SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine (Dewi,
2010). Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Dari hasil penelitian
lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup
bahkan kematian (Sarwono, 2008). Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir
dengan berat kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR
dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang
dari 1500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1501- 2499 gram (marmi,
2012).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan salah satu faktor resiko
yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal.
Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh
kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) hingga saat ini masih merupakan masalah
diseluruh dunia karena maerupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi
baru lahir.N Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di Dunia
dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
2
sosial ekonomi rendah. Statistik menunjukkan bahwa 90% dari kejadian BBLR
didapatkan di Negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram (Atikah,
2010).
Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah
diseluruh Dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada bayi baru
lahir. Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal
saat bayi (Syafrudin, 2011).
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan
derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal mencapai
37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap hari 8.000 bayi baru lahir di Dunia
meninggal dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari semua kematian
bayi, sekitar 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai
45% kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan seorang bayi.
Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di Dunia antara lain bayi lahir
prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% serta 23% lain merupakan bayi lahir
dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir menempati penyebab kematian bayi ke 3
di Dunia dalam periode awal kehidupan (World Health Organization, 2012).
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008–2012)
berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah
dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32
kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1000
kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus (Survey
3
Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012). Sasaran Millenium Development Goals
(MDGs) angka kematian bayi (AKB) turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih besar
dan kerja sama antara tenaga kesehatan (Depkes RI, 2010).
Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2010–2012 cenderung
berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi 587, tertinggi terjadi di
Kabupaten Muna 79 orang, menyusul Kabupaten Kolaka 67 orang dan Konawe
Selatan 59 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang
cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi.
Selama tahun 2014 di Kabupaten Muna dari total bayi lahir 5647 orang lahir
hidup. Bayi yang lahir BBLR berjumlah 180 orang dan 13 orang diantaranya
meninggal (Data Dinas Kesehatan).
Berdasarakan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Muna sejak mulai
di bukanya Ruang Teratai atau kamar bayi pada bulan Januari-April 2013 sampai Mei
2014 jumlah kelahiran 235, bayi yang mengalami BBLR 33 orang, dan 18 jumlah
kematian bayi yang ada, 8 orang yang disebabkan BBLR (Catatan Rekam Medik
Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Muna).
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan
persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga
professional.Untuk menurunkan kematian BBL karena BBLR, persalinan harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan
manajemen BBLR pada bayi baru lahir. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan
setiap kali menolong persalinan (JNPK-KR, 2008).
4
Melihat kejadian bayi lahir dengan kasus Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR)
merupakan penyebap utama kesakitan dan kematian pada bayi dan dengan melihat
dampak yang akan ditimbulkannya seperti kecerdasan, hambatan pertumbuhan, serta
respons imunitas yang rendah sehingga penulis tertarik untuk melaksanakan studi
kasus mengenai bayi berat lahir rendah (BBLR) di Ruang Teratai Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna sebagai studi kasus yang berjudul “Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang
Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei
2014”.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang
Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei
2014.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya informasi sekaligus pelayanan nyata tentang proses Manajemen
dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di
Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d
10 Mei 2014.
5
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data dasar pada Bayi Ny “I”
dengan BBLR di Teratai Ruang Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
b. Dapat merumuskan diagnosa/masalah aktual Bayi Ny “I” dengan BBLR di
Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8
s.d 10 Mei 2014
c. Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “I” dengan
BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai
tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
d. Dapat mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi Ny “I”
dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
e. Dapat merencanakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di
Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8
s.d 10 Mei 2014.
f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan
BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten muna mulai
tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
g. Dapat mengevaluasi asuhan Kebidanan yang telah diberikan pada Bayi Ny
“I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
6
h. Dapat mendokumentasikan semua temuan asuhan Kebidanan yang telah
dilaksanakan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
D. Manfaat Telaah
1. Manfaat Praktis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman
yang sangat berharga dalam penerapan asuhan kebidanan dengan Bayi Berat
Lahir Rendah.
2. Manfaat Ilmiah
Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya
khasana ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi penulis selanjutya.
3. Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan Akademi Kebidanan Paramata
Raha dalam penerapan proses asuhan kebidanan pada kasus bayi berat lahir
rendah.
4. Manfaat Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan
dan penerapan ilmu yang telah didapatkan pada akademi kebidanan Paramata
Raha.
7
E. Metode Telaah
Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:
1. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan membaca buku dan makalah-makalah yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam menyusun
karya tulis ini.
2. Studi Kasus
Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses manajemen
asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varney yaitu: identifikasi dan analisa
data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual, antisipasi diagnosa/masalah
potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan asuhan
kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa/wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarganya guna
mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada
klien tersebut.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai ke
kaki meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
c. Studi Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang
bersumber dari catatan bidan.
8
F. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam pembuatan studi kasus ini yaitu :
1. Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup
pembahasan, tujuan telaah, manfaat telaah, metode telaah dan sistematika telaah.
2. Bab II yaitu tinjauan pustaka terdiri dari telaah pustaka dan konsep manajemen
kebidanan yang di dalamnya terdapat pengertian, langkah-langkah manajemen
dan pendokumentasian.
3. Bab III yaitu studi kasus terdiri dari pengumpulan data dasar, identifikasi
diagnosa dan masalah aktual, identifikasi diagnosa dan masalah potensial,
menilai perlunya intervensi segera, konsultasi dan kolaborasi, perencanaan
asuhan kebidanan, pelaksanaan asuhan kebidanan, evaluasi keefektifan asuhan
dan pendokumentasian.
4. Bab IV yaitu pembahasan. Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara
teori dan tinjauan studi kasus berdasarkan penerapan Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR Di
Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d
10 Mei 2014”.
5. Bab V yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Selain itu, dalam pembuatan kasus ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telah Pustaka
1. Bayi Baru Lahir Normal
a. Pengertian
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke
kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan
baik (Marmi, 2012).
Masa neonatus adalah masa sejak lahir sampai dengan emapat
minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru
lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi
berusia 0 sampai 7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7 sampai 28 hari
(Wafi Nur Muslihatin, 2010).
Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bayi
baru lahir adalah bayi yang baru lahir sampai berusia 28 hari (neonatus).
b. Ciri-ciri
Bayi aterm normal memiliki berat badan sekitar 3,5 kg, panjang
badan 50 cm dari atas kepala hingga tumit, lingkar kepala oksipital-frontal
sekitar 34-35 cm, sebagian besar bayi montok dan memiliki perut yang
menonjol. Bayi cendrung berbaring dengan sikap fleksi, dengan jari tangan
jika diregangkan mencapai tinggi paha.
10
Verniks kaseosa merupakan zat berwarna putih dan lengket, yang ada
dikulit bayi semenjak lahir.Jumlah verniks bervariasi. Fungsi verniks kaseosa
adalah sebagai pelindung ketika didalam kandungan dan setelah lahir,
mengering, lalu menghilang beberapa jam setelah lahir (Diane, 2011).
Menurut Marmi (2012) cirri-ciri bayi baru lahir normal yaitu :
1) Berat badan 2500-4000 gram
2) Panjang badan 48-52 cm
3) Lingkar dada 30-38 cm
4) Lingkar kepala 33-35 cm
5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
6) Pernafasan ± 40-60 kali/menit
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9) Kuku agak panjang dan lemas
10) Genitalia pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minoradan
pada laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12) Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13) Refleks graps atau menggenggam sudah baik
14) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
meconiumberwarna hitam kecoklatan.
11
c. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus
Adaptasi neonatus (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian
fungsuonal neonatus dari kehidupan diluar uterus. Adapun adaptasi bayi baru
lahir adalah sebagai berikut:
1) Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama sesudah lahir (Marmi, 2012).
2) Jantung dan sirkulasi darah
Aliran darah dari plasenta berhenti saat tali pusat diklem. Tindakan ini
mengakibatkan suplei oksigen keplasenta menjadi tidak ada dan
menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya. Sirkulasi janin memiliki
karakteristik sirkulasi bertekanan rendah. Karena paru-paru adalah organ
yang tertutup yang berisi cairan maka paru-paru memerlukan aliran darah
yang minimal, sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui
paru-paru mengalir melalui lubang atrium kanan dan kiri yang disebut
dengan foramen ovale. Darah yang kaya akan oksigen ini kemudian
secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus anteriosus (Marmi,
2012).
3) Saluran pencernaan
Pada saat lahir aktivitas mulut sudah berfungsi yaitu mengisap dan
menelan, saat mengisap lidah berposisi dengan palatum sehingga bayi
12
hanya bernapas melalui hidung rasa kecap dan penciuman sudah ada sejak
lahir (Marmi, 2012).
4) Hepar
Fungsi hepar janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih dalam
keadaan imatur (belum matang) hal ini di buktikan dengan ketidak
seimbangan untuk meniadakan bekas penghancuran dalam peredaran
darah (Marmi, 2012).
5) Metabolisme
Energi tambahan yang di perlukan neonatus pada jam-jam pertama
sesudah lahir, di ambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar
gula darah mencapai 120 mg/100 ml. Apabila oleh sesuatu hal misalnya
bayi dari ibu yang menderita DM dan BBLR perubahan glukosa akan
meningkat atau terjadi gangguan pada metabolisme asam lemak yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar
bayi akan menderita hipoglekimia (Marmi, 2012).
6) Produksi panas atau suhu tubuh
Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami stres fisik
akibat perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi (naik turunnya) suhu
dalam uterus minimal, rentan maksimalnya hanya 0,60c sangat berbeda
dengan kondisi di luar uterus (Marmi, 2012).
7) Kelenjar endokrin
Pada neonatus kadang-kadang hormon yang di dapatkan oleh ibu masih
berfungsi, pengaruhnya dapat di lihat misalnya pembesaran kelenjar air
susu pada bayi laki-laki ataupun perempuan, kadang-kadang adanya
13
pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada bayi
perempuan (Marmi, 2012).
8) Keseimbangan cairan dan fungsi ginjal
Tubuh neonatus mengandung relatif lebih banyak air dan kadar natrium
relatif lebih besar dari pada kalium karena ruangan ekstra seluler luas.
Bayi baru lahir cukup bulan memiliki beberapa defisit struktural dan
fungsional pada sistem ginjal. Banyak dari kejadian defisit tersebut akan
membaik pada bulan pertama kehidupan (Marmi, 2012).
9) Keseimabangan asam basa
Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis
anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensi asidosis (Marmi,
2012).
10) Susunan saraf
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi
lebih sempurna, sehingga janin dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup
diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan mata janin amat
sensitifterhadap cahaya (Marmi, 2012).
11) Imunologi
Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis imunoglobin (suatu protein
yang mengandung zat antibodi) diantaranya adalah IgG (imunoglobulin
Gamma G). Pada neonatus hanya terdapat imunoglobulin gamma G, di
bentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan, imunoglobulin
gamma G pada janin berasal dari ibunya melalui plasenta (Marmi, 2012).
14
2. Bayi Berat Lahir Rendah
a. Pengertian
1) Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari
2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi
dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang dari
1500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1501-2499 gram
(Marmi,2012).
2) Bayi BBLR adalah neonatus dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada saat lahir. Bayi dengan berat badan lahir ada dua kelompok yaitu
bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu (preterm)
yang disebut berat badan rendah premature dan bayi yang lahir dengan
usia kehamilan besar 37 minggu disebut pertumbuhan janin terhambat
(IUGR) (Dewi, 2010).
3) Defenisi berat badan lahir rendah (BBLR) hanya didasarkan pada berat
badan dan tidak memperhitungkan usia gestasi bayi. Demikian juga,
defenisi usia gestasi tidak memperhitungkan berat badan lahir (Diane,
2011).
4) BBLR adalah berat badan bayi kurang dari 2500 gram (Sudarti, 2013).
5) Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram, yaitu Karena usia kehamilan kurang dari 37
minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun cukup bulan,
atau karena kombinasi keduanya (Manuaba,2010).
15
6) Bayi berat lahir rendah (BBLR) atau low birth weight infant (LBWI),
adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram
(Wafi,2010).
b. Klasifikasi BBLR
1) Berat badan
Menurut Sarwono (2010) Berkaitan dengan penanganan dan
harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan dalam :
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir< 1500 gram
c) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram
d) Usia gestasi
Berdasarkan usia gestasi BBLR dapat dibagi menjadi dua yaitu:
prematuritas murni dan dismatur. Bayi prematuritas murni lahir dengan
umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat sesuai
dengan berat badan untuk masa kehamilan atau neonatus kurang bulan-
sesuai masa kehamilan (NKB-SMK). Bayi dismatur lahir dengan berat
badan kurang dari seharusnya untuk masa kehamilan (Wafi, 2010).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum lengkap 37 minggu
gestasi. Minggu gestasi dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT)
dan tidak berhubungan dengan berat badan bayi, panjang bayi, lingkar
kepala bayi, atau bahkan semua pengukuran janin atau ukuran neonates.
Oleh karena itu, yang terpenting adalah adanya hubungan antara dua
pertimbangan yang berbeda ini, yaitu berat badan (untuk pengkajian
pertumbuhan) dan usia gestasi (untuk pengkajian maturitas).
16
Berbagai tipe bayi BBLR dapat digambarkan :
(1) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin normal pada saat lahir,
mereka kecil karena persalinan dimulai sebelum akhir 37 minggu
gestasi. Bayi prematur ini tumbuh sesuai dengan usia gestasi mereka
(SMK).
(2) Bayi dengan laju pertumbuhan itrauterin lambat dan yang dilahirkan
aterm atau lebih dari aterm, bayi aterm atau post-term ini
pertumbuhannya kurang untuk usia gestasi. Mereka kecil untuk masa
kehamilan (KMK).
(3) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin lambat dan sebagai
tambahan, yang dilahirkan sebelum aterm. Bayi prematur ini kecil,
baik karena persalinan dini maupun pertumbuhan intrauterin yang
terganggu. Mereka kecil untuk masa kehamilan dan bayi prematur.
(4) Bayi yang dianggap besar untuk masa kehamilan (LGA) diberat
badan berapapun bila mereka berada diatas 90 persentil (Marmi,
2011).
c. Faktor Penyebab BBLR
Menurut Atikah (2010) secara umum faktor-faktor yang berhubungan
dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut
a) Faktor ibu
(1) Penyakit : Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia sel
berat, perdarahan antepartum, hipertensi, preeklamsia berat,
eklamsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan
17
ginjal) dan Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular
seksual, HIV/AIDS, malaria, TORC.
(2) Faktor Ibu diantaranya yaitu Angka kejadian prematuritas tertinggi
adalah kehamilan pada usai < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
Kehamilan ganda, Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (< 1
tahun), Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
(3) Keadaan sosial ekonomi meliputi kejadian tertinggi terdapat pada
golongan sosial ekonomi rendah, mengerjakan aktivitas fisik
beberapa jam tanpa istirahat, keadaan gizi yang kurang baik,
pengawasan antenatal yang kurang, kejadian prematuritas pada bayi
yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi
bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
(4) Sebab lain seperti Ibu perokok, Ibu peminum alcohol, Ibu pecandu
obat narkotik, Penggunaan obat antimetabolik. Faktor janin seperti
kelainan kromosom (trisomy autosomal), infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali,rubella bawaan), disautonomia familial, radiasi, kehamilan
kembar/ganda (gemeli), Aplasia pancreas.
b) Faktor plasenta yaitu berat plasenta berkurang atau berongga atau
keduanya (hidramniom), luas permukaan berkurang, plasentitis vilus
(bakteri, virus dan parasit), infark, tumor (korioangioma, mola
hidatidosa), plasenta yang lepas, sindrom plasenta yang lepas, sindrom
transfuse bayi kembar (sindrom parabiotik).
c) faktor lingkungan seperti bertempat tinggal didataran tinggi, terkena
radiasi, terpapar zat racun.
18
Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat digolongkan
menjadi sebagai berikut :
(1) BBLR tipe KMK, disebabkan oleh :
(a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi
(b) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia
(c) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu
(d) Malaria kronik, penyakit kronik
(e) Ibu hamil merokok
(2) BBLR tipe prematur, disebabkan oleh :
(a) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,
kehamilan kembar
(b) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya
(c) Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah sehingga tidak
mampu menahan berat bayi dalam rahim)
(d) Perdarahan atau sebelum persalinan (antepartum hemorrhage)
(e) Ibu hamil yang sedang sakit
(f) Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya
Penyebab prematur dengan berat badan rendah dibagi atas empat yaitu
faktor maternal, fetal, medical, dan iatrogenic.Faktor maternal adalah penyakit
yang dialami ibu selama mengandung, komplikasi persalinan seperti plasenta
previa, dan perdarahan, serviks inkompeten, dan infeksi maternal.Faktor fetal
adalah kehamilan ganda dan malformasi congenital. Faktor medical adalah
proses kelahiran yang harus dilakukan sebelum waktunya oleh karena ibunya
19
diabetes, penyakit jantung yang parah, hipertensi, hipoksia fetus, hidrops
fetalis, dan lain-lain (Dewi, 2010).
Menurut Marmi (2012) berat badan lahir seorang bayi dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari bayi itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Status gizi ibu hamil
Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu hamil.
Gizi yang cukup akan menjamin bayi lahir sehat dengan berat badan cukup.
Namun, kekurangan gizi yang adekuat dapat menyebabkan berat badan
lahir rendah.
Status gizi ibu hamil pada trimester pertama akan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa perkembangan dan
pembentukan organ-organ tubuh (organogenesis). Pada trimester II dan III
kebutuhan janin terhadap zat-zat gizi semakin meningkat. Jika tidak
terpenuhi, plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga akan
mengurangi kemampuannya mensintesis zat-zat yang dibutuhkan oleh
janin.
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil tersebut, dapat
menggunakan beberapa cara antara lain : dengan memantau pertambahan
berat badan selama hamil, mengukur lingkar lengan atas (LILA), dan
mengukur kadar Hb.
b. Umur ibu saat hamil
Kehamilan dibawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak
permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim,
20
bahkan bayi bisa prematur dan berat badan lahir kurang. Hal ini disebabkan
karena wanita yang hamil muda belum bisa memberikan suplai makanan
dengan baik dari tubuhnya untuk janin didalam rahimnya. Selain itu,
wanita tersebut juga bisa menderita anemia karena sebenarnya ia sendiri
masih membutuhkan sel darah merah tetapi sudah harus dibagi dengan
janin yang ada dalam kandungannya.
c. Umur kehamilan
Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin, semakin tua
kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah. Pada umur
kehamilan 28 minggu berat janin ±1000 gram, sedangkan pada kehamilan
37-42 minggu berat janin diperkirakan mencapai 2500-3500 gram.
d. Kehamilan ganda
Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat
menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan untuk
partumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi
seperti anemia hamil yang dapat mnganggu pertumbuhan janin dalam
rahim.
e. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan tentang masalah
kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh pada perilaku ibu, baik
pada diri maupun terhadap perawatan kehamilannya serta pemenuhan gizi
saat hamil.
Tingkat pengetahuan seorang akan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, informasi, pengalaman, dan social ekonomi. Pengetahuan
21
sangat berhubungan dengan pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan mengembangkan
diri.Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah memerima dan
mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi, sehingga semakin
meningkat produktivitas dan kesejahteraan keluarga.Namun demikian,
tingkat pendidikan tidak bisa menjamin tingkat pengetahuan seseorang.
f. Penyakit ibu
Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi berat badan lahir
bayi jika diderita oleh ibu yang sedang hamil, misalnya : jantung,
hipertensi, pre-eklamsi dan eklamsi, diabetes mellitus dan karsinoma.
Penyakit tersebut dapat menimbulkan retardasi pertumbuhan
intauterin (IUGR) janin, yang menyebabkan janin menjadi jauh lebih kecil
dan lemah daripada yang diharapkan untuk tahap kehamilan bersangkutan.
g. Faktor kebiasaan ibu
Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk seperti merokok,
minum minuman beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan nutrisi yang
salah dapat menyebabkan anomali plasenta karena tidak mendapat nutrisi
yang cukup dari arteri plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu
mengantar makanan ke janin.Selain itu, aktifitas yang berlebihan juga dapat
merupakan faktor pencetus terjadinya masalah berat badan lahir rendah.
22
B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen kebidanan
adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam
member asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak klien
maupun yang member asuhan ( Suryani,2008 ).
2. Pedoman penerapan manajemen kebidanan
Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu
identifikasi masalah, analisis data dan perumusan masalah, rencara dan tindakan
pelaksanaan serta hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan oleh
bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti.
a. Tujuan asuhan BBLR
Asuhan kebidanan pada bayi berat lahir rendah adalah asuhan yang
diberikan bidan pada bayi yang berat badannya kurang dari normal (<2500
gram). Adapun tujuan asuhan yang diberikan pada bayi BBLR adalah
untuk mencegah terjadinya hipotermi, infeksi, ikterus, asfiksia dan
kematian atau menangani secara cepat dan tepat sesuai dengan indikasi
(Marmi, 2010).
b. Karakteristik BBLR
1) Karakteristik BBLR Secara Umum
Menurut Atikah (2010) secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR
adalah berat kurang dari 2500 gram dan panjang badan < dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm,
umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar, kulit tipis,
23
transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik
lemah, pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea, ekstremitas: paha
abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, kepala tidak mampu tegak,
pernapasan 40-50 kali/menit dan nadi 100-140 kali/menit.
2) Karakteristik BBLR Dismatur
Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK):
a) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya
kurang dari 2500 gram.
b) Gerakannya cukup aktif dan tangis cukup kuat
c) Kulit keriput, lemak dibawah kulit tipis
d) Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, puting susu kecil. Bila
cukup bulan, payudara dan puting sesuai masa kehamilan
e) Bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
f) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
g) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
h) Mengisap cukup kuat (Atikah, 2010).
3) Karakteristik BBLR premature
Menurut Marmi (2012) Karakteristik yang dapat ditemukan pada
premature murni adalah :
a) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45
cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm dan lingkar dada kurang dari
30 cm.
b) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
c) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
24
d) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
e) Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
f) Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil
g) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu
h) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama
pada dahi dan pelipis dahi dan lengan
i) Lemak subkutan kurang
j) Genitalia belum sempurna, pada wanita labia belum tertutup oleh
labia mayora minora
k) Reflex mengisap dan menelan serta reflex batuk masih lemah
l) Bayi premature mudah sekali mengalami infeksi karena daya
tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan
prepentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas.
c. Tanda dan gejala BBLR
1) BB < 2500 gram
2) PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
3) Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus dan
elastisitas daun telinga.
4) Dada : dinding thorax elastis, puting susu belum terbentuk.
5) Abdomen : distensi abdomen, kulit perut tipis dan pembuluh darah
kelihatan.
6) Kulit : tipis, transparan dan pembuluh darah kelihatan.
25
7) Jaringan lemak subkutan sedikit dan lanugo banyak.
8) Genetalia : LK skrotum kecil, testis tidak teraba, PR labia mayora
hampir tidak ada dan klitoris menonjol.
9) Ekstremitas : kadang oedema, garis telapak kaki sedikit.
10) Motorik : pergerakan masih lemah.
d. Akibat BBLR
1) Gangguan tumbuh kembang
Menurut (Herry,2004) dalam (Marmi, 2012) Tingginya angka
ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring dengan hidup resiko
tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil yang
tidak menderita kekurangan gizi. Apabila tidak meninggal pada awal
kelahiran, bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat,
terlebih lagi apabila mendapat ASI eksklusif yang kurang dan makanan
pendamping ASI yang tidak cukup. Oleh karena itu bayi BBLR
cenderung besar menjadi balita dengan status gizi yang rendah.
Balita kurang gizi cenderung tumbuh menjadi remaja yang
mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai produktifitas yang
rendah. Jika remaja ini tumbuh dewasa maka remaja tersebut akan
menjadi dewasa yang pendek, dan apabila itu wanita maka jelas wanita
tersebut akan mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR lagi dan terus
berlangsung hingga hari ini.
2) Hipotermi
Menurut (Winkjosastro, 2002) dalam (Marmi, 2012) Hal ini
terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya jaringan lemak
26
dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih luas dibandingkan
dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal. Hipotermi pada
BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu yang belum berfungsi
dengan baik dan produksi panas yang berkurang karena lemak coklat
yang belum cukup.
Oleh karena itu, pemajanan terhadap terhadap lingkungan
yang dingin dapat berakibat pada perubahan fisiologis multisystem,
yang secara signifikan mengganggu status kesehatan bayi. Saat suhu
tubuh turun, konsumsi oksigen jaringan meningkatkan laju metabolism
basalnya dengan membakar glukosa untuk menghasilkan energy dan
panas (Diane, 2011).
3) Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena system enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan
secara efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh
polisitemia, memar hemolisias dan infeksi karena hiperbilirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
betambah coklat (Marmi, 2012).
4) Asfiksia
Menurut (Winkjosastro, 2002)Asfiksia atau gagal bernapas secara
spontan saat lahir atau beberapa menit setelah lahir sering
menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan oleh
kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan perkembangan yang belum
27
sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang
mudah melengkung.
5) Kematian
Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat
badan lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih
besar jika dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya
normal. Oleh karena itu, ia mengalami banyak kesulitan untuk hidup
diluar uterus ibunya. Semakin pendek masa kehamilannya maka
semakin kurang sempurna pertumbuhan organ-organ dalam tubuhnya,
sehinggan mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan angka
kematian pada bayit (Winkjosastro, 2002).
e. Penatalaksanaan BBLR
Menurut Sarwono (2009) penanganan BBLR secara umum adalah
dengan mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, mencegah infeksi
dengan ketat, pengawasan nutrisi atau ASI, dan penimbangan dengan ketat.
Adapun penjelasannya diuraikan sebagai berikut:
1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mudah mengalami
hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan
ketat (Simatupang, 2008).
Bila belum memiliki incubator, bayi dapat dibungkus dengan
kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga
panas tubuhnya dapat dipertahankan (Manuaba, 2010).
28
Menurut Marmi (2012) mekanisme pengaturan tempratur tubuh
pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu diperlukan
pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi dapat
mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermi sangat beresiko tinggi
mengalami kesakitan berat bahkan kematian.Hipotermi mudah terjadi
ada bayi yang tubuhnya basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun didalam ruangan yang relati hangat. Cegah uapaya
kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain :
a) Segera setelah lahir , keringkan permukaan tubuh sebagai upaya
untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban
pada permukaan tubuh bayi.
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong,
ganti handuk dan kainyang telah dipakai kemudian selimuti bayi
dengan selimut dan kain hangat, kering dan bersih.
c) Tutupi kepala bayi dan pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau
diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yang relativ luas dan bayi akan cepat kehilangan panas
jika again tersebut tidak ditutup.
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memeberikan ASI karena
pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan
bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus
dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
29
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
karena,bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubunya
(terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut
bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat
bayi pada saat bayi berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan
berat pakaian atau selimut. Memandikan bayi dalam beberapa jam
pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat
membahayakan bayi baru lahir.
f) Tempatkan bayi dilingkungan hangat dan idealnya bayi baru lahir
ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat
tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara
yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah
paparan infeksi pada bayi.
g) Rangsangan taktil merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai
refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh
bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi sehat hal ini
biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan.
Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan
rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan,
segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.
30
2) Mencegah Infeksi Dengan Ketat
BBLR sangat rentang akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi
(asaimatupang, 2008).
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya
tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan
prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas (BBLR) (Marmi, 2012).
Menurut sudarti (2013) pencegahan infeksi dapat dilakukan
dengan cara yaitu :
Cara kerja aseptik, cuci tangan setiap akan memegang bayi.
a) Mencegah terlalu banyak bayi dan petugas dalam satu ruangan.
b) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ketempat bayi
dirawat.
c) Antibiotic disesuaikan dengan pola kuman.
d) Membatasi tindakan seminimal mungkin.
Penyediaan lingkungan yang aman bagi bayi baru lahir adalah
perhatian yang utama, terutama di rumah sakit tempat bayi beresiko
mengalami infeksi silang.Mencuci tangan dengan cermat dan sering
menggunakan sabun atau alcohol tepat menjadi salah satu
metode yang paling penting pada pencegahan infeksi. Pada situasi yang
sibuk, membersihkan dengan larutan cuci tangan berbahan dasar alcohol
adalah cara yang paling praktis meningkatkan kepatuhan, dan
31
menggunakan sarung tangan semakin mengurangi kontaminasi (Dewi,
2009).
3) Pengawasan nutrisi/ASI yang adekuat
Refleks menelan BBLR belum sempurna oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Alat pencernaan bayi
belum sempurna, lambung keci;l enzim pencernaan belum matang,
sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB
sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar
3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung,
refleks masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi
sedikit dengan frekuensi yang lebih sering (Marmi, 2012).
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI
yang paling dahulu diberikan.Bila faktor menghisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau
dengan menggunakan sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari (Manuaba, 2010).Menurut Marmi
(2012) jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg) yaitu
Tabel 1. JUMLAH CAIRAN YANG DIBUTUHKAN BAYI
Berat (g)
Umur (hari)
1 2 3 4 5+
>1500 60 80 100 120 150
<1500 80 100 120 140 150
Sumber :Menurut Marmi,2012
32
Tabel 2. JUMLAH ASI YANG DIBUTUHKAN BAYI
Pemberian
Umur (hari)
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30
Sumber : Menurut Marmi,2012
4) Penimbangan yang ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat (Sarwono,
2009).
Menurut Sudarti (2013) bayi dengan berat badan 1500-2500 gr
tidak boleh kehilangan berat badan >10% dari berat badan lahir 4-5 lahir
dan berat badan <1500 gr dapat kehilangan berat badan sampai 15% dari
berat badan lahir 7-10 hari
f. Asuhan segera bayi baru lahir
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting
asuhan segea setelah bayi lahir yaitu :
1) Memantau pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit sekali
2) Jaga bayi agar tetap kering dan hangat dengan cara ganti handuk atau
kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut sertakan pastikan
kepada bayi telah terlindung baik.
3) Memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit yaitu jika telapak bayi
dingin periksa suhu aksila bayi, jika suhu kurang dari 36,5 Cᵒ segera
hangatkan bayi.
33
4) Kontak dini dengan bayi
Asuhan yang diberikan dalam waktu 24 jam yaitu :
a) Lanjutkan pengamatan pernpasan, warna dan aktifitas
b) Pertahankan suhu tubuh bayi
c) Pemeriksaan fisik bayi
d) Berikan Vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena
defisiensi
e) Identifikasi bayi
f) Perawatan lain seperti lakukan perawatan tali pusat, dalam waktu
24 jam sebelum ibu dan bayi pulang ke rumah beri imunisasi
BCG, Polio Oral, dan Hepatitis B, ajarkan tanda-tanda bahaya
bayi pada orang tua, cara merawat bayi, dan beri ASI sesuai
kebutuhan setiap 2-3 jam.
Ketika pasien mau pulang, sebaiknya bidan melakukan evaluasi
sebagai berikut :
(1) Tanda-tanda vital bayi, tangisan, warna kulit, tonus otot dan
tingkat aktifitas
(2) Apakah bayi sudah BAB
(3) Apakah bayi sudah dapat menyusu dengan benar
(4) Apakah ibu menunjukkan bahwa ia sudah dapat menangani
neonatal dengan benar.
(5) Apakah suami dan keluarga sudah dilibatkan dalam hal
perawatan neonatal.
34
(6) Apakah sudah cukup persediaan pakaian atau perlengkapan
bayi dirumah.
(7) Apakah keluarga memiliki rencana tindak lanjut kunjungan.
(8) Apakah memiliki rencana transportasi ke rumah (Marmi,
2012).
g. Peran bidan
Bidan berperan dalam asuhan terhadap bayi dan balita terutama dalam hal:
1) Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu pemeriksaan fisik, pengukuran fisiologis
(tanda-tanda fital), penampilan umum, perkembangan psikologis dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak.
2) Penyuluhan kesehatan kepada keluarga, seperti pemberian makanan
bergizi pada bayi dan balita dan pemeriksaan rutin atau berkala
terhadap bayi dan balita.
3) Tahap-tahap penting perkembangan dalam 6 minggu pertama. Bayi
cukup bulan harus mencapai tahap-tahap penting perkembangan
tertentu selama 6 minggu pertama kehidupan.
4) Peran bidan dalam pemberian ASI, seperti memberikan konseling pada
ibu dan memberikan dukungan psikolog.
5) Peran bidan dalam pemantauan BAB bayi yaitu mengobserfasi
frekuensi, konsistensi dan warna BAB bayi, memberitahu ibu agar
segera mengganti popok apabila bayi BAB, memberitahu ibu pola
35
BAB bayi yang benar dan memberitahu ibu cara mengobservasi
frekuensi, konsistensi dan warna dari BAB bayi.
6) Peran bidan dalam pemantauan BAK bayi yaitu mengobservasi
frekuensi dan warna dari BAK bayi, memberitahu ibu agar segera
mengganti popok apabila bayi BAK, memberitahu ibu pola BAK bayi
yang benar dan memberitahu ibu cara mengobservasi frekuensi dari
BAK bayi (Marmi, 2012).
3. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan dimulai dengan identifikasi datadasar dan
diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan. Ketujuh langkah terdiri dari
keseluruhan langkah kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi (Nurul
Janah, 2011).
Langkah tersebut sebagai berikut :
a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang
akurat dan lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien.
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi
akan mementukan benar tidaknya proes interprestasi pada tahap
selanjutnya.
Oleh karena itu, pendekatan ini harus komprehensif, mencakup
data sebjektif, data objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya serta valid. Kaji ulang
36
data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap, dan
akurat(Nurul Jannah, 2011)
Data subjektif pada pengkajian bayi BBLR di dapatkan bahwa
berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan dari pada janin
pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai
kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan
janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil
karena regangan yang berlebihan sehingga menyebabkan peredaran darah
plasenta mengurang.Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-
rata 1000 gram lebih ringan daripada kehamilan tunggal Pada kehamilan
kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat menyebabkan
persalinan prematur dengan BBLR (Prawirohardjo, 2007)
Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus BBLR diperlukan
data obyektif yang meliputi berat badan kurang dari 2500 gram, panjang
badan kurang dari 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm,
umur kehamilan < 37 minggu, kulit tipis transparan, rambut lanugo
banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, Data kebiasaan sehari-hari
biasanya klien dengan BBLR mengalami infeksi dan rentan terjadinya
hipotermi, ikterus, gangguan tumbuh kembang, asfiksia dan kematian.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, dan perkusi
diperoleh hasil:
a. Kepala besar, rambut tipis dan halus, Ubun-ubun dan sutura lebar dan
belum menutup, tidak ada benjolan
b. Wajah tidak ikterus
37
c. Mata simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, sonjungtiva merah
muda, mata bersih tidak ada secret
d. Hidung tidak ditemukan adanya kelainan
e. Mulut dan bibir normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan
mengisap lemah
f. Telinga lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih,
tidak ada secret.
g. Dada dan perut dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai
irama pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu
kecil, tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa
h. Genetalia ada lubang penis, testis belum masuk dalam kantung
skrotum, ada lubang anus.
i. Ekstermitas pergerakan lemah, tidak ada cacat bawaan
j. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada
dahi dan pelipis dahi dan lengan, lemak subkutan kurang resfleks
k. Refleks menghisap, rooting (menelan) lemah, graps (menggenggem),
moro (kaget) baik
b. Langkah II: Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang
diputuskan berdasarkan identifikasi yang di dapat dari anasisis-analisis
dasar. Dalam penetapan diagnose bidan menggunakan pengetahuan
profesional sebagai data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa
kebidanan yang ditegakkan harus berlandaskan ancaman keselamatan
hidup klien (Nurul Jannah, 2011)
38
Pada bayi BBLR ditegakkan berdasarkan dari data subyektif
dan obyektif diagnosa/masalah aktual yang mungkin terjadi yaitu bayi
berat lahir rendah, bayi cukup bulan-gemeli dengan masalah gangguan
pemenuhan nutrisi. Bayi BBLR mengalami gangguan pemenuhan nutrisi
karena terdapat kesukaran makan berhubung dengan adanya otot lidah
dan palatum yang lemah demikian juga perkembangan susunan saraf
yang tidak lengkap yaitu reflex hisap dan menelan yang lemah
c. Langkah III: Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial dan Antisipasi
penanganan
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial yang
mungkin akan terjadi pada klien jika tidak mendapatkan penanganan
yang akurat, yang dilakukan melalui mengamatan, observasi dan
persiapan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi bila tidak segera
ditangani dapat membawa dampak yang lebih berbahaya sehingga
mengancam kehidupan pasien (Nurul Jannah, 2011)
Berdasarkan teori bahaya atau potensial yang akan terjadi pada
bayi BBLR dan gangguan pemenuhan nutrisi yaitu potensial terjadinya
hipotermi, infeksi, ikterus, asfiksia dan kematian.
d. Langkah IV: Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi Segera dengan
Tenaga Kesehatan Lain
Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh bidan
atau dokter kebidanan. Hal ini terjadi pada penderita gawat darurat yang
membutuhkan kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang
lebih ahli sesuai keadaan klien. Pada tahap ini, bidan dapat melakukan
39
tindakan emergensi sesuai kewenangannya, kolaborasi maupun
konsultasi untuk menyelamatkan ibu dan janin (Nurul Jannah, 2011)
Pada bagian ini pula bidan mengefaluasi setiap keadaan klien
untuk menentukan keadaan selanjutnya yang diperoleh dari hasil
kolaborasi tindakan kesehatan lain. Bila pasien dalam keadaan normal
dan tidak berpotensial terjadi hipotermi dan infeksi maka tidak perlu
dilakukan tindakan segera atau kolaborasi.
Dalam teori tindakan yang perlu segera dilakukan oleh bidan
dalam penanganan kasus BBLR adalah melakukan kolaborasi dengan
dokter Anak untuk pemberian cairan dan obat-obatan serta kolaborasi
dengan bagian laboratorium (Manuaba, 2008).
e. Langkah V: Rencana Asuhan Menyeluruh
Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan
pada tahap sebelumnya serta mengantisipasi diagnose dan masalah
kebidanan serta komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang
relevan dan diakui kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan
analisis dan asumsi yang seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh
bidan (Nurul Jannah, 2011)
Penanganan BBLR secara umum adalah pertahankan suhu
tubuh dengan ketat, cegah infeksi, awasi nutrisi atau ASI dan timbang
dengan ketat (Sarwono, 2009)
BBLR dengan gangguan pemenuhan nutrisi tata cara tindakan
yaitu beritahu keluarga tentang tindakan yang akan di lakukan, cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, isap lender, timbang
40
berat badan bayi, lakukan pemasangan NGT, berikan ASI/susu formula,
berikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi, pantau BAK/BAB, ganti
pakaian dan popok setiap kali basah.
f. Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan kerjasama
dengan bidan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab
terhadap tindakan langsung, konsultasi maupun kolaborasi,
implementasi yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya perawatan
serta meningkatkan kualitas pelayanan pada klien (Nurul Jannah, 2011)
Penanganan BBLR secara umum adalah mempertahankan suhu
tubuh dengan ketat, mencegah infeksi, pengawasan nutrisi atau ASI dan
penimbangan dengan ketat sarwono (2009)
Adapun pelaksanaan asuhan yang di berikan pada kasus BBLR
yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga untuk setiap
tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan, mengisap lender, menimbang berat badan bayi,
melakukan pemasangan NGT, memberikan ASI/susu formula,
memberikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi, memantau BAK/BAB,
menganti pakaian dan popok setiap kali basah.
g. Langkah VII: Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, apakah
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah diagnosa (Nurul Janah, 2011).
41
Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada BBLR yaitu
gangguan pemenuhan nutrisi teratasi, hipotermi tidak terjadi pada bayi
dengan kriteria TTV dalam batas normal dan tidak terdapat adanya tanda-
tanda infeksi yaitu merah, bengkak, nyeri, dan pengeluaran pus.
4. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
a. Pengertian
Menurut Tungpalan (1983) dalam Marmi (2012) mengatakan
bahwa dokumen adalah catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dalam persoalan hokum. Sedangkan pendokumentasian adalah
pekerjaan mencatat atau merakam peristiwa dan objek maupaun aktifitas
pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian
dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat dan bidan setelah
memberi asuhan kepada pasien.Dokumentasi merupakan suatu informasi
lengkap meliputi satus kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan
asuhan kebidanan serta respon pasien terhadap asuhan yang
diterimanya.Dengan demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi
yang besar dari catatan klinik pasien yang menginformasikan faktor
tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan.Disamping
itu catatan juga dapat digunakan sebagai wahana komunikasi dan
koordinasi antar profesi yang dapat dipergunakan untuk mengungkap
suatu fakta actual untuk dipertanggungjawabkan.
Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan bagian integral dari
asuhan kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar.Dengan demikian
42
pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik
merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga kebidan agar mampu
membuat dokumentasi kebidanan secara baik dan benar.
Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan,
sehingga langkah-langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur
pikir dalam pemecahan masalah dan mengambil keputusan klinis.Asuhan
yang dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas dan logis
sebagai pendokumentasian.
Metode pendokumentasian SOAP merupakan inti sari dari proses
pikir dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan tentang
perkembangan klien (progress note) (Mirnawati, 2011).
Pendokumentasian yang diterapkan dalam metode SOAP
merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas.Logis dan singkat (Wafi,
2011).
b. Proses Manajemen SOAP
1. S (Data Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah 1
varney. S (Subyektif) ini merupakan informasi yang diperoleh
langsung dari klien.Informasi tersebut dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.
Data subjektif pada pengkajian bayi BBLR di
dapatkan bahwa berat badan janin pada kehamilan kembar
43
lebih ringan dari pada janin pada kehamilan tunggal pada umur
kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan
berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan
tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil karena
regangan yang berlebihan sehingga menyebabkan peredaran
darah plasenta mengurang.Berat badan satu janin pada
kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada
kehamilan tunggal Pada kehamilan kembar dengan distensi
uterus yang berlebihan dapat menyebabkan persalinan prematur
dengan BBLR (Prawirohardjo, 2007)
2. O (Data Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnosis lain yang
dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment
sebagai langkah 1 varney. Data yang diperoleh dari apa yang
dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu pemeriksaan
termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dan lain-
lain. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen
yang berarti dari diagnose yang akan ditegakkan (Marmi,
2012).
Gambaran klinis dari bayi BBLR adalah kepala lebih
besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak
kurang, otot hipotonik lemah, pernafasan tidak teratur dapat
terjadi apnea, ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki
44
fleksi-lurus, kepala tidak mampu tegak, pernapasan 40-50
kali/menit, nadi 100-140 kali/menit, berat < 2500 gram dan
panjang badan < dari 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar
kepala < 33 cm, umur kehamilan < 37 minggu (Atikah, 2010).
3. A (Assessment)
Assessment menggambarkan dokumentasi hasil
analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi:
a) Diagnosis/ masalah ( diagnose adalah rumusan dari hasil
pengkajian mengenai kondisi klien: hamil, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang
didapat. Masalah segala sesuatu yang menyimpang
sehingga kebutuhan klien terganggu, kemungkinan
mengganggu kehamilan atau kesehatan tetapi tidak masuk
dalam diagnosa ).
b) Antisipasi diagnosis/ kemungkinan masalah
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi/ kolaborasi, dan atau perujukan sebagai langkah
2,3, dan 4 varney (Marmi, 2012).
Pada kasus BBLR assesment yang didapat seperti :
a) Diagnosa aktual yaitu Bayi baru lahir, cukup bulan, Bayi
Berat Lahir Rendah, gemeli,dengan masalah gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi
b) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi
45
c) Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan Dokter. Dalam
kolaborasi ini dokter memberikan instruksi yaitu
meletakkan bayi dibawah infant warmer, pemberian infuse,
pasang NGT dan pemberian obat-obatan
4. P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,
tindakan dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah
5,6,7 (Marmi, 2012).
Berdasarkan teori penyusunan rencana untuk klien
yang mengalami BBLR adalah dengan mempertahankan suhu
tubuh dengan ketat, mencegah infeksi dengan ketat,
pengawasan nutrisi atau ASI dan penimbangan dengan ketat.
Adapun pelaksanaan asuhan yang di berikan pada
kasus BBLR yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga
untuk setiap tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mengisap lender,
menimbang berat badan bayi, melakukan pemasangan NGT,
memberikan ASI/susu formula, memberikan obat-obatan, rawat
tali pusat bayi, memantau BAK/BAB, menganti pakaian dan
popok setiap kali basah.
46
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen dan pendokumentasian
asuhan kebidanan Bayi baru lahir Pada Bayi Ny.”I” dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 8
s.d. 10 Mei 2014 dengan nomor register 26-57-06, diawali dengan identifikasi data
dasar dan berakhir dengan evaluasi serta dilanjutkan dengan pendokumentasian dan
catatan perkembangan.
A. Manajemen
1. Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data dasar dilaksanakan dengan mengkaji Pada Bayi
Ny.”I”Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR ) di Ruang Teratai Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten MunaTanggal 8 s.d. 10 Mei 2014, jam 07.00
Wita
a. Biodata
1) Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi Ny “I”
Tanggal lahir / jam : 8-05-2014 Jam 07.00 WITA
Anak : Pertama
Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)
Umur saat dikaji : 0 hari ( 10 menit )
47
2) Identitas orang tua
Nama Ibu/ Ayah : Ny “I”/ Tn “E”
Umur Ibu/ Ayah : 20 Tahun/ 22 Tahun
Suku : Bugis/ Bugis
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMP/SMA
Pekerjaan : IRT / Swasta
Pernikahan ke- : 1/1
Lama menikah : ±1 tahun
Alamat : Kambara
b. Data Biologis / Fisiologis
1) Keadaan bayi sekarang
a) Keadaan bayi baik
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu badan : 36,6°C
Pernapasan : 56 kali/menit
Denyut jantung : 158 kali/menit
c) Bayinya belum BAK dan BAB
d) Bayinya belum disusui
c. Riwayat kehamilan
Ibu mengatakan :
1) Hamil yang pertama, belum pernah melahirkan dan tidak pernah
keguguran.
48
2) Hari Pertama Hari Terakhir Tanggal 8-08-2013 memeriksakan
kehamilannya di Bidan sebanyak 2 kali.
3) Penyakit yang diderita selama hamil tidak ada
4) Memiliki riwayat kehamilan kembar yaitu suaminya
5) Obat-obatan yang diminum selama hamil adalah Sulfa Ferosus 90
tablet 1x1/hari.
6) Suami perokok
d. Riwayat Persalinan/ Kelahiran
1) Umur kehamilan : 39 minggu
2) Tempat persalinan : di RSUD Kabupaten Muna
3) Penolong pesalinan : Dokter
4) Jenis persalinan : persalinan normal
5) Tanggal /Jam lahir : 8 Mei 2014 Jam 07.00 Wita
e. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Bayi
1) Nutrisi/ Cairan
Bayi belum mendapatkan asupan nutrisi /cairan saat dikaji
2) Eliminasi
Bayi belum BAK dan BAB saat dikaji
3) Tidur / Istirahat : Bayi tertidur saat dikaji
4) Personal hygiene terpelihara oleh petugas
5) Pemeriksaan Umum
Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)
BBL/PBL : 1720 gram/ 48 cm
Keadaan Umum : Baik/ Tidak ada cacat bawaan
49
Masa gestasi : 39 minggu
Apgar skor : 8/10
ASPEK I II
Seluruh tubuh berwarna kemerah-merahan 2 2
Frekuensi jantung 110 kali/menit 2 2
Bayi menangisbila diberi ransangan 2 2
Gerakan tangan dan kaki lemah 1 2
Bayi menangis lemah 1 2
Jumlah 8 10
6) Pemeriksaan Tanada-Tanda Viatal
Suhu badan : 36,6°C
Pernapasan : 56 kali/menit
Denyut jantung : 158 kali/menit
7) Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi)
a) Kepala
Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar
dan belum menutup, tidak ada benjolan
b) Wajah
Tampak bulu-bulu tipis pada wajah, tidak ikterus
c) Mata
Simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, conjungtiva merah
muda, mata bersih tidak ada secret
d) Hidung
Tidak ditemukan adanya kelainan
50
e) Mulut dan Bibir
Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap
lemah
f) Telinga
Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih,
tidak ada secret.
g) Leher
Tidak ada trauma
h) Dada dan perut
Dada simetris kiri dan kanan,gerakan dada sesuai irama
pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil,
tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa
i) Genetalia
Ada lubang penis, testis ada dalam kantung skrotum, ada lubang
anus.
j) Ekstermitas
Pergerakan lemah, dan tidak ada cacat bawaan, telapak kaki
dipenuhi garis-garis
k) Keadaan Kulit
Kulit tipis, terdapat lanugo pada dahi dan lengan
8) Resfleks
a) Refleks sucking (menghisap) : lemah
b) Refleks rooting (menelan) : lemah
c) Refleks graps (menggenggam) : baik
51
d) Refleks moro (kaget) : baik
9) Pemeriksaan Pengukuran
a) Ukuran lingkaran
(1) Lingkar Kepala : 31 cm
(2) Lingkar Dada : 28 cm
(3) Lingkar Perut : 30 cm
(4) Lila : 9 cm
b) Ukuran panjang
(1) Kepala - Syimpisis : 22 cm
(2) Sympisis kaki : 26 cm
(3) Panjang lengan : 12 cm
10) Data psikologis, Spritual dan Ekonomi
a) Pola emosional bayi, bayi tenang saat dikaji
b) Persepsi orang tua terhadap anaknya, orang tua sabar dan
mempercayakan sepenuhnya perawatan anaknya pada bidan
c) Orang tua nampak tenang dan menerima keadaan bayinya serta
mau bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk perawatan
bayinya terutama pemberian ASI.
d) Biaya hidup dan biaya perawatan ditanggung oleh Ayah
2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual
Dari langkah pengumpulan data dasar, maka diagnosa yang ditetapkan yaitu
bayi baru lahir, cukup bulan, bayi berat lahir rendah,gemeli dengan masalah
gangguan pemenuhan nutrisi.
52
a. Bayi Baru Lahir
Data Dasar
1) Data Subyektif :
a) Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 08-05-2014, jam 07.00 WITA.
b) Ibu mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 8-08-2013.
2) Data Obyektif :
a) Tanggal pengkajian : 8-05-2014
b) Tafsiran persalinan : 15-05-2014
c) Keadaan umum : lemah
d) Berat badan lahir : 1720 gram
e) Panjang badan lahir : 48 cm
f) Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan
g) Tanda-Tanda Vital
Laju jantung : 158 x/menit
Pernapasan : 65 x/menit
Suhu : 36,60C
h) Ukuran Lingkaran
Lingkar kepala : 31 cm
Lingkar dada : 28 cm
Lingkar perut : 30 cm
Lila : 9 cm
i) Ukuran panjang
Kepala - Syimpisis : 22 cm
Sympisis kaki : 26 cm
53
Analisis dan Interprestasi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis
berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan
baik (Marmi, 2012).
b. Cukup Bulan
Data Dasar :
1) Data Subjekti : HPHT Tanggal 8-08-2013,dan bayi lahir tanggal
8-05-2014
2) Data Objektif : Umur kehamilan 39 minggu
Analisa Dan Interpretasi Data
Usia kehamilan dapat ditentukan dengan rumus neagle. Dari HPHT yaitu
tanggal 8-8-2013 sampai pada bayi dilahirkan yaitu tanggal 8-05-2014
maka bayi berumur 39 minggu (250 hari),(Hutari, 2012).
c. Bayi Berat Lahir Rendah
Dasar :
1) Data Subjektif : -
2) Data Objektif : Berat badan 1720 gram
Analisa Dan Interpretasi Data
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan lahir
saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa
memandang masa kehamilan (Marmi, 2012).
54
d. Bayi kembar
Data Dasar
1) Data Subjektif : -
2) Data Objektif : Bayi kembar 2
Analisa Dan Interpretasi Data
Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat
menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan untuk
pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi
seperti anemia hamil yang dapat menganggu pertumbuhan janin dalam
rahim(Indrayani, 2013).
e. Gangguan Pemenuhan Nutrisi
Data Dasar
1) Data Subjektif : Bayi lahir cukup bulan dengan berat 1720 gram, dan
Produksi ASI Ibu belum ada.
2) Data Objektif : Bayi Berat Lahir Rendah yaitu 1720 gram,
Refleks mengisap dan menelan lemah
Analisa Dan Interpretasi Data
Pada BBLR terdapat kesukaran makan berhubung dengan adanya otot lidah
dan palatum yang lemah demikian juga perkembangan susunan saraf yang
tidak lengkap, yaitu refleks mengisap dan menelan yang lemah.Maka
makanan yang diberikan sedikit demi sedikit tapi sering.
(Prawirihardjo,2008).
55
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Berdasarkan keadaan klien maka dapat ditetapkan adanya suatu diagnosa atau
masalah potensial yang akan terjadi pada bayi Ny ‘I” yaitu terjadinya Hipotermi
dan infeksi hal ini didasarkan pada data subyektif dan obyektif yaitu :
a. Potensial Terjadi Infeksi
Data Dasar
1) Data Subjektif : -
2) Data Objektif : Umur kehamilan 39 minggu, berat badan 1720 gram,
kulit bayi tipis dan Suhu: 36,6°C
Analisa Dan Interpretasi Data
Hipotermi dapat terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya
jaringan lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih lama
debandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal.
Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu tubuh yang
belum berfungsi dengan baik dan produksi panas yang berkurang karena
lemak coklat yang belum cukup (Marmi, 2012).
b. Potensial Terjadi Infeksi
Data Dasar
1) Data Subjektif : Bayinya lahir dengan berat 1720 gram.
2) Data Objektif : Tali pusat belum puput dan basah serta berat badan
lahir 1720 gram
56
Analisa Dan Interpretasi Data
Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Kerentanan terhadap infeksi
ini karena karena kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih
rendah dan fungsi imun belum sempurna (Dewi,2010).
4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi
Berdasarkan data yang ada pada bayi Ny. I maka dilakukan kolaborasi dengan
Dokter. Dalam kolaborasi ini dokter memberikan instruksi yaitu meletakkan
bayi dibawah infran warmert, pemberian cairan melalui infus infus glukosa dan
pemasangan Nasogastri Tube dan pemberian obat-obatan.
5. Rencana Asuhan
Sesuai dengan beberapa diagnosa dan masalah yang ada maka dibuatlah
rencana asuhan yang komprehensif dari setiap diagnosa dan masalah guna
mengatasi serta memenuhi kebutuhan klien. Dalam memilih asuhan yang akan
dilaksanakan dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
berdasarkan diagnosa dan masalah yang ada.
a) Tujuan
1) Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2) Tidak terjadi hipotermi pada bayi
3) Tidak terjadi infeksi
b) Kriteria
1) Berat badan tetap atau penurunan tidak lebih 10 % dari berat badan
lahir
2) Produksi ASI Ibu lancar dan bayi dapat menyusu dengan baik
3) TTV dalam batas normal
57
Suhu tubuh : 36,5°C-37,5°C
Pernapasan : 30-60 kali/menit
Denyut jantung : 120-160 kali/menit
4) Tidak ada tanda-tanda infeksi: merah, bengkak, panas, nyeri dan
pengeluaran pus.
c) Rencana tindakan
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan dengan sabun cair dan
dibilas dibawah air mengalir.
Rasional : Mencegah kemungkinan kontaminasi dengan kuman
sehingga tidak terjadi infeksi nasokomial.
2) Pertahankan suhu tubuh bayi dengan cara menyelimuti bayi dengan
menggunakan handuk serta meletakan didalam incubator.
Rasional : Bayi baru lahir dapat mengalami hipotermi, dengan
adanya perubahan suhu dalam rahim kedunia luar.
3) Atur posisi bayi dengan miringkan bayi
Rasional : bayi dimiringkan untuk memudahkan pengeluaran lendir.
4) Isap lendir bayi
Rasional : untuk membantu membebaskan jalan nafas bayi.
5) Timbang berat badan bayi setiap hari
Rasional : Berat badan bayi sebagai indikator perkembangan bayi
dan merupakan pedoman pemberian nutrisi selanjutnya.
6) Observasi Tanda-Tanda Vital
Rasional : Mengetahui KU bayi dan perkembangan bayi.
7) Infus bayi dengan cairan glukosa 10 % 4 tetes/menit
58
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
8) Lakukan pemasangan NGT (Naso Gastrik Tube)
Rasional : Pemberian nutrisi melalui pipa penduga, merupakan
tindakan pasien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi secara oral
9) Berikan ASI/susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan
10) Berikan obat-obatan pada bayi
Rasional : Memberikan sesuai dengan dosis dengan cara
pemakaian yang benar, agar obat bias memberikan
efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun
keluhan yang dirasakan klien
11) Rawat tali pusat dengan steril
Rasional : Mencegah infeksi tali pusat
12) Observasi BAK/BAB
Rasional : mengetahuai apakah keseimbangan antara asupan dan
pengeluaran bayi.
13) Ganti pakaian/popok tiap kali basah
Rasional : Pakaian bayi yang basah akan mempengaruhi suhu
badan bayi yang mengakibatkan evaporasi
59
6. Pelaksanaan Asuhan
Sistematika dalam pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah
direncanakan disesuaikan dengan keadaan kesehatan dari klien. Pelaksanaan
asuhan tersebut adalah sebagai berikut :
Kamis, 8 Mei 2014, Jam 07.00-24:00 wita
a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : tangan telah dibersihkan
b) Menjaga bayi agar tetap hangat.
Hasil : Bayi dalam inkubator
c) Mengatur posisi bayi.
Hasil : Bayi telah di miringkan.
d) Mengisap lendir bayi.
Hasil : Lendir bayi telah diisap
e) Menimbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : BB: 1720 gram
f) Memantau Tanda-Tanda Vital
Hasil : jam 07.00 SH : 36.6 C HR : 158x/menit.RR :56x/menit.
g) Melakukan pemasangan infus
Hasil: Infuse D10 % 4 tetes / menit telah terpasang
h) Melakukan pemasangan NGT
Hasil : NGT telah terpasang
i) Memberikan ASI/susu formula pada bayi sebanyak 2 cc setiap 6 jam
Hasil : jam 07.00 bayi telah diberikan susu formula
60
j) Memberikan obat-obatan pada bayi
Hasil : telah diberikan
Gentamisin : 10 mg/36 jam/IV, jam 08.00 Wita
Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 Wita
k) Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril
l) Memantau BAK/BAB
Hasil : Jam 08.00 bayi BAK/BAB
m) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah
7. Evaluasi
Berdasarkan rencana asuhan dan pelaksanaan dari rencana asuhan
maka dapat dievaluasi dengan hasil sebagai berikut :
kamis,8 Mei 2014, Jam 24:00WITA
a) Gangguan pemenuhan nutrisi belum teratasi dengan kriteria:
1) Berat badan bayi masih 1720 gram
2) Refleks isap bayi lemah
b) Hipotermi tidak terjadi pada bayi dengan kriteria TTV dalam batas normal:
1) S : 37 °C
2) DJ : 148 kali/menit
3) P : 56 kali/menit
c) Tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi yaitu merah, bengkak, nyeri, dan
pengeluaran pus.
61
B. Pendokumentasian
Setelah dilakukan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Bayi
Ny.”I” Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR ) di Ruang Teratai Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 8 s.d. 10 Mei 2014 dengan nomor register
26 – 57 – 06, maka dibuatlah pendokumentasian, yang diawali dengan data
subyektif, obyektif, assesment dan diakhiri dengan planning. Adapun penjabarannya
yaitu :
1. Identitas Bayi dan Orang Tua
a. Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi Ny “I”
Tanggal lahir / jam : 8-5-2014 Jam 07.00 WITA
Anak : Pertama
Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)
Umur saat dikaji : 0 hari ( 10 menit )Identitas orang tua
b. Identitas orang tua bayi
Nama Ibu/ Ayah : Ny “I”/ Tn “E”
Umur Ibu/ Ayah : 20 Tahun/ 22 Tahun
Suku : Bugis/ Bugis
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMA/ SMA
Pekerjaan : IRT / swasta
Pernikahan ke- : 1/1
Lama menikah : ±1 tahun
Alamat : Kambara
62
2. Data Subjektif (S)
Ibu mengatakan :
a. Hamil yang pertama, tidak pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran.
b. Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 8-08-2013
c. Memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak 2 kali.
d. Penyakit yang diderita selama hamil tidak ada
e. Memiliki riwayat kehamilan kembar
f. Obat-obatan yang diminum selama hamil adalah Sulfa Ferosus 90 tablet
1x1/hari.
g. Suami perokok
3. Data Objektif (O)
a. Bayi lahir tanggal 8 Mei 2014 Jam 07.00 WITA dengan persalinan normal
b. Bayi lahir segera menangis dengan BB 1720 gram, PB 48 cm, anus (+)
c. Pemeriksaan
1) BBL : 1720 gram
2) PBL : 48 cm
3) JK : ♂ (laki-laki)
4) LK : 31 cm
5) LD : 28 cm
6) Tanda-tanda vital
S : 36,6°C
DJ : 158 kali/menit
P : 56 kali/menit
63
d. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi)
1) Kepala
Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar dan
belum menutup, Tidak ada benjolan
2) Wajah
Tidak oedema, terdapat bulu-bulu tipis pada wajah dan tidak ikterus
3) Mata
Simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, konjungtiva merah
muda, mata bersih tidak ada secret
4) Hidung
Tidak ditemukan adanya kelainan
5) Mulut dan Bibir
Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap lemah
6) Telinga
Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tidak ada
secret.
7) Dada dan Perut
Dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai irama pernafasan
bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil, tali pusat
tampak basah dan terbungkus dengan kasa
8) Genetalia
Ada lubang penis, testis ada dalam kantung skrotum, ada lubang anus
9) Ekstermitas
64
Pergerakan lemah dan tidak ada cacat bawaan, kaki dipenuhi garis-
garis
10) Keadaan Kulit
Kulit tipis, terdapat lanugo pada dahi dan lengan
e. Resfleks
1) Refleks sucking (menghisap) : lemah
2) Refleks rooting (menelan) : lemah
3) Refleks graps (menggenggem) : baik
4) Refleks moro (kaget) : baik
4. Assesment (A)
a. Diagnosa actual yaitu Bayi baru lahir, cukup bulan, Berat Lahir Rendah,
gemeli,dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
b. Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi
c. Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan Dokter. Dalam kolaborasi ini
dokter memberikan instruksi yaitu meletakkan bayi dibawah infant warmer,
pemberian infuse, pasang NGT dan pemberian obat-obatan.
5. Planning (P)
Kamis, 8 Mei 2014 Jam 07.00-24.00 WITA
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : Tangan telah dibersihkan
b. Menjaga bayi agar tetap hangat
Hasil : Bayi berada didalam incubator
c. Mengisap lendir bayi.
Hasil : Lendir bayi telah di isap
65
d. Menimbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : BB: 1720 gram
e. Memantau TTV
Hasil : jam 07.00 SH : 36.6 °C, HR : 158x/menit.RR : 56x/menit.
f. Melakukan pemasangan infus.
Hasi: terpasang infuse D10 % 4 tetes / menit
g. Melakukan pemasangan NGT
Hail : NGT telah terpasang
h. Memberikan ASI/susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam
Hasil : jam 07.00 Wita telah diberikan susu formula sebanyak 2 cc
i. Pemberian obat-obatan pada bayi
Hasil : telah diberikan
Gentamisin : 10 mg/36 jam/ IV, jam 08.00 Wita
Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 Wita
j. Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : Tali pusat dibungkus dengan kasa steril
k. Memantau BAK/BAB
Hasil : jam 08.00 bayi BAK/BAB
l. Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah
C. Catatan Perkembangan
Pada catatan perkembangan ini dilakukan pemantauan selama 3 hari yaitu mulai pada
hari kamis sampai hari sabtu dengan menggunakan metode pendekatan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR Di Ruang
66
Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai Tanggal 8 s.d 10 Mei
2014.
1. Perawatan Hari Pertama
Kamis : 8 Mei 2014, Jam : 07.00-24:00.0 Wita
a) Data Subyektif (S)
Ibu cemas karena bayinya jarang menangis
b) Data Obyektif (O)
1) Keadaan umum baik
2) Berat badan : 1720 gram
3) Tanda-tanda vital
Laju jantung : 158 x/menit
Suhu : 36.6 °C
Pernapas : 56x/menit
4) Pemeriksaan fisik
(a) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril
(b) Warnah kulit kemerahan
5) Refleks
(1) Refleks sucking (menghisap) : lemah
(2) Refleks rooting (menelan) : lemah
(3) Refleks graps ( menggenggem ) : baik
c) Assesment (A)
1) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 1 hari, dengan Bayi Berat Lahir
Rendah, gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi
67
2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi
3) Tindakan segera yaitu melakukan pemasangan infuse glukosa 10%
d) Planning (P)
Minggu 08 Mei 2014 Jam 01.00-24.00 WITA
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : tangan telah dibersihkan
2) Menjaga bayi agar tetap hangat
Hasil : Bayi di inkubator
3) Menimbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : BB: 1720 gram
4) Mempertahankan pemasangan infus
Hasil : terpasang infuse D 10% 4 tetes/menit
5) Memantau TTV
Hasil : jam 07 :00.SH : 36,6 °C, HR : 158x/menit, RR :56 x/menit.
6) Memberian ASI/Susu Formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam/NGT, jam
07.00 wita
Hasil : telah diberikan susu formula
7) Memberikan obat-obatan pada bayi
Hasil : telah diberikan
Gentamisin : 10mg/36 jam/IV, jam 08.00 wita
Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 wita
8) Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : Tali pusat dibungkus dengan kasa steril
68
9) Memantau BAK/BAB
Hasil : jam 08 :00 bayi BAB/BAK
10) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : jam : 08:00.pakaian/popok bayi diganti
2. Perawatan Hari ke Dua
Jum’at : 9 Mei 2014, Jam : 01.00-24:00.0
a) Data Subyektif (S)
1) Ibu dan keluarganya cemas dengan keadaan bayinya
2) Asi ibu sudah keluar
b) Data Objektif (O)
1) Keadaan umum lemah
2) Berat badan :1670 gram
3) Tanda-tanda vital
Laju jantung : 142 x/menit
Suhu : 36,9 °C
Pernapas : 49 x/menit
4) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril
5) Warnah kulit kemerahan
6) Reflex
(a) Refleks sucking (menghisap) : lemah
(b) Refleks rooting (menelan) : lemah
(c) Refleks graps (menggenggem) : baik
(d) Refleks moro (kaget) : baik
69
c) Assesment (A)
1) Diagnosa actual yaitu bayi umur 2 hari, Bayi Berat Lahir Rendah,
gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi
d) Planning (P)
Senin, 9 Mei 2014 Jam 01.00-24.00 WITA
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : Tangan telah dibersihkan
2) Menjaga bayi agar tetap hangat.
Hasil : Bayi berada dalam incubator
3) Menimbang berat badan bayi
Hasil : BB: 1670 gram
4) Mempertahankan pemasangan infuse
Hasil : terpasang infuse D 10% 4 tetes/menit
5) Memberian ASI/Susu Formula melalui Nasogastri Tube (NGT)
Hasil : telah diberikan susu formula 2 cc jam 08.00 wita
6) Memantau TTV
Hasil : jam 07 :00.SH : 38.6 °C, HR : 132x/menit.RR :49 x/menit.
7) Mengompres bayi dengan kasa steril
Hasil : bayi sedang dikompres
8) Memantau suhu tubuh bayi setiap 15 menit
Hasil : suhu : 37,4 °C
9) Memberikan obat-obatan
Hasil : telah diberikan
70
Gentamisin : 10 mg/36 jam/IV, jam 20.00 wita
Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 wita
10) Memantau BAK/BAB
Hasil : jam 04:00 bayi BAK dan BAB
11) Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril
12) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : jam: 04:00.pakaian/popok bayi diganti
3. Perawatan Hari Ke Tiga
Sabtu, 10 Mei 2014, Jam : 01.00-24:00.0 Wita
b) Data Subjektif ( S )
1) Ibu dan keluarganya cemas dengan keadaan bayinya
2) Asi ibu suda keluar
c) Data Objektif (O)
1) Keadaan umum baik
2) Berat badan : 1620 gram
3) Tanda-tanda vital
Laju jantung : 144 x/menit
Suhu : 37.1 °C
Pernapasan : 58 x/menit
4) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril
5) Reflex
(a) Refleks sucking (menghisap) : baik
(b) Refleks rooting (menelan) : baik
71
(c) Refleks graps (menggenggem) : baik
(d) Refleks moro (kaget) : baik
d) Assesment (A)
1) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 3 hari , Bayi Berat Lahir Rendah,
gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi.
2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi.
3) Tindakan segera tidak dilakukan
e) Planning (P)
Tanggal 10 Mei 2014 Jam 01.00-24.02 WITA
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : Tangan dicuci dengan menggunakan air mengalir
2) Menjaga bayi agar tetap hangat.
Hasil : Bayi di incubator dengan suhu 37,1 °C
3) Menimbang berat badan bayi
Hasil : BB: 1620 gram
4) Memberikan obat-obatan pada bayi
Hasil : telah diberikan
Cefotaxime : 170 mg / 24 jam / IV, jam 08.00 wita
5) Menaikan tetes infus
Hasil : telah terpasang infuse D10% 14 tetes/menit
6) Bayi disusui oleh ibunya
Hasil : bayi telah disusui
7) Memantau TTV
Hasil : jam 07 :00.SH : 37.1 °C, HR : 144x/menit.RR :68 x/menit.
72
8) Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril
9) Memantau BAK/BAB
Hasil : jam 08:00 bayi BAK dan BAB
10) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : jam : 06:30.pakaian/popok bayi diganti
73
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan studi kasus
berdasarkan penerapan manajemen kebidanan kasus Pada Bayi Ny “I” dengan BBLR
di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8
s.d.10 Mei 2014. Pembahasan ini disusun berdasarakan teori dan alasan nyata
berdasarkan pendekatan manajemen kebidanan dimulai dari pengumpulan data dasar
dan diakhiri dengan evaluasi.
A. Pengumpulan Data Dasar
Pada langkahini penulis melakukan pengkajian data dasar yang meliputi data
subyektif dan data obyektif. Informasi yang diperoleh mengenai data-data
tersebut penulis dapatkan melalui wawancara langsung dari klien dan
keluarganya. Data lainnya diperoleh dari petugas kesehatan yang menangani
klien. Data di peroleh secara terfokus pada masalah klien.
1. Data subjektif /obyektif
Menurut Prawirohardjo (2007) yang menyatakan bahwa berat
badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada
kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30
minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan
tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil karena regangan yang
berlebihan sehingga menyebabkan peredaran darah plasenta
mengurang.Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000
gram lebih ringan daripada kehamilan tunggal.
74
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang telah dipaparkan diatas
maka peneliti berpendapat bahwa ada hubungan antara kehamilan kembar
dengan kejadian BBLR karena asupan makanan dari ibu ke janin harus
terbagi 2 sehingga janin kembar memperoleh asupan makanan dari ibu
lebih sedikit daripada jika janin tunggal.
Menurut teori bayi yang lahir dengan kehamilan kurang 37
minggu dengan berat badan <2500 gram adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR), dimana berat badan ini tidak sesuai dengan berat badan
seharusnya untuk usia kehamilan (N :> 2500 gram) yang disebut juga
dengan kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau dengan kata lain
prematuritas adalah hal yang dialami oleh klien yang dikaji sehingga
terdapat kesesuaian antara teori tersebut dengan fakta yang ada.
Menurut Marmi (2012) Karakteristik yang dapat ditemukan pada
premature murni adalah Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan
kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm dan lingkar dada
kurang dari 30 cm, gerakan kurang aktif otot masih hipotonis, umur
kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar dari badan rambut
tipis dan halus, tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura
besar,Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil,Pernapasan belum
teratur dan sering mengalami serangan apneu, kulit tipis dan transparan,
lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan
lengan,Lemak subkutan kurang,Genitalia belum sempurna, pada wanita
labia belum tertutup oleh labia mayora minora,Reflex mengisap dan
menelan serta reflex batuk masih lemah,Bayi premature mudah sekali
75
mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan
leukosit masih kurang dan pembentukan antibody belum sempurna.
Adapun faktor yang menjadi penyebab BBLR Dismatur menurut
teori yang disebutkan dalam buku Dewi (2010) BBLR tipe premature
disebabkan oleh : Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih
remaja, kehamilan pada usia <20 tahun atau >35 tahun,kehamilan kembar,
pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya, Cervical imcompetence
(mulut rahim yang lemah sehingga tidak mampu menahan berat bayi dalam
rahim), perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage)
dan ibu hamil yang sedang sakit.
Data kebiasaan sehari-hari biasanya klien dengan BBLR
mengalami infeksi dan rentan terjadinya hipotermi, ikterus, gangguan
tumbuh kembang, asfiksia dan kematian.
Data objektif meliputi pemeriksaan secara umum, pemeriksaan
fisik. Pada pemeriksaan umum, keadaan umum pasien baik,
kesadaran komposmentis dan pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu Suhu
badan : 36,6°C, pernapasan : 56 kali/menit, denyut jantung: 158 kali/menit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, dan perkusi
diperoleh hasil
a. Kepala besar, rambut tipis dan halus, Ubun-ubun dan sutura lebar dan
belum menutup, tidak ada benjolan
b. Wajah tidak ikterus
c. Mata simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, sonjungtiva merah
muda, mata bersih tidak ada secret
76
d. Hidung tidak ditemukan adanya kelainan
e. Mulut dan bibir normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan
mengisap lemah
f. Telinga lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih,
tidak ada secret.
g. Dada dan perut dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai
irama pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu
kecil, tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa
h. Genetalia ada lubang penis, testis belum masuk dalam kantung
skrotum, ada lubang anus.
i. Ekstermitas pergerakan lemah, tidak ada cacat bawaan
j. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada
dahi dan pelipis dahi dan lengan, lemak subkutan kurang resfleks
k. Refleks menghisap, rooting (menelan) lemah, graps (menggenggem),
moro (kaget) baik
l. Ukuran lingkaran yaitu Lingkar Kepala 31 cm, Lingkar Dada 28 cm,
Lingkar Perut 30 cm, Lila 9 cm
B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual
Berdasarkan dalam konsep dasar bahwa dalam menegakkan suatu
diagnosa atau masalah kebidanan harus berdasarkan pada pendekatan asuhan
kebidanan yang didukung dan ditunjang oleh beberapa data baik data subjektif
maupun data objektif.
Interpretasi data meliputi diagnosis kebidanan dan masalah. Dari
pengumpulan data dasar dapat ditegakkan diagnosis kebidanan yaitu : bayi
77
berat lahir rendah, bayi cukup bulan-gemeli dengan masalah gangguan
pemenuhan nutrisi. Dasar untuk menegakkan diagnosis kasus bayi Ny “I”
diperoleh dari data subjektif dan data objektif. Masalah pada BBLR gangguan
pemenuhan nutrisi merupakan masalah aktual, berdasarkan teori bahwa yang
disebutkan Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh
bayi dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah dan lambungnya kecil. Bayi
dengan BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan
pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering (Dewi,2010).
Karena kecilnya tubuh bayi dan daya isap bayi berat badan lahir rendah yang
lemah sehingga menyebabkan bayi Ny”I” mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi. Dari teori tersebut terdapat kesesuaian dengan kenyataan
pada bayi Ny “I” tubuhnya yang kecil dan refleks hisap yang lemah.
C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Berdasarkan tinjauan pustaka mengidentifikasi adanya masalah
potensial yaitu mengantisipasi jika kemungkinan dapat terjadi hipotermi,
infeksi, asfiksia dan ikterus apabila tidak tertangani dengan baik dan
berkualitas.
Menurut teori yang ada pada kasus BBLR dapat mengakibatkan
terjadinya hipotermi, infeksi, asfiksia dan ikterus (Winkjosastro,2002) dalam
Marmi, 2012.
Pada tahap ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan masalah
potensial yang diangkat. Dimana penulis mengidentifikasi masalah potensial
pada kasus ini adalah potensial terjadi hipotermi dan infeksi tali pusat.
Berdasarkan teori bayi berat lahir rendah mengalami gangguan immunologik
78
yang belum sempurna dan bayi prematur relatif belum sanggup membentuk
antibodi karena sistem kekebalan tubuh bayi belum matang yang bisa
mengakibatkan BBLR rentan terhadap infeksi selain itu, sedikitnya lemak tubuh
terutama lemak coklat yang terdapat dibawah kulit dan sistem pengaturan suhu
pada BBLR belum matang sehingga bisa mengakibatkan bayi mengalami
hipotermi, dalam hal ini penerapan tinjauan pustaka dan kasus yang ditemukan
dilahan menunjukkan adanya kesamaan antara teori dan praktek.
Berdasarkan tinjauan teori ada beberapa hal yang berbeda antara teori
dan kasus yang didapatkan di lahan, dimana perbedaannya yaitu :
1. Pada tinjauan teori pada bayi dengan BBLR dapat mengakibatkan
terjadinya asfiksia atau gagal bernapas secara spontan saat lahir atau
beberapa menit setelah lahir. Namun,pada kasus bayi Ny “I”tidak
mengalami asfiksia. Hal ini bisa terjadi karena dengan penatalaksanaan
yang berkualitas.
2. Pada tinjauan teori semua bayi prematur menjadi ikterus karena system
enzim hatinya belum matur. Namun pada kasus bayi Ny “I” tidak
mengalami ikterus. Hal ini bisa terjadi karena bayi diletakan dalam
inkubator atau dengan penatalaksanaan yang baik dan berkualitas.
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. “I” dilahan
praktek dapat diidentifikasi masalah potensial terjadinya Hipotermi dan Infeksi
dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan gizi. Dalam hal ini penerapan
tinjauan pustaka dan kasus yang ditemukan dilahan menunjukkan adanya
kesamaan antara teori dan praktek.
79
D. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi
Tindakan yang perlu segera dilakukan oleh bidan dalam penanganan
kasus BBLR adalah melakukan kolaborasi dengan dokter Anak untuk
pemberian cairan dan obat-obatan serta kolaborasi dengan bagian laboratorium
(Manuaba, 2008).
Berdasarkan tinjauan pustaka pada kasus bayi Ny. ”I” segera
diperbaiki keadaan umum, meletakan bayi kedalam inkubator, berkonsultasi
dan berkolaborasi dengan dokter Anak tentang pemberian cairan serta
berkolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya. Dengan demikian tidak ada
perbedaan antara tinjauan pustaka dan menejemen asuhan kebidanan pada studi
kasus dilahan praktek.
E. Rencana Asuhan
Rencana tindakan asuhan kebidanan, menurut Helen varney bahwa
rencna tindakan harus disetujui klien oleh sebab itu sebelumnya harus
didiskusikan dengan keluarga klien. Semua tindakan yang diambil harus
berdasarkan rasional yang relevan yang diakui kebenarannya serta situasi dan
kondisi tindakan harus dianalisa terlebih dahulu.
Pada kasus bayi Ny.”I” BBLR dengan gangguan pemenuhan nutrisi
tata cara tindakan yaitu beritahu keluarga tentang tindakan yang akan di
lakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mengisap
lender, menimbang berat badan bayi, melakukan pemasangan NGT,
memberikan susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam, memberikan obat-obatan,
rawat tali pusat bayi, memantau BAK/BAB, menganti pakaian dan popok setiap
kali basah.
80
Dalam tinjauan pustaka menanganan BBLR menurut sarwono (2009)
penanganan BBLR secara umum adalah mempertahankan suhu tubuh dengan
ketat, mencegah infeksi, pengawasan nutrisi atau ASI dan penimbangan dengan
ketat.
Dari tinjauan pustaka dan rencana asuhan kebidanan yang di berikan
pada bayi Ny.”I” ditemukan kesamaan antara apa yang ada dalam teori dengan
rencana asuhan yang diberikan dilahan praktek.
F. Pelaksanaan Asuhan
Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny.”I”
pelaksanaan tindakan didasarkan atas perencanaan yang telah ditetapkan dalam
rencana asuhan kebidanan. Berdasarkan tinjauan teori penyusunan rencana
untuk klien yang mengalami BBLR adalah dengan mempertahankan suhu tubuh
dengan ketat, mencegah infeksi dengan ketat, pengawasan nutrisi atau asi dan
penimbangan dengan ketat.
Sesuai dengan masalah yang dialami bayi Ny.”I” maka penulis
merencanakan beberapa tindakan sesuai dengan diagnose yang ada. Adapun
rencana tindakan yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga untuk setiap
tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, mengisap lender, menimbang berat badan bayi, melakukan
pemasangan NGT, memberikan susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam,
memberikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi, memantau BAK/BAB,
menganti pakaian dan popok setiap kali basah. Dari rencana asuhan kebidanan
tersebut yang telah diberikan pada kasus ini ada kesesuaian antara teori dan
kasus yang ada.
81
Pada studi kasus bayi Ny.”I” dengan BBLR secara garis besar tindakan
yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa hambatan karna
adanya kerjasama dan dukungan dari keluarga dan bidan yang menangani
langsung pasien tersebut. Dalam hal ini antara tinjauan teori rencana tindakan
pada bayi BBLR secara garis besar sama dengan kasus yang dikaji dilahan.
G. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan
kebidanan dimana pada tahap ini dinilai adanya kemajuan dan keberhasilan
dalam mengatasi masalah yang dihadapi bayi Ny“I” dalam evaluasi yang telah
dilakukan.
Berdasarkan studi kasus bayi Ny“I” dengan BBLR tidak di temukan
hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila
dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus bayi Ny“I” secara garis
besar tidak di temukan kesenjangan.
Setelah mendapatkan asuhan selama 3 hari, dari tanggal 08 Mei 2014
sampai tanggal 10 Mei 2014 didapatkan hasil KU bayi baik, gangguan
pemenuhan nutrisi teratasi.
82
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek melalui
studi kasus tentang asuhan kebidanan bayi Ny “I” dengan BBLR di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna, maka dalam bab ini penulis menarik kesimpulan
dan saran-saran.
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan data subjektif dari kasus bayi Ny “I” yaitu HPHT tanggal 8-
08-2013. Bayi lahir tanggal 8 Mei 2014 data objektif yaitu berat badan
lahir 1720 gram, kulit tipis, terdapat lanugo pada dahi dan lengan. panjang
badan 48 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar perut 30 cm.
2. Didapatkan diagnosa dari hasil pengkajian terhadap Bayi Ny.”I” yaitu bayi
baru lahir, cukup bulan, bayi berat lahir rendah, gemeli dengan masalah
gangguan pemenuhan nutrisi.
3. Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny “I” dilahan praktek
dapat diidentifikasi masalah potensial terjadinya hipotermi dan infeksi.
4. Kolaborasi dengan Dokter Anak dalam pemberian therapy yaitu pemberian
cairan infuse D10 %, pemasangan NGT dan pemberian obat-obatan.
5. Pada bayi Ny ’’I”dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) penulis
merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah actual dan
masalah potensial yaitu cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, jaga bayi agar tetap hangat, atur posisi bayi, isap lendir bayi,
timbang berat badan bayi, penatalaksanakan pemberian cairan perinfuse
83
D10% 14 tetes/menit, pemasangan NGT, rawat tali pusat dengan kasa
steril, pemberian obat-obatan dan Mengganti pakaian/popok tiap kali
basah.
6. Pada penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny “I” mulai dari
pengkajian sampai tahap akhir tidak ditemukan adanya hambatan oleh
karena adanya kerja sama antara klien dan petugas kesehatan sehingga
semua tindakan dapat terlaksana dengan baik.
7. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny “I” yaitu pada tanggal 8
s.d. 10 Mei 2014 maka di dapatkan hasil yaitu keadaan bayi Ny “I”
keadaan umum baik, dan tidak terjadi hiportermi dan infeksi.
8. Telah dilakukan pendokumentasian pada bayi Ny “I” dengan Bayi Berat
Lahir Rendah yang merupakan rangkaian dari manajemen kebidanan yang
dibuat dalam bentuk SOAP.
B. Saran
1. Pada tempat pelayanan kesehatan yag melakukan perawatan bayi
diharapkan ruangan yang cukup hangat, peralatan yang tetap steril
tersedianya tempat mencuci tangan dengan meggunakan kram/ air mengalir
dan bila memungkinkan menyiapkan pakaian khusus dalam ruangan, baik
untuk petugas maupun pengunjung bayi.
2. Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan pengawasan dan
penanganan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan serta penanganan
dan pengawasan yang tepat pada bayi khususnya berat badan lahir rendah.
3. Bagi masyarakat agar memeriksakan kehamilannya secara teratur dan
berkwalitas agar bisa dipantau keadaan janinnya.
84
4. Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa kebidanan) atau pembaca
disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari kasus ini sehingga apabila
terdapat kasus ini maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar
tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk.
85
DAFTAR PUSTAKA
Estiwidani, Dwians, dkk. 2011. Konsep Kebidanan. Fitra Maya. Yogyakarta.
Jannah, Nurul. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Kehamilan. Yogyakarta: Andi
L ana. 2014. BBLR menurut DEPKES 2014. http :// L ana.
Com/2014/8/BBLR+menurut DEPKES+2014.html, diakses tanggal 30 Maret
2015
Muslihatin, Wafi Nur. 2011. Asuhan Neonates Bayidan Balita. Fitra Maya.
Yogyakarta.
Marmi, dkk. 2012. Asuhan Neonates Bayi dan Balita dan Anak Prasekolah. Pustaka
Pelajar.Yogyakarta.
Prawirorahardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi Ke Empat. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawiro Rahardjo. Jakarta.
Sudarti. 2013. Asuhan Neonates Risiko Tinggi dan Kegawatan. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Sukanti, Sri, dkk. 2009. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi dan Anak. Transinfo Media.
Jakarta Timur.
Ulia, Musrifatur, dkk. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salenda Medika.
Jakarta.
Y kristanti. 2014. BBLR menurut WHO. http :// Y kristanti. Com/2014/10/BBLR-
Menurut-WHO.html, diakses tanggal 30 Maret 2015

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Angka kematian ibu
Angka kematian ibuAngka kematian ibu
Angka kematian ibu
Fionna Pohan
 
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 finalPelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
SelfiNice
 
Bab I oleh indra S
Bab I oleh indra SBab I oleh indra S
Bab I oleh indra S
Indra Suardi
 
LP SALIN .docx
LP SALIN .docxLP SALIN .docx
LP SALIN .docx
DNPrf
 
Angka kematian bayi dan angka kematian balita
Angka kematian bayi dan angka kematian balitaAngka kematian bayi dan angka kematian balita
Angka kematian bayi dan angka kematian balita
Ucu Solihin
 

La actualidad más candente (18)

PPT AKI & AKB
PPT AKI & AKBPPT AKI & AKB
PPT AKI & AKB
 
Angka kematian ibu
Angka kematian ibuAngka kematian ibu
Angka kematian ibu
 
Dinkes gema kibbla
Dinkes gema kibblaDinkes gema kibbla
Dinkes gema kibbla
 
Bab i doh
Bab i dohBab i doh
Bab i doh
 
Upaya Penurunan AKI dan AKB di Provinsi Sulawesi Barat
Upaya Penurunan AKI dan AKB di Provinsi Sulawesi BaratUpaya Penurunan AKI dan AKB di Provinsi Sulawesi Barat
Upaya Penurunan AKI dan AKB di Provinsi Sulawesi Barat
 
Makalah masalah kb
Makalah masalah kbMakalah masalah kb
Makalah masalah kb
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 finalPelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
 
Penapisan kelainan kandungan
Penapisan kelainan kandunganPenapisan kelainan kandungan
Penapisan kelainan kandungan
 
Program KIA di Indonesia 2017
Program KIA di Indonesia 2017Program KIA di Indonesia 2017
Program KIA di Indonesia 2017
 
Bab I oleh indra S
Bab I oleh indra SBab I oleh indra S
Bab I oleh indra S
 
BAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKebBAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKeb
 
LP SALIN .docx
LP SALIN .docxLP SALIN .docx
LP SALIN .docx
 
Pedoman PMTCT Indonesia 2011
Pedoman PMTCT Indonesia 2011Pedoman PMTCT Indonesia 2011
Pedoman PMTCT Indonesia 2011
 
Angka kematian bayi dan angka kematian balita
Angka kematian bayi dan angka kematian balitaAngka kematian bayi dan angka kematian balita
Angka kematian bayi dan angka kematian balita
 
Journal asuhan kebidanan komprehensif kehamilan (autosaved)
Journal asuhan kebidanan  komprehensif kehamilan (autosaved)Journal asuhan kebidanan  komprehensif kehamilan (autosaved)
Journal asuhan kebidanan komprehensif kehamilan (autosaved)
 
ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI
ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSIASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI
ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI
 
Anc2
Anc2Anc2
Anc2
 

Similar a Kti akbid paramata 2

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Operator Warnet Vast Raha
 
Studi kasus bendungan asi
Studi kasus bendungan asiStudi kasus bendungan asi
Studi kasus bendungan asi
Operator Warnet Vast Raha
 
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
ahmad_sanusi
 
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Dimaz LawLiedth
 
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
bagadang s
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
Operator Warnet Vast Raha
 

Similar a Kti akbid paramata 2 (20)

c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...
c.	Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...c.	Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...
c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...
 
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
 
Askeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksiaAskeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksia
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...
 
Studi kasus bendungan asi
Studi kasus bendungan asiStudi kasus bendungan asi
Studi kasus bendungan asi
 
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia beratPendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia berat
 
7 KAK KB.docx
7 KAK KB.docx7 KAK KB.docx
7 KAK KB.docx
 
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anakBab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
 
Kta
KtaKta
Kta
 
Makalah klmpok asuhan kebidanan
Makalah klmpok asuhan kebidananMakalah klmpok asuhan kebidanan
Makalah klmpok asuhan kebidanan
 
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
 
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
 
Panduan manajemen bblr untuk bidan desa
Panduan manajemen bblr untuk bidan desaPanduan manajemen bblr untuk bidan desa
Panduan manajemen bblr untuk bidan desa
 

Más de Septian Muna Barakati

Más de Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Kti akbid paramata 2

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine (Dewi, 2010). Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Dari hasil penelitian lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian (Sarwono, 2008). Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang dari 1500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1501- 2499 gram (marmi, 2012). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) hingga saat ini masih merupakan masalah diseluruh dunia karena maerupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir.N Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di Dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
  • 2. 2 sosial ekonomi rendah. Statistik menunjukkan bahwa 90% dari kejadian BBLR didapatkan di Negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram (Atikah, 2010). Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah diseluruh Dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada bayi baru lahir. Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal saat bayi (Syafrudin, 2011). Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal mencapai 37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap hari 8.000 bayi baru lahir di Dunia meninggal dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai 45% kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan seorang bayi. Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di Dunia antara lain bayi lahir prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% serta 23% lain merupakan bayi lahir dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir menempati penyebab kematian bayi ke 3 di Dunia dalam periode awal kehidupan (World Health Organization, 2012). Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008–2012) berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus (Survey
  • 3. 3 Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012). Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) angka kematian bayi (AKB) turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja sama antara tenaga kesehatan (Depkes RI, 2010). Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2010–2012 cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi 587, tertinggi terjadi di Kabupaten Muna 79 orang, menyusul Kabupaten Kolaka 67 orang dan Konawe Selatan 59 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi. Selama tahun 2014 di Kabupaten Muna dari total bayi lahir 5647 orang lahir hidup. Bayi yang lahir BBLR berjumlah 180 orang dan 13 orang diantaranya meninggal (Data Dinas Kesehatan). Berdasarakan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Muna sejak mulai di bukanya Ruang Teratai atau kamar bayi pada bulan Januari-April 2013 sampai Mei 2014 jumlah kelahiran 235, bayi yang mengalami BBLR 33 orang, dan 18 jumlah kematian bayi yang ada, 8 orang yang disebabkan BBLR (Catatan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Muna). Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga professional.Untuk menurunkan kematian BBL karena BBLR, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen BBLR pada bayi baru lahir. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan (JNPK-KR, 2008).
  • 4. 4 Melihat kejadian bayi lahir dengan kasus Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR) merupakan penyebap utama kesakitan dan kematian pada bayi dan dengan melihat dampak yang akan ditimbulkannya seperti kecerdasan, hambatan pertumbuhan, serta respons imunitas yang rendah sehingga penulis tertarik untuk melaksanakan studi kasus mengenai bayi berat lahir rendah (BBLR) di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna sebagai studi kasus yang berjudul “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014”. B. Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Diperolehnya informasi sekaligus pelayanan nyata tentang proses Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
  • 5. 5 2. Tujuan Khusus a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data dasar pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Teratai Ruang Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014. b. Dapat merumuskan diagnosa/masalah aktual Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014 c. Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014. d. Dapat mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014. e. Dapat merencanakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014. f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014. g. Dapat mengevaluasi asuhan Kebidanan yang telah diberikan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
  • 6. 6 h. Dapat mendokumentasikan semua temuan asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014. D. Manfaat Telaah 1. Manfaat Praktis Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan asuhan kebidanan dengan Bayi Berat Lahir Rendah. 2. Manfaat Ilmiah Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya khasana ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi penulis selanjutya. 3. Manfaat Institusi Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan Akademi Kebidanan Paramata Raha dalam penerapan proses asuhan kebidanan pada kasus bayi berat lahir rendah. 4. Manfaat Bagi Penulis Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan dan penerapan ilmu yang telah didapatkan pada akademi kebidanan Paramata Raha.
  • 7. 7 E. Metode Telaah Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah: 1. Studi Kepustakaan Yaitu dengan membaca buku dan makalah-makalah yang berkaitan dengan masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini. 2. Studi Kasus Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varney yaitu: identifikasi dan analisa data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual, antisipasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara: a. Anamnesa/wawancara Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarganya guna mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien tersebut. b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai ke kaki meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. c. Studi Dokumentasi Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari catatan bidan.
  • 8. 8 F. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan dalam pembuatan studi kasus ini yaitu : 1. Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup pembahasan, tujuan telaah, manfaat telaah, metode telaah dan sistematika telaah. 2. Bab II yaitu tinjauan pustaka terdiri dari telaah pustaka dan konsep manajemen kebidanan yang di dalamnya terdapat pengertian, langkah-langkah manajemen dan pendokumentasian. 3. Bab III yaitu studi kasus terdiri dari pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa dan masalah aktual, identifikasi diagnosa dan masalah potensial, menilai perlunya intervensi segera, konsultasi dan kolaborasi, perencanaan asuhan kebidanan, pelaksanaan asuhan kebidanan, evaluasi keefektifan asuhan dan pendokumentasian. 4. Bab IV yaitu pembahasan. Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan studi kasus berdasarkan penerapan Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014”. 5. Bab V yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Selain itu, dalam pembuatan kasus ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
  • 9. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telah Pustaka 1. Bayi Baru Lahir Normal a. Pengertian Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi, 2012). Masa neonatus adalah masa sejak lahir sampai dengan emapat minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0 sampai 7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7 sampai 28 hari (Wafi Nur Muslihatin, 2010). Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir sampai berusia 28 hari (neonatus). b. Ciri-ciri Bayi aterm normal memiliki berat badan sekitar 3,5 kg, panjang badan 50 cm dari atas kepala hingga tumit, lingkar kepala oksipital-frontal sekitar 34-35 cm, sebagian besar bayi montok dan memiliki perut yang menonjol. Bayi cendrung berbaring dengan sikap fleksi, dengan jari tangan jika diregangkan mencapai tinggi paha.
  • 10. 10 Verniks kaseosa merupakan zat berwarna putih dan lengket, yang ada dikulit bayi semenjak lahir.Jumlah verniks bervariasi. Fungsi verniks kaseosa adalah sebagai pelindung ketika didalam kandungan dan setelah lahir, mengering, lalu menghilang beberapa jam setelah lahir (Diane, 2011). Menurut Marmi (2012) cirri-ciri bayi baru lahir normal yaitu : 1) Berat badan 2500-4000 gram 2) Panjang badan 48-52 cm 3) Lingkar dada 30-38 cm 4) Lingkar kepala 33-35 cm 5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit 6) Pernafasan ± 40-60 kali/menit 7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup 8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna 9) Kuku agak panjang dan lemas 10) Genitalia pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minoradan pada laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada 11) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik 12) Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik 13) Refleks graps atau menggenggam sudah baik 14) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, meconiumberwarna hitam kecoklatan.
  • 11. 11 c. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus Adaptasi neonatus (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsuonal neonatus dari kehidupan diluar uterus. Adapun adaptasi bayi baru lahir adalah sebagai berikut: 1) Sistem pernapasan Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir (Marmi, 2012). 2) Jantung dan sirkulasi darah Aliran darah dari plasenta berhenti saat tali pusat diklem. Tindakan ini mengakibatkan suplei oksigen keplasenta menjadi tidak ada dan menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya. Sirkulasi janin memiliki karakteristik sirkulasi bertekanan rendah. Karena paru-paru adalah organ yang tertutup yang berisi cairan maka paru-paru memerlukan aliran darah yang minimal, sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru-paru mengalir melalui lubang atrium kanan dan kiri yang disebut dengan foramen ovale. Darah yang kaya akan oksigen ini kemudian secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus anteriosus (Marmi, 2012). 3) Saluran pencernaan Pada saat lahir aktivitas mulut sudah berfungsi yaitu mengisap dan menelan, saat mengisap lidah berposisi dengan palatum sehingga bayi
  • 12. 12 hanya bernapas melalui hidung rasa kecap dan penciuman sudah ada sejak lahir (Marmi, 2012). 4) Hepar Fungsi hepar janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih dalam keadaan imatur (belum matang) hal ini di buktikan dengan ketidak seimbangan untuk meniadakan bekas penghancuran dalam peredaran darah (Marmi, 2012). 5) Metabolisme Energi tambahan yang di perlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir, di ambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah mencapai 120 mg/100 ml. Apabila oleh sesuatu hal misalnya bayi dari ibu yang menderita DM dan BBLR perubahan glukosa akan meningkat atau terjadi gangguan pada metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglekimia (Marmi, 2012). 6) Produksi panas atau suhu tubuh Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami stres fisik akibat perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi (naik turunnya) suhu dalam uterus minimal, rentan maksimalnya hanya 0,60c sangat berbeda dengan kondisi di luar uterus (Marmi, 2012). 7) Kelenjar endokrin Pada neonatus kadang-kadang hormon yang di dapatkan oleh ibu masih berfungsi, pengaruhnya dapat di lihat misalnya pembesaran kelenjar air susu pada bayi laki-laki ataupun perempuan, kadang-kadang adanya
  • 13. 13 pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada bayi perempuan (Marmi, 2012). 8) Keseimbangan cairan dan fungsi ginjal Tubuh neonatus mengandung relatif lebih banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar dari pada kalium karena ruangan ekstra seluler luas. Bayi baru lahir cukup bulan memiliki beberapa defisit struktural dan fungsional pada sistem ginjal. Banyak dari kejadian defisit tersebut akan membaik pada bulan pertama kehidupan (Marmi, 2012). 9) Keseimabangan asam basa Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensi asidosis (Marmi, 2012). 10) Susunan saraf Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna, sehingga janin dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan mata janin amat sensitifterhadap cahaya (Marmi, 2012). 11) Imunologi Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis imunoglobin (suatu protein yang mengandung zat antibodi) diantaranya adalah IgG (imunoglobulin Gamma G). Pada neonatus hanya terdapat imunoglobulin gamma G, di bentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan, imunoglobulin gamma G pada janin berasal dari ibunya melalui plasenta (Marmi, 2012).
  • 14. 14 2. Bayi Berat Lahir Rendah a. Pengertian 1) Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang dari 1500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1501-2499 gram (Marmi,2012). 2) Bayi BBLR adalah neonatus dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir. Bayi dengan berat badan lahir ada dua kelompok yaitu bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu (preterm) yang disebut berat badan rendah premature dan bayi yang lahir dengan usia kehamilan besar 37 minggu disebut pertumbuhan janin terhambat (IUGR) (Dewi, 2010). 3) Defenisi berat badan lahir rendah (BBLR) hanya didasarkan pada berat badan dan tidak memperhitungkan usia gestasi bayi. Demikian juga, defenisi usia gestasi tidak memperhitungkan berat badan lahir (Diane, 2011). 4) BBLR adalah berat badan bayi kurang dari 2500 gram (Sudarti, 2013). 5) Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu Karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena kombinasi keduanya (Manuaba,2010).
  • 15. 15 6) Bayi berat lahir rendah (BBLR) atau low birth weight infant (LBWI), adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Wafi,2010). b. Klasifikasi BBLR 1) Berat badan Menurut Sarwono (2010) Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan dalam : a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir< 1500 gram c) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram d) Usia gestasi Berdasarkan usia gestasi BBLR dapat dibagi menjadi dua yaitu: prematuritas murni dan dismatur. Bayi prematuritas murni lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau neonatus kurang bulan- sesuai masa kehamilan (NKB-SMK). Bayi dismatur lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa kehamilan (Wafi, 2010). Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum lengkap 37 minggu gestasi. Minggu gestasi dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) dan tidak berhubungan dengan berat badan bayi, panjang bayi, lingkar kepala bayi, atau bahkan semua pengukuran janin atau ukuran neonates. Oleh karena itu, yang terpenting adalah adanya hubungan antara dua pertimbangan yang berbeda ini, yaitu berat badan (untuk pengkajian pertumbuhan) dan usia gestasi (untuk pengkajian maturitas).
  • 16. 16 Berbagai tipe bayi BBLR dapat digambarkan : (1) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin normal pada saat lahir, mereka kecil karena persalinan dimulai sebelum akhir 37 minggu gestasi. Bayi prematur ini tumbuh sesuai dengan usia gestasi mereka (SMK). (2) Bayi dengan laju pertumbuhan itrauterin lambat dan yang dilahirkan aterm atau lebih dari aterm, bayi aterm atau post-term ini pertumbuhannya kurang untuk usia gestasi. Mereka kecil untuk masa kehamilan (KMK). (3) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin lambat dan sebagai tambahan, yang dilahirkan sebelum aterm. Bayi prematur ini kecil, baik karena persalinan dini maupun pertumbuhan intrauterin yang terganggu. Mereka kecil untuk masa kehamilan dan bayi prematur. (4) Bayi yang dianggap besar untuk masa kehamilan (LGA) diberat badan berapapun bila mereka berada diatas 90 persentil (Marmi, 2011). c. Faktor Penyebab BBLR Menurut Atikah (2010) secara umum faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut a) Faktor ibu (1) Penyakit : Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia sel berat, perdarahan antepartum, hipertensi, preeklamsia berat, eklamsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan
  • 17. 17 ginjal) dan Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS, malaria, TORC. (2) Faktor Ibu diantaranya yaitu Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usai < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, Kehamilan ganda, Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (< 1 tahun), Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya. (3) Keadaan sosial ekonomi meliputi kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah, mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat, keadaan gizi yang kurang baik, pengawasan antenatal yang kurang, kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah. (4) Sebab lain seperti Ibu perokok, Ibu peminum alcohol, Ibu pecandu obat narkotik, Penggunaan obat antimetabolik. Faktor janin seperti kelainan kromosom (trisomy autosomal), infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,rubella bawaan), disautonomia familial, radiasi, kehamilan kembar/ganda (gemeli), Aplasia pancreas. b) Faktor plasenta yaitu berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramniom), luas permukaan berkurang, plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasit), infark, tumor (korioangioma, mola hidatidosa), plasenta yang lepas, sindrom plasenta yang lepas, sindrom transfuse bayi kembar (sindrom parabiotik). c) faktor lingkungan seperti bertempat tinggal didataran tinggi, terkena radiasi, terpapar zat racun.
  • 18. 18 Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat digolongkan menjadi sebagai berikut : (1) BBLR tipe KMK, disebabkan oleh : (a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi (b) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia (c) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu (d) Malaria kronik, penyakit kronik (e) Ibu hamil merokok (2) BBLR tipe prematur, disebabkan oleh : (a) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar (b) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya (c) Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah sehingga tidak mampu menahan berat bayi dalam rahim) (d) Perdarahan atau sebelum persalinan (antepartum hemorrhage) (e) Ibu hamil yang sedang sakit (f) Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya Penyebab prematur dengan berat badan rendah dibagi atas empat yaitu faktor maternal, fetal, medical, dan iatrogenic.Faktor maternal adalah penyakit yang dialami ibu selama mengandung, komplikasi persalinan seperti plasenta previa, dan perdarahan, serviks inkompeten, dan infeksi maternal.Faktor fetal adalah kehamilan ganda dan malformasi congenital. Faktor medical adalah proses kelahiran yang harus dilakukan sebelum waktunya oleh karena ibunya
  • 19. 19 diabetes, penyakit jantung yang parah, hipertensi, hipoksia fetus, hidrops fetalis, dan lain-lain (Dewi, 2010). Menurut Marmi (2012) berat badan lahir seorang bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari bayi itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah : a. Status gizi ibu hamil Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu hamil. Gizi yang cukup akan menjamin bayi lahir sehat dengan berat badan cukup. Namun, kekurangan gizi yang adekuat dapat menyebabkan berat badan lahir rendah. Status gizi ibu hamil pada trimester pertama akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa perkembangan dan pembentukan organ-organ tubuh (organogenesis). Pada trimester II dan III kebutuhan janin terhadap zat-zat gizi semakin meningkat. Jika tidak terpenuhi, plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga akan mengurangi kemampuannya mensintesis zat-zat yang dibutuhkan oleh janin. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil tersebut, dapat menggunakan beberapa cara antara lain : dengan memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur lingkar lengan atas (LILA), dan mengukur kadar Hb. b. Umur ibu saat hamil Kehamilan dibawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim,
  • 20. 20 bahkan bayi bisa prematur dan berat badan lahir kurang. Hal ini disebabkan karena wanita yang hamil muda belum bisa memberikan suplai makanan dengan baik dari tubuhnya untuk janin didalam rahimnya. Selain itu, wanita tersebut juga bisa menderita anemia karena sebenarnya ia sendiri masih membutuhkan sel darah merah tetapi sudah harus dibagi dengan janin yang ada dalam kandungannya. c. Umur kehamilan Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin, semakin tua kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah. Pada umur kehamilan 28 minggu berat janin ±1000 gram, sedangkan pada kehamilan 37-42 minggu berat janin diperkirakan mencapai 2500-3500 gram. d. Kehamilan ganda Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan untuk partumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia hamil yang dapat mnganggu pertumbuhan janin dalam rahim. e. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan tentang masalah kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh pada perilaku ibu, baik pada diri maupun terhadap perawatan kehamilannya serta pemenuhan gizi saat hamil. Tingkat pengetahuan seorang akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, informasi, pengalaman, dan social ekonomi. Pengetahuan
  • 21. 21 sangat berhubungan dengan pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan mengembangkan diri.Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah memerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi, sehingga semakin meningkat produktivitas dan kesejahteraan keluarga.Namun demikian, tingkat pendidikan tidak bisa menjamin tingkat pengetahuan seseorang. f. Penyakit ibu Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi berat badan lahir bayi jika diderita oleh ibu yang sedang hamil, misalnya : jantung, hipertensi, pre-eklamsi dan eklamsi, diabetes mellitus dan karsinoma. Penyakit tersebut dapat menimbulkan retardasi pertumbuhan intauterin (IUGR) janin, yang menyebabkan janin menjadi jauh lebih kecil dan lemah daripada yang diharapkan untuk tahap kehamilan bersangkutan. g. Faktor kebiasaan ibu Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan nutrisi yang salah dapat menyebabkan anomali plasenta karena tidak mendapat nutrisi yang cukup dari arteri plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu mengantar makanan ke janin.Selain itu, aktifitas yang berlebihan juga dapat merupakan faktor pencetus terjadinya masalah berat badan lahir rendah.
  • 22. 22 B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan 1. Pengertian Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam member asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak klien maupun yang member asuhan ( Suryani,2008 ). 2. Pedoman penerapan manajemen kebidanan Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu identifikasi masalah, analisis data dan perumusan masalah, rencara dan tindakan pelaksanaan serta hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan oleh bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti. a. Tujuan asuhan BBLR Asuhan kebidanan pada bayi berat lahir rendah adalah asuhan yang diberikan bidan pada bayi yang berat badannya kurang dari normal (<2500 gram). Adapun tujuan asuhan yang diberikan pada bayi BBLR adalah untuk mencegah terjadinya hipotermi, infeksi, ikterus, asfiksia dan kematian atau menangani secara cepat dan tepat sesuai dengan indikasi (Marmi, 2010). b. Karakteristik BBLR 1) Karakteristik BBLR Secara Umum Menurut Atikah (2010) secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah berat kurang dari 2500 gram dan panjang badan < dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar, kulit tipis,
  • 23. 23 transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea, ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, kepala tidak mampu tegak, pernapasan 40-50 kali/menit dan nadi 100-140 kali/menit. 2) Karakteristik BBLR Dismatur Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK): a) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang dari 2500 gram. b) Gerakannya cukup aktif dan tangis cukup kuat c) Kulit keriput, lemak dibawah kulit tipis d) Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, puting susu kecil. Bila cukup bulan, payudara dan puting sesuai masa kehamilan e) Bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora f) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun g) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian h) Mengisap cukup kuat (Atikah, 2010). 3) Karakteristik BBLR premature Menurut Marmi (2012) Karakteristik yang dapat ditemukan pada premature murni adalah : a) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm dan lingkar dada kurang dari 30 cm. b) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis c) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
  • 24. 24 d) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus e) Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar f) Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil g) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu h) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan lengan i) Lemak subkutan kurang j) Genitalia belum sempurna, pada wanita labia belum tertutup oleh labia mayora minora k) Reflex mengisap dan menelan serta reflex batuk masih lemah l) Bayi premature mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan prepentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas. c. Tanda dan gejala BBLR 1) BB < 2500 gram 2) PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm 3) Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus dan elastisitas daun telinga. 4) Dada : dinding thorax elastis, puting susu belum terbentuk. 5) Abdomen : distensi abdomen, kulit perut tipis dan pembuluh darah kelihatan. 6) Kulit : tipis, transparan dan pembuluh darah kelihatan.
  • 25. 25 7) Jaringan lemak subkutan sedikit dan lanugo banyak. 8) Genetalia : LK skrotum kecil, testis tidak teraba, PR labia mayora hampir tidak ada dan klitoris menonjol. 9) Ekstremitas : kadang oedema, garis telapak kaki sedikit. 10) Motorik : pergerakan masih lemah. d. Akibat BBLR 1) Gangguan tumbuh kembang Menurut (Herry,2004) dalam (Marmi, 2012) Tingginya angka ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring dengan hidup resiko tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita kekurangan gizi. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat, terlebih lagi apabila mendapat ASI eksklusif yang kurang dan makanan pendamping ASI yang tidak cukup. Oleh karena itu bayi BBLR cenderung besar menjadi balita dengan status gizi yang rendah. Balita kurang gizi cenderung tumbuh menjadi remaja yang mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai produktifitas yang rendah. Jika remaja ini tumbuh dewasa maka remaja tersebut akan menjadi dewasa yang pendek, dan apabila itu wanita maka jelas wanita tersebut akan mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR lagi dan terus berlangsung hingga hari ini. 2) Hipotermi Menurut (Winkjosastro, 2002) dalam (Marmi, 2012) Hal ini terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya jaringan lemak
  • 26. 26 dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih luas dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal. Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu yang belum berfungsi dengan baik dan produksi panas yang berkurang karena lemak coklat yang belum cukup. Oleh karena itu, pemajanan terhadap terhadap lingkungan yang dingin dapat berakibat pada perubahan fisiologis multisystem, yang secara signifikan mengganggu status kesehatan bayi. Saat suhu tubuh turun, konsumsi oksigen jaringan meningkatkan laju metabolism basalnya dengan membakar glukosa untuk menghasilkan energy dan panas (Diane, 2011). 3) Ikterus Semua bayi prematur menjadi ikterus karena system enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisitemia, memar hemolisias dan infeksi karena hiperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat betambah coklat (Marmi, 2012). 4) Asfiksia Menurut (Winkjosastro, 2002)Asfiksia atau gagal bernapas secara spontan saat lahir atau beberapa menit setelah lahir sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan perkembangan yang belum
  • 27. 27 sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung. 5) Kematian Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat badan lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih besar jika dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya normal. Oleh karena itu, ia mengalami banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya. Semakin pendek masa kehamilannya maka semakin kurang sempurna pertumbuhan organ-organ dalam tubuhnya, sehinggan mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan angka kematian pada bayit (Winkjosastro, 2002). e. Penatalaksanaan BBLR Menurut Sarwono (2009) penanganan BBLR secara umum adalah dengan mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, mencegah infeksi dengan ketat, pengawasan nutrisi atau ASI, dan penimbangan dengan ketat. Adapun penjelasannya diuraikan sebagai berikut: 1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat (Simatupang, 2008). Bila belum memiliki incubator, bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas tubuhnya dapat dipertahankan (Manuaba, 2010).
  • 28. 28 Menurut Marmi (2012) mekanisme pengaturan tempratur tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermi sangat beresiko tinggi mengalami kesakitan berat bahkan kematian.Hipotermi mudah terjadi ada bayi yang tubuhnya basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun didalam ruangan yang relati hangat. Cegah uapaya kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain : a) Segera setelah lahir , keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi. b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat. Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk dan kainyang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut dan kain hangat, kering dan bersih. c) Tutupi kepala bayi dan pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relativ luas dan bayi akan cepat kehilangan panas jika again tersebut tidak ditutup. d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memeberikan ASI karena pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
  • 29. 29 e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir karena,bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubunya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat bayi berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan bayi baru lahir. f) Tempatkan bayi dilingkungan hangat dan idealnya bayi baru lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi. g) Rangsangan taktil merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi sehat hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan. Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.
  • 30. 30 2) Mencegah Infeksi Dengan Ketat BBLR sangat rentang akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi (asaimatupang, 2008). Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR) (Marmi, 2012). Menurut sudarti (2013) pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan cara yaitu : Cara kerja aseptik, cuci tangan setiap akan memegang bayi. a) Mencegah terlalu banyak bayi dan petugas dalam satu ruangan. b) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ketempat bayi dirawat. c) Antibiotic disesuaikan dengan pola kuman. d) Membatasi tindakan seminimal mungkin. Penyediaan lingkungan yang aman bagi bayi baru lahir adalah perhatian yang utama, terutama di rumah sakit tempat bayi beresiko mengalami infeksi silang.Mencuci tangan dengan cermat dan sering menggunakan sabun atau alcohol tepat menjadi salah satu metode yang paling penting pada pencegahan infeksi. Pada situasi yang sibuk, membersihkan dengan larutan cuci tangan berbahan dasar alcohol adalah cara yang paling praktis meningkatkan kepatuhan, dan
  • 31. 31 menggunakan sarung tangan semakin mengurangi kontaminasi (Dewi, 2009). 3) Pengawasan nutrisi/ASI yang adekuat Refleks menelan BBLR belum sempurna oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung keci;l enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung, refleks masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekuensi yang lebih sering (Marmi, 2012). ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan.Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan menggunakan sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari (Manuaba, 2010).Menurut Marmi (2012) jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg) yaitu Tabel 1. JUMLAH CAIRAN YANG DIBUTUHKAN BAYI Berat (g) Umur (hari) 1 2 3 4 5+ >1500 60 80 100 120 150 <1500 80 100 120 140 150 Sumber :Menurut Marmi,2012
  • 32. 32 Tabel 2. JUMLAH ASI YANG DIBUTUHKAN BAYI Pemberian Umur (hari) 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30 Sumber : Menurut Marmi,2012 4) Penimbangan yang ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat (Sarwono, 2009). Menurut Sudarti (2013) bayi dengan berat badan 1500-2500 gr tidak boleh kehilangan berat badan >10% dari berat badan lahir 4-5 lahir dan berat badan <1500 gr dapat kehilangan berat badan sampai 15% dari berat badan lahir 7-10 hari f. Asuhan segera bayi baru lahir Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting asuhan segea setelah bayi lahir yaitu : 1) Memantau pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit sekali 2) Jaga bayi agar tetap kering dan hangat dengan cara ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut sertakan pastikan kepada bayi telah terlindung baik. 3) Memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit yaitu jika telapak bayi dingin periksa suhu aksila bayi, jika suhu kurang dari 36,5 Cᵒ segera hangatkan bayi.
  • 33. 33 4) Kontak dini dengan bayi Asuhan yang diberikan dalam waktu 24 jam yaitu : a) Lanjutkan pengamatan pernpasan, warna dan aktifitas b) Pertahankan suhu tubuh bayi c) Pemeriksaan fisik bayi d) Berikan Vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi e) Identifikasi bayi f) Perawatan lain seperti lakukan perawatan tali pusat, dalam waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi pulang ke rumah beri imunisasi BCG, Polio Oral, dan Hepatitis B, ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua, cara merawat bayi, dan beri ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam. Ketika pasien mau pulang, sebaiknya bidan melakukan evaluasi sebagai berikut : (1) Tanda-tanda vital bayi, tangisan, warna kulit, tonus otot dan tingkat aktifitas (2) Apakah bayi sudah BAB (3) Apakah bayi sudah dapat menyusu dengan benar (4) Apakah ibu menunjukkan bahwa ia sudah dapat menangani neonatal dengan benar. (5) Apakah suami dan keluarga sudah dilibatkan dalam hal perawatan neonatal.
  • 34. 34 (6) Apakah sudah cukup persediaan pakaian atau perlengkapan bayi dirumah. (7) Apakah keluarga memiliki rencana tindak lanjut kunjungan. (8) Apakah memiliki rencana transportasi ke rumah (Marmi, 2012). g. Peran bidan Bidan berperan dalam asuhan terhadap bayi dan balita terutama dalam hal: 1) Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu pemeriksaan fisik, pengukuran fisiologis (tanda-tanda fital), penampilan umum, perkembangan psikologis dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. 2) Penyuluhan kesehatan kepada keluarga, seperti pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita dan pemeriksaan rutin atau berkala terhadap bayi dan balita. 3) Tahap-tahap penting perkembangan dalam 6 minggu pertama. Bayi cukup bulan harus mencapai tahap-tahap penting perkembangan tertentu selama 6 minggu pertama kehidupan. 4) Peran bidan dalam pemberian ASI, seperti memberikan konseling pada ibu dan memberikan dukungan psikolog. 5) Peran bidan dalam pemantauan BAB bayi yaitu mengobserfasi frekuensi, konsistensi dan warna BAB bayi, memberitahu ibu agar segera mengganti popok apabila bayi BAB, memberitahu ibu pola
  • 35. 35 BAB bayi yang benar dan memberitahu ibu cara mengobservasi frekuensi, konsistensi dan warna dari BAB bayi. 6) Peran bidan dalam pemantauan BAK bayi yaitu mengobservasi frekuensi dan warna dari BAK bayi, memberitahu ibu agar segera mengganti popok apabila bayi BAK, memberitahu ibu pola BAK bayi yang benar dan memberitahu ibu cara mengobservasi frekuensi dari BAK bayi (Marmi, 2012). 3. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan Manajemen asuhan kebidanan dimulai dengan identifikasi datadasar dan diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan. Ketujuh langkah terdiri dari keseluruhan langkah kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi (Nurul Janah, 2011). Langkah tersebut sebagai berikut : a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan mementukan benar tidaknya proes interprestasi pada tahap selanjutnya. Oleh karena itu, pendekatan ini harus komprehensif, mencakup data sebjektif, data objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya serta valid. Kaji ulang
  • 36. 36 data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap, dan akurat(Nurul Jannah, 2011) Data subjektif pada pengkajian bayi BBLR di dapatkan bahwa berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan dari pada janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil karena regangan yang berlebihan sehingga menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang.Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata- rata 1000 gram lebih ringan daripada kehamilan tunggal Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR (Prawirohardjo, 2007) Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus BBLR diperlukan data obyektif yang meliputi berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm, umur kehamilan < 37 minggu, kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, Data kebiasaan sehari-hari biasanya klien dengan BBLR mengalami infeksi dan rentan terjadinya hipotermi, ikterus, gangguan tumbuh kembang, asfiksia dan kematian. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, dan perkusi diperoleh hasil: a. Kepala besar, rambut tipis dan halus, Ubun-ubun dan sutura lebar dan belum menutup, tidak ada benjolan b. Wajah tidak ikterus
  • 37. 37 c. Mata simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, sonjungtiva merah muda, mata bersih tidak ada secret d. Hidung tidak ditemukan adanya kelainan e. Mulut dan bibir normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap lemah f. Telinga lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tidak ada secret. g. Dada dan perut dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai irama pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil, tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa h. Genetalia ada lubang penis, testis belum masuk dalam kantung skrotum, ada lubang anus. i. Ekstermitas pergerakan lemah, tidak ada cacat bawaan j. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan lengan, lemak subkutan kurang resfleks k. Refleks menghisap, rooting (menelan) lemah, graps (menggenggem), moro (kaget) baik b. Langkah II: Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang diputuskan berdasarkan identifikasi yang di dapat dari anasisis-analisis dasar. Dalam penetapan diagnose bidan menggunakan pengetahuan profesional sebagai data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa kebidanan yang ditegakkan harus berlandaskan ancaman keselamatan hidup klien (Nurul Jannah, 2011)
  • 38. 38 Pada bayi BBLR ditegakkan berdasarkan dari data subyektif dan obyektif diagnosa/masalah aktual yang mungkin terjadi yaitu bayi berat lahir rendah, bayi cukup bulan-gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi. Bayi BBLR mengalami gangguan pemenuhan nutrisi karena terdapat kesukaran makan berhubung dengan adanya otot lidah dan palatum yang lemah demikian juga perkembangan susunan saraf yang tidak lengkap yaitu reflex hisap dan menelan yang lemah c. Langkah III: Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial dan Antisipasi penanganan Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin akan terjadi pada klien jika tidak mendapatkan penanganan yang akurat, yang dilakukan melalui mengamatan, observasi dan persiapan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi bila tidak segera ditangani dapat membawa dampak yang lebih berbahaya sehingga mengancam kehidupan pasien (Nurul Jannah, 2011) Berdasarkan teori bahaya atau potensial yang akan terjadi pada bayi BBLR dan gangguan pemenuhan nutrisi yaitu potensial terjadinya hipotermi, infeksi, ikterus, asfiksia dan kematian. d. Langkah IV: Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi Segera dengan Tenaga Kesehatan Lain Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh bidan atau dokter kebidanan. Hal ini terjadi pada penderita gawat darurat yang membutuhkan kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang lebih ahli sesuai keadaan klien. Pada tahap ini, bidan dapat melakukan
  • 39. 39 tindakan emergensi sesuai kewenangannya, kolaborasi maupun konsultasi untuk menyelamatkan ibu dan janin (Nurul Jannah, 2011) Pada bagian ini pula bidan mengefaluasi setiap keadaan klien untuk menentukan keadaan selanjutnya yang diperoleh dari hasil kolaborasi tindakan kesehatan lain. Bila pasien dalam keadaan normal dan tidak berpotensial terjadi hipotermi dan infeksi maka tidak perlu dilakukan tindakan segera atau kolaborasi. Dalam teori tindakan yang perlu segera dilakukan oleh bidan dalam penanganan kasus BBLR adalah melakukan kolaborasi dengan dokter Anak untuk pemberian cairan dan obat-obatan serta kolaborasi dengan bagian laboratorium (Manuaba, 2008). e. Langkah V: Rencana Asuhan Menyeluruh Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan pada tahap sebelumnya serta mengantisipasi diagnose dan masalah kebidanan serta komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan diakui kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisis dan asumsi yang seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh bidan (Nurul Jannah, 2011) Penanganan BBLR secara umum adalah pertahankan suhu tubuh dengan ketat, cegah infeksi, awasi nutrisi atau ASI dan timbang dengan ketat (Sarwono, 2009) BBLR dengan gangguan pemenuhan nutrisi tata cara tindakan yaitu beritahu keluarga tentang tindakan yang akan di lakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, isap lender, timbang
  • 40. 40 berat badan bayi, lakukan pemasangan NGT, berikan ASI/susu formula, berikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi, pantau BAK/BAB, ganti pakaian dan popok setiap kali basah. f. Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan kerjasama dengan bidan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab terhadap tindakan langsung, konsultasi maupun kolaborasi, implementasi yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya perawatan serta meningkatkan kualitas pelayanan pada klien (Nurul Jannah, 2011) Penanganan BBLR secara umum adalah mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, mencegah infeksi, pengawasan nutrisi atau ASI dan penimbangan dengan ketat sarwono (2009) Adapun pelaksanaan asuhan yang di berikan pada kasus BBLR yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga untuk setiap tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mengisap lender, menimbang berat badan bayi, melakukan pemasangan NGT, memberikan ASI/susu formula, memberikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi, memantau BAK/BAB, menganti pakaian dan popok setiap kali basah. g. Langkah VII: Evaluasi Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, apakah telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah diagnosa (Nurul Janah, 2011).
  • 41. 41 Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada BBLR yaitu gangguan pemenuhan nutrisi teratasi, hipotermi tidak terjadi pada bayi dengan kriteria TTV dalam batas normal dan tidak terdapat adanya tanda- tanda infeksi yaitu merah, bengkak, nyeri, dan pengeluaran pus. 4. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) a. Pengertian Menurut Tungpalan (1983) dalam Marmi (2012) mengatakan bahwa dokumen adalah catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hokum. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merakam peristiwa dan objek maupaun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting. Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat dan bidan setelah memberi asuhan kepada pasien.Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi satus kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan kebidanan serta respon pasien terhadap asuhan yang diterimanya.Dengan demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinik pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan.Disamping itu catatan juga dapat digunakan sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta actual untuk dipertanggungjawabkan. Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan bagian integral dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar.Dengan demikian
  • 42. 42 pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga kebidan agar mampu membuat dokumentasi kebidanan secara baik dan benar. Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, sehingga langkah-langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur pikir dalam pemecahan masalah dan mengambil keputusan klinis.Asuhan yang dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas dan logis sebagai pendokumentasian. Metode pendokumentasian SOAP merupakan inti sari dari proses pikir dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan tentang perkembangan klien (progress note) (Mirnawati, 2011). Pendokumentasian yang diterapkan dalam metode SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas.Logis dan singkat (Wafi, 2011). b. Proses Manajemen SOAP 1. S (Data Subjektif) Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah 1 varney. S (Subyektif) ini merupakan informasi yang diperoleh langsung dari klien.Informasi tersebut dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Data subjektif pada pengkajian bayi BBLR di dapatkan bahwa berat badan janin pada kehamilan kembar
  • 43. 43 lebih ringan dari pada janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil karena regangan yang berlebihan sehingga menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang.Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada kehamilan tunggal Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR (Prawirohardjo, 2007) 2. O (Data Objektif) Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment sebagai langkah 1 varney. Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dan lain- lain. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnose yang akan ditegakkan (Marmi, 2012). Gambaran klinis dari bayi BBLR adalah kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea, ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki
  • 44. 44 fleksi-lurus, kepala tidak mampu tegak, pernapasan 40-50 kali/menit, nadi 100-140 kali/menit, berat < 2500 gram dan panjang badan < dari 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm, umur kehamilan < 37 minggu (Atikah, 2010). 3. A (Assessment) Assessment menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: a) Diagnosis/ masalah ( diagnose adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi klien: hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang didapat. Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu kehamilan atau kesehatan tetapi tidak masuk dalam diagnosa ). b) Antisipasi diagnosis/ kemungkinan masalah c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/ kolaborasi, dan atau perujukan sebagai langkah 2,3, dan 4 varney (Marmi, 2012). Pada kasus BBLR assesment yang didapat seperti : a) Diagnosa aktual yaitu Bayi baru lahir, cukup bulan, Bayi Berat Lahir Rendah, gemeli,dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi
  • 45. 45 c) Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan Dokter. Dalam kolaborasi ini dokter memberikan instruksi yaitu meletakkan bayi dibawah infant warmer, pemberian infuse, pasang NGT dan pemberian obat-obatan 4. P (Planning) Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6,7 (Marmi, 2012). Berdasarkan teori penyusunan rencana untuk klien yang mengalami BBLR adalah dengan mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, mencegah infeksi dengan ketat, pengawasan nutrisi atau ASI dan penimbangan dengan ketat. Adapun pelaksanaan asuhan yang di berikan pada kasus BBLR yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga untuk setiap tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mengisap lender, menimbang berat badan bayi, melakukan pemasangan NGT, memberikan ASI/susu formula, memberikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi, memantau BAK/BAB, menganti pakaian dan popok setiap kali basah.
  • 46. 46 BAB III STUDI KASUS Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan Bayi baru lahir Pada Bayi Ny.”I” dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 8 s.d. 10 Mei 2014 dengan nomor register 26-57-06, diawali dengan identifikasi data dasar dan berakhir dengan evaluasi serta dilanjutkan dengan pendokumentasian dan catatan perkembangan. A. Manajemen 1. Pengumpulan Data Dasar Pengumpulan data dasar dilaksanakan dengan mengkaji Pada Bayi Ny.”I”Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR ) di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten MunaTanggal 8 s.d. 10 Mei 2014, jam 07.00 Wita a. Biodata 1) Identitas Bayi Nama bayi : Bayi Ny “I” Tanggal lahir / jam : 8-05-2014 Jam 07.00 WITA Anak : Pertama Jenis kelamin : ♂ (laki-laki) Umur saat dikaji : 0 hari ( 10 menit )
  • 47. 47 2) Identitas orang tua Nama Ibu/ Ayah : Ny “I”/ Tn “E” Umur Ibu/ Ayah : 20 Tahun/ 22 Tahun Suku : Bugis/ Bugis Agama : Islam/ Islam Pendidikan : SMP/SMA Pekerjaan : IRT / Swasta Pernikahan ke- : 1/1 Lama menikah : ±1 tahun Alamat : Kambara b. Data Biologis / Fisiologis 1) Keadaan bayi sekarang a) Keadaan bayi baik b) Pemeriksaan tanda-tanda vital Suhu badan : 36,6°C Pernapasan : 56 kali/menit Denyut jantung : 158 kali/menit c) Bayinya belum BAK dan BAB d) Bayinya belum disusui c. Riwayat kehamilan Ibu mengatakan : 1) Hamil yang pertama, belum pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran.
  • 48. 48 2) Hari Pertama Hari Terakhir Tanggal 8-08-2013 memeriksakan kehamilannya di Bidan sebanyak 2 kali. 3) Penyakit yang diderita selama hamil tidak ada 4) Memiliki riwayat kehamilan kembar yaitu suaminya 5) Obat-obatan yang diminum selama hamil adalah Sulfa Ferosus 90 tablet 1x1/hari. 6) Suami perokok d. Riwayat Persalinan/ Kelahiran 1) Umur kehamilan : 39 minggu 2) Tempat persalinan : di RSUD Kabupaten Muna 3) Penolong pesalinan : Dokter 4) Jenis persalinan : persalinan normal 5) Tanggal /Jam lahir : 8 Mei 2014 Jam 07.00 Wita e. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Bayi 1) Nutrisi/ Cairan Bayi belum mendapatkan asupan nutrisi /cairan saat dikaji 2) Eliminasi Bayi belum BAK dan BAB saat dikaji 3) Tidur / Istirahat : Bayi tertidur saat dikaji 4) Personal hygiene terpelihara oleh petugas 5) Pemeriksaan Umum Jenis kelamin : ♂ (laki-laki) BBL/PBL : 1720 gram/ 48 cm Keadaan Umum : Baik/ Tidak ada cacat bawaan
  • 49. 49 Masa gestasi : 39 minggu Apgar skor : 8/10 ASPEK I II Seluruh tubuh berwarna kemerah-merahan 2 2 Frekuensi jantung 110 kali/menit 2 2 Bayi menangisbila diberi ransangan 2 2 Gerakan tangan dan kaki lemah 1 2 Bayi menangis lemah 1 2 Jumlah 8 10 6) Pemeriksaan Tanada-Tanda Viatal Suhu badan : 36,6°C Pernapasan : 56 kali/menit Denyut jantung : 158 kali/menit 7) Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi) a) Kepala Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar dan belum menutup, tidak ada benjolan b) Wajah Tampak bulu-bulu tipis pada wajah, tidak ikterus c) Mata Simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, conjungtiva merah muda, mata bersih tidak ada secret d) Hidung Tidak ditemukan adanya kelainan
  • 50. 50 e) Mulut dan Bibir Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap lemah f) Telinga Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tidak ada secret. g) Leher Tidak ada trauma h) Dada dan perut Dada simetris kiri dan kanan,gerakan dada sesuai irama pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil, tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa i) Genetalia Ada lubang penis, testis ada dalam kantung skrotum, ada lubang anus. j) Ekstermitas Pergerakan lemah, dan tidak ada cacat bawaan, telapak kaki dipenuhi garis-garis k) Keadaan Kulit Kulit tipis, terdapat lanugo pada dahi dan lengan 8) Resfleks a) Refleks sucking (menghisap) : lemah b) Refleks rooting (menelan) : lemah c) Refleks graps (menggenggam) : baik
  • 51. 51 d) Refleks moro (kaget) : baik 9) Pemeriksaan Pengukuran a) Ukuran lingkaran (1) Lingkar Kepala : 31 cm (2) Lingkar Dada : 28 cm (3) Lingkar Perut : 30 cm (4) Lila : 9 cm b) Ukuran panjang (1) Kepala - Syimpisis : 22 cm (2) Sympisis kaki : 26 cm (3) Panjang lengan : 12 cm 10) Data psikologis, Spritual dan Ekonomi a) Pola emosional bayi, bayi tenang saat dikaji b) Persepsi orang tua terhadap anaknya, orang tua sabar dan mempercayakan sepenuhnya perawatan anaknya pada bidan c) Orang tua nampak tenang dan menerima keadaan bayinya serta mau bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk perawatan bayinya terutama pemberian ASI. d) Biaya hidup dan biaya perawatan ditanggung oleh Ayah 2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual Dari langkah pengumpulan data dasar, maka diagnosa yang ditetapkan yaitu bayi baru lahir, cukup bulan, bayi berat lahir rendah,gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi.
  • 52. 52 a. Bayi Baru Lahir Data Dasar 1) Data Subyektif : a) Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 08-05-2014, jam 07.00 WITA. b) Ibu mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 8-08-2013. 2) Data Obyektif : a) Tanggal pengkajian : 8-05-2014 b) Tafsiran persalinan : 15-05-2014 c) Keadaan umum : lemah d) Berat badan lahir : 1720 gram e) Panjang badan lahir : 48 cm f) Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan g) Tanda-Tanda Vital Laju jantung : 158 x/menit Pernapasan : 65 x/menit Suhu : 36,60C h) Ukuran Lingkaran Lingkar kepala : 31 cm Lingkar dada : 28 cm Lingkar perut : 30 cm Lila : 9 cm i) Ukuran panjang Kepala - Syimpisis : 22 cm Sympisis kaki : 26 cm
  • 53. 53 Analisis dan Interprestasi Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi, 2012). b. Cukup Bulan Data Dasar : 1) Data Subjekti : HPHT Tanggal 8-08-2013,dan bayi lahir tanggal 8-05-2014 2) Data Objektif : Umur kehamilan 39 minggu Analisa Dan Interpretasi Data Usia kehamilan dapat ditentukan dengan rumus neagle. Dari HPHT yaitu tanggal 8-8-2013 sampai pada bayi dilahirkan yaitu tanggal 8-05-2014 maka bayi berumur 39 minggu (250 hari),(Hutari, 2012). c. Bayi Berat Lahir Rendah Dasar : 1) Data Subjektif : - 2) Data Objektif : Berat badan 1720 gram Analisa Dan Interpretasi Data Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan lahir saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa memandang masa kehamilan (Marmi, 2012).
  • 54. 54 d. Bayi kembar Data Dasar 1) Data Subjektif : - 2) Data Objektif : Bayi kembar 2 Analisa Dan Interpretasi Data Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia hamil yang dapat menganggu pertumbuhan janin dalam rahim(Indrayani, 2013). e. Gangguan Pemenuhan Nutrisi Data Dasar 1) Data Subjektif : Bayi lahir cukup bulan dengan berat 1720 gram, dan Produksi ASI Ibu belum ada. 2) Data Objektif : Bayi Berat Lahir Rendah yaitu 1720 gram, Refleks mengisap dan menelan lemah Analisa Dan Interpretasi Data Pada BBLR terdapat kesukaran makan berhubung dengan adanya otot lidah dan palatum yang lemah demikian juga perkembangan susunan saraf yang tidak lengkap, yaitu refleks mengisap dan menelan yang lemah.Maka makanan yang diberikan sedikit demi sedikit tapi sering. (Prawirihardjo,2008).
  • 55. 55 3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Berdasarkan keadaan klien maka dapat ditetapkan adanya suatu diagnosa atau masalah potensial yang akan terjadi pada bayi Ny ‘I” yaitu terjadinya Hipotermi dan infeksi hal ini didasarkan pada data subyektif dan obyektif yaitu : a. Potensial Terjadi Infeksi Data Dasar 1) Data Subjektif : - 2) Data Objektif : Umur kehamilan 39 minggu, berat badan 1720 gram, kulit bayi tipis dan Suhu: 36,6°C Analisa Dan Interpretasi Data Hipotermi dapat terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih lama debandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal. Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu tubuh yang belum berfungsi dengan baik dan produksi panas yang berkurang karena lemak coklat yang belum cukup (Marmi, 2012). b. Potensial Terjadi Infeksi Data Dasar 1) Data Subjektif : Bayinya lahir dengan berat 1720 gram. 2) Data Objektif : Tali pusat belum puput dan basah serta berat badan lahir 1720 gram
  • 56. 56 Analisa Dan Interpretasi Data Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Kerentanan terhadap infeksi ini karena karena kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah dan fungsi imun belum sempurna (Dewi,2010). 4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi Berdasarkan data yang ada pada bayi Ny. I maka dilakukan kolaborasi dengan Dokter. Dalam kolaborasi ini dokter memberikan instruksi yaitu meletakkan bayi dibawah infran warmert, pemberian cairan melalui infus infus glukosa dan pemasangan Nasogastri Tube dan pemberian obat-obatan. 5. Rencana Asuhan Sesuai dengan beberapa diagnosa dan masalah yang ada maka dibuatlah rencana asuhan yang komprehensif dari setiap diagnosa dan masalah guna mengatasi serta memenuhi kebutuhan klien. Dalam memilih asuhan yang akan dilaksanakan dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki berdasarkan diagnosa dan masalah yang ada. a) Tujuan 1) Kebutuhan nutrisi terpenuhi 2) Tidak terjadi hipotermi pada bayi 3) Tidak terjadi infeksi b) Kriteria 1) Berat badan tetap atau penurunan tidak lebih 10 % dari berat badan lahir 2) Produksi ASI Ibu lancar dan bayi dapat menyusu dengan baik 3) TTV dalam batas normal
  • 57. 57 Suhu tubuh : 36,5°C-37,5°C Pernapasan : 30-60 kali/menit Denyut jantung : 120-160 kali/menit 4) Tidak ada tanda-tanda infeksi: merah, bengkak, panas, nyeri dan pengeluaran pus. c) Rencana tindakan 1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan dengan sabun cair dan dibilas dibawah air mengalir. Rasional : Mencegah kemungkinan kontaminasi dengan kuman sehingga tidak terjadi infeksi nasokomial. 2) Pertahankan suhu tubuh bayi dengan cara menyelimuti bayi dengan menggunakan handuk serta meletakan didalam incubator. Rasional : Bayi baru lahir dapat mengalami hipotermi, dengan adanya perubahan suhu dalam rahim kedunia luar. 3) Atur posisi bayi dengan miringkan bayi Rasional : bayi dimiringkan untuk memudahkan pengeluaran lendir. 4) Isap lendir bayi Rasional : untuk membantu membebaskan jalan nafas bayi. 5) Timbang berat badan bayi setiap hari Rasional : Berat badan bayi sebagai indikator perkembangan bayi dan merupakan pedoman pemberian nutrisi selanjutnya. 6) Observasi Tanda-Tanda Vital Rasional : Mengetahui KU bayi dan perkembangan bayi. 7) Infus bayi dengan cairan glukosa 10 % 4 tetes/menit
  • 58. 58 Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan. 8) Lakukan pemasangan NGT (Naso Gastrik Tube) Rasional : Pemberian nutrisi melalui pipa penduga, merupakan tindakan pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral 9) Berikan ASI/susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan 10) Berikan obat-obatan pada bayi Rasional : Memberikan sesuai dengan dosis dengan cara pemakaian yang benar, agar obat bias memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun keluhan yang dirasakan klien 11) Rawat tali pusat dengan steril Rasional : Mencegah infeksi tali pusat 12) Observasi BAK/BAB Rasional : mengetahuai apakah keseimbangan antara asupan dan pengeluaran bayi. 13) Ganti pakaian/popok tiap kali basah Rasional : Pakaian bayi yang basah akan mempengaruhi suhu badan bayi yang mengakibatkan evaporasi
  • 59. 59 6. Pelaksanaan Asuhan Sistematika dalam pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah direncanakan disesuaikan dengan keadaan kesehatan dari klien. Pelaksanaan asuhan tersebut adalah sebagai berikut : Kamis, 8 Mei 2014, Jam 07.00-24:00 wita a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan Hasil : tangan telah dibersihkan b) Menjaga bayi agar tetap hangat. Hasil : Bayi dalam inkubator c) Mengatur posisi bayi. Hasil : Bayi telah di miringkan. d) Mengisap lendir bayi. Hasil : Lendir bayi telah diisap e) Menimbang berat badan bayi setiap hari Hasil : BB: 1720 gram f) Memantau Tanda-Tanda Vital Hasil : jam 07.00 SH : 36.6 C HR : 158x/menit.RR :56x/menit. g) Melakukan pemasangan infus Hasil: Infuse D10 % 4 tetes / menit telah terpasang h) Melakukan pemasangan NGT Hasil : NGT telah terpasang i) Memberikan ASI/susu formula pada bayi sebanyak 2 cc setiap 6 jam Hasil : jam 07.00 bayi telah diberikan susu formula
  • 60. 60 j) Memberikan obat-obatan pada bayi Hasil : telah diberikan Gentamisin : 10 mg/36 jam/IV, jam 08.00 Wita Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 Wita k) Merawat tali pusat dengan kasa steril Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril l) Memantau BAK/BAB Hasil : Jam 08.00 bayi BAK/BAB m) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah 7. Evaluasi Berdasarkan rencana asuhan dan pelaksanaan dari rencana asuhan maka dapat dievaluasi dengan hasil sebagai berikut : kamis,8 Mei 2014, Jam 24:00WITA a) Gangguan pemenuhan nutrisi belum teratasi dengan kriteria: 1) Berat badan bayi masih 1720 gram 2) Refleks isap bayi lemah b) Hipotermi tidak terjadi pada bayi dengan kriteria TTV dalam batas normal: 1) S : 37 °C 2) DJ : 148 kali/menit 3) P : 56 kali/menit c) Tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi yaitu merah, bengkak, nyeri, dan pengeluaran pus.
  • 61. 61 B. Pendokumentasian Setelah dilakukan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Bayi Ny.”I” Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR ) di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 8 s.d. 10 Mei 2014 dengan nomor register 26 – 57 – 06, maka dibuatlah pendokumentasian, yang diawali dengan data subyektif, obyektif, assesment dan diakhiri dengan planning. Adapun penjabarannya yaitu : 1. Identitas Bayi dan Orang Tua a. Identitas Bayi Nama bayi : Bayi Ny “I” Tanggal lahir / jam : 8-5-2014 Jam 07.00 WITA Anak : Pertama Jenis kelamin : ♂ (laki-laki) Umur saat dikaji : 0 hari ( 10 menit )Identitas orang tua b. Identitas orang tua bayi Nama Ibu/ Ayah : Ny “I”/ Tn “E” Umur Ibu/ Ayah : 20 Tahun/ 22 Tahun Suku : Bugis/ Bugis Agama : Islam/ Islam Pendidikan : SMA/ SMA Pekerjaan : IRT / swasta Pernikahan ke- : 1/1 Lama menikah : ±1 tahun Alamat : Kambara
  • 62. 62 2. Data Subjektif (S) Ibu mengatakan : a. Hamil yang pertama, tidak pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran. b. Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 8-08-2013 c. Memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak 2 kali. d. Penyakit yang diderita selama hamil tidak ada e. Memiliki riwayat kehamilan kembar f. Obat-obatan yang diminum selama hamil adalah Sulfa Ferosus 90 tablet 1x1/hari. g. Suami perokok 3. Data Objektif (O) a. Bayi lahir tanggal 8 Mei 2014 Jam 07.00 WITA dengan persalinan normal b. Bayi lahir segera menangis dengan BB 1720 gram, PB 48 cm, anus (+) c. Pemeriksaan 1) BBL : 1720 gram 2) PBL : 48 cm 3) JK : ♂ (laki-laki) 4) LK : 31 cm 5) LD : 28 cm 6) Tanda-tanda vital S : 36,6°C DJ : 158 kali/menit P : 56 kali/menit
  • 63. 63 d. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi) 1) Kepala Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar dan belum menutup, Tidak ada benjolan 2) Wajah Tidak oedema, terdapat bulu-bulu tipis pada wajah dan tidak ikterus 3) Mata Simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, konjungtiva merah muda, mata bersih tidak ada secret 4) Hidung Tidak ditemukan adanya kelainan 5) Mulut dan Bibir Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap lemah 6) Telinga Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tidak ada secret. 7) Dada dan Perut Dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai irama pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil, tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa 8) Genetalia Ada lubang penis, testis ada dalam kantung skrotum, ada lubang anus 9) Ekstermitas
  • 64. 64 Pergerakan lemah dan tidak ada cacat bawaan, kaki dipenuhi garis- garis 10) Keadaan Kulit Kulit tipis, terdapat lanugo pada dahi dan lengan e. Resfleks 1) Refleks sucking (menghisap) : lemah 2) Refleks rooting (menelan) : lemah 3) Refleks graps (menggenggem) : baik 4) Refleks moro (kaget) : baik 4. Assesment (A) a. Diagnosa actual yaitu Bayi baru lahir, cukup bulan, Berat Lahir Rendah, gemeli,dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b. Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi c. Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan Dokter. Dalam kolaborasi ini dokter memberikan instruksi yaitu meletakkan bayi dibawah infant warmer, pemberian infuse, pasang NGT dan pemberian obat-obatan. 5. Planning (P) Kamis, 8 Mei 2014 Jam 07.00-24.00 WITA a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan Hasil : Tangan telah dibersihkan b. Menjaga bayi agar tetap hangat Hasil : Bayi berada didalam incubator c. Mengisap lendir bayi. Hasil : Lendir bayi telah di isap
  • 65. 65 d. Menimbang berat badan bayi setiap hari Hasil : BB: 1720 gram e. Memantau TTV Hasil : jam 07.00 SH : 36.6 °C, HR : 158x/menit.RR : 56x/menit. f. Melakukan pemasangan infus. Hasi: terpasang infuse D10 % 4 tetes / menit g. Melakukan pemasangan NGT Hail : NGT telah terpasang h. Memberikan ASI/susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam Hasil : jam 07.00 Wita telah diberikan susu formula sebanyak 2 cc i. Pemberian obat-obatan pada bayi Hasil : telah diberikan Gentamisin : 10 mg/36 jam/ IV, jam 08.00 Wita Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 Wita j. Merawat tali pusat dengan kasa steril Hasil : Tali pusat dibungkus dengan kasa steril k. Memantau BAK/BAB Hasil : jam 08.00 bayi BAK/BAB l. Mengganti pakaian/popok tiap kali basah Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah C. Catatan Perkembangan Pada catatan perkembangan ini dilakukan pemantauan selama 3 hari yaitu mulai pada hari kamis sampai hari sabtu dengan menggunakan metode pendekatan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR Di Ruang
  • 66. 66 Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai Tanggal 8 s.d 10 Mei 2014. 1. Perawatan Hari Pertama Kamis : 8 Mei 2014, Jam : 07.00-24:00.0 Wita a) Data Subyektif (S) Ibu cemas karena bayinya jarang menangis b) Data Obyektif (O) 1) Keadaan umum baik 2) Berat badan : 1720 gram 3) Tanda-tanda vital Laju jantung : 158 x/menit Suhu : 36.6 °C Pernapas : 56x/menit 4) Pemeriksaan fisik (a) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril (b) Warnah kulit kemerahan 5) Refleks (1) Refleks sucking (menghisap) : lemah (2) Refleks rooting (menelan) : lemah (3) Refleks graps ( menggenggem ) : baik c) Assesment (A) 1) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 1 hari, dengan Bayi Berat Lahir Rendah, gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
  • 67. 67 2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi 3) Tindakan segera yaitu melakukan pemasangan infuse glukosa 10% d) Planning (P) Minggu 08 Mei 2014 Jam 01.00-24.00 WITA 1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan Hasil : tangan telah dibersihkan 2) Menjaga bayi agar tetap hangat Hasil : Bayi di inkubator 3) Menimbang berat badan bayi setiap hari Hasil : BB: 1720 gram 4) Mempertahankan pemasangan infus Hasil : terpasang infuse D 10% 4 tetes/menit 5) Memantau TTV Hasil : jam 07 :00.SH : 36,6 °C, HR : 158x/menit, RR :56 x/menit. 6) Memberian ASI/Susu Formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam/NGT, jam 07.00 wita Hasil : telah diberikan susu formula 7) Memberikan obat-obatan pada bayi Hasil : telah diberikan Gentamisin : 10mg/36 jam/IV, jam 08.00 wita Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 wita 8) Merawat tali pusat dengan kasa steril Hasil : Tali pusat dibungkus dengan kasa steril
  • 68. 68 9) Memantau BAK/BAB Hasil : jam 08 :00 bayi BAB/BAK 10) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah Hasil : jam : 08:00.pakaian/popok bayi diganti 2. Perawatan Hari ke Dua Jum’at : 9 Mei 2014, Jam : 01.00-24:00.0 a) Data Subyektif (S) 1) Ibu dan keluarganya cemas dengan keadaan bayinya 2) Asi ibu sudah keluar b) Data Objektif (O) 1) Keadaan umum lemah 2) Berat badan :1670 gram 3) Tanda-tanda vital Laju jantung : 142 x/menit Suhu : 36,9 °C Pernapas : 49 x/menit 4) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril 5) Warnah kulit kemerahan 6) Reflex (a) Refleks sucking (menghisap) : lemah (b) Refleks rooting (menelan) : lemah (c) Refleks graps (menggenggem) : baik (d) Refleks moro (kaget) : baik
  • 69. 69 c) Assesment (A) 1) Diagnosa actual yaitu bayi umur 2 hari, Bayi Berat Lahir Rendah, gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi 2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi d) Planning (P) Senin, 9 Mei 2014 Jam 01.00-24.00 WITA 1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan Hasil : Tangan telah dibersihkan 2) Menjaga bayi agar tetap hangat. Hasil : Bayi berada dalam incubator 3) Menimbang berat badan bayi Hasil : BB: 1670 gram 4) Mempertahankan pemasangan infuse Hasil : terpasang infuse D 10% 4 tetes/menit 5) Memberian ASI/Susu Formula melalui Nasogastri Tube (NGT) Hasil : telah diberikan susu formula 2 cc jam 08.00 wita 6) Memantau TTV Hasil : jam 07 :00.SH : 38.6 °C, HR : 132x/menit.RR :49 x/menit. 7) Mengompres bayi dengan kasa steril Hasil : bayi sedang dikompres 8) Memantau suhu tubuh bayi setiap 15 menit Hasil : suhu : 37,4 °C 9) Memberikan obat-obatan Hasil : telah diberikan
  • 70. 70 Gentamisin : 10 mg/36 jam/IV, jam 20.00 wita Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 wita 10) Memantau BAK/BAB Hasil : jam 04:00 bayi BAK dan BAB 11) Merawat tali pusat dengan kasa steril Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril 12) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah Hasil : jam: 04:00.pakaian/popok bayi diganti 3. Perawatan Hari Ke Tiga Sabtu, 10 Mei 2014, Jam : 01.00-24:00.0 Wita b) Data Subjektif ( S ) 1) Ibu dan keluarganya cemas dengan keadaan bayinya 2) Asi ibu suda keluar c) Data Objektif (O) 1) Keadaan umum baik 2) Berat badan : 1620 gram 3) Tanda-tanda vital Laju jantung : 144 x/menit Suhu : 37.1 °C Pernapasan : 58 x/menit 4) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril 5) Reflex (a) Refleks sucking (menghisap) : baik (b) Refleks rooting (menelan) : baik
  • 71. 71 (c) Refleks graps (menggenggem) : baik (d) Refleks moro (kaget) : baik d) Assesment (A) 1) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 3 hari , Bayi Berat Lahir Rendah, gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi. 2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi. 3) Tindakan segera tidak dilakukan e) Planning (P) Tanggal 10 Mei 2014 Jam 01.00-24.02 WITA 1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan Hasil : Tangan dicuci dengan menggunakan air mengalir 2) Menjaga bayi agar tetap hangat. Hasil : Bayi di incubator dengan suhu 37,1 °C 3) Menimbang berat badan bayi Hasil : BB: 1620 gram 4) Memberikan obat-obatan pada bayi Hasil : telah diberikan Cefotaxime : 170 mg / 24 jam / IV, jam 08.00 wita 5) Menaikan tetes infus Hasil : telah terpasang infuse D10% 14 tetes/menit 6) Bayi disusui oleh ibunya Hasil : bayi telah disusui 7) Memantau TTV Hasil : jam 07 :00.SH : 37.1 °C, HR : 144x/menit.RR :68 x/menit.
  • 72. 72 8) Merawat tali pusat dengan kasa steril Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril 9) Memantau BAK/BAB Hasil : jam 08:00 bayi BAK dan BAB 10) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah Hasil : jam : 06:30.pakaian/popok bayi diganti
  • 73. 73 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan studi kasus berdasarkan penerapan manajemen kebidanan kasus Pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d.10 Mei 2014. Pembahasan ini disusun berdasarakan teori dan alasan nyata berdasarkan pendekatan manajemen kebidanan dimulai dari pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. A. Pengumpulan Data Dasar Pada langkahini penulis melakukan pengkajian data dasar yang meliputi data subyektif dan data obyektif. Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut penulis dapatkan melalui wawancara langsung dari klien dan keluarganya. Data lainnya diperoleh dari petugas kesehatan yang menangani klien. Data di peroleh secara terfokus pada masalah klien. 1. Data subjektif /obyektif Menurut Prawirohardjo (2007) yang menyatakan bahwa berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil karena regangan yang berlebihan sehingga menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang.Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada kehamilan tunggal.
  • 74. 74 Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang telah dipaparkan diatas maka peneliti berpendapat bahwa ada hubungan antara kehamilan kembar dengan kejadian BBLR karena asupan makanan dari ibu ke janin harus terbagi 2 sehingga janin kembar memperoleh asupan makanan dari ibu lebih sedikit daripada jika janin tunggal. Menurut teori bayi yang lahir dengan kehamilan kurang 37 minggu dengan berat badan <2500 gram adalah bayi berat lahir rendah (BBLR), dimana berat badan ini tidak sesuai dengan berat badan seharusnya untuk usia kehamilan (N :> 2500 gram) yang disebut juga dengan kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau dengan kata lain prematuritas adalah hal yang dialami oleh klien yang dikaji sehingga terdapat kesesuaian antara teori tersebut dengan fakta yang ada. Menurut Marmi (2012) Karakteristik yang dapat ditemukan pada premature murni adalah Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm dan lingkar dada kurang dari 30 cm, gerakan kurang aktif otot masih hipotonis, umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus, tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar,Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil,Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu, kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan lengan,Lemak subkutan kurang,Genitalia belum sempurna, pada wanita labia belum tertutup oleh labia mayora minora,Reflex mengisap dan menelan serta reflex batuk masih lemah,Bayi premature mudah sekali
  • 75. 75 mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibody belum sempurna. Adapun faktor yang menjadi penyebab BBLR Dismatur menurut teori yang disebutkan dalam buku Dewi (2010) BBLR tipe premature disebabkan oleh : Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan pada usia <20 tahun atau >35 tahun,kehamilan kembar, pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya, Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah sehingga tidak mampu menahan berat bayi dalam rahim), perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage) dan ibu hamil yang sedang sakit. Data kebiasaan sehari-hari biasanya klien dengan BBLR mengalami infeksi dan rentan terjadinya hipotermi, ikterus, gangguan tumbuh kembang, asfiksia dan kematian. Data objektif meliputi pemeriksaan secara umum, pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan umum, keadaan umum pasien baik, kesadaran komposmentis dan pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu Suhu badan : 36,6°C, pernapasan : 56 kali/menit, denyut jantung: 158 kali/menit. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, dan perkusi diperoleh hasil a. Kepala besar, rambut tipis dan halus, Ubun-ubun dan sutura lebar dan belum menutup, tidak ada benjolan b. Wajah tidak ikterus c. Mata simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, sonjungtiva merah muda, mata bersih tidak ada secret
  • 76. 76 d. Hidung tidak ditemukan adanya kelainan e. Mulut dan bibir normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap lemah f. Telinga lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tidak ada secret. g. Dada dan perut dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai irama pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil, tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa h. Genetalia ada lubang penis, testis belum masuk dalam kantung skrotum, ada lubang anus. i. Ekstermitas pergerakan lemah, tidak ada cacat bawaan j. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan lengan, lemak subkutan kurang resfleks k. Refleks menghisap, rooting (menelan) lemah, graps (menggenggem), moro (kaget) baik l. Ukuran lingkaran yaitu Lingkar Kepala 31 cm, Lingkar Dada 28 cm, Lingkar Perut 30 cm, Lila 9 cm B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual Berdasarkan dalam konsep dasar bahwa dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah kebidanan harus berdasarkan pada pendekatan asuhan kebidanan yang didukung dan ditunjang oleh beberapa data baik data subjektif maupun data objektif. Interpretasi data meliputi diagnosis kebidanan dan masalah. Dari pengumpulan data dasar dapat ditegakkan diagnosis kebidanan yaitu : bayi
  • 77. 77 berat lahir rendah, bayi cukup bulan-gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi. Dasar untuk menegakkan diagnosis kasus bayi Ny “I” diperoleh dari data subjektif dan data objektif. Masalah pada BBLR gangguan pemenuhan nutrisi merupakan masalah aktual, berdasarkan teori bahwa yang disebutkan Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah dan lambungnya kecil. Bayi dengan BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering (Dewi,2010). Karena kecilnya tubuh bayi dan daya isap bayi berat badan lahir rendah yang lemah sehingga menyebabkan bayi Ny”I” mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Dari teori tersebut terdapat kesesuaian dengan kenyataan pada bayi Ny “I” tubuhnya yang kecil dan refleks hisap yang lemah. C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Berdasarkan tinjauan pustaka mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi jika kemungkinan dapat terjadi hipotermi, infeksi, asfiksia dan ikterus apabila tidak tertangani dengan baik dan berkualitas. Menurut teori yang ada pada kasus BBLR dapat mengakibatkan terjadinya hipotermi, infeksi, asfiksia dan ikterus (Winkjosastro,2002) dalam Marmi, 2012. Pada tahap ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan masalah potensial yang diangkat. Dimana penulis mengidentifikasi masalah potensial pada kasus ini adalah potensial terjadi hipotermi dan infeksi tali pusat. Berdasarkan teori bayi berat lahir rendah mengalami gangguan immunologik
  • 78. 78 yang belum sempurna dan bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi karena sistem kekebalan tubuh bayi belum matang yang bisa mengakibatkan BBLR rentan terhadap infeksi selain itu, sedikitnya lemak tubuh terutama lemak coklat yang terdapat dibawah kulit dan sistem pengaturan suhu pada BBLR belum matang sehingga bisa mengakibatkan bayi mengalami hipotermi, dalam hal ini penerapan tinjauan pustaka dan kasus yang ditemukan dilahan menunjukkan adanya kesamaan antara teori dan praktek. Berdasarkan tinjauan teori ada beberapa hal yang berbeda antara teori dan kasus yang didapatkan di lahan, dimana perbedaannya yaitu : 1. Pada tinjauan teori pada bayi dengan BBLR dapat mengakibatkan terjadinya asfiksia atau gagal bernapas secara spontan saat lahir atau beberapa menit setelah lahir. Namun,pada kasus bayi Ny “I”tidak mengalami asfiksia. Hal ini bisa terjadi karena dengan penatalaksanaan yang berkualitas. 2. Pada tinjauan teori semua bayi prematur menjadi ikterus karena system enzim hatinya belum matur. Namun pada kasus bayi Ny “I” tidak mengalami ikterus. Hal ini bisa terjadi karena bayi diletakan dalam inkubator atau dengan penatalaksanaan yang baik dan berkualitas. Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. “I” dilahan praktek dapat diidentifikasi masalah potensial terjadinya Hipotermi dan Infeksi dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan gizi. Dalam hal ini penerapan tinjauan pustaka dan kasus yang ditemukan dilahan menunjukkan adanya kesamaan antara teori dan praktek.
  • 79. 79 D. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi Tindakan yang perlu segera dilakukan oleh bidan dalam penanganan kasus BBLR adalah melakukan kolaborasi dengan dokter Anak untuk pemberian cairan dan obat-obatan serta kolaborasi dengan bagian laboratorium (Manuaba, 2008). Berdasarkan tinjauan pustaka pada kasus bayi Ny. ”I” segera diperbaiki keadaan umum, meletakan bayi kedalam inkubator, berkonsultasi dan berkolaborasi dengan dokter Anak tentang pemberian cairan serta berkolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya. Dengan demikian tidak ada perbedaan antara tinjauan pustaka dan menejemen asuhan kebidanan pada studi kasus dilahan praktek. E. Rencana Asuhan Rencana tindakan asuhan kebidanan, menurut Helen varney bahwa rencna tindakan harus disetujui klien oleh sebab itu sebelumnya harus didiskusikan dengan keluarga klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan yang diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa terlebih dahulu. Pada kasus bayi Ny.”I” BBLR dengan gangguan pemenuhan nutrisi tata cara tindakan yaitu beritahu keluarga tentang tindakan yang akan di lakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mengisap lender, menimbang berat badan bayi, melakukan pemasangan NGT, memberikan susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam, memberikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi, memantau BAK/BAB, menganti pakaian dan popok setiap kali basah.
  • 80. 80 Dalam tinjauan pustaka menanganan BBLR menurut sarwono (2009) penanganan BBLR secara umum adalah mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, mencegah infeksi, pengawasan nutrisi atau ASI dan penimbangan dengan ketat. Dari tinjauan pustaka dan rencana asuhan kebidanan yang di berikan pada bayi Ny.”I” ditemukan kesamaan antara apa yang ada dalam teori dengan rencana asuhan yang diberikan dilahan praktek. F. Pelaksanaan Asuhan Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny.”I” pelaksanaan tindakan didasarkan atas perencanaan yang telah ditetapkan dalam rencana asuhan kebidanan. Berdasarkan tinjauan teori penyusunan rencana untuk klien yang mengalami BBLR adalah dengan mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, mencegah infeksi dengan ketat, pengawasan nutrisi atau asi dan penimbangan dengan ketat. Sesuai dengan masalah yang dialami bayi Ny.”I” maka penulis merencanakan beberapa tindakan sesuai dengan diagnose yang ada. Adapun rencana tindakan yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga untuk setiap tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mengisap lender, menimbang berat badan bayi, melakukan pemasangan NGT, memberikan susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam, memberikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi, memantau BAK/BAB, menganti pakaian dan popok setiap kali basah. Dari rencana asuhan kebidanan tersebut yang telah diberikan pada kasus ini ada kesesuaian antara teori dan kasus yang ada.
  • 81. 81 Pada studi kasus bayi Ny.”I” dengan BBLR secara garis besar tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa hambatan karna adanya kerjasama dan dukungan dari keluarga dan bidan yang menangani langsung pasien tersebut. Dalam hal ini antara tinjauan teori rencana tindakan pada bayi BBLR secara garis besar sama dengan kasus yang dikaji dilahan. G. Evaluasi Asuhan Kebidanan Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan dimana pada tahap ini dinilai adanya kemajuan dan keberhasilan dalam mengatasi masalah yang dihadapi bayi Ny“I” dalam evaluasi yang telah dilakukan. Berdasarkan studi kasus bayi Ny“I” dengan BBLR tidak di temukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus bayi Ny“I” secara garis besar tidak di temukan kesenjangan. Setelah mendapatkan asuhan selama 3 hari, dari tanggal 08 Mei 2014 sampai tanggal 10 Mei 2014 didapatkan hasil KU bayi baik, gangguan pemenuhan nutrisi teratasi.
  • 82. 82 BAB V PENUTUP Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek melalui studi kasus tentang asuhan kebidanan bayi Ny “I” dengan BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, maka dalam bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran-saran. A. Kesimpulan 1. Berdasarkan data subjektif dari kasus bayi Ny “I” yaitu HPHT tanggal 8- 08-2013. Bayi lahir tanggal 8 Mei 2014 data objektif yaitu berat badan lahir 1720 gram, kulit tipis, terdapat lanugo pada dahi dan lengan. panjang badan 48 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar perut 30 cm. 2. Didapatkan diagnosa dari hasil pengkajian terhadap Bayi Ny.”I” yaitu bayi baru lahir, cukup bulan, bayi berat lahir rendah, gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi. 3. Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny “I” dilahan praktek dapat diidentifikasi masalah potensial terjadinya hipotermi dan infeksi. 4. Kolaborasi dengan Dokter Anak dalam pemberian therapy yaitu pemberian cairan infuse D10 %, pemasangan NGT dan pemberian obat-obatan. 5. Pada bayi Ny ’’I”dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah actual dan masalah potensial yaitu cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, jaga bayi agar tetap hangat, atur posisi bayi, isap lendir bayi, timbang berat badan bayi, penatalaksanakan pemberian cairan perinfuse
  • 83. 83 D10% 14 tetes/menit, pemasangan NGT, rawat tali pusat dengan kasa steril, pemberian obat-obatan dan Mengganti pakaian/popok tiap kali basah. 6. Pada penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny “I” mulai dari pengkajian sampai tahap akhir tidak ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik. 7. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny “I” yaitu pada tanggal 8 s.d. 10 Mei 2014 maka di dapatkan hasil yaitu keadaan bayi Ny “I” keadaan umum baik, dan tidak terjadi hiportermi dan infeksi. 8. Telah dilakukan pendokumentasian pada bayi Ny “I” dengan Bayi Berat Lahir Rendah yang merupakan rangkaian dari manajemen kebidanan yang dibuat dalam bentuk SOAP. B. Saran 1. Pada tempat pelayanan kesehatan yag melakukan perawatan bayi diharapkan ruangan yang cukup hangat, peralatan yang tetap steril tersedianya tempat mencuci tangan dengan meggunakan kram/ air mengalir dan bila memungkinkan menyiapkan pakaian khusus dalam ruangan, baik untuk petugas maupun pengunjung bayi. 2. Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan pengawasan dan penanganan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan serta penanganan dan pengawasan yang tepat pada bayi khususnya berat badan lahir rendah. 3. Bagi masyarakat agar memeriksakan kehamilannya secara teratur dan berkwalitas agar bisa dipantau keadaan janinnya.
  • 84. 84 4. Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa kebidanan) atau pembaca disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari kasus ini sehingga apabila terdapat kasus ini maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk.
  • 85. 85 DAFTAR PUSTAKA Estiwidani, Dwians, dkk. 2011. Konsep Kebidanan. Fitra Maya. Yogyakarta. Jannah, Nurul. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Kehamilan. Yogyakarta: Andi L ana. 2014. BBLR menurut DEPKES 2014. http :// L ana. Com/2014/8/BBLR+menurut DEPKES+2014.html, diakses tanggal 30 Maret 2015 Muslihatin, Wafi Nur. 2011. Asuhan Neonates Bayidan Balita. Fitra Maya. Yogyakarta. Marmi, dkk. 2012. Asuhan Neonates Bayi dan Balita dan Anak Prasekolah. Pustaka Pelajar.Yogyakarta. Prawirorahardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi Ke Empat. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiro Rahardjo. Jakarta. Sudarti. 2013. Asuhan Neonates Risiko Tinggi dan Kegawatan. Nuha Medika. Yogyakarta. Sukanti, Sri, dkk. 2009. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi dan Anak. Transinfo Media. Jakarta Timur. Ulia, Musrifatur, dkk. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salenda Medika. Jakarta. Y kristanti. 2014. BBLR menurut WHO. http :// Y kristanti. Com/2014/10/BBLR- Menurut-WHO.html, diakses tanggal 30 Maret 2015