SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 4
Descargar para leer sin conexión
Peranan Keluarga (Sikap dan Kebiasaan Orang Tua) Terhadap
                          Perkembangan Sosial Anak


      Interaksi kelompok berlaku pula bagi interaksi kelompok keluarga yang
merupakan kelompok primer, termasuk pembentukan norma-norma sosial,
internalisasi norma-norma, terbentuknya frame of reference, behaviorisme, dan
lain-lain. Di dalam keluarganya, yang interaksi sosialnya berdasarkan simpati, ia
pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain. Belajar
bekerja sama, bantu membantu, dengan kata lain ia pertama-tama belajar
memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan
kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain.
      Pengalaman-pengalamnnya dalam interaksi sosial dalam keluarganya turut
menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan
sosial di luar keluarganya, di dalam masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi
sosialnya di dalam kelompok-kelompok karena beberapa sebab tidak lancar atau
tidak wajar, kemungkinan besar bahwa interaksi sosialnya dengan masyarakat
pada umunya juga berlangsung dengan tidak wajar.
      Jadi, selain dari peranan umum kelompok keluarga sebagai kerangka sosial
yang pertama, tempat manusia berkembang sebagai makhluk sosial, terdapat pula
peranan-peranan tertentu di dalam keadaan-keadaan keluarga yang dapat
mempengaruhi perkembangan individu sebagai makhluk sosial. Salah satunya
adalah sikap dan kebiasaan orang tua yang dapat berpengaruh terhadap
perkembangan sosial anak.
      Cara-cara dan sikap orang tua dalam pergaulannya memegang peranan yang
cukup penting di dalamnya. Hal ini mudah diterima apabila kita ingat bahwa
keluarga itu sudah merupakan sebuah kelompok sosial dengan tujuan, struktur,
norma, dinamika kelompok, termasuk cara-cara kepemimpinannya yang sangat
mempengaruhi kehidupan individu yang menjadi anggota kelompok tersebut.
Menurut Lewin, Lippit, dan White (dalam Gerungan, 2009:202) mengenai cara-
cara kepemimpinan dalam kelompok yaitu yaitu cara-cara demokratis, laissez-
faire, dan otoriter yang masing-masing berpengaruh besar terhadap suasana kerja
kelompok dan tingkah laku para anggotanya. Begitu pula cara-cara bertingkah
laku    orang tua yang dalam hal ini menjadi pemimpin kelompok sangat
mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat merangsang perkembangan
ciri-ciri tertentu pribadi anaknya.
       Ketiga cara kepemimpinan yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut:
       1. Cara otoriter
          Pemimpin melakukan segala kegiatan kelompok secara otoriter. Dialah
          yang memastikan apa yang akan dilakukan oleh kelompok, dan
          anggota-anggota kelompok tidak diajak untuk turut menentukan
          langkah-langkah pelaksanaan ataupun perencanaan kegiatan-kegiatan
          anggota kelompok. Kelompok hanya diberi intruksi tentang langkah-
          langkah pekerjaan yang paling dekat saja, tanpa diberi tahu rencana
          secara keseluruhan. Anggota hanya diberi tahu langkah kegiatan
          selangkah demi selangkah, tanpa ada perembukan mengenai tujuan-
          tujuan umum dari kegiatan kelompok.
       2. Cara demokratis
          Pemimpin disini       mengajak anggota kelompok untuk menentukan
          bersama tujuan kelompok serta perencanaan langkah-langkah pekerjaan.
          Penentuan tersebut adalah secara musyawarah dan mufakat. Pemimpin
          memberikan bantuan atau nasihat kepada anggota kelompok dalam
          pekerjaannya. Selain itu, ia pun memberikan saran-saran mengenai
          berbagai kemungkinan pelaksanaan pekerjaan yang dapat mereka pilih
          sendiri mana yang terbaik. Pemimpin demokratis memberikan
          penghargaan dan kritik secara objektif dan positif.
       3. Cara laissez faire
          Pemimpin menjalankan peranan yang pasif sebagai seseorang yang
          hanya menonton. Ia menyerahkan segala penentuan tujuan dan kegiatan
          kelompok kepada anggota-anggotanya sendiri. Pemimpin hanya
          menyerahkan bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan dalam
          pekerjaan kelompok itu. Ia tidak mengambil inisiatif apa pun di dalam
          kegiatan kelompok. Ia berada di tengah-tengah kelompok tetapi tidak
          berinteraksi dan berlaku seperti seorang penonton saja.
       Pendapat-pendapat Lewin dan kawan-kawan didukung oleh Mueller (19)
yang mendapatkan hasil bahwa anak-anak yang berorangtua otoriter banyak
menunjukkan ciri-ciri pasivitas (sikap menunggu) dan menyerahkan segala-
galanya kepada pemimpin. Watson (30) juga mengemukakan bahwa di samping
pasivitas terdapat pula ciri-ciri agresivitas, kecemasan, dan mudah putus asa.
        Frenkel-Brunswik di Amerika Serikat, 1986 (6) (dalam Gerungan,
2009:202), mengemukakan bahwa anak-anak dari orang tua yang bersikap
otoriter dan senantiasa menuntut ketaatan mutlak tanpa penjelasan menunjukkan
sekumpulan ciri sebagai berikut: sikap penolakan terhadap orang-orang yang
lemah atau terhadap minoritas, ikatan kepada orang-orang yang kuat atau
mayoritas, menjiplak norma dan tingkah laku mayoritas, sombong, mudah
berprasangka sosial, khususnya terhadap golongan minoritas.
        Baldwin (1) (dalam Gerungan, 2009:202-203) membandingkan keluarga-
keluarga yang interaksinya bercorak demokratis dengan keluarga di mana
terdapat pengawasan orang tua yang keras terhadap anak-anak (otoriter). Ia
mengemukakan        bahwa semakin otoriter orang tuanya, semakin berkurang
ketidaktaatan, tetapi semakin banyak timbul ciri-ciri pasivitas, kurangnya
inisiatif, tidak dapat merencanakan sesuatu daya tahan berkurang, dan ciri-ciri
penakut. Sebaliknya sikap-sikap demokratis dari orang tua menimbulkan ciri-ciri
berinisiatif, tidak penakut, lebih giat, dan lebih bertujuan, tetapi juga memberikan
kemungkinan berkembangnya sifat-sifat tidak taat dan tidak mau menyesuaikan
diri.
        Selain kedua sikap di atas, terdapat sikap-sikap overprotection dari orang
tua di mana orang tua terlampau cemas dan hati-hati dalam hal pendidikan anak.
Orang tua dalam hal ini senantiasa menjaga keselamatan anak-anaknya dan
mengambil tindakan-tindakan yang berlebihan agar anak           kesayangannya itu
terhindar dari berbagai ancaman dan bahaya. Stender (24) mengemukakan bahwa
dalam sebagian besar hal di mana orang tua bersikap overprotection terhadap
anak-anak tersebut anak itu berkembang dengan ciri-ciri sangat ketergantungan
terhadap orang tuanya dalam tingkah lakunya.
        Selanjutnya, Symonds mendapatkan bahwa sikap penolakan orang tua
terhadap anak-anaknya, yaitu sikap menyesal dan tidak setuju karena beberapa
sebab dengan adanya anaknya itu udah mengembangkan ciri-ciri agresivitas dan
tingkah laku bermusuhan pada anak-anak tersebut, dan juga gejala-gejala
menyeleweng seperti berdusta dan mencuri dapat berkembang karena sikap
penolakan dari orang tua.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada umumnya sikap-sikap pendidikan
yang otoriter, sikap overprotection, dan sikap penolakan orang tua terhadap anak-
anaknya dapat menjadi suatu kendala bagi perkembangan sosial anak-anak.


Daftar Pustaka:
Gerungan. (2009). Psikologi Sosial (third ed.). Bandung: Refika Aditama

Más contenido relacionado

La actualidad más candente (14)

Kelompok sosial dan hubungan antar kelompok
Kelompok sosial dan hubungan antar kelompokKelompok sosial dan hubungan antar kelompok
Kelompok sosial dan hubungan antar kelompok
 
Organisasi sosial
Organisasi sosialOrganisasi sosial
Organisasi sosial
 
PPD kel. 10 By: Nilam Sari
PPD kel. 10 By: Nilam SariPPD kel. 10 By: Nilam Sari
PPD kel. 10 By: Nilam Sari
 
Perkembangan Sosial
Perkembangan SosialPerkembangan Sosial
Perkembangan Sosial
 
Klasifikasi kelompok sosial menurut beberapa ahli
Klasifikasi kelompok sosial menurut beberapa ahliKlasifikasi kelompok sosial menurut beberapa ahli
Klasifikasi kelompok sosial menurut beberapa ahli
 
Sosialisasi sbg pembentukan kepribadian
Sosialisasi sbg pembentukan kepribadianSosialisasi sbg pembentukan kepribadian
Sosialisasi sbg pembentukan kepribadian
 
Kenakalan Remaja Dalam Bentuk Sosial
Kenakalan Remaja Dalam Bentuk SosialKenakalan Remaja Dalam Bentuk Sosial
Kenakalan Remaja Dalam Bentuk Sosial
 
032
032032
032
 
Ppt ppd
Ppt ppdPpt ppd
Ppt ppd
 
Kelompok sosial
Kelompok sosialKelompok sosial
Kelompok sosial
 
Pendidikan anak di sd
Pendidikan anak di sdPendidikan anak di sd
Pendidikan anak di sd
 
Sosiologi x ips 1 .
Sosiologi x ips 1 .Sosiologi x ips 1 .
Sosiologi x ips 1 .
 
Perkembangan dengan teman sebaya
Perkembangan dengan teman sebayaPerkembangan dengan teman sebaya
Perkembangan dengan teman sebaya
 
Kelompoknya bagus
Kelompoknya bagusKelompoknya bagus
Kelompoknya bagus
 

Destacado (6)

Ppt
PptPpt
Ppt
 
Pertumbuhan individu, fungsi keluarga, individu,
Pertumbuhan individu, fungsi keluarga, individu,Pertumbuhan individu, fungsi keluarga, individu,
Pertumbuhan individu, fungsi keluarga, individu,
 
1. rasional pengembangan dan elemen perubahan kurikulum 2013
1. rasional pengembangan dan elemen perubahan kurikulum 20131. rasional pengembangan dan elemen perubahan kurikulum 2013
1. rasional pengembangan dan elemen perubahan kurikulum 2013
 
Individu, keluarga dan masyarakat
Individu, keluarga dan masyarakatIndividu, keluarga dan masyarakat
Individu, keluarga dan masyarakat
 
Kelipatan dan faktor bilangan
Kelipatan dan faktor bilanganKelipatan dan faktor bilangan
Kelipatan dan faktor bilangan
 
Trend teknologi pendidikan abad 21
Trend teknologi pendidikan abad 21 Trend teknologi pendidikan abad 21
Trend teknologi pendidikan abad 21
 

Similar a Peranan keluarga

Modal asiment
Modal asimentModal asiment
Modal asiment
Ying Yin
 
Perkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdPerkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sd
Shinta Nz
 
Pertemuan 9 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 9 Perkembangan Peserta DidikPertemuan 9 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 9 Perkembangan Peserta Didik
monichaSihombing
 
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak230.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2
wakzar
 
Pengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddian
Pengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddianPengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddian
Pengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddian
Operator Warnet Vast Raha
 
pengaruh kelompok sebaya dalam perkembangan remaja
pengaruh kelompok sebaya dalam perkembangan remajapengaruh kelompok sebaya dalam perkembangan remaja
pengaruh kelompok sebaya dalam perkembangan remaja
Salma Van Licht
 
PERKEMBANGAN SOSIAL (KELOMPOK 9).pptx
PERKEMBANGAN SOSIAL (KELOMPOK 9).pptxPERKEMBANGAN SOSIAL (KELOMPOK 9).pptx
PERKEMBANGAN SOSIAL (KELOMPOK 9).pptx
NigarKalfa
 
Tugas ina diskusi
Tugas ina diskusiTugas ina diskusi
Tugas ina diskusi
rhysari
 

Similar a Peranan keluarga (20)

Ppd kel.10
Ppd kel.10Ppd kel.10
Ppd kel.10
 
Tugas sosiologi sosialisasi
Tugas sosiologi sosialisasiTugas sosiologi sosialisasi
Tugas sosiologi sosialisasi
 
Tugas sosiologi
Tugas sosiologiTugas sosiologi
Tugas sosiologi
 
Modal asiment
Modal asimentModal asiment
Modal asiment
 
Proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian
Proses sosialisasi dan pembentukan kepribadianProses sosialisasi dan pembentukan kepribadian
Proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian
 
Ppt ppd
Ppt ppdPpt ppd
Ppt ppd
 
Ppt ppd
Ppt ppdPpt ppd
Ppt ppd
 
Perkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdPerkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sd
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologi
 
Pertemuan 9 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 9 Perkembangan Peserta DidikPertemuan 9 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 9 Perkembangan Peserta Didik
 
Gabung semua-bab-tesis
Gabung semua-bab-tesisGabung semua-bab-tesis
Gabung semua-bab-tesis
 
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak230.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2
 
Pola_asuh_orangtua_terhadap_perkembangan.pptx
Pola_asuh_orangtua_terhadap_perkembangan.pptxPola_asuh_orangtua_terhadap_perkembangan.pptx
Pola_asuh_orangtua_terhadap_perkembangan.pptx
 
Residivisme Bab 6
Residivisme Bab 6Residivisme Bab 6
Residivisme Bab 6
 
Pengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddian
Pengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddianPengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddian
Pengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddian
 
Presentasi kelompok 11
Presentasi kelompok 11Presentasi kelompok 11
Presentasi kelompok 11
 
pengaruh kelompok sebaya dalam perkembangan remaja
pengaruh kelompok sebaya dalam perkembangan remajapengaruh kelompok sebaya dalam perkembangan remaja
pengaruh kelompok sebaya dalam perkembangan remaja
 
PERKEMBANGAN SOSIAL (KELOMPOK 9).pptx
PERKEMBANGAN SOSIAL (KELOMPOK 9).pptxPERKEMBANGAN SOSIAL (KELOMPOK 9).pptx
PERKEMBANGAN SOSIAL (KELOMPOK 9).pptx
 
Tugas ina diskusi
Tugas ina diskusiTugas ina diskusi
Tugas ina diskusi
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologi
 

Peranan keluarga

  • 1. Peranan Keluarga (Sikap dan Kebiasaan Orang Tua) Terhadap Perkembangan Sosial Anak Interaksi kelompok berlaku pula bagi interaksi kelompok keluarga yang merupakan kelompok primer, termasuk pembentukan norma-norma sosial, internalisasi norma-norma, terbentuknya frame of reference, behaviorisme, dan lain-lain. Di dalam keluarganya, yang interaksi sosialnya berdasarkan simpati, ia pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain. Belajar bekerja sama, bantu membantu, dengan kata lain ia pertama-tama belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain. Pengalaman-pengalamnnya dalam interaksi sosial dalam keluarganya turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarganya, di dalam masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya di dalam kelompok-kelompok karena beberapa sebab tidak lancar atau tidak wajar, kemungkinan besar bahwa interaksi sosialnya dengan masyarakat pada umunya juga berlangsung dengan tidak wajar. Jadi, selain dari peranan umum kelompok keluarga sebagai kerangka sosial yang pertama, tempat manusia berkembang sebagai makhluk sosial, terdapat pula peranan-peranan tertentu di dalam keadaan-keadaan keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai makhluk sosial. Salah satunya adalah sikap dan kebiasaan orang tua yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Cara-cara dan sikap orang tua dalam pergaulannya memegang peranan yang cukup penting di dalamnya. Hal ini mudah diterima apabila kita ingat bahwa keluarga itu sudah merupakan sebuah kelompok sosial dengan tujuan, struktur, norma, dinamika kelompok, termasuk cara-cara kepemimpinannya yang sangat mempengaruhi kehidupan individu yang menjadi anggota kelompok tersebut. Menurut Lewin, Lippit, dan White (dalam Gerungan, 2009:202) mengenai cara- cara kepemimpinan dalam kelompok yaitu yaitu cara-cara demokratis, laissez- faire, dan otoriter yang masing-masing berpengaruh besar terhadap suasana kerja kelompok dan tingkah laku para anggotanya. Begitu pula cara-cara bertingkah
  • 2. laku orang tua yang dalam hal ini menjadi pemimpin kelompok sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat merangsang perkembangan ciri-ciri tertentu pribadi anaknya. Ketiga cara kepemimpinan yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut: 1. Cara otoriter Pemimpin melakukan segala kegiatan kelompok secara otoriter. Dialah yang memastikan apa yang akan dilakukan oleh kelompok, dan anggota-anggota kelompok tidak diajak untuk turut menentukan langkah-langkah pelaksanaan ataupun perencanaan kegiatan-kegiatan anggota kelompok. Kelompok hanya diberi intruksi tentang langkah- langkah pekerjaan yang paling dekat saja, tanpa diberi tahu rencana secara keseluruhan. Anggota hanya diberi tahu langkah kegiatan selangkah demi selangkah, tanpa ada perembukan mengenai tujuan- tujuan umum dari kegiatan kelompok. 2. Cara demokratis Pemimpin disini mengajak anggota kelompok untuk menentukan bersama tujuan kelompok serta perencanaan langkah-langkah pekerjaan. Penentuan tersebut adalah secara musyawarah dan mufakat. Pemimpin memberikan bantuan atau nasihat kepada anggota kelompok dalam pekerjaannya. Selain itu, ia pun memberikan saran-saran mengenai berbagai kemungkinan pelaksanaan pekerjaan yang dapat mereka pilih sendiri mana yang terbaik. Pemimpin demokratis memberikan penghargaan dan kritik secara objektif dan positif. 3. Cara laissez faire Pemimpin menjalankan peranan yang pasif sebagai seseorang yang hanya menonton. Ia menyerahkan segala penentuan tujuan dan kegiatan kelompok kepada anggota-anggotanya sendiri. Pemimpin hanya menyerahkan bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan dalam pekerjaan kelompok itu. Ia tidak mengambil inisiatif apa pun di dalam kegiatan kelompok. Ia berada di tengah-tengah kelompok tetapi tidak berinteraksi dan berlaku seperti seorang penonton saja. Pendapat-pendapat Lewin dan kawan-kawan didukung oleh Mueller (19) yang mendapatkan hasil bahwa anak-anak yang berorangtua otoriter banyak menunjukkan ciri-ciri pasivitas (sikap menunggu) dan menyerahkan segala-
  • 3. galanya kepada pemimpin. Watson (30) juga mengemukakan bahwa di samping pasivitas terdapat pula ciri-ciri agresivitas, kecemasan, dan mudah putus asa. Frenkel-Brunswik di Amerika Serikat, 1986 (6) (dalam Gerungan, 2009:202), mengemukakan bahwa anak-anak dari orang tua yang bersikap otoriter dan senantiasa menuntut ketaatan mutlak tanpa penjelasan menunjukkan sekumpulan ciri sebagai berikut: sikap penolakan terhadap orang-orang yang lemah atau terhadap minoritas, ikatan kepada orang-orang yang kuat atau mayoritas, menjiplak norma dan tingkah laku mayoritas, sombong, mudah berprasangka sosial, khususnya terhadap golongan minoritas. Baldwin (1) (dalam Gerungan, 2009:202-203) membandingkan keluarga- keluarga yang interaksinya bercorak demokratis dengan keluarga di mana terdapat pengawasan orang tua yang keras terhadap anak-anak (otoriter). Ia mengemukakan bahwa semakin otoriter orang tuanya, semakin berkurang ketidaktaatan, tetapi semakin banyak timbul ciri-ciri pasivitas, kurangnya inisiatif, tidak dapat merencanakan sesuatu daya tahan berkurang, dan ciri-ciri penakut. Sebaliknya sikap-sikap demokratis dari orang tua menimbulkan ciri-ciri berinisiatif, tidak penakut, lebih giat, dan lebih bertujuan, tetapi juga memberikan kemungkinan berkembangnya sifat-sifat tidak taat dan tidak mau menyesuaikan diri. Selain kedua sikap di atas, terdapat sikap-sikap overprotection dari orang tua di mana orang tua terlampau cemas dan hati-hati dalam hal pendidikan anak. Orang tua dalam hal ini senantiasa menjaga keselamatan anak-anaknya dan mengambil tindakan-tindakan yang berlebihan agar anak kesayangannya itu terhindar dari berbagai ancaman dan bahaya. Stender (24) mengemukakan bahwa dalam sebagian besar hal di mana orang tua bersikap overprotection terhadap anak-anak tersebut anak itu berkembang dengan ciri-ciri sangat ketergantungan terhadap orang tuanya dalam tingkah lakunya. Selanjutnya, Symonds mendapatkan bahwa sikap penolakan orang tua terhadap anak-anaknya, yaitu sikap menyesal dan tidak setuju karena beberapa sebab dengan adanya anaknya itu udah mengembangkan ciri-ciri agresivitas dan tingkah laku bermusuhan pada anak-anak tersebut, dan juga gejala-gejala menyeleweng seperti berdusta dan mencuri dapat berkembang karena sikap penolakan dari orang tua.
  • 4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada umumnya sikap-sikap pendidikan yang otoriter, sikap overprotection, dan sikap penolakan orang tua terhadap anak- anaknya dapat menjadi suatu kendala bagi perkembangan sosial anak-anak. Daftar Pustaka: Gerungan. (2009). Psikologi Sosial (third ed.). Bandung: Refika Aditama