SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 16
I.            MAKSUD
      1. Mengamati dan memahami peristiwa interferensi gelombang cahaya.
      2. Menentukan panjang gelombang cahaya monokromatik (bila jari-jari
          kelengkungan lensa diketahui) atau mengukur kelengkungan lensa dengan
          menggunakan cincin Newton


II.           ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN
      1. Sumber cahaya monokromatik
      2. Celah kalimator sebagai sumber cahaya
      3. Lensa plankonveks (L)
      4. Keping gelas planparalel (G)
      5. Teropong geser yang disertai skala ukur
      6. Kaca dengan cermin beserta statipnya


III. TEORI




                                 R




                         L                          P
                                                            dk
                         G
                                                        Q
                                             Xk

                                        Gambar 1.
      Lensa plankonveks L (lihat gambar 1) diletakkan diatas keping gelas planparalel
      G, maka diantara L dan G terbentuk lapisan udara. Jika berkas cahaya yang
      sejajar dan monokromatik dating tegak lurus pada permukaan yang datar dan
      lensa L, maka antara cahaya yang dipantulkan di P dan di Q akan terjadi
      interferensi.
Interferensi tersebut dapat saling memperkuat (konstruktif) atau saling mematikan
(destruktif). Hal tersebut di atas tergantung pada beda fase dari cahaya-cahaya
yang dipantulkan di P dan di Q. Beda fase ini disebabkan karena adanya selisih
lintasan dari cahaya yang dipantulkan di P dan di Q, juga karena adanya
pembalikan fasa dari cahaya yang dipantulkan di Q.
Interferensi yang konstruktif menghasilkan cincin yang terang, sedangkan
destruktif mjenghasilkan cincin yang gelap. Cincin-cincin yang terbentuk dari
kedua peristiwa ini disebut cincin-cincin Newton. Untuk cincin-cincin yang gelap
harus dipenuhi persamaan :
  2 dk= k λ .................................................................................................(1)
Untuk cincin-cincin yang terang harus dipenuhi persamaan :
                          λ
  2 dk = ( 2k + 1 )            ……………………………..................……………...                                               (2)
                           2
Dengan:
k = 0, 1, 2, 3,…… orde dari cincin dimulai dari titik nol).
dk = tebal lapisan udara pada cincin ke – k
λ = panjang gelombang monokromatik
Bila R adalah jari-jari kelengkungan lensa dan d k << R, maka dengan pendekatan
diperoleh, untuk jari-jari cincin gelap (x) :
    d    x
      =
    x   2R
Persamaan (1) dapat dituliskan sebagai berikut :
    X k2 = kRλ ………………......................................................…………..(3)

Dengan Xk adalah jari-jari gelap ke-k. Untuk menghitung dengan teliti dapat
dipakai selisih jari-jari cincin ke-k dan cincin yang ke (k + 4), maka didapatkan :
          X k2+ 4 − X k2
    λ=                   …………………………........................................…….(4)
                4R
Xk dan Xk+4 dapat diukur dan jika R diketahui, maka λ dapat ditentukan,
sebaliknya bila yang diketahui λ1 maka R dapat dihitung.
Catatan tambahan :
•          Interferensi adalah interaksi antara dua gelombang atau lebih yang
        mempengaruhi suatu bagian dalam medium yang sama atau perpaduan dua
        gelombang atau lebih yang menghasilkan gelombang baru.
•          Pada percobaan ini cahaya yang digunakan adalah cahaya kohern yang
        memiliki amplitudo yang tetap serta fasa dan panjang gelombang yang sama.
•          Cahaya Monokromatik adalah Cahaya yang hanya memiliki satu panjang
        gelombang atau warna saja.
•          Cahaya Polykromatik adalah Cahaya yang memiliki banyak panjang
        gelombang atau warna.
•          Cincin Newton terbentuk karena adanya penyerapan sinar atau akibat
        adanya interferensi gelombnag cahaya yang bersifat konstruktif dan destruktif,
        dimana interferensi yang bersifat konstruktif membentuk cincin terangbdan
        interferensi yang bersifat destruktif menghasilkan cincin gelap, Untuk lebih
        spesifik lagi penjelasannya seperti dibawah ini :
                   Mata



                                  Sinar

             R




    L                             P
                                              dk
    G
                                          Q
                             Xk


                       (a)                                         (b)


Sinar cahaya Natrium yang datang ke titik P kemudian akan diteruskan ke titik Q,
oleh karena adanya selisih udara dk maka akan terjadi interferensi diantara kedua
titik tersebut sehingga menciptakan cincin terang ( konstruktif ) dan cincin gelap
      ( destruktif ). Cincin – cincin tersebut terbentuk karena adanya perbedaan fasa
      yang berlawanan diantara titik P dan Q. Seperti yang terlihat pada gambar ( b )
      pada titik P berfasa Π ( 180° ) sedangkan pada titik Q berfasa 2Π ( 360° )
      sehingga dengan demikian terlihat disini bahwa di titik P mempunyai panjang
      gelombang ½ λ dan di titik Q mempunyai panjang gelombang λ. Di titik Q
      perbedaan fasa menyebabkan amplitudenya saling mengurangi sehingga tercipta
      cincin gelap sedangkan di titik P yang berharga positif membentuk cincin terang.
•              Pada percobaan ini tidak dignakan sinar putih ( polykromatis ) karena
      pada percobaan ini satu warna saja ( Natrium berwarna merah ) akan
      menghasilkan satu cincin apalagi warna putih yang terdiri atas beberapa warna
      ( me-ji-ku-hi-bi-ni-u ) akan menghasilkan banyak cincin yang akan bertumbuk
      sehingga tidak dapat dilakukan pengamatan karena setiap cincin memiliki jari –
      jari yang berbeda – beda.
•              Penurunan Nst dan delta alat ukur pada percobaan Cincin Newton :
      1 Skala Utama = 0,1 cm
      1 putaran = 100 Skala Bantu
      1 Skala Utama = 100 Skala Bantu
               1                   1
      Nst =       x Skala utama =     x 0,1 cm = 0,001 cm
              100                 100
              1
      ∆=        x Nst = 0,0005 cm
              2
•              Pengamatan yang dilakukan harus tegak lurus karena apabila tidak tegak
      lurus cincin yang tertangkap akan buram atau malah tidak akan terbentuk cincin
      Newton.


IV.            TUGAS PENDAHULUAN (dikumpulkan sebelum praktikum)
      1. Buktikan rumus (1) dan (2).
      2. Turunkan rumus (3)
3. Jika lapisan udara antara lensa L dan keeping gelas G diganti dengan lapisan
   zat cair dengan indeks bias n, bagaimanakah bentuk rumus (2) dan (3) ?
4. Pada pusat 0 (gambar 1) terjadi interferensi yang kontruktif atau destruktif?
   Jelaskan!
5. Bagaimanakah bentuk rumus (4) untuk harga kombinasi yang lain misalnya k
   dengan (k+3) dan sebagainya.
6. Berapakah panjang gelombang sinar kuning lampu Natrium dan apa
   satuannya? (lihat dari tabel)
   Jawaban :
1. Rumus 1 : 2 dk = k λ
                                 λ
   Rumus 2 : 2 dk = ( 2k + 1 )
                                   2
   Untuk gelombang cahaya yang fasanya sama ( interferensi Konstruktif )
                           2
                        Xk
    Diketahui : λ =                       λ k R = X k 2 ……………………..(1)
                        kR
       Dari persamaan indeksnya ;
                   2
                 X                           2
           dk = k               dk 2 R = X k ………………….…..(2)
                 2R
       Dari persamaan (1) dan (2) didapat persamaan :
           λ k R = dk 2 R
               2 dk = k λ ( persamaan (1) di modul terbukti )
                               2
                 1   X
    Diketahui :   λ= k
                 2    R
                                       2                   2
                    1      Xk                          2X k
                      λ=                        λ=
                    2    (2k + 1) R                  (2k + 1) R
                   2 X k = ( 2k + 1 ) λ R
                        2


                                           R
                     X k = ( 2k + 1 ) λ
                        2
                                             ……………………….…..(3)
                                           2
       Dari persamaan (3) dan (2) didapat persamaan :
                        R
         ( 2k + 1 ) λ     = dk 2 R
                        2
λ
                             2 dk = ( 2k + 1 )       ( persamaan (2) di modul terbukti )
                                                 2
                                                 2
                                              Xk
2.       Rumus 3 : 2 Xk = k R λ ; d k =          …………………………..…..(1)
                                              2R
                 dk  X
                    = k                      2 dk = k λ ………………………(2)
                 Xk  2R

     Dari persamaan (1) dan (2) disubstitusikan :
                        2                        2
                 2( X k )                    (X k )
                          = k λ                     = k λ                      Xk = k R λ
                                                                                 2

                   2R                          R
( terbukti )
                                       λ                                   λ
3. Rumus 2 : 2 dk = ( 2k + 1 )                       2 n dk = ( 2k + 1 )
                                       2                                   2

     Rumus 3 : X k = k R λ                   n Xk =kR λ
                  2                              2



4.       Pada pusat cincin terjadi interferensi yang konstruktif dan destruktif karena
     sinar monokromatik yang dating melalui celah kolimator memiliki fasa sama dan
     ada pula fasa yang berlawanan. Cahaya dengan fasa yang sama menghasilkan
     interferensi konstruktif dan yang fasanya berlawanan akan menghasilkan
     interferensi destruktif.
                            X k2+ 4 − X k2
5.       Diketahui : λ =
                                  4R
     Untuk harga kombinasi yang lain misalnya k dengan k + 3 maka bentuk rumus
     adalah sebagai berikut :
                       X k2
                            ; Xk = k Rλ
                                2
     Cincin k    ;λ=
                       kR
                                    X k2+3
                         ; λ=               ; X k +3 = ( k+3 ) R λ
                                                    2
     Cincin ( k+3 )
                                  (k + 3) R

     X k +3 - X k = ( k+3 ) R λ - k R λ = k R λ + 3 R λ - k R λ
       2        2



                                                                     X k2+ 3 − X k2
                                                                  λ=
                                  2        2
     Untuk k dengan ( k + 3 ) = X k +3 - X k = 3 R
                                                                           3R
X k2+5 − X k2
                                                                  λ=
                                  2        2
     Untuk k dengan ( k + 5 ) = X k +5 - X k = 3 R
                                                                               5R
                                                                                   X k2+ n − X k2
                                                                             λ=
                                          2        2
        Untuk k dengan ( k + n )      = X k +n - X k = 3 R
                                                                                         nR
     6. Panjang gelombang sinar kuning lampu natrium adalah 5890 Ǻ
        5890 Ǻ = 5890 x 10 -10 m = 5,89 10 -7 m


V.          PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN

                                         Cermin             Celah Kolimator


                 Teropong ukur




                                                                            Lampu Na

                                                            Lensa L

                                                             Keping gelas G
                                               Cincin interferensi yang
                                               tampak dari atas lensa

                                                             .




                                      Gambar 2.


     1. Susunlah alat-alat percobaan seperti pada gambar 2.
     2. Nyalakan lampu Natrium yang dipergunakan sebagai sumber cahaya
        monokromatis.
     3. Aturlah letak lensa dan cermin agar sinar-sinar dating pada permukaan datar
        dan lensa L betul-betul tegak lurus.
     4. Cari dengan mata adanya cincin Newton yang terjadi antara lensa dan keping
        gelas.
     5. Lihat bayangan cincin melalui cincin datar
6. Aturlah letak teropong agar dapat digunakan untuk mengamati cincin dengan
       jelas.
  7. Usahakan agar tengah-tengah daerah ukur teropong berada di pusat cincin-
       cincin itu.
  8. Pada kedudukan alas yang tetap, geserkan teropong dengan uliran yang
       tersedia, sehingga garis silang teropong berimpit dengan tepi kiri cincin paling
       kiri akan diamati. Catat kedudukan ini dalam table.
  9. Geserkan teropong dengan uliran sehingga garis silang teropong berhimpit
       dengan tepi kiri cincin berikutnya, lakukan hal ini untuk cincin berikutnya.
  10. Dengan arah pergeseran yang terus ke kanan, amati sekarang tepi kanan dari
       cincin yang sama ( saat garis silang teropong telah melewati pusat cincin
       Newton ). Catat kedudukan-kedudukan ini.
  11. Ulangi lagi pengukuran seperti langkah V.7 sampai V.9 tetapi dimulai dari
       tepi kanan cincin. Pengukuran dari kiri ke kanan dipisahkan dari pengukuran
       kanan ke kiri. Tanyakan pada asisten, beberapa jumlah cincin gelap yang
       harus diamati.
  12. Buatlah tabel pengamatan dari perhitungan seperti berikut :
Cincin          Tepi    Tepi      2Xk      Xk      Xk2       Xk+42 – Xk2         R
  Ke            Kiri    Kanan
  3
  7
  4
  8
  5
  9
       λNatrium =
       Kedudukan pusat cincin D =
  13. Panjang gelombang lampu Natrium dicari di literatur (tabel).


VI. DATA PENGAMATAN
1. Data Ruang
Keadaan                 Tekanan ( cmHg )              Suhu ( ˚C )         Kelembaban ( % )
 Awal Percobaan             ( 6,8300 ± 0,0005 ) 10      ( 2,40 ± 0,05 ) 10     ( 6,30 ± 0,05 ) 10

 Akhir Percobaan            ( 6,8700 ± 0,0005 ) 10      ( 2,50 ± 0,05 ) 10     ( 6,80 ± 0,05 ) 10


2. Data Percobaan
       Cincin ke -                 Tepi Kiri ( cm )                      Tepi Kanan ( cm )

            3                    ( 1,3640 ± 0,0005 )                     ( 1,1360 ± 0,0005 )
            7                    ( 1,8260 ± 0,0005 )                    ( 6,364 ± 0,005 ) 10 -1
            4                    ( 1,6420 ± 0,0005 )                    ( 8,830 ± 0,005 ) 10 -1
            8                    ( 1,8720 ± 0,0005 )                    ( 6,790 ± 0,005 ) 10 -1
            5                    ( 1,7700 ± 0,0005 )                    ( 7,480 ± 0,005 ) 10 -1
            9                    ( 1,8960 ± 0,0005 )                    ( 5,980 ± 0,005 ) 10 -1

VII. PENGOLAHAN DATA
   Rumus – rumus yang digunakan :
                    tepikanan + tepikiri                          ∆tepikanan + ∆tepikiri
           Xk =                                       ; ∆X k =
                            2                                                  2

         2 Xk                       ; ∆2 X k = 2∆X k
                                                   ∂X k2
                                     ; ∆X k =            ∆X k = 2 X k ∆X k
             2                            2
           Xk
                                                   ∂X k

           X k +4 − X k
              2        2
                                     ;

                                ∂ X k +4 − X k
                                    2        2
                                                             ∂ X k +4 − X k
                                                                 2        2

       ∆X   2
            k +4   −X   2
                        k   =                     ∆ k +4 +
                                                   X                          ∆ k
                                                                               X
                                   ∂ k +4
                                    X                             ∂ k
                                                                   X

                                                 = 2 X k +4 ∆ k +4 + 2 X k ∆ k
                                                             X              X

                   X k +4 − X k2
                     2
                                                  ∂R                ∂R              ∂R
          R=                       ; ∆ =∂
                                       R         ∆ k +4 +
                                                  X           ∆ k +
                                                               X       ∆λ
                        4λ                X k +4          ∂ k
                                                           X        ∂λ

                                          2 X k +4           2X k
                                      =            ∆X k +4 +      ∆X k
                                            4λ                4λ
       R =
                ∑R             ; ∆R =
                                      ∑    ∆R
                    3                      3


  Perhitungan :
  1. Menghitung X k
             1,136 +1,364                          0,0005 + 0,0005
      X3 =                   =1,25 cm ; ∆X 3 =                       = 0,0005 cm
                    2                                    2
      Angka Pelaporan : ( 1,2500 ± 0,0005 ) cm
          0,643 +1,826                             0,0005 + 0,0005
   X7 =                     = 1,23 cm   ; ∆X 7 =                     = 0,0005 cm
                 2                                        2
      Angka Pelaporan : ( 1,2300 ± 0,0005 ) cm
          0,883 +1,642                             0,0005 + 0,0005
   X4 =                  = 1,26 cm      ; ∆X 4 =                     = 0,0005 cm
                2                                         2
      Angka Pelaporan : ( 1,2600 ± 0,0005 ) cm
          0,679 +1,872                             0,0005 + 0,0005
   X8 =                  = 1,28 cm      ; ∆X 8 =                     = 0,0005 cm
                2                                        2
      Angka Pelaporan : ( 1,2800 ± 0,0005 ) cm
          0,748 +1,770                             0,0005 + 0,0005
   X5 =                  = 1,259 cm ; ∆X 5 =                         = 0,0005 cm
                2                                        2
      Angka Pelaporan : ( 1,2690 ± 0,0005 ) cm
          0,598 +1,890                             0,0005 + 0,0005
   X9 =                  =1,244 cm ; ∆X 9 =                          = 0,0005 cm
                2                                        2
      Angka Pelaporan : ( 1,2440 ± 0,0005 ) cm


2. Menghitung 2 X k
  2 X 3 = 2 ( 1,25 )= 2,5 cm                    ; ∆2 X 3 = 2∆X 3 = 2 0,0005 = 0,001 cm
      Angka Pelaporan : ( 2,5000 ± 0,0010 ) cm
  2 X 7 = 2 ( 1,23 )= 2,46 cm           ; ∆2 X 7 = 2∆X 7 = 2 0,0005 = 0,001 cm
      Angka Pelaporan : ( 2,4600 ± 0,0010 ) cm
  2 X 4 = 2 ( 1,26 )= 2,52 cm           ; ∆2 X 4 = 2∆X 4 = 2 0,0005 = 0,001 cm
Angka Pelaporan : ( 2,5200 ± 0,0010 ) cm
   2 X 8 = 2 ( 1,28 )= 2,56 cm       ; ∆2 X 8 = 2∆X 8 = 2 0,0005 = 0,001 cm
        Angka Pelaporan : ( 2,5600 ± 0,0010 ) cm
   2 X 5 = 2 ( 1,259 )= 2,518 cm     ; ∆2 X 5 = 2∆X 5 = 2 0,0005 = 0,001 cm
        Angka Pelaporan : ( 2,5180 ± 0,0010 ) cm
   2 X 9 = 2 ( 1,244 )= 2,488 cm     ; ∆2 X 9 = 2∆X 9 = 2 0,0005 = 0,001 cm
        Angka Pelaporan : ( 2,4880 ± 0,0010 ) cm


                2
3. Menghitung X k
      X 3 = ( 1,25 )2 = 1,563 cm2 ; ∆X 3 == 2 X 3 ∆X 3 = 2,5 0,0005 = 0,00125 cm2
        2                              2



        Angka Pelaporan : ( 1,5630 ± 0,0013 ) cm2
      X 7 = ( 1,23 )2 = 1,513 cm2 ; ∆X 7 == 2 X 7 ∆X 7 = 2,43 0,0005 = 0,001215
        2                              2



cm2
        Angka Pelaporan : ( 1,5130 ± 0,0012 ) cm2
      X 4 = ( 1,26 )2 = 1,588 cm2 ; ∆X 4 = 2 X 4 ∆X 4 = 2,52 0,0005 = 0,00126 cm2
        2                              2



        Angka Pelaporan : ( 1,5880 ± 0,0013 ) cm2
      X 8 = ( 1,28 )2 = 1,638 cm2 ; ∆X 82 = 2 X 8 ∆X 8 = 2,56 0,0005 = 0,00128 cm2
        2



        Angka Pelaporan : ( 1,6380 ± 0,0013 ) cm2
      X 4 = ( 1,259 )2 = 1,585 cm2 ; ∆X 5 == 2 X 5 ∆X 5 = 2,518 0,0005 = 0,00125
        2                               2



cm2
        Angka Pelaporan : (1,5850 ± 0,0013 ) cm2
      X 9 = ( 1,244 )2 = 1,548 cm2 ; ∆X 9 == 2 X 9 ∆X 9 = 1,244 0,0005 = 0,00112
        2                               2



cm2
        Angka Pelaporan : (1,5480 ± 0,0011 ) cm2

4. Menghitung X k +4 − X k
                2        2




      X 7 − X 3 = 1,513 −1,563 = 0,05
        2     2
                                        cm2
∆ X 7 − X 3 = 2,46 0,0005 + 2,5 0,0005 = 0,000248
          2     2
                                                          cm2
     Angka Pelaporan : (5,00 ± 0,25 ) 10 -2 cm2
   X 8 − X 4 = 1,638 −1,588 = 0,05
     2     2
                                     cm2
      ∆ X 8 − X 4 = 2,56 0,0005 + 2,52 0,0005 = 0,000254
          2     2
                                                           cm2
     Angka Pelaporan : (5,00 ± 0,25 ) 10 -2 cm2
   X 9 − X 5 = 1,548 −1,584 = 0,037
     2     2
                                      cm2
      ∆ X 9 − X 5 = 2,488 0,0005 + 2,518 0,0005 = 0,002503
          2     2
                                                                cm2
     Angka Pelaporan : (3,70 ± 0,25 ) 10 -2 cm2

5. Menghitung R
             0,05
   R1 =             = 212,22 cm                                             ;
          0,0002356

                 2,46                2,5
      ∆ 1 =
       R                0,0005 +           0,0005 =5,22 +5,306 =10,526
              0,0002356          0,0002356

     cm
     Angka Pelaporan : (2,12 ± 0,11 ) 10 2 cm
             0,05
   R2 =             = 212,22 cm                                             ;
          0,0002356

                  2,56               2,52
      ∆ 2 =
       R                 0,0005 +           0,0005 = 5,433 +5,348 =10,781
               0,0002356          0,0002356

     cm
     Angka Pelaporan : (2,12 ± 0,11 ) 10 2 cm
             0,037
   R3 =             = 157,046 cm                                            ;
          0,0002356

                  2, 488             2,518
      ∆ 3 =
       R                 0,0005 +           0,0005 = 5,28 +5,343 =10,623
               0,0002356          0,0002356

     cm
     Angka Pelaporan : (1,57 ± 0,11 ) 10 2 cm
5. Menghitung R

   R =
         ∑R = 212,22 + 212,22 + 157,046 = 193,829 cm
             3                    3
                 ∆∑R         10,526 +10,781 +10,623
        ∆R =             =                          = 10,6433
                    3                   3
        Angka Pelaporan : (1,94 ± 0,11 ) 10 2 cm


VIII.            TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN
        1.        Hitunglah diameter tiap-tiat cincin yang diamati.
        2.        Hitunglah jari-jari tiap cincin.
        3.        Ambilah pasangan-pasangan cincin, misalnya cincin ke
             k dengan k + 4
             k + 1 dengan k + 5
             k + 2 dengan k + 6, dst.
                    Kemudian hitunglah jari-jari lengkung lensa untuk masing-masing
             pasangan dengan rumus (4).
        4.        Hitunglah jari-jari lengkungan lensa rata-rata.
        5.        Apakah akibatnya bila sinar-sinar dating tidak tegak lurus pada
             permukaan datar dari lensa L? Terangkan!
        6.        Jika pada percobaan ini digunakan sinar putih, apakah yang akan
             terjadi? Terangkan!
        7.        Mengapa cincin ke-0, 1, 2 dan 3 tidak digunakan dalam percobaan ini?
             Terangkan!
        8.        Apa akibatnya bila pengamatan dilakukan dengan menggeser teropong
             kearah kiri kemudian kea rah kanan?
        Jawaban :
        1. Sudah dilakukan di pengolahan data
        2. Sudah dilakukan di pengolahan data
        3. Sudah dilakukan di pengolahan data
4. Sudah dilakukan di pengolahan data
      5. Bila sinar tidak datang tegak lurus pada permukaan datar dari lensa, maka
         cahaya yang dipantulkan di P dan Q tidak menghasilkan interferensi. Hal ini
         menyebabkan cincin newton kurang dapat terlihat jelas.
      6. Jika yang digunakan adalah sinar putih yang merupakan cahaya polykromatik
         maka sinar putih tersebut akan menghasilkan beberapa cincin newton yang
         akan bertumpuk sehingga pengamatan tidak dapat dilakukan.
      7. Terdapat beberapa penyebab cincin 0, 1, dan 2 tidak digunakan, antara lain :
                Batas antara gelap dan terang pada cincin tersebut tidak terlalu tajam
             ( jelas ) terlihat pada cincin 0,1 dan 2 melainkan mengumpul ( bersatu )
             sehingga tidak dapat dibedakan gelap terangnya.
                Jari – jari cincin tersebut sangat kecil, sehingga tidak dapat dilihat oleh
             mata baik melalui teropong maupun langsung dengan mata kita.
                Lapisan udara pada cincin tersebut sangat tipis, sehingga beda lintasan
             antara 2 sinar yang berinterferensi sangat kecil
      8. Bila pengamatan dilakukan dengan menggeser teropong ke arah kiri kemudian
         ke arah kanan, maka cincin yang kita amati lebih mudah dilakukan sebab
         berurutan.


IX.                   ANALISA
         Setelah melakukan percobaan diatas maka terdapat beberapa hal yang perlu
dianalisa yaitu sebagai berikut :
1. Dari percobaan didapat diameter dari cincin yang relatif sama hanya berselisih
      0,06 cm. Hal ini disebabkan ketidaktepatan dalam meletakkan garis silang
      teropong karena jarak antar cincin yang cukup dekat. Kesalahan juga disebabkan
      karena cincin yang didapat dalam percobaan ini kurang jelas dan berukuran kecil
      sehingga sulit melihat dan menentukan letak titik lintasan.
2. Jari – jari masing – masing cincin yang didapat juga relatif sama, perbedaan
     hanya sekitar 0,03 cm. Faktor penyebab kesalah ini sama seperti nomor 1.
3. Kesalahan pengamatan juga dapat disebabkan lelahnya mata yang melihat celah
     kolimator secara terus menerus.
            Cincin 0,1,2 tidak digunakan karena cincin 0,1,2 selisih jaraknya satu
     sama lain sangatlah kecil sehingga dianggap berhimpit dengan cincin 3,
     sedangkan cincin ke 6 berhimpit dengan cincin ke 7
            Jari jari kelengkungan lensa yang didapatkan sangatlah besar sangat tidak
     sebanding dengan jari jari kelengkungan lensa seperti yang terlihat sebenarnya.
     Itu karena yang diukur bukan jari jari kelengkungan lensa yang sebenarnya, akan
     tetapi merupakan pembiasannya.




X.            KESIMPULAN
        Setelah melakukan percobaan diatas maka terdapat beberapa hal yang dapat
disimpulkan yaitu sebagai berikut :
1.              Interferensi merupakan peristiwa penggabungan dua gelombang atau
     lebih yang menghasilkan gelombang baru.
2.              Cahaya yang dapat mengalami interferensi adalah cahaya kohern,
     yaitu cahaya yang memiliki beda fasa, frekuensi dan amplitudo yang tetap.
3.              Pada percobaan ini, cincin akan terlihat apabila cahaya natrium
     sebagai sumber cahaya, cermin, teropong dan lensa dalam posisi tegak lurus.
4.              Cincin gelap terbentuk karena interferensi destruktif ( saling
     menghilangkan ) sedangkan cincin terang terbentuk karena interferensi
     konstruktif ( saling menguatkan ).
5.             Cahaya monokromatik adalah cahaya yang memiliki hanya satu
     panjang gelombang atau warna saja sedangkan polykromatik adalah cahaya yang
     memiliki banyak panjang gelombang atau warna.


XI. DAFTAR PUSTAKA
     Team. 2004. Modul Praktikum Fisika Dasar. Bandung : Laboratorium Fisika
        Dasar – ITENAS.
     Tyler. A Laboratory manual of Physics. Erward Arnold, 1967.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)
Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)
Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)Nailul Affida
 
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus LensaPengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus LensaSulistia Ningsih
 
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)GGM Spektafest
 
Laporan lengkap praktikum f okus lensa konvergen
Laporan lengkap praktikum f okus lensa konvergenLaporan lengkap praktikum f okus lensa konvergen
Laporan lengkap praktikum f okus lensa konvergenSylvester Saragih
 
Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1Windawati
 
Percobaan pemantulan cermin cekung
Percobaan pemantulan cermin cekungPercobaan pemantulan cermin cekung
Percobaan pemantulan cermin cekungKLOTILDAJENIRITA
 
Pembiasan pada lensa cembung
Pembiasan pada lensa cembung Pembiasan pada lensa cembung
Pembiasan pada lensa cembung Andi Althafunnisa
 
Percobaan pembiasan pada lensa cembbung
Percobaan pembiasan pada lensa cembbungPercobaan pembiasan pada lensa cembbung
Percobaan pembiasan pada lensa cembbungKLOTILDAJENIRITA
 
Laporan sifat lensa dan cacat bayangan
Laporan sifat lensa dan cacat bayanganLaporan sifat lensa dan cacat bayangan
Laporan sifat lensa dan cacat bayangandedeknurhuda
 
lensa cembung dan cekung
lensa cembung dan cekunglensa cembung dan cekung
lensa cembung dan cekungPT. SASA
 
Optik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus
Optik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokusOptik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus
Optik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokusmeift4h
 
Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)
Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)
Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)nicolas simanungkalit
 
Refraksi Oleh Permukaan Lengkung dan Lensa
Refraksi  Oleh Permukaan Lengkung dan LensaRefraksi  Oleh Permukaan Lengkung dan Lensa
Refraksi Oleh Permukaan Lengkung dan LensaPuspawijaya Putra
 
Format laporan
Format laporanFormat laporan
Format laporanrhyshe
 

La actualidad más candente (20)

Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)
Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)
Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)
 
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus LensaPengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
 
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)
 
Laporan lengkap praktikum f okus lensa konvergen
Laporan lengkap praktikum f okus lensa konvergenLaporan lengkap praktikum f okus lensa konvergen
Laporan lengkap praktikum f okus lensa konvergen
 
Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1
 
Percobaan pemantulan cermin cekung
Percobaan pemantulan cermin cekungPercobaan pemantulan cermin cekung
Percobaan pemantulan cermin cekung
 
Pembiasan pada lensa cembung
Pembiasan pada lensa cembung Pembiasan pada lensa cembung
Pembiasan pada lensa cembung
 
Rumus optika geometri
Rumus optika geometriRumus optika geometri
Rumus optika geometri
 
Percobaan pembiasan pada lensa cembbung
Percobaan pembiasan pada lensa cembbungPercobaan pembiasan pada lensa cembbung
Percobaan pembiasan pada lensa cembbung
 
Laporan sifat lensa dan cacat bayangan
Laporan sifat lensa dan cacat bayanganLaporan sifat lensa dan cacat bayangan
Laporan sifat lensa dan cacat bayangan
 
Sifat lensa
Sifat lensaSifat lensa
Sifat lensa
 
lensa cembung dan cekung
lensa cembung dan cekunglensa cembung dan cekung
lensa cembung dan cekung
 
Pembentukan bayangan pada cermin
Pembentukan bayangan pada cerminPembentukan bayangan pada cermin
Pembentukan bayangan pada cermin
 
Optik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus
Optik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokusOptik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus
Optik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus
 
Laporan lkm-go-07
Laporan lkm-go-07Laporan lkm-go-07
Laporan lkm-go-07
 
materi optika geometri fisika sma
materi optika geometri fisika smamateri optika geometri fisika sma
materi optika geometri fisika sma
 
Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)
Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)
Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)
 
Refraksi Oleh Permukaan Lengkung dan Lensa
Refraksi  Oleh Permukaan Lengkung dan LensaRefraksi  Oleh Permukaan Lengkung dan Lensa
Refraksi Oleh Permukaan Lengkung dan Lensa
 
Sudut deviasi
Sudut deviasiSudut deviasi
Sudut deviasi
 
Format laporan
Format laporanFormat laporan
Format laporan
 

Destacado

Persamaan schroedinger bebas waktu
Persamaan schroedinger bebas waktuPersamaan schroedinger bebas waktu
Persamaan schroedinger bebas waktuFani Diamanti
 
Laporan Resmi Percobaan Spektrometer
Laporan Resmi Percobaan SpektrometerLaporan Resmi Percobaan Spektrometer
Laporan Resmi Percobaan SpektrometerLatifatul Hidayah
 
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Erliana Amalia Diandra
 
Bab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodingerBab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodingerNur Yunani Yuna
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaAyuShaleha
 

Destacado (8)

Laporan cincin newton optik
Laporan cincin newton optik Laporan cincin newton optik
Laporan cincin newton optik
 
Persamaan schroedinger bebas waktu
Persamaan schroedinger bebas waktuPersamaan schroedinger bebas waktu
Persamaan schroedinger bebas waktu
 
Laporan Resmi Percobaan Spektrometer
Laporan Resmi Percobaan SpektrometerLaporan Resmi Percobaan Spektrometer
Laporan Resmi Percobaan Spektrometer
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
 
Pemisahan variabel
Pemisahan variabelPemisahan variabel
Pemisahan variabel
 
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
 
Bab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodingerBab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodinger
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
 

Similar a Interferensi Cincin Newton

3.ikatan kristal(kuliah 2)
3.ikatan kristal(kuliah 2)3.ikatan kristal(kuliah 2)
3.ikatan kristal(kuliah 2)Setiabudi Bagoes
 
Soal dan pembahasan simak ui 522
Soal dan pembahasan simak ui 522Soal dan pembahasan simak ui 522
Soal dan pembahasan simak ui 522Butikkita
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bMuhammad Ali Subkhan Candra
 
2.difraksi sinar x
2.difraksi sinar x2.difraksi sinar x
2.difraksi sinar xIrfan Rifa'i
 
persentasi tentang gelombang bunyi
persentasi tentang gelombang bunyipersentasi tentang gelombang bunyi
persentasi tentang gelombang bunyiAdi Dwi
 
Materi 04 sifat partikel dari gelombang (ii)
Materi 04   sifat partikel dari gelombang (ii)Materi 04   sifat partikel dari gelombang (ii)
Materi 04 sifat partikel dari gelombang (ii)FauzulAreUzura
 
Pembahasan Mengenai Getaran dalam Zat Padat
Pembahasan Mengenai Getaran dalam Zat PadatPembahasan Mengenai Getaran dalam Zat Padat
Pembahasan Mengenai Getaran dalam Zat PadatAthallahIhsanulArta
 
Rpp ipa berkarakter kd 3.1 kls 9
Rpp ipa berkarakter kd 3.1  kls 9Rpp ipa berkarakter kd 3.1  kls 9
Rpp ipa berkarakter kd 3.1 kls 9Mustahal SSi
 
Bab 24 hukum coulomb
Bab 24 hukum coulombBab 24 hukum coulomb
Bab 24 hukum coulombalfianrizqi4
 
Struktur Atom Presentation
Struktur Atom PresentationStruktur Atom Presentation
Struktur Atom Presentationhafizona
 
Senyawa berikatan ion
Senyawa berikatan ionSenyawa berikatan ion
Senyawa berikatan ionDwi Karyani
 
Materi listrik statis
Materi listrik statisMateri listrik statis
Materi listrik statisari sudibjo
 

Similar a Interferensi Cincin Newton (20)

3.ikatan kristal(kuliah 2)
3.ikatan kristal(kuliah 2)3.ikatan kristal(kuliah 2)
3.ikatan kristal(kuliah 2)
 
Soal dan pembahasan simak ui 522
Soal dan pembahasan simak ui 522Soal dan pembahasan simak ui 522
Soal dan pembahasan simak ui 522
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
 
3.medan listrik-baru
3.medan listrik-baru3.medan listrik-baru
3.medan listrik-baru
 
2.difraksi sinar x
2.difraksi sinar x2.difraksi sinar x
2.difraksi sinar x
 
persentasi tentang gelombang bunyi
persentasi tentang gelombang bunyipersentasi tentang gelombang bunyi
persentasi tentang gelombang bunyi
 
Bab7
Bab7Bab7
Bab7
 
Materi 04 sifat partikel dari gelombang (ii)
Materi 04   sifat partikel dari gelombang (ii)Materi 04   sifat partikel dari gelombang (ii)
Materi 04 sifat partikel dari gelombang (ii)
 
Fisika modern
Fisika modernFisika modern
Fisika modern
 
UMPTN Fisika 1995 Rayon B Kode 62
UMPTN Fisika 1995 Rayon B Kode 62UMPTN Fisika 1995 Rayon B Kode 62
UMPTN Fisika 1995 Rayon B Kode 62
 
Mp listrik statis
Mp listrik statisMp listrik statis
Mp listrik statis
 
Pembahasan Mengenai Getaran dalam Zat Padat
Pembahasan Mengenai Getaran dalam Zat PadatPembahasan Mengenai Getaran dalam Zat Padat
Pembahasan Mengenai Getaran dalam Zat Padat
 
Rpp ipa berkarakter kd 3.1 kls 9
Rpp ipa berkarakter kd 3.1  kls 9Rpp ipa berkarakter kd 3.1  kls 9
Rpp ipa berkarakter kd 3.1 kls 9
 
Fisika modern
Fisika modernFisika modern
Fisika modern
 
Bab 24 hukum coulomb
Bab 24 hukum coulombBab 24 hukum coulomb
Bab 24 hukum coulomb
 
Fisika atom bab 8
Fisika atom bab 8Fisika atom bab 8
Fisika atom bab 8
 
Struktur Atom Presentation
Struktur Atom PresentationStruktur Atom Presentation
Struktur Atom Presentation
 
UMTPN Fisika 2000 Rayon C 22
UMTPN Fisika 2000 Rayon C 22UMTPN Fisika 2000 Rayon C 22
UMTPN Fisika 2000 Rayon C 22
 
Senyawa berikatan ion
Senyawa berikatan ionSenyawa berikatan ion
Senyawa berikatan ion
 
Materi listrik statis
Materi listrik statisMateri listrik statis
Materi listrik statis
 

Más de GGM Spektafest

Laporan Lensa dan Cermin
Laporan Lensa dan CerminLaporan Lensa dan Cermin
Laporan Lensa dan CerminGGM Spektafest
 
Polarisasi Prisma (O3)
Polarisasi Prisma (O3)Polarisasi Prisma (O3)
Polarisasi Prisma (O3)GGM Spektafest
 
Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)GGM Spektafest
 
Laporan Tetapan Pegas dab Grafitas
Laporan Tetapan Pegas dab GrafitasLaporan Tetapan Pegas dab Grafitas
Laporan Tetapan Pegas dab GrafitasGGM Spektafest
 
Laporan Pesawat Atwood
Laporan Pesawat AtwoodLaporan Pesawat Atwood
Laporan Pesawat AtwoodGGM Spektafest
 
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)GGM Spektafest
 
Cover Fisika Dasar 1 ITENAS
Cover Fisika Dasar 1 ITENASCover Fisika Dasar 1 ITENAS
Cover Fisika Dasar 1 ITENASGGM Spektafest
 
Perpindahan panas dan distilasi sederhana
Perpindahan panas dan distilasi sederhanaPerpindahan panas dan distilasi sederhana
Perpindahan panas dan distilasi sederhanaGGM Spektafest
 
Hasil perhitungan Orifice Gas
Hasil perhitungan Orifice GasHasil perhitungan Orifice Gas
Hasil perhitungan Orifice GasGGM Spektafest
 
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1GGM Spektafest
 

Más de GGM Spektafest (19)

Laporan Lensa dan Cermin
Laporan Lensa dan CerminLaporan Lensa dan Cermin
Laporan Lensa dan Cermin
 
Polarisasi Prisma (O3)
Polarisasi Prisma (O3)Polarisasi Prisma (O3)
Polarisasi Prisma (O3)
 
Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)
 
Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)
 
Laporan Tetapan Pegas dab Grafitas
Laporan Tetapan Pegas dab GrafitasLaporan Tetapan Pegas dab Grafitas
Laporan Tetapan Pegas dab Grafitas
 
Laporan Pesawat Atwood
Laporan Pesawat AtwoodLaporan Pesawat Atwood
Laporan Pesawat Atwood
 
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)
 
Cover Fisika Dasar 1 ITENAS
Cover Fisika Dasar 1 ITENASCover Fisika Dasar 1 ITENAS
Cover Fisika Dasar 1 ITENAS
 
Perpindahan panas dan distilasi sederhana
Perpindahan panas dan distilasi sederhanaPerpindahan panas dan distilasi sederhana
Perpindahan panas dan distilasi sederhana
 
Perpan
PerpanPerpan
Perpan
 
Hasil perhitungan Orifice Gas
Hasil perhitungan Orifice GasHasil perhitungan Orifice Gas
Hasil perhitungan Orifice Gas
 
Laporan Sedimentasi
Laporan SedimentasiLaporan Sedimentasi
Laporan Sedimentasi
 
Mixing - Pencampuran
Mixing - PencampuranMixing - Pencampuran
Mixing - Pencampuran
 
Laporan penggilingan
Laporan penggilinganLaporan penggilingan
Laporan penggilingan
 
Fluidisasi Gas
Fluidisasi GasFluidisasi Gas
Fluidisasi Gas
 
Fluidisasi Cair
Fluidisasi CairFluidisasi Cair
Fluidisasi Cair
 
Laporan filter press
Laporan filter pressLaporan filter press
Laporan filter press
 
Aliran Fluida 2
Aliran Fluida 2Aliran Fluida 2
Aliran Fluida 2
 
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
 

Interferensi Cincin Newton

  • 1. I. MAKSUD 1. Mengamati dan memahami peristiwa interferensi gelombang cahaya. 2. Menentukan panjang gelombang cahaya monokromatik (bila jari-jari kelengkungan lensa diketahui) atau mengukur kelengkungan lensa dengan menggunakan cincin Newton II. ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN 1. Sumber cahaya monokromatik 2. Celah kalimator sebagai sumber cahaya 3. Lensa plankonveks (L) 4. Keping gelas planparalel (G) 5. Teropong geser yang disertai skala ukur 6. Kaca dengan cermin beserta statipnya III. TEORI R L P dk G Q Xk Gambar 1. Lensa plankonveks L (lihat gambar 1) diletakkan diatas keping gelas planparalel G, maka diantara L dan G terbentuk lapisan udara. Jika berkas cahaya yang sejajar dan monokromatik dating tegak lurus pada permukaan yang datar dan lensa L, maka antara cahaya yang dipantulkan di P dan di Q akan terjadi interferensi.
  • 2. Interferensi tersebut dapat saling memperkuat (konstruktif) atau saling mematikan (destruktif). Hal tersebut di atas tergantung pada beda fase dari cahaya-cahaya yang dipantulkan di P dan di Q. Beda fase ini disebabkan karena adanya selisih lintasan dari cahaya yang dipantulkan di P dan di Q, juga karena adanya pembalikan fasa dari cahaya yang dipantulkan di Q. Interferensi yang konstruktif menghasilkan cincin yang terang, sedangkan destruktif mjenghasilkan cincin yang gelap. Cincin-cincin yang terbentuk dari kedua peristiwa ini disebut cincin-cincin Newton. Untuk cincin-cincin yang gelap harus dipenuhi persamaan : 2 dk= k λ .................................................................................................(1) Untuk cincin-cincin yang terang harus dipenuhi persamaan : λ 2 dk = ( 2k + 1 ) ……………………………..................……………... (2) 2 Dengan: k = 0, 1, 2, 3,…… orde dari cincin dimulai dari titik nol). dk = tebal lapisan udara pada cincin ke – k λ = panjang gelombang monokromatik Bila R adalah jari-jari kelengkungan lensa dan d k << R, maka dengan pendekatan diperoleh, untuk jari-jari cincin gelap (x) : d x = x 2R Persamaan (1) dapat dituliskan sebagai berikut : X k2 = kRλ ………………......................................................…………..(3) Dengan Xk adalah jari-jari gelap ke-k. Untuk menghitung dengan teliti dapat dipakai selisih jari-jari cincin ke-k dan cincin yang ke (k + 4), maka didapatkan : X k2+ 4 − X k2 λ= …………………………........................................…….(4) 4R Xk dan Xk+4 dapat diukur dan jika R diketahui, maka λ dapat ditentukan, sebaliknya bila yang diketahui λ1 maka R dapat dihitung.
  • 3. Catatan tambahan : • Interferensi adalah interaksi antara dua gelombang atau lebih yang mempengaruhi suatu bagian dalam medium yang sama atau perpaduan dua gelombang atau lebih yang menghasilkan gelombang baru. • Pada percobaan ini cahaya yang digunakan adalah cahaya kohern yang memiliki amplitudo yang tetap serta fasa dan panjang gelombang yang sama. • Cahaya Monokromatik adalah Cahaya yang hanya memiliki satu panjang gelombang atau warna saja. • Cahaya Polykromatik adalah Cahaya yang memiliki banyak panjang gelombang atau warna. • Cincin Newton terbentuk karena adanya penyerapan sinar atau akibat adanya interferensi gelombnag cahaya yang bersifat konstruktif dan destruktif, dimana interferensi yang bersifat konstruktif membentuk cincin terangbdan interferensi yang bersifat destruktif menghasilkan cincin gelap, Untuk lebih spesifik lagi penjelasannya seperti dibawah ini : Mata Sinar R L P dk G Q Xk (a) (b) Sinar cahaya Natrium yang datang ke titik P kemudian akan diteruskan ke titik Q, oleh karena adanya selisih udara dk maka akan terjadi interferensi diantara kedua
  • 4. titik tersebut sehingga menciptakan cincin terang ( konstruktif ) dan cincin gelap ( destruktif ). Cincin – cincin tersebut terbentuk karena adanya perbedaan fasa yang berlawanan diantara titik P dan Q. Seperti yang terlihat pada gambar ( b ) pada titik P berfasa Π ( 180° ) sedangkan pada titik Q berfasa 2Π ( 360° ) sehingga dengan demikian terlihat disini bahwa di titik P mempunyai panjang gelombang ½ λ dan di titik Q mempunyai panjang gelombang λ. Di titik Q perbedaan fasa menyebabkan amplitudenya saling mengurangi sehingga tercipta cincin gelap sedangkan di titik P yang berharga positif membentuk cincin terang. • Pada percobaan ini tidak dignakan sinar putih ( polykromatis ) karena pada percobaan ini satu warna saja ( Natrium berwarna merah ) akan menghasilkan satu cincin apalagi warna putih yang terdiri atas beberapa warna ( me-ji-ku-hi-bi-ni-u ) akan menghasilkan banyak cincin yang akan bertumbuk sehingga tidak dapat dilakukan pengamatan karena setiap cincin memiliki jari – jari yang berbeda – beda. • Penurunan Nst dan delta alat ukur pada percobaan Cincin Newton : 1 Skala Utama = 0,1 cm 1 putaran = 100 Skala Bantu 1 Skala Utama = 100 Skala Bantu 1 1 Nst = x Skala utama = x 0,1 cm = 0,001 cm 100 100 1 ∆= x Nst = 0,0005 cm 2 • Pengamatan yang dilakukan harus tegak lurus karena apabila tidak tegak lurus cincin yang tertangkap akan buram atau malah tidak akan terbentuk cincin Newton. IV. TUGAS PENDAHULUAN (dikumpulkan sebelum praktikum) 1. Buktikan rumus (1) dan (2). 2. Turunkan rumus (3)
  • 5. 3. Jika lapisan udara antara lensa L dan keeping gelas G diganti dengan lapisan zat cair dengan indeks bias n, bagaimanakah bentuk rumus (2) dan (3) ? 4. Pada pusat 0 (gambar 1) terjadi interferensi yang kontruktif atau destruktif? Jelaskan! 5. Bagaimanakah bentuk rumus (4) untuk harga kombinasi yang lain misalnya k dengan (k+3) dan sebagainya. 6. Berapakah panjang gelombang sinar kuning lampu Natrium dan apa satuannya? (lihat dari tabel) Jawaban : 1. Rumus 1 : 2 dk = k λ λ Rumus 2 : 2 dk = ( 2k + 1 ) 2 Untuk gelombang cahaya yang fasanya sama ( interferensi Konstruktif ) 2 Xk  Diketahui : λ = λ k R = X k 2 ……………………..(1) kR Dari persamaan indeksnya ; 2 X 2 dk = k dk 2 R = X k ………………….…..(2) 2R Dari persamaan (1) dan (2) didapat persamaan : λ k R = dk 2 R 2 dk = k λ ( persamaan (1) di modul terbukti ) 2 1 X  Diketahui : λ= k 2 R 2 2 1 Xk 2X k λ= λ= 2 (2k + 1) R (2k + 1) R 2 X k = ( 2k + 1 ) λ R 2 R X k = ( 2k + 1 ) λ 2 ……………………….…..(3) 2 Dari persamaan (3) dan (2) didapat persamaan : R ( 2k + 1 ) λ = dk 2 R 2
  • 6. λ 2 dk = ( 2k + 1 ) ( persamaan (2) di modul terbukti ) 2 2 Xk 2. Rumus 3 : 2 Xk = k R λ ; d k = …………………………..…..(1) 2R dk X = k 2 dk = k λ ………………………(2) Xk 2R Dari persamaan (1) dan (2) disubstitusikan : 2 2 2( X k ) (X k ) = k λ = k λ Xk = k R λ 2 2R R ( terbukti ) λ λ 3. Rumus 2 : 2 dk = ( 2k + 1 ) 2 n dk = ( 2k + 1 ) 2 2 Rumus 3 : X k = k R λ n Xk =kR λ 2 2 4. Pada pusat cincin terjadi interferensi yang konstruktif dan destruktif karena sinar monokromatik yang dating melalui celah kolimator memiliki fasa sama dan ada pula fasa yang berlawanan. Cahaya dengan fasa yang sama menghasilkan interferensi konstruktif dan yang fasanya berlawanan akan menghasilkan interferensi destruktif. X k2+ 4 − X k2 5. Diketahui : λ = 4R Untuk harga kombinasi yang lain misalnya k dengan k + 3 maka bentuk rumus adalah sebagai berikut : X k2 ; Xk = k Rλ 2 Cincin k ;λ= kR X k2+3 ; λ= ; X k +3 = ( k+3 ) R λ 2 Cincin ( k+3 ) (k + 3) R X k +3 - X k = ( k+3 ) R λ - k R λ = k R λ + 3 R λ - k R λ 2 2 X k2+ 3 − X k2 λ= 2 2 Untuk k dengan ( k + 3 ) = X k +3 - X k = 3 R 3R
  • 7. X k2+5 − X k2 λ= 2 2 Untuk k dengan ( k + 5 ) = X k +5 - X k = 3 R 5R X k2+ n − X k2 λ= 2 2 Untuk k dengan ( k + n ) = X k +n - X k = 3 R nR 6. Panjang gelombang sinar kuning lampu natrium adalah 5890 Ǻ 5890 Ǻ = 5890 x 10 -10 m = 5,89 10 -7 m V. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN Cermin Celah Kolimator Teropong ukur Lampu Na Lensa L Keping gelas G Cincin interferensi yang tampak dari atas lensa . Gambar 2. 1. Susunlah alat-alat percobaan seperti pada gambar 2. 2. Nyalakan lampu Natrium yang dipergunakan sebagai sumber cahaya monokromatis. 3. Aturlah letak lensa dan cermin agar sinar-sinar dating pada permukaan datar dan lensa L betul-betul tegak lurus. 4. Cari dengan mata adanya cincin Newton yang terjadi antara lensa dan keping gelas. 5. Lihat bayangan cincin melalui cincin datar
  • 8. 6. Aturlah letak teropong agar dapat digunakan untuk mengamati cincin dengan jelas. 7. Usahakan agar tengah-tengah daerah ukur teropong berada di pusat cincin- cincin itu. 8. Pada kedudukan alas yang tetap, geserkan teropong dengan uliran yang tersedia, sehingga garis silang teropong berimpit dengan tepi kiri cincin paling kiri akan diamati. Catat kedudukan ini dalam table. 9. Geserkan teropong dengan uliran sehingga garis silang teropong berhimpit dengan tepi kiri cincin berikutnya, lakukan hal ini untuk cincin berikutnya. 10. Dengan arah pergeseran yang terus ke kanan, amati sekarang tepi kanan dari cincin yang sama ( saat garis silang teropong telah melewati pusat cincin Newton ). Catat kedudukan-kedudukan ini. 11. Ulangi lagi pengukuran seperti langkah V.7 sampai V.9 tetapi dimulai dari tepi kanan cincin. Pengukuran dari kiri ke kanan dipisahkan dari pengukuran kanan ke kiri. Tanyakan pada asisten, beberapa jumlah cincin gelap yang harus diamati. 12. Buatlah tabel pengamatan dari perhitungan seperti berikut : Cincin Tepi Tepi 2Xk Xk Xk2 Xk+42 – Xk2 R Ke Kiri Kanan 3 7 4 8 5 9 λNatrium = Kedudukan pusat cincin D = 13. Panjang gelombang lampu Natrium dicari di literatur (tabel). VI. DATA PENGAMATAN 1. Data Ruang
  • 9. Keadaan Tekanan ( cmHg ) Suhu ( ˚C ) Kelembaban ( % ) Awal Percobaan ( 6,8300 ± 0,0005 ) 10 ( 2,40 ± 0,05 ) 10 ( 6,30 ± 0,05 ) 10 Akhir Percobaan ( 6,8700 ± 0,0005 ) 10 ( 2,50 ± 0,05 ) 10 ( 6,80 ± 0,05 ) 10 2. Data Percobaan Cincin ke - Tepi Kiri ( cm ) Tepi Kanan ( cm ) 3 ( 1,3640 ± 0,0005 ) ( 1,1360 ± 0,0005 ) 7 ( 1,8260 ± 0,0005 ) ( 6,364 ± 0,005 ) 10 -1 4 ( 1,6420 ± 0,0005 ) ( 8,830 ± 0,005 ) 10 -1 8 ( 1,8720 ± 0,0005 ) ( 6,790 ± 0,005 ) 10 -1 5 ( 1,7700 ± 0,0005 ) ( 7,480 ± 0,005 ) 10 -1 9 ( 1,8960 ± 0,0005 ) ( 5,980 ± 0,005 ) 10 -1 VII. PENGOLAHAN DATA Rumus – rumus yang digunakan : tepikanan + tepikiri ∆tepikanan + ∆tepikiri  Xk = ; ∆X k = 2 2  2 Xk ; ∆2 X k = 2∆X k ∂X k2 ; ∆X k = ∆X k = 2 X k ∆X k 2 2  Xk ∂X k  X k +4 − X k 2 2 ; ∂ X k +4 − X k 2 2 ∂ X k +4 − X k 2 2 ∆X 2 k +4 −X 2 k = ∆ k +4 + X ∆ k X ∂ k +4 X ∂ k X = 2 X k +4 ∆ k +4 + 2 X k ∆ k X X X k +4 − X k2 2 ∂R ∂R ∂R  R= ; ∆ =∂ R ∆ k +4 + X ∆ k + X ∆λ 4λ X k +4 ∂ k X ∂λ 2 X k +4 2X k = ∆X k +4 + ∆X k 4λ 4λ
  • 10. R = ∑R ; ∆R = ∑ ∆R 3 3 Perhitungan : 1. Menghitung X k 1,136 +1,364 0,0005 + 0,0005 X3 = =1,25 cm ; ∆X 3 = = 0,0005 cm 2 2 Angka Pelaporan : ( 1,2500 ± 0,0005 ) cm 0,643 +1,826 0,0005 + 0,0005 X7 = = 1,23 cm ; ∆X 7 = = 0,0005 cm 2 2 Angka Pelaporan : ( 1,2300 ± 0,0005 ) cm 0,883 +1,642 0,0005 + 0,0005 X4 = = 1,26 cm ; ∆X 4 = = 0,0005 cm 2 2 Angka Pelaporan : ( 1,2600 ± 0,0005 ) cm 0,679 +1,872 0,0005 + 0,0005 X8 = = 1,28 cm ; ∆X 8 = = 0,0005 cm 2 2 Angka Pelaporan : ( 1,2800 ± 0,0005 ) cm 0,748 +1,770 0,0005 + 0,0005 X5 = = 1,259 cm ; ∆X 5 = = 0,0005 cm 2 2 Angka Pelaporan : ( 1,2690 ± 0,0005 ) cm 0,598 +1,890 0,0005 + 0,0005 X9 = =1,244 cm ; ∆X 9 = = 0,0005 cm 2 2 Angka Pelaporan : ( 1,2440 ± 0,0005 ) cm 2. Menghitung 2 X k 2 X 3 = 2 ( 1,25 )= 2,5 cm ; ∆2 X 3 = 2∆X 3 = 2 0,0005 = 0,001 cm Angka Pelaporan : ( 2,5000 ± 0,0010 ) cm 2 X 7 = 2 ( 1,23 )= 2,46 cm ; ∆2 X 7 = 2∆X 7 = 2 0,0005 = 0,001 cm Angka Pelaporan : ( 2,4600 ± 0,0010 ) cm 2 X 4 = 2 ( 1,26 )= 2,52 cm ; ∆2 X 4 = 2∆X 4 = 2 0,0005 = 0,001 cm
  • 11. Angka Pelaporan : ( 2,5200 ± 0,0010 ) cm 2 X 8 = 2 ( 1,28 )= 2,56 cm ; ∆2 X 8 = 2∆X 8 = 2 0,0005 = 0,001 cm Angka Pelaporan : ( 2,5600 ± 0,0010 ) cm 2 X 5 = 2 ( 1,259 )= 2,518 cm ; ∆2 X 5 = 2∆X 5 = 2 0,0005 = 0,001 cm Angka Pelaporan : ( 2,5180 ± 0,0010 ) cm 2 X 9 = 2 ( 1,244 )= 2,488 cm ; ∆2 X 9 = 2∆X 9 = 2 0,0005 = 0,001 cm Angka Pelaporan : ( 2,4880 ± 0,0010 ) cm 2 3. Menghitung X k X 3 = ( 1,25 )2 = 1,563 cm2 ; ∆X 3 == 2 X 3 ∆X 3 = 2,5 0,0005 = 0,00125 cm2 2 2 Angka Pelaporan : ( 1,5630 ± 0,0013 ) cm2 X 7 = ( 1,23 )2 = 1,513 cm2 ; ∆X 7 == 2 X 7 ∆X 7 = 2,43 0,0005 = 0,001215 2 2 cm2 Angka Pelaporan : ( 1,5130 ± 0,0012 ) cm2 X 4 = ( 1,26 )2 = 1,588 cm2 ; ∆X 4 = 2 X 4 ∆X 4 = 2,52 0,0005 = 0,00126 cm2 2 2 Angka Pelaporan : ( 1,5880 ± 0,0013 ) cm2 X 8 = ( 1,28 )2 = 1,638 cm2 ; ∆X 82 = 2 X 8 ∆X 8 = 2,56 0,0005 = 0,00128 cm2 2 Angka Pelaporan : ( 1,6380 ± 0,0013 ) cm2 X 4 = ( 1,259 )2 = 1,585 cm2 ; ∆X 5 == 2 X 5 ∆X 5 = 2,518 0,0005 = 0,00125 2 2 cm2 Angka Pelaporan : (1,5850 ± 0,0013 ) cm2 X 9 = ( 1,244 )2 = 1,548 cm2 ; ∆X 9 == 2 X 9 ∆X 9 = 1,244 0,0005 = 0,00112 2 2 cm2 Angka Pelaporan : (1,5480 ± 0,0011 ) cm2 4. Menghitung X k +4 − X k 2 2 X 7 − X 3 = 1,513 −1,563 = 0,05 2 2 cm2
  • 12. ∆ X 7 − X 3 = 2,46 0,0005 + 2,5 0,0005 = 0,000248 2 2 cm2 Angka Pelaporan : (5,00 ± 0,25 ) 10 -2 cm2 X 8 − X 4 = 1,638 −1,588 = 0,05 2 2 cm2 ∆ X 8 − X 4 = 2,56 0,0005 + 2,52 0,0005 = 0,000254 2 2 cm2 Angka Pelaporan : (5,00 ± 0,25 ) 10 -2 cm2 X 9 − X 5 = 1,548 −1,584 = 0,037 2 2 cm2 ∆ X 9 − X 5 = 2,488 0,0005 + 2,518 0,0005 = 0,002503 2 2 cm2 Angka Pelaporan : (3,70 ± 0,25 ) 10 -2 cm2 5. Menghitung R 0,05 R1 = = 212,22 cm ; 0,0002356 2,46 2,5 ∆ 1 = R 0,0005 + 0,0005 =5,22 +5,306 =10,526 0,0002356 0,0002356 cm Angka Pelaporan : (2,12 ± 0,11 ) 10 2 cm 0,05 R2 = = 212,22 cm ; 0,0002356 2,56 2,52 ∆ 2 = R 0,0005 + 0,0005 = 5,433 +5,348 =10,781 0,0002356 0,0002356 cm Angka Pelaporan : (2,12 ± 0,11 ) 10 2 cm 0,037 R3 = = 157,046 cm ; 0,0002356 2, 488 2,518 ∆ 3 = R 0,0005 + 0,0005 = 5,28 +5,343 =10,623 0,0002356 0,0002356 cm Angka Pelaporan : (1,57 ± 0,11 ) 10 2 cm
  • 13. 5. Menghitung R R = ∑R = 212,22 + 212,22 + 157,046 = 193,829 cm 3 3 ∆∑R 10,526 +10,781 +10,623 ∆R = = = 10,6433 3 3 Angka Pelaporan : (1,94 ± 0,11 ) 10 2 cm VIII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN 1. Hitunglah diameter tiap-tiat cincin yang diamati. 2. Hitunglah jari-jari tiap cincin. 3. Ambilah pasangan-pasangan cincin, misalnya cincin ke k dengan k + 4 k + 1 dengan k + 5 k + 2 dengan k + 6, dst. Kemudian hitunglah jari-jari lengkung lensa untuk masing-masing pasangan dengan rumus (4). 4. Hitunglah jari-jari lengkungan lensa rata-rata. 5. Apakah akibatnya bila sinar-sinar dating tidak tegak lurus pada permukaan datar dari lensa L? Terangkan! 6. Jika pada percobaan ini digunakan sinar putih, apakah yang akan terjadi? Terangkan! 7. Mengapa cincin ke-0, 1, 2 dan 3 tidak digunakan dalam percobaan ini? Terangkan! 8. Apa akibatnya bila pengamatan dilakukan dengan menggeser teropong kearah kiri kemudian kea rah kanan? Jawaban : 1. Sudah dilakukan di pengolahan data 2. Sudah dilakukan di pengolahan data 3. Sudah dilakukan di pengolahan data
  • 14. 4. Sudah dilakukan di pengolahan data 5. Bila sinar tidak datang tegak lurus pada permukaan datar dari lensa, maka cahaya yang dipantulkan di P dan Q tidak menghasilkan interferensi. Hal ini menyebabkan cincin newton kurang dapat terlihat jelas. 6. Jika yang digunakan adalah sinar putih yang merupakan cahaya polykromatik maka sinar putih tersebut akan menghasilkan beberapa cincin newton yang akan bertumpuk sehingga pengamatan tidak dapat dilakukan. 7. Terdapat beberapa penyebab cincin 0, 1, dan 2 tidak digunakan, antara lain :  Batas antara gelap dan terang pada cincin tersebut tidak terlalu tajam ( jelas ) terlihat pada cincin 0,1 dan 2 melainkan mengumpul ( bersatu ) sehingga tidak dapat dibedakan gelap terangnya.  Jari – jari cincin tersebut sangat kecil, sehingga tidak dapat dilihat oleh mata baik melalui teropong maupun langsung dengan mata kita.  Lapisan udara pada cincin tersebut sangat tipis, sehingga beda lintasan antara 2 sinar yang berinterferensi sangat kecil 8. Bila pengamatan dilakukan dengan menggeser teropong ke arah kiri kemudian ke arah kanan, maka cincin yang kita amati lebih mudah dilakukan sebab berurutan. IX. ANALISA Setelah melakukan percobaan diatas maka terdapat beberapa hal yang perlu dianalisa yaitu sebagai berikut : 1. Dari percobaan didapat diameter dari cincin yang relatif sama hanya berselisih 0,06 cm. Hal ini disebabkan ketidaktepatan dalam meletakkan garis silang teropong karena jarak antar cincin yang cukup dekat. Kesalahan juga disebabkan karena cincin yang didapat dalam percobaan ini kurang jelas dan berukuran kecil sehingga sulit melihat dan menentukan letak titik lintasan.
  • 15. 2. Jari – jari masing – masing cincin yang didapat juga relatif sama, perbedaan hanya sekitar 0,03 cm. Faktor penyebab kesalah ini sama seperti nomor 1. 3. Kesalahan pengamatan juga dapat disebabkan lelahnya mata yang melihat celah kolimator secara terus menerus. Cincin 0,1,2 tidak digunakan karena cincin 0,1,2 selisih jaraknya satu sama lain sangatlah kecil sehingga dianggap berhimpit dengan cincin 3, sedangkan cincin ke 6 berhimpit dengan cincin ke 7 Jari jari kelengkungan lensa yang didapatkan sangatlah besar sangat tidak sebanding dengan jari jari kelengkungan lensa seperti yang terlihat sebenarnya. Itu karena yang diukur bukan jari jari kelengkungan lensa yang sebenarnya, akan tetapi merupakan pembiasannya. X. KESIMPULAN Setelah melakukan percobaan diatas maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut : 1. Interferensi merupakan peristiwa penggabungan dua gelombang atau lebih yang menghasilkan gelombang baru. 2. Cahaya yang dapat mengalami interferensi adalah cahaya kohern, yaitu cahaya yang memiliki beda fasa, frekuensi dan amplitudo yang tetap. 3. Pada percobaan ini, cincin akan terlihat apabila cahaya natrium sebagai sumber cahaya, cermin, teropong dan lensa dalam posisi tegak lurus. 4. Cincin gelap terbentuk karena interferensi destruktif ( saling menghilangkan ) sedangkan cincin terang terbentuk karena interferensi konstruktif ( saling menguatkan ).
  • 16. 5. Cahaya monokromatik adalah cahaya yang memiliki hanya satu panjang gelombang atau warna saja sedangkan polykromatik adalah cahaya yang memiliki banyak panjang gelombang atau warna. XI. DAFTAR PUSTAKA Team. 2004. Modul Praktikum Fisika Dasar. Bandung : Laboratorium Fisika Dasar – ITENAS. Tyler. A Laboratory manual of Physics. Erward Arnold, 1967.