1. B. Pembahasan
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada Tn. O
dengan Post Op Nefrostomi POD I a/i Batu Ureter di Ruangan Kemuning
Bedah Umum Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, ditemukan sedikit
kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan, selama melakukan asuhan
keperawatan melalui tahap pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Tahap Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Secara konsep keluhan utama pada klien Post Op Nefrostomi POD I
a/i Batu Ureter ditemukan keluhan nyeri pada luka post operasi dan
sedangkan keluhan yang ditemukan pada Tn. O dengan Post Op
Nefrostomi POD I a/i Batu Ureter juga ditemukan nyeri pada daerah
luka bekas oprasi yaitu pada daerah pingang sebelah kanan, hal ini
sesuai dengan konsep teori yang ada.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada Tn. O yang ditemukan adalah klien
pernah mengalami riwayat penyakit ISK pada 2 tahun terakhir dan
memiliki kebiasaan jarang minum. Hal ini sesuai dengan teori, dimana
penyebab dari terjadinya batu ureter adalah infeksi saluran kemih
(ISK) dan kebiasaan jarang minum yang memicu timbulnya
pembentukan batu ginjal dan dan turun keureter sehingga menjadi batu
ureter.
95
2. c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan secara secara “ Head To Toe ”
namun dituangkan secara persistem, adapun data – data fokus yang
diperoleh saat pemeriksaan pada klien dengan Post Op Nefrostomi
POD I a/i Batu Ureter adalah sebagai berikut :
1). Sistem Perkemihan
Pada pengkajian sistem perkemihan pada Tn. O tidak ditemukan
penyimpangan, karena hasil yang didapatkan sesuai dengan konsep
yaitu : terdapat luka post op nefrostomi, terpasang kateter, serta
haluaran urine pun lancar tidak terjadi hambatan. Pada post op hari
pertama, warna urine ada sambungan selang nefrostomi menurut
teori berwarna kuning kemerahan, begitupun pula yang terjadi
pada klien Tn. O dimana warna urine sambungan selang
nefrostomi berwarna kuning kemerahan pula.
2). Sistem Muskuloskeletal
Pada Tn. O ditemukan adanya keterbatasan gerak akibat
terpasangnya kateter, infus, dan pemasangan nefrostomi. Hal ini
pun sesuai dengan konsep yang ada.
3). Sistem Integumen
Pada Tn. O ditemukan luka post op nefrostomi pada daerah
pinggang sebelah kanan. Selain itu keadaan kulit klien juga kotor
dan lengket, rambut kusam dan berketombe, kuku panjang dan
kotor, serta keadaan gigi kotor dan mulut yang bau ini dikarenakan
96
3. klien belum pernah melakukan perawatan diri karena keterbatasan
gerak dan nyeri saat melakukan aktifitas. Hal ini juga sesuai
dengan konsep yang telah ada.
d. Pola aktivitas sehari – hari
Pada klien Tn. O tidak mengalami gangguan dalam asupan nutrisi,
selain itu intake cairan juga adekuat. Hanya saja klien masih
bermasalah pada personal hygiene dan aktivitas gerak di mana
terjadinya keterbatasan aktivitas akibat masih terpasangnya kateter,
selang nfrostomi, dan infus. Tetapi setelah 3 hari penulis melakukan
asuhan keperawatan pada Tn. O klien sudah dapat melakukan
perawatan diri dan aktivitas gerak secara mandiri tanpa bantuan. Untuk
eliminasi BAB klien sudah kembali normal yaitu klien sudah bisa
BAB seperti semula hanya untuk eliminasi BAK klien masih melalui
kateter tetapi hal tersebut menurut klien sudah bukan masalah lagi
dikarenakan klien sudah terbiasa BAK melalui selang sebelumnya.
e. Aspek Psikologis
Pada Tn. O ditemukan tidak terdapat ansietas terhadap penyakitnya.
Tn. O berpendapat bahwa penyakit yang dialaminya adalah cobaan
dari yang maha kuasa dan insya ALLAH penyakitnya dapat sembuh.
Hal ini telah yang menyimpang dari konsep yang ada, yaitu biasanya
klien mengalami kecemasan yang diakibatkan kurangnya pengetahuan
klien tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan serta
dampak dari penyakitnya.
97
4. f. Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus Tn. O ditemukan beberapa perubahan dari
pemeriksaan laboratoriumnya yang berupa peningkatan kadar kretinin,
penurunan kadar hemoglobin, dan peningkatan leukosit. Hal ini sesuai
dengan konsep teori dimana beberapa aitem tersebut akan mngalami
gangguan. Penurunan kadar hemoglobin dikarenakan pendarahan post
oprasi dan peningkatan leukosit dikarenakan ada reaksi infeksi di
dalam tubuh. Peningkatan kadar kreatinin disebabkan tingginya batu
okkstuktif pada ginjal yang menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Diagnosa Keperawatan.
Adapun masalah keperawatan yang penulis dapatkan dari berbagai
literatur yang berhubungan dengan post operasi perkemihan yang sering
muncul, antara lain :
a. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik.
b. Nyeri b.d insisi bedah.
c. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter.
d. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur
dan fisiologis.
e. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.
f. Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan
post operasi dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan/informasi.
98
5. g. Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia.
h. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas
fisik sekunder terhadap pembedahan
Setelah penulis melakukan pengkajian pada Tn. O dengan Post
operasi nefrostomi a/i batu ureter ditemukan beberapa masalah
keperawatan, antara lain :
a. Nyeri b.d insisi bedah.
b. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter.
c. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
Masalah keperawatan yang tidak muncul pada kasus sesuai dengan
teori adalah :.
a. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur
dan fisiologis.
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia.
c. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik.
d. Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan
post operasi dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan/informasi.
99
6. Perbedaan tersebut diatas disebabkan oleh respon yang berbeda
antara setiap individu dan pengalaman yang sudah ada terhadap suatu
penyakit atau suatu prosedur tindakan (operasi). Pada Tn. O tidak terjadi
gangguan perubahan nutrisi dikarenakan klien tidak mengalami mual
muntah, penurunan nafsu makan serta masa indeks tubuh klien berada
pada keadaan normal. Pada diagnosa disfungsi seksual tidak diangkat
dikarenakan klien merasa sudah tua karena itu klien merasa tidak perlu
malu lagi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya.
Diagnosa selanjutnya yang tidak diangkat adalah devisit volume
cairan. Diagnosa ini tidak diangkat karna pada Tn. O tidak menunjukan
pnurunan volume cairan misalnya turgor kulit yang buruk, mukosa bibir
yang kering, dll. Sedankan diagnosa ansietas tidak diangkat karna Tn. O
tidak terlalu khawatir dengan kondisi penyakitnya. Tn. O berpandangan
bahwa penyakitnya adalah cobaan dari ALLAH SWT dan insya ALLAH
penyakitnya dapat sembuh.
3. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini rencana keperawatan yang penulis rancang sesuai dengan
data – data fokus yang menunjukkan terjadinya kesenjangan yang
ditemukan saat pengkajian. Pada tahap ini penulis dapat menetapkan
perencanaan karena ada faktor pendukung sebagai berikut :
a. Bimbingan dan arahan dari pembimbing pendidikan maupun
ruangan.
100
7. b. Penulis mencoba untuk mencari buku yang sesuai dengan kasus
termasuk media lainnya.
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan masalah keperawatan
dan kemungkinan untuk dapat diatasi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Pada masalah resiko infeksi penulis mengganti balutan klien
setiap hari (1 kali sehari), memberikan antibiotik Cefotaxim 2x 1 gram
IV sesuai order, selalu menjaga sterilitas dari alat yang akan
digunakan untuk mengganti balutan luka klien. Penulis membantu
klien dalam merawat kebersihan diri klien (personal hygiene) seperti ;
membantu klien keramas, dan potong kuku. Penulis juga memberikan
analgetik Tramadol 2x 100 gram/Drips sesuai order, mengatur posisi
tidur klien (semi fowler) untuk memberikan rasa nyaman dan
mengurangi rasa nyeri. Selain itu juga penulis memberikan penkes
tentang manajemen nyeri non farmakologi.
4. Tahap Pelaksanaan
Selama pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan penulis dapat
melakukan semua tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan, karena didukung oleh faktor faktor sebagai berikut :
a. Peran serta keluarga klien yang mau terlibat dalam asuhan
keperawatan
b. Bimbingan dari para pembimbing
101
8. c. Kelengkapan alat – alat untuk melakukan tindakan
keperawatan yang telah tersedia.
Pada tahap ini merupakan realisasi dari perencanaan yang telah
disusun sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan
yang merupakan suatu pendukung berjalanya tahap oelaksanaan adalah
kerjasama yang baik antara perawat, klien, keluarga yang
memudahkan dalam setiap tindakankeperawatan yang dilakukan.
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Pada tahap ini dapat menunjukkan adanya kemajuan atas keberhasilan
dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien. Evaluasi yang
dilakukan penulis selama 3 hari terhadap masalah yang dialami klien tidak
teratasi. Hal ini disebabkan karena studi kasus yang dilakukan dengan
waktu yang sangat terbatas yaitu 3 hari.
Pada tahap evaluasi ini akan diuraikan pencapaian tujuan setelah
asuhan keperawatan dilaksanakan. Dari semua diagnosa keperawatan yang
didapatkan pada kasus nyata terdapat satu diagnose keperawatan yang
dapat di atasi yakni ancietas berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi dan satu diagnose risiko menunjukan keadaan tidak terjadi.
Hampir semua masalah pada klien setelah dilakukan asuhan
keperawata selama 3 hari telah teratasi.hal ini didukung karna kerjasama
yang baik antara perawat, klien maupun keluarga dalam melakukan asuhan
keperawatan. Adapun masalah yang belum teratasi adalah resiko infeksi
102
9. yang mungkin akan dapat terjadi yang disebabkan oleh luka post op yang
belum sembuh dan selang nefrostomi yang belum tercabut.
Jadi pengkajian akhir belum dapat di evaluasi secara tuntas. Pasien
masih sementara dirawat di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung akan tetapi
dengan gambaran yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
terlaksananya implementasi ini karena ditunjang oleh sarana dan prasarana
yang ada, kerjasama yang baik antara keluarga dan perawat serta tenaga
kesehatan lainnya
103
10. yang mungkin akan dapat terjadi yang disebabkan oleh luka post op yang
belum sembuh dan selang nefrostomi yang belum tercabut.
Jadi pengkajian akhir belum dapat di evaluasi secara tuntas. Pasien
masih sementara dirawat di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung akan tetapi
dengan gambaran yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
terlaksananya implementasi ini karena ditunjang oleh sarana dan prasarana
yang ada, kerjasama yang baik antara keluarga dan perawat serta tenaga
kesehatan lainnya
103