SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Netralitas Sains
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman globalisasi ini, manusia pada hakikatnya hanya ditopang oleh
kemajuan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi. Perkembangan peradaban yang
terus tumbuh dan berkembang sedemikian pesat dengan disadari maupun tidak telah
menghadirkan sebuah kerumitan dan kompleksitas kehidupan yang beraneka ragam
pula.
Perkembangan zaman yang kian cepat itu telah melahirkan bias kehidupan
masyarakat yang begitu dinamis. Pada hierarki inilah sesungguhnya sebuah eksistensi
sebuah ilmu pengetahuan patut dipertanyakan.
Memang pada dasarnya ilmu pengetahuan itu mempunyai manfaat yang amat
besar bagi manusia karena dengan berpengetahuan manusia akan menjadi lebih
mengerti. Pengetahuan yang diperoleh sedemikian itu pada umumnya telah
memberikan jaminan akan kepastian yang lebih besar.
Dalam proses perjalanannya, perkembangan ilmu pengetahuan akan selalu
berbanding lurus dengan perkembangan zaman. Artinya, semakin berkembang zaman
akan semakin berkembang pula ilmu pengetahuan.
Akan tetapi, pada kenyataan yang lain, perkembangan ilmu pengetahuan pada
era modern ini justru menjadi sebuah dilema tersendiri. Apakah perkembangan ilmu
pengetahuan yang tercipta pada hakikatnya akan membawa kepada peradaban dunia
yang lebih sejahtera dan damai atau dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu
justru menjadi sesuatu yang bisa merusak peradaban yang telah terbangun?
Dalam kajian ilmu filsafat bunyi pertanyaan tadi akan menjadi, “Netralkah
sebuah Ilmu Pengetahuan itu?”

Filsafat Ilmu

Page 1
Netralitas Sains
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana pandangan ilmu filsafat terhadap sains?
2. Bagaimana kenetralan sebuah sains dalam perkembangan peradaban?
3. Bagaimana sikap para ilmuwan dalam hubungannya dengan temuan dan
peradaban?

C. Tujuan Penulisan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk:
1. mengetahui bagaimana pandangan ilmu filsafat terhadap sains;
2. mengetahui bagaimana kenetralan sebuah sains dalam perkembangan peradaban;
dan
3. mengetahui bagaimana sikap para ilmuwan dalam hubungan temuan mereka dan
peradaban.

D. Kegunaan Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoriris maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai penambah
pengetahuan mengenai netralitas sains. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1. penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya
tentang netralitas sains;
2. pembaca/guru, sebagai media informasi tentang netralitas sains baik secara teoritis
maupun secara praktis.

Filsafat Ilmu

Page 2
Netralitas Sains
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pandangan Ilmu Filsafat Terhadap Sains
1. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang
secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang
pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab
beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti:
a. Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek
tersebut? Bagaimana hubungan antar objek tadi dengan daya tangkap
manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan?
b.

Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang
berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan
agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut
kebenaran itu sendiri/ apa kreterianya? Cara/teknik/ sarana apa yang
membantu kita dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang berupa ilmu?

c. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana
kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaiadah moral moral.
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral? Bagaimana kaitan antara teknik procedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma – norma moral/professional?
Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok pertanyaan yang
pertama disebut landasan ontologis ; kelompok yang kedua adalah epistemologis ; dan
kelompok ketiga adalah aksiologis.
2. Ilmu dan Moral
Benarkah bahwa makin credas, maka makin pandai kita menemukan
kebenaran. Makin benar maka makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia yang
Filsafat Ilmu

Page 3
Netralitas Sains
mempunyai penalaran tinggi, lalu makin berbudi, sebab moral mereka dilandasi
analisis yang hakiki, ataukah malah sebaliknya; makin cerdas makin pandai kita
berdusta.
Profesor Ace Partadiredja dalam pidato pngukuhan Beliau selaku Guru Besar
Ilmu ekonomi UGM pernah memberi himbauan: “Merupakan kenyataan yang tidak
bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berutang kepada ilmu dan teknologi.
Berkat kemajuan dalam bidang ini maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa
dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah di samping penciptaan berbagai
kemudahan dalam bidang-bidang seperti pengangkutan, pemukiman, pendidikan dan
komunikasi. Namun dalam kenyataannya apakah ilmu selulu merupakan berkah,
terbebas dari kutukan yang membawa malapetaka dan kesengsaraan”.
Kita ambil contoh tragedi WTC. Jauh sebelum tragedi WTC dan kasus yang
menewaskan ratusan jiwa, sejak semula dalam tahap-tahap pertama pertumbuhannya
ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan untuk
menguasai alam melainkan juga untuk memerangi sesame manusia dan menguasai
manusia.
Pada pihak yang lain, perkembangan ilmu sering melupakan faktor manusia,
dimana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan
kebutuhan manusia. Namun justru sebaliknya, manusialah yang akhirnya harus
menyesuaikan diri dengan teknologi.
Teknologi tidak lagi berfungsi sebagi sarana yang memberikan kemudahan
bagi kehidupan manusia melainkan teknologi juga berada untuk tujuan eksistensinya
sendiri.
Sesuatu yang kadang-kadang harus dibayar mahal oleh manusia yang
kehilangan sebagian arti dari kemanusiannya. Manusia sering dihadapkan dengan
situasi yang tidak bersifat manusiawi, terpenjara dalam kisi-kisi teknologi yang
merampas kebahagiaan dan kemanusiaannya.
Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang
memengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia - manusia itu sendiri. Jadi, ilmu
Filsafat Ilmu

Page 4
Netralitas Sains
bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan kemungkinan mengubah
hakikat kemanusiaan itu sendiri. Atau dengan perkataan lain, ilmu bukan lagi
merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga
menciptakan tujuan hidup itu sendiri.
Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang pada hakikatnya mempelajari
alam sebagiamana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya,
seperti:
a. Untuk apa sebenarnya ilmu harus dipergunakan?
b. Dimana batas wewenang penjelajahan keilmuan?
c. Ke arah mana perkembangan keilmuan harus diarahkan?
Untuk menjawab pertanyaan ini maka ilmuawan berpaling kepada hakikat
moral.
Sebenarnya sejak saat pertumbuhan ilmu sudah terkait dengan masalahmasalah moral namun dalam perspektif yang berbeda. Ketika Copernicus (1473-1543)
mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang
berputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti apa yang dinyatakan
dalam ajaran agama, maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral.
Pertentangan ilmu dan moral yang diwakili oleh ajaran agama pada waktu itu
di akhiri dengan diputuskan oleh pengadilan agama waktu itu bahwa Galileo harus
mencabut pernyataannya.
Pengadilan inkuisisi Galileo ini selama kurang lebih dua setengah abad
memengaruhi perkembangan berpikir di Eropa yang pada dasarnya mencerminkan
pertarungan antara ilmu yang terbebas dari nilai-nilai di luar bidang keilmuan dan
ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan yang ingin menjadikannya nilai-nilainya sebagi
penafsiran metafisik keilmuan.
Dalam kurun waktu ini para ilmuwan berjuang untuk menegakkan ilmu yang
berdasarkan penafsiran alam sebagaimana adanya dengan semboyan Ilmu yang Bebas
Nilai.

Filsafat Ilmu

Page 5
Netralitas Sains
B. Ilmu yang Bebas Nilai

Wacana masalah netralisasi ilmu memang masih dalam perdebatan di
kalangan masyarakat. Tetapi pada hakikatnya ilmu itu mempunyai nilai Netral ( nol ),
dengan ilmu itu netral maka perkembangan ilmu pengetahuan bisa berkembang.
Sehingga tidak tercampuri dengan suatu hal yang dapat menjadikan ilmu atau itu
sendiri menjadi terhambat dalam perkembangannya.
Sedangkan netral itu sendiri memiliki berbagai pandangan. Yang pertama
dalam pandangan Ontologi, yakni masalah atau hakikat netral itu sendiri, yang
mempunyai ruang lingkup tentang baik buruknya ilmu yang telah ada.
Kemudian dalam pandangan Epistimologi

yaitu masalah bagaimana

mendapatkan ilmu itu. Dan untuk mendapatkanya apakah sesuai atau malah
menyimpang dari metode ilmiah. Sebagai contoh, ketika seorang ahli jantung ingin
meneliti tentang jantung manusia. Ada suatu kendala apabila dokter ini meneliti
jantung selain jantung manusia seperti jantung simpanse misalnya, tentu hasilnya
berbeda apabila dokter itu menggunakan jantung manusia itu. Tetapi masalahnya ada
beberapa yang tidak menyetujui hal ini, dikarenakan telah keluar dari rasa
kemanusiaan. Padahal tujuan awalnya agar data yang diperoleh valid dan lengkap,
tetapi mereka salah memandang hal tersebut.
Sedangkan yang terakhir adalah netarisasi dalam pandangan Aksiologi, ini
menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu itu sendiri. Seperti suatu hal yang sangat
disesalkan oleh Albert Einsten, karena penemuannya tentang nuklir. Ternyata
manusia sebagai pengkonsumsi dari hasil temuan ilmu itu telah menyimpang atau
menyalahi aturan yang ada.
Padahal Einsten meneliti nuklir bukan karena dia ingin menggunakannya
sebagai bom atau perusak, tetapi sebaliknya yaitu untuk kemaslahatan manusia
sendiri. Tetapi manusia sendirilah yang telah salah menggunakan hasil pikiran
Einstein itu.
Bandingkan atau lawan dari netral yaitu sains terikat, yakni sains yang terikat
pada nilai. Bagi mereka yang berpandangan sains itu terikat nilai maka dalam
Filsafat Ilmu

Page 6
Netralitas Sains
penelitiannya terhadap ilmu pengetahuan akan dibatasi oleh nilai-nilai yang berlaku
dalam peradaban. Di samping itu juga mereka mesti selektif terhadap objek penelitian
sekaligus menggunakan hasil penelitian.
C. Fenomena Kekinian atas Netralitas Ilmu

Contoh temudah yang bisa kita ambil adalah fenomena handphone. Misalnya
dalam lingkungan yang lebih kecil, dalam ruang lingkup pelajar.
Tentunya, zaman sekarang anak-anak yang menggunakan handphone atau
telephone genggam di kalangan remaja. Bahkan, anak usia 5 tahun pun sudah
menggunakan handphone bermerek mahal. Sampai usia yang sudah tua pun masih ada
yang menggunakan handphone,walaupun tidak begitu banyak yang kita temukan.
Saat ini, handphone pun dilengkapi dengan teknologi-teknologi yang sangat
canggih. Kecanggihan itu pun bisa digunakan untuk anak yang berusia sekolah dasar.
Sebagai sebuah hasil limu pengetahuan handphone hadir dengan dua sisi yang
berlawan. Maksudnya, ada dua dampak yang bisa di timbulkan oleh handphone, yaitu:
1. Dampak positif menggunakan handphone bagi pelajar, yaitu :
a. mempermudah komunikasi, seperti ketika orang tua menjemput anaknya ketika
pulang sekolah atau selesai melakukan kegiatan di sekolah;
b. menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi, karena bagaimanapun
teknologi sudah merambat sampai ke pelosok-pelosok desa. Memperluas jaringan
persahabatan, seperti mendapat banyak kenalan dimana-mana sampai di luar
negeri.
2. Dampak negatif menggunakan handphone bagi pelajar, yaitu :
a. mengganggu perkembangan anak. Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di
handphone seperti, kamera, permainan, akan mengganggu siswa dalam menerima
pelajaran di sekolah. Tidak jarang mereka disibukan dengan menerima panggilan,
sms,miscall dari teman. Lebih parah lagi ada yang menggunakan handphone untuk
mencontek dalam ulangan atau ujian sekolah. Bermain handphone saat guru
menjelaskan pelajaran dan sebagainya.

Filsafat Ilmu

Page 7
Netralitas Sains
Kalau hal tersebut dibiarkan, maka generasi yang kita harapkan akan menjadi
budak

teknologi.

Selain

berbagai

kontroversi

di

seputar

dampak

negatif

penggunaanya, penggunan handphone juga berakibat buruk terhadap kesehatan, ada
baiknya siswa lebih berhati-hati dan bijaksana dalam menggunakan atau memilih
handphone, khususnya bagi pelajar anak-anak. Jika memang tidak terlalu diperlukan,
sebaiknya anak-anak jangan dulu diberi kesempatan menggunakan handphone secara
permanen. Rawan terhadap tindak kejahatan. Pelajar merupakan salah satu target
utama dari penjahat. Apalagi handphone merupakan perangkat yang mudah dijual,
sehingga anak-anak yang menenteng handphone “ high end “ bisa di kuntit maling
yang mengincar handphonenya. Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku
siswa. Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua. Handphone bisa digunakan
untuk menyebarkan gambar-gambar yang mengandung unsur pornografi.
Hal lain, dengan mempunyai handphone maka pengeluaran kita akan
bertambah, apalagi kalau handphone nya hanya digunakan untuk hal-hal yang tidak
bermanfaat maka hanya akan menjadi pemborosan saja. Menciptakan lingkungan
pergaulan sosial yang tidak sehat. Ada keluarga yang tidak mampu, tetapi karena
pergaulan dimana teman-temanya sudah dibelikan handphone sehingga mereka
merengek-rengek kepada orang tuanya padahal orang tuanya tidak mampu.
Secara berangsur kehadiran handphone akan membentuk sifat hedonisme pada
anak. Ketika keluar gadget terbaru yang lebih canggih, mereka pun merengek-rengek
meminta kepada orang tua, padahal mereka sebenarnya belum memahami benar
manfaat setiap fitur-fitur baru secara menyeluruh.
Anak kita akan sulit diawasi, khususnya ketika masa-masa pubertas, disaat
sudah muncul rasa ketertarikan dengan teman pria atau wanita, maka handphone
menjadi sarana bagi mereka untuk berkomunikasi, tetapi komunikasi yang tidak baik.
Hal ini akan mengganggu aktifitas yang seharusnya mereka lakukan, separti: shalat,
makan, belajar, bahkan tidur karena keasikan smsan dengan teman lawan jenisnya.
Efek sampingan jari yang kebanyakan memencet tombol ketika smsan akan
mengganggu syaraf-syaraf tertentu.
Handphone juga akan membuat syaraf-syaraf di otak kita,sedikit demi sedikit
akan terputus. Saat kita tidur malam,usahakan handphone jangan di letakan disamping
Filsafat Ilmu

Page 8
Netralitas Sains
telinga kita atau di bawah bantal. Itu karena radiasi-radiasi saat handphone menyala
akan membuat syaraf-syaraf di otak kita terganggu. Itulah contoh-contoh dari semua
dampak yang telah kita ketahui.
D. Sikap Ilmuwan

Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan
teknologi yang bersifat merusak ini, para ilmuwan terbagi dalam dua golongan
pendapat.
1. Golongan pertama
Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral
terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis.
Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan terserah
kepada orang lain untuk mempergunakannya. Apakah dipergunakan untuk tujuan
yang buruk atau pengetahuan itu ditujukan kepada kebaikan.
Golongan ini ingin melanjutkan tradisi kenetralan ilmu secara total seperti
pada waktu era Galileo.
2. Golongan kedua
Golongan kedua sebaliknya, mereka berpendapat bahwa netralitas ilmu
terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam
penggunaanya bahkan pemilihan objek penelitian, kegiatan keilmuan harus
berlandaskan asas-asas moral.
Golongan kedua ini mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal sebagai
berikut.
a. Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang
dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologiteknologi keilmuan.

Filsafat Ilmu

Page 9
Netralitas Sains
b. Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoteric sehingga kaum
ilmuwan lebih mengetahui ekses-ekses yang mungkin terjadi bila terjadi
penyalahgunaan.
c. Ilmu telah berkembang sedemikian rupa dimana terdapat kemungkinan bahwa
ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti
pada kasus genetika revolusi genetika dan teknik perubahan social (social
engineering).
Berdasarkan ketiga hal ini maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu
secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan
martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan.
Terlepas dari pendapat dua golongan diatas, kita sebagai manusia
seyogyanya dapat kembali menghayati salah satu pendapat Darwin yang
mengatakan: “ tahap tertinggi dalam kebudayaan manusia adalah ketika kita
menyadari bahwa kita seyogyanya mengontrol pikiran kita”. Sehingga kita dapat
bersikap arif dalam mengarahkan kenetralan ilmu atau sains tersebut.

Filsafat Ilmu

Page 10
Netralitas Sains
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Pada hakikatnya ilmu itu mempunyai nilai Netral ( nol ), dengan ilmu itu
netral maka perkembangan ilmu pengetahuan bisa berkembang. Sehingga tidak
tercampuri dengan suatu hal yang dapat menjadikan ilmu atau ilmu itu sendiri
menjadi terhambat dalam perkembangannya.

Dalam menghadapi eksistensi ilmu dan teknologi ini, para ilmuwan terbagi
dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus
bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Dalam
hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain
untuk mempergunakannya. Apakah dipergunakan untuk tujuan yang buruk atau
pengetahuan itu ditujukan kepada kebaikan.

Golongan kedua sebaliknya, mereka berpendapat bahwa netralitas ilmu
terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam
penggunaanya bahkan pemilihan objek penelitian, kegiatan keilmuan harus
berlandaskan asas-asas moral.

Filsafat Ilmu

Page 11

More Related Content

What's hot

MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...Nurfaizatul Jannah
 
Makalah filsafat umum
Makalah filsafat umumMakalah filsafat umum
Makalah filsafat umumAyah Abeeb
 
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidRoisMansur
 
Biografi, karya dan pemikiran Ibnu Bajjah
Biografi, karya dan pemikiran Ibnu BajjahBiografi, karya dan pemikiran Ibnu Bajjah
Biografi, karya dan pemikiran Ibnu Bajjahmugnisulaeman
 
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaPengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaRisa Octaviani
 
Makalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber PengetahuanMakalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber Pengetahuansayid bukhari
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuKristinaMala
 
Power Point Filsafat Islam
Power Point Filsafat IslamPower Point Filsafat Islam
Power Point Filsafat IslamFirdika Arini
 
ASWAJA + NDP + PKT
ASWAJA + NDP + PKTASWAJA + NDP + PKT
ASWAJA + NDP + PKTPMII
 
Laporan praktikum biologi
Laporan praktikum biologiLaporan praktikum biologi
Laporan praktikum biologiBudi Triyanto
 
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAkidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAbulkhair Abdullah
 
Makalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeMakalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeErna Mariana
 
Biologi dalam Perspektif Islam
Biologi dalam Perspektif IslamBiologi dalam Perspektif Islam
Biologi dalam Perspektif IslamFiyah Sulaiman
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuPutriAgilya
 
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...Lana Karyatna
 
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNESLaporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNESdewisetiyana52
 

What's hot (20)

MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
 
Metode studi islam
Metode studi islamMetode studi islam
Metode studi islam
 
Makalah filsafat umum
Makalah filsafat umumMakalah filsafat umum
Makalah filsafat umum
 
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
 
Biografi, karya dan pemikiran Ibnu Bajjah
Biografi, karya dan pemikiran Ibnu BajjahBiografi, karya dan pemikiran Ibnu Bajjah
Biografi, karya dan pemikiran Ibnu Bajjah
 
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaPengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
 
Aliran kritisisme
Aliran kritisismeAliran kritisisme
Aliran kritisisme
 
Makalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber PengetahuanMakalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber Pengetahuan
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat Ilmu
 
Power Point Filsafat Islam
Power Point Filsafat IslamPower Point Filsafat Islam
Power Point Filsafat Islam
 
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
 
ASWAJA + NDP + PKT
ASWAJA + NDP + PKTASWAJA + NDP + PKT
ASWAJA + NDP + PKT
 
Laporan praktikum biologi
Laporan praktikum biologiLaporan praktikum biologi
Laporan praktikum biologi
 
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAkidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
 
Makalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeMakalah eksistensialisme
Makalah eksistensialisme
 
Biologi dalam Perspektif Islam
Biologi dalam Perspektif IslamBiologi dalam Perspektif Islam
Biologi dalam Perspektif Islam
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
 
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
 
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNESLaporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
 

Similar to NetralitasSains

tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Smitamitadwisetyani
 
Kemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu Pengetahuan
Kemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu PengetahuanKemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu Pengetahuan
Kemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu PengetahuanLSP3I
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuayu Naoman
 
Pengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan Ilmu
Pengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan IlmuPengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan Ilmu
Pengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan IlmuND Arisanti
 
Nurunnisa filsafat masa depan ilmu
Nurunnisa filsafat masa depan ilmuNurunnisa filsafat masa depan ilmu
Nurunnisa filsafat masa depan ilmuNurunnisa07
 
Dimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmuDimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmuM fazrul
 
E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i Erta Erta
 
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)Erta Erta
 
Pembahasan makalah pancasila
Pembahasan makalah pancasilaPembahasan makalah pancasila
Pembahasan makalah pancasilafedereth
 
Hubungan ilmu pengetahuan filsafat
Hubungan ilmu pengetahuan filsafatHubungan ilmu pengetahuan filsafat
Hubungan ilmu pengetahuan filsafatDedi Yulianto
 
adoc.pub_tantangan-dan-masa-depan-ilmu.pdf
adoc.pub_tantangan-dan-masa-depan-ilmu.pdfadoc.pub_tantangan-dan-masa-depan-ilmu.pdf
adoc.pub_tantangan-dan-masa-depan-ilmu.pdfAhmadAfandi75
 
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)Rusmin Unisa
 
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptxTugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptxRestiWanda1
 

Similar to NetralitasSains (20)

tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.S
 
Kemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu Pengetahuan
Kemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu PengetahuanKemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu Pengetahuan
Kemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu Pengetahuan
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmu
 
Pengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan Ilmu
Pengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan IlmuPengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan Ilmu
Pengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan Ilmu
 
Nurunnisa filsafat masa depan ilmu
Nurunnisa filsafat masa depan ilmuNurunnisa filsafat masa depan ilmu
Nurunnisa filsafat masa depan ilmu
 
Filsafat ilmu ii
Filsafat ilmu iiFilsafat ilmu ii
Filsafat ilmu ii
 
Dimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmuDimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmu
 
UTS Filsafat Ilmu.pdf
UTS Filsafat Ilmu.pdfUTS Filsafat Ilmu.pdf
UTS Filsafat Ilmu.pdf
 
E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i
 
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
 
Pembahasan makalah pancasila
Pembahasan makalah pancasilaPembahasan makalah pancasila
Pembahasan makalah pancasila
 
Hubungan ilmu pengetahuan filsafat
Hubungan ilmu pengetahuan filsafatHubungan ilmu pengetahuan filsafat
Hubungan ilmu pengetahuan filsafat
 
adoc.pub_tantangan-dan-masa-depan-ilmu.pdf
adoc.pub_tantangan-dan-masa-depan-ilmu.pdfadoc.pub_tantangan-dan-masa-depan-ilmu.pdf
adoc.pub_tantangan-dan-masa-depan-ilmu.pdf
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmu
 
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
 
Tugas dewi copy
Tugas dewi   copyTugas dewi   copy
Tugas dewi copy
 
Artikel FKI.docx
Artikel FKI.docxArtikel FKI.docx
Artikel FKI.docx
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Pancasila sebagai dasar ilmu
Pancasila sebagai dasar ilmuPancasila sebagai dasar ilmu
Pancasila sebagai dasar ilmu
 
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptxTugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
 

More from Santi Susanti

Metode utama pengumpulan data kualitatif
Metode utama pengumpulan data kualitatifMetode utama pengumpulan data kualitatif
Metode utama pengumpulan data kualitatifSanti Susanti
 
Kematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorang
Kematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorangKematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorang
Kematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorangSanti Susanti
 
Tugas english group 4
Tugas english group 4Tugas english group 4
Tugas english group 4Santi Susanti
 
Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulumPengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulumSanti Susanti
 
Tujuan, subjek, objek, metode pendidikan
Tujuan, subjek, objek, metode pendidikanTujuan, subjek, objek, metode pendidikan
Tujuan, subjek, objek, metode pendidikanSanti Susanti
 
makalah profesi keguruan
makalah profesi keguruanmakalah profesi keguruan
makalah profesi keguruanSanti Susanti
 
makalah bimbingan dan konseling
makalah bimbingan dan konselingmakalah bimbingan dan konseling
makalah bimbingan dan konselingSanti Susanti
 

More from Santi Susanti (8)

Metode utama pengumpulan data kualitatif
Metode utama pengumpulan data kualitatifMetode utama pengumpulan data kualitatif
Metode utama pengumpulan data kualitatif
 
Kematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorang
Kematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorangKematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorang
Kematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorang
 
Tugas english group 4
Tugas english group 4Tugas english group 4
Tugas english group 4
 
Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulumPengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum
 
Tujuan, subjek, objek, metode pendidikan
Tujuan, subjek, objek, metode pendidikanTujuan, subjek, objek, metode pendidikan
Tujuan, subjek, objek, metode pendidikan
 
shalat berjamaah
shalat berjamaahshalat berjamaah
shalat berjamaah
 
makalah profesi keguruan
makalah profesi keguruanmakalah profesi keguruan
makalah profesi keguruan
 
makalah bimbingan dan konseling
makalah bimbingan dan konselingmakalah bimbingan dan konseling
makalah bimbingan dan konseling
 

Recently uploaded

MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 

Recently uploaded (20)

MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 

NetralitasSains

  • 1. Netralitas Sains BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman globalisasi ini, manusia pada hakikatnya hanya ditopang oleh kemajuan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi. Perkembangan peradaban yang terus tumbuh dan berkembang sedemikian pesat dengan disadari maupun tidak telah menghadirkan sebuah kerumitan dan kompleksitas kehidupan yang beraneka ragam pula. Perkembangan zaman yang kian cepat itu telah melahirkan bias kehidupan masyarakat yang begitu dinamis. Pada hierarki inilah sesungguhnya sebuah eksistensi sebuah ilmu pengetahuan patut dipertanyakan. Memang pada dasarnya ilmu pengetahuan itu mempunyai manfaat yang amat besar bagi manusia karena dengan berpengetahuan manusia akan menjadi lebih mengerti. Pengetahuan yang diperoleh sedemikian itu pada umumnya telah memberikan jaminan akan kepastian yang lebih besar. Dalam proses perjalanannya, perkembangan ilmu pengetahuan akan selalu berbanding lurus dengan perkembangan zaman. Artinya, semakin berkembang zaman akan semakin berkembang pula ilmu pengetahuan. Akan tetapi, pada kenyataan yang lain, perkembangan ilmu pengetahuan pada era modern ini justru menjadi sebuah dilema tersendiri. Apakah perkembangan ilmu pengetahuan yang tercipta pada hakikatnya akan membawa kepada peradaban dunia yang lebih sejahtera dan damai atau dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu justru menjadi sesuatu yang bisa merusak peradaban yang telah terbangun? Dalam kajian ilmu filsafat bunyi pertanyaan tadi akan menjadi, “Netralkah sebuah Ilmu Pengetahuan itu?” Filsafat Ilmu Page 1
  • 2. Netralitas Sains B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pandangan ilmu filsafat terhadap sains? 2. Bagaimana kenetralan sebuah sains dalam perkembangan peradaban? 3. Bagaimana sikap para ilmuwan dalam hubungannya dengan temuan dan peradaban? C. Tujuan Penulisan Makalah Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk: 1. mengetahui bagaimana pandangan ilmu filsafat terhadap sains; 2. mengetahui bagaimana kenetralan sebuah sains dalam perkembangan peradaban; dan 3. mengetahui bagaimana sikap para ilmuwan dalam hubungan temuan mereka dan peradaban. D. Kegunaan Makalah Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoriris maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai penambah pengetahuan mengenai netralitas sains. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang netralitas sains; 2. pembaca/guru, sebagai media informasi tentang netralitas sains baik secara teoritis maupun secara praktis. Filsafat Ilmu Page 2
  • 3. Netralitas Sains BAB II PEMBAHASAN A. Pandangan Ilmu Filsafat Terhadap Sains 1. Filsafat Ilmu Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti: a. Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antar objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? b. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri/ apa kreterianya? Cara/teknik/ sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang berupa ilmu? c. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaiadah moral moral. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik procedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma – norma moral/professional? Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok pertanyaan yang pertama disebut landasan ontologis ; kelompok yang kedua adalah epistemologis ; dan kelompok ketiga adalah aksiologis. 2. Ilmu dan Moral Benarkah bahwa makin credas, maka makin pandai kita menemukan kebenaran. Makin benar maka makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia yang Filsafat Ilmu Page 3
  • 4. Netralitas Sains mempunyai penalaran tinggi, lalu makin berbudi, sebab moral mereka dilandasi analisis yang hakiki, ataukah malah sebaliknya; makin cerdas makin pandai kita berdusta. Profesor Ace Partadiredja dalam pidato pngukuhan Beliau selaku Guru Besar Ilmu ekonomi UGM pernah memberi himbauan: “Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berutang kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam bidang ini maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah di samping penciptaan berbagai kemudahan dalam bidang-bidang seperti pengangkutan, pemukiman, pendidikan dan komunikasi. Namun dalam kenyataannya apakah ilmu selulu merupakan berkah, terbebas dari kutukan yang membawa malapetaka dan kesengsaraan”. Kita ambil contoh tragedi WTC. Jauh sebelum tragedi WTC dan kasus yang menewaskan ratusan jiwa, sejak semula dalam tahap-tahap pertama pertumbuhannya ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan untuk menguasai alam melainkan juga untuk memerangi sesame manusia dan menguasai manusia. Pada pihak yang lain, perkembangan ilmu sering melupakan faktor manusia, dimana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia. Namun justru sebaliknya, manusialah yang akhirnya harus menyesuaikan diri dengan teknologi. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagi sarana yang memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia melainkan teknologi juga berada untuk tujuan eksistensinya sendiri. Sesuatu yang kadang-kadang harus dibayar mahal oleh manusia yang kehilangan sebagian arti dari kemanusiannya. Manusia sering dihadapkan dengan situasi yang tidak bersifat manusiawi, terpenjara dalam kisi-kisi teknologi yang merampas kebahagiaan dan kemanusiaannya. Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang memengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia - manusia itu sendiri. Jadi, ilmu Filsafat Ilmu Page 4
  • 5. Netralitas Sains bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri. Atau dengan perkataan lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri. Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam sebagiamana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya, seperti: a. Untuk apa sebenarnya ilmu harus dipergunakan? b. Dimana batas wewenang penjelajahan keilmuan? c. Ke arah mana perkembangan keilmuan harus diarahkan? Untuk menjawab pertanyaan ini maka ilmuawan berpaling kepada hakikat moral. Sebenarnya sejak saat pertumbuhan ilmu sudah terkait dengan masalahmasalah moral namun dalam perspektif yang berbeda. Ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang berputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti apa yang dinyatakan dalam ajaran agama, maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral. Pertentangan ilmu dan moral yang diwakili oleh ajaran agama pada waktu itu di akhiri dengan diputuskan oleh pengadilan agama waktu itu bahwa Galileo harus mencabut pernyataannya. Pengadilan inkuisisi Galileo ini selama kurang lebih dua setengah abad memengaruhi perkembangan berpikir di Eropa yang pada dasarnya mencerminkan pertarungan antara ilmu yang terbebas dari nilai-nilai di luar bidang keilmuan dan ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan yang ingin menjadikannya nilai-nilainya sebagi penafsiran metafisik keilmuan. Dalam kurun waktu ini para ilmuwan berjuang untuk menegakkan ilmu yang berdasarkan penafsiran alam sebagaimana adanya dengan semboyan Ilmu yang Bebas Nilai. Filsafat Ilmu Page 5
  • 6. Netralitas Sains B. Ilmu yang Bebas Nilai Wacana masalah netralisasi ilmu memang masih dalam perdebatan di kalangan masyarakat. Tetapi pada hakikatnya ilmu itu mempunyai nilai Netral ( nol ), dengan ilmu itu netral maka perkembangan ilmu pengetahuan bisa berkembang. Sehingga tidak tercampuri dengan suatu hal yang dapat menjadikan ilmu atau itu sendiri menjadi terhambat dalam perkembangannya. Sedangkan netral itu sendiri memiliki berbagai pandangan. Yang pertama dalam pandangan Ontologi, yakni masalah atau hakikat netral itu sendiri, yang mempunyai ruang lingkup tentang baik buruknya ilmu yang telah ada. Kemudian dalam pandangan Epistimologi yaitu masalah bagaimana mendapatkan ilmu itu. Dan untuk mendapatkanya apakah sesuai atau malah menyimpang dari metode ilmiah. Sebagai contoh, ketika seorang ahli jantung ingin meneliti tentang jantung manusia. Ada suatu kendala apabila dokter ini meneliti jantung selain jantung manusia seperti jantung simpanse misalnya, tentu hasilnya berbeda apabila dokter itu menggunakan jantung manusia itu. Tetapi masalahnya ada beberapa yang tidak menyetujui hal ini, dikarenakan telah keluar dari rasa kemanusiaan. Padahal tujuan awalnya agar data yang diperoleh valid dan lengkap, tetapi mereka salah memandang hal tersebut. Sedangkan yang terakhir adalah netarisasi dalam pandangan Aksiologi, ini menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu itu sendiri. Seperti suatu hal yang sangat disesalkan oleh Albert Einsten, karena penemuannya tentang nuklir. Ternyata manusia sebagai pengkonsumsi dari hasil temuan ilmu itu telah menyimpang atau menyalahi aturan yang ada. Padahal Einsten meneliti nuklir bukan karena dia ingin menggunakannya sebagai bom atau perusak, tetapi sebaliknya yaitu untuk kemaslahatan manusia sendiri. Tetapi manusia sendirilah yang telah salah menggunakan hasil pikiran Einstein itu. Bandingkan atau lawan dari netral yaitu sains terikat, yakni sains yang terikat pada nilai. Bagi mereka yang berpandangan sains itu terikat nilai maka dalam Filsafat Ilmu Page 6
  • 7. Netralitas Sains penelitiannya terhadap ilmu pengetahuan akan dibatasi oleh nilai-nilai yang berlaku dalam peradaban. Di samping itu juga mereka mesti selektif terhadap objek penelitian sekaligus menggunakan hasil penelitian. C. Fenomena Kekinian atas Netralitas Ilmu Contoh temudah yang bisa kita ambil adalah fenomena handphone. Misalnya dalam lingkungan yang lebih kecil, dalam ruang lingkup pelajar. Tentunya, zaman sekarang anak-anak yang menggunakan handphone atau telephone genggam di kalangan remaja. Bahkan, anak usia 5 tahun pun sudah menggunakan handphone bermerek mahal. Sampai usia yang sudah tua pun masih ada yang menggunakan handphone,walaupun tidak begitu banyak yang kita temukan. Saat ini, handphone pun dilengkapi dengan teknologi-teknologi yang sangat canggih. Kecanggihan itu pun bisa digunakan untuk anak yang berusia sekolah dasar. Sebagai sebuah hasil limu pengetahuan handphone hadir dengan dua sisi yang berlawan. Maksudnya, ada dua dampak yang bisa di timbulkan oleh handphone, yaitu: 1. Dampak positif menggunakan handphone bagi pelajar, yaitu : a. mempermudah komunikasi, seperti ketika orang tua menjemput anaknya ketika pulang sekolah atau selesai melakukan kegiatan di sekolah; b. menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi, karena bagaimanapun teknologi sudah merambat sampai ke pelosok-pelosok desa. Memperluas jaringan persahabatan, seperti mendapat banyak kenalan dimana-mana sampai di luar negeri. 2. Dampak negatif menggunakan handphone bagi pelajar, yaitu : a. mengganggu perkembangan anak. Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di handphone seperti, kamera, permainan, akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah. Tidak jarang mereka disibukan dengan menerima panggilan, sms,miscall dari teman. Lebih parah lagi ada yang menggunakan handphone untuk mencontek dalam ulangan atau ujian sekolah. Bermain handphone saat guru menjelaskan pelajaran dan sebagainya. Filsafat Ilmu Page 7
  • 8. Netralitas Sains Kalau hal tersebut dibiarkan, maka generasi yang kita harapkan akan menjadi budak teknologi. Selain berbagai kontroversi di seputar dampak negatif penggunaanya, penggunan handphone juga berakibat buruk terhadap kesehatan, ada baiknya siswa lebih berhati-hati dan bijaksana dalam menggunakan atau memilih handphone, khususnya bagi pelajar anak-anak. Jika memang tidak terlalu diperlukan, sebaiknya anak-anak jangan dulu diberi kesempatan menggunakan handphone secara permanen. Rawan terhadap tindak kejahatan. Pelajar merupakan salah satu target utama dari penjahat. Apalagi handphone merupakan perangkat yang mudah dijual, sehingga anak-anak yang menenteng handphone “ high end “ bisa di kuntit maling yang mengincar handphonenya. Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua. Handphone bisa digunakan untuk menyebarkan gambar-gambar yang mengandung unsur pornografi. Hal lain, dengan mempunyai handphone maka pengeluaran kita akan bertambah, apalagi kalau handphone nya hanya digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat maka hanya akan menjadi pemborosan saja. Menciptakan lingkungan pergaulan sosial yang tidak sehat. Ada keluarga yang tidak mampu, tetapi karena pergaulan dimana teman-temanya sudah dibelikan handphone sehingga mereka merengek-rengek kepada orang tuanya padahal orang tuanya tidak mampu. Secara berangsur kehadiran handphone akan membentuk sifat hedonisme pada anak. Ketika keluar gadget terbaru yang lebih canggih, mereka pun merengek-rengek meminta kepada orang tua, padahal mereka sebenarnya belum memahami benar manfaat setiap fitur-fitur baru secara menyeluruh. Anak kita akan sulit diawasi, khususnya ketika masa-masa pubertas, disaat sudah muncul rasa ketertarikan dengan teman pria atau wanita, maka handphone menjadi sarana bagi mereka untuk berkomunikasi, tetapi komunikasi yang tidak baik. Hal ini akan mengganggu aktifitas yang seharusnya mereka lakukan, separti: shalat, makan, belajar, bahkan tidur karena keasikan smsan dengan teman lawan jenisnya. Efek sampingan jari yang kebanyakan memencet tombol ketika smsan akan mengganggu syaraf-syaraf tertentu. Handphone juga akan membuat syaraf-syaraf di otak kita,sedikit demi sedikit akan terputus. Saat kita tidur malam,usahakan handphone jangan di letakan disamping Filsafat Ilmu Page 8
  • 9. Netralitas Sains telinga kita atau di bawah bantal. Itu karena radiasi-radiasi saat handphone menyala akan membuat syaraf-syaraf di otak kita terganggu. Itulah contoh-contoh dari semua dampak yang telah kita ketahui. D. Sikap Ilmuwan Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak ini, para ilmuwan terbagi dalam dua golongan pendapat. 1. Golongan pertama Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya. Apakah dipergunakan untuk tujuan yang buruk atau pengetahuan itu ditujukan kepada kebaikan. Golongan ini ingin melanjutkan tradisi kenetralan ilmu secara total seperti pada waktu era Galileo. 2. Golongan kedua Golongan kedua sebaliknya, mereka berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaanya bahkan pemilihan objek penelitian, kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral. Golongan kedua ini mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal sebagai berikut. a. Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologiteknologi keilmuan. Filsafat Ilmu Page 9
  • 10. Netralitas Sains b. Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoteric sehingga kaum ilmuwan lebih mengetahui ekses-ekses yang mungkin terjadi bila terjadi penyalahgunaan. c. Ilmu telah berkembang sedemikian rupa dimana terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus genetika revolusi genetika dan teknik perubahan social (social engineering). Berdasarkan ketiga hal ini maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan. Terlepas dari pendapat dua golongan diatas, kita sebagai manusia seyogyanya dapat kembali menghayati salah satu pendapat Darwin yang mengatakan: “ tahap tertinggi dalam kebudayaan manusia adalah ketika kita menyadari bahwa kita seyogyanya mengontrol pikiran kita”. Sehingga kita dapat bersikap arif dalam mengarahkan kenetralan ilmu atau sains tersebut. Filsafat Ilmu Page 10
  • 11. Netralitas Sains BAB III PENUTUP A. Simpulan Pada hakikatnya ilmu itu mempunyai nilai Netral ( nol ), dengan ilmu itu netral maka perkembangan ilmu pengetahuan bisa berkembang. Sehingga tidak tercampuri dengan suatu hal yang dapat menjadikan ilmu atau ilmu itu sendiri menjadi terhambat dalam perkembangannya. Dalam menghadapi eksistensi ilmu dan teknologi ini, para ilmuwan terbagi dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya. Apakah dipergunakan untuk tujuan yang buruk atau pengetahuan itu ditujukan kepada kebaikan. Golongan kedua sebaliknya, mereka berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaanya bahkan pemilihan objek penelitian, kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral. Filsafat Ilmu Page 11