Sistem TI sangat membantu pemilu menjadi lebih lancar namun masih memiliki potensi kecurangan. Penggunaan kode sumber terbuka dan audit independen dapat meminimalkan kecurangan dalam proses pendataan, pemungutan, pengiriman, dan penghitungan suara secara elektronik.
2. Garis Besar
• Pendahuluan
• Sistem Pemilu: TI vs Manual
• TI pada Pemilu di Indonesia
• TI Offline dan Online
• TI dengan SMS
• Potensi Kecurangan Pemilu Melalui TI
• Rangkuman
3. Pendahuluan
• Berbagai riset dan pengalaman membuktikan
sistem TI membantu pemilu jadi lebih lancar,
luber & jurdil. Namun, peluang atau potensi
kecurangan pemilu dengan bantuan TI tetap ada.
• Contoh pemilu yang berjalan cepat dan tidak
menimbulkan masalah setelah menggunakan TI
adalah Amerika Serikat (2008) dan India (2009).
• Pemilu di Indonesia 1999, 2004, dan 2009 juga
menggunakan TI tapi baru sebatas “alat hitung”.
4. Sistem Pemilu: TI vs Manual
Tabulasi Hasil Pemilu
(Pusat/Daerah) Penghitungan:
Sekarang umumnya
menggunakan TI.
Pemindahan data:
(dari TPS ke pusat)
• Manual: kertas diangkut. Pemungutan suara:
• Manual: coblos, centang, dll.
• TI: internet, sms, dll.
• TI: pencet, sentuh, klik, dll.
Tempat Pemungutan Suara
(TPS)
5. Jenis Pemungutan Suara
Beberapa jenis Pemungutan Suara (Voting):
Manual: Mencoblos, mencontreng/centang, dll.
Pemungutan Suara Elektronik Offline dengan
EVM (Electronic Voting Machine). Data di EVM
tidak langsung dikirim secara online, misal India.
Pemungutan Suara Elektronik Online dengan
EVM: data dikirim online ke pusat, misal AS.
Pemungutan Suara SMS: pemilih menggunakan
hp, pc, atau mesin voting dan kirim via sms.
6. Pengiriman Data: TI vs Manual (1)
Pusat
Data
Pemilih
Provinsi
Offline: Entry data
Kabupaten/Kota di kec/kab/kota, lalu
dikirim online ke Pusat
Kecamatan
Online: Data dari TPS bisa
langsung dikirim ke Pusat
TPS / Keluarahan
Manual=tanpa IT
7. Pengiriman Data: TI vs Manual (2)
Beberapa jenis Pengiriman Data:
Manual: kertas atau EVM diangkut secara fisik.
Di Indonesia, pengiriman berjenjang sangat
lambat dan mudah dimanipulasi / jual-beli suara.
Pengiriman secara Offline dan Online: data dari
kertas atau EVM diangkut dan dipindahkan ke
komputer lalu dikirim online, misal di India.
Pengiriman secara Online: data dikirim langsung
dari TPS ke pusat, misal di AS.
8. TI pada Pemilu di Indonesia (1)
TI pada 4 bagian proses Pemilu:
Pendataan Pemilih: TI belum digunakan untuk
pendataan di Indonesia. Belum ada data tunggal.
Pemungutan Suara: TI belum resmi digunakan
untuk pemungutan suara Indonesia hingga 2009.
Pengiriman Data: TI belum digunakan secara
resmi di Indonesia hingga 2009. Pada 1999-2009
TI digunakan untuk pengiriman “data sementara”.
Penghitungan Suara: TI telah lama digunakan.
9. TI pada Pemilu di Indonesia (2)
Pemungutan suara manual dengan mencoblos
(s.d. 2004) atau mencontreng (2009).
Pengiriman data manual berjenjang dari TPS ke
Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, dan
Pusat, kemudian dihitung/ditabulasi dengan TI.
TI digunakan tidak resmi untuk memasukkan
data di Kecamatan (2004) / di Kabupaten (2009),
kemudian dikirim ke Pusat untuk ditabulasi.
10. TI Elektronik Offline
Pemungutan Suara dilakukan dengan 2 alat
elektronik untuk pemilih dan panitia.
Panitia menekan tombol kontrol untuk membuka
kesempatan pemilih menekan tombol, menutup
pemungutan suara, dan melihat hasilnya.
Alat dikirim Offline ke distrik (kecamatan), data
dipindahkan ke komputer dan dikirim ke pusat.
Biaya sangat murah (harga EVM Rp 2 juta/TPS).
12. TI Elektronik Online
Pemungutan Suara dilakukan dengan komputer
di setiap TPS. Pemilih memiliki KTP smart card
atau SIN (Single Identification Number).
Smart card dimasukkan ke komputer, lalu pemilih
menyentuh layar komputer untuk memilih.
Data disimpan di server dan dikirim langsung
(Online) via kabel atau wireless ke pusat.
EVM mahal (Rp 30 juta/TPS), tapi cepat & aman.
14. Perbandingan Dua Sistem EVM
- Harga seperangkat EVM buatan India sekitar 10
ribu Rs atau sekitar 230 dollar AS atau sekitar
Rp 2 juta. Harga tersebut mencakup satu control
unit dan satu voting unit. Seperangkat EVM
tersebut memiliki kapasitas 3.840 pemilih.
- EVM buatan Amerika Serikat yakni Diebold
harganya US $ 3.300 (sekitar Rp 30 juta) dengan
kapasitas 35.000 pemilih.
- Keduanya telah mendapatkan sertifikasi dan
standardisasi internasional dengan sistem
keamanan yang dirancang baik.
15. Sistem TI dengan SMS
Pemungutan Suara dilakukan dengan manual
(coblos, contreng) atau elektronik (EVM SMS).
Data dari TPS dikirim via SMS ke Server
(kabupaten/kota atau langsung ke pusat).
Biaya lebih murah dari sistem non SMS.
Perlu pengamanan lebih ketat dari sisi peralatan
pengirim SMS dan pengiriman data karena
menggunakan saluran radio (wireless).
Dicoba pada Pemilu Indonesia 2009 (SERIS).
16. Kecurangan Pendataan Pemilih
Data pemilih tidak diambil, disimpan, dan
diumumkan secara transparan (terbuka),
sehingga sangat berpeluang dicurangi oleh
pelaksana pendata dengan memasukkan data
palsu seperti pemilih ganda / tidak ada orangnya.
Tidak menggunakan data terbaru, sehingga ada
orang mati masih terdaftar, atau sebagian calon
pemilih baru atau pindahan tidak terdaftar.
Penyimpanan data kurang aman sehingga
mudah diubah oleh orang yang tidak berwenang.
17. Saran Pendataan Pemilih
Sistem TI yang baik pada pendataan pemilih:
Menggunakan KTP elektronik dengan SIN
(Single Identification Number) dengan sistem
data terdistribusi di daerah (prov/kab/kota/kec)
yang dapat disinkronkan di sistem data pusat.
Sistem data bersifat terbuka menggunakan
program open source untuk memudahkan proses
audit, namun tetap dijaga kerahasiannya dengan
sistem enkripsi dsb. sehingga tidak mudah
diakses oleh orang yang tidak berwenang.
18. Kecurangan Pemungutan Suara (1)
EVM Offiline seperti yang digunakan India relatif
aman, namun ada potensi kecurangan dengan
membongkar alat EVM, lalu diubah datanya
sebelum dikirim ke distrik (kecamatan/kab/kota).
EVM Online seperti yang digunakan AS juga
memungkinkan terjadinya hacking untuk
mengakses data komputer EVM secara tidak
legal (cracking) melalui jaringan pada saat
pemungutan suara, terutama EVM dengan
jaringan wireless, meskipun sangat sulit.
19. Kecurangan Pemungutan Suara (2)
• Computer scientists have demonstrated how
criminals could hack an electronic voting machine
(EVM) and 'steal' votes using a malicious
programming approach that had not been
invented when the voting machine was designed.
www.highbeam.com/doc/1P3-1826355041.html
• Sistem SMS Manual: curang pada saat penulisan
SMS di HP, atau memalsukan data HP.
• Sistem SMS Otomatis: curang pada program atau
data di mesin SMS yang digunakan pemilih, atau
mengakses wireless mesin tersebut (EVM SMS).
20. Kecurangan Pengiriman Data (1)
Pengiriman data dari EVM Online ke pusat
melalui jaringan internet publik dapat dicurangi,
misal dengan pembobolan password di jaringan,
terutama yang menggunakan wireless, atau
pembobolan server penerima data di KPU/KPUD
(pusat/prov/kab/kota).
Pengiriman EVM Offline dari TPS ke kecamatan
(kecurangan dengan mengakses perangkat).
Sistem pengiriman EVM Online dari komputer ke
server di TPS juga berpeluang dicurangi (crack).
21. Kecurangan Pengiriman Data (2)
Pengiriman dengan SMS juga memiliki peluang
dicurangi pada alat SMS dan jaringan operator
maupun di server penerima SMS.
Pengiriman manual (Indonesia s.d. 2009) dan
Offline (India) sangat mudah dicurangi di
kec/kab/kota sebelum atau pada saat entry data.
Mengakses dan mengubah data yang telah
dimasukkan ke komputer kec/kab/kota atau saat
dikirim ke pusat, dan dari komputer satu ke
komputer lain di pusat data (kec/kab/kota/pusat).
22. Saran untuk Pengiriman Data
Sistem TI yang baik pada pengiriman data:
Menggunakan jaringan komputer yang dijaga
oleh ahli keamanan jaringan yang netral.
Sistem jaringan bersifat terbuka menggunakan
program open source untuk memudahkan proses
audit, atau perbaikan kelemahan yang baru
ditemukan (tidak tergantung ke pihak luar KPU).
Pengamanan sistem SMS dilakukan mulai dari
nomor HP KPPS, sistem pengiriman, dan server
penerima SMS di kabupaten/kota/prov/pusat.
23. Kecurangan & Saran Penghitungan
• Penghitungan di pusat/prov/kab/kota: manipulasi
data (tanpa cek kembali ke bawah) atau
manipulasi sistem/program penghitungan pusat
yang disingkronisasi dengan data di bawah
(TPS/kelurahan/kecamatan/kabupaten/kota)
sehingga kecurangan tak terlihat pihak lain.
• Sistem penghitungan (seperti juga pendataan,
pemungutan, dan pengiriman data) harus dapat
diaudit secara transparan oleh tim auditor yang
ahli, netral, dan dapat dipercaya, termasuk dapat
memahami cara kerja semua program, sehingga
sistem TI harus sepenuhnya Open Source.
24. Rangkuman
TI sangat berguna sebagai alat bantu dalam
pemilu/pilkada, terutama untuk memperlancar
proses, mengurangi potensi kecurangan, dan
pemilu/pilkada berlangsung luber dan jurdil.
TI dapat diterapkan pada semua proses pemilu
mulai pendataan pemilih, pemungutan suara,
pengiriman data, hingga penghitungan suara di
pusat tabulasi nasional/provinsi/kabupaten/kota.
Potensi kecurangan Pemilu dengan TI dapat
dicegah antara lain menggunakan Open Source.