SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 8
Descargar para leer sin conexión
Indepth Report

             Refleksi Telematika 2010




Telematika di Bawah Cengkraman Neoliberal




                      oleh :

                Firdaus Cahyadi

              Yayasan Satudunia
Apa itu Neoliberal?

       Neoliberal atau sering disingkat dengan neolib, sebuah kata yang tiba-tiba popular pada

pemilu 2009 lalu. Namun selepas pemilu perdebatan tentang neoliberal seakan berhenti.

Pengetahuan apa itu (know what) neoliberal pun dipahami secara setengah-setengah oleh

masyarakat, atau bahkan tidak dipahami sama sekali. Gagalnya pemahaman apa itu neoliberal

itulah yang mungkin memunculkan joke yang menyandingkan neoliberal dengan neozep.

       Mungkin (Kwik) pusing sehingga tak bisa membedakan Neozep (obat sakit kepala) dan

neolib," kata Chatib dalam diskusi "Boedionomics: Antara Neolib dan Ekonomi Kerakyatan" seperti

yang ditulis oleh web tempointeraktif pada tahun 2009 lalu.

       Lantas apa sebenarnya neoliberal itu? Menurut Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan

UGM Revrisond Baswir, ekonomi neoliberal adalah bentuk baru liberalisme yang pada dasarnya

sangat memuliakan mekanisme pasar. Dalam sistem ekonomi neoliberal campur tangan negara,

walaupun diakui diperlukan, harus dibatasi sebagai pembuat peraturan dan sebagai pengaman

bekerjanya mekanisme pasar.

       Sistem neoliberal itu pada akhirnya menempatkan negara hanya sebagai pelayan korporasi

besar daripada melindungi hak-hak warganya. Akibatnya hak warga negara dihilangkan digantikan

hanya sekedar hak konsumen dari produk-produk industri manufaktur dan jasa.

       Dalam sebuah diskusi di Satudunia 28 Oktober 2010 lalu, peneliti ICT (Information

Communication and Technology)       for Development dari Manchester University Yanuar Nugroho

mengatakan bahwa dalam neoliberalisme kepemilikan privat tersebut sudah demikian absolut dan

keramat, tanpa peran sosial apapun juga kecuali untuk akumulasi laba privat. “Singkatnya, dalam

faham neoliberal, tidak cukup ada pasar, tetapi tidak boleh ada yang lain selain pasar” jelasnya.

       Dari uraian di atas ada beberapa kata kunci tentang neoliberal; Pasar, Korporasi,

Kepemilikan Privat dan Negara. Dengan ketiga kata kunci tersebut, dapat mudah dipahami bahwa

neoliberal adalah sebuah tatanan ekonomi dan politik yang mendorong kepemilikan publik

menjadi kepemilikan privat sehingga dapat ditransaksikan dengan mekanisme pasar.

       Peran negara diperlukan untuk menjamin terlaksananya perubahan kepemilikan dari publik

ke privat dan juga menjaga agar mekanisme pasar berjalan dalam transaksi kepemilikan privat
tersebut. Jika mekanisme pasar telah berjalan negara tidak perlu intervensi.

       Dalam neoliberal sebisa mungkin dihilangkan paradigma adanya produk barang dan jasa

yang dinilai penting dan menguasai hajat hidup orang banyak. Karena paradigma itu akan

mengundang negara untuk turut campur di dalamnya guna menjamin pemenuhan warganya atas

produk barang dan jasa tersebut. Jika itu terjadi maka korporasi yang menjadi pelaku pasar tidak

bisa mengambil untung dari transaksi di pasar. Point penting lainnya adalah hak publik akan

digeser secara berlahan hanya menjadi hak konsumen.



Neoliberal dan Washington Consensus

       Neoliberal juga diidentikan dengan Washington Consensus. Melalui lembaga-lembaga bisnis

bantuan internasional seperti Bank Dunia dan IMF, washington consensus diimplementasikan di

negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

       Lantas, apa itu Washington Consensus? Seperti ditulis di vivanews.com, Direktur Institute

for Development of Economic & Finance M Ikhsan Modjo menjelaskan, Washington Consensus

mulanya adalah paket kebijakan, berupa kesepakatan antara politisi Kongres, badan pemerintah,

dan bank sentral AS, serta lembaga keuangan internasional mengenai cara pemulihan ekonomi di

negara-negara berkembang.

       John Williamson (1990) merumuskan Washington Consensus ke dalam 10 butir yaitu:

Disiplin kebijakan fiskal

   1. Pengalihan belanja subsidi, kecuali susidi langsung, pada belanja pendidikan, kesehatan,

       dan infrastruktur

   2. Reformasi pajak - memperluas basis pajak dan penurunan tingkat pajak

   3. Suku bunga yang ditentukan pasar dan positif secara riil

   4. Nilai tukar kompetitif

   5. Liberalisasi perdagangan, terutama penghapusan lisensi dan penerapan tarif tunggal

   7. Liberalisasi investasi langsung asing

   8. Privatisasi BUMN

   9. Deregulasi - penghapusan regulasi yang menghambat persaingan, kecuali untuk menjaga
keamanan, lingkungan, perlindungan konsumen, dan pengawasan lembaga keuangan.

   10. Perlindungan hak milik.



Telematika di Bawah Cengkraman Neoliberal, Apaan tuh?

                                          Definisi Telematika menurut Rancangan Undang Undang

                                      (RUU) Telematika adalah perpaduan antara telekomunikasi

                                      dan teknologi informasi. Kebanyakan orang menyebutnya

                                      dengan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) atau

                                      dalam bahasa Inggris sering disingkat dengan nama ICT

                                      (Information and Communication Technology).

       Lantas apa hubungannya telematika dengan neoliberal? Muhammad Salahuddien, seorang

pakar internet dari ID-SRITTI (Indonesia Security Incident Response Team on Internet

Infrastructure) dalam sebuah diskusi dengan Satudunia di Jakarta, 20 Juli 2010, mengatakan

bahwa di Indonesia industry ICT adalah industri yang paling matang dan sepenuhnya liberal.

       “Dominasi sepenuhnya oleh market driver dan tehnology driver. Jadi peran pemerintah

apalagi masyarakat menjadi minimal,” jelasnya, “Kondisi industri komunikasi ini sudah sangat

liberal, sehingga ketika pemerintah ingin manjadikan milik publik menjadi sangat sulit,”

       Muhammad Salahuddien menambahkan bahwa satu-satunya peran masyarakat dalam ICT

yang tersisa adalah peran menjadi konsumen. “Peran masayarakat lah yang sekarang ini masih

sangat kosong, kecuali berperan sebagai pembeli,” tegasnya.

       Dari uraian di atas mulai nampak, meskipun sekilas, cengkraman sistem neoliberal dalam

persoalan telematika di Indonesia. Dan cengkraman neoliberal itu semakin terang benderang

dalam RUU Konvergensi Telematika yang rencananya pada tahun 2011 akan masuk di DPR untuk

dibahas.

       Dalam penjelasan RUU Konvergensi Telematika secara gamblang disebutkan, bahwa salah

satu yang melatarbelakangi munculnya RUU Konvergensi Telematika adalah “Tekanan atau

dorongan untuk mewujudkan perubahan paradigma telematika dari vital dan strategis dan

menguasai hajat hidup orang banyak menjadi komoditas yang dapat diperdagangkan semakin
besar melalui forum-forum regional dan internasional dalam bentuk tekanan untuk pembukaan

pasar (open market)”.



Tahapan Liberalisasi Sektor Telekomunikasi

        Cengkraman neoliberal di sektor telematika ternyata tidak dilakukan secara serentak

seperti membalik telapak tangan, melainkan secara bertahap. Para pengusung paham neoliberal

paham betul bahwa jika dilakukan secara serentak, maka akan mendapatkan resistensi atau

perlawanan yang besar dari seluruh elemen masyarakat.

        Cengkraman neoliberal di Indonesia dilakukan secara bertahap. Tahapan itu dimulai

dengan perubahan status perusahaan negara di sektor telekomunikasi. Sebelum tahun 1961

perusahaan telekomunikasi berstatus jawatan. Pada tahun 1961, status jawatan diubah menjadi

Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965, PN

Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan

Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).

        Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi diubah namanya menjadi Perusahaan Umum

Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun

internasional. Tahun 1980 seluruh saham PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat)

diambil   alih   oleh    pemerintah   RI    menjadi   Badan   Usaha   Milik   Negara   (BUMN)    untuk

menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel.

        Pada     tahun   1989,   ditetapkan    Undang-undang    Nomor     3    Tahun   1989     tentang

Telekomunikasi, yang juga mengatur peran swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi. Pada

tahun     1991    Perumtel    berubah      bentuk   menjadi   Perusahaan      Perseroan   (Persero)

Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1991.

        Apa implikasi dari perubahan status itu? Perubahan status perusahaan telekomunikasi

ternyata juga berimbas bagi orientasi perusahaan tersebut. Perusahaan Negara memiliki orientasi

pelayanan kepada publik. Perum merupakan perusahaan yang 50% profit, dan PT merupaka

perusahaan yang 100% profit, meskipun tugas pelayanan umum tetap melekat di masing-masing

bentuk usaha. Dari sini kita dapat melihat bagaimana orientasi pelayanan kepada warga negara
berubah menjadi pelayanan kepada konsumen. Kondisi ini bisa menjawab terjadinya kesenjangan

akses telematika antara kawasan Indonesia barat dan timur.



Telamatika di Bawah Neoliberal, Siapa Untung-Siapa Buntung?

      “Bicaralah tentang hak konsumen, jangan bicara tentang hak publik”. Itu sebuah ungkapan

yang tepat ketika sistem neoliberal telah menancap kuat di sebuah negeri. Apa bedanya hak

konsumen dan hak publik?

      Hak konsumen muncul akibat transaksi ekonomi seseorang dengan sebuah perusahaan.

Sebelum ada hubungan transaksional tidak ada hak konsumen. Sedangkan hak publik muncul

karena sebuah kontrak politik warga negara dengan pemerintah. Negara memiliki kewajiban

untuk menghormati, menghargai, melindungi dan memenuhi hak warga negaranya. Sesuatu

produk barang dan jasa yang dinilai penting dan menguasai hajat hidup orang banyak menjadi

hak warga negara yang harus dipenuhui oleh pemerintah.

      Dalam RUU Konvergensi Telematika yang dipaparkan dalam konsultasi publik pada 20

Oktober 2010 di Jakarta, pereduksian hak warga negara menjadi sekedar hak konsumen nampak

jelas. Hal itu nampak tidak adanya secara explisit pasal yang mengatur hak warga negara atas

pelayanan universal atas layanan telematika.

      Di dalam Pasal 38 draft RUU Konvergensi Telematika memang disebutkan mengenai

kewajiban negara untuk membangun pelayanan universal. Tapi di dalam RUU itu tidak disebutkan

apa yang menjadi hak warga negara bila kewajiban negara itu tidak dilaksanakan. Akibatnya, hak

warga negara untuk mendapatkan layanan dasar telematika ini akan mudah dilanggar dalam

praktiknya.

      Kewajiban pelayanan dasar telematika adalah kewajiban penyediaan layanan telematika

agar masyarakat, terutama di daerah terpencil atau belum berkembang, mendapatkan akses

layanan telematika.

      Karena konsekuensi dari liberalisasi telematika lebih mengutamakan penumpukan laba

perusahaan maka fokus pengembangan infrastruktur telematika pun berada di kawasan Indonesia

Barat, khususnya Pulau Jawa. Di kawasan Indoensia barat, khususnya Pulau Jawa, selain
penduduknya relatif banyak, juga pendapatan ekonominya relatif tinggi dibanding penduduk di

kawasan Indonesia timur. Artinya, penduduk di Indonesia Barat, khususnya Jawa sangat

berpotensi menjadi konsumen telematika dibandingkan pendududk di kawasan Indonesia timur.




                               Gambar 1. Slide EXISTING fiber Optics



       Akibatnya,   penduduk     di   kawasan   Indonesia   timur   tidak   memiliki   akses   terhadap

telematika. Kondisi ini sering disebut sebagai sebuah kesenjangan digital. Ini sesuatu yang ironis,

padahal di kawasan Indonesia timur adalah daerah yang kaya akan sumber daya alam. Ketiadaan

akses telematika ini bisa jadi yang menyebabkan pendapatan ekonomi penduduk di kawasan

Indonesia Timur selalu lebih rendah dibandingkan penduduk di kawasan Indonesia barat,

terutama Pulau Jawa.

       Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada akhir 2004, seperti

ditulis www.iptek.net, menunjukan, bahwa sebanyak 75 persen pelanggan dan pengguna internet

berlokasi di Jakarta, 15 persen di Surabaya, 5 persen di daerah lain di pulau Jawa dan 5 persen

sisanya di propinsi lainnya.

       Pihak yang 'buntung' ketika telematika berada di bawah cengkraman neoliberal sudah

mulai kelihatan dari uraian di atas. Samar-samar tirai pun mulai tersingkap bahwa korporasi

telematika menjadi pihak yang diuntungkan ketika telematika berada dalam cengkraman

neoliberal. Lantas, apakah negara juga diuntungkan dengan kondisi tersebut? Kemana sebenarnya
larinya uang dalam bisnis telematika di bawah cengkraman neoliberal ini? Sebuah pertanyaan

yang harus dijawab sebelum cengkraman neoliberal semakin kuat di sektor telematika Indonesia.




Bahan Bacaan:

   1. Ekonom:        Kwik         Tak        Bisa     Bedakan      Neozep       dan      Neolib,

      http://www.tempointeraktif.com/hg/Pemilu2009_presiden/2009/05/26/brk,20090526-

      178169,id.html

   2. Brief Paper-RUU Konvergensi Telematika, http://www.satudunia.net/content/brief-paper-

      ruu-konvergensi-telematika

   3. Notulensi FGD Satudunia, “Adopsi ICT di NGOs dan Dampaknya Bagi Masyarakat Rentan”,

      20 Juli 2010

   4. Notulensi diskusi Satudunia, “Tragedi Lumpur Lapindo, Menggagas Perlawanan di Dunia

      Maya” , 28 Oktober 2010.

   5. Kertas Posisi Satudunia tentang ICT, http://www.satudunia.net/content/kertas-posisi-

      satudunia-tentang-ict

   6. Apa     Itu    Washington         Consensus,   http://bisnis.vivanews.com/news/read/61102-

      apa_itu_washington_consensus_

   7. Telemkomunikasi Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi_Indonesia

   8. Lena Herliana, Fenomena Privatisasi BUMN, 2010

Más contenido relacionado

Similar a Indepth report telematika di bawah cengkraman neoliberal

Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar
Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi SiregarClass Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar
Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi SiregarE Wandari
 
M 001 -a1- risalah kata pengantar rdpu 10 nopember 2014 2
M 001 -a1- risalah kata pengantar rdpu 10 nopember 2014 2M 001 -a1- risalah kata pengantar rdpu 10 nopember 2014 2
M 001 -a1- risalah kata pengantar rdpu 10 nopember 2014 2fraksi balkon
 
Pakar SEO Indonesia : Strategi Menjaga Citra Polri Di Media Sosial
Pakar SEO Indonesia : Strategi Menjaga Citra Polri Di Media SosialPakar SEO Indonesia : Strategi Menjaga Citra Polri Di Media Sosial
Pakar SEO Indonesia : Strategi Menjaga Citra Polri Di Media SosialPakar SEO Indonesia
 
demokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).ppt
demokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).pptdemokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).ppt
demokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).pptChandraSetyawan10
 
Tugas etika bisnis
Tugas etika bisnisTugas etika bisnis
Tugas etika bisnisNeng Lina
 
02a Konsep dan Visi e-Government
02a   Konsep dan Visi e-Government02a   Konsep dan Visi e-Government
02a Konsep dan Visi e-GovernmentLilis Rusliyawati
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiSatuDunia Foundation
 
3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi
3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi
3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasidunianyamaya
 
Konsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas Publik
Konsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas PublikKonsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas Publik
Konsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Article 19 ict watch - navigating - bahasa
Article 19   ict watch - navigating - bahasaArticle 19   ict watch - navigating - bahasa
Article 19 ict watch - navigating - bahasaICT Watch
 
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi PublikBuku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi PublikLBH Masyarakat
 
presentasi PKN Kelompok (yesi)
presentasi PKN Kelompok (yesi)presentasi PKN Kelompok (yesi)
presentasi PKN Kelompok (yesi)apotek agam farma
 
Nota Keberatan APJII atas Permen Situs Negatif
Nota Keberatan APJII atas Permen Situs NegatifNota Keberatan APJII atas Permen Situs Negatif
Nota Keberatan APJII atas Permen Situs NegatifICT Watch
 
3._GLOBALISASI.ppt
3._GLOBALISASI.ppt3._GLOBALISASI.ppt
3._GLOBALISASI.pptDIKLATBRIMOB
 
Strategic management13
Strategic management13Strategic management13
Strategic management13Nurul ihsani
 
Sm, ari prayogo, hapzi ali, digital era, bcg matrix, universitas mercubuana
Sm, ari prayogo, hapzi ali, digital era, bcg matrix, universitas mercubuanaSm, ari prayogo, hapzi ali, digital era, bcg matrix, universitas mercubuana
Sm, ari prayogo, hapzi ali, digital era, bcg matrix, universitas mercubuanaAri Prayogo
 

Similar a Indepth report telematika di bawah cengkraman neoliberal (20)

Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar
Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi SiregarClass Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar
Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar
 
M 001 -a1- risalah kata pengantar rdpu 10 nopember 2014 2
M 001 -a1- risalah kata pengantar rdpu 10 nopember 2014 2M 001 -a1- risalah kata pengantar rdpu 10 nopember 2014 2
M 001 -a1- risalah kata pengantar rdpu 10 nopember 2014 2
 
Pakar SEO Indonesia : Strategi Menjaga Citra Polri Di Media Sosial
Pakar SEO Indonesia : Strategi Menjaga Citra Polri Di Media SosialPakar SEO Indonesia : Strategi Menjaga Citra Polri Di Media Sosial
Pakar SEO Indonesia : Strategi Menjaga Citra Polri Di Media Sosial
 
demokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).ppt
demokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).pptdemokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).ppt
demokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).ppt
 
Tugas etika bisnis
Tugas etika bisnisTugas etika bisnis
Tugas etika bisnis
 
02a Konsep dan Visi e-Government
02a   Konsep dan Visi e-Government02a   Konsep dan Visi e-Government
02a Konsep dan Visi e-Government
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
 
3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi
3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi
3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi
 
Presentasi RKK
Presentasi RKKPresentasi RKK
Presentasi RKK
 
Konsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas Publik
Konsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas PublikKonsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas Publik
Konsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas Publik
 
Article 19 ict watch - navigating - bahasa
Article 19   ict watch - navigating - bahasaArticle 19   ict watch - navigating - bahasa
Article 19 ict watch - navigating - bahasa
 
Penjelasan Telematika
Penjelasan TelematikaPenjelasan Telematika
Penjelasan Telematika
 
Presentasi kip forum anti korupsi 4 - a hamid dp
Presentasi kip   forum anti korupsi 4 - a hamid dpPresentasi kip   forum anti korupsi 4 - a hamid dp
Presentasi kip forum anti korupsi 4 - a hamid dp
 
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi PublikBuku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
 
presentasi PKN Kelompok (yesi)
presentasi PKN Kelompok (yesi)presentasi PKN Kelompok (yesi)
presentasi PKN Kelompok (yesi)
 
Nota Keberatan APJII atas Permen Situs Negatif
Nota Keberatan APJII atas Permen Situs NegatifNota Keberatan APJII atas Permen Situs Negatif
Nota Keberatan APJII atas Permen Situs Negatif
 
3._GLOBALISASI.ppt
3._GLOBALISASI.ppt3._GLOBALISASI.ppt
3._GLOBALISASI.ppt
 
Strategic management13
Strategic management13Strategic management13
Strategic management13
 
Sm, ari prayogo, hapzi ali, digital era, bcg matrix, universitas mercubuana
Sm, ari prayogo, hapzi ali, digital era, bcg matrix, universitas mercubuanaSm, ari prayogo, hapzi ali, digital era, bcg matrix, universitas mercubuana
Sm, ari prayogo, hapzi ali, digital era, bcg matrix, universitas mercubuana
 
CYBER LAW.pptx
CYBER LAW.pptxCYBER LAW.pptx
CYBER LAW.pptx
 

Más de SatuDunia Foundation

Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadUbah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadSatuDunia Foundation
 
Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaPolicy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaSatuDunia Foundation
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaSatuDunia Foundation
 
Indepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoIndepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoSatuDunia Foundation
 
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)SatuDunia Foundation
 
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiWarta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiSatuDunia Foundation
 
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...SatuDunia Foundation
 
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...SatuDunia Foundation
 
Konvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikKonvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikSatuDunia Foundation
 
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
Hiv aids dan media sosial  aditya wardanaHiv aids dan media sosial  aditya wardana
Hiv aids dan media sosial aditya wardanaSatuDunia Foundation
 

Más de SatuDunia Foundation (20)

Posterkursuskm 02-2012
Posterkursuskm 02-2012Posterkursuskm 02-2012
Posterkursuskm 02-2012
 
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadUbah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
 
Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaPolicy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
 
A-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi TelematikaA-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi Telematika
 
Komik publikasi KM 2012
Komik publikasi KM 2012 Komik publikasi KM 2012
Komik publikasi KM 2012
 
Indepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoIndepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindo
 
Mapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in IndonesiaMapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in Indonesia
 
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
 
120216 digital (mujtaba hamdi)
120216 digital (mujtaba hamdi)120216 digital (mujtaba hamdi)
120216 digital (mujtaba hamdi)
 
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiWarta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
 
Id mdgr2007 bahasa
Id mdgr2007 bahasaId mdgr2007 bahasa
Id mdgr2007 bahasa
 
Id mdgr2007 advokasi_bahasa
Id mdgr2007 advokasi_bahasaId mdgr2007 advokasi_bahasa
Id mdgr2007 advokasi_bahasa
 
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
 
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
 
Mereka berani melawan pemiskinan
Mereka berani melawan pemiskinanMereka berani melawan pemiskinan
Mereka berani melawan pemiskinan
 
Sapa edisi 1 desember 2011
Sapa edisi 1 desember 2011Sapa edisi 1 desember 2011
Sapa edisi 1 desember 2011
 
Konvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikKonvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publik
 
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
Hiv aids dan media sosial  aditya wardanaHiv aids dan media sosial  aditya wardana
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
 
Ham dan hiv aids harwib
Ham dan hiv aids harwibHam dan hiv aids harwib
Ham dan hiv aids harwib
 

Indepth report telematika di bawah cengkraman neoliberal

  • 1. Indepth Report Refleksi Telematika 2010 Telematika di Bawah Cengkraman Neoliberal oleh : Firdaus Cahyadi Yayasan Satudunia
  • 2. Apa itu Neoliberal? Neoliberal atau sering disingkat dengan neolib, sebuah kata yang tiba-tiba popular pada pemilu 2009 lalu. Namun selepas pemilu perdebatan tentang neoliberal seakan berhenti. Pengetahuan apa itu (know what) neoliberal pun dipahami secara setengah-setengah oleh masyarakat, atau bahkan tidak dipahami sama sekali. Gagalnya pemahaman apa itu neoliberal itulah yang mungkin memunculkan joke yang menyandingkan neoliberal dengan neozep. Mungkin (Kwik) pusing sehingga tak bisa membedakan Neozep (obat sakit kepala) dan neolib," kata Chatib dalam diskusi "Boedionomics: Antara Neolib dan Ekonomi Kerakyatan" seperti yang ditulis oleh web tempointeraktif pada tahun 2009 lalu. Lantas apa sebenarnya neoliberal itu? Menurut Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM Revrisond Baswir, ekonomi neoliberal adalah bentuk baru liberalisme yang pada dasarnya sangat memuliakan mekanisme pasar. Dalam sistem ekonomi neoliberal campur tangan negara, walaupun diakui diperlukan, harus dibatasi sebagai pembuat peraturan dan sebagai pengaman bekerjanya mekanisme pasar. Sistem neoliberal itu pada akhirnya menempatkan negara hanya sebagai pelayan korporasi besar daripada melindungi hak-hak warganya. Akibatnya hak warga negara dihilangkan digantikan hanya sekedar hak konsumen dari produk-produk industri manufaktur dan jasa. Dalam sebuah diskusi di Satudunia 28 Oktober 2010 lalu, peneliti ICT (Information Communication and Technology) for Development dari Manchester University Yanuar Nugroho mengatakan bahwa dalam neoliberalisme kepemilikan privat tersebut sudah demikian absolut dan keramat, tanpa peran sosial apapun juga kecuali untuk akumulasi laba privat. “Singkatnya, dalam faham neoliberal, tidak cukup ada pasar, tetapi tidak boleh ada yang lain selain pasar” jelasnya. Dari uraian di atas ada beberapa kata kunci tentang neoliberal; Pasar, Korporasi, Kepemilikan Privat dan Negara. Dengan ketiga kata kunci tersebut, dapat mudah dipahami bahwa neoliberal adalah sebuah tatanan ekonomi dan politik yang mendorong kepemilikan publik menjadi kepemilikan privat sehingga dapat ditransaksikan dengan mekanisme pasar. Peran negara diperlukan untuk menjamin terlaksananya perubahan kepemilikan dari publik ke privat dan juga menjaga agar mekanisme pasar berjalan dalam transaksi kepemilikan privat
  • 3. tersebut. Jika mekanisme pasar telah berjalan negara tidak perlu intervensi. Dalam neoliberal sebisa mungkin dihilangkan paradigma adanya produk barang dan jasa yang dinilai penting dan menguasai hajat hidup orang banyak. Karena paradigma itu akan mengundang negara untuk turut campur di dalamnya guna menjamin pemenuhan warganya atas produk barang dan jasa tersebut. Jika itu terjadi maka korporasi yang menjadi pelaku pasar tidak bisa mengambil untung dari transaksi di pasar. Point penting lainnya adalah hak publik akan digeser secara berlahan hanya menjadi hak konsumen. Neoliberal dan Washington Consensus Neoliberal juga diidentikan dengan Washington Consensus. Melalui lembaga-lembaga bisnis bantuan internasional seperti Bank Dunia dan IMF, washington consensus diimplementasikan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Lantas, apa itu Washington Consensus? Seperti ditulis di vivanews.com, Direktur Institute for Development of Economic & Finance M Ikhsan Modjo menjelaskan, Washington Consensus mulanya adalah paket kebijakan, berupa kesepakatan antara politisi Kongres, badan pemerintah, dan bank sentral AS, serta lembaga keuangan internasional mengenai cara pemulihan ekonomi di negara-negara berkembang. John Williamson (1990) merumuskan Washington Consensus ke dalam 10 butir yaitu: Disiplin kebijakan fiskal 1. Pengalihan belanja subsidi, kecuali susidi langsung, pada belanja pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur 2. Reformasi pajak - memperluas basis pajak dan penurunan tingkat pajak 3. Suku bunga yang ditentukan pasar dan positif secara riil 4. Nilai tukar kompetitif 5. Liberalisasi perdagangan, terutama penghapusan lisensi dan penerapan tarif tunggal 7. Liberalisasi investasi langsung asing 8. Privatisasi BUMN 9. Deregulasi - penghapusan regulasi yang menghambat persaingan, kecuali untuk menjaga
  • 4. keamanan, lingkungan, perlindungan konsumen, dan pengawasan lembaga keuangan. 10. Perlindungan hak milik. Telematika di Bawah Cengkraman Neoliberal, Apaan tuh? Definisi Telematika menurut Rancangan Undang Undang (RUU) Telematika adalah perpaduan antara telekomunikasi dan teknologi informasi. Kebanyakan orang menyebutnya dengan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) atau dalam bahasa Inggris sering disingkat dengan nama ICT (Information and Communication Technology). Lantas apa hubungannya telematika dengan neoliberal? Muhammad Salahuddien, seorang pakar internet dari ID-SRITTI (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure) dalam sebuah diskusi dengan Satudunia di Jakarta, 20 Juli 2010, mengatakan bahwa di Indonesia industry ICT adalah industri yang paling matang dan sepenuhnya liberal. “Dominasi sepenuhnya oleh market driver dan tehnology driver. Jadi peran pemerintah apalagi masyarakat menjadi minimal,” jelasnya, “Kondisi industri komunikasi ini sudah sangat liberal, sehingga ketika pemerintah ingin manjadikan milik publik menjadi sangat sulit,” Muhammad Salahuddien menambahkan bahwa satu-satunya peran masyarakat dalam ICT yang tersisa adalah peran menjadi konsumen. “Peran masayarakat lah yang sekarang ini masih sangat kosong, kecuali berperan sebagai pembeli,” tegasnya. Dari uraian di atas mulai nampak, meskipun sekilas, cengkraman sistem neoliberal dalam persoalan telematika di Indonesia. Dan cengkraman neoliberal itu semakin terang benderang dalam RUU Konvergensi Telematika yang rencananya pada tahun 2011 akan masuk di DPR untuk dibahas. Dalam penjelasan RUU Konvergensi Telematika secara gamblang disebutkan, bahwa salah satu yang melatarbelakangi munculnya RUU Konvergensi Telematika adalah “Tekanan atau dorongan untuk mewujudkan perubahan paradigma telematika dari vital dan strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak menjadi komoditas yang dapat diperdagangkan semakin
  • 5. besar melalui forum-forum regional dan internasional dalam bentuk tekanan untuk pembukaan pasar (open market)”. Tahapan Liberalisasi Sektor Telekomunikasi Cengkraman neoliberal di sektor telematika ternyata tidak dilakukan secara serentak seperti membalik telapak tangan, melainkan secara bertahap. Para pengusung paham neoliberal paham betul bahwa jika dilakukan secara serentak, maka akan mendapatkan resistensi atau perlawanan yang besar dari seluruh elemen masyarakat. Cengkraman neoliberal di Indonesia dilakukan secara bertahap. Tahapan itu dimulai dengan perubahan status perusahaan negara di sektor telekomunikasi. Sebelum tahun 1961 perusahaan telekomunikasi berstatus jawatan. Pada tahun 1961, status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965, PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi diubah namanya menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Tahun 1980 seluruh saham PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat) diambil alih oleh pemerintah RI menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel. Pada tahun 1989, ditetapkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi, yang juga mengatur peran swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi. Pada tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1991. Apa implikasi dari perubahan status itu? Perubahan status perusahaan telekomunikasi ternyata juga berimbas bagi orientasi perusahaan tersebut. Perusahaan Negara memiliki orientasi pelayanan kepada publik. Perum merupakan perusahaan yang 50% profit, dan PT merupaka perusahaan yang 100% profit, meskipun tugas pelayanan umum tetap melekat di masing-masing bentuk usaha. Dari sini kita dapat melihat bagaimana orientasi pelayanan kepada warga negara
  • 6. berubah menjadi pelayanan kepada konsumen. Kondisi ini bisa menjawab terjadinya kesenjangan akses telematika antara kawasan Indonesia barat dan timur. Telamatika di Bawah Neoliberal, Siapa Untung-Siapa Buntung? “Bicaralah tentang hak konsumen, jangan bicara tentang hak publik”. Itu sebuah ungkapan yang tepat ketika sistem neoliberal telah menancap kuat di sebuah negeri. Apa bedanya hak konsumen dan hak publik? Hak konsumen muncul akibat transaksi ekonomi seseorang dengan sebuah perusahaan. Sebelum ada hubungan transaksional tidak ada hak konsumen. Sedangkan hak publik muncul karena sebuah kontrak politik warga negara dengan pemerintah. Negara memiliki kewajiban untuk menghormati, menghargai, melindungi dan memenuhi hak warga negaranya. Sesuatu produk barang dan jasa yang dinilai penting dan menguasai hajat hidup orang banyak menjadi hak warga negara yang harus dipenuhui oleh pemerintah. Dalam RUU Konvergensi Telematika yang dipaparkan dalam konsultasi publik pada 20 Oktober 2010 di Jakarta, pereduksian hak warga negara menjadi sekedar hak konsumen nampak jelas. Hal itu nampak tidak adanya secara explisit pasal yang mengatur hak warga negara atas pelayanan universal atas layanan telematika. Di dalam Pasal 38 draft RUU Konvergensi Telematika memang disebutkan mengenai kewajiban negara untuk membangun pelayanan universal. Tapi di dalam RUU itu tidak disebutkan apa yang menjadi hak warga negara bila kewajiban negara itu tidak dilaksanakan. Akibatnya, hak warga negara untuk mendapatkan layanan dasar telematika ini akan mudah dilanggar dalam praktiknya. Kewajiban pelayanan dasar telematika adalah kewajiban penyediaan layanan telematika agar masyarakat, terutama di daerah terpencil atau belum berkembang, mendapatkan akses layanan telematika. Karena konsekuensi dari liberalisasi telematika lebih mengutamakan penumpukan laba perusahaan maka fokus pengembangan infrastruktur telematika pun berada di kawasan Indonesia Barat, khususnya Pulau Jawa. Di kawasan Indoensia barat, khususnya Pulau Jawa, selain
  • 7. penduduknya relatif banyak, juga pendapatan ekonominya relatif tinggi dibanding penduduk di kawasan Indonesia timur. Artinya, penduduk di Indonesia Barat, khususnya Jawa sangat berpotensi menjadi konsumen telematika dibandingkan pendududk di kawasan Indonesia timur. Gambar 1. Slide EXISTING fiber Optics Akibatnya, penduduk di kawasan Indonesia timur tidak memiliki akses terhadap telematika. Kondisi ini sering disebut sebagai sebuah kesenjangan digital. Ini sesuatu yang ironis, padahal di kawasan Indonesia timur adalah daerah yang kaya akan sumber daya alam. Ketiadaan akses telematika ini bisa jadi yang menyebabkan pendapatan ekonomi penduduk di kawasan Indonesia Timur selalu lebih rendah dibandingkan penduduk di kawasan Indonesia barat, terutama Pulau Jawa. Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada akhir 2004, seperti ditulis www.iptek.net, menunjukan, bahwa sebanyak 75 persen pelanggan dan pengguna internet berlokasi di Jakarta, 15 persen di Surabaya, 5 persen di daerah lain di pulau Jawa dan 5 persen sisanya di propinsi lainnya. Pihak yang 'buntung' ketika telematika berada di bawah cengkraman neoliberal sudah mulai kelihatan dari uraian di atas. Samar-samar tirai pun mulai tersingkap bahwa korporasi telematika menjadi pihak yang diuntungkan ketika telematika berada dalam cengkraman neoliberal. Lantas, apakah negara juga diuntungkan dengan kondisi tersebut? Kemana sebenarnya
  • 8. larinya uang dalam bisnis telematika di bawah cengkraman neoliberal ini? Sebuah pertanyaan yang harus dijawab sebelum cengkraman neoliberal semakin kuat di sektor telematika Indonesia. Bahan Bacaan: 1. Ekonom: Kwik Tak Bisa Bedakan Neozep dan Neolib, http://www.tempointeraktif.com/hg/Pemilu2009_presiden/2009/05/26/brk,20090526- 178169,id.html 2. Brief Paper-RUU Konvergensi Telematika, http://www.satudunia.net/content/brief-paper- ruu-konvergensi-telematika 3. Notulensi FGD Satudunia, “Adopsi ICT di NGOs dan Dampaknya Bagi Masyarakat Rentan”, 20 Juli 2010 4. Notulensi diskusi Satudunia, “Tragedi Lumpur Lapindo, Menggagas Perlawanan di Dunia Maya” , 28 Oktober 2010. 5. Kertas Posisi Satudunia tentang ICT, http://www.satudunia.net/content/kertas-posisi- satudunia-tentang-ict 6. Apa Itu Washington Consensus, http://bisnis.vivanews.com/news/read/61102- apa_itu_washington_consensus_ 7. Telemkomunikasi Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi_Indonesia 8. Lena Herliana, Fenomena Privatisasi BUMN, 2010