SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 10
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih panjang daripada waktu 
inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi 
otot pernapasan bekerja secara pasif. Pada keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola 
pernapasan yang paling sering adalah takipneu. Ganguan pernafasan pada bayi dan anak 
dapat disebabkan oleh berbagai kelainan organic, trauma, alargi, insfeksi dan lain-lain. 
Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir. Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut 
juga Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan 
defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi 
dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya 
menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi 
surfaktan. Penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada bayi prematur adalah 
Respiratory Distress Syndrome ( RDS ). Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang bulan, 
50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram (lemons et al,2001). Angka kejadian 
berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan menurun sejak digunakan surfaktan 
eksogen ( Malloy & Freeman 2000). Saat ini RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh 
neonatus. Defisiensi surfaktan diperkenalkan pertamakali oleh Avery dan Mead pada 1959 
sebagai faktor penyebab terjadinya RDS. Penemuan surfaktan untuk RDS termasuk salah satu 
kemajuan di bidang kedokteran, karena pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan 
ventilator dan mengurangi konsentrasi oksigen yang tinggi. Hasil-hasil dari uji coba klinik 
penggunaan surfaktan buatan (Willkinson,1985), surfaktan dari cairan amnion manusia ( 
Merrit,1986), dan surfaktan dari sejenis lembu/bovine (Enhoring,1985) dapat 
dipertanggungjawabkan dan dimungkinkan. Surfaktan dapat diberikan sebagai pencegahan 
RDS maupun sebagai terapi penyakit pernapasan pada bayi yang disebabkan adanya 
defisiensi atau kerusakan surfaktan. 
B. Tujuan Penulisan 
Dapat menerapkan asuhan keperawatan anak yang aman dan efektif pada bayi baru lahir yang 
beresiko tinggi (High Risk Newborn). 
a. Mengetahui kebutuhan dan masalah keperawatan bayi baru lahir yang beresiko tinggi. 
b. Mengetahui diagnosa keperawatan pada bayi baru lahir yang beresiko tinggi. 
c. Mengetahui cara menyusun rencana keperawatan pada bayi baru lahir yang beresiko tinggi.
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Definisi 
Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda 
takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap 
atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda 
klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada 
tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark 1986). 
Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak 
nafas berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea ), sianosis yang menetap 
dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru,adanya gambaran infiltrat 
alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular, 
perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi. 
B. Etiologi 
Defesiensi atau kerusakan surfaktan. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi 
surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksio 
sesaria. Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membran Disease 
(HMD) didapatkan pada 10% bayi prematur, yang disebabkan defisiensi surfaktan 
pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Surfaktan biasanya didapatkan pada 
paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap 
berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih 
belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan 
mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan 
akan bertambah berat. 
C. Faktor Predisposisi 
1. Prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu) dan tidak 
adanya, gangguan atau defisiensi surfactan 
2. Bayi prematur yang lahir dengan operasi caesar 
3. Penurunan suplay oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi matur atau 
prematur. 
D. Patofisiologi 
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat 
yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran
nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 
minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) 
dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan 
alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional 
pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi 
sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis. 
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya : 
*Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme anerobik dengan penimbunan asam 
laktat asam organic>asidosis metabolic. 
*Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris>transudasi kedalam 
alveoli>terbentuk fibrin>fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik>lapisan membrane 
hialin. 
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan aliran 
darah keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang 
menyebabkan terjadinya atelektasis. Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang 
pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan 
adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar. 
Secara singkat patofisiologinya dapat digambarkan sbb : Atelektasis → hipoksemia 
→asidosis → transudasi → penurunan aliran darah paru → hambatan pembentukan 
zat surfaktan → atelekstasis. Hal ini berlangsung terus sampai terjadi penyembuhan 
atau kematian. 
E. Manifestasi Klinis 
RDS mungkin terjadi pada bayi premature dengan berat badan <1000 gram. Tanda-tanda 
gangguan pernafasan berupa : Dispnue/hipernue/takipneu Sianosis Retraksi 
suprasternal / epigastrik / intercostals Grunting expirasi Mengorok ekspiratori. 
Pernapasan cuping hidung. Pernapasan kulit Didapatkan gejala lain seperti : 
Bradikardi Hipotensi Kardiomegali Edema terutama didaerah dorsal tangan atau kaki. 
Hipotermi Tonus otot yang menurun Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria 
Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu : 
Pertama, terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara, 
Kedua, bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran 
airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi 
bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru. 
Ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih
opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas. 
Keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat 
dilihat. 
F. Diagnosis 
1. Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma 
dengan overdistensi duktus alveolar 
2. Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas. 
3. Data laboratorium 
- Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk 
janin yang mempunyai predisposisi RDS) 
Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 
2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru 
Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu 
Tingkat phosphatydylinositol 
- Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, 
saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45 
- Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar 
yang rusak. 
G. Komplikasi 
Komplikasi jangka pendek dapat terjadi : 
1. kebocoran alveoli : Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak, 
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan 
RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal hipotensi, apnea, atau 
bradikardi atau adanya asidosis yang menetap. 
2. Jangkitan penyakit kerana keadaan penderita yang memburuk dan adanya 
perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul kerana tindakan 
invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi. 
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan 
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada 
bayi RDS dengan ventilasi mekanik. 
4. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi 
dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya. 
Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang
tinggi dalam paru, memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju ke 
otak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi : 
1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang 
disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD 
berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu 
menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. 
Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi. 
2. Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi 
yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan 
adanya infeksi
BAB III 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan 
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline 
Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001). 
B. Saran 
Semoga Makalah ni dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran 
sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA 
1. http://tiaraaskep.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-klien-rds.html 
2. http//www.nursemedia.info.com 
3. http//www.askep.blogspot.com 
4. http//www.duta4diagnosa.blogspot.com
Dosen : ns, nurhajarwan, s.kep 
MAKALAH 
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM 
(RDS) 
DISUSUN OLEH : 
NAMA : LM. JULWAN 
NIM : 11.11.872 
TINGKAT : II. A 
AKADEMI KEPERAWATAN 
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 
2013
KATA PENGANTAR 
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT 
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat 
menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan 
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga 
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, 
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku 
umatnya. 
makalah ini penulis membahas mengenai “RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM (RDS) ” 
dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. 
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam 
menyelesaikan makalah ini. 
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya. 
Raha, Juli 2013 
Penyusun
DAFTAR ISI 
Kata pengantar......................................................................................................... i 
Daftar isi.................................................................................................................... ii 
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1 
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1 
B. Tujuan Penulisan............................................................................................... 1 
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2 
A. devinisi Respiratory Distress Syndrom (RDS) ......................................................... 2 
B. Etiologi................................................................................................................ 2 
C. Faktor Predisposisi............................................................................................... 2 
D.Patofisiologi........................................................................................................... 2 
E. Manivestasi Klinis............................................................................................... 3 
F. Diagnosis.............................................................................................................. 4 
G. Komplikasi........................................................................................................... 3 
BAB III PENUTUP................................................................................................. 6 
3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 6 
3.2. Saran................................................................................................................. 6 
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 7

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Power point asma bronkial
Power point asma  bronkialPower point asma  bronkial
Power point asma bronkialyeliani
 
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahirPemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahirChaicha Ceria
 
hipertensi dalam kehamilan
hipertensi dalam kehamilanhipertensi dalam kehamilan
hipertensi dalam kehamilanRahayu Pratiwi
 
PEMBERIAN MGSO4 DI RSIA BUDI KEMULIAAN
PEMBERIAN MGSO4 DI RSIA BUDI KEMULIAANPEMBERIAN MGSO4 DI RSIA BUDI KEMULIAAN
PEMBERIAN MGSO4 DI RSIA BUDI KEMULIAANDokter Tekno
 
Menghitung luas luka bakar
Menghitung luas luka bakarMenghitung luas luka bakar
Menghitung luas luka bakarIma Psik Unja
 
Kelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,pptKelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,pptmartaagustinasirait
 
Job sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bblJob sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bblhanny andini
 
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitis
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitisProses keperawatan pada anak dengan bronkitis
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitiskristanto djuwahir
 
Respon orangtua terhadap bayi baru lahir,ppt
Respon orangtua terhadap bayi baru lahir,pptRespon orangtua terhadap bayi baru lahir,ppt
Respon orangtua terhadap bayi baru lahir,pptmartaagustinasirait
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanAbdul Rochman
 
Perawatan payudara
Perawatan payudaraPerawatan payudara
Perawatan payudaraPeny Ariani
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikAl-Ikhlas14
 
Adaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahir
Adaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahirAdaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahir
Adaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahiratikaindri
 
Janin akhir khmiln
Janin akhir khmilnJanin akhir khmiln
Janin akhir khmilnfikri asyura
 

La actualidad más candente (20)

86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa
 
oral thrush
oral thrushoral thrush
oral thrush
 
Power point asma bronkial
Power point asma  bronkialPower point asma  bronkial
Power point asma bronkial
 
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahirPemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
 
hipertensi dalam kehamilan
hipertensi dalam kehamilanhipertensi dalam kehamilan
hipertensi dalam kehamilan
 
PEMBERIAN MGSO4 DI RSIA BUDI KEMULIAAN
PEMBERIAN MGSO4 DI RSIA BUDI KEMULIAANPEMBERIAN MGSO4 DI RSIA BUDI KEMULIAAN
PEMBERIAN MGSO4 DI RSIA BUDI KEMULIAAN
 
Menghitung luas luka bakar
Menghitung luas luka bakarMenghitung luas luka bakar
Menghitung luas luka bakar
 
Kelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,pptKelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
 
Job sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bblJob sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bbl
 
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitis
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitisProses keperawatan pada anak dengan bronkitis
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitis
 
Tetanus Neonatorum
Tetanus NeonatorumTetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum
 
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
 
Respon orangtua terhadap bayi baru lahir,ppt
Respon orangtua terhadap bayi baru lahir,pptRespon orangtua terhadap bayi baru lahir,ppt
Respon orangtua terhadap bayi baru lahir,ppt
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
Perawatan payudara
Perawatan payudaraPerawatan payudara
Perawatan payudara
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopoldPemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold
 
Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
 
Adaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahir
Adaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahirAdaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahir
Adaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahir
 
Janin akhir khmiln
Janin akhir khmilnJanin akhir khmiln
Janin akhir khmiln
 

Similar a Makalah rds

MAKALAH WOC.docx
MAKALAH WOC.docxMAKALAH WOC.docx
MAKALAH WOC.docxsulungyona
 
Bayi dengan ards
Bayi dengan ardsBayi dengan ards
Bayi dengan ardsArmy Of God
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumSeptian Muna Barakati
 
Asuhan keperawatan anak dengan SIDS
Asuhan keperawatan anak dengan SIDSAsuhan keperawatan anak dengan SIDS
Asuhan keperawatan anak dengan SIDSdian esvani
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurMakalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaSeptian Muna Barakati
 

Similar a Makalah rds (20)

Makalah rds
Makalah rdsMakalah rds
Makalah rds
 
MAKALAH WOC.docx
MAKALAH WOC.docxMAKALAH WOC.docx
MAKALAH WOC.docx
 
2. bab 1 dan 2 hmd
2. bab 1 dan 2 hmd2. bab 1 dan 2 hmd
2. bab 1 dan 2 hmd
 
Bayi dengan ards
Bayi dengan ardsBayi dengan ards
Bayi dengan ards
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia
 
Asuhan keperawatan anak dengan SIDS
Asuhan keperawatan anak dengan SIDSAsuhan keperawatan anak dengan SIDS
Asuhan keperawatan anak dengan SIDS
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurMakalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 
Konsep medis
Konsep medisKonsep medis
Konsep medis
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 

Más de Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Makalah rds

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih panjang daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja secara pasif. Pada keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernapasan yang paling sering adalah takipneu. Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan organic, trauma, alargi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir. Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan. Penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada bayi prematur adalah Respiratory Distress Syndrome ( RDS ). Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram (lemons et al,2001). Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan menurun sejak digunakan surfaktan eksogen ( Malloy & Freeman 2000). Saat ini RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh neonatus. Defisiensi surfaktan diperkenalkan pertamakali oleh Avery dan Mead pada 1959 sebagai faktor penyebab terjadinya RDS. Penemuan surfaktan untuk RDS termasuk salah satu kemajuan di bidang kedokteran, karena pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan ventilator dan mengurangi konsentrasi oksigen yang tinggi. Hasil-hasil dari uji coba klinik penggunaan surfaktan buatan (Willkinson,1985), surfaktan dari cairan amnion manusia ( Merrit,1986), dan surfaktan dari sejenis lembu/bovine (Enhoring,1985) dapat dipertanggungjawabkan dan dimungkinkan. Surfaktan dapat diberikan sebagai pencegahan RDS maupun sebagai terapi penyakit pernapasan pada bayi yang disebabkan adanya defisiensi atau kerusakan surfaktan. B. Tujuan Penulisan Dapat menerapkan asuhan keperawatan anak yang aman dan efektif pada bayi baru lahir yang beresiko tinggi (High Risk Newborn). a. Mengetahui kebutuhan dan masalah keperawatan bayi baru lahir yang beresiko tinggi. b. Mengetahui diagnosa keperawatan pada bayi baru lahir yang beresiko tinggi. c. Mengetahui cara menyusun rencana keperawatan pada bayi baru lahir yang beresiko tinggi.
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark 1986). Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak nafas berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea ), sianosis yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru,adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi. B. Etiologi Defesiensi atau kerusakan surfaktan. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria. Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membran Disease (HMD) didapatkan pada 10% bayi prematur, yang disebabkan defisiensi surfaktan pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat. C. Faktor Predisposisi 1. Prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu) dan tidak adanya, gangguan atau defisiensi surfactan 2. Bayi prematur yang lahir dengan operasi caesar 3. Penurunan suplay oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi matur atau prematur. D. Patofisiologi Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran
  • 3. nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis. Hipoksia akan menyebabkan terjadinya : *Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme anerobik dengan penimbunan asam laktat asam organic>asidosis metabolic. *Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris>transudasi kedalam alveoli>terbentuk fibrin>fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik>lapisan membrane hialin. Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan aliran darah keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis. Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar. Secara singkat patofisiologinya dapat digambarkan sbb : Atelektasis → hipoksemia →asidosis → transudasi → penurunan aliran darah paru → hambatan pembentukan zat surfaktan → atelekstasis. Hal ini berlangsung terus sampai terjadi penyembuhan atau kematian. E. Manifestasi Klinis RDS mungkin terjadi pada bayi premature dengan berat badan <1000 gram. Tanda-tanda gangguan pernafasan berupa : Dispnue/hipernue/takipneu Sianosis Retraksi suprasternal / epigastrik / intercostals Grunting expirasi Mengorok ekspiratori. Pernapasan cuping hidung. Pernapasan kulit Didapatkan gejala lain seperti : Bradikardi Hipotensi Kardiomegali Edema terutama didaerah dorsal tangan atau kaki. Hipotermi Tonus otot yang menurun Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu : Pertama, terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara, Kedua, bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru. Ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih
  • 4. opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas. Keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat. F. Diagnosis 1. Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma dengan overdistensi duktus alveolar 2. Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas. 3. Data laboratorium - Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk janin yang mempunyai predisposisi RDS) Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu Tingkat phosphatydylinositol - Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45 - Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar yang rusak. G. Komplikasi Komplikasi jangka pendek dapat terjadi : 1. kebocoran alveoli : Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap. 2. Jangkitan penyakit kerana keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul kerana tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi. 3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik. 4. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya. Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang
  • 5. tinggi dalam paru, memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju ke otak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi : 1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi. 2. Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi
  • 6. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001). B. Saran Semoga Makalah ni dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
  • 7. DAFTAR PUSTAKA 1. http://tiaraaskep.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-klien-rds.html 2. http//www.nursemedia.info.com 3. http//www.askep.blogspot.com 4. http//www.duta4diagnosa.blogspot.com
  • 8. Dosen : ns, nurhajarwan, s.kep MAKALAH RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM (RDS) DISUSUN OLEH : NAMA : LM. JULWAN NIM : 11.11.872 TINGKAT : II. A AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2013
  • 9. KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. makalah ini penulis membahas mengenai “RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM (RDS) ” dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya. Raha, Juli 2013 Penyusun
  • 10. DAFTAR ISI Kata pengantar......................................................................................................... i Daftar isi.................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1 A. Latar Belakang.................................................................................................... 1 B. Tujuan Penulisan............................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2 A. devinisi Respiratory Distress Syndrom (RDS) ......................................................... 2 B. Etiologi................................................................................................................ 2 C. Faktor Predisposisi............................................................................................... 2 D.Patofisiologi........................................................................................................... 2 E. Manivestasi Klinis............................................................................................... 3 F. Diagnosis.............................................................................................................. 4 G. Komplikasi........................................................................................................... 3 BAB III PENUTUP................................................................................................. 6 3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 6 3.2. Saran................................................................................................................. 6 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 7