Dokumen tersebut membahas tentang teori konstruktivisme dalam pembelajaran sains, pendekatan inkuiri dalam pembelajaran sains, dan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
2. bab 2
1. 7
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Tiori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains
Teori kontruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad ke
20. Piageet berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah
memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Sanjaya,
2010; 123). Selanjutnya dikemukakan pula oleh Sanjaya (2010; 124) bahwa
mengkonstruksi menurut Piaget dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi
terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk
melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang
telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema.
Konstruktivisme adalah landasan berfikir pembelajaran kontekstual yang
menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-
konyong (Kunandar, 2011; 311). Menurut Nur dalam Trianto (2009; 28) pada
teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa. Namun siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam
benaknya.
Elfis (2010a), menyatakan bahwa ada tujuh prinsip dasar konstruktivisme
yang harus dipegang guru dalam praktek pembelajaran, yaitu:
a) Proses pembelajaran lebih utama dari pada hasil pembelajaran
b) Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih penting
dari pada informasi verbalistis
c) Siswa mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan menerapkan
idenya sendiri
d) Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri dalam
belajar
e) Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri
2. 8
f) Pengalaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat
apabila diuji dengan pengalaman baru
g) Pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi (yaitu pengetahuan baru
dibangun dari struktur pengetahuan yang sudah ada) maupun akomodasi
(yaitu struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk
menampung/menyesuaikan hadirnya pengetahuan baru.
2.1 Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sains
Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo dalam Trianto, 2009; 166). Dan
menurut hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan Weil dalam Trianto (2009;
167), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains,
produkti dalam berfikir kreatif dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan
menganalisis informasi.
Kegiatan pembelajaran selama menggunakan metode inkuiri ditentukan
oleh keseluruhan aspek pengajaran di kelas, proses keterbukaan dan peran siswa
aktif. Pada prinsipnya, keseluruhan proses pembelajaran membantu siswa menjadi
mandiri, percaya diri dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk
terlibat secara aktif. Peran guru bukan hanya membagikan pengetahuan dan
kebenaran, namun juga berperan sebagai penuntun dan pemandu (Holil, 2008).
Secara operasional kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan oleh
guru dan siswa selama proses pembelajaran inkuiri dapat dijabarkan dalam Tabel
1 sebagai berikut:
Tabel 1. Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
No.
Tahap
Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1.
Penyajian
Masalah
Menyajikan permasalahan Memahami dan mencermati
permasalahan dari berbagai
aspek
Menjelaskan
prosedur/langkah-langkah
inkuiri.
Memahami prosedur/langkah-
langkah inkuiri
3. 9
2.
Pengumpulan
data verifikasi
Membimbing siswa
untuk mengumpulkan
informasi.
Melakukan
pengumpulan informasi/data.
Membimbing cara-cara
mencari/pengumpulan
data.
Melakukan pengumpulan
data.
3.
Pengumpulan
Data Eksperimen
Membimbing siswa
melakukan eksperimen.
Melakukan eksperimen.
Melakukan eksperimen. Melakukan pengaturan
data/pengontrolan variabel
yang selanjutnya dilakukan
eksperimen/uji coba.
Membimbing dan
mengarahkan pertanyaan-
pertanyaan siswa.
Mengajukan pertanyaan-
pertanyaan terkait dengan
eksperimen yang dilakukan.
Membimbing siswa
mengamati perubahan
yang terjadi.
Mencatat dan menganalisis
hasil eksperimen
Menumbuhkan dan
meningkatkan interaksi
antarsiswa.
Berinteraksi dan bekerja sama
sesama anggota
kelompok dalam
menyelesaikan tugas-tugas
pembelajaran.
4.
Organisasi Data
dan Informasi
Kesimpulan
Membimbing siswa
melakukan penataan
data/hasil eksperimen.
Melakukan
penataan/interprestasi
terhadap hasil eksperimen/uji
coba.
Membimbing siswa untuk
membuat suatu
kesimpulan.
Membimbing siswa untuk
membuat suatu kesimpulan.
5.
Analisis proses
Inkuiri
Membimbing siswa untuk
memahami pola-pola
penemuan yang telah
dilakukan.
Memahami/memperhatikan
pola-pola
penemuan/eksperimen yang
telah dilakukan.
Membimbing siswa
menganalisis tahap-tahap
inkuiri yang telah
dilaksanakan.
Menganalisis tahap-tahap
inkuiri yang telah
dilaksanakan.
Membimbing siswa
melihat kelemahan-
kelemahan/kesalahan-
kesalahan yang mungkin
terjadi.
Menganalisis
kelemahan/kesalahan yang
mungkin terjadi dalam proses
eksperimen.
Sumber: Wena (2009: 80)
Menurut Sanjaya (2010; 196) ada beberapa hal yang menjadi ciri utama
strategi pembelajaran inkuiri, yaitu:
4. 10
a) Pertama, Strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan
siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal,
tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu
sendiri
b) Kedua, Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan
inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai
fasilitator dan motivator belajar siswa.
c) Ketiga, Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental,
akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar
menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya.
Selanjutnya Sanjaya (2010; 201) menyatakan bahwa secara umum proses
pembelajaran dengan menggnakan strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa
siap melaksanakan proses pembelajaran
b) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu
c) Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya
d) Mengumpulkan data
5. 11
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan
e) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data.
f) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
2.2 Paradigma Pembelajaran Biologi
Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja,
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Karena itulah Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara
sistematis. (BSNP, 2006)
Selanjutnya dalam setandar isi disebutkan pula bahwa Biologi sebagai
salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk
memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi
keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan
secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan
keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data
serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan
memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau
memecahkan masalah sehari-hari. Mata pelajaran biologi dikembangkan melalui
berfikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan peristiwa alam sekitar (BSNP, 2006).
6. 12
2.4 Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Inkuiri terbimbing atau guided inquiry adalah model pembelajaran inkuiri
yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang
cukup luas kepada siswa dan sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru
termasuk kegiatan perumusan masalah. Siswa melakukan kegiatan percobaan
untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan oleh guru. Dalam
model pembelajaran inkuiri jenis ini, guru harus memberikan penghargaan dan
bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatannya. Inkuiri jenis ini
cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu (Kaniawati, 2010; 7).
Selanjutnya menurut Suryosubroto dalam Widyaningsih (2012)
mengemukakan bahwa inkuiri memiliki keunggulan yaitu :
a) membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan
penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa,
b) Pengetahuan yang diperoleh bersifat sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari
pengertian; referensi, dan transfer,
c) membangkitkan gairah pada siswa,
d) memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya sendiri,
e) menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih
merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar,
f) membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan diri
siswa,
g) metode ini berpusat pada siswa sehingga guru hanya menjadi teman belajar.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh Suryosubroto dalam Widyaningsih
(2012) secara lebih lanjut bahwa metode inkuiri memiliki kelemahan antara lain:
a) dipersyaratkan keharusan persiapan mental untuk cara belajar ini,
b) metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar,
c) Harapan yang ditumpahkan mungkin mengecewakan bagi guru dan siswa yang
sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
7. 13
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing
adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan guru kemudian siswa
bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan
intensif guru, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) merumuskan masalah;
b) merumuskan hipotesis;
c) merancang percobaan;
d) melakukan percobaan;
e) mengumpulkan dan menganalisis data;
f) membuat kesimpulan
(Widyaningsih, 2012).
2.5 Handout
Handout (lembar informasi lepas) materi bergambar adalah media cetakan
yang meliputi bahan-bahan yang disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan
informasi belajar, biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki
relevansi dengan materi yang diajarkan/ kompetensi dasar dan materi pokok yang
harus dikuasai oleh peserta didik (Chairil, 2009).
Selanjutnya dikatakan pula oleh Majid (2011; 175) Handout merupakan
bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan
peserta didik. Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki
relevansi dengan materi yang diajarkan/ kompetensi dasar dan materi pokok yang
harus dikuasai oleh peserta didik. handout dapat diperoleh dengan berbagai cara,
antara lain dengan cara mendown-load dari internet, atau menyadur dari sebuah
buku.
Bentuk Handout yang digunakan sebagai salah satu bahan ajar tertulis itu
sendiri dapat bervasiasi. Menurut Nurtain dalam Chairil (2009) bentuk Handout
ada 3 yaitu :
a) Bentuk catatan
Handout ini menyajikan konsep-konsep, prinsip, gagasan pokok tentang suatu
topik yang akan dibahas.
8. 14
b) Bentuk diagram
Handout ini merupakan suatu bagan, sketsa atau gambar, baik yang dilukis
secara lengkap maupun yang belum lengkap.
c) Bentuk catatan dan diagram
Handout ini merupakan gabungan dari bentuk pertama dan kedua.
Dalam pembuatannya, ada beberapa langkah yang hendaknya perlu
diketahui guru sebelum menyusun hand out. Menurut Chairil (2009) langkah-
langkah dalam menyusun hand out ialah sebagai berikut:
a) Melakukan analisis kurikulum.
b) Menentukan judul Handout, disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi
pokok yang akan dicapai.
c) Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Diutamakan referensi
terkini dan relevan dengan materi pokoknya.
d) Menulis Handout dengan kalimat yang singkat padat namun jelas.
e) Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang untuk menemukan
kemungkinan kekurangan-kekurangan.
f) Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi
Handout misalnya buku, internet, majalah, dan jurnal hasil penelitian.
Selanjutnya Chairil (2009) menyebutkan unsur-unsur penyusun Handout
yang harus dipahami adalah :
a) Standar kompetensi. Adalah tujuan yang dicapai siswa setelah diberi satu
pokok bahasan yang berfungsi untuk memberikan pandangan umum tentang
hal-hal yang dikuasai siswa.
b) Kompetensi dasar. Adalah tujuan yang akan dicapai setelah mengikuti
pelajaran untuk 1 kali pertemuan. Fungsinya untuk memberikan fokus pada
siswa pada sub pokok bahasan yang sedang dihadapi.
c) Ringkasan materi pelajaran merupakan kesimpulan-kesimpulan dari bahan
ajar yang akan disampaikan atau diberikan pada siswa dan telah disusun
secara sistematis. Fungsinya agar memungkinkan siswa dapat mengetahui
sistematika pelajaran yang harus dikuasai, sekaligus memandu siswa dalam
pengayaan diluar proses mengajar dikelas.
9. 15
d) Soal-soal. Adalah permasalahan yang harus diselesaikan siswa setelah ia
menerima atau mempelajari materi pelajaran tersebut, penyelesaian soal itu
dikumpul atau dinilai, kemudian dibahas secara bersama-sama untuk
membantu siswa dalam melatih memahami materi pelajaran yang akan
diberikan.
e) Sumber bacaan. Adalah buku atau bahan ajar apa saja yang akan digunakan
atau menjadi sumber dari materi pelajaran yang diberikan. Fungsinya untuk
menelusuri lebih lanjut materi pelajaran yang akan disampaikan.
Beberapa keuntungan penggunaan media Handout menurut Davies dalam
Chairil (2009) adalah sebagai berikut :
a) Dapat menghemat waktu
b) Dapat menggantikan catatan siswa
c) Memelihara kekonsistenan penyampaian materi dikelas oleh guru
d) Siswa dapat mengikuti struktur pelajaran dengan baik
e) Siswa akan mengetahui pokok yang diberikan oleh guru
2.6 Kemampuan Berfikir Keritis
Kemampuan berfikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting
bagi setiap orang yang digunakan untuk memecahkan masalah kehidupan dengan
berfikir serius, aktif, teliti dalam menganalisa semua informasi yang mereka
terima dengan menyertakan alasan yang rasional sehingga setiap tindakan yang
akan dilakukan adalah benar (Liberna, 2012; 192). Setiap manusia memiliki
potensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi pemikir yang kritis karena
sesungguhnya kegiatan berfikir memiliki hubungan dengan pola pengelolaan diri
(self organization) yang ada pada setiap makhluk di alam termasuk manusia
sendiri (Jhonson dalam Setiawan dkk, 2009; 71). Guru perlu membantu siswa
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui strategi, dan metode
pembelajaran yang mendukung siswa untuk belajar secara aktif (Setiawan dkk,
2009; 71).
Konsepsi berpikir kritis dapat dipandang dari dua cara, yakni konsepsi
umum dan konsepsi subjek-spesifik. Konsepsi umum memandang sebagai satu set
10. 16
kemampuan dan disposisi yang bisa digeneralisasi dan dapat diterapkan dalam
berbagai situasi dan konsisi dan berbagi domain pengetahuan. Sementara itu,
konsepsi subjek-spesifik menganggap sebagai satu bentuk berpikir yang spesifik
dalam kerangka kognitif tertentu, tergantung pada dan ditentukan oleh
pengetahuan yang luas mengenai masalah yang dipikirkannya (Emilia dalam
Anshori, 2008; 2).
Mardana dalam Wiradana (2012; 15) mengemukakan bahwa keuntungan
yang diperoleh dari proses belajar mengajar yang memberi penekanan pada
keterampilan berpikir kritis yaitu:
a) belajar lebih ekonomis, artinya bahwa apa yang diperoleh dari proses
pembelajaran bertahan lama dalam benak siswa.
b) cenderung menambah semangat belajar, gairah belajar baik pada guru maupun
siswa.
c) siswa dapat memiliki sikap ilmiah.
d) siswa mempunyai kemampuan memecahkan masalah, baik pada saat
pembelajaran di kelas maupun dalam menghadapi permasalahan nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Susanto (2013) menyebutkan bahwa berpikir kritis
mempunyai makna yaitu kekuatan berpikir yang harus dibangun pada siswa
sehingga menjadi suatu watak atau keperibadian yang terpatri didalam kehidupan
siswa untuk memecahkan segala persoalan hidupnya. Dengan demikian
pemberdayaan keterampilan berpikir kritis pada siswa sangat mendesak dilakukan
yang dapat terintegrasi melalui metode-metode pembelajaran yang akan terbukti
mampu memberdayakan keterampilan berpikir kritis siswa (Hadi dalam Susanto;
2013).
2.7 Penelitian yang Relevan
Berikut ini akan disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian ini, yaitu:
Penelitian yang dilakukan oleh Supriadi (2013) berjudul “penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dengan menggunakan handout
11. 17
untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII2 SMP Negeri 1 Reteh
tahun pelajaran 2012/2013“, telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
biologi siswa dengan perolehan nilai daya serap pada siklus I yaitu 75.19%
dengan ketuntasan klasikal sebesar 90.3% dan nilai daya serap pada siklus II yaitu
81.5% dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%. Perolehan nilai rata-rata kelas
(KI) pada siklus I sebesar 80.53% dengan ketuntasan klasikal sebesar 100% dan
nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar 83.88% dengan ketuntasan klasikal
100%.
Afni J (2013) yang berjudul “ Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing (Guided Inquiry) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada
Mata Pelajaran Ipa Biologi Kelas Viii Di Smp Negeri 2 Kediri Tahun Ajaran
2013/2014“, telah terbukti dapat meningkatkan nilai rata-rata pre-test dan post-test
kelas eksperimen yang menggunakan inkuiri terbimbing masing-masing sebesar
11,35 dan 65,26, nilai rata-rata pre-test dan post-test kelas kontrol yang
menggunakan metode ceramah diskusi masing-masing sebesar 5,82 dan 50,76.
Hasil uji t diperoleh t hitung 5,38 lebih besar dari t tabel 1,99, sehingga dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh dalam
arti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran
IPA Biologi kelas VIII di SMPN 2 Kediri tahun ajaran 2013/2014.
Tri suci (2014) judul pengaruh metode pembelajaran inquiry terhadap
hasil belajar biologi, kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains
siswa di smpn 3 perbaungan dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis
siswa yang dibelajarkan dengan metode guided inquiry 78,84 ± 4,803 secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan kemampuan berpikir kritis modified free
inquiry 71,21 ± 2,839 maupun kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan
dengan metode pembelajaran tradisional 68,25 ± 4,845 dan (3) ada pengaruh yang
signifikan antara penggunaan metode guided inquiry, modified free inquiry dan
tradisional terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi ekosistem di
SMPN 3 perbaungan. Keterampilan proses sains yang dibelajarkan dengan guided
inquiry 72,05 ± 8,220 secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
12. 18
yang dibelajarkan dengan modified free inquiry 68,72 ± 7,967 dan kelas yang
dibelajarkan dengan tradisional 65,05 ± 47,897.