jam pascapartum.
   -   Demam ringan.
   -   Menggigil.
   -   Infeksi sebelumnya.
   -   Pemajanan lingkungan.
j) Seksualitas
   -   Pecah ketuban dini/lama, persalinan lama.
   -   Hemorargi pascapartum.
   -   Tepi insisi: kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, drainase purulen.
   -   Subinvolusi uterus mungkin ada.
   -   Lokhia mungkin bau busuk/tidak bau, banyak/berlebihan.
k) Interaksi sosial
   -   Status sosio ekonomi rendah.
l) Pemeriksaan Diagnostik
   -   Jumlah sel darah putih: normal/tinggi.
   -   Laju sedimentasi darah dan jumlah sel darah merah: sangat
       meningkat pada adanya infeksi.
   -   Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia.
   -   Kultur    (aerobik/anaerobik)   dari   bahan    intrauterus/intraservikal
       drainase luka/pewarnaan gram dari lokhia servik dan uterus:
       mengidentifikasi organisme penyebab.
   -   Urinalisis dan kultur: mengesampingkan infeksi saluran kemih.
   -   Ultrasonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang
       tertahan, melokalisasi abses peritoneum.
   -   Pemeriksaan     bimanual:    menentukan     sifat   dan   lokasi   nyeri
       pelvis,massa, pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan
       trombosis.
   -   Bakteriologi:   spesimen    darah, urin     dikirim ke laboratorium
       bakteriologi untuk pewarnaan gram, biakan dan pemeriksaan
       sensitifitas antibiotik. Organisme yang sering diisolasi dari darah
       pasien dengan endometritis setelah seksio sesarea adalah peptokokus,
       enterokokus, clostridium, bakterioles fragilis, Escherechia coli,


                             48
Streptococcus   beta   hemilitikus,    stafilokokus   koagulase-positif,
               mikrokokus, proteus, klebsiela dan streptokokus viridans (Di Zerega).
       -       Kecepatan sedimentasi eritrosit:
       -       Nilai dari tes ini sangat terbatas karena derajat sedimentasi cenderung
               meningkat selama kehamilan maupun selama infeksi.
       -       Foto abdomen
               Udara di dalam jaringan pelvis memberi kesan adanya mionekrosis
               klostridia.
2) Diagnosa Keperawatan
    a) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
    b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
       masukan yang tidak adekuat.
    c) Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.
    d) Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan
       dengan interupsi pada proses pertalian, penyakit fisik, ancaman yang
       dirasakan pada kehidupan sendiri
3) Intervensi
    a) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
       Intervensi:
           -    Tinjau ulang catatan prenatal, intrapartum dan pascapartum.
           -    Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf,
                klien dan pengunjung.
           -    Berikan dan instruksikan klien dalam hal pembuangan linen
                terkontaminasi.
           -    Demonstrasikan massase fundus yang tepat.
           -    Pantau suhu, nadi, pernapasan.
           -    Observasi/catat tanda infeksi lain.
           -    Pantau masukan oral/parenteral.
           -    Anjurkan posisi semi fowler.
           -    Selidiki keluhan-keluhan nyeri kaki dan dada.
           -    Anjurkan ibu bahwa menyusui secara periodik memeriksa mulut
                bayi terhadap adanya bercak putih.
           -    Kolaborasi dengan medis.


                                      49
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
   masukan yang tidak adekuat.
   Intervensi:
      -    Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C bila
           masukan oral dibatasi.
      -    Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/hari jus, sup dan cairan
           nutrisi lain.
      -    Anjurkan tidur/istirahat adekuat.
      -    Kolaborasi dengan medis.
            -   Berikan cairan/nutrisi parenteral, sesuai indikasi.
            -   Berikan parenteral zat besi dan atau vitamin sesuai indikasi.
            -   Bantu penempatan selang nasogastrik dan Miller Abbot.
c) Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.
   Intervensi:
      -    Kaji lokasi dan sifat ketidakmampuan/nyeri.
      -    Berikan instruksi mengenai membantu mempertahankan kebersihan
           dan kehangatan.
      -    Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi.
      -    Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien
           memungkinkan.
      -    Kolaborasi dengan medis:
            -   Berikan analgesik/antibiotik.
            -   Berkan kompres panas lokal dengan menggunakan lampu
                pemanas/rendam duduk sesuai indikasi.


d) Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan
   dengan interupsi pada proses pertalian, penyakit fisik, ancaman yang
   dirasakan pada kehidupan sendiri.
   Intervensi:
  -       Berikan    kesempatan       untuk    kontak   ibu   bayi    kapan     saja
          memungkinkan.
  -       Pantau respon emosi klien terhadap penyakit dan pemisahan dari bayi,
          seperti depresi dan marah.
  -       Anjurkan klien untuk menyusui bayi.

                                 50
-   Observasi interaksi bayi-ibu.
                -   Anjurkan ayah/anggota keluarga lain untuk merawat dan berinteraksi
                    dengan bayi.
                -   Kolaborasi dengan medis.
2. PELVIX INFLAMMATORY DESEASE
  a. Definisi
     Pelvic Inflammatory Disease (Penyakit Radang Panggul ) adalah suatu proses
     peradangan infeksius organ kelamin wanitayang terdapat di rongga panggul
     termasuk uterus, tuba fallopii (salpingitis),atau ovarium (ooforitis) maupun
     sekitarnya termasuk peritonium. PIDdisebut juga dengan salpingitis atau
     endometritis (emedicine,2009).Pelvic inflammatory disease (PID) merupakan
     salah satu komplikasi penyakit menular seksual yang serius. PID adalah infeksi
     pada traktusgenitalis wanita bagian atas yang mencakup endometritis,
     salpingitis,salpingo-oophoritis,     tubo-ovarian    abscess    (TOA),     dan   pelvic
     peritonitis.Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat dan cepat sangat diperlukan
     dalamkasus       ini   karena   komplikasi     PID   dapat     mengancam    kehidupan
     dankesuburan seorang wanita (Mudgil,2009)
  b. Epidemiologi
     PID menyerang lebih dari 1 juta wanita di Amerika dalam satu tahun danrata-rata
     menghabiskan biaya 4,2 milyar dollar. Per tahunnya hampir 250.000 wanita
     masuk rumah sakit akibat PID dan 100.000 orangmengalami prosedur bedah,
     sisanya menjalani rawat jalan. Penyakit inimerupakan penyebab ginekologis
     tersering bagi pasien untuk masuk departemen emrgensi (350.000/tahun).
     Meskipun PID dapat terjadi dalamrentang usia berapapun, namun wanita dewasa
     yang aktif secara seksual danwanita kurang dari 25 tahun mempunyai resiko lebih
     besar (Livengood,2010
  c. Etiologi
     Menurut Moore (2000), penyebab paling sering dari penyakit ini adalah infeksi
     chlamydia trachomatis (60%) atau Neisseria gonorrhoeae (30-80%) pada serviks
     atau vagina yang menyebar ke dalam endometrium tubafallopi, ovarium, dan
     struktur yang berdekatan. Tetapi selain itu ada beberapa penyebab lain
     diantaranya :
      1) Infeksi Gardnerella vaginalis
      2) Infeksi Bacteroides

                                          51
3) Bacterial vaginosis
    4) Streptococcus Group B
    5) Escherichia coli
    6) Actinomycosis
    7) EnterococcusMeskipun sangat jarang, dapat pula diisolasi golongan virus
        seperti
    8) Coxsackie B5
    9) ECHO 6
    10) Herpes type 2
    11) Haemophilus influenzae
d. Faktor Resiko
    1) wanita kurang dari 25 tahun yang aktif secara seksual
    2) adanya riwayat chlamydia atau penyakit menular seksual lain
    3) episode pelvic inflammatory disease sebelumnya
    4) banyaknya jumlah seksual partner
    5) pemakaian kondom yang tidak teratur
    6) hubungan seksual pada usia yang sangat muda
    7) wanita pekerja seks (Mudgil,2009).
    8) pemakaian IUD (Lancet,1992
e. Manisfestasi Klinis
   Gejala klinis PID bervariasi dan tidak spesifik. Moore (2000) melaporkanhanya
   3%    yang     mempunyai    gejala    akut   abdomen   sehingga   membutuhkan
   operasiemergensi. Secara klinik dapat ditemukan duh tubuh vaginal yang
   abnormal(sering berupa pus), nyeri perut bawah, demam lebih dari 38o C,
   perdarahan bercak (spotting) diantara siklus haid atau siklus yang tidak teratur,
   nyeri berkemih, dispareni, mual dan muntah terutama pada kasus yang berat.
   Beberapakasus mengeluhkan proktitis bahkan nyeri perut kuadran kanan atas.
   Marks dkk.,(2000) mengevaluasi 773 wanita terdiagnosis PID (1991-1997) dan
   mendapatkankeluhan terbanyak adalah fluor albus (68%), nyeri perut bawah
   (65%), disparenia (57%); sedangkan temuan klinis yang paling sering adalah
   nyeri adneksa (83%),nyeri goyang serviks (75%) dan servisitis (56%)
f. Komplikasi
    1) Infertilitas


                                    52
Satu dari sepuluh wanita dengan PID mengalami infertilitas. PID
      dapatmenyebabkan perlukaan pada tuba fallopii. Luka yang kemudian
      menjadi scar yang menghalangi tuba dan mencegah terjadinya fertilisasi sel
      telur.
   2) Ektopik pregnancy
      Scar yang terbentuk oleh PID juga dapat menghalangi telur yang
      sudahdifertilisasi berpindah ke uterus. Sehingga, telur tersebut justru tumbuh
      dalamtuba fallopii. Tuba dapat mengalami rupture dan menyebabkan
      perdarahanyang mengancam nyawa. Operasi darurat dapat dilakukan bila
      kehamilanektopik ini tidak terdiagnosa sebelumnya.Rasio kehamilan ektopik
      12-15% lebih tinggi pada wanita yangmempunyai episode PID.
   3) Nyeri pelvis kronis
      Scar     juga   dapat   terbentuk   di   tempat   lain   dalam    abdomen   dan
      menyebabkannyeri pelvis yang berlangsung berbulan-bulan atau hingga
      bertahun-tahun(emedicine,2009)
   4) PID berulang
      Kondisi ini terjadi jika penyebab infeksi tidak seluruhnya teratasi ataukarena
      pasangan seksualnya belum mendapat perawatan yang sesuai.Jika pada
      episode PID sebelumnya terjadi kerusakan servik, maka bakteriakan lebih
      mudah untuk masuk ke dalam organ reproduksi lain dan membuatwanita
      tersebut rentan terkena PID berulang. Episode PID berulang iniseringkali
      dihubungkan dengan resiko infertilitas.
   5) Abses
      Terkadang PID menyebabkan abses pada bibir vagina, juga pada tubafallopii
      dan      ovarium.   Abses     ini   adalah   kumpulan      dari   cairan    yang
      terinfeksi.Penggunaan antibiotik dibutuhkan untuk menangani abses ini, jika
      tidak berhasil maka operasi biasanya merupakan pilihan yang disarankan
      olehdokter. Penanganan abses tersebut sangat penting karena abses yang
      pecahdapat membahayakan (NHS,2010)
g. Pencegahan
      1) Gunakan kondom setiap kali berhubungan seks untuk mencegah
         PMS.Gunakan kondom meskipun Anda menggunakan alat kontrasepsi
         lain.


                                     53
2) Berhubungan seks hanya dengan pasangan yang tidak menderita
           PenyakitMenular Seksual dan pasangan yang hanya berhubungan sex
           dengan Anda.
       3) Batasi     jumlah    pasangan     seksual.    Jika    pasangan     Anda
           sebelumnyamempunyai pasangan lain, resiko terkena PMS semakin
           meningkat(Swierzewski, 2001).
h. Pemeriksaan Diagnostik
   1) USG (ultrasonografi)
       Merupakan pemeriksaan diagnostic pertama yang dilakukan pada ksus-kasus
       yang dicurigai sebagai PID, dimana tidak ditemukan petunjuk klinis.
   2) TVS (transvaginal sonografi
       Menunjukkan visualisasi detail dari uterus dan adnexa, termasuk ovarium.
       Pada pemeriksaan fisik, tuba fallopi biasanya terlihat hanya padakeadaan
       abnormal dan distensi karena obstruksi postinflamasi.
   3) TAS (transabdominal sonografi)
       Melengkapi pemeriksaan endovaginal karena TAS menyediakangambaran isi
       pelvis yang lebih menyeluruh. Apakah TAS (memerlukan pengisian blader)
       atau TVS (tidak memerlukan pengisian blader) dilakukanlebih dulu,
       merupakan keputusan dari pelaksananya.
   4) MRI (magnetic resonance imaging)
       Menghasilkan gambaran yang lebih baik dari USG. Dalam penelitianTukeva,
       menyebutkan bahwa hasil MRI lebih akurat untuk menegakkandiagnosa PID
       daripada USG. Meski begitu, penelitian ini hanya terbatas pada beberapa
       kelompok pasien tertentu.
   5) CT (computed tomography)
       Biasa digunakan dalam initial diagnostic untuk menyelidiki nyerinonspesifik
       pelvis pada wanita, dan PID dapat ditemukan secara tidak sengaja.
       (Mudgil,2009)
i. Penatalaksanaan
   Menurut Swierzewski (2001), penatalaksanaan yang dilakukan pada pasienPID
   antara lain :
   1) Sediakan analgesik




                                    54
2) Bila pasien menggunakan IUD maka stop penggunaan in situ, dengancatatan
    pasien dapat mencegah kehamilan meski tanpa alat kontrasepsi minimal 7
    hari
3) Segera rujuk ke bagian genitourinaria (obgyn), untuk pasien denganriwayat
    STD agar menjalani skrining, dan terapi bagi pasanganseksual pasien
Penatalaksanaan antibiotik :
1) Pasien PID sebaiknya segera diberikan antibiotik paling tidak untuk
    1minggu. Kadang PID disebabkan oleh lebih dari satu jenis bakterisehingga
    kombinasi antibiotik atau antibiotik spektrum luas seringdiberikan.
Yang harus dilakukan pasien, antara lain:
1) Tetap mengkonsumsi semua obat yang diresepkan, meskipun gejalaPID
    sudah tidak dirasakan.
2) Kembali lagi untuk kontrol dalam 2 atau 3 hari setelah penatalaksanaan
    pertama, untuk memastikan antibiotiknya bekerja.
3) Kembali dalam 7 hari setelah antibiotik habis untuk memastikan bahwa
    infeksi sudah sembuh.
4) Jika tidak ada perubahan setelah penatalaksanaan antibiotic yang pertama,
    maka antibiotic jenis lain harus diberikan.
Pada beberapa kasus berat, pasien harus menjalani opname danmenerima
antibiotic dengan intravena. Pasien-pasien tersebut biasanyamengalami :
1) Sakit parah dengan demam, menggigil dan berkeringat.
2) Tidak mampu melakukan terapi oral dan membutuhkan antibioticintravena
3) Tidak berespon terhadap antibiotic oral
4) Terdapat abses
5) Diagnosa penyakitnya tidak pasti dan pasien mungkin mengalamikeadaan
    darurat medis lain (e.g., appendicitis).
6) Hamil
7) Immunodeficiency(misalnya HIV, terapi imunosupresi).
Terapi untuk pasangan seksual pasien
1) Biasanya asimptomatik pada pria
2) Cegah koitus selama terapi dan follow up selesai.
3) Skrining bila ternyata pasangan mempunyai riwayat STD bilaterbukti pasien
    pernah koitus dengan pasangan


                                   55
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas
Maternitas

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

5. tanda tanda kehamilan--
5. tanda tanda kehamilan--5. tanda tanda kehamilan--
5. tanda tanda kehamilan--Devi Narti
 
309885625-LP-ANC-docx
309885625-LP-ANC-docx309885625-LP-ANC-docx
309885625-LP-ANC-docxAhmad Suhir
 
Tanda tanda kehamilan
Tanda tanda kehamilanTanda tanda kehamilan
Tanda tanda kehamilan991beauty
 
Fisiologi kehamilan
Fisiologi   kehamilanFisiologi   kehamilan
Fisiologi kehamilanEgas Xavier
 
Tanda tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
Tanda  tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilanTanda  tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
Tanda tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilaniiesti
 
Konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
Konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinanKonsep dasar asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
Konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinanYohanes Dedio
 
Fisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalFisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalDokter Tekno
 
4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibueka f
 
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)Aning Aisyah
 
Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV PersalinanIndah Widi
 
6.perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi dalam kehamilan -
6.perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi dalam kehamilan -6.perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi dalam kehamilan -
6.perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi dalam kehamilan -Devi Narti
 
Perkembangan prakelahiran dan kelahiran
Perkembangan prakelahiran dan kelahiranPerkembangan prakelahiran dan kelahiran
Perkembangan prakelahiran dan kelahiranfernandaalvianita
 
Askep intranatal (normal)
Askep intranatal (normal)Askep intranatal (normal)
Askep intranatal (normal)Marthyn Gulo
 
Kala dua persalinan 2
Kala dua persalinan 2Kala dua persalinan 2
Kala dua persalinan 2aissya noor
 
Asuhan keperawatan pada klien intranatal AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien intranatal AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada klien intranatal AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien intranatal AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Persalinan dan Nifas
Persalinan dan Nifas Persalinan dan Nifas
Persalinan dan Nifas pjj_kemenkes
 
Biologi perkembangan delila
Biologi perkembangan delilaBiologi perkembangan delila
Biologi perkembangan delilaMJM Networks
 
asuhan persalinan normal by. sab'atun.
asuhan persalinan normal by. sab'atun.asuhan persalinan normal by. sab'atun.
asuhan persalinan normal by. sab'atun.safasab
 

La actualidad más candente (20)

5. tanda tanda kehamilan--
5. tanda tanda kehamilan--5. tanda tanda kehamilan--
5. tanda tanda kehamilan--
 
309885625-LP-ANC-docx
309885625-LP-ANC-docx309885625-LP-ANC-docx
309885625-LP-ANC-docx
 
Tanda tanda kehamilan
Tanda tanda kehamilanTanda tanda kehamilan
Tanda tanda kehamilan
 
Fisiologi kehamilan
Fisiologi   kehamilanFisiologi   kehamilan
Fisiologi kehamilan
 
Tanda tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
Tanda  tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilanTanda  tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
Tanda tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
 
Konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
Konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinanKonsep dasar asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
Konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
 
Fisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalFisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normal
 
4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu
 
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
 
Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV Persalinan
 
6.perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi dalam kehamilan -
6.perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi dalam kehamilan -6.perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi dalam kehamilan -
6.perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi dalam kehamilan -
 
Perkembangan prakelahiran dan kelahiran
Perkembangan prakelahiran dan kelahiranPerkembangan prakelahiran dan kelahiran
Perkembangan prakelahiran dan kelahiran
 
Konsep Dasar Kehamilan
Konsep Dasar KehamilanKonsep Dasar Kehamilan
Konsep Dasar Kehamilan
 
Askep intranatal (normal)
Askep intranatal (normal)Askep intranatal (normal)
Askep intranatal (normal)
 
Kala dua persalinan 2
Kala dua persalinan 2Kala dua persalinan 2
Kala dua persalinan 2
 
Asuhan keperawatan pada klien intranatal AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien intranatal AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada klien intranatal AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien intranatal AKPER PEMKAB MUNA
 
Persalinan dan Nifas
Persalinan dan Nifas Persalinan dan Nifas
Persalinan dan Nifas
 
Biologi perkembangan delila
Biologi perkembangan delilaBiologi perkembangan delila
Biologi perkembangan delila
 
asuhan persalinan normal by. sab'atun.
asuhan persalinan normal by. sab'atun.asuhan persalinan normal by. sab'atun.
asuhan persalinan normal by. sab'atun.
 
Askep kala iv
Askep kala ivAskep kala iv
Askep kala iv
 

Destacado

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas KesehatanPanduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas KesehatanDokter Tekno
 
An introduction kelompok i pnc copy
An introduction kelompok i pnc   copyAn introduction kelompok i pnc   copy
An introduction kelompok i pnc copyrakkas
 
Aborsi dari berbagai perspektif
Aborsi  dari berbagai perspektifAborsi  dari berbagai perspektif
Aborsi dari berbagai perspektifrakkas
 
Mercury
MercuryMercury
Mercuryrakkas
 
Antifungals
AntifungalsAntifungals
Antifungalsrakkas
 
Infeksi pada klien dengan immunocompromised
Infeksi pada klien dengan immunocompromisedInfeksi pada klien dengan immunocompromised
Infeksi pada klien dengan immunocompromisedrakkas
 
Resusitasi
ResusitasiResusitasi
Resusitasirakkas
 
118354188 lp-letak-sungsang
118354188 lp-letak-sungsang118354188 lp-letak-sungsang
118354188 lp-letak-sungsangAman Fx
 
Jazmedia panduan kesehatan muslimah
Jazmedia panduan kesehatan muslimahJazmedia panduan kesehatan muslimah
Jazmedia panduan kesehatan muslimahMasyrifah Jazm
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Operator Warnet Vast Raha
 
Seksualitas
SeksualitasSeksualitas
Seksualitasrakkas
 
Artikel Penyakit & Kelainan Pada Sistem Produksi
Artikel Penyakit & Kelainan Pada Sistem ProduksiArtikel Penyakit & Kelainan Pada Sistem Produksi
Artikel Penyakit & Kelainan Pada Sistem ProduksiDoris Agusnita
 
Struma 2
Struma 2Struma 2
Struma 2rakkas
 
Kemoterapi
KemoterapiKemoterapi
Kemoterapirakkas
 

Destacado (20)

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas KesehatanPanduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
36303996 karya-tulis-ilmiah-linda
36303996 karya-tulis-ilmiah-linda36303996 karya-tulis-ilmiah-linda
36303996 karya-tulis-ilmiah-linda
 
Kumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologiKumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologi
 
An introduction kelompok i pnc copy
An introduction kelompok i pnc   copyAn introduction kelompok i pnc   copy
An introduction kelompok i pnc copy
 
Aborsi dari berbagai perspektif
Aborsi  dari berbagai perspektifAborsi  dari berbagai perspektif
Aborsi dari berbagai perspektif
 
Mercury
MercuryMercury
Mercury
 
Chapter ii 10
Chapter ii 10Chapter ii 10
Chapter ii 10
 
Antifungals
AntifungalsAntifungals
Antifungals
 
Oray
OrayOray
Oray
 
Kumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologiKumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologi
 
Infeksi pada klien dengan immunocompromised
Infeksi pada klien dengan immunocompromisedInfeksi pada klien dengan immunocompromised
Infeksi pada klien dengan immunocompromised
 
Resusitasi
ResusitasiResusitasi
Resusitasi
 
118354188 lp-letak-sungsang
118354188 lp-letak-sungsang118354188 lp-letak-sungsang
118354188 lp-letak-sungsang
 
Jazmedia panduan kesehatan muslimah
Jazmedia panduan kesehatan muslimahJazmedia panduan kesehatan muslimah
Jazmedia panduan kesehatan muslimah
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
 
Seksualitas
SeksualitasSeksualitas
Seksualitas
 
Artikel Penyakit & Kelainan Pada Sistem Produksi
Artikel Penyakit & Kelainan Pada Sistem ProduksiArtikel Penyakit & Kelainan Pada Sistem Produksi
Artikel Penyakit & Kelainan Pada Sistem Produksi
 
Struma 2
Struma 2Struma 2
Struma 2
 
Kemoterapi
KemoterapiKemoterapi
Kemoterapi
 

Similar a Maternitas

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2pjj_kemenkes
 
Anatomi fisiologi alat kandungan
Anatomi fisiologi alat kandunganAnatomi fisiologi alat kandungan
Anatomi fisiologi alat kandunganneng elis
 
Tugas reproduksi wanita
Tugas reproduksi wanitaTugas reproduksi wanita
Tugas reproduksi wanitafigameta
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi pjj_kemenkes
 
Proses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptx
Proses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptxProses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptx
Proses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptxRibkaPolmauliMarthal
 
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...Operator Warnet Vast Raha
 
Anatomi dan fisiologi alat reproduksi
Anatomi dan fisiologi alat reproduksiAnatomi dan fisiologi alat reproduksi
Anatomi dan fisiologi alat reproduksipjj_kemenkes
 
REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2
REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2
REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2NutfahKamila
 
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 

Similar a Maternitas (20)

Sistem reproduksi
Sistem reproduksiSistem reproduksi
Sistem reproduksi
 
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2
 
Anatomi fisiologi alat kandungan
Anatomi fisiologi alat kandunganAnatomi fisiologi alat kandungan
Anatomi fisiologi alat kandungan
 
Istilah dlam kehamilan
Istilah dlam kehamilanIstilah dlam kehamilan
Istilah dlam kehamilan
 
Tugas reproduksi wanita
Tugas reproduksi wanitaTugas reproduksi wanita
Tugas reproduksi wanita
 
Modul 1 akk kb 1
Modul 1 akk kb 1Modul 1 akk kb 1
Modul 1 akk kb 1
 
Alat genetalia wanita
Alat genetalia wanitaAlat genetalia wanita
Alat genetalia wanita
 
Alat genetalia wanita
Alat genetalia wanitaAlat genetalia wanita
Alat genetalia wanita
 
A
AA
A
 
A
AA
A
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
 
Proses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptx
Proses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptxProses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptx
Proses Adaptasi Fisiologi Kehamilan.pptx
 
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA RAHA
 
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
 
Anatomi dan fisiologi alat reproduksi
Anatomi dan fisiologi alat reproduksiAnatomi dan fisiologi alat reproduksi
Anatomi dan fisiologi alat reproduksi
 
REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2
REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2
REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2
 
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminahTugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah
Tugas mata kuliah askeb 1 oleh bu rosminah
 
Bab ii. tinjauan teori serotinus docx
Bab ii. tinjauan teori serotinus docxBab ii. tinjauan teori serotinus docx
Bab ii. tinjauan teori serotinus docx
 

Último

SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaFeraAyuFitriyani
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAkompilasikuliahd3TLM
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatZuheri
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxkemenaghajids83
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiRizalMalik9
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024PyrecticWilliams1
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))jimmyp14
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 

Último (20)

SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 

Maternitas

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatanmasyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasimuda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab : 1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya 2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan. 3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatasnamakan pembangunan seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk. 4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasionaldiantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai kesehatanreproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurutdirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri. Sistem reproduksi sangat dipengaruhi oleh sistim endokrin. Pemahaman sistim endokrin pada wanita, penting untuk memahami patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan berbagai kelainan pada sistim reproduksi wanita. Sistem reproduksi wanita dapat dilihat dari 2 kondisi, yaitu di dalam kehamilan dan diluar kehamilan. Sistem reproduksi wanita dalam kehamilan lazim disebut dengan Obstetri, 1
  • 2. yang dalam arti sempit diartikan sebagaicabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan, dan nifas, serta hal-hal yang terkait dengannya. Sedangkan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sistem reproduksi wanita di luar kehamilan disebut dengan Ginekologi. Keluarga Berencana dan Konseling Pra nikah terkait dengan kehamilan. Infertilitas merupakan aspek ginekologi yang erat kaitannya dengan kehamilan (sulit mendapatkan kehamilan) Obstetri : Kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan proses fisiologi, dalam perjalanannya, mulai dari saat pembuahan sampai nifas bisa menjadi patologis.Obstetri dibedakan dalam obstetri fisiologi dan obstetri patologis. Ginekologi :Masalah sistem reproduksi wanita di luar kehamilan. Oleh karena itu saya akan membahas tentang patologi sistem reproduksi wanita, antara lain, masalah keganasan pada wanita, perdarahan dan infeksi yang biasa terjadi di rumah sakit. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa konsep kesehatan reproduksi? 2. Bagaimana cara mengenali masalah pada kesehatan reproduksi? 3. Bagaimana cara menangani masalah pada kesehatan reproduksi? 4. Bagaimana kesehatan reproduksi dalam prespektif gender? C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui teori dan konsep kesehatan reproduksi 2. Untuk mendalami masalah kesehatan reproduksi 3. Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan reproduksi dan cara mengatasinya 4. Untuk mengetahui seberapa besar peran gender dalam kesehatan reproduksi. 2
  • 3. BAB II TINJAUAN TEORI A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum. 1. Alat genitalia wanita bagian luar a. Mons veneris / Mons pubis Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks. b. Bibir besar (Labia mayora) Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari: 1) Bagian luar Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. 2) Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). c. Bibir kecil (labia minora) Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan 3
  • 4. menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah. d. Klitoris Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual. e. Vestibulum Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahuatau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi. f. Perinium Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perinium. g. Kelenjar Bartholin Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat. h. Himen (Selaput dara) Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh danmudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendiryang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi. i. Fourchette Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen. 2. Alat genitalia wanita bagian dalam Gambar 2.2 Organ Interna Wanita ( Bobak, IM, 2000 ) 4
  • 5. a. Vagina Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yangmenghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikanproteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untukmengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks danjalan lahir pada waktu persalinan. b. Uterus Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih,cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normalmemiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpusuteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uterimerupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuksegitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang,dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagianbawahnya berhubungan dengan kandung kemih.Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapaligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dariusia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaituperitoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium. 5
  • 6. 1) Peritoneum a) Meliputi dinding rahim bagian luar b) Menutupi bagian luar uterus c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan d) pembuluh darah limfe dan urat saraf e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen 2) Lapisan otot a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju ligamentum b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebutmembentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisantengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkunganserabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepitrapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti. 3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringanikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteriinternum anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dankanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadiperubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks)disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan. 4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus ototrahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum yang menyangga uterus adalahligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentuminfindibulo pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum kardinal machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum. a) Ligamentum latum  Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke dinding panggul  Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar danmengandung pembuluh darah limfe dan ureter  Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi 6
  • 7. Ligamentum rotundum (teres uteri)  Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan mencapai labia mayus  Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat  Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi b) Ligamentum infundibulo pelvikum  Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul  Menggantung uterus ke dinding panggul  Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium c) Ligamentum kardinale machenrod  Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul  Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri  Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus d) Ligamentum sacro uterinumMerupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju os sacrum e) Ligamentum vesika uterinum  Dari uterus menuju ke kandung kemih  Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan 5) Pembuluh darah uterus a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dindinglateral dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasarendometrium membentuk arteri spinalis uteri b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tubafallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika. c) Susunan saraf uterusKontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh sarafsimpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouseryang terletak pada pertemuan ligamentum sakro uterinum. c. Tuba Fallopi Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornuuterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovummencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan kearah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.Panjang tuba fallopi 12cm diameter 7
  • 8. 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tigalapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia. Tuba fallopi terdiri atas : 1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum internum tuba. 2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus danmerupakan bagian yang paling sempit. 3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”. 4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut fimbriae tubae. Fungsi tuba fallopi : 1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri. 2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi. 1) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi. 3) Tempat terjadinya konsepsi. 2) Tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampaimencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi. d. Ovarium Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikelmenjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentuminfundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melaluimesovarium.Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu: 1) Korteks ovarii a) Mengandung folikel primordial b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff c) Terdapat corpus luteum dan albikantes 2) Medula ovarii a) Terdapat pembuluh darah dan limfe b) Terdapat serat saraf e. Parametrium 8
  • 9. Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dualembar ligamentum latum. Batasan parametrium 1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping 2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri 3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium. 4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari (Bobak, Jansen, dan Zalar, 2001) f. Payudara Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin pasca persalinan. Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai sexually responsive organ. g. Kulit Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dan responsif secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong dan lipat paha dalam. Protein di kulit mengandung pheromone (sejenis metabolit steroid dari keratinosit epidermal kulit) yang berfungsi sebagai „parfum‟ daya tarik seksual (androstenol dan androstenon dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar liur). Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat dan liur. 9
  • 10. BAB III MASALAH – MASALAH YANG TERJADI PADA SISTEM REPRODUKSI A. MASALAH KEGANASAN 1. KANKER PAYUDARA a. Pengertian Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995) Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995). b. Penyebab dan faktor predisposisi Menurut C. J. H. Van de Velde 1. Ca Payudara yang terdahulu Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ berpasangan 2. Keluarga Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae. 3. Kelainan payudara ( benigna ) Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit meningkat. 4. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan oestrogen pada wanita post menopouse. 5. Faktor endokrin dan reproduksi 10
  • 11. Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun, Menarche kurang dari 12 tahun 6. Obat anti konseptiva oral Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker. c. Gambaran klinis Menurut William Godson III. M. D 1. Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips 2. Gejala carsinoma Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase. d. Patofisiologi Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 ) 11
  • 12. e. Asuhan Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot. 2. Kerusakan integristas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan. 3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limpatik necrose jaringan. 4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran mammae. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan 6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi 7. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidakpastian tentang hasil pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan pengetahuan tentang carsinoma dan pengobatan. 2. KANKER OVARIUM a. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 - 70 tahun. 12
  • 13. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995) b. Penyebab Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: 1) Hipotesis incessant ovulation Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel- sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel- sel tumor. 2) Hipotesis androgen Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. c. Faktor resiko 1) Diet tinggi lemak 2) Merokok 3) Alkohol 4) Penggunaan bedak talk perineal 5) Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium 6) Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium 7) Nulipara 8) Infertilitas 9) Menstruasi dini 10) Tidak pernah melahirkan d. Tanda & Gejala Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa : 1) Haid tidak teratur 2) Ketegangan menstrual yang terus meningkat 3) Menoragia 4) Nyeri tekan pada payudara 13
  • 14. 5) Menopause dini 6) Rasa tidak nyaman pada abdomen 7) Dispepsia 8) Tekanan pada pelvis 9) Sering berkemih 10) Flatulenes 11) Rasa begah setelah makan makanan kecil 12) Lingkar abdomen yang terus meningkat e. Stadium Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah : 1) STADIUM I –> pertumbuhan terbatas pada ovarium a) Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh. b) Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak. c) Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif. 2) STADIUM II –> Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul a) Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba b) Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya c) Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif. 3) STADIUM III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum. a) Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis 14
  • 15. terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal. b) Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ. c) Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif. 4) STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver. f. Penegakan Diagnosa Medis Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium). Ciri2 kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan : 1) Kista cepat membesar 2) Kista pada usia remaja atau pascamenopause 3) Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan 4) Kista dengan bagian padat 5) Tumor pada ovarium Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti : 1) USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah 2) Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI 3) Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta - HCG dan alfafetoprotein Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi. g. Penatalaksanaan Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 - 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi secara berkala 15
  • 16. terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler. Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu : 1) Operasi (stadium awal) 2) Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal) 3) Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut) h. Asuhan Keperwatan 1) Pengkajian a) Data diri klien b) Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama c) Riwayat kesehatan masa lalu d) Riwayat kesehatan keluarga e) Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid f) Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil g) Pemeriksaan fisik h) Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui 2) Diagnosa Keperawatan a) Nyeri akut b.d agen cidera biologi b) Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran c) Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormone 3) Tujuan dan Intervensi a) Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi - Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan - Intervensi :  Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi  Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien  Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic  Jelaskan kegunaan analgesic dan cara-cara untuk mengurangi efek samping  Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi, stimulasi kutan 16
  • 17. b) Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran - Tujuan : Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya. - Intervensi :  Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri  Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan keputusan  Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran tentang perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim c) Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormon - Tujuan : -KLien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual. - Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual - Intervensi:  Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan  Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu  Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh prosedur pembedahan  Identifikasi faktor budaya/nilai budaya  Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka  Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka  Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya  Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus seksual saat kelelahan 17
  • 18. 3. KANKER CERVIX a. Pengertian Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997). b. Etiologi Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut rahim menjadi se-sel yang ganas tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tersebut, antara lain : 1) Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun). 2) Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex). 3) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30‟an tahun yang sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap. Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin dbanyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah displasia. 4) Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2 5) Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali 6) Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh c. Faktor Resiko Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu: 1) Usia. 2) Jumlah perkawinan 3) Hygiene dan sirkumsisi 4) Status sosial ekonomi 5) Pola seksual 6) Terpajan virus terutama virus HIV 7) Merokok dan AKDR 18
  • 19. d. Klasifikasi Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978 Tingkat Kriteria 0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah stroma tidak> 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah. Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding panggul III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul. III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul. IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi IV b Telah terjadi metastasi jauh. e. Tanda dan Gejala a. Perdarahan b. Keputihan yang berbau dan tidak gatal 19
  • 20. c. Cepat lelah d. Kehilangan berat badan e. Anemia f. Manifestasi Klinis Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi. g. Prognosis Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun. h. Pemeriksaan Penunjang 1) Sitologi, dengan cara tes pap Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagianbesar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%. 2) Kolposkopi 3) Servikografi 4) Pemeriksaan visual langsung 5) Gineskopi 6) Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive) 20
  • 21. i. Penatalaksaan Medis Tingkat Penatalaksaan 0 Biopsi kerucut Histerektomi trasnsvaginal Ia Biopsi kerucut Histerektomi trasnsvaginal I b dan II a Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan) II b , III dan IV Histerektomi transvaginal IV a dan IV b Radioterapi Radiasi paliatif Kemoterapi j. Konsep Asuhan Keperawatan 1) Pengkaijan a) Identitas klien. b) Keluhan utama. Perdarahan dan keputihan c) Riwayat penyakit sekarang Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatankeluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga. d) Riwayat penyakit terdahulu. Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi. e) Riwayat penyakit keluarga Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain. f) Riwayat psikososial 21
  • 22. Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks. g) Pemeriksaan Fisik Inspeksi - Perdarahan - keputihan palpasi - nyeri abdomen - nyeri punggung bawah h) Pemeriksaan Dignostik - Sitologi - Biopsi - Kolposkopi - Servikografi - Gineskopi - Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif) 1. Diagnosa Keperawatan a) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia . b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah c) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi d) Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia. e) Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi. f) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu. g) Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga. h) Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi. 22
  • 23. 2. Intervensi a) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia . Tujuan: Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan. Intervensi : 1) Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit. 2) Berikan cairan secara cepat. 3) Pantau dan atur kecepatan infus. 4) Kolaborasi dalam pemberian infus b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah. Tujuan: Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh. Intervensi: 1) Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu. 2) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang ditentukan. 3) Pantau masukan makanan oleh klien. 4) Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet. 5) Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan. c) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi Tujuan: Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Intervensi : 1) Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan. 2) Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia. 3) Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan 4) Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan. 5) Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika. 23
  • 24. d) Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia. Tujuan: Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan Intervensi : 1) Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap (Hb dan Trombosit) 2) Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan. 3) Observasi tanda-tanda perdarahan. 4) Observasi tanda-tanda vital. 5) Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated) e) Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi. Tujuan: Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal. Intervensi: 1) Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien. 2) Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas. 3) Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang dialami. 4) Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan. 5) Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas. f) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu. Tujuan: Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi. Intervensi: 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang kondusif. 2) Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan 3) Dorong harapan yang realistis. 4) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai. 5) Berikan dorongan spiritual. 24
  • 25. g) Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga. Tujuan : Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran. Intervensi : 1) Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga dan komunitasnya. 2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya. 3) Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran anggota yang sakit. h) Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan terbatasnya informasi. Tujuan : Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi. Intervensi: 1) Baringkan pasien diatas tempat tidur. 2) Kaji kepatenan kateter abdomen. 3) Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan 4) Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi. 3. Evaluasi Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah : a) Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan. b) Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh c) Tidak ada tanda-tanda infeksi d) Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan e) Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal. f) Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi. 25
  • 26. g) Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran. h) Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi 4. MIOMA UTERI a. Definisi Myoma Uteri adalah : neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut juga dengan Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid. Myoma Uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua tempat asal myoma uteri yaitu pada serviks uteri ( 2 % )dan pada korpus uteri ( 97 % ), belum pernah ditemukan myoma uteri terjadi sebelum menarche. b. Etiologi Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa Myoma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen. c. Patofisiologi 26
  • 27. Patofisiologi Herediter Pola Hidup Hormonal Myoma Uteri Myoma Intramural Myoma Submukosum Myoma Subserosum Tanda /Gejala Perdarahan Massa Informasi Tindakan operasi pervagina suhu tubuh mengenai penyakit Proses Infeksi/nekrosis HB Gangguan keseimbangan Cemas cairan Anemia Syok Hipovolemik Penekanan organ sekitar Vesika Urinaria Rectum Pola Eliminasi Urin Pola Eliminasi Alvi Retensio Urin Konstipasi 27
  • 28. d. Lokalisasi Mioma Uteri 1) Mioma intramural ; Apabila tumor itu dalam pertumbuhannya tetap tinggal dalam dinding uterus. 2) Mioma Submukosum ; Mioma yang tumbuh kearah kavum uteri dan menonjol dalam kavum itu. Mioma Subserosum ; Mioma yang tumbuh kearah luar dan menonjol pada permukaan uterus. e. Komplikasi 1) Pertumbuhan leimiosarkoma. Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopauseTorsi (putaran tangkai ) 2) Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut. 3) Nekrosis dan Infeksi Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan bari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder. f. Pemeriksaan Diagnostik 1) Pemeriksaan Darah Lengkap Haemoglobin : turun Albumin : turun Lekosit : turun/meningkat Eritrosit : turun 2) USG Terlihat massa pada daerah uterus. 3) Vaginal Toucher Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya. 4) Sitologi Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut., 5) Rontgen Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi. 6) ECG Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi. Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum bertangkai.. Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan. Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang perlu diangkat adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumnya dilakukan histerektomi total abdominal. 28
  • 29. Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH- BSO ) TAH – BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus,serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic endrometriosis . Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO adalah suatu tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk mengangkat uterus, serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant neoplastic diseas, leymiomas dan chronic endometriosis. g. Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ; pengumpulan data, pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan (Depkes RI, 1991 ). - Pengumpulan Data. Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah pembedahan Total Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah sebagai berikut :Usia : - Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia 35 tahun keatas. - Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang - Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH-BSO. - Keluhan Utama Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah : - Lokasi nyeri : - Intensitas nyeri - Waktu dan durasi - Kwalitas nyeri. - Riwayat Reproduksi Haid Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause Hamil dan Persalinan 29
  • 30. o Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam jumlah yang besar. o Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan. - Data Psikologi. Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan kewanitaan.Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani . Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien. - Status Respiratori Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general. - Tingkat Kesadaran ingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok. - Status Urinari Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi. - Status Gastrointestinal Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus. 2) Diagnosa Keperawatan a) Gangguan Rsa nyaman (nyeri ) berhubungan dengankerusakan jaringan otot dan system saraf yang di tandai dengan keluhan nyeri, ekpresi wajah neyeringai. b) Gangguan eleminasi miksi (retensi urine ) berhubungan dengantrauma mekanik , manipulasi pembedahan adanya edema pada jaringan sekitar dan hematom, kelemahan pada saraf sensorik dan motorik. 30
  • 31. c) Gangguan konsep diri berhubungan dengankekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual . d) Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan dan perawatan selanjutnya berhubungan dengansalah dalam menafsirkan imformasi dan sumber imformasi yang kurang benar 3) Rencana Tindakan a) Intervensi keperawatan pada diagnose Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot an system saraf. : - Kaji tingkat rasa tidak nyaman sesuai dengan tingkatan nyeri. - Beri posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satu sisi. - Ajarkan teknik releksasi seperti menarik nafas dalam, bimbing untuk membayangkan sesuatu.Kaji tanda vital : tachicardi,hipertensi, pernafasan cepat. - Motivasi klien untuk mobilisasi didni setelah pembedahan bila sudah diperbolehkan. - Laksanakan pengobatan sesuai indikasi seperti analgesik intravena. - Observasi efek analgetik (narkotik ) - Obervasi tanda vital : nadi ,tensi,pernafasan. b) Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan gangguan eleminasi miksi (retensi urine ) berhubungan dengantrauma mekanis, manipulasipembedahan, oedema jaringan setempat, hemaloma, kelemahan sensori dan kelumpuhan saraf. - Catat poal miksi dan minitor pengeluaran urine - Lakukan palpasi pada kandung kemih , observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri. - Lakukan tindakan agar klien dapat miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi, mengalirkan air keran. - Jika memakai kateter, perhatikan apakah posisi selang kateter dalam keadaan baik, monitor intake autput, bersihkan daerah pemasangan kateter satu kali dalamsehari, periksa keadaan selang kateter (kekakuan,tertekuk ) - Perhatikan kateter urine : warna, kejernihan dan bau. - Kolaborasi dalam pemberian dalam pemberian cairan perperental dan obat obat untuk melancarkan urine. - Ukur dan catat urine yang keluar dan volume residual urine 750 cc perlu pemasangan kateter tetap sampai tonus otot kandung kemih kuat kembali. c) Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan Ganguan konsep diri berhubungan dengankekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual. - Beritahu klien tentang sispa saja yang bisa dilakukan histerektomi dan anjurkan klien untuk mengekpresikan perasaannya tentang histerektomi - Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif. 31
  • 32. - Libatkan klien dalam perawatannya - Kontak dengan klien sesering mungkin dan ciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan. - Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai tindakan pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien - Berikan dukungan emosional dalam teknik perawatan, misalnya perawatan luka dan mandi. - Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk membicarakan keluhan-keluhannya. d) Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan Kurangnya pengetahuan tentang perawatan luka operasi, tanda-tanda komplikasi, batasan aktivitas, menopause, therapy hormon dan perawatan selanjutnya berhubungan denganterbatasnya imformasi. - Jelaskan bahwa tindakan histerektomi abdominal mempunyi kontraindikasi yang sedikit tapi membutuhkan waktu yang lama untuk puli, mengguanakan anatesi yang banyak dan memberikan rasa nyeri yang sangat setelah operasi. - Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi yang tepat - Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan. - Jelaskan efek dari pembedahan terhadap menstruasi dan ovulasi - Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan. - Jelaskan bahwa pengangkatan uterus secara total menyebabkan tidak bisa hamil dan menstruasi - Jika klien memakai therapy estrogen maka ajari klien : - Bahwa estrogen itu biasanya diberikan dengan dosis renda, dengan sirklus penggunaannya adalah selama 5 hari kemudian berhenti selama dua hari begitu seterusnya sampai umur menopause. - Diskusi tentang rasional penggunaan therapy yaitu memberikan rasa sehatdan mengurangi resiko osteoporosis - Jelaskan resiko penggunaan therapy - Ajarkan untuk melapor jika terjadi perubahan sikap ( depresi ), tanda troboplebitis, retensi cairan berlebihan, kulit kuning,rasa mual/muntah, pusing dan sakit kepala,rambut rontok, gangguan penglihatan,benjolan pada payudara. B. MASALAH PERDARAHAN 1. DYSFUNGSIONAL UTERYNE BLEEDING a. Pengertian Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi,karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon 32
  • 33. (hipotalamushipofisis-ovarium-endometrium), tanpa kelainan organ. Perdarahan ini juga didefinisikan sebagaimenstruasi yang banyak dan / atau tidak teratur tanpa adanya patologi pelvik yangdiketahui, kehamilan atau gangguan perdarahan umum b. Epidemiologi Keadaan ini terjadi pada 5 – 10 % pada wanita dengan usia reproduksi wanita yaitu pada menarche dan menopause karena pada usia ini sering terjadi gangguan fungsi ovarium. Dilaporkan lebih dari 50% terjadi paa masa premenopause ( usia 40 – 50 tahun ), sekitar 20 % terjadi pada masa remaja, 30 % terjadi pada pada usia reproduktif serta cenderung terjadi pada wanita dengan gangguan instabilitas emosional. c. Etiologi Perdarahan uterus disfungsional biasanya disebabkan oleh gangguan fungsi ovarium primer atau sekunder yang disebabkan adanya kelainan pada salah satu tempat pada system sumbu hipotalamus – hipofisis – ovarium dan jarang akibat dari gangguan fungi korteks ginjal dan kelenjar tiroid. Perdarahan uterus disfungsional umumnya merupakan keadaan anovulator tetapi dapat juga terjadi pada keadaan ovulatoir bila ada defek pada fase folikular atau fase luteal. Pada remaja keadaan ini disebabkan fungsi hipotalamus – hipofisis – ovarium belum matang, serta pada keadaan yang menyertai obesitas atau pada akhir decade ke 4 dari seorang wanita. Kadang setelah 3 tahun pubertas sering terjadi gangguan menstruasi karena gangguan respon ovarium terhadap FSH yang akan mengakibatkan produksi estrogen berkurang sehingga endometrium tidak cukup menerima rangsangan dan menimbulkan perdarahan. Pada masa klimakterium terjadi penurunan kepekaan ovarium dari rangsangan gonadtropin dan terjadi peristiwa anovulasi. d. Patologi Pada siklus haid ( ovulatoir ) terdapat perubahan yang dialami kelenjar – kelenjar,pembuluh darah, serta epitel dari endometrium yang dipengaruhi oleh estrogen dan progesterone yang secara bergiliran dihasilkan oleh folikel dan korpus luteum atas pengaruh dari gonadtropin ( FSH dan LH ) yang dihasilkan oleh hipofisis setelah mengalami rangsangan dari hipotalamus. 33
  • 34. Perubahan anatomi dan fungsional dari endometrium ini berulang kembali setiap 28 hari dan terdiri dari 5 fase : 1) Fase menstruasi 2) Fase Proliferasi 3) Fase sekresi 4) Fase persiapan imlantasi 5) Fase kehancuran Pada perdarahan uterus disfungsional tidak ditemukan kelima fase ini pada pemeriksaan patologi anatomi berdasarkan kerokan pada endometrium.Sedangkan pada fase anovulasi tidak terdapat fase sekresi dan fase persiapan utuk implantasi, karena endometrium dipengaruhi oleh estrogen sehingga masih terjadi fase proliferatif dan terjadi hyperplasia endometrium ( endometrium menebal ) dan bahkan jika tidak ada pengaruh progesterone sedikitpun akan menyebabkan miometrium ikut membesar dan uterus ikut mengalami pembesaran.Hiperplasi endometrium mempunyai urutan sebagai berikut 1) Hiperplasia ploriferatif 2) Hiperplasia adenomatosa Setelah beberapa lama menjadi sel atipik yang akan menjadi sebuah keganasanPada perdarahan uterus disfungsi anovulatorik dapat karena dipengaruhi oleh keadaan defisiensi progesterone dan kelebihan estrogen.Gangguan perdarahan pada perdarahan uteus disfungsional dapat berupa gangguan panjang siklus, gangguan jumlah dan lamanya perdarahan.. 1) Oligomenorea : siklus haid > 35 hari tetapi tidak sampai > 90 hari.Merupakan anovulasi, Gangguan fungsi hipotalamus – hipofisis – ovarium karena : a) Obesitas b) Malnutrisi c) Tekanan psikis 2) Polimenorea : siklus haid < 21 hari, pemendekan fase pematangan folikel atau fase luteal. Hal ini akan menyebabkan infertilitas. 3) Hipermenorea : perdarahan haid yang jumlahnya banyak dan berangsung selama 6 – 7 hari. 34
  • 35. 4) Hipomenorea : perdarahan haid dengan jumah sedikit, ganti pembalut 1-2 kali sehari.Penyebab : < estrogen atau progesterone, stenosi hymen, sinekia. 5) Metrorhagia : perdarahan dari vagina diluar siklus haid. 6) Menorhagia : perdarahan yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah yang cukup banyak. e. Diagnosis 1) Terjadi perdarahan pervaginam yang tidak normal ( lama, frekuensi, dan jumlah ) yang terjadi didalam siklus haid maupun diluar siklus haid. 2) Tidak dalam keadaan hamil dan tidak ada kelainan organ serta gangguan pembekuan darah. Usia terjadinya : a) Perimenars : 8 – 16 tahun b) Masa reproduksi : 16 – 35 tahun c) Perimenopause : 45 – 65 tahun f. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan hematology : a) Kadar Haemoglobin b) Kadar trombosit c) Waktu pembekuan d) Kadar glukosa darah e) Faal hati f) Ureum dan kreatinin 2) Dilatasi dan kuretase 3) USG 4) Pemeriksaan kadar hormon reproduksi , FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin. g. Diagnosis Banding Tidak semua perdarahan yang seperti haid normal merupakan perdarahan uterus disfungsi. Singkirkan keadaan kehamilan, dan pikirkan keadaan yang menyebabkan keluarnya darah dari vagina, seperti : 1) Lesi – lesi organic seperti : mioma uteri, endometriosis, polip endometrium, keganasan pada organ dalam. 2) Kontrasepsi dalam rahim,terjadi pergeseran letak alat kontrasepsi dalam rahim. 35
  • 36. 3) Adanya gangguan pada factor pembekuan darah. h. Pengobatan 1) PUD Ovulasi : a) Perdarahan pada pertengahan siklus Estrogen 0,625 – 1,25 mg , hari ke 10 – 15 siklus. b) Perdarahan bercak pra haid Progesteron 5 – 10 mg, hari ke 17 – 26 siklus. c) Perdarahan pasca haid Estrogen 0,625 – 1,25 mg, hari ke 2 – 7 siklus. d) Polimenorea Progesteron 10 mg, hari ke 18 – 25 siklus. 2) PUD Anovulasi a) Menghentikan perdarahan segera : b) Kuret medisinalis, kemudian : - Estrogen selama 20 hari diikuti progesterone selama 5 hari. - Pil KB kombinasi - Progesteron 10 – 20 mg selama 7 – 10 hari. c) Setelah darah berhenti, lakukan pengaturan siklus haid. d) Estrogen dan progesterone selama 3 siklus. 3) Pengobatan operatif Dilakukan tindakan dilatasi dan kuretase apabila dengan terapi hormonal tidak berhasil. Hasil kerokan kuretase dilakukan pemeriksaan PA untuk mengetahui keadaan dari endometrium dan sudah ada tanda menorah keganasan atau tidak. 4) Prognosis Perdarahan uterus disfungsi bisa menjadi morbiditas yang serius dan kronis akibat anemia yang ditimbulkan dan tidak diterapi dengan baik. Walaupun demikian prognosisnya tidak terlalu buruk. i. Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri akut ybd agen injuri fisik Definisi : 36
  • 37. Yaitu sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual/ potensial kerusakan jaringan menggambarkan adanya kerusakan, intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diprediksi dan durasi kurang dari 6 bulan. Tujuan a) Klien mampu mencapai level nyaman pada tanggal… Indikator 1 2 3 4 5 - Melaporkan secara fisik sehat - Melaporkan puas dapat mengontrol nyeri - Melaporkan secara psikologis baik - Mengekspresikan puas dengan fisiknya - Mengekspresikan puas dengan hubungan sosial - Mengekspresikan puas secara spiritual - Melaporkan puas dengan kemandiriannya - Puas terhadap kemampuan mengontrol nyeri b) Klien mampu mengontrol nyeri pada tanggal… Indikator 1 2 3 4 5 - Mengenal faktor pencetus nyeri - Mengenal onset/ lama nyeri - Melakukan langkah pencegahan - Menggunakan pencegahan non invasif - Menggunakan analgetik yang sesuai - Melaporkan bila ada tanda awal nyeri - Melaporkan tanda-tanda nyeri - Menggunakan sumber-sumber yang ada Keterangan : 1 = tidak pernah bisa melakukan 2 = jarang bisa melakukan 3 = kadang-kadang bisa melakukan 4 = sering bisa melakukan 5 = selalu dapat melakukan c) Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri pada tanggal… Indikator 1 2 3 4 5 - Gangguan hubungan interpersonal 37
  • 38. - Gangguan penampilan/ aktivitas - Ketidaksesuaian bekerja yang diharapkan - Ketidaksesuaian kenyamanan hidup yang diinginkan - Ketidaksesuaian kontrol diri yang diharapkan - Gangguan emosi - Kehilangan kesabaran - Gangguan tidur - Kelemahan mobilitas fisik - Kelemahan perawatan diri - Kesulitan makan/ menelan - Gangguan eliminasi - Gangguan nafsu makan Keterangan : 1 = sangat berat 2 = agak berat 3 = sedang 4 = ringan 5 = tidak ada d) Klien mampu mengurangi level nyeri pada tanggal … Indikator 1 2 3 4 5 - Melaporkan nyeri - Bagian tubuh yang nyeri - Frekuensi nyeri - Lamanya serangan nyeri - Ekspresi wajah - Tonus otot - Keringat dingin Keterangan : 1 = sangat berat 2 = agak berat 3 = sedang 4 = ringan 5 = tidak ada Intervensi : 38
  • 39. - Observasi nyeri - Identifikasi penyebab nyeri hebat yang tidak turun - Anjurkan klien untuk melaporkan pengalaman dan metode menangani nyeri yang terakhir dilakukan - Berikan posisi yang nyaman bagi klien - Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi rasa nyeri - Laksanakan terapi dokter untuk pemberian analgesic sesuai dosis 2) Risiko infeksi Definisi : Keadaan dimana terjadi peningkatan resiko terpapar mikroorganisme pathogen. Tujuan : a) Klien mampu mencegah status infeksi pada tanggal… Indikator 1 2 3 4 5 - Mengenal faktor pencetus nyeri - Nyeri saat berkemih - Demam - Nyeri - Menggigil/ kedinginan - Gangguan kognitif Keterangan : 1 = sangat berat 2 = agak berat 3 = sedang 4 = ringan 5 = tidak ada b) Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh pada tanggal… Indikator 1 2 3 4 5 - Tidak ada infeksi berulang - BB dalam batas normal - Suhu tubuh DBN - Keutuhan kulit 39
  • 40. - Hitung jenis leukosit DBN Keterangan : 1 = sangat tidak sesuai 2 = agak tidak sesuai 3 = kadang tidak sesuai 4 = jarang tidak sesuai 5 = sesuai Intervensi : - Observasi tanda-tanda infeksi - Monitor dan catat pemeriksaan terutama leukosit - Lakukan semua tindakan invasive perawatan luka - Perawatan alat medis invasive dengan prinsip steril - Beri penjelasan pada klien dan keluarga cara pengontrolan - Infeksi termasuk cuci tangan, faktor resiko, cara mencegah infeksi - Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic 3) Resiko kekurangan volume cairan Definisi : Resiko mengalami dehidrasi vaskuler, seluler dan intrasel Faktor resiko : - Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (status hipermetabolik) - Pengobatan deuritik - Kehilangan cairan melalui jalur abnormal - Kurangnya pengetahuan tentang volume cairan - Banyaknya kehilangan cairan melalui jalur normal - Usia lanjut Tujuan : 40
  • 41. Cairan intrasel dan ekstrasel dalam tubuh klien seimbang setelah perawatan pada tanggal… Kriteria hasil : Keseimbangan cairan Indikator 1 2 3 4 5 - TD IER - Tekanan - Arteri rata-rata IER - Tekanan vena sentral IER - BB stabil - Tidak ada edema, peridetal - Tidak terjadi kebisingan - Hidrasi kulit - Elektrolit serum DBN - Hematokrit DBN IER = dalam tingkat nilai yang diharapkan Keterangan : 1 = sangat dikompromi 2 = sering dikompromi 3 = kadang dikompromi 4 = jarang dikompromi 5 = tidak dapat dikompromi Intervensi : a. Manajemen elektrolit - Monitor elektrolit sebelum abnormal - Monitor manifestasi keseimbangan cairan - Berikan cairan - Pertahankan keakuratan intake dan output - Berikan elektrolit tindakan tambahan (oral, NGT, 10) sesuai resep - Ajarkan pasien dengan keluarga tentang tipe, penyebab, treamorit dalam keseimbangan cairan. b. Manajemen cairan - Naikkan masukan obat oral 41
  • 42. c. Cairan intravena - Berikan cairan IV temperatur ruang - Monitor kelebihan cairan dan reaksi fisik C. MASALAH INFEKSI 1. ENDOMETRITIS a. Pengertian 1) Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994). 2) Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I. B. G., 1998). 3) Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan. b. Etiologi Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama.Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan.(Taber, B. 1994). Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita adalah: 1) Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban. 2) Pecahnya ketuban berlangsung lama. 3) Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban. 4) Teknik aseptik tidak dipatuhi. 5) Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual). 6) Trauma jaringan yang luas/luka terbuka. 7) Kelahiran secara bedah. 8) Retensi fragmen plasenta/membran amnion. c. Klasifikasi Menurut Wiknjosastro (2002), 1) Endometritis akuta Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum.Pada endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga 42
  • 43. endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus. Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial.Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus. Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus. Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya.Gejala- gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya.Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan. Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya. Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar. Gejalanya : a) Demam b) Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar flour yang purulent. c) Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi. d) Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyeri. 43
  • 44. Terapi : a) Uterotonika. b) Istirahat, letak fowler. c) Antibiotika. d) Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus carsinoma. Dapat diberi estrogen. 2) Endometritis kronika Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional darn endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit.Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium. Gejala-gejala klinis endometritis kronika adalah leukorea dan menorargia.Pengobatan tergantung dari penyebabnya. Endometritis kronis ditemukan: a) Pada tuberkulosis. b) Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus. c) Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri. d) Pada polip uterus dengan infeksi. e) Pada tumor ganas uterus. f) Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik. Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital.Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah- tengah endometrium yang meradang menahun. Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium. Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta. Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri. Gejalanya : a) Flour albus yang keluar dari ostium. 44
  • 45. b) Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi. Terapi : a) Perlu dilakukan kuretase. d. Gambaran Klinis Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir.Kadang-kadang lokhea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan dibatasi.Uterus pada endometrium agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun, dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali, lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat.Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea yang sedikit dan tidak berbau. Gambaran klinik dari endometritis: 1) Nyeri abdomen bagian bawah. 2) Mengeluarkan keputihan (leukorea). 3) Kadang terjadi pendarahan. 4) Dapat terjadi penyebaran. a) Miometritis (pada otot rahim). b) Parametritis (sekitar rahim). c) Salpingitis (saluran otot). d) Ooforitis (indung telur). e) Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses. (Manuaba, I. B. G., 1998) Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi: 1) Takikardi 100-140 bpm. 2) Suhu 30 – 40 derajat celcius. 3) Menggigil. 4) Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral. 5) Peningkatan nyeri setelah melahirkan. 45
  • 46. 6) Sub involusi. 7) Distensi abdomen. 8) Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau busuk, mengandung darah seropurulen. 9) Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus. 10) Jumlah sel darah putih meningkat. e. Patofisiologi Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium.Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium.Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis serta cairan.Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas lekosit-lekosit.Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran. f. Komplikasi Wound infection 1) Peritonitis 2) Adnexal infection. 3) Parametrial phlegmon 4) Abses pelvis 5) Septic pelvic thrombophlebitis. g. Penatalaksanaan 1) Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terpi. Evaluasi klinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik. 2) Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai. 3) Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau post partum. 46
  • 47. 4) Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya. 5) Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia teah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal). h. Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian a) Aktifitas/istirahat - Malaise, letargi. - Kelelahan/keletihan yang terus menerus. b) Sirkulasi - Takikardi. c) Eliminasi - Diare mungkin ada. - Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus. d) Integritas ego - Ansietas jelas (poritunitis). e) Makanan atau cairan - Anoreksia, mual/muntah. - Haus, membran mukosa kering. - Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis). f) Neurosensori - Sakit kepala. g) Nyeri/ketidaknyamanan. - Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen. - Nyeri abdomen bawah/uterus serta nyeri tekan. - Nyeri/kekakuan abdomen. h) Pernapasan - Pernapasan cepat/dangkal (berat/pernapasan sistemik). i) Keamanan 47
  • 48. - Suhu 38 derajat celcius atau lebih terjadi jika terus-menerus, di luar 24 jam pascapartum. - Demam ringan. - Menggigil. - Infeksi sebelumnya. - Pemajanan lingkungan. j) Seksualitas - Pecah ketuban dini/lama, persalinan lama. - Hemorargi pascapartum. - Tepi insisi: kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, drainase purulen. - Subinvolusi uterus mungkin ada. - Lokhia mungkin bau busuk/tidak bau, banyak/berlebihan. k) Interaksi sosial - Status sosio ekonomi rendah. l) Pemeriksaan Diagnostik - Jumlah sel darah putih: normal/tinggi. - Laju sedimentasi darah dan jumlah sel darah merah: sangat meningkat pada adanya infeksi. - Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia. - Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus/intraservikal drainase luka/pewarnaan gram dari lokhia servik dan uterus: mengidentifikasi organisme penyebab. - Urinalisis dan kultur: mengesampingkan infeksi saluran kemih. - Ultrasonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan, melokalisasi abses peritoneum. - Pemeriksaan bimanual: menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis,massa, pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan trombosis. - Bakteriologi: spesimen darah, urin dikirim ke laboratorium bakteriologi untuk pewarnaan gram, biakan dan pemeriksaan sensitifitas antibiotik. Organisme yang sering diisolasi dari darah pasien dengan endometritis setelah seksio sesarea adalah peptokokus, enterokokus, clostridium, bakterioles fragilis, Escherechia coli, 48
  • 49. Streptococcus beta hemilitikus, stafilokokus koagulase-positif, mikrokokus, proteus, klebsiela dan streptokokus viridans (Di Zerega). - Kecepatan sedimentasi eritrosit: - Nilai dari tes ini sangat terbatas karena derajat sedimentasi cenderung meningkat selama kehamilan maupun selama infeksi. - Foto abdomen Udara di dalam jaringan pelvis memberi kesan adanya mionekrosis klostridia. 2) Diagnosa Keperawatan a) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive. b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat. c) Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi. d) Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan interupsi pada proses pertalian, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri 3) Intervensi a) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive. Intervensi: - Tinjau ulang catatan prenatal, intrapartum dan pascapartum. - Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan pengunjung. - Berikan dan instruksikan klien dalam hal pembuangan linen terkontaminasi. - Demonstrasikan massase fundus yang tepat. - Pantau suhu, nadi, pernapasan. - Observasi/catat tanda infeksi lain. - Pantau masukan oral/parenteral. - Anjurkan posisi semi fowler. - Selidiki keluhan-keluhan nyeri kaki dan dada. - Anjurkan ibu bahwa menyusui secara periodik memeriksa mulut bayi terhadap adanya bercak putih. - Kolaborasi dengan medis. 49
  • 50. b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat. Intervensi: - Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C bila masukan oral dibatasi. - Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/hari jus, sup dan cairan nutrisi lain. - Anjurkan tidur/istirahat adekuat. - Kolaborasi dengan medis. - Berikan cairan/nutrisi parenteral, sesuai indikasi. - Berikan parenteral zat besi dan atau vitamin sesuai indikasi. - Bantu penempatan selang nasogastrik dan Miller Abbot. c) Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi. Intervensi: - Kaji lokasi dan sifat ketidakmampuan/nyeri. - Berikan instruksi mengenai membantu mempertahankan kebersihan dan kehangatan. - Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi. - Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien memungkinkan. - Kolaborasi dengan medis: - Berikan analgesik/antibiotik. - Berkan kompres panas lokal dengan menggunakan lampu pemanas/rendam duduk sesuai indikasi. d) Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan interupsi pada proses pertalian, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri. Intervensi: - Berikan kesempatan untuk kontak ibu bayi kapan saja memungkinkan. - Pantau respon emosi klien terhadap penyakit dan pemisahan dari bayi, seperti depresi dan marah. - Anjurkan klien untuk menyusui bayi. 50
  • 51. - Observasi interaksi bayi-ibu. - Anjurkan ayah/anggota keluarga lain untuk merawat dan berinteraksi dengan bayi. - Kolaborasi dengan medis. 2. PELVIX INFLAMMATORY DESEASE a. Definisi Pelvic Inflammatory Disease (Penyakit Radang Panggul ) adalah suatu proses peradangan infeksius organ kelamin wanitayang terdapat di rongga panggul termasuk uterus, tuba fallopii (salpingitis),atau ovarium (ooforitis) maupun sekitarnya termasuk peritonium. PIDdisebut juga dengan salpingitis atau endometritis (emedicine,2009).Pelvic inflammatory disease (PID) merupakan salah satu komplikasi penyakit menular seksual yang serius. PID adalah infeksi pada traktusgenitalis wanita bagian atas yang mencakup endometritis, salpingitis,salpingo-oophoritis, tubo-ovarian abscess (TOA), dan pelvic peritonitis.Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat dan cepat sangat diperlukan dalamkasus ini karena komplikasi PID dapat mengancam kehidupan dankesuburan seorang wanita (Mudgil,2009) b. Epidemiologi PID menyerang lebih dari 1 juta wanita di Amerika dalam satu tahun danrata-rata menghabiskan biaya 4,2 milyar dollar. Per tahunnya hampir 250.000 wanita masuk rumah sakit akibat PID dan 100.000 orangmengalami prosedur bedah, sisanya menjalani rawat jalan. Penyakit inimerupakan penyebab ginekologis tersering bagi pasien untuk masuk departemen emrgensi (350.000/tahun). Meskipun PID dapat terjadi dalamrentang usia berapapun, namun wanita dewasa yang aktif secara seksual danwanita kurang dari 25 tahun mempunyai resiko lebih besar (Livengood,2010 c. Etiologi Menurut Moore (2000), penyebab paling sering dari penyakit ini adalah infeksi chlamydia trachomatis (60%) atau Neisseria gonorrhoeae (30-80%) pada serviks atau vagina yang menyebar ke dalam endometrium tubafallopi, ovarium, dan struktur yang berdekatan. Tetapi selain itu ada beberapa penyebab lain diantaranya : 1) Infeksi Gardnerella vaginalis 2) Infeksi Bacteroides 51
  • 52. 3) Bacterial vaginosis 4) Streptococcus Group B 5) Escherichia coli 6) Actinomycosis 7) EnterococcusMeskipun sangat jarang, dapat pula diisolasi golongan virus seperti 8) Coxsackie B5 9) ECHO 6 10) Herpes type 2 11) Haemophilus influenzae d. Faktor Resiko 1) wanita kurang dari 25 tahun yang aktif secara seksual 2) adanya riwayat chlamydia atau penyakit menular seksual lain 3) episode pelvic inflammatory disease sebelumnya 4) banyaknya jumlah seksual partner 5) pemakaian kondom yang tidak teratur 6) hubungan seksual pada usia yang sangat muda 7) wanita pekerja seks (Mudgil,2009). 8) pemakaian IUD (Lancet,1992 e. Manisfestasi Klinis Gejala klinis PID bervariasi dan tidak spesifik. Moore (2000) melaporkanhanya 3% yang mempunyai gejala akut abdomen sehingga membutuhkan operasiemergensi. Secara klinik dapat ditemukan duh tubuh vaginal yang abnormal(sering berupa pus), nyeri perut bawah, demam lebih dari 38o C, perdarahan bercak (spotting) diantara siklus haid atau siklus yang tidak teratur, nyeri berkemih, dispareni, mual dan muntah terutama pada kasus yang berat. Beberapakasus mengeluhkan proktitis bahkan nyeri perut kuadran kanan atas. Marks dkk.,(2000) mengevaluasi 773 wanita terdiagnosis PID (1991-1997) dan mendapatkankeluhan terbanyak adalah fluor albus (68%), nyeri perut bawah (65%), disparenia (57%); sedangkan temuan klinis yang paling sering adalah nyeri adneksa (83%),nyeri goyang serviks (75%) dan servisitis (56%) f. Komplikasi 1) Infertilitas 52
  • 53. Satu dari sepuluh wanita dengan PID mengalami infertilitas. PID dapatmenyebabkan perlukaan pada tuba fallopii. Luka yang kemudian menjadi scar yang menghalangi tuba dan mencegah terjadinya fertilisasi sel telur. 2) Ektopik pregnancy Scar yang terbentuk oleh PID juga dapat menghalangi telur yang sudahdifertilisasi berpindah ke uterus. Sehingga, telur tersebut justru tumbuh dalamtuba fallopii. Tuba dapat mengalami rupture dan menyebabkan perdarahanyang mengancam nyawa. Operasi darurat dapat dilakukan bila kehamilanektopik ini tidak terdiagnosa sebelumnya.Rasio kehamilan ektopik 12-15% lebih tinggi pada wanita yangmempunyai episode PID. 3) Nyeri pelvis kronis Scar juga dapat terbentuk di tempat lain dalam abdomen dan menyebabkannyeri pelvis yang berlangsung berbulan-bulan atau hingga bertahun-tahun(emedicine,2009) 4) PID berulang Kondisi ini terjadi jika penyebab infeksi tidak seluruhnya teratasi ataukarena pasangan seksualnya belum mendapat perawatan yang sesuai.Jika pada episode PID sebelumnya terjadi kerusakan servik, maka bakteriakan lebih mudah untuk masuk ke dalam organ reproduksi lain dan membuatwanita tersebut rentan terkena PID berulang. Episode PID berulang iniseringkali dihubungkan dengan resiko infertilitas. 5) Abses Terkadang PID menyebabkan abses pada bibir vagina, juga pada tubafallopii dan ovarium. Abses ini adalah kumpulan dari cairan yang terinfeksi.Penggunaan antibiotik dibutuhkan untuk menangani abses ini, jika tidak berhasil maka operasi biasanya merupakan pilihan yang disarankan olehdokter. Penanganan abses tersebut sangat penting karena abses yang pecahdapat membahayakan (NHS,2010) g. Pencegahan 1) Gunakan kondom setiap kali berhubungan seks untuk mencegah PMS.Gunakan kondom meskipun Anda menggunakan alat kontrasepsi lain. 53
  • 54. 2) Berhubungan seks hanya dengan pasangan yang tidak menderita PenyakitMenular Seksual dan pasangan yang hanya berhubungan sex dengan Anda. 3) Batasi jumlah pasangan seksual. Jika pasangan Anda sebelumnyamempunyai pasangan lain, resiko terkena PMS semakin meningkat(Swierzewski, 2001). h. Pemeriksaan Diagnostik 1) USG (ultrasonografi) Merupakan pemeriksaan diagnostic pertama yang dilakukan pada ksus-kasus yang dicurigai sebagai PID, dimana tidak ditemukan petunjuk klinis. 2) TVS (transvaginal sonografi Menunjukkan visualisasi detail dari uterus dan adnexa, termasuk ovarium. Pada pemeriksaan fisik, tuba fallopi biasanya terlihat hanya padakeadaan abnormal dan distensi karena obstruksi postinflamasi. 3) TAS (transabdominal sonografi) Melengkapi pemeriksaan endovaginal karena TAS menyediakangambaran isi pelvis yang lebih menyeluruh. Apakah TAS (memerlukan pengisian blader) atau TVS (tidak memerlukan pengisian blader) dilakukanlebih dulu, merupakan keputusan dari pelaksananya. 4) MRI (magnetic resonance imaging) Menghasilkan gambaran yang lebih baik dari USG. Dalam penelitianTukeva, menyebutkan bahwa hasil MRI lebih akurat untuk menegakkandiagnosa PID daripada USG. Meski begitu, penelitian ini hanya terbatas pada beberapa kelompok pasien tertentu. 5) CT (computed tomography) Biasa digunakan dalam initial diagnostic untuk menyelidiki nyerinonspesifik pelvis pada wanita, dan PID dapat ditemukan secara tidak sengaja. (Mudgil,2009) i. Penatalaksanaan Menurut Swierzewski (2001), penatalaksanaan yang dilakukan pada pasienPID antara lain : 1) Sediakan analgesik 54
  • 55. 2) Bila pasien menggunakan IUD maka stop penggunaan in situ, dengancatatan pasien dapat mencegah kehamilan meski tanpa alat kontrasepsi minimal 7 hari 3) Segera rujuk ke bagian genitourinaria (obgyn), untuk pasien denganriwayat STD agar menjalani skrining, dan terapi bagi pasanganseksual pasien Penatalaksanaan antibiotik : 1) Pasien PID sebaiknya segera diberikan antibiotik paling tidak untuk 1minggu. Kadang PID disebabkan oleh lebih dari satu jenis bakterisehingga kombinasi antibiotik atau antibiotik spektrum luas seringdiberikan. Yang harus dilakukan pasien, antara lain: 1) Tetap mengkonsumsi semua obat yang diresepkan, meskipun gejalaPID sudah tidak dirasakan. 2) Kembali lagi untuk kontrol dalam 2 atau 3 hari setelah penatalaksanaan pertama, untuk memastikan antibiotiknya bekerja. 3) Kembali dalam 7 hari setelah antibiotik habis untuk memastikan bahwa infeksi sudah sembuh. 4) Jika tidak ada perubahan setelah penatalaksanaan antibiotic yang pertama, maka antibiotic jenis lain harus diberikan. Pada beberapa kasus berat, pasien harus menjalani opname danmenerima antibiotic dengan intravena. Pasien-pasien tersebut biasanyamengalami : 1) Sakit parah dengan demam, menggigil dan berkeringat. 2) Tidak mampu melakukan terapi oral dan membutuhkan antibioticintravena 3) Tidak berespon terhadap antibiotic oral 4) Terdapat abses 5) Diagnosa penyakitnya tidak pasti dan pasien mungkin mengalamikeadaan darurat medis lain (e.g., appendicitis). 6) Hamil 7) Immunodeficiency(misalnya HIV, terapi imunosupresi). Terapi untuk pasangan seksual pasien 1) Biasanya asimptomatik pada pria 2) Cegah koitus selama terapi dan follow up selesai. 3) Skrining bila ternyata pasangan mempunyai riwayat STD bilaterbukti pasien pernah koitus dengan pasangan 55