Dokumen tersebut membahas tentang perpindahan panas sederhana dan distilasi sederhana. Pada percobaan perpindahan panas, akan diukur pengaruh arah aliran dan laju alir fluida terhadap koefisien perpindahan panas menyeluruh dengan menggunakan alat kondensor pipa ganda. Sedangkan pada percobaan distilasi, akan ditentukan komponen-komponen yang terkandung dalam bensin cuci dengan melakukan proses dist
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang suhunya
berbeda disinggungkan maka akan terjadi perpindahan energi. Proses dimana transport
energi itu berlangsung disebut perpindahan panas. Boleh dikatakan hampir semua operasi
dalam industri kimia yang dilaksanakan oleh seorang sarjana teknik kimia melibatkan
pembangkitan atau penyerapan energi dalam bentuk kalor atau panas.
Perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari sering kali terjadi. Sebagai contoh
ketika kita mendinginkan air panas di dalam sebuah gelas. Kalor berpindah dari satu arus
fluida ke arus fluida lain baik itu melibatkan perubahan fasa atau tidak melibatkan
perubahan fasa. Dalam kondisi tersebut, kedua arus dipisahkan oleh suatu dinding
pemisah, yang berfungsi sebagai permukaan perpindahan kalor.
Dalam percobaan ini akan dicari pengaruh arah alirandan laju alir fluida yang
akan digunakan terhadap harga koefisien perpindahan kalor menyeluruh.
Distilasi adalah suatu proses dimana zat cair dipanaskan hingga titik didihnya dan
mengalirkan uap ke dalam alat pendingin yang disebut kondensor dan mengumpulkan
hasil pengembunan sebagai distilat (hasil distilasi).
Di dalam industri kimia proses distilasi ini digunakan untuk memisahkan dua
atau lebih komponen dalam larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya..Campuran
kedua fasa yaitu fasa uap dan cair tersebut kemudian menghasilkan komponen yang lebih
murni dari proses kondensasi.
Dalam percobaan ini distilasi dilakukan untuk mengetahui komponen-komponen
yang terdapat di dalam bensin cuci.
2. 1.2. Tujuan
1.2.1. Perpindahan Panas Sederhana
- Menentukan koefisien perpindahan panas menyeluruh (U)
- Menentukan pengaruh laju alir fluida dingin terhadap harga koefisien
perpindahan panas menyeluruh (U)
1.2.2. Distilasi Sederhana
- Menentukan komponen-komponen yang terdapat di dalam bensin cuci
- Menentukan % kehilangan massa dari distilasi
1.3. Ruang Lingkup
1.3.1. Perpindahan Panas Sederhana
- Penggunaan alat kondensor dengan pendekatan pipa ganda arah aliran fluida
secara counter current dan co current
- Perpindahan panas dapat berlangsung secara konduksi dan koveksi
1.3.2. Distilasi Sederhana
- Pengkajian efektivitas pemisahan pada suatu campuran. Dalam kasus di
percobaan ini dilakukan distilasi dengan menggunakan bensin cuci yang
memiliki komposisi pentana ke atas.
3. BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perpindahan panas sederhana
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu
daerah ke daerah yang lainnya akibat adanya perbedaan temperatur. Panas selalu
berpindah ke tempat yang temperatur lebih rendah dari tempat semula. Perpindahan
panas dapat terjadi dengan 3 cara:
Konduksi (Conduction atau Hantaran)
Konduksi adalah perpindahan panas tanpa disertai gerakan zat. Dalam konduksi
panas melalui padatan, molekul-molekul yang dilalui panas tetap ditempatnya dan tidak
bergerak. Konduksi merupakan juga proses dimana panas mengalir dari daerah yang
bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat, cair
atau gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung.
Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena hubungan
molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup besar. Menurut teori
kinetik, suhu elemen suatu zat sebanding dengan energi kinetik rata-rata molekul-molekul yang
membentuk elemen itu. Energi yang dimiliki oleh suatu elemen zat yang disebabkan oleh
kecepatan dan posisi relatif molekul-molekulnya disebut energi dalam.
Jadi, semakin cepat molekul-molekul bergerak, semakin tinggi suhu maupun
energi-dalam elemen zat. Bila molekul-molekul di satu daerah memperoleh energi kinetik
rata-rata yang lebih besar daripada yang dimiliki oleh molekul-molekul di suatu daerah yang
berdekatan, sebagaimana diwujudkan oleh adanya beda suhu, maka molekul-molekul yang
memiliki energi yang lebih besar itu akan memindahkan sebagian energinya kepada
molekul-molekul di daerah yang suhunya lebih rendah.
Contoh paling umum dalam konduksi ini adalah perpindahan kalor dalam zat
padat buram yang tidak tembus cahaya seperti dinding bata pada tungku dan dinding
logam pada tabung.
4. Hubungan dasar dari aliran kalor melalui konduksi dapat dinyatakan dengan hokum
fourier :
dn
dT
k
dA
dq
.−= ……………………………………………………(1)
X
TwhTwc
k
dA
dq )(
.
−
−= …………………………………………(2)
Dimana :
A = luas permukaan isothermal
q = laju alir kalor
k = konstanta proporsionalitas
Twc – Twh = beda suhu melintas dinding tabung
Konveksi (Convection atau ilian)
Konveksi adalah perpindahan panas dikarenakan adanya gerakan molekul –
molekul zat. Konveksi juga merupakan proses transport energi dengan kerja gabungan
dari konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur. Konveksi sangat
penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan
cairan atau gas. Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang
suhunya di atas suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama,
panas akan mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel-partikel fluida
yang berbatasan.
Energi yang berpindah dengan cara demikian akan menaikkan suhu dan energi-
dalam partikel-partikel fluida ini. Kemudian partikel-partikel fluida tersebut akan ber-
gerak ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam fluida dimana mereka akan ber-
campur dengan, dan memindahkan sebagian energinya kepada, partikel-partikel fluida.
Konveksi terdiri dari 2 jenis :
1. konveksi alamiah, yang disebabkan perbedaan densitas
2. konveksi paksa, yang disebabkan oleh adanya usaha dari luar terhadap fluida.
5. Persamaan umum yang digunakan yaitu hokum Newton :
TU
dA
dq
∆= . ………………………………………………………(3)
Dimana :
U = koefisien perpindahan panas keseluruhan
∆T = perbedaan suhu
Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas tanpa zat perantara dan biasanya berlangsung
pada suhu tinggi. Radiasi juga merupakan proses dimana panas mengalir dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rcndah bila benda-benda itu terpisah di dalam
ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut. Istilah
"radiasi" pada umumnya dipergunakan untuk segala jenis gelombang elektromagnetik,
tetapi di dalam ilmu perpindahan-panas kita hanya perlu memperhatikan hal yang
diakibatkan oleh suhu dan yang dapat mengangkut energi melalui medium yang tembus
cahaya atau melalui ruang.
Semua henda memancarkan panas radiasi secara terus-menerus. Intensitas
pancaran tergantung pada suhu dan sifat permukaan. Energi radiasi bergerak dengan
kecepatan cahaya (3 X 108
m/s) dan gejala-gejalanya menyerupai radiasi cahaya.
Memang menurut teori elektromagnetik, radiasi cahaya dan radiasi termal hanya
berbeda dalam panjang gelombang masing-masing.
Panas radiasi dipancarkan oleh suatu benda dalam bentuk bacth (kumpulan)
energi yang terbatas atau quanta. Gerakan panas radiasi di dalam ruang mirip
perambatan cahaya dan dapat diuraikan dengan teori gelombang. Apabila gelombang
radiasi didekatkan dengan benda yang lain, maka energinya diserap di dekat permukaan
benda tersebut.
Jika radiasi berlangsung melalui ruang kosong dan bertemu massa, maka massa
menerimanya sebagai tambahan energi dalam.
6. ORIFICEMETER
Orificemeter merupakan suatu alat yang di gunakan untuk mengukur laju alir
fluida dengan bantuan pengukuran beda tekan pada alat manometer.
Gambar 2.1 Orificemeter
).....(....................).........(.
....
``........
12
12
21
agPP
ggPP
gHgPZgHgP
PP
AB
AB
AAAB
BA
ρρ
ρρ
ρρρρ
−∆Η=−
∆Η−∆Η=−
∆Ζ+∆+=∆+∆+
=
Persamaan Bernoulli :
Persamaan Kontinuitas
)......(...............................
..
2
2
1
1
2211
21
c
A
A
AA
QQ
νν
νν
=
=
=
).(....................
2
0
2
.
2
2
1
2
112
2
1
2
212
__2
b
FWg
νν
ρ
νν
ρ
ν
ρ
−
=
Ρ−Ρ
=
−
+
Ρ−Ρ
−−=∆Ζ+
∆
+
∆Ρ
P1
P1
A B
7. Dari Persamaan (b) dan (c)
).(..............................
]1)[(
)(2
]1)[(
)(2
2
]1)[(
2
].[
2
1
2
12
2
2
1
2
122
2
2
1
22
2
12
2
2
2
2
1
2
12
d
A
A
A
A
A
A
A
A
−
Ρ−Ρ
=
−
Ρ−Ρ
=
−
=
Ρ−Ρ
−
=
Ρ−Ρ
ρ
ν
ρ
ν
ν
ρ
νν
ρ
Dari Persamaan (a) dan (d)
∆Η=
∆Η
−
−
=
−
−∆Η
=
=
.
.
]1)[(
).(.2
.
]1)[(
)(..2
..
..
2
1
2
2
2
1
2
2
22
KQ
A
A
g
ACQ
A
A
g
ACQ
CAQ
AB
o
AB
o
o
ρ
ρρ
ρ
ρρ
ν
m = Qρ
ρ
m
Q =
sehingga :
hKm ∆= ρ
Slope=
m
8. h∆
Gambar 2.2 Kurva Kalibrasi Orificemeter
2.2 Distilasi Sederhana
Unit operasi distilasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
memisahkan komponen-komponen campuran zat cair yang berdasarkan pada distribusi
dari berbagai jenis komponen diantara fasa uap dan fasa cair. Semua komponen ada pada
kedua fasa. Fasa uap ditimbulkan dari fasa cair dengan cara penguapan pada titik
didihnya.
Alasan dasar untuk pemisahan komponen-komponen dengan distilasi adalah
komposisi uap yang berbeda dengan komposisi cair dengan keduanya berada dalam
kesetimbangan pada titik didih dari cairan. Distilasi berkaitan dengan larutan dimana
semua komponennya adalah bersifat volatile, seperti campuran amonia-air atau etanol-
air,dimana keduanya akan berada pada fasa cair
Tekanan uap adalah gaya tekan yang dimiliki setiap komponen yang
memungkinkan komponen tersebut menguap. Apabila dalam keadaan zat murni, maka
besarnya tekanan uap sama dengan tekanan parsial yang ditimbulkan ketika molekul
komponen tersebut sudah menjadi uap. Apabila cairan dan uap berada dalam keadaan
setimbang, maka dalam larutan tersebut berlaku hukum Raoult :
Pi = Pt . Xi
Dimana :
Pi = tekanan parsial komponen uap
Pt = tekanan total
Xi = fraksi mol cairan
Tekanan uap komponen berubah dengan perubahan temperatur. Semakin tinggi
temperaturnya maka tekanan uap komponennya semakin tinggi, dikarenakan molekul
komponen memiliki energi yang cukup tinggi untuk meninggalkan fasa cair dan menjadi
uap.
Distilasi dilaksanakan dalam praktek menurut salah satu dari dua metode
utamayaitu :
9. 1. Metode pertama didasarkan atas pembuatan uap dengan mendidihkan
campuran zat cair yang akan dipisahkan dan mengembunkan (kondensasi) uap
tanpa ada zat cair yang kembali ke dalam bejana didih. Jadi tidak ada refluks.
2. Metode kedua didasarkan atas pengembalian sebagian dari kondensat ke bejana
didih dalam suatu kondisi tertentu sehingga zat cair yang dikembalikan ini
mengalami kontak akrab dengan uap yang mengalir ke atas menuju
kondensor.
Masing-masing metode ini dilaksanakan dalam proses kontinu
(sinambung) maupun dalam proses tumpak (batch).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Metodologi Percobaan
Dalam percobaan “ Perpindahan panas dan Distilasi Sederhana” yang
dilakukan di laboratorium ini, metode yang dilakukan adalah :
10. * Untuk Perpindahan panas
- Dilakukan 2 kali percobaan dengan arah aliran fluida dingin yang berbeda
terhadap arah aliran fluida panas, yaitu secara counter current
( berlawanan arah) dan co-current (searah).
- Pada setiap arah aliran fluida (cunter current dan co-current) di buat
dengan variasi 4 skala pemanas (3,4,5,6) dan 4 h∆ (1,2,3,4 cm).
- Pada percobaan ini variable yang diamati adalah Temperature
(Tcin,Tcout,Thin,Thout) setiap variasi.
- Selain Temperature variable yang diukur adalah Volume distilat setiap 120
detik (2 menit).
* Untuk distilasi sederhana
- Percobaan distilasi dilakukan sebanyak 2 kali.
- Variable yang diamati pada percobaan ini adalah :
1. Temperature ketika tetesan pertama distilat
2. Volume distilat setiap kenaikan Temperature 5 o
C
3.2 Cara Kerja
• Peneraan thermometer
Es di masukkan ke dalam gelas kimia
⇓
Thermometer di celupkan sebagian
⇓
11. Mengamati dan mencatat temperatur yang terbaca pada termometer
⇓
Mengulangi percoban untuk 3 termometer lain
⇓
Melakukan percobaan yang sama untuk air mendidih dan toluene
⇓
Mencatat temperature pada waktu air dan toluene mendidih
• Peneraan Oificemeter
Mengalirkan air dari keran
⇓
Air dialirkan melalui selang ke orificemeter
⇓
Mengatur valve supaya beda ketinggian (∆h) pada orificemeter tetap
⇓
Menampung air yang keluar dari selang orificemeter dan diukur volume airnya
⇓
Mengulangi percobaan pada variasi ∆h yang lainnya
• Perpindahan panas sederhana
Menyusun alat distilasi dan mengisi labu distilasi dengan fluida ( aquadest)
⇓
Air pendingin dimasukan ke bagian anulus kondensor
⇓
Menyalakan mantel pemanas pada skala tertentu
⇓
Mengatur valve pada beda ketinggian tertentu di orificemeter
• Distilasi sederhana
12. Menyusun alat destilasi dan mengisi labu destilasi dengan bensin cuci ml250±
⇓
Menyalakan mantel pemanas sehingga bensin cuci dalam labu destilasi mendidih
⇓
Mencatat suhu pada tetesan pertama
⇓
Mengamati dan mencatat volume distilat untuk setiap kenaikan temperature 5o
C
⇓
Pemanas dimatikan jika bensin cuci dalam labu destilasi tinggal 1/3 nya
Mendinginkan bensin cuci yang tersisa (residu) dalam labu destilasi
⇓
Membuat kurva distilasi
⇓
Menghitung % kesalahan percobaan berdasarkan kesalahan alat dan neraca massa
(Percobaan dilakukan sekali lagi)
3.3 Alat dan Bahan
1. Perpindahan panas sederhana
• Alat :
o perpanjangan termometer (3 buah)
o perpanjangan kondensor (1 buah)
o labu destilasi 500 ml (1 buah)
o kondensor (1 buah)
o mantel pemanas listrik (1 buah)
o termometer 110o
C (2 buah)
o termometer 150o
C (2 buah)
o stopwatch (1 buah)
o Gelas kimia 500 ml (1 buah)
o Gelas ukur 10, 100 ml (@1buah)
o Botol semprot (1 buah)
⇓
13. o Statip dan klem (2 buah)
• bahan :
o air aquadest (250 ml)
o
2. Distilasi sederhana
• alat :
o labu destilasi 500 ml (1 buah)
o gelas ukur 100,10 ml (@1 buah)
o labu erlenmeyer tertutup 100 ml (8
buah)
o perpanjangan kondensor (1 buah)
o termometer 110o
C (1 buah)
o kondensor (1 buah)
o statif + klem (2 buah)
o jaket pemanas (1 buah)
o piknometer 10 ml (1 buah)
o gelas kimia 500 ml (1 buah)
• bahan :
o bensin cuci 500 ml
3.4 Skema Alat
3.4.1 Peneraan Termometer
statip
termometer
klem
Labu distilasi
Mantel pemanas
skala
Aquadest / toluen
14. Gambar 3.1 Rangkaian Alat Untuk Peneraan Termometer
3.4.2 Peneraan Orificemeter
Gambar 3.2 Rangakaian Alat Untuk Percobaan Peneraan orificemeter
3.4.3 Distilasi sederhana
Suplai air kran valve
manometer
raksa
Gelas ukur
Labu distilasi
statip
termometer
klem
Mantel pemanas
skala
Aquadest / toluen
15. Gambar 3.3 Rangkaian Alat Untuk Distilasi sederhana
3.4.4 Perpindahan panas
Gambar 3.4 Rangkaian Alat Untuk Percobaan Perpindahan panas
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Distilasi Sederhana
Keterangan Distilasi I Distilasi II
% volume pentana 59.72 60
% kehilangan 10.28 15
4.2 Perpindahan Panas Sederhana
4.2.1 Co-Current
Skala ∆h LMTD Ui (Kal/cm2
.s.o
C) hi (Kal/cm2
.s.o
C)
statip
termometer
klem
Mantel pemanas
skala
Aquadest / toluen
kondensor
17. 2 2.20283 0.01435 0.09481
2.5 1.86873 0.01624 0.08877
6 0.5 2.61457 0.0242 0.10153
1 3.11747 0.02249 0.10893
1.5 2.78162 0.02492 0.10408
2 2.44752 0.02525 0.09889
2.5 1.77407 0.02792 0.08694
8 0.5 2.95392 0.03009 0.10661
1 3.45507 0.0291 0.11351
1.5 3.45507 0.02986 0.11351
2 3.28802 0.03047 0.11128
2.5 2.95392 0.03109 0.10661
10 0.5 2.11167 0.03164 0.09322
1 2.44927 0.0322 0.09891
1.5 2.78687 0.02979 0.10416
2 2.95567 0.02836 0.10664
2.5 2.61982 0.03224 0.10161
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Distilasi Sederhana
Tujuan percobaan Destilasi Sederhana ini ialah dapat menentukan persen
komponen dalam bensin cuci, persen kehilangan pada percobaan ini dan dapat membuat
kurva distilasi.
Pada percobaan ini, proses destilasi dihentikan pada saat seluruh labu erlenmeyer
sudah digunakan. Dari kurva destilasi didapat bahwa komponen yang terdapat pada
bensin cuci adalah pentana yang memiliki titik didih 35.5583o
C. hal ini dikarenakan
range suhu yang digunakan antara 33o
C sampai 73o
C. Sedangkan persentase pentana yang
diperoleh adalah 59.72% pada destilasi 1 dan 60% pada destilasi 2.
Volume bensin cuci yang digunakan adalah 250 ml. Namun pada akhir percobaan
jumlah volume destilat dan residu tidak sama dengan volume awal. Hal ini disebabkan
karena adanya sebagian bensin cuci yang tertinggal di kondensor dan ada sebagian lagi
yang menguap ke lingkungan.
18. 5.1 Perpindahan Panas Sederhana
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan koefisien perpindahan panas
keseluruhan (U), pengaruh laju alir massa fluida ( m ) terhadap nilai U tersebut dan
menghitung koefisien perpindahan panas lokal (h).
Dari hasil percobaan didapat bahwa nilai U tidak dipengaruhi oleh laju alir massa
fluida. Hal ini tidak sesuai dengan literatur karena pada literatur nilai U dapat dipengaruhi
oleh laju alir massa fluida dingin. Semakin besar laju alir massa fluida maka semakin
besar pula nilai U. Penyimpangan ini dapat disebabkan karena ada sebagian destilat yang
tertinggal di anulus pada saat pendinginan sehingga massa destilat yang diperoleh tidak
akurat. Selain itu nilai ∆h yang tidak konstan yang disebabkan oleh laju alir massa fluida
dingin yang tidak konstan.
Pada percobaan ini dilakukan dua variasi arah aliran fluida yaitu Co-Current
(aliran searah) dan Counter-Current (aliran berlawanan arah). Untuk aliran Co-Current
nilai LMTD tidak dapat dihitung karena suhu fluida dingin yang keluar lebih tinggi
daripada suhu fluida panas yang keluar. Selain itu, suhu destilat yang diperoleh tidak
akurat karena pengambilan suhunya hanya dapat dilakukan di ujung adapter dimana suhu
tersebut sudah terpengaruh oleh suhu lingkungan.
Panas yang dilepaskan fluida panas tidak seluruhnya diterima oleh fluida dingin.
Padahal menurut Azas Black panas yang dilepaskan fluida panas seluruhnya diterima
oleh fluida dingin. Hal ini disebabkan karena panas yang diterima fluida dingin ada yang
lepas ke lingkungan karena sistem yang digunakan pada percobaan ini tidak benar-benar
tertutup.
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Distilasi Sederhana
Pada percobaan ini diperoleh kesimpulan bahwa komponen yang terdapat didalam
bensin cuci adalah pentana dengan komposisi:
Keterangan Distilasi I Distilasi II
% volume pentana 59.72 60
% kehilangan 10.28 15
6.2 Perpindahan Panas Sederhana
Pada percobaan ini diperoleh kesimpulan bahwa laju alir massa fluida tidak
berpengaruh terhadap koefisien perpindahan panas menyeluruh.
19. BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
McCabe,dkk .Operasi Teknik Kimia. Jilid I Erlangga
Kreith,Frank. Prinsip-prinsip Perpindahan Panas. Edisi ketiga.
Modul Praktikum Laboratorium Teknik Kimia I,ITENAS, Bandung 2005
Perry,R.H, ‘Perry’s Chemical Engineers Handbook.’, McGrawHill, Kogakusha,
Tokyo.
20. LAMPIRAN A
DATA LITERATUR
A.1 Data Titik Didih Senyawa Alkana Pada P = 745 mmHg
Senyawa Td (0
C)
Metana -161.71
Etana -89.063
Propana -42.758
Butana -1.2542
Pentana 35.5583
Heksana 68.1917
Heptana 97.55
Oktana 124.796
Nonana 149.571
Dekana 173.025
21. A.2 Data Persamaan Antoinne
Senyawa A B C
Air 183,036 3816,44 -46,13
Toluene 160,137 3096,52 -53,67
LAMPIRAN B
DATA PENGAMATAN
B.1 Data Ruang
Keadaan Ruang
Hari ke-1 Hari ke-2
Awal Akhir Awal Akhir
Temperatur (o
C) 27 28 27 28
Tekanan (mmHg) 746 744 746 748
B.2 Data Percobaan
B.2.1 Peneraan Termometer
22. Termometer
110o
C
Keadaan
Ruang
Titik Beku
Air (o
C)
Titik Didih
Air (o
C)
Titik Didih
Toluene (o
C)
1 0.5 101 110
2 P = 746 mmHg 0.5 99 111
3 T = 27 o
C 1 99 110
4 1 101 111
B.2.2 Peneraan Orificemeter
m pikno kosong = 14.5464 gr
m pikno + air kran = 26.4672 gr
Volume piknometer = 10 ml
B.2.3 Distilasi sederhana
B.2.3.1 Distilasi I
∆h (cm) t (s) m (gr)
0.5 60 114.6
1 60 186.77
1.5 60 234.28
2 60 254.61
2.5 60 318.06
23. B.2.3.1 Distilasi II
T (o
C) Vdistilat (ml)
33 0
38 2.9
43 11.4
48 27.2
53 28.8
58 30.6
63 29.1
68 16.1
73 14.2
T (o
C) Vdistilat (ml)
33 0
38 3.0
43 11.4
48 26.8
53 28.8
58 30.8
63 29.6
68 15.2
73 13.9
24. Keterangan Distilasi 1 Distilasi 2
Volume bensin cuci awal (ml) 250 250
Volume residu (ml) 64 53
T tetes pertama (o
C) 33 33
T akhir distilasi (o
C) 73 73
Massa piknometer kosong (gr) 14.5464 14.5464
Massa piknometer + bensin cuci (gr) 22.3305 22.3472
Massa piknometer + destilat (gr) 22.1204 22.1333
Masa piknometer + residu (gr) 22.9126 22.9252
Panjang kondensor = 32 cm
Diameter dalam kondensor = 1.2 cm
B.2.4 Perpindahan Panas sederhana
B.2.4.1 Co-Current
B.2.4.1.1 Simplo
Skala ∆h (cm) Th in (o
C) Th out (o
C) Tc in (o
C) Tc out
(o
C)
t (s) mfp (gr)
2 0.5 99 29 27 30.5 120 1.4133
1 99 29.5 27 29.5 120 1.4685
1.5 99 27 27 29 120 1.5288
2 99 27 27 29.5 120 1.8149
2.5 99 26.5 27 30 120 2.2259
4 0.5 98.5 29 27 38 120 3.3029
1 98.5 29.5 27 32.5 120 3.4509
1.5 98.5 28 27 31.5 120 3.4669
2 98.5 28.5 27 31.5 120 3.6692
2.5 99 28 27 31 120 4.4263
6 0.5 96 38 28 43 120 6.7163
1 96 35 28 39 120 6.2961
1.5 96 34 28 37 120 6.3691
2 96 33 28 36 120 6.1765
29. 2.5 98 30 28 38 60 3.9054
LAMPIRAN C
HASIL ANTARA
C.1 Peneraan Termometer
C.1.1 Peneraan Termometer 1
Terbaca Literatur
Tb air (o
C) 0.5 0
Td air (o
C) 101 99.6319
Td toluen (o
C) 110 110.1229
30. y = 0.9735x - 0.5202
R2
= 1
-20
0
20
40
60
80
100
120
0 50 100 150
T Terbaca ("C)
TLiteratur("C)
C.1.2 Peneraan Termometer 2
Terbaca Literatur
Tb air (o
C) 0.5 0
Td air (o
C) 99 99.6319
Td toluen (o
C) 111 110.1229
31. y = 1.0023x - 0.4129
R2 = 0.9998
0
20
40
60
80
100
120
0 50 100 150
T Terbaca ("C)
TLiterarut("C)
C.1.3 Peneraan Termometer 3
Terbaca Literatur
Tb air (o
C) 1 0
Td air (o
C) 99 99.6319
Td toluen (o
C) 110 110.1229
32. y = 1.0128x - 0.9783
R2
= 1
0
20
40
60
80
100
120
0 50 100 150
T Terbaca ("C)
TLiteratur("C)
C.1.4 Peneraan Termometer 4
Terbaca Literatur
Tb air (o
C) 1 0
Td air (o
C) 101 99.6319
Td toluen (o
C) 111 110.1229
42. TC
B
AP
+
−=ln , dimana P dlm mmHg dan T dlm K
CKT
T
0
6319.996319.372
13.46
44.3816
3036.18746ln
==
+−
−=
D.2 Distilasi Sederhana
D.2.1 Menghitung T terkoreksi
T terkoreksi (1) = (0.9735 x 33) – 0.5202 = 31.6053
D.2.2 Menetukan ρ bensin cuci
m Besin Cuci = (massa pikno + bensin cuci)-(massa pikno kosong)
= (22.3305) – (14.5464)
= 7.7841 gr
mlgr
v
m
/77841.0
10
7841.7
===ρ
D.2.3 Menentukan ρ distilat
m distilat = (massa pikno + Distilat)-(massa pikno kosong)
= (22.1204) – (14.5464)
= 7.574 gr
mlgr
v
m
/7574.0
10
574.7
===ρ
D.2.4 Menetukan ρ residu
m residu = (massa pikno + Residu)-(massa pikno kosong)
= (22.9126) – (14.5464)
= 8.362 gr
mlgr
v
m
/83662.0
10
3662.8
===ρ
D.2.5 Menetukan komposisi dalam bnsin cuci pada distilasi I
Vol pentana = 149.3 ml
Vol bensin cuci = 250 ml
% komposisi = (V pentana / V bensin cuci) %72.59%100 =×
D.2.6 Menentukan % kehilangan
43. % kehilanagn =
%28.10%100
250
)643.160(250
%100
)(
=×
+−
=×
+−
awal
residudistilatwala
V
VVV
D.3. Perpindahan Panas Sederhana
D.3.1 Menghitung T terkoreksi
Mis: untuk aliran co-current, skala 6, cmh 5.0=∆
Th in (2) = C0
8079.954129.0)0023.196( =−×
Th out (3) = C0
5081.379783.0)0128.138( =−×
Tc in (4) = C0
9747.260229.1)9992.028( =−×
Tc out (1) = C0
3403.415202.0)9735.043( =−×
D.3.2 Menghitung LMTD
Mis: untuk aliran co-current, skala 2, cmh 5.0=∆
LMTD=
−=
−
−−
=
∆
∆
∆−∆
9323.2
9008.69
ln
)9323.2(9008.69
ln
2
1
21
T
T
TT
D.3.3 Menghitung Kalor Lepas (Qlepas) dan Kalor terima (Qterima)
Q terima = TCpm cc ∆
Mis: untuk aliran co-current, skala 2, cmh 5.0=∆
Q terima =1.91 ( )9555.252497.301 −×× skal /2019.8=
Q lepas= λmTCpm hh
+∆
Mis: untuk aliran co-current, skala 2, cmh 5.0=∆
Q lepas =0.0117 ( ) *0117.0(3174.278563.951 +−××
560.651)
= 7.36012 kal/s
D.3.4 Menghitung Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (U)
Ai = 2
576.120322.114.3 cmDiL =××=π
44. Mis: untuk aliran co-current, skala 2, cmh 5.0=∆
Ui =
LMTDA
Q
i
h
.
U= Cscmkal 0.2
./
576.120
36012.7
−=
×
D.3.5 Menghitung Koefisien Perpindahan Panas (h)
4.0
4
0076.0
=
fi
fi
D
m
h
µπ
ψ
f
fi
i
D
m
h
ψ
µπ
4.0
4
0076.0
=
Mis: untuk aliran co-current, skala 2, cmh 5.0=∆
1675.4
)102.1)(2.1)(14.3(
0117.04
0076.0
4.0
4
=
−
x
x
hi
=
μf dan ψf zat cair hanya mengalami perubahan kecil dengan suhu sehingga dianggap tetap