SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 5
I.

PENDAHULUAN
Moral menyangkut kebaikan. Orang yang tidak baik juga disebut orang yang tidak bermoral, atau
sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang bermoral. Maka, secara sederhana kita mungkin dapat
menyamakan moral dengan kebaikan orang atau kebaikan manusiawi. Namun cukup sulitlah menjawab
pertanyaan berikut: orang yang baik atau oarng bermoral itu yang bagaimana? Oleh karena itu, kiranya akan
berguna bagi kita untuk memulai studi tentang dengan melihat beberapa hal yang paling mendasar tentang
kebaikan manusia secara umum.1

II.

RUMUSAN MASALAH
A.
B.
C.
D.

III.

Pengertian Moral
Perilaku Dasar Moral
Perkembangan Penalaran Moral
Tindakan Moral Berbasis Rasionalisasi Kognitif

PEMBAHASAN
A. Pengertian Moral
Menurut Lillie, kata moral berasal dari kata mores(bahasa latin) yang berarti tata cara dalam
kehidupan atau adat istiadat. Dewey mengatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang berhubungan dengan
nilai-nilai susila.
Oleh Magnis-Suseno (1987) dikatakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya
manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi
kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk
mengukur kebaikan seseorang. Sikap moral sebenarnya disebut moralitas, ia mengartikan moralitas
sebagai sikap hati orang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas terjadi apabila orang
mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena ia
mencari keuntungan. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan yang baik yang betul-betul tanpa pamrih.
Hanya moralitaslah yang bernilai secara moral.2
Sebagai sistem nilai, etika juga berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjdai pegangan
bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dalam posisi inilah sebagian besar
makna cinta dipahami sehingga muncul istilah etika islam dan sebagainya. Dalam posisi ini pula makna
etika sama dengan moral.3

1

2
3

Hadiwardoyo Purwa Dr, Moral dan Masalahnya, Kanisius: Yogyakarta 1990
Budiningsih Asri Dr, Pembelajaran Moral, Rineka Cipta: Jakarta 2004
Hazlitt Henry, Dasar-Dasar Moralitas, Pustaka Pelajar: Yogyakarta 2003

Psikologi Sufistik | 1
B. Perilaku Dasar Moral
Dengan singkat dapat ditegaskan bahwa moral merupakan suatu fenomena kemanusiaan yang
uniersal. Moral hanya ada pada manusia, tidak terdapat pada makhluk lain. Dengan demikian, moral
menjadi salah sayu pembeda antara manusia dan binatang. Manusia pada dasarnya mempunyai kesadaran
moral. Moral menjdai ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada makhluk dibawah tingkat
manusiawi. Pada level binatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk, tentang yang boleh dan
dilarang, tentang yang harus dilakukan dan tidak pantas dilakukan.
Keharusan moral didasarkan pada kenyataan bahwa manusia mengatur tingkah lakunya menurut
kaidah-kaidah atau norma-norma. Norma merupakan hukum. Selanjutnya, manusia harus menaklukan diri
untuk tunduk pada norma-norma itu.
Kini dunia modern dihadapkan pada paling tidak tiga persoalan dalam moral yaitu:
1.
2.
3.

Kita menyaksikan adanya pluralisme moral. Dalam masyarakat yang berbeda sering terlihat nilai
dan norma yang berbeda. Bahkan masyarakat yang sama bisa ditandai oleh pluralisme moral.
Sekarang timbul banyak masalah moral baru yang tidak terduga.
Dalam dunia modern tampak makin jelas adanya kepedulian terhadap wacana-wacana moral.

Pluralisme moral terutama dirasakan karena sekarang manusia hidup di tempat-tempat suasana
kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Melalui komunikasi modern, informasi dari seluruh
penjuru dunia langsung dapat masuk ke rumah-rumah kita, sebagaimana juga kejadian-kejadian didalam
masyarakat kita tersiar keseluruh pelosok-pelosok dunia. Suka atau tidak, bersamaan dengan itu kita
berkenalan dan bersentuhan dengan norma dan nilai masyarakat lain yang tidak selalu sejalan, bahkan
bertentangan dengan norma dan nilai yang dianut dalam masyarakat kita sendiri. 4
C. Perkembangan Penalaran Moral
Penalaran moral menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan, daripada sekedar arti
suatu tindakan, sehingga dapat dinilai apakan tindakan tersebut baik atau buruk. Penalaran moral
dipandang sebagai suatu struktur pemikiran bukan isi. Dengan demikian penalaran moral bukanlah
tentang apa yang baik atau yang buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang berpikri sampai pada
keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk.

4

Djamil Abdul Dr M.A, Moralitas Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas, Gama Media: Yogyakarta 2002

Psikologi Sufistik | 2
Berikut tahapan-tahapan perkembangan penalaran moral menurut Kolberg yang disarikan oleh hardiman
(1987):
1.

2.

3.

Tingkat Pra-Konvensional
Pada tingkat ini seseorang sangat tanggap terhadap aturan-aturan kebudayaan dan penilaian baik
atau buruk, tetapi ia menafsirkan baik atau buruk ini dalam rangka maksimalisasi kenikmatan atau
akibat-akibat fisik dari tindakannya (hukum fisik, penghargaan , tukar-menukar kebaikan).
Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini seseorang menyadari dirinya sebagai seorang individu di tengah-tengah keluarga,
masyarakat dn bangsanya. Keluarga, masyarakat, bangsa dinilai memiliki kebenarannya sendiri,
karena jika menyimpang dari kelompok ini akan terisolasi. Maka itu, kecenderungan orang pada
tahap ini adalah menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dan mengidentifikasikan
dirinya terhadap kelompoksosialnya.
Tingkat Pasca-Konvensional atau Tingkat Otonom
Pada tingkat ini orang bertindak sebagai subyek hukum dengan mengatasi hukum yang ada. Orang
pada tahap ini sadar bahwa hukum merupakan kontrak sosial demi ketertiban dan kesejahteraan
umum, maka jika hukum tidak sesuai dengan martabat manusia, hukum dapat dirumuskan kembali. 5

D. Tindakan Moral Berbasis Rasionalisasi Kognitif
Bahwa agama, moral , hukum, adat, tata krama dalam masyarakat ada sebagai satu keseluruhan
yang tidak terbedakan. Kita dapat mengatakan dengan yakin yang mana yang muncul pertama. Semuanya
itu muncul bersama-sama. Hanya dijaman modern secara komparatif mereka menjadi secara jelas
terbedakan antara yang satu dengan yang lain dan karena mereka telah berlaku demikian, mereka telah
mengembangkan tradisi yang berbeda-beda.
Rasionalisasi tindakan adalah upaya dilakukan oleh para manusia yang secara rutin
mempertahankan suatu pemahaman teoritis yang terus menerus tentang aktivitas mereka. Rasionalisasi
tindakan dalam keaneka ragaman keadaan interaksi merupakan basis utama bagi orang lain dalam
mengevaluasi kompetensi umum para manusia. Rasionalisasi tindakan para aktor dalam sistem tindakan
tidak dipahami sebagai alasan-alasan bagi suatu tindakan, tetapi lebih pada kompetensi bahwa para
manusia akan mampu menjelaskan sebagian besar tindakanya jika diminta. 6

5
6

Hazlitt Henry, Dasar-Dasar Moralitas, Pustaka Pelajar: Yogyakarta 2003
Djamil Abdul Dr M.A, Moralitas Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas, Gama Media: Yogyakarta 2002

Psikologi Sufistik | 3
IV.

KESIMPULAN
Dengan singkat dapat ditegaskan bahwa moral merupakan suatu fenomena kemanusiaan yang
uniersal. Moral hanya ada pada manusia, tidak terdapat pada makhluk lain. Dengan demikian, moral menjadi
salah sayu pembeda antara manusia dan binatang. Penalaran moral menekankan pada alasan mengapa suatu
tindakan dilakukan, daripada sekedar arti suatu tindakan, sehingga dapat dinilai apakan tindakan tersebut baik
atau buruk. Penalaran moral dipandang sebagai suatu struktur pemikiran bukan isi. Bahwa agama, moral ,
hukum, adat, tata krama dalam masyarakat ada sebagai satu keseluruhan yang tidak terbedakan. Kita dapat
mengatakan dengan yakin yang mana yang muncul pertama. Semuanya itu muncul bersama-sama.

V.

PENUTUP
Demikianlah makalah ini saya buat. Bila mana ada kesalahan harap dimaklumi karena semua itu
masih dalam proses untuk menjadi benar. Untuk membangun makalah ini lebih baik dibutuhkan kritik dan
saran. Terima kasih.

Psikologi Sufistik | 4
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwardoyo Purwa Dr, Moral dan Masalahnya, Kanisius: Yogyakarta 1990
Budiningsih Asri Dr, Pembelajaran Moral, Rineka Cipta: Jakarta 2004
Djamil Abdul Dr M.A, Moralitas Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas, Gama Media: Yogyakarta 2002
Hazlitt Henry, Dasar-Dasar Moralitas, Pustaka Pelajar: Yogyakarta 2003

Psikologi Sufistik | 5

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Pengertian Moral dan Etika
Pengertian Moral dan EtikaPengertian Moral dan Etika
Pengertian Moral dan Etikaizzati H
 
GPM1063-KONSEP ASAS MORAL
GPM1063-KONSEP ASAS MORALGPM1063-KONSEP ASAS MORAL
GPM1063-KONSEP ASAS MORALMary Lemok
 
Keluarga dalam Pembentukan Moral
Keluarga dalam Pembentukan Moral Keluarga dalam Pembentukan Moral
Keluarga dalam Pembentukan Moral Kang Ju Nie
 
Jenis jenis nilai
Jenis jenis nilaiJenis jenis nilai
Jenis jenis nilaiChika Tobby
 
Pendidikan moral nota
Pendidikan moral notaPendidikan moral nota
Pendidikan moral notamoral88
 
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Rewa D
 
Konsep asas dalam pendidikan moral
Konsep asas dalam pendidikan moralKonsep asas dalam pendidikan moral
Konsep asas dalam pendidikan moralBen Devon
 
Konsep Nilai dan Moral
Konsep Nilai dan Moral Konsep Nilai dan Moral
Konsep Nilai dan Moral pjj_kemenkes
 
Pengenalan Pendidikan Moral (IPTS) - Bab 1
Pengenalan Pendidikan Moral (IPTS) - Bab 1Pengenalan Pendidikan Moral (IPTS) - Bab 1
Pengenalan Pendidikan Moral (IPTS) - Bab 1Izzuddin Norrahman
 
Makalah Etika dan Moral Mahasiswa
Makalah Etika dan Moral MahasiswaMakalah Etika dan Moral Mahasiswa
Makalah Etika dan Moral MahasiswaAbror Alatqo
 
Konsep nilai
Konsep nilaiKonsep nilai
Konsep nilaiodaxboy
 

La actualidad más candente (19)

Pengertian Moral dan Etika
Pengertian Moral dan EtikaPengertian Moral dan Etika
Pengertian Moral dan Etika
 
GPM1063-KONSEP ASAS MORAL
GPM1063-KONSEP ASAS MORALGPM1063-KONSEP ASAS MORAL
GPM1063-KONSEP ASAS MORAL
 
Konsep asas nilai
Konsep asas nilaiKonsep asas nilai
Konsep asas nilai
 
Konsep asas nilai
Konsep asas nilaiKonsep asas nilai
Konsep asas nilai
 
Keluarga dalam Pembentukan Moral
Keluarga dalam Pembentukan Moral Keluarga dalam Pembentukan Moral
Keluarga dalam Pembentukan Moral
 
Jenis jenis nilai
Jenis jenis nilaiJenis jenis nilai
Jenis jenis nilai
 
Ciri ciri moral
Ciri ciri moralCiri ciri moral
Ciri ciri moral
 
Pendidikan moral nota
Pendidikan moral notaPendidikan moral nota
Pendidikan moral nota
 
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
 
Konsep asas dalam pendidikan moral
Konsep asas dalam pendidikan moralKonsep asas dalam pendidikan moral
Konsep asas dalam pendidikan moral
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5
 
Konsep Nilai dan Moral
Konsep Nilai dan Moral Konsep Nilai dan Moral
Konsep Nilai dan Moral
 
Moral
MoralMoral
Moral
 
Pengenalan Pendidikan Moral (IPTS) - Bab 1
Pengenalan Pendidikan Moral (IPTS) - Bab 1Pengenalan Pendidikan Moral (IPTS) - Bab 1
Pengenalan Pendidikan Moral (IPTS) - Bab 1
 
Makalah Etika dan Moral Mahasiswa
Makalah Etika dan Moral MahasiswaMakalah Etika dan Moral Mahasiswa
Makalah Etika dan Moral Mahasiswa
 
Spe Bab4
Spe Bab4Spe Bab4
Spe Bab4
 
ULASAN ARTIKEL 4
ULASAN ARTIKEL 4ULASAN ARTIKEL 4
ULASAN ARTIKEL 4
 
Konsep nilai
Konsep nilaiKonsep nilai
Konsep nilai
 

Similar a Makalah psikologi sufistik

Kuliah 1 aplikasimoral
Kuliah 1 aplikasimoralKuliah 1 aplikasimoral
Kuliah 1 aplikasimoralnormizan
 
PERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptx
PERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptxPERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptx
PERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptxliaacha
 
ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docx
ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docxETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docx
ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docxRIFATSALIMUDDIN
 
Manusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumManusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumPotpotya Fitri
 
Makalah etika profesi depandi enda
Makalah etika profesi   depandi endaMakalah etika profesi   depandi enda
Makalah etika profesi depandi endaDevandy Enda
 
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitasMakalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitasYuliana Aminulloh
 
Manusia, nilai, moral dan hukum
Manusia, nilai, moral dan hukumManusia, nilai, moral dan hukum
Manusia, nilai, moral dan hukumFaishal Dany
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7rayn mboeik
 
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putraMakalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putraRyan Putra
 
sosialisasi dan pembentukan kepribadian
sosialisasi dan pembentukan kepribadiansosialisasi dan pembentukan kepribadian
sosialisasi dan pembentukan kepribadiananastanindya
 
TUGAS ETIKA PROF WASPODO.pptx
TUGAS ETIKA PROF WASPODO.pptxTUGAS ETIKA PROF WASPODO.pptx
TUGAS ETIKA PROF WASPODO.pptxadi setianegara
 
Etika etiket dan_moral_hukum_dalam_prakt
Etika etiket dan_moral_hukum_dalam_praktEtika etiket dan_moral_hukum_dalam_prakt
Etika etiket dan_moral_hukum_dalam_praktMimi Mimi
 
Perkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPerkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPoetra Chebhungsu
 
Ringkasan Materi UAN SMA IPS: Sosiologi
Ringkasan Materi UAN SMA IPS: SosiologiRingkasan Materi UAN SMA IPS: Sosiologi
Ringkasan Materi UAN SMA IPS: SosiologiIswi Haniffah
 
Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...
Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...
Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...Cecep Kustandi
 
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidananMateri issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidananLatifah Safriana
 
Kel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesiKel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesiFarRhah Ay
 
Pancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etikaPancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etikaZarevi1
 

Similar a Makalah psikologi sufistik (20)

Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
Kuliah 1 aplikasimoral
Kuliah 1 aplikasimoralKuliah 1 aplikasimoral
Kuliah 1 aplikasimoral
 
PERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptx
PERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptxPERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptx
PERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptx
 
ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docx
ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docxETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docx
ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docx
 
Manusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumManusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukum
 
Etika profesi
Etika profesiEtika profesi
Etika profesi
 
Makalah etika profesi depandi enda
Makalah etika profesi   depandi endaMakalah etika profesi   depandi enda
Makalah etika profesi depandi enda
 
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitasMakalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitas
 
Manusia, nilai, moral dan hukum
Manusia, nilai, moral dan hukumManusia, nilai, moral dan hukum
Manusia, nilai, moral dan hukum
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
 
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putraMakalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
 
sosialisasi dan pembentukan kepribadian
sosialisasi dan pembentukan kepribadiansosialisasi dan pembentukan kepribadian
sosialisasi dan pembentukan kepribadian
 
TUGAS ETIKA PROF WASPODO.pptx
TUGAS ETIKA PROF WASPODO.pptxTUGAS ETIKA PROF WASPODO.pptx
TUGAS ETIKA PROF WASPODO.pptx
 
Etika etiket dan_moral_hukum_dalam_prakt
Etika etiket dan_moral_hukum_dalam_praktEtika etiket dan_moral_hukum_dalam_prakt
Etika etiket dan_moral_hukum_dalam_prakt
 
Perkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPerkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isi
 
Ringkasan Materi UAN SMA IPS: Sosiologi
Ringkasan Materi UAN SMA IPS: SosiologiRingkasan Materi UAN SMA IPS: Sosiologi
Ringkasan Materi UAN SMA IPS: Sosiologi
 
Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...
Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...
Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...
 
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidananMateri issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
 
Kel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesiKel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesi
 
Pancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etikaPancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etika
 

Más de Ainul Mukarrob

Makalah tasawuf sosial
Makalah tasawuf sosialMakalah tasawuf sosial
Makalah tasawuf sosialAinul Mukarrob
 
Makalah psikologi kepribadian
Makalah psikologi kepribadianMakalah psikologi kepribadian
Makalah psikologi kepribadianAinul Mukarrob
 
Nilai2 kesufian pada masa sahabat
Nilai2 kesufian pada masa sahabatNilai2 kesufian pada masa sahabat
Nilai2 kesufian pada masa sahabatAinul Mukarrob
 
Makalah sejarah perkembangan tasawuf
Makalah sejarah perkembangan tasawufMakalah sejarah perkembangan tasawuf
Makalah sejarah perkembangan tasawufAinul Mukarrob
 
Makalah psikologi perkembangan
Makalah psikologi perkembanganMakalah psikologi perkembangan
Makalah psikologi perkembanganAinul Mukarrob
 
Makalah dirasah islamiyah
Makalah dirasah islamiyahMakalah dirasah islamiyah
Makalah dirasah islamiyahAinul Mukarrob
 

Más de Ainul Mukarrob (10)

Tugas tassawuf sosial
Tugas tassawuf sosialTugas tassawuf sosial
Tugas tassawuf sosial
 
Makalah tasawuf sosial
Makalah tasawuf sosialMakalah tasawuf sosial
Makalah tasawuf sosial
 
Makalah psikologi kepribadian
Makalah psikologi kepribadianMakalah psikologi kepribadian
Makalah psikologi kepribadian
 
Nilai2 kesufian pada masa sahabat
Nilai2 kesufian pada masa sahabatNilai2 kesufian pada masa sahabat
Nilai2 kesufian pada masa sahabat
 
Makalah sejarah perkembangan tasawuf
Makalah sejarah perkembangan tasawufMakalah sejarah perkembangan tasawuf
Makalah sejarah perkembangan tasawuf
 
Makalah psikologi perkembangan
Makalah psikologi perkembanganMakalah psikologi perkembangan
Makalah psikologi perkembangan
 
Makalah tafsir
Makalah tafsirMakalah tafsir
Makalah tafsir
 
Makalah tasawuf
Makalah tasawufMakalah tasawuf
Makalah tasawuf
 
Makalah dirasah islamiyah
Makalah dirasah islamiyahMakalah dirasah islamiyah
Makalah dirasah islamiyah
 
Makalah tauhid
Makalah tauhidMakalah tauhid
Makalah tauhid
 

Makalah psikologi sufistik

  • 1. I. PENDAHULUAN Moral menyangkut kebaikan. Orang yang tidak baik juga disebut orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang bermoral. Maka, secara sederhana kita mungkin dapat menyamakan moral dengan kebaikan orang atau kebaikan manusiawi. Namun cukup sulitlah menjawab pertanyaan berikut: orang yang baik atau oarng bermoral itu yang bagaimana? Oleh karena itu, kiranya akan berguna bagi kita untuk memulai studi tentang dengan melihat beberapa hal yang paling mendasar tentang kebaikan manusia secara umum.1 II. RUMUSAN MASALAH A. B. C. D. III. Pengertian Moral Perilaku Dasar Moral Perkembangan Penalaran Moral Tindakan Moral Berbasis Rasionalisasi Kognitif PEMBAHASAN A. Pengertian Moral Menurut Lillie, kata moral berasal dari kata mores(bahasa latin) yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat. Dewey mengatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila. Oleh Magnis-Suseno (1987) dikatakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Sikap moral sebenarnya disebut moralitas, ia mengartikan moralitas sebagai sikap hati orang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena ia mencari keuntungan. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan yang baik yang betul-betul tanpa pamrih. Hanya moralitaslah yang bernilai secara moral.2 Sebagai sistem nilai, etika juga berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjdai pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dalam posisi inilah sebagian besar makna cinta dipahami sehingga muncul istilah etika islam dan sebagainya. Dalam posisi ini pula makna etika sama dengan moral.3 1 2 3 Hadiwardoyo Purwa Dr, Moral dan Masalahnya, Kanisius: Yogyakarta 1990 Budiningsih Asri Dr, Pembelajaran Moral, Rineka Cipta: Jakarta 2004 Hazlitt Henry, Dasar-Dasar Moralitas, Pustaka Pelajar: Yogyakarta 2003 Psikologi Sufistik | 1
  • 2. B. Perilaku Dasar Moral Dengan singkat dapat ditegaskan bahwa moral merupakan suatu fenomena kemanusiaan yang uniersal. Moral hanya ada pada manusia, tidak terdapat pada makhluk lain. Dengan demikian, moral menjadi salah sayu pembeda antara manusia dan binatang. Manusia pada dasarnya mempunyai kesadaran moral. Moral menjdai ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada makhluk dibawah tingkat manusiawi. Pada level binatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk, tentang yang boleh dan dilarang, tentang yang harus dilakukan dan tidak pantas dilakukan. Keharusan moral didasarkan pada kenyataan bahwa manusia mengatur tingkah lakunya menurut kaidah-kaidah atau norma-norma. Norma merupakan hukum. Selanjutnya, manusia harus menaklukan diri untuk tunduk pada norma-norma itu. Kini dunia modern dihadapkan pada paling tidak tiga persoalan dalam moral yaitu: 1. 2. 3. Kita menyaksikan adanya pluralisme moral. Dalam masyarakat yang berbeda sering terlihat nilai dan norma yang berbeda. Bahkan masyarakat yang sama bisa ditandai oleh pluralisme moral. Sekarang timbul banyak masalah moral baru yang tidak terduga. Dalam dunia modern tampak makin jelas adanya kepedulian terhadap wacana-wacana moral. Pluralisme moral terutama dirasakan karena sekarang manusia hidup di tempat-tempat suasana kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Melalui komunikasi modern, informasi dari seluruh penjuru dunia langsung dapat masuk ke rumah-rumah kita, sebagaimana juga kejadian-kejadian didalam masyarakat kita tersiar keseluruh pelosok-pelosok dunia. Suka atau tidak, bersamaan dengan itu kita berkenalan dan bersentuhan dengan norma dan nilai masyarakat lain yang tidak selalu sejalan, bahkan bertentangan dengan norma dan nilai yang dianut dalam masyarakat kita sendiri. 4 C. Perkembangan Penalaran Moral Penalaran moral menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan, daripada sekedar arti suatu tindakan, sehingga dapat dinilai apakan tindakan tersebut baik atau buruk. Penalaran moral dipandang sebagai suatu struktur pemikiran bukan isi. Dengan demikian penalaran moral bukanlah tentang apa yang baik atau yang buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang berpikri sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. 4 Djamil Abdul Dr M.A, Moralitas Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas, Gama Media: Yogyakarta 2002 Psikologi Sufistik | 2
  • 3. Berikut tahapan-tahapan perkembangan penalaran moral menurut Kolberg yang disarikan oleh hardiman (1987): 1. 2. 3. Tingkat Pra-Konvensional Pada tingkat ini seseorang sangat tanggap terhadap aturan-aturan kebudayaan dan penilaian baik atau buruk, tetapi ia menafsirkan baik atau buruk ini dalam rangka maksimalisasi kenikmatan atau akibat-akibat fisik dari tindakannya (hukum fisik, penghargaan , tukar-menukar kebaikan). Tingkat Konvensional Pada tingkat ini seseorang menyadari dirinya sebagai seorang individu di tengah-tengah keluarga, masyarakat dn bangsanya. Keluarga, masyarakat, bangsa dinilai memiliki kebenarannya sendiri, karena jika menyimpang dari kelompok ini akan terisolasi. Maka itu, kecenderungan orang pada tahap ini adalah menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dan mengidentifikasikan dirinya terhadap kelompoksosialnya. Tingkat Pasca-Konvensional atau Tingkat Otonom Pada tingkat ini orang bertindak sebagai subyek hukum dengan mengatasi hukum yang ada. Orang pada tahap ini sadar bahwa hukum merupakan kontrak sosial demi ketertiban dan kesejahteraan umum, maka jika hukum tidak sesuai dengan martabat manusia, hukum dapat dirumuskan kembali. 5 D. Tindakan Moral Berbasis Rasionalisasi Kognitif Bahwa agama, moral , hukum, adat, tata krama dalam masyarakat ada sebagai satu keseluruhan yang tidak terbedakan. Kita dapat mengatakan dengan yakin yang mana yang muncul pertama. Semuanya itu muncul bersama-sama. Hanya dijaman modern secara komparatif mereka menjadi secara jelas terbedakan antara yang satu dengan yang lain dan karena mereka telah berlaku demikian, mereka telah mengembangkan tradisi yang berbeda-beda. Rasionalisasi tindakan adalah upaya dilakukan oleh para manusia yang secara rutin mempertahankan suatu pemahaman teoritis yang terus menerus tentang aktivitas mereka. Rasionalisasi tindakan dalam keaneka ragaman keadaan interaksi merupakan basis utama bagi orang lain dalam mengevaluasi kompetensi umum para manusia. Rasionalisasi tindakan para aktor dalam sistem tindakan tidak dipahami sebagai alasan-alasan bagi suatu tindakan, tetapi lebih pada kompetensi bahwa para manusia akan mampu menjelaskan sebagian besar tindakanya jika diminta. 6 5 6 Hazlitt Henry, Dasar-Dasar Moralitas, Pustaka Pelajar: Yogyakarta 2003 Djamil Abdul Dr M.A, Moralitas Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas, Gama Media: Yogyakarta 2002 Psikologi Sufistik | 3
  • 4. IV. KESIMPULAN Dengan singkat dapat ditegaskan bahwa moral merupakan suatu fenomena kemanusiaan yang uniersal. Moral hanya ada pada manusia, tidak terdapat pada makhluk lain. Dengan demikian, moral menjadi salah sayu pembeda antara manusia dan binatang. Penalaran moral menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan, daripada sekedar arti suatu tindakan, sehingga dapat dinilai apakan tindakan tersebut baik atau buruk. Penalaran moral dipandang sebagai suatu struktur pemikiran bukan isi. Bahwa agama, moral , hukum, adat, tata krama dalam masyarakat ada sebagai satu keseluruhan yang tidak terbedakan. Kita dapat mengatakan dengan yakin yang mana yang muncul pertama. Semuanya itu muncul bersama-sama. V. PENUTUP Demikianlah makalah ini saya buat. Bila mana ada kesalahan harap dimaklumi karena semua itu masih dalam proses untuk menjadi benar. Untuk membangun makalah ini lebih baik dibutuhkan kritik dan saran. Terima kasih. Psikologi Sufistik | 4
  • 5. DAFTAR PUSTAKA Hadiwardoyo Purwa Dr, Moral dan Masalahnya, Kanisius: Yogyakarta 1990 Budiningsih Asri Dr, Pembelajaran Moral, Rineka Cipta: Jakarta 2004 Djamil Abdul Dr M.A, Moralitas Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas, Gama Media: Yogyakarta 2002 Hazlitt Henry, Dasar-Dasar Moralitas, Pustaka Pelajar: Yogyakarta 2003 Psikologi Sufistik | 5