BMMB 1134 KETERAMPILAN BERBAHASA HALANGAN KOMUNIKASI
Kurikulum
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak
dapat memperoleh informasi dengan mudah dari berbagai sumber dan tempat di
dunia. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih
dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak
pasti dan kompetitif. Kemampuan ini mebutuhkan pemikiran kritis, sistematis,
logis, kreatif, dan kemauan kerjasama yang efektif. Cara berfikir seperti ni dapat
dikembangkan melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur
dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan kita
terampil berfikir rasional.
Setiap siswa perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu,
yang merupakan penguasaan kecakapan matetmatika untuk dapat memahami dunia
dan berhasil dalam karirnya. Kecakapan matematika yang ditumbuhkan pada siswa
merupakan sumbangan mata pelajaran matematika kepada pencapaian kecakapan
hidup yang ingin dicapai melalui kurikulum. Kurikulum dapat didifersifikasikan
dengan cara disesuaikan, diperluas, dan diperdalam untuk melayani keberagaman
penyelenggaraan satuan pendidikan
Kegiatan belajar diselenggarakan secara berkesinambungan mulai dari
pendidikan taman kanak-kanak, pendidikan dasar, sampe pendidikan menengah.
Pada pendidikan taman kanak-kanak dan pendidikan dasar diselenggarakan melalui
kegiatan terprogram yang diberikan alokasi waktu secara khusus. Sedangkan pada
sekolah menengah ke atas dan yang sederajat diselenggarakan melalui kegiatan
ekstrakulikuler yang tidak diberikan alokasi waktu secara khusus. Oleh karena itu
kurikulum untuk stiap jenjang pendidikan memuat jumlah dan jenis mata pelajaran
yang ditempuh dalam satu periode belajar selama masa pendidikan
2. 2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian kurikulum?
1.2.2 Bagaimana sejarah kurikulum Indonesia
1.3 Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat memahami tentang
kurikulum dan sejarah kurikulum di Indonesia dan mampu mengamplikasikannya
dalam penyelenggaraan pendidikan. Menentukan model pembelajaran matematika
sehingga dapat tercapainya kurikulum yang berlaku agar dapat dilaksanakan sesuai
dengan keadaan yang ada dan dibutuhkan oleh siswa yang bersangkutan. Serta
calon guru mampu menelaah setiap kurikulum yang berlaku dan membedakan
bahan pengajaran dari berbagai sumber atau penerbit buku.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran unntuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang hrus disampaikan
guru atau dipelajari oleh siswa (Robert s.Zais,1976).
Kata kurikulum yang dikemukakan oleh Zais dalam Dimyati dan Mudjiono
(2002:264) berasal dari satu kata bahasa Latin yang berarti “jalur pacu”, dan secara
tradisional, kurikulum sekolah disajikan seperti itu (ibarat jalan) bagi kebanyakan
orang. Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan
praktik pendidikan yang juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan
yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-
mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa.
Kurikulum menurut Soetopo dan Soemanto (1986) memiliki lima definisi
yaitu:
a. Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang
program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke
tahun.
b. Kurikulum dilukiskan sebagai bahan tertulis yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh para guru dalam melaksanakan pelajaran untuk murid-
muridnya.
c. Kurikulum adalah suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri
yang penting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk yang sedemikian
rupa sehingga dapat dilaksanakanoleh guru di sekolah.
d. Kurikulum diartikan sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman
belajar, alat-alat pelajaran dan cara-cara penilaian yang direncanakan dah
digunakan dalam pendidikan.
4. 4
e. Kurikulum dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan
dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
Adapun definisi kurikulum versi Indonesia sebagai mana yang tertuang
dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 pada BAB I Pasal 1, pengertian kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Fungsi Kurikulum
Hendyat Soetopo dan Soeamanto (1986) membagi fungsi kurikulum
menjadi 7 bagian yaitu:
a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Maksudnya
bahwa kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan-
tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah yang dianggap cukup tepat
dan penting untuk dicapai.
b. Fungsi kurikulum bagi anak. Maksudnya kurikulum sebagai organisasi belajar
tersusun yang disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi
pendidikan mereka.
c. Fungsi kurikulum bagi guru. Ada tiga macam, yaitu : a). Sebagai pedoman
kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalam belajar bagi anak didik.
b). Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan
anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan. c).
Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran.
d. Fungsi kurikulum bagi sekolah dan pembina sekolah. Dalam arti: a) sebagai
pedoman dalam mengadakan fungsu supervisi yaitu memperbaiki situasi
belajar, b) sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam
menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih
baik, c) sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam
memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar, d)
5. 5
sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut, dan e)
sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi belajar mengajar.
e. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid. Maksudnya orang tua dapat turut
serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya.
f. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan di atasnya. Ada dua jenis
berkaitan dengan fungsi ini yaitu pemeliharaan keseimbangan proses
pendidikan dan penyiapan tenaga guru.
g. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah. Sekurang-
kurangnya ada dua hal yang bisa dilakukan dalam fungsi ini yaitu pemakai
lulusan ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program
pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orang tua /
masyarakat.
2.2 Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional
telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam
masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat
rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
a. Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah
leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular
ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih
bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
6. 6
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.
Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari
Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan
jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947
mengurangi pendidikan pikiran. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu
masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain
di muka bumi ini Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
b. Rencana pelajaran terurai 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana
Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem
pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum
1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajarannya jelas
sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad,
Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995.
c. Kurikulum 1964
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana
Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan
7. 7
jasmani. pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.
d. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi
pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang
sehat dan kuat. Jumlah pelajarannya 9. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis,
tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada
materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
e. Kurikulum1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien
dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum
1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai
8. 8
dari setiap kegiatan pembelajaran. Kurikulum 1975 sebagai pengganti
kurikulum 1968 menggunakan pendekatan-pendekatan di antaranya sebagai
berikut.
Berorientasi pada tujuan:
1. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki
arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang
lebih integratif.
2. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
3. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa
mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
4. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon(rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam
GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan
kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun
1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
f. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum
ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Konsep CBSA yang elok secara
teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami
banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak
sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh
9. 9
di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan
yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA
bermunculan
Ciri-Ciri umum dari Kurikulum CBSA adalah:
1. Berorientasi pada tujuan instruksional
2. Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA)
3. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
4. Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat
kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta didik.
5. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-
konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru
kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian
alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami
konsep yang dipelajarinya
g. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum
1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,”. Sayang, perpaduan
tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar
siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa
daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan
kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk
dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum
super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen
Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
Ciri-Ciri Umum Kurikulum 1994:
1. Perubahan dari semester ke Caturwulan (Cawu)
10. 10
2. Dari pola pengajaran berorientasi TEORI belajar mengajar menjadi
beroreintasi pada MUATAN (Isi)
3. Bersifat populis yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri
disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar
4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik,
dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal
yang mengarah kepada jawaban konvergen,divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
h. Kurikulum2004
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menekankan pd ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasika
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran
diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya,
kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian.
Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target
kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau
soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi
siswa. Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa,
11. 11
dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak
memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang
diinginkan pembuat kurikulum.
i. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses
pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah
banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol
adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap
satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi
pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian
merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan
supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)
Pengertian KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan
dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ).
Konsep Dasar KTSP
Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan
bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun dandilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
12. 12
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai
berikut.
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
1. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan
karakteristikdaerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta
didik.
2. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan
departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan
tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi
dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan
sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru
pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan
pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-
mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan
sekolah meiliki keleluasaan dalam megelola sumber daya, sumber dana, sumber
belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih
tanggap terhadap kebutuhan setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan
pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan
13. 13
pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan
otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan sikap tanggap pemerintah
terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas,
efisisen, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud
reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan
pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan,
dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan
pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru
dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait,
dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya
kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and
responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan
visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi,
menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan berbagai potensi seklah dan
lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya kepada masyarakat dan
pemerintah.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala sekolah,
serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang
ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi
pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan
daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik,
dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang berlaku. Selanjutnya
komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai
implikasinya terhadap program-program kegiatan opersional untuk mencapai
tujuan sekolah.
Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
14. 14
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
mengembangankan kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan
dicapai.
Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola
pendekatan baru dalampengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah
yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh Karena itu, KTSP perlu diterapkan oleh
setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagai berikut.
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi
dirinya sehingga dia dapat menoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang
tersedia untuk memajukan lembaganya.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan seklah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa
yang terbaik bagi sekolahnya.
4. Keterlibatan semua warga seklah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih
efesien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.
5. Sekolah daapt bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing
kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dam masyarakat pada umumnya,
sehingga dia akan berupaya semaksimalkam mungkin unutk melaksanakna
dan mencapai sasaran KTSP.
15. 15
6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain
untukmeningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan
dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah
setempat.
7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan
yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP.
Ciri-ciri KTSP
1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan
program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan
peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.
2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Guru harus mandiri dan kreatif.
4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.
j. Kurikulum 2013
Menurut Mulyasa (2009), Kurikulum yang kita pakai sekarang ini masih
banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak lain
adalah (1) kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP
dengan kata lain masih rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam KTSP
seorang guru dituntut untuk lebihh kreatif dalam menjalankan pendidikan. (2)
kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah. (3) konten kurikulum
dalam KTSP masih sangat padat.
Akibat dari kekurangan-kekurangan tersebut menimbulkan banyak
permasalahan di dalam pelaksanaan KTSP. Permasalahan-permasalahan tersebut
diantaranya yaitu :
1. Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya
mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya
melampaui tingkat perkembangan usia anak.
16. 16
2. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
4. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif,
keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi
di dalam kurikulum.
5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi
pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran
yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan
berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
7. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi
(sikap, keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya
remediasi secara berkala.
8. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak
menimbulkan multitafsir.
Permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan dari pelaksanaan KTSP
tersebut membuat pemerintah, khusunya yang menangani bagian pendidikan di
Indonesia yakni kementerian Pendidikan Nasional merencanakan perubahan
dalam kurikulum untuk menuntaskan permasalahan-permasalahan ini, agar tujuan
pendidikan nasional dapat tercapai. Pemerintah merencanakan kurikulum baru
yaitu kurikulum 2013 yang akan di laksanakan di bulan juli 2013 ini.
Pemerintah menjelaskan bahwa kurikulum 2013 akan membawa
perubahan besar dalam dunia pendidikan, karena mereka menganggap bahwa di
dalam kurikulum 2013 banyak memberikan jawaban dalam penyelesaian
permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam pelaksanaan KTSP.
Menurut Nasution (2008), Perubahan kurikulum dapat kecil dan sangat
terbatas, dapat pula luas dan mendasar. Perubahan itu dapat berupa :
17. 17
1. Substitusi : mengganti buku pelajaran
2. Alterasi : menambah atau mengurangi jam pelajaran bidang studi tertentu
3. Variasi : Perubahan metode
4. Restrukturisasi : Penambahan team guru untuk mendapatkan tenaga dan
fasilitas baru
5. Orientasi Baru : Perubahan orientasi pengajaran.
Merujuk pada pendapat diatas, kita dapat melihat bahwa perubahan KTSP
menjadi kurikulum 2013 juga mencakup ke-5 hal diatas.
Secara Substitusi(Pergantian buku pelajaran), dalam merencanakan kurikulum
2013, pemerintah juga merencanakan pembuatan buku pelajaran sebagai
penunjang pelaksanaan kurikulum 2013 tersebut. Pemerintah akan mencetak
buku-buku pelajaran dan mendistribusikannya kepada sekolah-sekolah agar
penerapan kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik.
Secara Alterasi (Menambah atau mengurangi jam pelajaran) pemerintah juga
menambah jam pelajaran di tiap jenjang sekolah dalam kurikulum 2013 dan
mengurangi beberapa mata pelajaran. Walaupun terjadi pengurangan mata
pelajaran, akan tetapi mata pelajaran tersebut tetap di ajarkan dan digabungkan
dalam mata pelajaran lainnya. Sistem seperti inilah yang disebut sebagai tematik-
integratif. Perubahan ini lah yang akan mnimbulkan variasi(Metode mengajar
guru) yang lebih bervariatif agar mata pelajaran yang didalamnya terdiri dari
gabungan mata pelajaran yang dihapuskan tersebut mampu di sampaikan juga
kepada peserta didik.
Alasan-alasan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum KTSP
menjadi kurikulum 2013 adalah sebagaia berikut:
Tantangan Masa Depan Kompetensi Masa Depan
Globalisasi : WTO, ASEAN Community,
APEC, CAFTA
Masalah lingkungan hidup
Kemajuan teknologi informasi
Kemampuan berkomunikasi
Kemampuan berpikir jernih dan kritis
Kemampuan mempertimbangkan segi
moral suatu permasalahan
18. 18
Konvergensi ilmu dan teknologi
Ekonomi berbasis pengetahuan
Kebangkitan industri kreatif dan budaya
Pergeseran kekuatan ekonomi dunia
Pengaruh dan imbas teknosains
Mutu investasi dan transformasi pada
sektor pendidikan
Hasil TIMSS dan PISA
Kemamapuan menjadi warga Negara
yang efektif
Kemampuan mencoba untuk mengerti
dan toleran terhadap pandangan yag
berbeda
Kemampuannhidup dalam masyarakat
yang mengglobal
memiliki minat luas mengenai hidup
Memiliki kesiapan untuk bekerja
Memeiliki kecerdasaan sesuai dengan
bakat/minatnya
Fenomena Negatif yang Mengemuka Persepsi Masyarakat
Perkelahian pelajar
Narkoba
Korupsi
Plagiarisme
Kecurangan dalam ujian
Gejolak Masyarakat
Terlalu menitikberatkan pada aspek
kognitif
Beban siswa teralu berat
Kurang bermuatan karakter
Jadi Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan
tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di
dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi
perkembangan masa depan.
Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu
lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam
penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam,
sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki
kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih
kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam
19. 19
menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan
yang lebih baik.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 2013
Menurut Hamalik (2007) Prinsip pengembangan kurikulum terdiri dari: (1)
Prinsip Berorientasi pada tujuan, (2) Prinsip relevansi, (3) Prinsip efisiensi dan
efektifitas, (4) Prinsip fleksibilitas, (5) Prisnsip berkesinambungan/Kontinuitas, (6)
Prinsip keseimbangan, (7) Prinsip keterpaduan, dan (8) Prinsip mutu.
Pada pengembangan kurikulum 2013 juga memiliki beberapa prinsip yaitu
sebagai berikut :
a) Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar
mata pelajaran.
b) Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang
pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah
mengenai Wajib Belajar 12 Tahun. Maka pengembangan kurikulum didasarkan
pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.
c) Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan
psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
d) Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar
dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai
dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.
e) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
f) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan
prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
20. 20
g) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.
h) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh
memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum
didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan
lingkungan hidup.
i) Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
j) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
k) Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki
pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk
mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok
peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses perbaikan
terhadap kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau
sekelompok peserta didik.
Struktur Kurikulum 2013
Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan
kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:
1. Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan
pada setiap satuan atau jenjang pendidikan
2. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan
mereka.
Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama
dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK)
sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7 –
15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan
SMP.
21. 21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Matematika merupakan satu kata yang sering menjadi momok para siswa
hal itu terjadi karena para siswa selama ini menganggap matematika sebagai
pelajaran hitung-menghitung yang seriing membuat pusing kepala sebenarnya
tidak perlu takut dengan matematika.
Perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi pada pendidikan di indonesia
terdapat 10 kurikulum yang tentunya memiliki tujuan yang sama namun
pelaksanaannya berbeda yang disesuaikan dengan kondisi pendidikan di indonesia
sekarang ini.
Telaah kurikulum dapat membantu guru tentunya dalam mencapai
kurikulum yang berlaku dan menentukan standarr kompetensi, kompetensi dasar
dan indikator keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan analisis yang penulis lakukan terhadap Rencana Kurikum 2013,
penulis banyak menemukan perubahan yang terjadi. Perubahan memang perlu
dilakukan untuk memperbaiki kurikulum sebelumnya yang masih memiliki banyak
kekurangan. Yang pada akhirnya diharapkan tujuan pendidikan secara umum dapat
dicapai melalui kurikulum yang baru.
3.2 Saran
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mempunyai kurikulum pendidikan
yang bagus dan stabil (tidak berubah-ubah) serta memberi motivasi pelajarnya agar
bisa meningkatkan standar mutu pendidikannya di kemudian hari. Kurikulum
pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan,
sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu
yang jelas dan mantap. Perubahan setiap kurikulum membuat bingung semua
pihak. Hendaknya pemerintah dapat menetapkan kurikulum mana yang cocok
digunakan di Indonesia sehingga tidak membingungkan semua pihak dan dapat
meningkatkan standar mutu pendidikan di Indonesia.
22. 22
DAFTAR PUSTAKA
Syaodih, Nana.1997.Pengembangan KurikulumTeori dan Praktek. Bandung: PT.
REMAJA ROSDAKARYA.
Dakir.2004.Perencanaan dan Perkembangan Kurikulum. Yogyakarta: RIENEKA
CIPTA.
Nasution.2005.Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: BUMI AKSARA.
Djumantan, Wahyudin. 2008. Buku Matematika KTSP Kelas IX. Jakarta: PT. SETIA
IVES.
Nazar, Muhammad. 2007. Buku Matematika KTSP SMP Kelas IX. Sukoharjo: PT. INTI
PRIMA AKSARA.
Muklis, Ngapiningsih. 2006. Buku Matematika KTSP SMP Kelas IX. Klaten: INTAN
PARIWARA.
http://zamzamisaleh.blogspot.com/2010/03/sejarah-perkembangan-Kurikulum.html
http://abinissa.wordpress.com/2007/11/20/sejarah-kurikulum-indonesia/
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/uji-publik-kurikulum-2013-1
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/04/mm99hq-mendikbud-berikan-
sosialisasi-kurikulum-2013