2. Pendahuluan
Jejas berasal dari kata injury yang artinya
rangsangan terhadap sel hingga terjadi
perubahan fungsi dan bentuk sel.
Cedera menyebabkan hilangnya
pengaturan volume pada bagian-
bagian sel.
4. Hipoksia dan anoksia
Agent fisik
Agent kimia
Mikrobiologis
Reaksi imunologis
Kerusakan genetika
Ketidakseimbangan makanan
Penuaan/ degeneratif
Macam cedera sel
5. Hanya beberapa agen penyebab cedera sel yang telah
diketahui mekanisme kerjanya antara lain :
1. Toxin : menyerang mitokondria sel dengan cara
mengganggu proses glikolisis, siklus asam sitrat, dan
oksidasi fosforilasi
2. Cianida : menyerang lisosom dengan cara
menginaktifkan enzym sitokrom oksidase
3. Clostridium perfringens : menyerang membran sel
dengan cara menghasilkan fosfolipase yang menrusak
fosfolipid
Mekanisme cedera sel
6. Anoksia dapat menimbulkan efek –efek yaitu :
1. Pembentukan ATP berhenti
2. Pemanfaatan energi dari glikolisis anaerob meningkat
sehingga asam laktat menumpuk. Suasana asam dapat
menyebabkan coiling dan clumping DNA sehingga inti
menjadi piknotik
3. Sintesa protein terganggu
4. Akhirnya sel mengalami kematian
Anoksia
7. Hipoksia (pengurangan oksigen oksigen) terjadi sebagai
akibat
a. iskemia (kehilangan pasokan darah),
b. oksigenisasi tidak mencukupi (misalnya, kegagaln
jantung paru), atau
c. hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah
(misalnya, anemia, keracunan karbon monoksida).
9. Rangsangan hormon parathyroid yang berlebihan
dapat menyebabkan kalsifikasi pada endotel
pembuluh darah dan usus halus
Defisiensi insulin dapat menimbulkan ketoasidosis
yang merusak neuron
Ketidakseimbangan hormonal
10. Denervasi otot rangka sebagai akibat dari operasi atau
infeksi virus menyebabkan massa serat fiber menurun
Rangsangan katekolamin yang berlebihan
menyebabkan nekrosis otot jantung dan otot
pembuluh darah
Jejas neural dan neurotransmitter
11. Jenis – jenis Jejas
1. Jejas istemik dan Hipoksik
a. Jejas Reversibel
Mula-mula hipoksia menyebabkan hilangnya
fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP oleh
mitikondria. Penurunan ATP (dan peningkatan AMP
secara bersamaan) merangsang fruktokinase dan
fosforilasi, menyebabkan glikosis aerobic. Glikogen
cepat menyusut, dan asam laktat dan fosfat
anorganik terbentuk, sehingga menurunkan pH
intrasel. Pada saat ini, terjadi penggumpalan kromatin
inti.
12. b. Jejas Ireversibel
Jejas ini ditandai oleh vakuolisasi keras
mitokondria, kerusakan membrane plasma yang
luas, pembengkakan lisosom, dan terlihatnya
densitas mitokondria yang besar dan amorf. Jejas
membrane lisosm disusul oleh bocornya enzim ke
dalam sitoplasma, dank arena aktivitasnya
terjadi pencernaan enzimatik komponen sel
dan inti.
13. 2. Jejas Sel Akibat Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dan
tidak stabil yang berinteraksi dengan protein, lemak,
dan karbihidrat dan terlibat dalam jejas sel yang
disebabkan oleh bermacam-macam kimiawi dan
biologic.
Terjadinya radika bebas dimulai dari:
• Absorpsi energi sinar (cahaya UV, sinar X)
• Reaksi oksidatif metabolic
14. • Konversi enzimatik zat kimia eksogen atau obat (CCl4
menjadi CCl3).
• Radikal yang berasal dari oksigen adalah jenis toksik
yang paling penting.
• Siperoksid terbentuk clangsung selama auto-oksidasi
dalam mitokondria, atau secara ensimatik oleh
oksidase.
15. 3. Jejas Kimiawi
Zat kimiawi menyebabkan jejas sel melalui 2
mekanisme:
• Secara langsung, misalnya, Hg dari merkuri klorida
terikat pada grup SH protein membrane sel,
menyebabkan peningkatan permeabilitas dan inhibasi
transport yang bergantung, kepada ATPase.
16. • Melalui konversi ke metabolic toksis reaktif.
Sebaliknya metabolic toksik menyebabkan jejas sel
baik memlaui ikatan kovalen langsung kepada protein
membrane dan lemak, atau lebih umum melalui
pembentukan radikal bebas reaktif, seperti yang
diuraikan sebelumnya.
18. Respon penurunan atau pengkerutan ukuran sel dengan
pengurangan substansi sel (RE, mikrofilamen dll)
Sering mengenai otot rangka otot jantung dan otak (HIV)
Penyebab :
1. Penurunan beban
2. Persediaan darah yang kurang
3. Nutrisi yang tidak memadai
4. Penurunan rangsang hormonal dan syaraf
5. Proses penuaan
Atrofi
19. Peningkatan ukuran sel
Tidak memerlukan pembelahan sel
Tidak ada sel baru yang terbentuk
Sering mengenai otot jantung dan sel ginjal
Berkaitan dengan penimbunan protein intra sel,
bukan peningkatan jumlah cairan intra sel
Hipertrofi
20. Peningkatan jumlah sel
Terjadi pada sel sel yang mampu meningkatkan sintesis
DNA
Sering terjadi bersama dengan hipertrofi
Dapat terjadi karena untuk keperluan regenerasi atau awal
dari neoplasia
Dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Hiperplasia fisiologis
2. Hiperplasia patologis
Hiperplasia
22. Terjadi sebagai bentuk adaptasi kompensasi dari sel
melalui regenerasi agar fungsi organ ttetap homeostatis
Contoh : pengambilan 70 % jaringan hati akan terjadi
regenerasi lengkap 2 minggu karena pada hati terdapat
HGF (Hepatosit Growth Factor)
Sel permanen (sel syaraf,otot jantung) tidak dapat
melakukan regenerasi
Hiperplasia kompensata
23. Terutama terjadi pada organ estrogen-dependent
Contoh : proliferasi epitel kelenjar payudara saat
pubertas dan hamil
Hiperplasia hormonal
24. Terjadi karena proliferasi yang abnormal
Disebabkan oleh rangsangan hormonal atau faktor
pertumbuhan yang berlebihan
Contoh : hiperplasia patologis dari endometrium pada
penyakit endometriosis
Hiperplasia patologis
25. 1. Kalsifikasi distrofik
Terutama terjadi pada daerah nekrosis koagulatif,
kaseosa dan liqu0efektif
Kadar kalsium darah normal
2. Kalsifikasi metastastik
Terjadi pada sel normal dengan hiperkalsemia seperti
pada hiperthyroid, keracunan vitamin D, sarkoidosis
sistemik dan sindroma susu alkali
Kalsifikasi
27. Ada 4 fungsi intra seluler yang peka terhadap cedera/ jejas :
1. Pemeliharaan integritas membran sel
2. Respirasi aerobik yang terkait produksi ATP
3. Sintesis protein enzimatik dan struktural
4. Perserverasi integritas genetik sel
System-sistem ini terkait erat satu dengan lain sehingga jejas
pada satu lokus membawa efek sekunder yang luas.
Konsekuensi jejas sel bergantung kepada jenis, lcama,
dan kerasnya gen penyebab dan juga kepada jenis,
status, dan kemampuan adapatasi sel yang terkena.
Perubahan morfologi jejas sel menjadi nyata setelah
beberapa system biokimia yang penting terganggu.
Struktur sel yang diserang
28. Sel yang Cedera
Efek pertama sel yang cedera adalah: lesi biokimia →
yaitu perubahan reaksi kimia / metabolik didalam sel
Kerusakan biokimia dapat menyebabkan gangguan
fungsi sel (fisiologi)
Kelainan biokimia dan fungsional dapat menyebabkan
perubahan morfologik (anatomi)
29. Serangan pada sel tidak selalu mengakibatkan
gangguan fungsi, umumnya ada mekanisme adaptasi
seluler terhadap stimulus
Misal otot yang mendapat tekanan → adaptasinya
hipertropi (misal pada hipertensi → pembesaran
jantung)
Perubahan pada sel yang mengalami cedera awalnya
biokimia → fungsional (fisiologi) → morfologik (lesi)
30. Perubahan Morfologik Sel Cedera Subletal
Jika sel diserang tetapi tidak mati (sub letal) → sering
terjadi perubahan morfologik yang reversibel
Jika stimulus hilang sel dapat kembali sehat, jika
stimulus tidak hilang sel akan mati
Perubahan subletal pada sel secara alami disebut:
degeneratif
31. Cedera sel sub letal
Cedera sel letal (kematian sel)
Cedera sel
32. Biasanya mengenai sel- sel yang secara metabolik aktif
sperti sel hati, ginjal dan jantung
Gambaran morfologi cedera sub letal paling sering berupa :
1. Penimbunan air intra seluler (swelling)
2. Penimbunan lipid intra sel
Sedangkan penimbunan zat lain dalam sel jarang terjadi
Cedera sub letal
33. Disebut juga perubahan hidrofik
Hal ini disebabkan karena gagalnya sel untuk
memompa natrium ke luar sel, akibatnya kadar
natrium intra sel meningkat, selanjutnya akan
menarik air ke dalam sel hingga terjadi penimbunan
Tampak struktur sel membengkak, sitoplasma sel
terlihat granuler dan organel intra sel ikut
membengkak
Penimbunan air intra sel (swelling)
34. Paling sering mengenai hati karena aktivitas
metabolik lipid di hati tinggi
Disebut juga perubahan berlemak/ steatosis
Sering terlihat pada alkoholisme
Pada jaringan hati tampak garis- agris kekuningan
(perlemakan)
Penimbunan lipid intra sel
35. Penumpukan lemak dalam sel hati dapat disebabkan
oleh beberapa hal yaitu :
1. Pemasukan asam lemak bebas yang meningkat
2. Sintesis asam lemak dari asetat yang meningkat
3. Oksidasi asam lemak yang menurun
4. Esterifikasi asam lemak menjadi trigliserida yang
meningkat (pada pasien alkoholisme)
5. Sintesis apoprotein yang menurun (pada pasien
malnutrisi)
6. Sekresi lipoprotein dari hati yang menurun.
Penumpukan lemak dalam sel hati
36. Membran sel
Gangguan transport ion, pembengkakan sel, gelembung
sitoplasma, penumupukan distorsi jonjot mikro, gambaran
hialin dan gangguan perleketan antar sel. Bila irreversibel dapat
menyebabkan robeknya membran.
Mitokondria
mitokondria menjadi lebih padat diikuti pembengkakan. Bila
irreversibel dapat terjadi kalsifikasi
Retikulum endoplasma
terjadi pembengkakan RE, pelepasan ribosom. Bila irreversibel
terjadi fragmentasi RE disertai dengan gambaran hialin
Lisosom
terjadi pembengkakan lisosom yang bila irreversibel dapat
terjadi pelepasan enzim ke sitoplasma dan terjadi autolisis
Perubahan sub sel jejas reversibel