Komunikasi sangat penting dalam interaksi manusia, termasuk dalam berkomunikasi dengan anak dan lansia. Komunikasi dengan anak perlu memperhatikan usia perkembangan, sedangkan dengan lansia perlu menggunakan bahasa sederhana dan nonverbal. Keterampilan komunikasi mencakup mendengarkan, memberikan waktu untuk merespon, dan memberikan dukungan.
1. Komunikasi Pada Anak dan Lansia
I. PENDAHULUAN
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah
berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses
yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan
individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu
merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan
ditransmisikan.
Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-
buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti
dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada
kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan
dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu.
(Bruner&Suddart,2001:188)
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non
verbal dari informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada
perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ).
II. KOMUNIKASI PADA ANAK
Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai
aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak,
metode dalam berkomunikasi dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam
melakukan komunikasi dengan anak serta peran orang tua dalam membantu proses
komunikasi dengan anak sehingga bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.
2. A. Komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang;
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui
gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di
samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal.
Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi
untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan
berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi.
Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia
minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya,
kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia
ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi
dirinya.
Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata
awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah
bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar
yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu
mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami
kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan
masih terdengan kata-kata ulangan. Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun
anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang
digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya.
3. 3. Usia Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan
kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar
dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan
kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah
mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata
sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada
anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek
fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi.
4. Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual,
sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung
kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia
ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi
konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah
pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat
menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal
terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap
dewasa.
B. Cara komunikasi dengan anak
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya
digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan.
Beberapa cara dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain :
4. 1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi
dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping
anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang
mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak
langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah
diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang
disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat
diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
3. Memfasilita
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi
anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita
harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak
harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan
dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang
menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang
sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta
anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang
5. dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran
anak pada saat itu.
6. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang
menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan
lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8. Menulis
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang
jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki
kemampuan untuk menulis.
9. Menggambar
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk
mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat
diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkan perasaannya apabila
perawat menanyakan maksud dari gambar yang ditulisnya.
10. Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini
hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat
terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.
6. III. KOMUNIKASI PADA LANSIA
Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar pendapat
serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok.
(Widjaja, 1986 : 13)
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang
lain. (Potter & Perry, 2005 : 301)
Komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas tukar-menukar
perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang terapeutik.
Tujuan dan Fungsi Komunikasi
a. Pada umumnya komunikasi mempunyai beberaapa tujuan, antara lain :
1. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti
Sebagai komunikator kita harus menjelaskan pada komunikan dengan sebaik-
baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita
maksudkan.
2. Dapat memahami orang lain
Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang
apa yang diinginkan, jangan mereka menginginkan kemauannya.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang orang lain
Kita harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan
pendekatan persuasif bukan memaksakan kehendak.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu
Menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa
kegiatan yang lebih banyak mendorang, yang penting harus diingat adalah
bagaimana yang baik untuk melakukannya.
b. Fungsi Komunikasi
Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan
sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan
7. kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta, dan ide maka fungsinya dalam
setiap sistem sosial adalah sebagai berikut :
1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan dan pemprosesan, penyebaran berita,
data, gambar, fakta, pesan, opini dan komentar.
Agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan
dan orang lain.
2. Sosialisasi dan penyediaan sumber ilmu pengetahuan.
Agar orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif
mengerti akan fungsi sosialnya di dalam masyarakat.
3. Motivasi.
Tujuannya yaitu mendorong orang untuk mementukan pilihan dan
keinginanya.
4. Perdebatan dan diskusi.
Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk menyelesaikan
perbedaan pendapat mengenai masalah publik yang menyangkut kepentingan
umum.
5. Pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta
membentuk ketrampilan dan kemandirian dalam berbagai bidang.
6. Memajukan kehidupan dan menyebarkan hasil kebudayaan dan seni.
Mengembangan kebudayaan maksudnya yaitu mengembangkan kebudayaan
serta imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetikanya.
c. Tahap Proses Komunikasi
Menurut Cutlip dan Center, komunikasi yang efektif harus dilaksanakan
dengan melalui 4 tahap, yaitu:
a. Fact Finding
Menyarikan dan megumpulkan fakta dan data sebelum seseorang melakukan
kegiatan komunikasi.
b. Planning
Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang akan
8. dikemukakan dan bagaimana mengemukakannya.
c. Communication
Dalam melakukan komunikasi pada lansia sebaiknya menggunakan bahasa
sehari-hari dan mudah dipahami serta dimengerti.
d. Evaluation
Penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk melihat bagaimana hasil
komunikasi tersebut dan kemudian menjadi bahan perencanaan untuk melakukan
komunikasi selanjutnya.
d. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia
a. Keterampilan Komunikasi Terapeutik, dapat meliputi :
1. Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan dan lama wawancara.
2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan
pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.
3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosiokulturalnya.
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan
dalam berfikir abstrak.
5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan
respon nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh
pasien.
6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien
dan distress yang ada.
7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari
wawancara pengkajian.
8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan
cermat dan tetap mengobservasi.
9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi
pasien.
10. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.
9. 11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif
terhadap, suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
12. Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien
atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.
Respon Perilaku juga harus diperhatikan, karena Pengkajian perilaku
merupakan dasar yang paling penting dalam perencanaan keperawatan pada
lansia. Perubahan perilaku merupakan gejala pertama dalam beberapa gangguan
fisik dan mental. Jika mungkin, pengkajian harus dilengkapi dengan kondisi
lingkungan rumah, ini menjadi modal pada faktor lingkungan yang dapat
mengurangi kecemasan pada lansia.
Pengkajian tingkah laku termasuk mendefinisikan tingkah laku,
frekuensinya, durasi, dan faktor presipitasi atau triggers. Ketika terjadi
perubahan perilaku ini sangat penting untuk dianalisis.
b. Prinsip Gerontologis untuk Komunikasi
• Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
• Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
• Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
• Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
• Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang
dapat mendengar dengan lebih baik.
• Berdiri di depan klien.
• Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana
• Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir.
• Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua,
kegiatan rohani.
10. DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta :
EGC.
Keliat, Anna. 1996. Hubungan Terapeutik. Jakarta : EGC.
Potter and Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta : EGC.
Widjaja. 2000. Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Anomin. 2004. Komunikasi Pada lansia. Diakses pada tanggal 07 November
2008 pukul 13.30 wib. Dari www.komunikasi lansia.com
11. LAPORAN KOMUNIKASI KEPERAWATAN
“KOMUNIKASI PADA ANAK dan LANSIA”
Dosen pengampu: Siti Wahyuni, S.Kep.,Ns
Isti Antari, S.Kep.,Ns
Disusun oleh:
RAHMAD GUNAWAN (080100407)
PROGRAM STUDY S1 KEPERAWANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
ALMA ATA
YOGYAKARTA
2010