SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
BAB VIII
  PERANCANGAN ULIR DAYA DAN SAMBUNGAN BAUT
8.1.   Pendahuluan
       Perancangan suatu peralatan atau mekanisme yang menggunakan “baut-mur”
sepertinya adalah salah satu aspek perancangan elemen mesin yang paling sederhana.
Tetapi dalam aplikasi di dunia nyata, keberhasilan dan kegagalan suatu peralatan sering
sekali ditentukan oleh kesempurnaan pemilihan dan penggunaan sistem sambungan
baut-mur. Penggunaan sambungan (baut-mur, rivet, dll) sangat banyak digunakan dalam
dunia mechanical, sehingga bisnis desain dan manufaktur “baut-mur” ini sangat dominan,
baik dari kuantitas maupun perputaran uang didalamnya. Sebagai contoh, sebuah
           ht



pesawat Boeing 747 menggunakan 2,5 juta sambungan (fastener). Tipe dan jenis
                tp



sambungan dalam dunia komersial sangat banyak variasinya. Dalam diktat ini,
                    ://



pembahasan akan dibatasi dalam design dan pemilihan sambungan konvensional
menggunakan ulir, baut, mur dll.
                        ru



       Ulir dapat digunakan untuk (1) memegang/mengencangkan dua komponen atau
                             m



lebih, dan (2) memindahkan beban/benda. Fungsi yang pertama sering disebut
                              ah



pengencang (fastener) dan yang kedua dikenal dengan nama ulir daya (power screw atau
                                       -b



lead screw). Sebagai fastener, konstruksi ulir dapat menerima beban tensile, shear,
maupun keduanya.
                                         el
                                                aj



8.2.   Terminologi, klasifikasi dan Standard
                                                   ar



       Karena variasi jenis ulir (screw & thread) sangat banyak, maka perlu
distandardkan untuk menjamin sifat “interchangeabity”. Ada dua standard yang banyak
                                                        .o



diadopsi yaitu UNS (Unified National Standard) yang digunakan di Inggris, Canada dan
                                                            rg



Amerika serikat; dan Standard Internasional ISO yang digunakan kebanyakan negara
Eropa dan Asia. Secara umum terminologi geometri ulir ditunjukkan pada gambar 8.1.




                          Gambar 8.1 Terminologi geometri ulir



                                          7-1
Parameter-parameter utama ulir antara lain adalah :
    pitch, p – jarak antar ulir yang diukur paralel terhadap sumbu ulir.
    diameter, d - major diameter, minor diameter, dan pitch diameter.
    lead, L - adalah jarak yang ditempuh baut dalam arah paralel sumbu, jika baut diputar
    satu putaran. Untuk ulir single thread, lead akan sama dengan pitch. Ulir juga dapat
    dibuat multiple thread. Untuk tipe double thread, maka lead akan sama dengan 2 kali
    pitch; triple thread akan memiliki lead sama dengan 3 kali pitch dan seterusnya.
    Thread per inch, n – menyatakan jumlah ulir per inchi, sering digunakan pada
    standard UNS
             ht
                  tp
                         ://
                              ru
                                  m



                       Gambar 8.2 (a) Single, (b) double dan (c) triple thread
                                   ah
                                             -b



        Berdasarkan ukuran dan kualitas, UNS mengklasifikasikan thread menjadi tiga tipe
                                               el



yaitu : coarse pitch (UNC), fine pitch (UNF), dan extra-fine pitch (UNEF). Sedangkan ISO
                                                      aj



mengklasifikasikan dua seri yaitu coarse dan fine thread. Tipe coarse adalah yang paling
                                                          ar



umum dan disarankan digunakan untuk keperluan “ordinary” dimana sambungan sering
                                                               .o



dilepas-pasang, atau dipasangkan dengan material yang lebih lunak. Tipe fine thread
                                                                    rg



memiliki kualitas yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap “loosening” dari efek getaran.
Sedangkan extra-fine thread digunakan untuk keperluan khusus seperti sambungan yang
sangat tipis dimana diperlukan baut yang sangat kecil/ sangat pendek.
        Berdasarkan toleransi ulir yang berpasangan, UNS mendefinisikan tiga “fit” kelas,
yang diberi label kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Kelas 1 adalah ulir dengan toleransi yang
paling rendah, dan digunakan untuk keperluan-keperluan biasa, pertukangan, rumah
tangga, dll. Kelas dua memiliki kualitas yang lebih tinggi dan toleransi yang lebih ketat
yang cocok digunakan pada mesin-mesin dan peralatan industri. Kelas 3 memiliki
toleransi yang paling tinggi untuk keperluan-keperluan khusus. Semakin tinggi kelas,
maka harganya juga semakin mahal. Kode A digunakan untuk ulir eksternal dan kode B
untuk ulir internal.




                                                7-2
Profil geometri ulir sangat banyak variasinya. Gambar 8.3 menunjukkan contoh
profil ulir ISO yang paling banyak digunakan untuk baut-mur, yaitu tipe M. Tipe yang juga
banyak digunakan adalah tipe MJ dimana geometrinya mirip dengan tipe M, tetapi diberi
fillet pada root-nya. Disamping itu, juga memiliki diameter minor yang relatif besar.
Khusus untuk ulir daya (power screw), profil yang umum digunakan adalah tipe square,
tipe Acme dan tipe buttress seperti ditunjukkan pada gambar 8.4
            ht
                tp
                     ://
                         ru
                              m



                          Gambar 8.3 Profil dasar ulir ISO tipe M
                               ah
                                         -b
                                           el
                                                  aj
                                                      ar
                                                           .o
                                                               rg



                                Gambar 8.4 Profil ulir daya


       UNS dan ISO menggunakan metoda yang berbeda untuk penulisan spesifikasi
ulir. Spesifikasi UNS : diameter, pitch, dan kelas. Contoh spesifikasi UNS :

                                      ¼ - 20 UNC-2A
menyatakan diameter 0.25”, jumlah ulir per inchi adalah 20 buah, tipe coarse, kelas 2 fit,
dan external thread. Sedangkan contoh spesifikasi ISO :
                                         M8x1.25
menyatakan ulir dengan diameter 8 mm dan pitch 1.25 mm, tipe coarse. Perlu dicatat
bahwa semua standard, baik UNS maupun ISO menganut “kaidah tangan kanan” (right
hand rule) kecuali diberikan spesifikasi secara khusus.



                                            7-3
Tensile stress area
       Jika ulir mendapat beban tarik maka luas penampang yang paling kritis adalah
pada diameter minor (dr). Tetapi hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik
batang berulir lebih tepat diwakili oleh diameter rata-rata antara diameter pitch dan
diameter minor. Jadi luas penampang untuk perhitungan tegangan adalah :
                                                         2
                                       π ⎛ dp + dr   ⎞
                                   At = ⎜            ⎟
                                       4⎜ 2
                                         ⎝
                                                     ⎟
                                                     ⎠
dimana diameter pitch adalah
           dp = d – 0.649519/N              dr = d – 1.299038/N ;    untuk ulir UNS
           dp = d – 0.649519p               dr = d – 1.226869p   ;   untuk ulir ISO
dengan d = diameter luar (major), N = jumlah ulir per inchi, dan p = picth dalam mm.
           ht



Standard dimensi-dimensi utama ulir, diberikan dalam bentuk tabel. Tabel 8.1 dan 8.2
                tp



menunjukkan contoh dimensi-dimensi standard UNS dan ISO.
                      ://
                         ru



                      Tabel 8.1 Dimensi utama ulir berdasarkan ISO
                               m
                                ah
                                        -b
                                          el
                                                 aj
                                                     ar
                                                             .o
                                                              rg




                                           7-4
Tabel 8.2 Dimensi utama ulir berdasarkan UNS




           ht
                 tp
                    ://
                         ru
                              m
                               ah
                                      -b
                                        el
                                               aj
                                                  ar
                                                      .o
                                                          rg




8.3.   Mekanika Ulir Daya
       Ulir daya (power screw) adalah perlatan yang berfungsi untuk mengubah gerakan
angular menjadi gerakan linear dan biasanya juga mentransmisikan daya. Secara khusus,
ulir daya digunakan untuk :
   untuk mendapatkan kelebihan mengangkat/menurunkan beban, seperti misalnya pada
   dongkrak mobil
   untuk memberikan gaya tekan/tarik yang besar seperti misalnya pada kompaktor atau
   mesin press


                                         7-5
untuk positioning yang akurat seperti pada mikrometer atau pada lead screw mesin
   bubut.
       Mengingat fungsi ulir daya, maka profil yang paling tepat dan banyak digunakan
adalah profil square, Acme, dan buttress. Profil square memberikan efisiensi yang paling
tinggi dan mampu mengeliminasi gaya dalam arah radial. Tetapi profil ini paling sulit
dalam proses pembuatannya. Acme thread walaupun efisiensinya lebih rendah, namun
lebih mudah dalam pembuatan, dan juga memiliki kekuatan yang lebih tinggi, sehingga
profil ini paling banyak digunakan untuk ulir daya. Untuk aplikasi dimana arah beban
adalah satu arah dan sangat besar, maka profil buttress lebih cocok digunakan karena
memiliki kekuatan paling tinggi pada akar ulir.
            ht



8.3.1. Analisis Gaya dan Torsi ulir daya
                tp



       Gambar 8.5 (a) menunjukkan sebuah mekanisme ulir daya yang berfungsi untuk
                     ://



menaikkan dan menurunkan beban P. Beban dapat dinaikkan dan diturunkan dengan
memutar nut (mur), jadi lama hal ini gerakan angular mur diubah menjadi gerakan linier
                         ru



screw. Diagram benda bebas pasangan baut-mur ditunjukkan pada gambar (b).
                              m



Parameter inklinasi bidang ulir (λ) juga disebut lead angle dapat dihitung dengan
                               ah



persamaan :
                                         -b



                                                   L
                                        tan λ =
                                                  πd p
                                           el
                                                    aj
                                                         ar
                                                         .o
                                                            rg




              Gambar 8.5 (a) mekanisme ulir daya , (b) diagram benda bebas




                                            7-6
Jika kita buka satu lilitan ulir dan dibuat menjadi garis lurus, maka hasilnya akan
berbentuk seperti gambar 8.6 (a). Kotak menunjukkan potongan ulir dan gaya-gaya yang
bekerja padanya pada saat menaikkan beban. Sedangkan gambar (b) menunjukkan
diagram benda bebas pada saat menurunkan beban.
             ht
                tp



   Gambar 8.6 Diagram benda bebas : (a) mengangkat beban, (b) menurunkan beban
                    ://
                             ru



Dengan menggunakan prinsip kesetimbangan gaya-gaya dalam arah x dan y maka
didapatkan
                                   m



       ΣFx = 0 = F − f cos λ − N sin λ = F − µN cos λ − N sin λ
                                    ah



                  F = N(µ cos λ + sin λ )
                                               -b



       ΣFy = 0 = N cos λ − f sin λ − P = N cos λ − µN sin λ − P
                                                 el



                                 P
                                                         aj



                  N=
                         (cos λ − µ sin λ )
                                                            ar



dimana µ adalah koefisien gesekan antara screw dengan mur. Dengan menggabungkan
                                                            .o



kedua persamaan di atas, maka besarnya gaya F yang diperlukan untuk mengangkat
                                                                  rg



beban adalah
                                  (µ cos λ + sin λ )
                      F=P
                                  (cos λ − µ sin λ )
Sehingga torsi Ts yang diperlukan untuk mengangkat beban adalah
                         dp       Pd p (µ cos λ + sin λ )
               Tsu = F        =
                         2         2 (cos λ − µ sin λ )
atau dalam parameter lead L,
                                  Pd p (µπd p + L)
                      Tsu =
                                    2 ( πd p − µL )

Gesekan pada collar juga memberikan kontribusi yang signifikan, maka perlu
ditambahkan. Torsi yang diperlukan untuk melawan gesekan pada collar adalah



                                                   7-7
dc
                                Tc = µ c P
                                             2
dimana dc adalah diameter rata-rata collar dan µc adalah koefisien gesekan pada collar.
Jadi torsi total yang diperlukan untuk menaikkan beban adalah
                                 Pd p (µπd p + L)                dc
               Tu = Tsu + Tc =                           + µcP
                                   2 ( πd p − µL)                2

Dengan metoda yang sama, torsi yang diperlukan untuk menurunkan beban dapat
diturunkan menjadi
                                 Pd p (µπd p − L)                dc
               Td = Tsd + Tc =                           + µcP
                                   2 ( πd p + µL)                2

       Untuk   profil   Acme,    maka        ada    komponen          gaya   tambahan   yang   harus
           ht



diperhitungkan karena adanya sudut α. Diagram benda bebas untuk profil Acme
                tp



ditunjukkan pada gambar 8.7.
                        ://
                         ru
                                m
                                 ah
                                             -b
                                               el
                                                         aj
                                                             ar



                     Gambar 8.7 Diagram benda bebas ulir daya Acme
                                                                      .o
                                                                            rg



Dengan menggunakan metoda penurunan yang sama dengan sebelumnya, maka torsi
yang dibutuhkan untuk menaikkan dan menurunkan beban adalah :


                                 Pd p (µπd p + L cos α )               dc
               Tu = Tsu + Tc =                               + µcP
                                   2 ( πd p cos α − µL)                2

                                 Pd p (µπd p − L cos α )               dc
               Td = Tsd + Tc =                               + µcP
                                   2 ( πd p cos α + µL)                2




                                                   7-8
8.3.2. Self Locking

Pada kondisi khusus, mekanisme ulir daya dapat mengunci sendiri tanpa harus diberikan
torsi untuk menahan beban. Kondisi ini sering disebut dengan “self locking”. Hal ini sangat
berguna dalam aplikasi, misalnya untuk dongkrak mobil. Torsi diberikan pada saat
mengangkat beban, dan begitu posisi yang diinginkan tercapai, torsi dapat dilepaskan dan
dongkrak akan mengunci sendiri. Untuk mendapatkan mekanisme “self locking” maka ada
hubungan tertentu yang harus dipenuhi antara koefisien gesekan dan geometri ulir.
Dengan men-set torsi sama dengan nol atau negatif untuk penurunan beban, maka
kondisi self locking akan terjadi jika :
                      L
                µ≥        cos α      atau       µ ≥ tan λ cos α
                     πd p
            ht
                 tp



8.3.3. Efisiensi ulir daya
                       ://



Efisiensi suatu sistem didefinisikan sebagai usaha yang dihasilkan dibagi dengan usaha
                           ru



yang dimasukkan. Kerja masukan ulir daya adalah hasil pekalian antara torsi dan
                                  m



perpindahan angular (radian). Untuk satu putaran, maka kerja masukkan adalah
                                   ah



                                            Win = ( 2π)T
                                                -b



Sedangkan kerja yang dihasilkan untuk satu putaran adalah perkalian beban dengan
                                                  el



perpindahan 1 lead :
                                                        aj



                                            Wout = PL
                                                           ar



Jadi effisiensi adalah
                                                                  .o



                                                Wout   PL
                                           η=        =
                                                                  rg



                                                Win    2πT
dengan mensubstitusikan persamaan untuk torsi maka efisiensi ulir daya profil Acme
adalah :

                   PL πd p cos α − µL                             1 − µ tan λ
              η=                        atau dalam lead angle η =             ,
                   πd p πµd p + L cos α                           1 + µ cot λ


sedangkan untuk profil square dapat disederhanakan, dimana α = 0. Dari persamaan di
atas terlihat bahwa efisiensi tergantung pada koefisien gesek dan lead angle. Gambar 8.7
menunjukkan grafik karakteristik efisiensi ulir daya dengan profil Acme.




                                                  7-9
Gambar 8.8 Karkateristik efisiensi ulir daya profil Acme
ht



         Tabel 8.3 Dimensi utama ulir ACME
tp
   ://
       ru
            m
             ah
                      -b
                        el
                                aj
                                    ar
                                        .o
                                             rg




                         7-10
Contoh Soal 1 :

Mekanisme ulir daya digunakan untuk menaikkan dan
menurunkan beban seperti ditunjukkan pada gambar. Ulir daya
adalah tipe square dengan diameter mayor 32 mm, pitch 4
mm, dan berulir ganda. Beban yang bekerja adalah 6,4 kN per
ulir. Diameter rata-rata colar adalah 40 mm, dengan koefisien
gesekan µ = µc = 0,08. Tentukanlah :

   Kedalaman ulir, lebar ulir, diameter pitch dan rata-rata,
   diameter minor, dan lead.

   Torsi yang dibutuhkan untuk mengangkat beban

   Torsi yang dibutuhkan untuk menurunkan beban
             ht
                  tp



   Efisiensi total                                                  Gambar 8.9 Contoh
                                                                      soal ulir daya
                        ://



Jawaban :
                             ru



   Dari gambar 8.4a diketahui bahwa lebar dan tinggi ulir jenis square adalah sama
                                  m



   dengan setengah pitch-nya atau sebesar 2 mm. Jadi
                                   ah



               p
   dp = d −      = 32 − 2 = 30 mm
               2
                                              -b



   d r = d − p = 32 − 4 = 28 mm
                                                el



   l = np = 2 ( 4 ) = 8 mm
                                                         aj



   Torsi yang dibutuhkan untuk mengangkat beban
                                                             ar



          Pd p ⎛ l + πµ d p ⎞ P µc d
                                                                   .o



   T =         ⎜            ⎟+
           2 ⎜ π dp − µl ⎟
               ⎝            ⎠   2
                                                                   rg



          6,4 ( 30 ) ⎛ 8 + π ( 0,08 )( 30 ) ⎞ 6,4 ( 0,08 )( 40 )
      =              ⎜                         +
             2       ⎜ π ( 30 ) − 0,08 ( 8 ) ⎟
                                             ⎟        2
                     ⎝                       ⎠
      = 15,94 + 10,24 = 26,18 Nm

   Torsi yang dibutuhkan untuk menurunkan beban

          Pd p ⎛ πµ d p − l ⎞ P µc d
   T =         ⎜            ⎟+
           2 ⎜ π d p + µl ⎟
               ⎝            ⎠   2

          6,4 ( 30 ) ⎛ π ( 0,08 )( 30 ) − 8 ⎞ 6,4 ( 0,08 )( 40 )
      =              ⎜                       ⎟+
                     ⎝ π ( 30 ) + 0,08 ( 8 ) ⎠
             2       ⎜                       ⎟        2

      = −0,466 + 10,24 = 9,77 Nm


                                                  7-11
Efisiensi total

             Pl   6,4 ( 8 )
       e=       =            = 0,311
            2πT 2π ( 26,18 )




8.4.        Threaded Fastener (Sambungan baut)
            Fastener adalah alat yang digunakan untuk memegang, mengencangkan atau
menyambung dua elemen atau lebih. Threaded fastener atau sambungan baut
menggunakan alat yang ber-ulir untuk menyambungkan dua elemen atau lebih. Kelebihan
jenis sambungan ini adalah kemungkinan untuk melepas dan memasang kembali.
Sehingga sambungan jenis ini sangat cocok untuk peralatan yang sering dilepas dan
               ht



dipasang untuk keperluan perawatan atau penggantian komponen yang aus. Gambar
8.10 menunjukkan tiga buah tipe sambungan baut yang umum digunakan yaitu
                   tp



sambungan baut-mur, sambungan cap-screw, dan sambungan stud. Klasifikasi threaded
                       ://



fastener umumnya dilakukan berdasarkan konstruksi dan kegunaan, tipe ulir, dan jenis
                          ru



kepala baut.
                              m
                               ah
                                          -b
                                            el
                                                   aj
                                                     ar
                                                         .o
                                                           rg



  Gambar 8.10 Konstruksi sambungan baut (a) baut-mur, (b) sambungan cap-screw, (c)
                                       sambungan stud.


Variasi mur (nut) juga sangat banyak variasinya untuk memenuhi berbagai fungsi khusus.
Gambar 8.11 menunjukkan beberapa tipe mur standar. Washer adalah ring datar yang
biasanya digunakan pada sambungan baut mur. Fungsinya adalah untuk memperluas
bidang kontak antara mur dengan elemen yang disambung. Teknologi pembuatan atau
manufacturing baut-mur saat ini umumnya dilakukan dengan proses machining, rolling,
dan head forming.




                                            7-12
Gambar 8.11 Tipe-tipe mur standard



8.4.1. Standar dan Kekuatan Baut

        Standar geometri baut tipe kepala segi enam ditunjukkan pada gambar 8.12.
Bagian yang akan mengalami konsentrasi tegangan adalah pada fillet kepala baut dan
           ht



pada titik awal ulir. Standard panjang bagian yang berulir berdasarkan UNS adalah
               tp



                    ⎧2D + 0.25 in     ; L ≤ 6 in
               LT = ⎨
                    ⎩2D + 0.5 in      ; L > 6 in
                    ://



dan untuk metrik (ISO), dalam mm :
                        ru



                     ⎧2 D + 6            ; L ≤ 125     D ≤ 48
                             m



                     ⎪
               L T = ⎨2D + 12            ; 125 ≤ L ≤ 200
                              ah



                     ⎪2D + 25            ; L > 200
                     ⎩
                                       -b
                                         el
                                                 aj
                                                     ar
                                                         .o
                                                             rg



                     Gambar 8.12 Standard baut kepala hexagonal

        Penggunaan baut-mur untuk struktur dan aplikasi beban yang besar, maka baut
harus dipilih berdasarkan proof strength Sp seperti yang dispesifikasikan di SAE, ASTM,
dan ISO. Standar-standar ini mengklasifikasikan grade baut berdasarkan material, heat
treatment, dan proof strength minimum. Proof strength adalah tegangan dimana baut
akan mulai mengalami “permanent set”. Nilainya sangat dekat dengan kekuatan yield
material, tetapi lebih rendah. Grade atau kelas baut dapat dilihat dari tanda pada kepala
bautnya. Tabel 8.4 dan 8.5 menunjukkan standard baut SAE dan ISO yang terbuat dari
baja.




                                          7-13
Tabel 8.4 Spesifikasi baut baja menurut SAE




ht
tp
  ://
       ru
           m
            ah
                      -b



 Tabel 8.5 Spesifikasi baut baja menurut ISO (metrik)
                        el
                               aj
                                  ar
                                       .o
                                            rg




                        7-14
8.4.2. Preload dan Faktor Kekakuan Sambungan Baut

       Sebagai fastener, fungsi baut-mur adalah untuk mencekam komponen bersama,
dimana beban yang bekerja akan menimbulkan tegangan tarik pada baut seperti
ditunjukkan pada gambar 8.13. Dalam dunia praktis, pencekaman ditimbulkan oleh beban
awal (preload) dengan mengencangkan baut. Pengencangan baut dapat dilakukan
dengan memberikan torsi yang cukup sehingga menimbulkan beban tarik yang mendekati
proof strength. Untuk sambungan yang mendapat beban statik, beban awal biasanya
diberikan sampai 90% proof strength. Sedangkan untuk sambungan yang mendapat
beban dinamik (fatigue) maka beban awal umumnya diberikan sampai 75% proof
strength.
            ht
                 tp
                     ://
                        ru
                            m
                             ah
                                     -b
                                       el
                                                aj



Gambar 8.13 (a) Sambungan baut, (b)diagram benda bebas baut yang mendapat beban
                                                 ar



                                        tarik
                                                      .o
                                                          rg



       Konstruksi sambungan baut dapat dianalogikan sebagai
sistem pegas seperti ditunjukkan pada gambar 8.14. Baut dapat
dipandang sebagai pegas tarik dengan kekakuan kb dan komponen
yang disambung dapat dianalogikan sebagai pegas tekan dengan
kekakuan kj. Baut yang terdiri dari bagian tanpa ulir dan bagian
berulir dapat dianggap sebagai pegas susunan seri, lihat gambar
8.14. Untuk jenis baut tertentu mungkin terdapat beberapa jenis
ukuran diameter. Recall defleksi batang yang mendapat beban
                 F AE
uniaksial, k =     =   , maka kekakuan baut dapat dituliskan
                 δ   L
menjadi




                                        7-15
1   Lt    Ls
            =     +
         k b At Eb AbEb

dimana At adalah tensile stress area baut, dan Ab adalah luas penampang bagian yang
tidak berulir.

        Kekakuan komponen yang disambung juga merupakan susunan seri. Kekakuan
totalnya adalah

         1     L1     L2                                                    Gambar 8.14
            =      +
         k j A m1E1 A m 2 E 2

dimana L1 dan L2 adalah masing-masing tebal komponen yang disambung, Am luas efektif
material yang dicekam. Khusus jika material komponen yang dicekam sama maka
             ht



                             AmEm
                     kj =
                  tp



                              L
                     ://



        Menentukan   nilai   kekakuan   sambungan    jauh   lebih   sulit   dan   kompleks
                        ru



dibandingkan dengan kekakuan baut. Kesulitan terutama terletak pada penentuan luas
                              m



efektif pencekaman, Am. Pendekatan umumnya dilakukan untuk menyederhanakan
                               ah



analisis. Berdasarkan analisis numerik dengan metoda elemen hingga diketahui bahwa
distribusi tegangan pencekaman pada komponen yang signitfikan terjadi pada daerah
                                        -b



berbentuk frusta cone seperti ditunjukkan pada gambar 8.15. Jika komponen yang
                                          el



dicekam terbuat dari material yang sama, maka φ berharga sekitar 420. Nilai ini juga
                                                aj



masih belaku untuk tebal komponen yang dicekam tidak sama.
                                                    ar



        Volume efektif komponen yang dicekam dapat ditentukan dengan menghitung
                                                        .o



volume “double cone shape barrel” seperti ditunjukkan pada gambar 8.15 (a) dan (b). Jika
                                                             rg



material komponen yang dicekam jenisnya sama, maka dapat dibuat volume silinder yang
ekivalen dengan volume frusta cone seperti ditunjukkan pada gambar (c). Jika material
tidak sama maka konsep pegas seri harus digunakan dan parameter E masing-masing
material harus dimasukkan.




                                         7-16
Gambar 8.15 Volume efektif pencekaman
            ht



       Luas penampang efektif komponen yang mengalami kompresi adalah luas
                 tp



penampang rata-rata frustum-cone barrel :
                     ://



                                π 2            π ⎡⎛ d 2 + d 3 ⎞
                                                                2    ⎤
                          ru



                        Am     = (d eff − d ) ≅ ⎢⎜
                                           2
                                                              ⎟ − d2 ⎥
                                4              4 ⎢⎝ 2 ⎠
                                                 ⎣                   ⎥
                                                                     ⎦
                                m
                                 ah



dimana d adalah diameter baut, d2 dan d3 seperti ditunjukkan pada gambar :

                   ⎧1,5d; jika tidak menggunakan washer
                                           -b



                   ⎪
              d2 = ⎨
                   ⎪2d; jika washer digunakan pada kepala baut&mur
                                             el



                   ⎩
                                                     aj



                                       d 3 = d 2 + L tan φ
                                                         ar
                                                             .o
                                                                 rg



Gasket

       Gasket adalah komponen yang sering digunakan pada sambungan baut untuk
mencegah kebocoran. Tipe dan jenis gasket sangat banyak, tetapi secara umum dadapat
dibedakan menjadi      dua kelas yaitu (1) confined dan (2) unconfined. Gambar 8.16
menunjukkan contoh kedua kelas gasket. Gasket umumnya terbuat dari material yang
jauh lebih lunak dari komponen yang disambung. Tabel 8.5 menunjukkan modulus
elastisitas material gasket.




                                              7-17
Gambar 8.16 Confined dan unconfined gasket


     Tabel 8.6 Modulus elastisitas beberapa material gasket yang sering digunakan
           ht
               tp
                   ://
                       ru
                            m
                             ah
                                      -b
                                        el
                                                aj
                                                  ar
                                                       .o



       Konstruksi sambungan yang menggunakan confined gasket memberikan kondisi
dimana permukaan komponen yang disambung dapat berkontak langsung. Dengan
                                                           rg



demikian kekakuan sambungan tidak akan dipengaruhi oleh adanya confined gasket.
Sedangkan untuk konstruksi yang menggunakan unconfined gasket maka kekakuan
komponen menjadi
                                1    1     1    1
                                   =    +     +
                                k j k m1 k m 2 k g

dimana kg adalah kekakuan material gasket. Mengingat gasket terbuat dari material yang
lunak maka modulus elastistasnya juga jauh lebih kecil (Eg << Em1, Em2, ..). Karena
modulus berbanding lurus dengan kekakuan maka kg << km1, km2, …. Jadi dapat
dismpulkan bahwa kekakuan keseluruhan komponen :




                                         7-18
1    1     1    1   1
                       =    +     +   ≅           atau   kj ≅ kg
                    k j k m1 k m 2 k g k g




8.5.   Sambungan yang mendapat beban statik
       Gambar 8.17 (a) menunjukkan karakteristik gaya-deformasi sambungan baut jika
diberikan beban awal untuk mengencangkan sambungan. Gaya awal dinaikkan dari nol
sampai Fi. Akibat gaya awal tersebut maka baut akan mengalami defleksi δk dan
komponen mengalami defleksi δm. Baut memiliki slope positif karena dengan
bertambahnya beban pengencangan maka panjangnya juga bertambah. Hal sebaliknya
untuk komponen yang disambung. Terlihat juga untuk gambar tersebut bahwa kekakuan
komponen yang disambung lebih tinggi daripada kekakuan baut sehingga deformasi
           ht



material lebih rendah berbeda dengan deformasi baut. Gaya yang bekerja pada keduanya
               tp



tetap sama.
                   ://



       Jika beban luar sebesar P diberikan pada sambungan seperti gambar 8.17 (b)
                       ru



maka akan terjadi pertambahan deformasi ∆δ pada baut dan komponen seperti
                           m



ditunjukkan pada gambar 8.17 (c). Deformasi tambahan ini selalu bernilai sama untuk
                            ah



baut dan komponen sampai sambungan terpisah.
                                     -b
                                       el
                                               aj
                                                 ar
                                                     .o
                                                         rg




                                        7-19
Gambar 8.17 Karakteristik sambungan baut yang mendapat beban statik

Adanya beban eksternal akan mengubah situasi beban yang dialami baik oleh baut
maupun komponen. Gaya yang bekerja pada baut akan mendapat tambahan sebesar Pb
sehingga gaya total pada baut menjadi Fb. Sedangkan komponen mengalami
pengurangan gaya sebesar Pm sehingga gaya total pada komponen menjadi Fm. Atau
dengan kata lain dicatat bahwa gaya luar P dipecah menjadi dua bagian yaitu Pb untuk
baut dan Pm untuk komponen.

                       P = Pm + Pb

Gaya total masing masing pada baut dan komponen adalah

                       Fb = Fi + Pb                   Fm = Fi - Pm
             ht



Sambungan akan mulai terpisah atau gagal jika beban luar yang diberikan, P, mencapai
                tp



beban awal pencekaman Fi. Pada kondisi ini seluruh gaya luar akan ditahan oleh baut.
Untuk menjaga sambungan tidak mudah terpisah, yang berarti gagal, maka dari itulah
                     ://



disarankan supaya menggunakan preload yang tinggi. Untuk aplikasi praktis, preload
                          ru



disarankan
                               m



                    ⎧0,75Fps
                                ah



                    ⎪            untuk reused connection
               Fi = ⎨
                    ⎪0,90Fps
                    ⎩            untuk permanent connection
                                          -b



dimana Fps adalah proof preload = SpAt. Perhitungan faktor keamanan sambungan dapat
                                            el



dilakukan dengan analisis sebagai berikut :
                                                    aj
                                                       ar



   Hubungan antara deformasi dan gaya
                                                               .o



                                      Pb Pm                    kb
                               ∆δ =     =          atau Pb =      Pm
                                                                 rg



                                      kb km                    km

mengingat P = Pm + Pb maka

                                        kb
                               Pb =           P atau Pb = CP
                                      km + kb

               kb
dimana C =           .
             km + kb

C sering disebut sebagai konstanta kekakuan atau konstanta sambungan. Konstanta C ini
nilainya biasanya < 1, dan jika kb relatif kecil dibandingkan km, C nilainya akan makin kecil.
Jadi dapat dikonfirmasikan bahwa baut akan mendapat porsi yang kecil dari beban luar P.
       Dengan cara yang sama dapat diturunkan bahwa



                                            7-20
km
                            Pm =            P = (1 − C)P
                                    km + kb

Ekspresi Pb dan Pm dapat digantikan untuk mendapatkan gaya total yang diterima baut
dan komponen.

                      Fb = Fi + CP dan Fm = Fi − (1 − C)P

Persamaan di atas dapat digunakan untuk menentukan berapa besar
preload yang harus diberikan pada suatu sambungan jika beban luar
yang bekerja sudah ditentukan, dan baut sudah dipilih sehingga proof
strength-nya diketahui.

       Beban luar untuk memisahkan sambungan P0 dapat ditentukan
           ht



dengan men-set Fm sama dengan nol.
                tp



                                       Fi
                             P0 =
                    ://



                                    (1 − C)
                          ru



Sehingga faktor keamanan terhadap pemisahan sambungan adalah
                            m



                                                                         Gambar 8.18
                                              P0   Fi
                             ah



                                SFsamb =         =                        Sambungan
                                              P P(1 − C)                 yang terpisah
                                         -b
                                           el
                                                     aj
                                                     ar



Contoh soal 2 :
                                                           .o



Gambar dibawah ini menunjukkan potongan silinder bertekanan. Baut dengan jumlah total
N digunakan untuk menahan gaya pemisah 36 kip.
                                                            rg



   (a) Tentukan kekakuan dan konstanta sambungan C

   (b) Cari jumlah baut yang dibutuhkan jika diingunkan faktor keamanan 2 dan juga
       dengan menganggap bahwa baut dapat digunakan kembali jika sambungan
       dibongkar-pasang.




                                              7-21
Gambar 8.19. Contoh soal : Sambungan baut yang mendapat beban statik

Jawaban :

(a) Kekauan baut dapat dihitung sebagai berikut :
               ht



             AE π d 2E π ( 0,625 ) ( 30 )
                                       2
                 tp



        kb =    =     =
              l   4l         4 (1,5 )
                     ://



           = 6,13 Mlb / in
                          ru
                              m



   dimana panjang cekaman l =1,5 in. Modulus elastisitas besi cor no.25 adalah 12 Mpsi.
   Jadi kekakuan dari eleman yang disambung dengan manngasumsikan bahwa tekanan
                               ah



   pada elemen sambungan berbentuk potongan kerucut (frustum cone) adalah :
                                           -b



                 0,577π Ed              0,577π (12 )( 0,625 )
                                             el



   km =                         =
              ⎛ 0,577l + 0,5d ⎞     ⎛ 0,577 (1 ) + 0,5 ( 0,625 ) ⎞
                                                ,5
          2ln ⎜ 5
                                                   aj



                              ⎟ 2ln ⎜ 5
                                    ⎜ 0,577 (1 ) + 2,5 ( 0,625 ) ⎟
                                                                 ⎟
              ⎝ 0,577l + 2,5d ⎠     ⎝           ,5               ⎠
                                                       ar



        = 7,67 Mlb / in
                                                         .o
                                                             rg



   Dengan demikian konstanta sambungan C dapat dihitung sebagai berikut :

             kb       6,13
   C=             =            = 0,444
         k b + k m 6,13 + 7,67

(b) Dari tabel 8.2 dan 8.4 diperoleh At = 0,226 in2 dan Sp = 85 kpsi. Kemudian beban awal
   yang direkomendasikan dapat dihitung sebagai berikut :

   Fi = 0,75 At Sp = 0,75 ( 0,226 )( 85 ) = 14,4 kip

   Hubungan antara jumlah baut dengan faktor keamanan dapat dinyatakan sebagai
   berikut :

        Sp At − Fi                   CnF
   n=                atau     N=
        C (F / N )                 Sp At − Fi


                                            7-22
Kemudian dengan memasukkan, parameter-parameter yang sudah diketahui,
   diperoleh jumlah baut N,

              0,444 ( 2 )( 36 )
       N=                          = 6,65
            85 ( 0,226 ) − 14,4

   Jadi dipakai jumlah baut sebanyak 7 buah. Dengan menggunakan jumlah baut
   sebanyak ini, diperoleh faktor keamanan sebagai berikut :

            85 ( 0,226 ) − 14,4
       n=                         = 2,11
              0,444 ( 36 / 7 )

   yang nilainya lebih besar daripada nilai yang disyaratkan. Dengan demikian dipilih 7
   buah baut dengan beban awal yang direkomendasikan dalam pengencangan.
               ht
                    tp



8.6.    Momen Torsi untuk Preload
        Beban awal atau preload, Fi, pada sambungan dapat baut dilakukan dengan
                         ://



memutar kepala baut atau mur, yang berarti diperlukan momen puntir untuk mendapatkan
                                  ru



preload yang diinginkan. Pada saat pemberian beban awal baut akan mengalami
                                     m



tegangan tarik dan juga tegangan geser karena adanya torsi. Diagram benda bebas dan
                                      ah



elemen tegangan saat pengencangan ditunjukkan pada gambar 8.20. Setelah
sambungan digunakan baut biasanya mengalami sedikit “unwind” untuk melepas hampir
                                                   -b



seluruh tegangan geser sisa yang diakibatkan oleh momen puntir. Nilai preload dapat
                                                     el



diukur atau dikontrol dengan beberapa metoda yaitu : (1) mengukur elongation atau
                                                             aj



pertambahan panjang baut, dan (2) mengukur momen torsi yang diberikan. Metoda
                                                                 ar



pertama dapat dilakukan dengan menggunakan strain gage atau ultrasonic transduser.
                                                                      .o



Tetapi hal ini sangat tidak praktis untuk aplikasi di lapangan. Metoda kedua dapat
                                                                           rg



dilakukan dengan menggunakan “torque wrench”.                       Metoda ini sangat praktis tetapi
memiliki akurasi yang rendah yaitu sekitar ± 30%.

        Besarnya momen puntir yang harus diberikan untuk menghasilkan preload yang
diinginkan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan momen torsi yang telah
diturunkan pada ulir daya :

                                            d p (µ + tan λ cos α )         d
                                  Ti = Fi                          + Fi µ c c
                                             2 (cos α − µ tan λ )           2




                                                      7-23
ht
                tp
                     ://
                         ru
                              m



      Gambar 8.20 Beban dan tegangan yang terjadi pada baut saat diberi preload
                               ah



       (T1 = T2 +T3+ T4; T1 = torsi luar yang diberikan pada mur, T2 = torsi karena
       gesekan pada permukaan mur, T3 = torsi karena gesekan pada kepala
                                            -b



       baut, dan T4 = torsi luar yang harus diberikan pada kepala baut suapay
                                              el



       baut tidak berputar)
                                                      aj



Untuk baut/mur yang digunakan sebagai fastener, diameter pitch dapat diasumsikan
                                                           ar



sama dengan diameter baut, d. Diameter colar dapat didekati dengan rata-rata antara
                                                                .o



diameter baut dan standard kepala baut, 1,5d.
                                                                     rg



                                  d (µ + tan λ cos α )          (1 + 1,5)d
                        Ti ≅ Fi                        + Fi µ c
                                  2 (cos α − µ tan λ )               2

Dengan mendefinisikan koefisien torsi Ki,

                               ⎡ (µ + tan λ cos α )               ⎤
                         K i ≅ ⎢0,5                 + 0,625Fi µ c ⎥
                               ⎣ (cos α − µ tan λ )               ⎦

formula di atas dapat ditulis menjadi

                                           Ti ≅ K i Fi d

Hasil eksperimental nilai koefisien torsi, ki, baut standard UNS, untuk koefisien gesek µ =
µc = 0,15 adalah :



                                               7-24
Ukuran baut                             Koefisien torsi, Ki
                                                            Tipe UNC        Tipe UNF
              1”,2”,3”,4”,5”,6”,7”,8”,10”,12”                 0,22             0,22
                      ¼”, 5/16”, 3/8”                         0,22             0,21
   7/16”, ½”, 9/16”, 5/8”, ¾”, 7/8”, 1 1/8”, 1 ¼”, 1 3/8”     0,21             0,21
                           1 ½”                               0,21             0,20


Dari data eksperimental di atas, maka terlihat bahwa variasi kofisien torsi untuk preload
sangatlah kecil baik terhadap ukuran baut maupun kelas baut itu sendiri. Variasi koefisein
torsi juga sangat kecil jika kita menggunakan dp untuk formula koefisien torsi. Jadi momen
puntir atau torsi yang diperlukan untuk mendapatkan preload Fi, (ulir dilumasi, µ=µc= 0,15)
dapat didekati dengan :
           ht



                                         Ti ≅ 0,21Fi d
                  tp
                     ://
                          ru



8.7.   Beban Dinamik Berfluktuasi
       Untuk kasus sambungan yang mendapat beban dinamik siklus atau berfluktuasi,
                               m



maka pengaruh beban awal akan lebih dominan dibandingkan dengan pembebanan
                                ah



statik. Dalam prakteknya kebanyakan beban luar P dinamik yang bekerja pada
                                          -b



sambungan baut adalah tipe “fluctuating” dimana beban P terendah, Pmin adalah nol. Jadi
                                            el



pada saat beban luar bernilai nol maka hanya beban awal Fi, yang bekerja pada
                                                       aj



sambungan seperti terlihat pada gambar 8.21(a) Pada saat beban maksimum, Pmax, maka
beban tersebut akan ditanggung bersama oleh baut dan komponen bersama-sama.
                                                         ar



Karena kekakuan baut lebih rendah maka sebagian besar beban berfluktuasi akan
                                                            .o



ditanggung oleh komponen yang disambung. Hal ini terlihat jelas pada gambar 8.21 (b).
                                                              rg



Hal ini secara drastis akan menurunkan tegangan berfluktuasi tarik (tensile) yang sangat
berpotensi menimbulkan kegagalan fatigue pada baut. Tegangan fluktuatif tekan pada
komponen tidak perlu dikhawatirkan karena kegagalan fatigue selalu disebabkan oleh
tegangan tarik.




                                                7-25
Gambar 8.21 Karakteristik gaya-deformasi baut yang mendapat beban berfluktuasi

       Dengan Fb, adalah gaya total yang bekerja pada baut, maka amplitudo dan gaya
rata-rata pada baut adalah

                        Fb − Fi                        Fb + Fi
               Famp =           ,            Frata =
                           2                              2

sehingga tegangan pada baut menjadi

                             Famp                      F
               σ amp = K f            dan σ rata = K fm rata
                             At                                  At

At adalah tensile stress area baut, Kf adalah faktor konsentrasi tegangan fatigue baut dan
Kfm adalah faktor konsentrasi tegangan rata-rata. Untuk sambungan yang diberikan beban
           ht



awal maka Kfm biasanya bernilai 1,0. Faktor konsentrasi tegangan pada beberapa tipe
                tp



baut ditunjukkan pada tabel 8.6.
                    ://
                            ru



                Tabel 8.7 Faktor konsentrasi tegangan fatigue untuk baut
                                  m
                                   ah
                                                -b
                                                  el
                                                           aj



       Tegangan baut karena beban awal
                                                                  ar
                                                                       .o



                            Fi
               σ i = K fm
                            At
                                                                               rg



Perlu diketahui bahwa hasil penelitian Peterson terhadap kegagalan baut adalah :

                  15% kegagalan terjadi pada fillet dibawah kepal baut

                  20% kegagalan terjadi pada titik awal bagian berulir

                  65% kegagalan terjadi pada ulir yang berkontak dengan mur

Untuk menentukan faktor keamanan baut terhadap beban yang berfluktuasi, beberapa
kriteria dapat digunakan seperti kriteria modified-Goodman, Gerber parabola, atau ASME
elliptic line. Dengan menggunakan “modified Goodman diagram” maka formula untuk
perhitungan faktor keamanan terhadap fatigue adalah :

                                                    Se (S ut − σ i )
                                 SFlelah =
                                             Se (σ rata − σ i ) + S ut σ amp


                                                    7-26
Hal penting yang perlu diingat, preload yang tinggi akan menurunkan pengaruh beban
fatigue pada baut. Jika sambungan tidak diberi preload, maka tegangan fluktuatif yang
harus ditanggung baut akan meningkat sesuai dengan faktor 1/C. karena C adalah
bilangan yang kecil, maka faktor 1/C adalah bilangan yang besar.

Contoh Soal 3 :

Sebuah komponen mesin terdiri dari dua buah pelat baja yang dicekam sambungan baut.
Baut yang digunakan adalah tipe 0,5”-13UNC grade 5. komponen mesin tersebut
mendapat beban berfluktuasi dari 0 s/d Fmax. Tentukanlah nilai Fmax yang dapat ditahan
baut sehingga memiliki umur tak hingga untuk kasus (a) sambungan tidak diberi beban
awal, dan (b) baut diberi beban awal sampai proof load.
            ht
                tp
                    ://
                         ru
                              m
                               ah
                                        -b
                                          el
                                                 aj
                                                    ar
                                                          .o
                                                              rg




       Gambar 8.22 Contoh soal : komponen mesin mendapat beban berfluktuasi

Jawaban :

Asumsi :
1. Sisa panjang ulir baut hanya sedikit diatas mur, dan tangkai baut berdiameter 0,5 inchi
   sepanjang baut tersebut.
2. Kedua pelat baja tersebut mempunyai permukaan yang halus dan datar, dan tidak ada
   gasket diantaranya.



                                          7-27
3. Luas efektif elemen yang dijepit dapat diaproksimasi dengan gambar berikut :




             ht



        Gambar 8.23 Salah satu metode penentuan luas efektif elemen yang dijepit
                 tp



Analisis :
1. Untuk kasus a , tegangan yang ada hanya diakibatkan beban fluktuatif saja. Tensile
                     ://



    stress area dan koefisien beban fluktuatif diperoeh dari tabel 8.2 dan tabel 8.7.
                           ru



                Fmax           Fmax
    σa = σm =        Kf =              ( 3,8 ) = 13,39Fmax
                                m



                2 At      2 ( 0,1419 )
                                 ah



2. Dengan menggunakan grafik 8.22c dan hasil di atas, diperoleh σ a = σ m = 37000 psi
                                                   -b



    Dengan demikian, 13,39Fmax = 37000 atau Fmax = 2760 lb
                                                     el



3. Untuk kasus b , beban tarik awalnya adalah :
                                                                   aj



    Fi = At Sp = ( 0,1419 )( 85000 ) = 12060 lb
                                                                         ar



4. Dengan asumsi nomor 2, maka kb dan kc adalah proporsional terhadap Ab dan Ac.
                                                                              .o



    Kemudian dengan menggunakan asumsi pertama, diperoeh :
                                                                                      rg



                                         π           π
                                                         ( 0,5 )
                                                                   2
                               Ab =           d2 =                     = 0,196 in 2
                                          4          4
    Dengan menggunakan gambar 8.23 untuk memperkirakan Ac diperoleh :
                          π
                   Ac =
                          16
                             ( 5d   2
                                        + 6dg tan30° + g 2 tan2 30°             )
                      =
                          π
                          16
                             (5 (0,5)     2
                                              + 6 ( 0,5 )( 2 )( 0,577 ) + ( 2 ) ( 0,333 )
                                                                                      2
                                                                                            )
                      = 1,19 in 2
    Dengan demikian diperoleh :
                             kb      Ab       0,196
                                  =       =             = 0,14
                           kb + kc Ab + Ac 0,196 + 1,19



                                                         7-28
Yang berarti bahwa hanya 14% dari fluktuasi gaya eksternal yang ditahan oleh baut,
   sedangkan sisanya digunakan untuk melawan tekanan jepitnya.
5. Beban alternating pada baut adalah setengah dari fluktuasi peak-to-peaknya atau
   0,07Fmax. Jadi beban alternating pada baut :
                               Fa      0,07Fmax
                        σa =      Kf =          ( 3,8 ) = 1,88Fmax
                               At       0,1419

6. Dengan Fi = At Sp = 12060 lb , beban eksternal yang lebih besar sedikit dari 12060

   lbf tidak akan menyebabkan pemisahan sambungan. Dengan demikian, Fmax=12060
   lbf merupakan solusi kasus ini jika tegangan baut tidak menyebabkan kegagalan
   fatigue. Untuk Fmax=12060 lbf,
                      σ a = 1,88Fmax = 1,88 (12060 ) = 22670 psi
              ht



   Titik ini tepat berada dibawah garis Goodman untuk umur tak terbatas. Jadi jawaban
               tp



   untuk kasus b adalah Fmax=12060 lbf.
                   ://
                        ru



8.8.   Sambungan Baut yang Mendapat Beban Geser
                             m



       Konstruksi yang menggunakan sambungan baut juga dapat menahan beban
                              ah



geser. Penggunaan sistem sambungan ini yang luas lebih banyak untuk struktur seperti
misalnya jembatan, bangunan, boiler, tangki dan lain-lain. Contoh sistem sambungan ini
                                        -b



dan aplikasinya ditunjukkan pada gambar 8.23. Beban awal tensile pada baut diberikan
                                          el



untuk menimbulkan gaya gesek yang besar pada komponen yang disambung. Gaya
                                                  aj



gesek inilah yang berfungsi menahan sebagian besar beban geser. Jadi baut tetap harus
                                                      ar



diberikan beban awal tarik yang tinggi. Jika gaya gesek pada sambungan tidak cukup
                                                          .o



kuat menahan beban maka baut akan lanngsung mendapat gaya geser.
                                                                  rg




        (a)                                                 (b)

         Gambar 8.24 Konstruksi sambungan baut yang mendapat beban geser


                                           7-29
Untuk kasus dimana sambungan mendapat beban geser langsung seperti pada gambar
8.24(a) maka beban geser P dapat diasumsikan ditanggung secara merata oleh masing
masing baut. Sehingga tegangan geser yang dialami baut dapat dihitung dengan formula
sederhana

                                                ( P / i)
                                     τ baut =
                                                  At

dimana i adalah jumlah baut.

       Untuk kasus dimana sambungan mendapat beban geser dan momen seperti
gambar 8.24 (b) maka baut akan menerima dua jenis gaya geser yaitu (1) F’, akibat gaya
            ht



geser langsung yang disebut primary shear, dan (2) F”, akibat momen puntir pada
sambungan yang disebut secondary shear. Analisis sambungan baut jenis ini terdiri dari
               tp



empat tahap utama yaitu :
                   ://



                 menentukan titik pusat (centroid)
                        ru
                               m



                 menentukan gaya geser langsung (primary shear)
                                ah



                 menentukan gaya geser akibat momen (secondary shear)
                                      -b



                 Menentukan resultan gaya yang bekerja pada baut
                                        el
                                                    aj
                                                           ar
                                                           .o
                                                            rg




  Gambar 8.25 Analisis gaya-gaya pada baut akibat gaya geser langsung dan momen


Dalam sistem koordinat kartesian (x,y), centroid atau titik pusat sekumpulan baut dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan


                                          7-30
n                              n

                                 ∑        Ai xi                 ∑ Ai yi
                            x=    1
                                      n
                                                   dan    y=     1
                                                                     n

                                  ∑        Ai                    ∑ Ai
                                      1                              1

dimana n adalah jumlah baut, Ai luas penampang baut yang ke-i, dan xi, yi adalah
koordinat masing-masing baut yang ke i.
       Dengan mengasumsikan bahwa beban geser langsung akan diterima secara
merata oleh masing-masing baut, maka komponen beban langsung (primary shear) dapat
langsung dihitung dengan membagi gaya V dengan jumlah baut atau F” = V/n. Gaya
geser akibat momen atau secondary shear dapat dihitung dari menggunakan persamaan

                              M =F A rA + F B rB + F C rC + ...
                                   "        "        "
           ht



dengan rA, rB, dst adalah jarak antara centroid dengan ke masing-masing titik tengah baut,
                 tp



dan F” adalah secondary shear. Gaya yang ditanggung setiap baut tergantung pada jarak
                    ://



radial dari centroid ke baut. Baut yang terjauh akan menanggung gaya paling besar,
                        ru



sedangkan yang terdekat mendapat beban paling kecil. Jadi dapat ditulis dalam bentuk
                              m



perbandingan
                               ah



                                       "    "    "
                                      FA FB FC
                                         =    =    = ...
                                      rA   rB   rC
                                                -b



Kombinasi kedua persamaan di atas menghasilkan persamaan secondary shear untuk
                                                  el



baut yang ke-i
                                                          aj



                                                      Mri
                              Fi" =
                                                                ar



                                       2
                                      rA    + rB
                                               2
                                                   + ... + ri2 + ... + rn
                                                                        2
                                                                         .o



       Langkah berikutnya adalah menghitung resultan gaya geser yang bekerja pada
                                                                            rg



masing-masing baut dengan melakukan penjumlahan vectorial antara primary shear dan
secondary shear. Selanjutnya tegangan dan kekuatan baut dapat dihitung dengan kriteria-
kriteria yang telah dibahas sebelumnya.


Contoh Soal 4 :
Konstruksi sambungan baut untuk pelat baja setebal 15 mm digunakan untuk menahan
beban sebesar 16 kN. Baut yang digunakan adalah M16 kelas 8.8. Tentukanlah faktor
keamanan terendah dari keempat baut jika semua beban ditanggung oleh baut (asumsi
tidak ada gesekan antara komponen yang disambung). Semua dimensi yang diperlukan
diberikan pada gambar 8.26.




                                                   7-31
Gambar 8.26 Semua dimensi dalam millimeter
                   ht



Jawaban :
                      tp



Titik O pada gambar 8.26 ditentukan berdasarkan kesimetrisan. Jika digambar diagram
                            ://



benda bebas dari kantilever, gaya reaksi V akan melewati titik O dan momen reaksi M
                              ru



juga akan berkerja pada titik O. Reaksi-reaksi ini adalah :
V = 16 kN            M = 16(425) = 6800 Nm
                                   m



Pada gambar 8.27 dibawah ini digambarkan diagram gaya-gaya pada sambungan secara
                                    ah



terperinci.
                                             -b



Jarak tiap baut terhadap titik O adalah :
                                               el



      ( 60 )       + ( 75 ) = 96 mm
               2        2
r =
                                                       aj



Geseran primer pada tiap baut adalah :
                                                        ar



      V 16
F'=     =   = 4 kN
                                                              .o



      n   4
                                                                rg



Karena simetris, maka geseran sekunder dapat dihitug sebagai berikut :
      Mr     M   6800
F"=        =   =         = 17,7 kN
      4r 2
             4r 4 ( 96 )
Dengan menggambarkan gaya-gaya ini pada gambar 8.26 dan dengan skala tertentu,
maka dapat diperoleh besar resultan gaya pada tiap baut.
FA = FB = 21 kN,            dan   FC = FB = 13,8 kN.
Tinggi baut yang diperlukan :




                                               7-32
ht
                tp



                    Gambar 8.27 Diagram gaya-gaya pada sambungan
                     ://
                         ru



Panjang baut yang diperlukan sama dengan tebal elemen yang disambung (25 mm)
                                 m



ditambah tinggi mur dan sekitar 2 mm untuk ring atau washer.                        Dari tabel standard
diperoleh tinggi mur standar untuk M16 sekitar 14,8 mm sehingga tinggi total yang
                                  ah



diperlukan adalah 41,8 mm. Jadi dipilih baut dengan panjang 46 mm. Kemudian dihitung
                                             -b



panjang bagian yang berulir berdasarkan tabel 8.5, LT = 38 mm. Dengan demikian
                                               el



geseran terjadi pada bagian yang berulir, sehingga shear-stress area As = π d p / 4
                                                                              2
                                                             aj



dimana dp adalah diameter pitchnya. Adapun diameter pitch untuk ulir ISO dapat dihitung
                                                                     ar



sebagai berikut :
                                                                      .o



                             d p = d − 3H / 8 = d − 3 ⎡0,5 ( 3 )           p⎤ / 8
                                                                     0,5

                                                      ⎣                     ⎦
                                                                              rg



                                = 16 − 3 ⎡0,5 ( 3 )         2⎤ / 8
                                                      0,5

                                         ⎣                   ⎦
                                = 15,35 mm

Sehingga diperoleh As = π d p / 4 = 185 mm 2
                            2



Diperoleh tegangan geser
     FA 21000
τ=      =     = 113,5 MPa
     AS   185
Dengan demikian dapat dihitung faktor keamanan baut terhadap tegangan geser sebagai
berikut :
     τ all    600
n=         =       = 5,286
      τ      113,5


                                                7-33
8.9.  Soal-soal Latihan
1. Sebuah dongkrak ulir dengan ulir Acme ganda berdiameter 1 inchi digunakan untuk
   menaikkan beban sebesar 4000 N. Sebuah thrust collar berdiameter rata-rata 50 mm
   digunakan pada ulir tersebut. Koefisien gesekan yang terjadi adalah f = 0,12 dan fc =
   0,09.
   a. Tentukan pitch, lead, kedalaman ulir, diameter rata-rata ulir, dan sudut heliksnya.
   b. Hitung torsi awal untuk menaikkan dan menurunkan beban.
   c. Hitung efisiensi dongkak ketika sedang menaikkan beban.
2. Baut UNC class 7 berdiameter 0,5 inchi dengan ulir yang dibuat dengan proses rolling
   diberikan beban awal 80% dari proof strength-nya ketika digunakan menjepit susuan
           ht



   baja berlapis setebal 3 inchi. Tentukan faktor keamanan terhadap luluh statis (static
   yielding) dan pemisahan sambungan (joint separation) ketika beban statik eksternal
                tp



   sebesar 5 kN diberikan. Gunakan reliability 99%.
                    ://



3. Ulir daya berprofil Acme dengan diameter pitch 1 inchi dan beulir tunggal digunakan
                         ru



   untuk menaikkan beban sebesar 25000 lbf. Diameter rata-rata collar adalah 1,5 inchi.
                              m



   Koefisien gesekan ulir sama dengan koefisien gesekan collar yaitu sebesar 0,1.
                               ah



   tentukan :
   a. Diameter puncak ulir
                                         -b



   b. Torsi ulir yang diperlukan untuk menaikkan beban
                                           el



   c. Koefisien gesekan maksimum yang diperlukan untuk mencegah ulir mengalami
                                                   aj



       self- locking jika gesekan collar dihilangkan.
                                                        ar



4. Sebuah dongkrak mobil terdiri dari ulir daya dan mur. Mobil diangkat dengan memutar
                                                          .o



   ulir daya. Hitung torsi yang dibutuhkan untuk menaikkan beban seberat 1 ton.
                                                               rg



   Diketahui bahwa lead l = 9 mm, diameter pitchnya adalah 22 mm, dan sudut ulirnya
   adalah 30°. Koefisien gesekan yang ada adalah 0,1 pada ulir dan nol ditempat lain.
5. Ulir daya berprofil Acme digunakan untuk menaikkan beban sebesar 1350 lbf.
   Diameter luar ulir adalah 1,25 inchi dan diameter collar rata-rata adalah 2 inchi.
   Koefisien gesek ulir adalah 0,13 dan pada collar adalah 0,16. Tentukan :
   a. Torsi yang diperlukan untuk menaikkan dan menurunkan beban.
   b. Dimensi geometris ulir.
   c. Efisiensi ketika menaikkan beban.
   d   Beban yang menyebabkan efisiensi ketika menaikan beban adalah sebesar 18%.
6. Gambar dibawah ini menunjukkan bejana tekan dengan pelat tutup bergasket.
   Tekanan internal cukup seragam sehingga beban pada baut dapat dianggap statik.
   Tekanan jepit gasket yag direkomendasikan adalah minimal sebesar 13 MPa



                                            7-34
(termasuk faktor keamanan) untuk menjamin sambungan yang tahan bocor. Untuk
   penyederhanaan, lubang baut dapat diabaikan dalam penghitungan luas gasket.
   a. Jika baut 12, 16, dan 20 mm mempunyai ulir kasar dan terbuat dari baja SAE
      class 8.8 atau 9.8 (dipilih yang paling cocok antara keduanya) akan digunakan,
      tentukan jumlah baut yang diperlukan.
   b. Jika rasio jarak antar-baut dengan diameter baut tidak boleh melebihi 10 untuk
      menjaga tekanan flens yang cukup antar-baut, dan jika rasio ini tidak boleh kurang
      dari 5 untuk menyediakan ruang yang cukup untuk kunci standar, yang manadari
      ketiga ukuran baut di atas yang memberikan ruang antar-baut yang paling baik.
          ht
               tp
                   ://
                        ru



                                     Gambar P8.1
                            m



7. Gambar dibawah ini menunjukkan sambungan pada cylinder head pada bejana tekan
                             ah



   yang menggunakan 10 baut dan confined-gasket seal. Diameter seal efektif adalah
   sebesar 150 mm sedangkan dimensi lainnya adalah : A = 100 mm, B = 200 mm, C =
                                       -b



   300 mm, D = 20 mm, dan E = 25 mm. Tekanan statik gas pada silinder adalah
                                         el



   sebesar 6 MPa. Telah dipilih baut ISO class 8.8 dengan diameter 12 mm. Berapa
                                                aj



   faktor pembebanan, n, dari pemilihan ini?
                                                    ar
                                                       .o
                                                            rg




                                     Gambar P8. 2

8. Gambar dibawah ini menunjukkan lap joint yang dibaut dengan menggunakan baut
   SAE grade 8. Temukan gaya geser yang aman F yang dapat diaplikasikan pada
   sambungan ini jika ditentukan faktor keamanan berikut : shear pada baut 3, bearing
   pada baut 2, bearing pada elemen yang disambung 2,5, dan tension pada elemen
   yang disambung 3.




                                         7-35
Gambar P8.3
9. Kanal vertikal berukuran 152 X 76 mempunyai kantilever yang dibaut kepadanya.
   Kanal tersebut terbuat dari baja AISI 1015 yag di-hot roll. Bautnya adalah M12 x 1,75
   ISO 5,8. Untuk faktor desain 2,8 cari gaya F yang aman diberikan pada kantilever.
          ht
               tp
                   ://
                        ru
                            m
                             ah
                                      -b
                                        el



                                     Gambar P8.4
                                                aj



10. Cari gaya geser total pada tiap baut untuk sambungan seperti diperlihatkan pada
                                                   ar



   gambar dibawah ini, dan hitung shear stress dan bearing stress-nya. Cari momen
                                                        .o



   inersia pelat bertebal 8 mm pada penampang tegak lurus dengan lubang baut, dan
   cari bending stress maksimum pada pelat.
                                                            rg




                                     Gambar P8.5




                                         7-36

More Related Content

What's hot

Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaAli Hasimi Pane
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosDewi Izza
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingDewi Izza
 
Analisis tegangan dan regangan bidang
Analisis tegangan dan regangan bidangAnalisis tegangan dan regangan bidang
Analisis tegangan dan regangan bidangDeviana Ambar
 
Gaya, momen gaya dan momen kopel
Gaya, momen gaya dan momen kopelGaya, momen gaya dan momen kopel
Gaya, momen gaya dan momen kopelHettyk Sari
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusCharis Muhammad
 
Makalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan PasakMakalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan PasakHari Hidayat
 
Diklat elemen mesin
Diklat elemen mesinDiklat elemen mesin
Diklat elemen mesinEko Purwanto
 
Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2Charis Muhammad
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanCharis Muhammad
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasRumah Belajar
 
Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linierndirocket
 
Perencanaan bahan dan proses (brake shoe)
Perencanaan bahan dan proses (brake shoe)Perencanaan bahan dan proses (brake shoe)
Perencanaan bahan dan proses (brake shoe)Widi Aprianto
 
Modul 10-teorema-norton
Modul 10-teorema-nortonModul 10-teorema-norton
Modul 10-teorema-nortonbernadsihotang
 
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Endang Saefullah
 
Manufacturing process in bolt company
Manufacturing process in bolt companyManufacturing process in bolt company
Manufacturing process in bolt companyscanny16
 

What's hot (20)

Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
 
Blok ukur &amp; jam ukur
Blok ukur &amp; jam ukurBlok ukur &amp; jam ukur
Blok ukur &amp; jam ukur
 
Laporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum PengelasanLaporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum Pengelasan
 
Analisis tegangan dan regangan bidang
Analisis tegangan dan regangan bidangAnalisis tegangan dan regangan bidang
Analisis tegangan dan regangan bidang
 
Gaya, momen gaya dan momen kopel
Gaya, momen gaya dan momen kopelGaya, momen gaya dan momen kopel
Gaya, momen gaya dan momen kopel
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
 
Makalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan PasakMakalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan Pasak
 
Diklat elemen mesin
Diklat elemen mesinDiklat elemen mesin
Diklat elemen mesin
 
Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2
 
Diktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanikDiktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanik
 
Rumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurusRumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurus
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - Bantalan
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
 
Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linier
 
Perencanaan bahan dan proses (brake shoe)
Perencanaan bahan dan proses (brake shoe)Perencanaan bahan dan proses (brake shoe)
Perencanaan bahan dan proses (brake shoe)
 
Modul 10-teorema-norton
Modul 10-teorema-nortonModul 10-teorema-norton
Modul 10-teorema-norton
 
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
 
Manufacturing process in bolt company
Manufacturing process in bolt companyManufacturing process in bolt company
Manufacturing process in bolt company
 

Viewers also liked

Contoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautContoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautEdhot Badhot
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
Mekanika Teknik dan Elemen Mesin
Mekanika Teknik dan Elemen MesinMekanika Teknik dan Elemen Mesin
Mekanika Teknik dan Elemen MesinlombkTBK
 
kopling gesek dan rem
kopling gesek dan remkopling gesek dan rem
kopling gesek dan remRickyGolan
 
Jenis ulir
Jenis ulirJenis ulir
Jenis uliryohsetyo
 
1.7.2 ki kd teknik sepeda motor
1.7.2 ki kd teknik sepeda motor1.7.2 ki kd teknik sepeda motor
1.7.2 ki kd teknik sepeda motorSam Suryadi
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautJunaida Wally
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
Elemen Mesin
Elemen MesinElemen Mesin
Elemen MesinlombkTBK
 
Laporan Kerja Praktek PT. Meridan Sejati Surya Plantation Bangsal Aceh
Laporan Kerja Praktek PT. Meridan Sejati Surya Plantation Bangsal AcehLaporan Kerja Praktek PT. Meridan Sejati Surya Plantation Bangsal Aceh
Laporan Kerja Praktek PT. Meridan Sejati Surya Plantation Bangsal AcehAzwan Putra
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaaambrey
 
Mengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESINMengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESINEko Supriyadi
 
membuat ulir
membuat  ulirmembuat  ulir
membuat ulirnikkobull
 
Basic principles us_presentation
Basic principles us_presentationBasic principles us_presentation
Basic principles us_presentationwaleedyehia
 

Viewers also liked (20)

Contoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautContoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-baut
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Mekanika Teknik dan Elemen Mesin
Mekanika Teknik dan Elemen MesinMekanika Teknik dan Elemen Mesin
Mekanika Teknik dan Elemen Mesin
 
kopling gesek dan rem
kopling gesek dan remkopling gesek dan rem
kopling gesek dan rem
 
Jenis ulir
Jenis ulirJenis ulir
Jenis ulir
 
1.7.2 ki kd teknik sepeda motor
1.7.2 ki kd teknik sepeda motor1.7.2 ki kd teknik sepeda motor
1.7.2 ki kd teknik sepeda motor
 
Elemen mesin 1
Elemen mesin 1Elemen mesin 1
Elemen mesin 1
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
Elemen Mesin
Elemen MesinElemen Mesin
Elemen Mesin
 
Bab vijb
Bab vijbBab vijb
Bab vijb
 
2
22
2
 
Antropometri
AntropometriAntropometri
Antropometri
 
Modul 1 Anthropometry
Modul 1 AnthropometryModul 1 Anthropometry
Modul 1 Anthropometry
 
Laporan Kerja Praktek PT. Meridan Sejati Surya Plantation Bangsal Aceh
Laporan Kerja Praktek PT. Meridan Sejati Surya Plantation Bangsal AcehLaporan Kerja Praktek PT. Meridan Sejati Surya Plantation Bangsal Aceh
Laporan Kerja Praktek PT. Meridan Sejati Surya Plantation Bangsal Aceh
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomena
 
Mengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESINMengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESIN
 
membuat ulir
membuat  ulirmembuat  ulir
membuat ulir
 
5.ULTRASONIC TESTING
5.ULTRASONIC TESTING5.ULTRASONIC TESTING
5.ULTRASONIC TESTING
 
Basic principles us_presentation
Basic principles us_presentationBasic principles us_presentation
Basic principles us_presentation
 

Similar to Ulir Daya

Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary Rumah Belajar
 
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfMechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfDeni Prasetyo
 
dokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptx
dokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptxdokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptx
dokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptxAdwityaBhaskara
 
Komponen pasif elektronika
Komponen pasif elektronikaKomponen pasif elektronika
Komponen pasif elektronikaAris Saputro
 
Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1PPGhybrid3
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1MOSES HADUN
 

Similar to Ulir Daya (11)

Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary
 
Mah smk
Mah smkMah smk
Mah smk
 
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfMechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
 
dokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptx
dokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptxdokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptx
dokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptx
 
Baut dan-mur
Baut dan-murBaut dan-mur
Baut dan-mur
 
Komponen pasif elektronika
Komponen pasif elektronikaKomponen pasif elektronika
Komponen pasif elektronika
 
Bhn ems1
Bhn ems1Bhn ems1
Bhn ems1
 
Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1
 
Makalah tali baja
Makalah tali bajaMakalah tali baja
Makalah tali baja
 
1.5. Baut & Mur.pdf
1.5. Baut & Mur.pdf1.5. Baut & Mur.pdf
1.5. Baut & Mur.pdf
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
 

More from Rumah Belajar

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2 Rumah Belajar
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyRumah Belajar
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrixRumah Belajar
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysisRumah Belajar
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detectionRumah Belajar
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurementRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahRumah Belajar
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyRumah Belajar
 
Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Rumah Belajar
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiRumah Belajar
 
Bab 03 load analysis
Bab 03 load analysisBab 03 load analysis
Bab 03 load analysisRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 3
Mikrokontroler pertemuan 3Mikrokontroler pertemuan 3
Mikrokontroler pertemuan 3Rumah Belajar
 

More from Rumah Belajar (20)

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphology
 
point processing
point processingpoint processing
point processing
 
03 image transform
03 image transform03 image transform
03 image transform
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrix
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurement
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesoriny
 
Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksi
 
Bab 03 load analysis
Bab 03 load analysisBab 03 load analysis
Bab 03 load analysis
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8
 
Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7
 
Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5
 
Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4
 
Mikrokontroler pertemuan 3
Mikrokontroler pertemuan 3Mikrokontroler pertemuan 3
Mikrokontroler pertemuan 3
 

Recently uploaded

PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKDeviIndriaMustikorin
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 

Recently uploaded (20)

PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 

Ulir Daya

  • 1. BAB VIII PERANCANGAN ULIR DAYA DAN SAMBUNGAN BAUT 8.1. Pendahuluan Perancangan suatu peralatan atau mekanisme yang menggunakan “baut-mur” sepertinya adalah salah satu aspek perancangan elemen mesin yang paling sederhana. Tetapi dalam aplikasi di dunia nyata, keberhasilan dan kegagalan suatu peralatan sering sekali ditentukan oleh kesempurnaan pemilihan dan penggunaan sistem sambungan baut-mur. Penggunaan sambungan (baut-mur, rivet, dll) sangat banyak digunakan dalam dunia mechanical, sehingga bisnis desain dan manufaktur “baut-mur” ini sangat dominan, baik dari kuantitas maupun perputaran uang didalamnya. Sebagai contoh, sebuah ht pesawat Boeing 747 menggunakan 2,5 juta sambungan (fastener). Tipe dan jenis tp sambungan dalam dunia komersial sangat banyak variasinya. Dalam diktat ini, :// pembahasan akan dibatasi dalam design dan pemilihan sambungan konvensional menggunakan ulir, baut, mur dll. ru Ulir dapat digunakan untuk (1) memegang/mengencangkan dua komponen atau m lebih, dan (2) memindahkan beban/benda. Fungsi yang pertama sering disebut ah pengencang (fastener) dan yang kedua dikenal dengan nama ulir daya (power screw atau -b lead screw). Sebagai fastener, konstruksi ulir dapat menerima beban tensile, shear, maupun keduanya. el aj 8.2. Terminologi, klasifikasi dan Standard ar Karena variasi jenis ulir (screw & thread) sangat banyak, maka perlu distandardkan untuk menjamin sifat “interchangeabity”. Ada dua standard yang banyak .o diadopsi yaitu UNS (Unified National Standard) yang digunakan di Inggris, Canada dan rg Amerika serikat; dan Standard Internasional ISO yang digunakan kebanyakan negara Eropa dan Asia. Secara umum terminologi geometri ulir ditunjukkan pada gambar 8.1. Gambar 8.1 Terminologi geometri ulir 7-1
  • 2. Parameter-parameter utama ulir antara lain adalah : pitch, p – jarak antar ulir yang diukur paralel terhadap sumbu ulir. diameter, d - major diameter, minor diameter, dan pitch diameter. lead, L - adalah jarak yang ditempuh baut dalam arah paralel sumbu, jika baut diputar satu putaran. Untuk ulir single thread, lead akan sama dengan pitch. Ulir juga dapat dibuat multiple thread. Untuk tipe double thread, maka lead akan sama dengan 2 kali pitch; triple thread akan memiliki lead sama dengan 3 kali pitch dan seterusnya. Thread per inch, n – menyatakan jumlah ulir per inchi, sering digunakan pada standard UNS ht tp :// ru m Gambar 8.2 (a) Single, (b) double dan (c) triple thread ah -b Berdasarkan ukuran dan kualitas, UNS mengklasifikasikan thread menjadi tiga tipe el yaitu : coarse pitch (UNC), fine pitch (UNF), dan extra-fine pitch (UNEF). Sedangkan ISO aj mengklasifikasikan dua seri yaitu coarse dan fine thread. Tipe coarse adalah yang paling ar umum dan disarankan digunakan untuk keperluan “ordinary” dimana sambungan sering .o dilepas-pasang, atau dipasangkan dengan material yang lebih lunak. Tipe fine thread rg memiliki kualitas yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap “loosening” dari efek getaran. Sedangkan extra-fine thread digunakan untuk keperluan khusus seperti sambungan yang sangat tipis dimana diperlukan baut yang sangat kecil/ sangat pendek. Berdasarkan toleransi ulir yang berpasangan, UNS mendefinisikan tiga “fit” kelas, yang diberi label kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Kelas 1 adalah ulir dengan toleransi yang paling rendah, dan digunakan untuk keperluan-keperluan biasa, pertukangan, rumah tangga, dll. Kelas dua memiliki kualitas yang lebih tinggi dan toleransi yang lebih ketat yang cocok digunakan pada mesin-mesin dan peralatan industri. Kelas 3 memiliki toleransi yang paling tinggi untuk keperluan-keperluan khusus. Semakin tinggi kelas, maka harganya juga semakin mahal. Kode A digunakan untuk ulir eksternal dan kode B untuk ulir internal. 7-2
  • 3. Profil geometri ulir sangat banyak variasinya. Gambar 8.3 menunjukkan contoh profil ulir ISO yang paling banyak digunakan untuk baut-mur, yaitu tipe M. Tipe yang juga banyak digunakan adalah tipe MJ dimana geometrinya mirip dengan tipe M, tetapi diberi fillet pada root-nya. Disamping itu, juga memiliki diameter minor yang relatif besar. Khusus untuk ulir daya (power screw), profil yang umum digunakan adalah tipe square, tipe Acme dan tipe buttress seperti ditunjukkan pada gambar 8.4 ht tp :// ru m Gambar 8.3 Profil dasar ulir ISO tipe M ah -b el aj ar .o rg Gambar 8.4 Profil ulir daya UNS dan ISO menggunakan metoda yang berbeda untuk penulisan spesifikasi ulir. Spesifikasi UNS : diameter, pitch, dan kelas. Contoh spesifikasi UNS : ¼ - 20 UNC-2A menyatakan diameter 0.25”, jumlah ulir per inchi adalah 20 buah, tipe coarse, kelas 2 fit, dan external thread. Sedangkan contoh spesifikasi ISO : M8x1.25 menyatakan ulir dengan diameter 8 mm dan pitch 1.25 mm, tipe coarse. Perlu dicatat bahwa semua standard, baik UNS maupun ISO menganut “kaidah tangan kanan” (right hand rule) kecuali diberikan spesifikasi secara khusus. 7-3
  • 4. Tensile stress area Jika ulir mendapat beban tarik maka luas penampang yang paling kritis adalah pada diameter minor (dr). Tetapi hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik batang berulir lebih tepat diwakili oleh diameter rata-rata antara diameter pitch dan diameter minor. Jadi luas penampang untuk perhitungan tegangan adalah : 2 π ⎛ dp + dr ⎞ At = ⎜ ⎟ 4⎜ 2 ⎝ ⎟ ⎠ dimana diameter pitch adalah dp = d – 0.649519/N dr = d – 1.299038/N ; untuk ulir UNS dp = d – 0.649519p dr = d – 1.226869p ; untuk ulir ISO dengan d = diameter luar (major), N = jumlah ulir per inchi, dan p = picth dalam mm. ht Standard dimensi-dimensi utama ulir, diberikan dalam bentuk tabel. Tabel 8.1 dan 8.2 tp menunjukkan contoh dimensi-dimensi standard UNS dan ISO. :// ru Tabel 8.1 Dimensi utama ulir berdasarkan ISO m ah -b el aj ar .o rg 7-4
  • 5. Tabel 8.2 Dimensi utama ulir berdasarkan UNS ht tp :// ru m ah -b el aj ar .o rg 8.3. Mekanika Ulir Daya Ulir daya (power screw) adalah perlatan yang berfungsi untuk mengubah gerakan angular menjadi gerakan linear dan biasanya juga mentransmisikan daya. Secara khusus, ulir daya digunakan untuk : untuk mendapatkan kelebihan mengangkat/menurunkan beban, seperti misalnya pada dongkrak mobil untuk memberikan gaya tekan/tarik yang besar seperti misalnya pada kompaktor atau mesin press 7-5
  • 6. untuk positioning yang akurat seperti pada mikrometer atau pada lead screw mesin bubut. Mengingat fungsi ulir daya, maka profil yang paling tepat dan banyak digunakan adalah profil square, Acme, dan buttress. Profil square memberikan efisiensi yang paling tinggi dan mampu mengeliminasi gaya dalam arah radial. Tetapi profil ini paling sulit dalam proses pembuatannya. Acme thread walaupun efisiensinya lebih rendah, namun lebih mudah dalam pembuatan, dan juga memiliki kekuatan yang lebih tinggi, sehingga profil ini paling banyak digunakan untuk ulir daya. Untuk aplikasi dimana arah beban adalah satu arah dan sangat besar, maka profil buttress lebih cocok digunakan karena memiliki kekuatan paling tinggi pada akar ulir. ht 8.3.1. Analisis Gaya dan Torsi ulir daya tp Gambar 8.5 (a) menunjukkan sebuah mekanisme ulir daya yang berfungsi untuk :// menaikkan dan menurunkan beban P. Beban dapat dinaikkan dan diturunkan dengan memutar nut (mur), jadi lama hal ini gerakan angular mur diubah menjadi gerakan linier ru screw. Diagram benda bebas pasangan baut-mur ditunjukkan pada gambar (b). m Parameter inklinasi bidang ulir (λ) juga disebut lead angle dapat dihitung dengan ah persamaan : -b L tan λ = πd p el aj ar .o rg Gambar 8.5 (a) mekanisme ulir daya , (b) diagram benda bebas 7-6
  • 7. Jika kita buka satu lilitan ulir dan dibuat menjadi garis lurus, maka hasilnya akan berbentuk seperti gambar 8.6 (a). Kotak menunjukkan potongan ulir dan gaya-gaya yang bekerja padanya pada saat menaikkan beban. Sedangkan gambar (b) menunjukkan diagram benda bebas pada saat menurunkan beban. ht tp Gambar 8.6 Diagram benda bebas : (a) mengangkat beban, (b) menurunkan beban :// ru Dengan menggunakan prinsip kesetimbangan gaya-gaya dalam arah x dan y maka didapatkan m ΣFx = 0 = F − f cos λ − N sin λ = F − µN cos λ − N sin λ ah F = N(µ cos λ + sin λ ) -b ΣFy = 0 = N cos λ − f sin λ − P = N cos λ − µN sin λ − P el P aj N= (cos λ − µ sin λ ) ar dimana µ adalah koefisien gesekan antara screw dengan mur. Dengan menggabungkan .o kedua persamaan di atas, maka besarnya gaya F yang diperlukan untuk mengangkat rg beban adalah (µ cos λ + sin λ ) F=P (cos λ − µ sin λ ) Sehingga torsi Ts yang diperlukan untuk mengangkat beban adalah dp Pd p (µ cos λ + sin λ ) Tsu = F = 2 2 (cos λ − µ sin λ ) atau dalam parameter lead L, Pd p (µπd p + L) Tsu = 2 ( πd p − µL ) Gesekan pada collar juga memberikan kontribusi yang signifikan, maka perlu ditambahkan. Torsi yang diperlukan untuk melawan gesekan pada collar adalah 7-7
  • 8. dc Tc = µ c P 2 dimana dc adalah diameter rata-rata collar dan µc adalah koefisien gesekan pada collar. Jadi torsi total yang diperlukan untuk menaikkan beban adalah Pd p (µπd p + L) dc Tu = Tsu + Tc = + µcP 2 ( πd p − µL) 2 Dengan metoda yang sama, torsi yang diperlukan untuk menurunkan beban dapat diturunkan menjadi Pd p (µπd p − L) dc Td = Tsd + Tc = + µcP 2 ( πd p + µL) 2 Untuk profil Acme, maka ada komponen gaya tambahan yang harus ht diperhitungkan karena adanya sudut α. Diagram benda bebas untuk profil Acme tp ditunjukkan pada gambar 8.7. :// ru m ah -b el aj ar Gambar 8.7 Diagram benda bebas ulir daya Acme .o rg Dengan menggunakan metoda penurunan yang sama dengan sebelumnya, maka torsi yang dibutuhkan untuk menaikkan dan menurunkan beban adalah : Pd p (µπd p + L cos α ) dc Tu = Tsu + Tc = + µcP 2 ( πd p cos α − µL) 2 Pd p (µπd p − L cos α ) dc Td = Tsd + Tc = + µcP 2 ( πd p cos α + µL) 2 7-8
  • 9. 8.3.2. Self Locking Pada kondisi khusus, mekanisme ulir daya dapat mengunci sendiri tanpa harus diberikan torsi untuk menahan beban. Kondisi ini sering disebut dengan “self locking”. Hal ini sangat berguna dalam aplikasi, misalnya untuk dongkrak mobil. Torsi diberikan pada saat mengangkat beban, dan begitu posisi yang diinginkan tercapai, torsi dapat dilepaskan dan dongkrak akan mengunci sendiri. Untuk mendapatkan mekanisme “self locking” maka ada hubungan tertentu yang harus dipenuhi antara koefisien gesekan dan geometri ulir. Dengan men-set torsi sama dengan nol atau negatif untuk penurunan beban, maka kondisi self locking akan terjadi jika : L µ≥ cos α atau µ ≥ tan λ cos α πd p ht tp 8.3.3. Efisiensi ulir daya :// Efisiensi suatu sistem didefinisikan sebagai usaha yang dihasilkan dibagi dengan usaha ru yang dimasukkan. Kerja masukan ulir daya adalah hasil pekalian antara torsi dan m perpindahan angular (radian). Untuk satu putaran, maka kerja masukkan adalah ah Win = ( 2π)T -b Sedangkan kerja yang dihasilkan untuk satu putaran adalah perkalian beban dengan el perpindahan 1 lead : aj Wout = PL ar Jadi effisiensi adalah .o Wout PL η= = rg Win 2πT dengan mensubstitusikan persamaan untuk torsi maka efisiensi ulir daya profil Acme adalah : PL πd p cos α − µL 1 − µ tan λ η= atau dalam lead angle η = , πd p πµd p + L cos α 1 + µ cot λ sedangkan untuk profil square dapat disederhanakan, dimana α = 0. Dari persamaan di atas terlihat bahwa efisiensi tergantung pada koefisien gesek dan lead angle. Gambar 8.7 menunjukkan grafik karakteristik efisiensi ulir daya dengan profil Acme. 7-9
  • 10. Gambar 8.8 Karkateristik efisiensi ulir daya profil Acme ht Tabel 8.3 Dimensi utama ulir ACME tp :// ru m ah -b el aj ar .o rg 7-10
  • 11. Contoh Soal 1 : Mekanisme ulir daya digunakan untuk menaikkan dan menurunkan beban seperti ditunjukkan pada gambar. Ulir daya adalah tipe square dengan diameter mayor 32 mm, pitch 4 mm, dan berulir ganda. Beban yang bekerja adalah 6,4 kN per ulir. Diameter rata-rata colar adalah 40 mm, dengan koefisien gesekan µ = µc = 0,08. Tentukanlah : Kedalaman ulir, lebar ulir, diameter pitch dan rata-rata, diameter minor, dan lead. Torsi yang dibutuhkan untuk mengangkat beban Torsi yang dibutuhkan untuk menurunkan beban ht tp Efisiensi total Gambar 8.9 Contoh soal ulir daya :// Jawaban : ru Dari gambar 8.4a diketahui bahwa lebar dan tinggi ulir jenis square adalah sama m dengan setengah pitch-nya atau sebesar 2 mm. Jadi ah p dp = d − = 32 − 2 = 30 mm 2 -b d r = d − p = 32 − 4 = 28 mm el l = np = 2 ( 4 ) = 8 mm aj Torsi yang dibutuhkan untuk mengangkat beban ar Pd p ⎛ l + πµ d p ⎞ P µc d .o T = ⎜ ⎟+ 2 ⎜ π dp − µl ⎟ ⎝ ⎠ 2 rg 6,4 ( 30 ) ⎛ 8 + π ( 0,08 )( 30 ) ⎞ 6,4 ( 0,08 )( 40 ) = ⎜ + 2 ⎜ π ( 30 ) − 0,08 ( 8 ) ⎟ ⎟ 2 ⎝ ⎠ = 15,94 + 10,24 = 26,18 Nm Torsi yang dibutuhkan untuk menurunkan beban Pd p ⎛ πµ d p − l ⎞ P µc d T = ⎜ ⎟+ 2 ⎜ π d p + µl ⎟ ⎝ ⎠ 2 6,4 ( 30 ) ⎛ π ( 0,08 )( 30 ) − 8 ⎞ 6,4 ( 0,08 )( 40 ) = ⎜ ⎟+ ⎝ π ( 30 ) + 0,08 ( 8 ) ⎠ 2 ⎜ ⎟ 2 = −0,466 + 10,24 = 9,77 Nm 7-11
  • 12. Efisiensi total Pl 6,4 ( 8 ) e= = = 0,311 2πT 2π ( 26,18 ) 8.4. Threaded Fastener (Sambungan baut) Fastener adalah alat yang digunakan untuk memegang, mengencangkan atau menyambung dua elemen atau lebih. Threaded fastener atau sambungan baut menggunakan alat yang ber-ulir untuk menyambungkan dua elemen atau lebih. Kelebihan jenis sambungan ini adalah kemungkinan untuk melepas dan memasang kembali. Sehingga sambungan jenis ini sangat cocok untuk peralatan yang sering dilepas dan ht dipasang untuk keperluan perawatan atau penggantian komponen yang aus. Gambar 8.10 menunjukkan tiga buah tipe sambungan baut yang umum digunakan yaitu tp sambungan baut-mur, sambungan cap-screw, dan sambungan stud. Klasifikasi threaded :// fastener umumnya dilakukan berdasarkan konstruksi dan kegunaan, tipe ulir, dan jenis ru kepala baut. m ah -b el aj ar .o rg Gambar 8.10 Konstruksi sambungan baut (a) baut-mur, (b) sambungan cap-screw, (c) sambungan stud. Variasi mur (nut) juga sangat banyak variasinya untuk memenuhi berbagai fungsi khusus. Gambar 8.11 menunjukkan beberapa tipe mur standar. Washer adalah ring datar yang biasanya digunakan pada sambungan baut mur. Fungsinya adalah untuk memperluas bidang kontak antara mur dengan elemen yang disambung. Teknologi pembuatan atau manufacturing baut-mur saat ini umumnya dilakukan dengan proses machining, rolling, dan head forming. 7-12
  • 13. Gambar 8.11 Tipe-tipe mur standard 8.4.1. Standar dan Kekuatan Baut Standar geometri baut tipe kepala segi enam ditunjukkan pada gambar 8.12. Bagian yang akan mengalami konsentrasi tegangan adalah pada fillet kepala baut dan ht pada titik awal ulir. Standard panjang bagian yang berulir berdasarkan UNS adalah tp ⎧2D + 0.25 in ; L ≤ 6 in LT = ⎨ ⎩2D + 0.5 in ; L > 6 in :// dan untuk metrik (ISO), dalam mm : ru ⎧2 D + 6 ; L ≤ 125 D ≤ 48 m ⎪ L T = ⎨2D + 12 ; 125 ≤ L ≤ 200 ah ⎪2D + 25 ; L > 200 ⎩ -b el aj ar .o rg Gambar 8.12 Standard baut kepala hexagonal Penggunaan baut-mur untuk struktur dan aplikasi beban yang besar, maka baut harus dipilih berdasarkan proof strength Sp seperti yang dispesifikasikan di SAE, ASTM, dan ISO. Standar-standar ini mengklasifikasikan grade baut berdasarkan material, heat treatment, dan proof strength minimum. Proof strength adalah tegangan dimana baut akan mulai mengalami “permanent set”. Nilainya sangat dekat dengan kekuatan yield material, tetapi lebih rendah. Grade atau kelas baut dapat dilihat dari tanda pada kepala bautnya. Tabel 8.4 dan 8.5 menunjukkan standard baut SAE dan ISO yang terbuat dari baja. 7-13
  • 14. Tabel 8.4 Spesifikasi baut baja menurut SAE ht tp :// ru m ah -b Tabel 8.5 Spesifikasi baut baja menurut ISO (metrik) el aj ar .o rg 7-14
  • 15. 8.4.2. Preload dan Faktor Kekakuan Sambungan Baut Sebagai fastener, fungsi baut-mur adalah untuk mencekam komponen bersama, dimana beban yang bekerja akan menimbulkan tegangan tarik pada baut seperti ditunjukkan pada gambar 8.13. Dalam dunia praktis, pencekaman ditimbulkan oleh beban awal (preload) dengan mengencangkan baut. Pengencangan baut dapat dilakukan dengan memberikan torsi yang cukup sehingga menimbulkan beban tarik yang mendekati proof strength. Untuk sambungan yang mendapat beban statik, beban awal biasanya diberikan sampai 90% proof strength. Sedangkan untuk sambungan yang mendapat beban dinamik (fatigue) maka beban awal umumnya diberikan sampai 75% proof strength. ht tp :// ru m ah -b el aj Gambar 8.13 (a) Sambungan baut, (b)diagram benda bebas baut yang mendapat beban ar tarik .o rg Konstruksi sambungan baut dapat dianalogikan sebagai sistem pegas seperti ditunjukkan pada gambar 8.14. Baut dapat dipandang sebagai pegas tarik dengan kekakuan kb dan komponen yang disambung dapat dianalogikan sebagai pegas tekan dengan kekakuan kj. Baut yang terdiri dari bagian tanpa ulir dan bagian berulir dapat dianggap sebagai pegas susunan seri, lihat gambar 8.14. Untuk jenis baut tertentu mungkin terdapat beberapa jenis ukuran diameter. Recall defleksi batang yang mendapat beban F AE uniaksial, k = = , maka kekakuan baut dapat dituliskan δ L menjadi 7-15
  • 16. 1 Lt Ls = + k b At Eb AbEb dimana At adalah tensile stress area baut, dan Ab adalah luas penampang bagian yang tidak berulir. Kekakuan komponen yang disambung juga merupakan susunan seri. Kekakuan totalnya adalah 1 L1 L2 Gambar 8.14 = + k j A m1E1 A m 2 E 2 dimana L1 dan L2 adalah masing-masing tebal komponen yang disambung, Am luas efektif material yang dicekam. Khusus jika material komponen yang dicekam sama maka ht AmEm kj = tp L :// Menentukan nilai kekakuan sambungan jauh lebih sulit dan kompleks ru dibandingkan dengan kekakuan baut. Kesulitan terutama terletak pada penentuan luas m efektif pencekaman, Am. Pendekatan umumnya dilakukan untuk menyederhanakan ah analisis. Berdasarkan analisis numerik dengan metoda elemen hingga diketahui bahwa distribusi tegangan pencekaman pada komponen yang signitfikan terjadi pada daerah -b berbentuk frusta cone seperti ditunjukkan pada gambar 8.15. Jika komponen yang el dicekam terbuat dari material yang sama, maka φ berharga sekitar 420. Nilai ini juga aj masih belaku untuk tebal komponen yang dicekam tidak sama. ar Volume efektif komponen yang dicekam dapat ditentukan dengan menghitung .o volume “double cone shape barrel” seperti ditunjukkan pada gambar 8.15 (a) dan (b). Jika rg material komponen yang dicekam jenisnya sama, maka dapat dibuat volume silinder yang ekivalen dengan volume frusta cone seperti ditunjukkan pada gambar (c). Jika material tidak sama maka konsep pegas seri harus digunakan dan parameter E masing-masing material harus dimasukkan. 7-16
  • 17. Gambar 8.15 Volume efektif pencekaman ht Luas penampang efektif komponen yang mengalami kompresi adalah luas tp penampang rata-rata frustum-cone barrel : :// π 2 π ⎡⎛ d 2 + d 3 ⎞ 2 ⎤ ru Am = (d eff − d ) ≅ ⎢⎜ 2 ⎟ − d2 ⎥ 4 4 ⎢⎝ 2 ⎠ ⎣ ⎥ ⎦ m ah dimana d adalah diameter baut, d2 dan d3 seperti ditunjukkan pada gambar : ⎧1,5d; jika tidak menggunakan washer -b ⎪ d2 = ⎨ ⎪2d; jika washer digunakan pada kepala baut&mur el ⎩ aj d 3 = d 2 + L tan φ ar .o rg Gasket Gasket adalah komponen yang sering digunakan pada sambungan baut untuk mencegah kebocoran. Tipe dan jenis gasket sangat banyak, tetapi secara umum dadapat dibedakan menjadi dua kelas yaitu (1) confined dan (2) unconfined. Gambar 8.16 menunjukkan contoh kedua kelas gasket. Gasket umumnya terbuat dari material yang jauh lebih lunak dari komponen yang disambung. Tabel 8.5 menunjukkan modulus elastisitas material gasket. 7-17
  • 18. Gambar 8.16 Confined dan unconfined gasket Tabel 8.6 Modulus elastisitas beberapa material gasket yang sering digunakan ht tp :// ru m ah -b el aj ar .o Konstruksi sambungan yang menggunakan confined gasket memberikan kondisi dimana permukaan komponen yang disambung dapat berkontak langsung. Dengan rg demikian kekakuan sambungan tidak akan dipengaruhi oleh adanya confined gasket. Sedangkan untuk konstruksi yang menggunakan unconfined gasket maka kekakuan komponen menjadi 1 1 1 1 = + + k j k m1 k m 2 k g dimana kg adalah kekakuan material gasket. Mengingat gasket terbuat dari material yang lunak maka modulus elastistasnya juga jauh lebih kecil (Eg << Em1, Em2, ..). Karena modulus berbanding lurus dengan kekakuan maka kg << km1, km2, …. Jadi dapat dismpulkan bahwa kekakuan keseluruhan komponen : 7-18
  • 19. 1 1 1 1 1 = + + ≅ atau kj ≅ kg k j k m1 k m 2 k g k g 8.5. Sambungan yang mendapat beban statik Gambar 8.17 (a) menunjukkan karakteristik gaya-deformasi sambungan baut jika diberikan beban awal untuk mengencangkan sambungan. Gaya awal dinaikkan dari nol sampai Fi. Akibat gaya awal tersebut maka baut akan mengalami defleksi δk dan komponen mengalami defleksi δm. Baut memiliki slope positif karena dengan bertambahnya beban pengencangan maka panjangnya juga bertambah. Hal sebaliknya untuk komponen yang disambung. Terlihat juga untuk gambar tersebut bahwa kekakuan komponen yang disambung lebih tinggi daripada kekakuan baut sehingga deformasi ht material lebih rendah berbeda dengan deformasi baut. Gaya yang bekerja pada keduanya tp tetap sama. :// Jika beban luar sebesar P diberikan pada sambungan seperti gambar 8.17 (b) ru maka akan terjadi pertambahan deformasi ∆δ pada baut dan komponen seperti m ditunjukkan pada gambar 8.17 (c). Deformasi tambahan ini selalu bernilai sama untuk ah baut dan komponen sampai sambungan terpisah. -b el aj ar .o rg 7-19
  • 20. Gambar 8.17 Karakteristik sambungan baut yang mendapat beban statik Adanya beban eksternal akan mengubah situasi beban yang dialami baik oleh baut maupun komponen. Gaya yang bekerja pada baut akan mendapat tambahan sebesar Pb sehingga gaya total pada baut menjadi Fb. Sedangkan komponen mengalami pengurangan gaya sebesar Pm sehingga gaya total pada komponen menjadi Fm. Atau dengan kata lain dicatat bahwa gaya luar P dipecah menjadi dua bagian yaitu Pb untuk baut dan Pm untuk komponen. P = Pm + Pb Gaya total masing masing pada baut dan komponen adalah Fb = Fi + Pb Fm = Fi - Pm ht Sambungan akan mulai terpisah atau gagal jika beban luar yang diberikan, P, mencapai tp beban awal pencekaman Fi. Pada kondisi ini seluruh gaya luar akan ditahan oleh baut. Untuk menjaga sambungan tidak mudah terpisah, yang berarti gagal, maka dari itulah :// disarankan supaya menggunakan preload yang tinggi. Untuk aplikasi praktis, preload ru disarankan m ⎧0,75Fps ah ⎪ untuk reused connection Fi = ⎨ ⎪0,90Fps ⎩ untuk permanent connection -b dimana Fps adalah proof preload = SpAt. Perhitungan faktor keamanan sambungan dapat el dilakukan dengan analisis sebagai berikut : aj ar Hubungan antara deformasi dan gaya .o Pb Pm kb ∆δ = = atau Pb = Pm rg kb km km mengingat P = Pm + Pb maka kb Pb = P atau Pb = CP km + kb kb dimana C = . km + kb C sering disebut sebagai konstanta kekakuan atau konstanta sambungan. Konstanta C ini nilainya biasanya < 1, dan jika kb relatif kecil dibandingkan km, C nilainya akan makin kecil. Jadi dapat dikonfirmasikan bahwa baut akan mendapat porsi yang kecil dari beban luar P. Dengan cara yang sama dapat diturunkan bahwa 7-20
  • 21. km Pm = P = (1 − C)P km + kb Ekspresi Pb dan Pm dapat digantikan untuk mendapatkan gaya total yang diterima baut dan komponen. Fb = Fi + CP dan Fm = Fi − (1 − C)P Persamaan di atas dapat digunakan untuk menentukan berapa besar preload yang harus diberikan pada suatu sambungan jika beban luar yang bekerja sudah ditentukan, dan baut sudah dipilih sehingga proof strength-nya diketahui. Beban luar untuk memisahkan sambungan P0 dapat ditentukan ht dengan men-set Fm sama dengan nol. tp Fi P0 = :// (1 − C) ru Sehingga faktor keamanan terhadap pemisahan sambungan adalah m Gambar 8.18 P0 Fi ah SFsamb = = Sambungan P P(1 − C) yang terpisah -b el aj ar Contoh soal 2 : .o Gambar dibawah ini menunjukkan potongan silinder bertekanan. Baut dengan jumlah total N digunakan untuk menahan gaya pemisah 36 kip. rg (a) Tentukan kekakuan dan konstanta sambungan C (b) Cari jumlah baut yang dibutuhkan jika diingunkan faktor keamanan 2 dan juga dengan menganggap bahwa baut dapat digunakan kembali jika sambungan dibongkar-pasang. 7-21
  • 22. Gambar 8.19. Contoh soal : Sambungan baut yang mendapat beban statik Jawaban : (a) Kekauan baut dapat dihitung sebagai berikut : ht AE π d 2E π ( 0,625 ) ( 30 ) 2 tp kb = = = l 4l 4 (1,5 ) :// = 6,13 Mlb / in ru m dimana panjang cekaman l =1,5 in. Modulus elastisitas besi cor no.25 adalah 12 Mpsi. Jadi kekakuan dari eleman yang disambung dengan manngasumsikan bahwa tekanan ah pada elemen sambungan berbentuk potongan kerucut (frustum cone) adalah : -b 0,577π Ed 0,577π (12 )( 0,625 ) el km = = ⎛ 0,577l + 0,5d ⎞ ⎛ 0,577 (1 ) + 0,5 ( 0,625 ) ⎞ ,5 2ln ⎜ 5 aj ⎟ 2ln ⎜ 5 ⎜ 0,577 (1 ) + 2,5 ( 0,625 ) ⎟ ⎟ ⎝ 0,577l + 2,5d ⎠ ⎝ ,5 ⎠ ar = 7,67 Mlb / in .o rg Dengan demikian konstanta sambungan C dapat dihitung sebagai berikut : kb 6,13 C= = = 0,444 k b + k m 6,13 + 7,67 (b) Dari tabel 8.2 dan 8.4 diperoleh At = 0,226 in2 dan Sp = 85 kpsi. Kemudian beban awal yang direkomendasikan dapat dihitung sebagai berikut : Fi = 0,75 At Sp = 0,75 ( 0,226 )( 85 ) = 14,4 kip Hubungan antara jumlah baut dengan faktor keamanan dapat dinyatakan sebagai berikut : Sp At − Fi CnF n= atau N= C (F / N ) Sp At − Fi 7-22
  • 23. Kemudian dengan memasukkan, parameter-parameter yang sudah diketahui, diperoleh jumlah baut N, 0,444 ( 2 )( 36 ) N= = 6,65 85 ( 0,226 ) − 14,4 Jadi dipakai jumlah baut sebanyak 7 buah. Dengan menggunakan jumlah baut sebanyak ini, diperoleh faktor keamanan sebagai berikut : 85 ( 0,226 ) − 14,4 n= = 2,11 0,444 ( 36 / 7 ) yang nilainya lebih besar daripada nilai yang disyaratkan. Dengan demikian dipilih 7 buah baut dengan beban awal yang direkomendasikan dalam pengencangan. ht tp 8.6. Momen Torsi untuk Preload Beban awal atau preload, Fi, pada sambungan dapat baut dilakukan dengan :// memutar kepala baut atau mur, yang berarti diperlukan momen puntir untuk mendapatkan ru preload yang diinginkan. Pada saat pemberian beban awal baut akan mengalami m tegangan tarik dan juga tegangan geser karena adanya torsi. Diagram benda bebas dan ah elemen tegangan saat pengencangan ditunjukkan pada gambar 8.20. Setelah sambungan digunakan baut biasanya mengalami sedikit “unwind” untuk melepas hampir -b seluruh tegangan geser sisa yang diakibatkan oleh momen puntir. Nilai preload dapat el diukur atau dikontrol dengan beberapa metoda yaitu : (1) mengukur elongation atau aj pertambahan panjang baut, dan (2) mengukur momen torsi yang diberikan. Metoda ar pertama dapat dilakukan dengan menggunakan strain gage atau ultrasonic transduser. .o Tetapi hal ini sangat tidak praktis untuk aplikasi di lapangan. Metoda kedua dapat rg dilakukan dengan menggunakan “torque wrench”. Metoda ini sangat praktis tetapi memiliki akurasi yang rendah yaitu sekitar ± 30%. Besarnya momen puntir yang harus diberikan untuk menghasilkan preload yang diinginkan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan momen torsi yang telah diturunkan pada ulir daya : d p (µ + tan λ cos α ) d Ti = Fi + Fi µ c c 2 (cos α − µ tan λ ) 2 7-23
  • 24. ht tp :// ru m Gambar 8.20 Beban dan tegangan yang terjadi pada baut saat diberi preload ah (T1 = T2 +T3+ T4; T1 = torsi luar yang diberikan pada mur, T2 = torsi karena gesekan pada permukaan mur, T3 = torsi karena gesekan pada kepala -b baut, dan T4 = torsi luar yang harus diberikan pada kepala baut suapay el baut tidak berputar) aj Untuk baut/mur yang digunakan sebagai fastener, diameter pitch dapat diasumsikan ar sama dengan diameter baut, d. Diameter colar dapat didekati dengan rata-rata antara .o diameter baut dan standard kepala baut, 1,5d. rg d (µ + tan λ cos α ) (1 + 1,5)d Ti ≅ Fi + Fi µ c 2 (cos α − µ tan λ ) 2 Dengan mendefinisikan koefisien torsi Ki, ⎡ (µ + tan λ cos α ) ⎤ K i ≅ ⎢0,5 + 0,625Fi µ c ⎥ ⎣ (cos α − µ tan λ ) ⎦ formula di atas dapat ditulis menjadi Ti ≅ K i Fi d Hasil eksperimental nilai koefisien torsi, ki, baut standard UNS, untuk koefisien gesek µ = µc = 0,15 adalah : 7-24
  • 25. Ukuran baut Koefisien torsi, Ki Tipe UNC Tipe UNF 1”,2”,3”,4”,5”,6”,7”,8”,10”,12” 0,22 0,22 ¼”, 5/16”, 3/8” 0,22 0,21 7/16”, ½”, 9/16”, 5/8”, ¾”, 7/8”, 1 1/8”, 1 ¼”, 1 3/8” 0,21 0,21 1 ½” 0,21 0,20 Dari data eksperimental di atas, maka terlihat bahwa variasi kofisien torsi untuk preload sangatlah kecil baik terhadap ukuran baut maupun kelas baut itu sendiri. Variasi koefisein torsi juga sangat kecil jika kita menggunakan dp untuk formula koefisien torsi. Jadi momen puntir atau torsi yang diperlukan untuk mendapatkan preload Fi, (ulir dilumasi, µ=µc= 0,15) dapat didekati dengan : ht Ti ≅ 0,21Fi d tp :// ru 8.7. Beban Dinamik Berfluktuasi Untuk kasus sambungan yang mendapat beban dinamik siklus atau berfluktuasi, m maka pengaruh beban awal akan lebih dominan dibandingkan dengan pembebanan ah statik. Dalam prakteknya kebanyakan beban luar P dinamik yang bekerja pada -b sambungan baut adalah tipe “fluctuating” dimana beban P terendah, Pmin adalah nol. Jadi el pada saat beban luar bernilai nol maka hanya beban awal Fi, yang bekerja pada aj sambungan seperti terlihat pada gambar 8.21(a) Pada saat beban maksimum, Pmax, maka beban tersebut akan ditanggung bersama oleh baut dan komponen bersama-sama. ar Karena kekakuan baut lebih rendah maka sebagian besar beban berfluktuasi akan .o ditanggung oleh komponen yang disambung. Hal ini terlihat jelas pada gambar 8.21 (b). rg Hal ini secara drastis akan menurunkan tegangan berfluktuasi tarik (tensile) yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan fatigue pada baut. Tegangan fluktuatif tekan pada komponen tidak perlu dikhawatirkan karena kegagalan fatigue selalu disebabkan oleh tegangan tarik. 7-25
  • 26. Gambar 8.21 Karakteristik gaya-deformasi baut yang mendapat beban berfluktuasi Dengan Fb, adalah gaya total yang bekerja pada baut, maka amplitudo dan gaya rata-rata pada baut adalah Fb − Fi Fb + Fi Famp = , Frata = 2 2 sehingga tegangan pada baut menjadi Famp F σ amp = K f dan σ rata = K fm rata At At At adalah tensile stress area baut, Kf adalah faktor konsentrasi tegangan fatigue baut dan Kfm adalah faktor konsentrasi tegangan rata-rata. Untuk sambungan yang diberikan beban ht awal maka Kfm biasanya bernilai 1,0. Faktor konsentrasi tegangan pada beberapa tipe tp baut ditunjukkan pada tabel 8.6. :// ru Tabel 8.7 Faktor konsentrasi tegangan fatigue untuk baut m ah -b el aj Tegangan baut karena beban awal ar .o Fi σ i = K fm At rg Perlu diketahui bahwa hasil penelitian Peterson terhadap kegagalan baut adalah : 15% kegagalan terjadi pada fillet dibawah kepal baut 20% kegagalan terjadi pada titik awal bagian berulir 65% kegagalan terjadi pada ulir yang berkontak dengan mur Untuk menentukan faktor keamanan baut terhadap beban yang berfluktuasi, beberapa kriteria dapat digunakan seperti kriteria modified-Goodman, Gerber parabola, atau ASME elliptic line. Dengan menggunakan “modified Goodman diagram” maka formula untuk perhitungan faktor keamanan terhadap fatigue adalah : Se (S ut − σ i ) SFlelah = Se (σ rata − σ i ) + S ut σ amp 7-26
  • 27. Hal penting yang perlu diingat, preload yang tinggi akan menurunkan pengaruh beban fatigue pada baut. Jika sambungan tidak diberi preload, maka tegangan fluktuatif yang harus ditanggung baut akan meningkat sesuai dengan faktor 1/C. karena C adalah bilangan yang kecil, maka faktor 1/C adalah bilangan yang besar. Contoh Soal 3 : Sebuah komponen mesin terdiri dari dua buah pelat baja yang dicekam sambungan baut. Baut yang digunakan adalah tipe 0,5”-13UNC grade 5. komponen mesin tersebut mendapat beban berfluktuasi dari 0 s/d Fmax. Tentukanlah nilai Fmax yang dapat ditahan baut sehingga memiliki umur tak hingga untuk kasus (a) sambungan tidak diberi beban awal, dan (b) baut diberi beban awal sampai proof load. ht tp :// ru m ah -b el aj ar .o rg Gambar 8.22 Contoh soal : komponen mesin mendapat beban berfluktuasi Jawaban : Asumsi : 1. Sisa panjang ulir baut hanya sedikit diatas mur, dan tangkai baut berdiameter 0,5 inchi sepanjang baut tersebut. 2. Kedua pelat baja tersebut mempunyai permukaan yang halus dan datar, dan tidak ada gasket diantaranya. 7-27
  • 28. 3. Luas efektif elemen yang dijepit dapat diaproksimasi dengan gambar berikut : ht Gambar 8.23 Salah satu metode penentuan luas efektif elemen yang dijepit tp Analisis : 1. Untuk kasus a , tegangan yang ada hanya diakibatkan beban fluktuatif saja. Tensile :// stress area dan koefisien beban fluktuatif diperoeh dari tabel 8.2 dan tabel 8.7. ru Fmax Fmax σa = σm = Kf = ( 3,8 ) = 13,39Fmax m 2 At 2 ( 0,1419 ) ah 2. Dengan menggunakan grafik 8.22c dan hasil di atas, diperoleh σ a = σ m = 37000 psi -b Dengan demikian, 13,39Fmax = 37000 atau Fmax = 2760 lb el 3. Untuk kasus b , beban tarik awalnya adalah : aj Fi = At Sp = ( 0,1419 )( 85000 ) = 12060 lb ar 4. Dengan asumsi nomor 2, maka kb dan kc adalah proporsional terhadap Ab dan Ac. .o Kemudian dengan menggunakan asumsi pertama, diperoeh : rg π π ( 0,5 ) 2 Ab = d2 = = 0,196 in 2 4 4 Dengan menggunakan gambar 8.23 untuk memperkirakan Ac diperoleh : π Ac = 16 ( 5d 2 + 6dg tan30° + g 2 tan2 30° ) = π 16 (5 (0,5) 2 + 6 ( 0,5 )( 2 )( 0,577 ) + ( 2 ) ( 0,333 ) 2 ) = 1,19 in 2 Dengan demikian diperoleh : kb Ab 0,196 = = = 0,14 kb + kc Ab + Ac 0,196 + 1,19 7-28
  • 29. Yang berarti bahwa hanya 14% dari fluktuasi gaya eksternal yang ditahan oleh baut, sedangkan sisanya digunakan untuk melawan tekanan jepitnya. 5. Beban alternating pada baut adalah setengah dari fluktuasi peak-to-peaknya atau 0,07Fmax. Jadi beban alternating pada baut : Fa 0,07Fmax σa = Kf = ( 3,8 ) = 1,88Fmax At 0,1419 6. Dengan Fi = At Sp = 12060 lb , beban eksternal yang lebih besar sedikit dari 12060 lbf tidak akan menyebabkan pemisahan sambungan. Dengan demikian, Fmax=12060 lbf merupakan solusi kasus ini jika tegangan baut tidak menyebabkan kegagalan fatigue. Untuk Fmax=12060 lbf, σ a = 1,88Fmax = 1,88 (12060 ) = 22670 psi ht Titik ini tepat berada dibawah garis Goodman untuk umur tak terbatas. Jadi jawaban tp untuk kasus b adalah Fmax=12060 lbf. :// ru 8.8. Sambungan Baut yang Mendapat Beban Geser m Konstruksi yang menggunakan sambungan baut juga dapat menahan beban ah geser. Penggunaan sistem sambungan ini yang luas lebih banyak untuk struktur seperti misalnya jembatan, bangunan, boiler, tangki dan lain-lain. Contoh sistem sambungan ini -b dan aplikasinya ditunjukkan pada gambar 8.23. Beban awal tensile pada baut diberikan el untuk menimbulkan gaya gesek yang besar pada komponen yang disambung. Gaya aj gesek inilah yang berfungsi menahan sebagian besar beban geser. Jadi baut tetap harus ar diberikan beban awal tarik yang tinggi. Jika gaya gesek pada sambungan tidak cukup .o kuat menahan beban maka baut akan lanngsung mendapat gaya geser. rg (a) (b) Gambar 8.24 Konstruksi sambungan baut yang mendapat beban geser 7-29
  • 30. Untuk kasus dimana sambungan mendapat beban geser langsung seperti pada gambar 8.24(a) maka beban geser P dapat diasumsikan ditanggung secara merata oleh masing masing baut. Sehingga tegangan geser yang dialami baut dapat dihitung dengan formula sederhana ( P / i) τ baut = At dimana i adalah jumlah baut. Untuk kasus dimana sambungan mendapat beban geser dan momen seperti gambar 8.24 (b) maka baut akan menerima dua jenis gaya geser yaitu (1) F’, akibat gaya ht geser langsung yang disebut primary shear, dan (2) F”, akibat momen puntir pada sambungan yang disebut secondary shear. Analisis sambungan baut jenis ini terdiri dari tp empat tahap utama yaitu : :// menentukan titik pusat (centroid) ru m menentukan gaya geser langsung (primary shear) ah menentukan gaya geser akibat momen (secondary shear) -b Menentukan resultan gaya yang bekerja pada baut el aj ar .o rg Gambar 8.25 Analisis gaya-gaya pada baut akibat gaya geser langsung dan momen Dalam sistem koordinat kartesian (x,y), centroid atau titik pusat sekumpulan baut dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 7-30
  • 31. n n ∑ Ai xi ∑ Ai yi x= 1 n dan y= 1 n ∑ Ai ∑ Ai 1 1 dimana n adalah jumlah baut, Ai luas penampang baut yang ke-i, dan xi, yi adalah koordinat masing-masing baut yang ke i. Dengan mengasumsikan bahwa beban geser langsung akan diterima secara merata oleh masing-masing baut, maka komponen beban langsung (primary shear) dapat langsung dihitung dengan membagi gaya V dengan jumlah baut atau F” = V/n. Gaya geser akibat momen atau secondary shear dapat dihitung dari menggunakan persamaan M =F A rA + F B rB + F C rC + ... " " " ht dengan rA, rB, dst adalah jarak antara centroid dengan ke masing-masing titik tengah baut, tp dan F” adalah secondary shear. Gaya yang ditanggung setiap baut tergantung pada jarak :// radial dari centroid ke baut. Baut yang terjauh akan menanggung gaya paling besar, ru sedangkan yang terdekat mendapat beban paling kecil. Jadi dapat ditulis dalam bentuk m perbandingan ah " " " FA FB FC = = = ... rA rB rC -b Kombinasi kedua persamaan di atas menghasilkan persamaan secondary shear untuk el baut yang ke-i aj Mri Fi" = ar 2 rA + rB 2 + ... + ri2 + ... + rn 2 .o Langkah berikutnya adalah menghitung resultan gaya geser yang bekerja pada rg masing-masing baut dengan melakukan penjumlahan vectorial antara primary shear dan secondary shear. Selanjutnya tegangan dan kekuatan baut dapat dihitung dengan kriteria- kriteria yang telah dibahas sebelumnya. Contoh Soal 4 : Konstruksi sambungan baut untuk pelat baja setebal 15 mm digunakan untuk menahan beban sebesar 16 kN. Baut yang digunakan adalah M16 kelas 8.8. Tentukanlah faktor keamanan terendah dari keempat baut jika semua beban ditanggung oleh baut (asumsi tidak ada gesekan antara komponen yang disambung). Semua dimensi yang diperlukan diberikan pada gambar 8.26. 7-31
  • 32. Gambar 8.26 Semua dimensi dalam millimeter ht Jawaban : tp Titik O pada gambar 8.26 ditentukan berdasarkan kesimetrisan. Jika digambar diagram :// benda bebas dari kantilever, gaya reaksi V akan melewati titik O dan momen reaksi M ru juga akan berkerja pada titik O. Reaksi-reaksi ini adalah : V = 16 kN M = 16(425) = 6800 Nm m Pada gambar 8.27 dibawah ini digambarkan diagram gaya-gaya pada sambungan secara ah terperinci. -b Jarak tiap baut terhadap titik O adalah : el ( 60 ) + ( 75 ) = 96 mm 2 2 r = aj Geseran primer pada tiap baut adalah : ar V 16 F'= = = 4 kN .o n 4 rg Karena simetris, maka geseran sekunder dapat dihitug sebagai berikut : Mr M 6800 F"= = = = 17,7 kN 4r 2 4r 4 ( 96 ) Dengan menggambarkan gaya-gaya ini pada gambar 8.26 dan dengan skala tertentu, maka dapat diperoleh besar resultan gaya pada tiap baut. FA = FB = 21 kN, dan FC = FB = 13,8 kN. Tinggi baut yang diperlukan : 7-32
  • 33. ht tp Gambar 8.27 Diagram gaya-gaya pada sambungan :// ru Panjang baut yang diperlukan sama dengan tebal elemen yang disambung (25 mm) m ditambah tinggi mur dan sekitar 2 mm untuk ring atau washer. Dari tabel standard diperoleh tinggi mur standar untuk M16 sekitar 14,8 mm sehingga tinggi total yang ah diperlukan adalah 41,8 mm. Jadi dipilih baut dengan panjang 46 mm. Kemudian dihitung -b panjang bagian yang berulir berdasarkan tabel 8.5, LT = 38 mm. Dengan demikian el geseran terjadi pada bagian yang berulir, sehingga shear-stress area As = π d p / 4 2 aj dimana dp adalah diameter pitchnya. Adapun diameter pitch untuk ulir ISO dapat dihitung ar sebagai berikut : .o d p = d − 3H / 8 = d − 3 ⎡0,5 ( 3 ) p⎤ / 8 0,5 ⎣ ⎦ rg = 16 − 3 ⎡0,5 ( 3 ) 2⎤ / 8 0,5 ⎣ ⎦ = 15,35 mm Sehingga diperoleh As = π d p / 4 = 185 mm 2 2 Diperoleh tegangan geser FA 21000 τ= = = 113,5 MPa AS 185 Dengan demikian dapat dihitung faktor keamanan baut terhadap tegangan geser sebagai berikut : τ all 600 n= = = 5,286 τ 113,5 7-33
  • 34. 8.9. Soal-soal Latihan 1. Sebuah dongkrak ulir dengan ulir Acme ganda berdiameter 1 inchi digunakan untuk menaikkan beban sebesar 4000 N. Sebuah thrust collar berdiameter rata-rata 50 mm digunakan pada ulir tersebut. Koefisien gesekan yang terjadi adalah f = 0,12 dan fc = 0,09. a. Tentukan pitch, lead, kedalaman ulir, diameter rata-rata ulir, dan sudut heliksnya. b. Hitung torsi awal untuk menaikkan dan menurunkan beban. c. Hitung efisiensi dongkak ketika sedang menaikkan beban. 2. Baut UNC class 7 berdiameter 0,5 inchi dengan ulir yang dibuat dengan proses rolling diberikan beban awal 80% dari proof strength-nya ketika digunakan menjepit susuan ht baja berlapis setebal 3 inchi. Tentukan faktor keamanan terhadap luluh statis (static yielding) dan pemisahan sambungan (joint separation) ketika beban statik eksternal tp sebesar 5 kN diberikan. Gunakan reliability 99%. :// 3. Ulir daya berprofil Acme dengan diameter pitch 1 inchi dan beulir tunggal digunakan ru untuk menaikkan beban sebesar 25000 lbf. Diameter rata-rata collar adalah 1,5 inchi. m Koefisien gesekan ulir sama dengan koefisien gesekan collar yaitu sebesar 0,1. ah tentukan : a. Diameter puncak ulir -b b. Torsi ulir yang diperlukan untuk menaikkan beban el c. Koefisien gesekan maksimum yang diperlukan untuk mencegah ulir mengalami aj self- locking jika gesekan collar dihilangkan. ar 4. Sebuah dongkrak mobil terdiri dari ulir daya dan mur. Mobil diangkat dengan memutar .o ulir daya. Hitung torsi yang dibutuhkan untuk menaikkan beban seberat 1 ton. rg Diketahui bahwa lead l = 9 mm, diameter pitchnya adalah 22 mm, dan sudut ulirnya adalah 30°. Koefisien gesekan yang ada adalah 0,1 pada ulir dan nol ditempat lain. 5. Ulir daya berprofil Acme digunakan untuk menaikkan beban sebesar 1350 lbf. Diameter luar ulir adalah 1,25 inchi dan diameter collar rata-rata adalah 2 inchi. Koefisien gesek ulir adalah 0,13 dan pada collar adalah 0,16. Tentukan : a. Torsi yang diperlukan untuk menaikkan dan menurunkan beban. b. Dimensi geometris ulir. c. Efisiensi ketika menaikkan beban. d Beban yang menyebabkan efisiensi ketika menaikan beban adalah sebesar 18%. 6. Gambar dibawah ini menunjukkan bejana tekan dengan pelat tutup bergasket. Tekanan internal cukup seragam sehingga beban pada baut dapat dianggap statik. Tekanan jepit gasket yag direkomendasikan adalah minimal sebesar 13 MPa 7-34
  • 35. (termasuk faktor keamanan) untuk menjamin sambungan yang tahan bocor. Untuk penyederhanaan, lubang baut dapat diabaikan dalam penghitungan luas gasket. a. Jika baut 12, 16, dan 20 mm mempunyai ulir kasar dan terbuat dari baja SAE class 8.8 atau 9.8 (dipilih yang paling cocok antara keduanya) akan digunakan, tentukan jumlah baut yang diperlukan. b. Jika rasio jarak antar-baut dengan diameter baut tidak boleh melebihi 10 untuk menjaga tekanan flens yang cukup antar-baut, dan jika rasio ini tidak boleh kurang dari 5 untuk menyediakan ruang yang cukup untuk kunci standar, yang manadari ketiga ukuran baut di atas yang memberikan ruang antar-baut yang paling baik. ht tp :// ru Gambar P8.1 m 7. Gambar dibawah ini menunjukkan sambungan pada cylinder head pada bejana tekan ah yang menggunakan 10 baut dan confined-gasket seal. Diameter seal efektif adalah sebesar 150 mm sedangkan dimensi lainnya adalah : A = 100 mm, B = 200 mm, C = -b 300 mm, D = 20 mm, dan E = 25 mm. Tekanan statik gas pada silinder adalah el sebesar 6 MPa. Telah dipilih baut ISO class 8.8 dengan diameter 12 mm. Berapa aj faktor pembebanan, n, dari pemilihan ini? ar .o rg Gambar P8. 2 8. Gambar dibawah ini menunjukkan lap joint yang dibaut dengan menggunakan baut SAE grade 8. Temukan gaya geser yang aman F yang dapat diaplikasikan pada sambungan ini jika ditentukan faktor keamanan berikut : shear pada baut 3, bearing pada baut 2, bearing pada elemen yang disambung 2,5, dan tension pada elemen yang disambung 3. 7-35
  • 36. Gambar P8.3 9. Kanal vertikal berukuran 152 X 76 mempunyai kantilever yang dibaut kepadanya. Kanal tersebut terbuat dari baja AISI 1015 yag di-hot roll. Bautnya adalah M12 x 1,75 ISO 5,8. Untuk faktor desain 2,8 cari gaya F yang aman diberikan pada kantilever. ht tp :// ru m ah -b el Gambar P8.4 aj 10. Cari gaya geser total pada tiap baut untuk sambungan seperti diperlihatkan pada ar gambar dibawah ini, dan hitung shear stress dan bearing stress-nya. Cari momen .o inersia pelat bertebal 8 mm pada penampang tegak lurus dengan lubang baut, dan cari bending stress maksimum pada pelat. rg Gambar P8.5 7-36