Matrik mengkategorikan berbagai komponen risiko perusahaan berdasarkan tingkat keberadaan, kelengkapan hak dan kewajiban, penilaian/alokasi, dan penyajian serta pengungkapan. Komponen risiko utama adalah risiko bawaan, pengendalian penjualan, dan pengendalian penyesuaian penjualan.
1. Matrik untuk mencatan dan mengkorelasikan berbagai komponen resiko
Komponen Risiko Keberadaa Kelengkapan Hak dan Penilaian/ Penyajian dan
n dan Kewajiban Alokasi Pengungkapan
Keterjadian
Risiko Audit Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Risiko Bawaan Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang
Risiko Pengendalian- Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang
Transaksi Penjualan
Risiko Pengendalian- Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang
Transaksi Penerimaan
Kas
Risiko Pengendalian- Sedang Rendah Sedang Tinggi Sedang
Penyesuaian Penjualan
Penggabungan Risiko Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang
Pengendalian
Risiko Deteksi yang Sedang Sedang Tinggi Rendah Sedang
Diterima
2. Pengujian Substantif Saldo Piutang
Transaksi yang mempengaruhi piutang usaha adalah:
1. Transaksi penjualan kredit barang dan jasa kepada customers. Jurnal untuk mencatat
transaki ini adalah:
• Piutang Usaha xx
• Pendapatan penjualan xx
2. Transaksi retur penjualan. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
• Retur Penjualan xx
• Piutang Usaha xx
3. Transaksi penerimaan kas dari debitur. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
• Kas xx
• Piutang Usaha xx
4. Transaksi penghapusan piutang. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
• Cadangan Kerugian Piutang xx
• Piutang Usaha xx
3. Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian piutang di neraca
berikut ini:
1.Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih
dari debitur pada tanggal neraca. Piutang usaha disajikan di neraca dalam jumlah bruto
dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang.
2.Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus
dicantumkan pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah
jumlah bersih (neto).
3.Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan rinciannya di
neraca.
4.Piutang usaha yang bersaldo kredit (terdapat di dalam kartu piutang) pada tanggal
neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar. Jika jumlahnya material, piutang
non usaha harus disajikan terpisah dari piutang usaha.
4. Tujuan pengujian substantif terhadap piutang usaha adalah:
Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan piutang usaha.
Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan piutang usaha yang dicantumkan di neraca.
Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo piutang usaha yang disajikan dalam neraca.
Membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang usaha yang dicantumkan di neraca.
Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca.
Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca.
5. Tujuan Audit dan Program Audit Untuk Mencapainya
Saldo akun piutang, cadangan kerugian
piutang yang disajikan dalam Laporan
Keuangan
Keberadaan Keterjadian Prosedur Audit Awal
Kelengkapan Prosedur Analitik
Penilaian atau Alokasi Pengujian Detail Transaksi
Hak dan Kewajiban Pengujian Detail Saldo
Penyajian dan Penyajian dan Pengungkapan
Pengungkapan
Saldo akun piutang, cadangan kerugian
piutang yang sesungguhnya
6. Penjelasan :
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan
akuntansi yang bersangkutan dengan piutang usaha
>>>> melakukan rekonsiliasi antara saldo piutang yang
dicantumkan di neraca dengan akun piutang di dalam buku
besar dan selanjutnya ke jurnal penjualan, jurnal penerimaan
kas, dan jurnal umum.
2. Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian
transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha yang
dicantumkan di neraca.
>>>>>pengujian ditujukan untuk membuktikan apakah aktiva
yang dicantumkan di neraca sesuai dengan aktiva yang
sesungguhnya ada dan berasal dari transaksi yang benar-
benar terjadi.
7. Untuk membuktikan asersi keberadaan aktiva dan keterjadian
transaksi pengujian substantif yang dilakukan :
a.Pengujian analitik.
b.Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan
dengan piutang usaha.
c.Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan
piutang usaha.
d.Konfirmasi piutang usaha
3. Membuktikan asersi kelengkapan piutang usaha yang dicantumkan
di neraca
Untuk membuktikan bahwa piutang usaha yang dicantumkan di neraca
mencakup semua klaim klien kepada debitur pada tanggal neraca dan
mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha
dalam tahun yang diaudit
pengujian substantif yang dilakukan :
a.Pengujian analitik.
b.Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
piutang usaha.
c.Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang
usaha.
d.Konfirmasi piutang usaha
8. 4. Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas
piutang usaha yang dicantumkan di neraca.
Piutang usaha yang ada pada tanggal neraca belum
tentu merupakan hak milik klien, karena piutang tersebut
telah dijual kepada perusahaan penagih atau digadaikan
sebagai jaminan penarikan utang
Pengujian substantif yang dilakukan :
a.Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang
berkaitan dengan piutang usaha.
b.Konfirmasi piutang usaha.
9. 5. Membuktikan asersi penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca.
Piutang usaha disajikan di neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran
kerugian tidak tertagihnya piutang usaha. Shg Cadangan Kerugian Piutang
Usaha merupakan akun penilaian (valuation account) untuk mengurangi saldo
piutang usaha
Pengujian substantif untuk membuktikan kewajaran penentuan jumlah akun
Cadangan Kerugian Piutang Usaha yang dicantumkan di neraca, sbb :
1.Prosedur audit awal.
2.Pengujian analitik
3.Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang
usaha.
4.Konfirmasi piutang usaha.
5.Penilaian terhadap kecukupan akun Cadangan Kerugian Piutang
6.Pembandingan penyajian piutang usaha di neraca dengan prinsip
akuntansi berterima umum.
10. 6. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan piutang usaha
di neraca
Pengujian substantif terhadap piutang usaha diarahkan
membuktikan apakah unsur piutang usaha telah disajikan dan
diungkapkan oleh klien di neracanya sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum
pengujian substantif untuk membuktikan asersi
penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca
adalah :
membandingkan penyajian dan pengungkapan piutang
usaha di neraca yang diaudit dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
11. PROGRAM PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG USAHA
Program audit untuk pengujian substantif terhadap piutang
usaha berisi prosedur audit yang dirancang untuk mencapai
tujuan audit sedangkan tahap-tahap prosedur audit dimulai
dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai ke
pemeriksaan yang bersifat rinci
Prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini:
1.Prosedur audit awal
2.Prosedur analitik
3.Pengujian terhadap transaksi rinci.
4.Pengujian terhadap saldo akun rinci,
5.Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan
12. Prosedur Audit Kertas Pelaksa Pelaksa
Kerja naan na
Prosedur Audit Awal
1.Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun piutang
usaha yang akan diuji lebih lanjut
a.Usut saldo piutang usaha yang tercantum di dalam
neraca ke saldo akun piutang usaha yang bersangkutan
di dalam buku besar.
b.Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam
buku besar.
c.Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam
jumlah dan sumber posting dalam akun Piutang Usaha
dan akun Cadang Kerugian Piutang Usaha
13. Prosedur Audit Kertas Pelaksa Pelaksa
Kerja naan na
d. Usut saldo awal akun Piutang Usaha dan akun
Cadangan Kerugian Piutang ke kertas kerja
tahun yang lalu.
e. Usut posting pendebitan akun Piutang Usaha ke
dalam jurnal yang bersangkutan.
f. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha
dalam buku besar ke buku pembantu piutang
usaha
Prosedur Analitik
2. Lakukan prosedur analitik.
a. Hitung ratio berikut ini:
(1) Tingkat perputaran piutang usaha
(2) Ratio piutang usaha dengan aktiva lancar
(3) Rate of return on sales
14. Prosedur Audit Kertas Pelaksa Pelaksa
Kerja naan na
(4) Ratio kerugian piutang usaha dengan
penjualan kredit
(5) Ratio kerugian piutang usaha dengan
jumlah piutang usaha yang
sesungguhnya tidak tertagih.
b. Lakukan analisis hasil prosedur
analitik dengan harapan yang
didasarkan pada data masa lalu data
industri, jumlah yang dianggarkan,
atau data lain
Pengujian terhadap Transaksi Rinci
3. Periksa sampel transaksi piutang yang
tercatat ke dokumen yang
15. Prosedur Audit Kertas Pelaksa Pelaksa
Kerja naan na
a. Periksa pendebitan akun piutang usaha ke
dokumen pendukung: faktur penjualan,
laporan pengiriman barang, dan order
penjualan
b. Periksa pengkreditan akun piutang usaha
ke dokumen pendukung: bukti kas masuk,
memo kredit untuk retur dan rabat
penjualan atau penghapusan piutang
4. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff)
transaksi penjualan dan retur penjualan
a. Periksa dokumen yang mendukung
timbulnya piutang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu
pertama setelah tanggal neraca.
b. Periksa dokumen yang mendukung
berkurangnya piutang usaha dalam
minggu terakhir tahun yang diaudit dan
minggu pertama setelah tanggal neraca.
16. Prosedur Audit Kertas Pelaksa Pelaksa
Kerja naan na
5. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff)
transaksi penerimaan kas.
a. Lakukan observasi apakah semua kas yang
diterima pada hari' terakhir tahun yang
diaudit telah dimasukkan ke dalam kas di
tangan atau setoran dalam perjalanan dan
penerimaan kas dalam tahun berikutnya
tidak dimasukkan sebagai penerimaan kas
tahun yang diaudit.
b. Lakukan review terhadap dokumentasi
berikut ini: ringkasan transaksi kas harian,
copy bukti setor, rekening koran bank
beberapa hari sebelum dan sesudahnya
17. Prosedur Audit Kertas Pelaksa Pelaksa
Kerja naan na
Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci
6.Lakukan konfirmasi piutang.
a.Tentukan metode, saat, dan luas konfirma si yang
akan dilaksanakan
b.Pilih debitur yang akan dikirimi surat konfir masi
dan kirimkan konfirmasi
c.Untuk konfirmasi positif yang tidak dipero leh
jawabannya, laksanakan prosedur alter natif berikut
ini:
1)Periksa dokumen yang mendukung
pencatatan penerimaan kas dari debitur yang terjadi
setelah tanggal neraca.
2)Periksa dokumen yang mendukung pendebitan
dan pengkreditan akun piutang kepada debitur yang
bersangkutan.
18. Prosedur Audit Kertas Pelaksa Pelaksa
Kerja naan na
7. Lakukan evaluasi terhadap kecukupan akun
Cadangan Kerugian Piutang Usaha yang
dibentuk oleh klien.
a. Lakukan footing dan cross-footing daftar saldo
piutang dan cocokkan jumlahnya dengan akun
piutang usaha dalam buku besar.
b. Lakukan pengujian penentuan umur piutang
usaha yang dibuat oleh klien.
c. Bandingkan cadangan kerugian piutang usaha
yang tercantum di neraca tahun yang diaudit
dengan cadangan tersebut yang tercantum di
neraca tahun sebelumnya.
d. Periksa catatan kredit untuk debitur yang
utangnya telah kadaluwarsa (lewat waktu).
19. Prosedur Audit Kertas Pelaksa Pelaksa
Kerja naan na
Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan
8.Bandingkan penyajian piutang usaha di neraca
dengan prinsip akuntansi berterima umum
a. Periksa klasifikasi piutang usaha ke dalam
kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.
b. Periksa jawaban konfirmasi bank.
c. Periksa klasifikasi piutang ke dalam
kelompok piutang usaha dan piutang nonusaha.
d. Periksa kecukupan pengungkapan dan
akuntansi untuk piutang antarpihak yang memiliki
hubungan istimewa, piutang yang digadaikan, anjak
piutang.
e. Periksa surat representasi klien mengenai
piutang. sesudah tanggal neraca, untuk menentukan
ketepatan pisah batas
20. 1. Prosedur Awal
6 prosedur dalam melakukan rekonsiliasi informasi piutang
usaha di neraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan
e Buku a
Jurnal
Neraca
Besar
b
(b) c
(c)
d
f
Kertas Kerja Buku
Tahun Lalu Pembantu
21. a. Usut Saldo Piutang yang Tercantum di Neraca Ke Saldo Akun
Piutang Usaha yang Bersangkutan di dalam Buku Besar
Tujuan memperoleh keyakinan bahwa saldo piutang yang tercantum di
neraca didukung dengan catatan akuntansi yang andal kebenaran
mekanisme pencatatannya,
caranya saldo piutang yang dicantumkan di neraca diusut ke akun buku
besar berikut ini:
Piutang Usaha: yang merupakan akun yang digunakan untuk
menampung transaksi timbulnya piutang usaha dari transaksi
penjualan kredit, penerimaan kas dari debitur, dan penghapusan
piutang usaha.
Piutang Nonusaha: yang terdiri dari akun-akun piutang kepada
karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi, piutang
pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga dan Iain-lain akun
piutang yang timbul bukan dari transaksi penjualan barang dan jasa
yang dihasilkan oleh perusahaan.
Cadangan Kerugian Piutang Usaha: yang merupakan akun penilai,
untuk mengurangi saldo piutang usaha bruto menjadi saldo piutang
usaha bersih yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur.
22. b. Hitung Kembali Saldo Akun Piutang di dalam Buku
Besar
Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian
penghitungan saldo akun piutang usaha, auditor
menghitung kembali saldo akun Piutang Usaha dan
Piutang Nonusaha, dengan cara menambah saldo awal
dengan jumlah pendebitan dan menguranginya dengan
jumlah peng-kreditan akun tersebut
c. Lakukan Review terhadap Mutasi Luar Biasa dalam Jumlah dan
Sumber Posting dalam Akun Piutang Usaha dan Akun Cadangan
Kerugian Piutang Usaha
Kecurangan dalam transaksi penjualan kredit dan transaksi yang
mengurangi piutang usaha (retur penjualan dan penghapusan piutang)
dapat ditemukan melalui review atas mutasi luar biasa, baik dalam
jumlah maupun sumber posting dalam akun Piutang Usaha dan akun
Cadangan Kerugian Piutang Usaha
23. d. Usut Saldo Awal Akun Piutang Usaha dan Akun Cadangan Kerugian
Piutang Usaha ke Kertas Kerja Tahun yang Lalu
Untuk memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal kedua akun
tersebut. Perlu melakukan pengusutan saldo awal akun Piutang
Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha ke kertas kerja
tahun yang lalu.
Hal ini dilakukan karena Kertas kerja tahun lalu dapat menyediakan
informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam
audit tahun yang lalu, sehingga auditor dapat mengevaluasi tindak
lanjut yang telah ditempuh oleh klien dalam menanggapi koreksi
yang diajukan oleh auditor tersebut
e. Usut Posting Pendebitan dan Pengkreditan Akun Piutang ke
dalam Jurnal yang Bersangkutan
Pengusutan ini dilakukan oleh auditor untuk memperoleh keyakinan
bahwa mutasi penambahan dan pengurangan piutang usaha
berasal dari jurnal-jurnal yang bersangkutan.
24. f. Lakukan Rekonsiliasi Akun Kontrol Piutang di dalam Buku
Besar ke Buku Pembantu Piutang yang Bersangkutan
Tujuan untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien
yang bersangkutan dengan piutang usaha dapat dipercaya
ketelitiannya
Caranya : Saldo akun kontrol (controlling account) piutang usaha di
dalam buku besar dicocokkan dengan jumlah saldo akun
pembantu (subsidiary atcounts) piutang usaha, begutu juga untuk
piutang non usaha
25. 2. Prosedur
Analitik
Pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami
bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih
intensif, caranya melakukan perhitungan berbagai ratio, Pembandingan ini
membantu auditor untuk mengungkapkan: (1) peristiwa atau transaksi yang
tidak biasa, (2) perubahan akuntansi, (3) perubahan usaha, (4) fluktuasi acak,
atau (5) salah saji.
Formula :
Rasio :
1.Pendapatan penjualan bersih : Rerata
1.Tingkat perputaran piutang usaha
piutang usaha
2.Saldo piutang usaha : Aktiva lancar
2.Ratio piutang usaha dengan aktiva
lancar
3.Laba bersih + Pendapatan penjualan bersih
3.Rate of return on net sales
4.Kerugian piutang usaha : Pendapatan
penjualan
4.Ratio kerugian piutang usaha dengan
pendapatan penjual an bersih bersih
5.Kerugian piutang usaha : Piutang yang usaha
5.Ratio kerugian piutang usaha dengan
sesungguhnya tidak tertagih
piutang usaha yang sesungguhnya
tidak tertagih
26. 3. Prosedur Audit terhadap Transaksi Rinci
Yang akan dilakukan :
1.Pengujian substantif terhadap transaksi rinci yang mendebit
dan mengkredit akun Piutang Usaha. Transaksi yang mendebit
dan mengkredit (transaksi yang berpengaruh) piutang usaha :
a.Transaksi penjualan kredit
b.Transaksi retur penjualan
c.Transaksi penghapusan piutang usaha, dan
d.Transaksi penerimaan kas dari piutang usaha
2.Pengujian pisah batas (Cut off) yang digunakan untuk mencatat
transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut
27. 1. Pada pengujian rinci
Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Piutang Usaha Ke
Dokumen yang Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut
Prosedur dimulai dari buku pembantu piutang usaha. Pengujian dilaksanakan
dengan mengambil sampel berikut ini:
a.Sampel akun debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya.
b.Sampel transaksi yang dicatat dalam akun debitur pilihan.
a. Periksa Pendebitan Akun Piutang ke Dokumen Pendukung: Faktur
Penjualan, Laporan Pengiriman Barang, dan Order Penjualan
1.Mengambil dari arsip klien faktur penjualan beserta dokumen pendukungnya:
laporan pengiriman barang dan order penjualan.
2.Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung faktur penjualan.
3.Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam faktur penjualan dan
dokumen pendukungnya.
4.Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun debitur berdasarkan
faktur penjualan.
5.Memastikan bahwa semua faktur penjualan yang disampel telah dicatat di
sebelah debit akun debitur
28. b. Periksa Pengkreditan Akun Piutang Ke Dokumen Pendukung: Bukti
Kas Masuk, Memo Kredit Untuk Retur Penjualan atau Penghapusan Piutang
1.Mengambil dari arsip klien bukti kas masuk dan memo kredit beserta
dokumen pendukungnya: surat pemberitahuan (remittance advice) dan
laporan penerimaan barang..
2.Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas masuk dan
memo kredit.
3.Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas masuk dan
memo kredit dan dokumen pendukungnya.
4.Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun debitur
berdasarkan bukti kas masuk dan memo kredit.
5.Memastikan bahwa semua bukti kas masuk dan memo kredit yang disampel
telah dicatat di sebelah kredit akun debitur
29. 1. Lakukan Verifikasi Pisah Batas (Cutoff) Transaksi
Maksud : untuk membuktikan apakah klien menggunakan pisah batas yang
konsisten dalam memperhitungkan transaksi penjualan yang termasuk dalam
tahun yang diaudit dibanding dengan tahun sebelumnya
Akibat tidak memakai pisah batas (cutoff)
1.Transaksi penjualan yang seharusnya diakui sebagai pendapatan tahun
berikutnya, dicatat oleh klien sebagai pendapatan tahun yang diaudit.
2.Transaksi penjualan tahun yang diaudit dapat diakui oleh klien sebagai
pendapatan tahun berikutnya
Transaksi yang menjadi perhatian audit : transaksi penjualan, retur penjualan,
dan penerimaan kas dari debitur yang terjadi dalam beberapa minggu sebelum
dan sesudah tanggal neraca
30. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan pada Pisah Batas (Cutoff)
1. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam
minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal
neraca
Dengan membandingkan tanggal faktur, tanggal laporan pengiriman barang,
dan syarat penjualan yang digunakan, auditor dapat membuktikan apakah
transaksi penjualan dan bertambahnya piutang usaha yang terjadi dalam
periode sebelum dan sesudah tanggal neraca, telah dicatat dalam periode
akuntansi yang seharusnya
2.Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha dalam
minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal
neraca
Dari pemeriksaan ini auditor dapat membuktikan ketepatan pisah batas yang
dipakai oleh klien dalam mencatat pengurangan piutang usaha dari
penerimaan kas dari debitur.
Contoh : dokumen bukti kas masuk dan surat pemberitahuan
(remittance advice) dari debitur yang dipakai sebagai dasar pencatatan ke di
dalam kartu piutang.
31. 3. Lakukan Verifikasi Pisah Batas {Cutoff) Transaksi
Penerimaan Kas
Membuktikan apakah penerimaan kas tersebut telah
dimasukkan ke dalam kas di tangan atau setoran dalam
perjalanan dan penerimaan kas dalam tahun berikutnya
tidak dimasukkan sebagai penerimaan kas tahun yang
diaudit seharusnya
Review yang dilakukan terhadap dokumentasi : ringkasan
transaksi kas harian, copy bukti setor, rekening koran bank
beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca.
32. 4. Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci
Tujuan pengujian saldo akun piutang usaha rinci adalah untuk
memverifikasi:
a. Keberadaan atau keterjadian
b. Kelengkapan
c. Hak kepemilikan
d.Penilaian
Hal hal yang dilakukan :
1. Lakukan Konfirmasi Piutang
Tahapan dalam konfirmasi piutang :
a.Tentukan metode, saat, dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan
dengan metode :
Metode konfirmasi positif adalah metode konfirmasi yang auditor
meminta jawaban penegasan dari debitur, baik dalam hal terdapat
kesesuaian maupun ketidak-sesuaian antara saldo utang debitur
menurut catatan akuntansinya dengan saldo utangnya yang tercantum
di dalam surat konfirmasi tersebut.
33. Metode konfirmasi positif umumnya digunakan jika auditor
menghadapi situasi:
(1) saldo piutang klien kepada debitur secara individual
berjumlah besar,
(2) auditor mempunyai dugaan bahwa terdapat banyak akun
piutang usaha yang disengketakan antara klien dengan
debiturnya atau terdapat ketidaktelitian atau kecurangan
saldo akun piutang usaha
Metode konfirmasi negatif adalah metode konfirmasi yang
auditor meminta jawaban penegasan dari debitur hanya
jika terdapat ketidaksesuaian antara saldo utang debitur
menurut catatan akuntansinya dengan saldo utangnya
yang tercantum di dalam surat konfirmasi tersebut
34. Metode konfirmasi negatif umumnya
digunakan oleh auditor jika:
(1)pengendalian intern terhadap piutang
usaha dinilai baik oleh auditor,
(2)akun piutang klien berjumlah banyak
dengan saldo piutang usaha yang secara
individual kecil,
(3) auditor memperkirakan bahwa debitur
yang menerima konfirmasi tidak akan
menaruh perhatian terhadap surat konfirmasi
yang diterimanya
35. Lanjutan tahapan dalam konfirmasi piutang :
b.Kirimkan surat konfirmasi kepada debitur
c.Untuk konfirmasi positif yang tidak diperoleh jawabannya, laksanakan
prosedur alternatif berikut ini:
1.Periksa dokumen yang mendukung pencatatan penerimaan kas dari
debitur yang terjadi setelah tanggal neraca.
Pemeriksaan penerimaan kas dari debitur yang terjadi setelah tanggal
neraca akan dapat memberikan informasi kepada auditor mengenai
keberadaan debitur yang saldo piutang kepadanya dicantumkan di neraca
klien. Prosedur audit ini juga merupakan prosedur audit alternatif, jika surat
konfirmasi yang dikirimkan kepada debitur tidak diperoleh jawaban.
2.Periksa dokumen yang mendukung pendebitan dan pengkreditan akun
piutang usaha kepada debitur yang bersangkutan.
Dokumen pendukung transaksi timbulnya piutang usaha ini mempunyai dua
tujuan: (1) untuk membuktikan keberadaan piutang usaha dan (2) untuk
membuktikan hak milik atas piutang usaha yang dicantumkan di neraca.
36. 5. Evaluasi Terhadap Kecukupan Cadangan Kerugian
Piutang Usaha yang Dibuat Oleh Klien
Prosedur ini ditempuh oleh auditor untuk memverifikasi penilaian piutang
usaha yang dicantumkan di neraca. Menurut prinsip akuntansi berterima
umum, piutang usaha disajikan dalam neraca pada nilai bersih yang dapat
ditagih dari debitur (net realizable value) pada tanggal neraca. Oleh karena itu,
verifikasi penilaian dimaksudkan untuk menilai kewajaran penentuan jumlah
cadangan kerugian piutang usaha yang dibentuk oleh klien pada tanggal
neraca. Nilai piutang usaha dihitung dengan formula berikut ini:
Piutang Usaha Bruto x
Cadangan Kerugian Piutang Usaha x -
Piutang Usaha Bersih x
37. Pemeriksaan yang dilakukan :
1. Hitung kembali cadangan kerugian piutang usaha yang dibuat oleh
klien
a.Cadangan tersebut biasanya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari
pendapatan penjualan atau sebagai persentase tertentu dari saldo piutang
usaha pada tanggal neraca.
b.Menghitung ratio untuk beberapa tahun sebelumnya guna menilai
kewajaran jumlah cadangan kerugian piutang usaha:
1.Tingkat perputaran piutang usaha yang dihitung dengan rumus: pendapatan
penjualan dibagi rerata saldo piutang usaha).
2.Jumlah hari pengumpulan piutang usaha (days' sales to collection) yang
dihitung dengan rumus: 365 dibagi tingkat perputaran piutang usaha
38. Pemeriksaan yang dilakukan :
2. Periksa penentuan umur piutang usaha yang dibuat oleh klien.
Langkah pertama dalam memverifikasi kewajaran penilaian piutang usaha
adalah meminta dari klien daftar umur piutang usaha per tanggal neraca.
Terhadap daftar umur piutang usaha tersebut auditor melakukan prosedur
audit berikut ini:
1.Lakukan footing dan cross footing terhadap daftar umur piutang usaha
tersebut.
2.Bandingkan jumlah piutang usaha menurut daftar umur piutang ke akun
Piutang Usaha di dalam buku besar.
3.Usut saldo piutang usaha kepada setiap debitur ke dalam kartu piutang yang
bersangkutan.
4.Periksa penentuan umur piutang kepada setiap debitur dengan
menggunakan informasi berikut ini:
a. Periksa syarat penjualan yang berlaku.
b. Periksa tanggal faktur yang belum dibayar oleh debitur pada tanggal
neraca.
c. Hitung kembali umur piutang kepada setiap debitur sejak tanggal
faktur tersebut pada butir 3b sampai dengan tanggal neraca.
39. 3. Bandingkan cadangan kerugian piutang usaha yang
tercantum di neraca tahun yang diaudit dengan
cadangan tersebut yang tercantum di neraca tahun
sebelumnya.
Untuk menilai cukup tidaknya cadangan kerugian
piutang yang dicantumkan di neraca klien, auditor
membandingkan cadangan kerugian piutang usaha yang
dibentuk oleh klien di neraca sekarang dengan yang
dibentuk di neraca tahun sebelumnya.
4. Periksa catatan kredit untuk debitur yang utangnya
telah kadaluwarsa.
Mengajukan pertanyaan kepada klien mengenai
kemungkinan dapat ditagih atau tidaknya piutang yang
telah lama kadaluwarsa tersebut.
40. 6. Penyajian dan Pengungkapan Akun dalam Laporan
Keuangan
Bandingkan Penyajian Piutang Usaha dengan Penyajian
Menurut Prinsip Akuntansi Berterima Umum
Prosedur audit terhadap penyajian dan pengungkapan
piutang usaha adalah:
(1)memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok aktiva
lancar dan aktiva tidak lancar,
(2)memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang-
usaha dan piutang nonusaha,
(3)menentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi
untuk transaksi antar pihak yang memiliki hubungan
istimewa, piutang yang digadaikan, piutang yang telah
dianjakkan (factored account receivable) ke perusahaan
anjak piutang.
41. Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak
lancar.
Menurut prinsip akuntansi berterima umum, Piutang yang tidak dapat dimasukkan
dalam kelompok aktiva lancar harus disajikan terpisah dari piutang usaha dan
disajikan dalam kelompok aktiva tidak lancar. Contoh piutang kepala manajer
perusahaan, direksi, dan perusahaan afiliasi yang laporan keuangannya tidak
dikonsolidasikan
Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang
nonusaha.
Piutang karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi, piutang
pengembalian pajak. piutang dividen dan bunga harus disajikan terpisah dari
piutang usaha.
Tentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk transaksi antarpihak
yang memilik: hubungan istimewa, piutang yang digadaikan, piutang yang telah
dianjakkan (factored accoun: receivable) ke perusahaan anjak piutang. Menurut
prinsip akuntansi berterima umumtransaksi antar pihak yang memiliki hubungan
istimewa harus diungkapkan memadai dalam neraca. begitu pula, piutang yang
digadaikan dan yang dianjakkan harus diungkapkan memadai dalam neraca.