SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 37
Descargar para leer sin conexión
Karya Tulis Ilmiah

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS IBU DENGAN
KEJADIAN BBLR DI RSUD BANJARBARU
TAHUN 2011

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan
Pada Jurusan Kebidanan Prodi D III
Program Regular

Oleh :
DWI LIS STIANI
NIM. PO7124009046

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D III
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini kematian bayi di Indonesia masih tergolong tertinggi jika
dibandingkan dengan negara di ASEAN, hal itu tercermin dari perbandingan
dengan jumlah angka kematian bayi di negara tetangga seperti Singapura (3
per 1000), Brunei Darussalam (8 per 1000), Malaysia (10 per 1000), Vietnam
(18 per 1000) dan Thailand (20 per 1000). Angka kematian bayi (Infant
Mortality Rate) ialah banyaknya kematian bayi berumur dibawah satu tahun
per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun (Metrotvnews, 2010).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kependudukan Indonesia pada
tahun 2007, didapati sebanyak 35 kasus kematian per 1000 kelahiran
menimpa bayi. Menurut Millenium Development Goals (MDGs), tahun 2015
Indonesia harus mampu menurunkan angka kematian bayi hingga 23 per 1000
kelahiran hidup. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang
terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada masa
neonatus salah satunya BBLR masih merupakan masalah di dunia karena
merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir
(Maryunani, 2009).
Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia
dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang dan angka kematiannya
35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500
gram (Pantiawati, 2010).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR diantaranya
adalah faktor ibu yaitu penyakit ibu (toksemia gravidarum, perdarahan
antepartum, diabetes mellitus), umur < 20 tahun atau > 35 tahun, ibu dengan
paritas 1 dan ≥ 4 (Muslihatun, 2010).
Dalam reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang berisiko untuk kehamilan
dan persalinan adalah umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Ibu
hamil pertama pada umur < 20 tahun, rahim dan panggul ibu seringkali belum
tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan
kesehatan janin dalam kandungan. Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi
yaitu bayi lahir belum cukup bulan dan perdarahan dapat terjadi
sebelum/sesudah bayi lahir. Pada ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih,
terjadi perubahan jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi
(Rochyati, 2003).
Ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4 berisiko melahirkan BBLR, pada
primimuda, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran
dewasa akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam
kandungan. Pada primitua, mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ
kandungan menua, jalan lahir juga bertambah kaku. Ada kemungkinan lebih
besar mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.
Sedangkan pada ibu dengan paritas ≥ 4, karena ibu sering melahirkan maka
kemungkinan akan timbul gangguan pada kesehatannya seperti anemia,
kurang gizi, kekendoran pada dinding perut dan rahim sehingga
mengakibatkan terjadinya BBLR (Rochyati, 2003).
Angka kematian bayi akibat BBLR di Kalimantan Selatan tahun 2009
mengalami peningkatan, yaitu dari 521 bayi yang meninggal tercatat 168
(32,2%) adalah BBLR. Sedangkan pada tahun 2010, dari 611 bayi yang
meninggal tercatat 199 (32,6%) adalah BBLR (Dinkes, 2010).
Menurut data yang ada di RSUD Banjarbaru tahun 2010, dari 735
kelahiran, jumlah bayi berat lahir normal (BBLN) sebanyak 633 bayi (86,1%),
sedangkan jumlah BBLR sebanyak 102 bayi (13,8%). Pada tahun 2011 dari
918 kelahiran, jumlah BBLN sebanyak 780 bayi (84,9%), sedangkan jumlah
BBLR sebanyak 138 bayi (15,0%).
Berdasarkan data tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti
hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru
tahun 2011.

B. Rumusan Masalah
Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 kejadian BBLR
mengalami peningkatan sebanyak 1,2% dari 102 kasus (13,8%) menjadi 138
kasus (15,0%). Berdasarkan pernyataan

masalah maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut “Apakah ada hubungan umur dan
paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian BBLR di
RSUD Banjarbaru tahun 2011
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi umur ibu bersalin di RSUD Banjarbaru tahun 2011
b. Mengidentifikasi paritas ibu bersalin di RSUD Banjarbaru tahun 2011
c. Menganalisa hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD
Banjarbaru tahun 2011
d. Menganalisa hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD
Banjarbaru tahun 2011

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan, wawasan dalam upaya pencegahan
dan penanganan BBLR serta memberikan pengalaman dalam pembuatan
karya tulis ilmiah
2. Bagi pihak RSUD Banjarbaru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang
kejadian BBLR dan penyebab terjadinya BBLR.
3. Bagi peneliti lain
Dapat digunakan sebagai salah satu data dasar untuk penelitian selanjutnya
khususnya tentang BBLR.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Jayanti Oktrina dengan judul
faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya BBLR di RSUD Ulin
Banjarmasin tahun 2006 dengan variabel umur, paritas dan kehamilan
kembar, pendekatan yang digunakan adalah cross sectional dan didapatkan
hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan antara umur dan paritas dengan
terjadinya BBLR dan ada hubungan yang bermakna kehamilan kembar
dengan terjadinya BBLR.
Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada rancangan
penelitian, tempat dan tahun penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1.

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
a.

Pengertian
1) Berat bayi lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram (Muslihatun, 2010).
2) Berat bayi lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Saifuddin,
2009).
3) World heath organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan
bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama
dengan 2500 gram disebut low birth weight infant (BBLR), karena
morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada
berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi
tersebut. Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara ringkas
bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010).
b.

Klasifikasi
1) Menurut Maryunani (2009) bayi/neonatus yang termasuk dalam
BBLR merupakan salah satu dari keadaan berikut ini:
a) NKB SMK (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan)
adalah bayi prematur dengan berat badan lahir yang sesuai masa
kehamilan
b) NKB KMK (neonatus kurang bulan - kecil masa kehamilan)
adalah bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari
normal menurut usia kehamilan
c) NCB KMK (nenonatus cukup bulan - kecil untuk masa
kehamilan) adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan berat
badan lahir kurang dari normal.
Selain itu menurut Maryunani (2009), BBLR dibagi lagi
berdasarkan berat badan lahir, yaitu:
a) Bayi dengan berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi
yang lahir dengan berat badan lahir antara 1000 - 1500 gram
b) Bayi dengan berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah
bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram
2) Menurut Pantiawati (2010), BBLR dapat dikelompokkan menjadi
prematuritas murni dan dismaturitas
a) Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk
usia kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa
kehamilan (NKB-SMK).
b) Dismaturitas adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat
badan yang seharusnya untuk usia kehamilannya, biasa disebut
dengan bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK).
c.

Etiologi
1) Menurut Muslihatun (2010)
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya berat bayi
lahir rendah diantaranya adalah faktor ibu yaitu penyakit ibu
(toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, diabetes mellitus),
umur < 20 tahun atau > 35 tahun, ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4.
Faktor

janin

yang

dapat

menyebabkan

BBLR,

diantaranya

hidramnion, kehamilan ganda, dan lain-lain.
2) Menurut Pantiawati (2010)
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.
Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor
plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta
faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
3) Menurut Manuaba (1998), etiologi BBLR adalah:
a) Faktor ibu
(1) Gizi saat hamil yang kurang
(2) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
(3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
(4) Penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung, perokok)
(5) Faktor pekerja yang terlalu berat
b) Faktor kehamilan
(1) Hamil dengan hidramnion
(2) Hamil ganda
(3) Perdarahan antepartum
(4) Komplikasi hamil: pre-eklampsia/eklampsia, ketuban pecah
dini
c) Faktor janin
(1) Cacat bawaan
(2) Infeksi dalam rahim
d) Faktor yang masih belum diketahui
d.

Penatalaksanaan
Menurut Mitayani (2009) penatalaksanaan pada bayi BBLR adalah :
1) Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain kering,
selimuti dan gunakan topi untuk menghindari adanya kekurangan
panas.
2) Awasi frekuensi pernapasan, terutama dalam 24 jam pertama guna
mengetahui sindrom aspirasi mekonium
3) Pantau suhu di sekitar bayi, jangan sampai kedinginan., hal ini karena
bayi BBLR mudah hipertemi akibat luas dari permukaan tubuh bayi
relatif lebih besar dari lemak subkutan.
4) Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama
5) Jika bayi haus, beri makanan dini yang berguna untuk mencegah
hipoglikemi
6) Jika bayi sianosis atau sulit bernapas, beri oksigen lewat kateter
hidung
e.

Upaya menurunkan terjadinya kasus BBLR
Menurut Proverawati (2010) upaya yang dilakukan untuk menurunkan
kejadian BBLR adalah :
1) Memperbaiki status gizi ibu hamil, dengan mengkonsumsi makanan
yang lebih sering atau lebih banyak, dan lebih diutamakan makanan
yang mengandung nutrisi
2) Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda.
Apabila kenaikan berat badannya kurang dari 1kg/bulan, sebaiknya
segera berkonsultasi dengan ahli
3) Mengkonsumsi tablet zat besi secara teratur sebanyak 1 tablet/hari.
4) Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-35 tahun)
5) Konseling pada suami istri untuk mengusahakan agar menjaga jarak
kehamilan paling sedikit 2 tahun
6) Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar
mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan
antenatal dan status gizi selama kehamilan.
2.

Umur
a.

Pengertian
1) Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu
keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun
yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur
sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung (Wikipedia, 2010b).
2) Umur adalah lama waktu hidup seseorang atau adanya seseorang
(sejak lahir) (Alwi, 2003)

b.

Klasifikasi
1) Menurut Rochyati (2003), dalam reproduksi sehat dikenal bahwa usia
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan
yang berisiko untuk kehamilan dan persalinan adalah umur kurang
dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Ibu hamil pertama pada umur < 20
tahun, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai
ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan
janin dalam kandungan. Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi
yaitu bayi lahir belum cukup bulan dan perdarahan dapat terjadi
sebelum/sesudah bayi lahir. Pada ibu hamil berumur 35 tahun atau
lebih, terjadi perubahan jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir
tidak lentur lagi.
2) Menurut Wahab (2000), angka mortalitas neonatus terendah terdapat
pada bayi dari ibu yang mendapat perawatan prenatal yang cukup dan
berumur antara 20-35 tahun. Kehamilan pada umur dibawah 20 tahun
maupun wanita yang melebihi umur 35 tahun menambah risiko
terjadinya retardasi pertumbuhan janin intrauteri.
c.

Pengaruh umur terhadap kejadian BBLR
Kehamilan pada usia muda merupakan faktor risiko hal ini disebabkan
belum matangnya organ reproduksi untuk hamil, sehingga dapat
merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin
yang memudahkan terjadinya BBLR (Manuaba, 1998), sedangkan pada
umur diatas 35 tahun meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi
kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga
dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran
BBLR, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada wanita yang
berusia

dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, angka kejadian

terendah pada usia 20-35 tahun (Wikipedia, 2010a).
3.

Paritas
a.

Pengertian
1) Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita
(Maimunah, 2005)
2) Paritas adalah keadaan kelahiran, keadaan wanita yang pernah
melahirkan bayi hidup maupun lahir mati (Muda, 2003)

b.

Klasifikasi
1) Menurut Wiknjosastro (2002), dari sudut kematian paritas terbagi
atas:
a) Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman untuk hamil dan
bersalin
b) Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Semakin tinggi paritas, maka
semakin tinggi juga kematian maternal.
2) Menurut Mochtar (1998) terbagi menjadi:
a) Primipara adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama
kalinya
b) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi beberapa
kali (sampai 5 kali)
c) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6
kali atau lebih hidup atau mati.
c.

Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR
Ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4 berisiko melahirkan BBLR, pada
primipara terkait dengan belum siapnya fungsi organ dalam menjaga
kehamilan dan menerima kehadiran janin, keterampilan ibu untuk
melaksanakan perawatan diri dan bayinya serta faktor psikologis ibu yang
masih belum stabil (Rochyati, 2003), sedangkan ibu yang pernah
melahirkan anak empat kali atau lebih karena paritas yang terlalu tinggi
akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi
pembuluh darah. Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan
kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan
mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya sehingga
dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang selanjutnya akan
melahirkan bayi dengan BBLR (Wiknjosastro, 2002).

B. Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo,
2002). Kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Variabel Bebas

Variabel Terikat

Umur
Kejadian BBLR
Paritas
Gambar 2.1
Kerangka Konsep
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil
sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan kerangka konsep diatas maka hipotesis
penelitian ini sebagai berikut:
1.

Ada hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru
tahun 2011

2.

Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru
tahun 2011
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan itu terjadi. Rancangan pada penelitian ini adalah Case
Control. Case Control yaitu suatu penelitian (survey) analitik yang
menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan
pendekatan “Retrospective” dengan kata lain efek diidentifikasi pada saat ini,
kemudian faktor risiko adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu
(Notoatmodjo, 2002).
Case Control merupakan rancangan penelitian yang membandingkan
antara kelompok kasus dan kelompok kontrol untuk mengetahui proporsi
kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan (Hidayat, 2007).
Rancangan penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan
antara umur dan paritas ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru
tahun 2011.
B. Populasi dan Sampel
1.

Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di ruang
bersalin RSUD Banjarbaru pada tahun 2011 sebanyak 918 orang.

2.

Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2010).

Penelitian ini menggunakan pembanding antara sampel kasus

dengan sampel kontrol yaitu 1:2.
Sampel kasus yang digunakan pada penelitian ini adalah semua ibu
bersalin yang melahirkan BBLR pada tahun 2011 yaitu sebanyak 138
orang, sedangkan sampel kontrol yang digunakan pada penelitian ini
adalah ibu yang melahirkan BBLN di RSUD Banjarbaru tahun 2011 yaitu
sebanyak 276 orang, sehingga keseluruhan sampel menjadi 414 orang.
Cara pengambilan sampel kontrol dengan systematic random
sampling (pengambilan sampel secara acak sistematis), pengambilan
sampel secara acak sistematis adalah membagi jumlah atau anggota
populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan. Sampel yang
diambil dengan membuat daftar anggota populasi secara acak dari 1
sampai n, kemudian membagi jumlah sampel yang diinginkan
(Notoatmodjo, 2002). Jumlah anggota populasi untuk kontrol sebanyak
780 orang dan sampel yang diinginkan 276 orang, sehingga sampel yang
diperoleh adalah 780 : 276 = 2,8 ≈ 3, maka setiap anggota populasi yang
terkena sampel adalah setiap elemen yang mempunyai nomor kelipatan 3,
yakni 3, 6, 9, 12 dan seterusnya sampai mencapai 276 anggota sampel
kontrol.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.

Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur dan paritas.
a.

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel terikat (Hidayat, 2007). Variabel bebas pada
penelitian ini adalah umur ibu dan paritas.

b.

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena variabel bebas (Hidayat, 2007). Variabel terikat pada
penelitian ini adalah BBLR.

2.

Definisi Operasional
Definisi

operasional

adalah

mendefinisikan

variabel

secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat
terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2007).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No

Variabel

Definisi Operasional

Alat Ukur

1

BBLR

Bayi yang saat lahir
berat badannya <
2500 gr (sampai
dengan 2499 gr )

Buku
register
persalinan

2

Umur

keberadaan ibu sejak
dilahirkan sampai
selesai penelitian

Buku
register
persalinan

3

Paritas

Jumlah
kehamilan Buku
yang diakhiri dengan register
kelahiran bayi hidup persalinan
maupun lahir mati

Hasil Ukur

Skala

BBLR (berat Ordinal
lahir < 2500
gr)
2. BBLN (berat
lahir ≥ 2500
gr)
1. Berisiko jika Ordinal
umur ibu <
20 th dan >
35 th
2. Tidak
berisiko jika
umur ibu
antara 20-35
1. Berisiko jika Ordinal
paritas 1 dan
≥4
2. Tidak
berisiko jika
paritas 2-3
1.

D. Alat/Instrumen Penelitian
Alat atau instrumen pada penelitian ini adalah buku register persalinan
di ruang bersalin RSUD Banjarbaru

E. Lokasi dan Waktu Penelitian
1.

Lokasi penelitian : Ruang bersalin RSUD Banjarbaru

2.

Waktu penelitian : Bulan Desember 2011 sampai Agustus 2012
F. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari
buku register pada RSUD Banjarbaru untuk memperoleh data tentang umur,
paritas dan berat bayi baru lahir untuk mengetahui BBLR pada tahun 2011

G. Cara atau Teknik Pengolahan Analisa Data
1.

Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan
kembali untuk kelengkapan data kejadian BBLR, umur dan paritas ibu
yang diteliti.

2.

Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode angka terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan
adalah memberi kode pada tiap variabel yang sudah terkumpul yaitu
variabel BBLR diberi kode 1, variabel BBLN diberi kode 2, variabel
umur berisiko diberi kode 1, variabel umur tidak berisiko diberi kode 2,
variabel paritas berisiko diberi kode 1, variabel paritas tidak berisiko
diberi kode 2.

3.

Data entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
ke dalam database komputer. Pada tahap ini dilakukan kegiatan
memasukkan data variabel kejadian BBLR, umur dan paritas ibu dengan
menggunakan komputer
4.

Analisa data
a. Analisa univariat
Analisis univariat adalah analisis untuk satu variabel penelitian
pada penelitian ini analisis digunakan dengan mengumpulkan data
tentang BBLR, umur dan paritas ibu, setelah data tersebut terkumpul,
ditabulasi

dan

dipresentasikan,

ditampilkan

dengan

distribusi

frekuensi.
Rumus distribusi frekuensi (Sabarguna, 2008) :
˜

ƒ
0 ŵŴŴ
˚

Keterangan:
P = Presentase
N = Banyaknya kasus
ƒ = Frekuensi
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk lebih dari
satu variabel. Analisa hubungan ini akan menggunakan uji statistic
chi-square dengan nilai kemaknaan (nilai α) = 0,05. Uji chi-square
akan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan umur dan
paritas ibu dengan kejadian BBLR.
Rumus sederhana dalam pengujian statistic chi-square adalah
sebagai berikut (Hidayat, 2007):
I²

{˛ . ˗{²
˗

Keterangan :
I² = Statistic chi-square
Σ = Jumlah
˛ = Nilai yang diamati
E = Nilai yang diharapkan
Dari hasil uji chi-square dapat diperoleh nilai ρ (value) apabila nilai

ρ ≤ α = 0,05 berarti Ha diterima artinya ada hubungan yang bermakna
antara umur dan paritas ibu dengan kejadian BBLR sedangkan apabila

ρ > α = 0,05 berarti Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara umur dan paritas dengan kejadian BBLR.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1.

Gambaran umum lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru, yang
merupakan salah satu unit pelayanan kebidanan yang ada di RSUD
Banjarbaru. Ruang bersalin RSUD Banjarbaru dilengkapi dengan sarana
dan prasarana yang digunakan untuk mendukung pelayanan dan
penanganan dari segala komplikasi persalinan dan kehamilan yang
terjadi:
a)

Ketenagaan
1) Dokter spesialis kebidanan dan kandungan 2 orang
2) Bidan 20 orang
3) Tenaga honorer 2 orang

b) Sarana prasarana
1) Peralatan kebidanan
2) USG 4 dimensi
3) Alat vakum ekstraksi
4) Infant warmer
5) Sarana penunjang lain : Ruangan operasi 24 jam, laboratorium
24 jam
c)

Pelayanan di ruang bersalin
1) Pelayanan bidan 24 jam
2) Pelayanan dokter spesialis 24 jam

2.

Gambaran umum objek penelitian
Tabel 4.1
Faktor penyebab terjadinya BBLR
di RSUD Banjarbaru tahun 2011
No.
1
2
3
4
5
6

Faktor penyebab terjadinya BBLR
Umur ibu berisiko
Paritas berisiko
Ketuban pecah dini
Gamely
Pre eklampsi
Eklampsi

Jumlah
40
94
14
4
12
1

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa faktor
penyebab terjadiya BBLR terbanyak disebabkan oleh paritas berisiko
yaitu sebanyak 94 orang.
3.

Gambaran khusus hasil penelitian
a. Analisa Univariat
1) Umur ibu
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi berdasarkan umur
di RSUD Banjarbaru tahun 2011
Umur
No.
1 Berisiko
2 Tidak berisiko
Jumlah

frekuensi
108
306
414

presentase
26,1
73,9
100

Sumber: Data Sekunder

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 414 ibu bersalin
terdapat 108 orang (26,1%) ibu melahirkan dengan umur berisiko
2) Paritas ibu
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi berdasarkan paritas
di RSUD Banjarbaru tahun 2011
No.
Paritas
1 Berisiko
2 Tidak berisiko
Jumlah

frekuensi
228
186
414

presentase
55,1
44,9
100

Sumber: Data Sekunder

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 414 ibu bersalin
terdapat 228 orang (55,1%) ibu melahirkan dengan paritas
berisiko
b. Analisa Bivariat
1) Hubungan umur ibu bersalin dengan kejadian BBLR
Tabel 4.4
Hubungan umur ibu bersalin dengan kejadian BBLR
di RSUD Banjarbaru tahun 2011
Bayi lahir
BBLR
BBLN
No.
Umur ibu
(kasus)
(kontrol)
n
%
n
%
1
Berisiko
40
29,0
68
24,6
2
Tidak berisiko
98
71,0 208 75,4
Jumlah
138 100 276 100
Chi – Square test: ρ = 0,406 > α = 0,05

Jumlah
N
108
306
414

%
26,1
73,9
100

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.4 diatas didapatkan bahwa dari 138
bayi. BBLR sebanyak 40 (29,0%) dilahirkan ibu yang berumur
berisiko. sedangkan BBLR sebanyak 98 (71,0%) dilahirkan ibu
yang berumur tidak berisiko
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan nilai
ρ sebesar 0,406 > α = 0,05 maka maka Ha ditolak, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011
2) Hubungan paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR
Tabel 4.5
Hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR
di RSUD Banjarbaru tahun 2011
Bayi lahir
BBLR
BBLN
No.
Paritas ibu
(kasus)
(kontrol)
n
%
n
%
1
Berisiko
94
68,1 134 48,6
2
Tidak berisiko
44
31,9 142 51,4
Jumlah
138 100 276 100
Chi – Square test: ρ = 0,000 < α = 0,05

Jumlah
N
228
186
414

%
55,1
44,9
100

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.5 diatas didapatkan bahwa dari 138
bayi. BBLR sebanyak 94 (68,1%) dilahirkan ibu yang memiliki
paritas berisiko sedangkan bayi BBLR sebanyak 44 (31,9%)
dilahirkan ibu yang memiliki paritas tidak berisiko
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan nilai
ρ sebesar 0,000 < α = 0,05 maka Ha diterima, dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan
kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011.
Berdasarkan hasil perhitungan OR 2,2 maka ibu yang
memiliki paritas berisiko (1 dan >3) berisiko 2,2 kali melahirkan
bayi BBLR bila dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas
tidak berisiko.
B. Pembahasan
1. Analisa Univariat
a.

Umur ibu
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2 diatas
didapatkan bahwa dari 414 ibu yang melahirkan terdapat 108 (26,1%)
ibu melahirkan dengan umur berisiko
Dalam reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang berisiko untuk
kehamilan dan persalinan adalah umur kurang dari 20 tahun atau diatas
35 tahun. Ibu hamil pertama pada umur < 20 tahun, rahim dan panggul
ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya
diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan.
Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi yaitu bayi lahir belum cukup
bulan dan perdarahan dapat terjadi sebelum/sesudah bayi lahir. Pada
ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, terjadi perubahan jaringan alatalat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi (Rochyati, 2003).
Pada penelitian ini didapatkan masih ditemukan ibu melahirkan
dengan umur berisiko. Berdasarkan data register ruang bersalin RSUD
Banjarbaru tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa ibu yang
bersalin pada umur berisiko lebih banyak mengalami komplikasikomplikasi

dalam

kehamilan

dan

persalinan

seperti

pre

eklampsi/eklmampsi, ketuban pecah dini, hamil ganda. Oleh sebab itu
pada ibu dengan umur < 20 tahun penting untuk menunda
kehamilannya karena organ-organ reproduksinya masih belum siap
menerima kehamilan dan pada ibu umur > 35 tahun dianjurkan untuk
tidak hamil lagi karena organ-organ reproduksinya sudah mulai menua
dan jalan lahir bertambah kaku.
b.

Paritas ibu
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3 diatas
bahwa dari 414 ibu yang melahirkan terdapat 228 orang (55,1%) ibu
melahirkan dengan paritas berisiko
Menurut Wiknjosastro (2002) paritas 1 dan ≥ 4 mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Semakin tinggi paritas, maka semakin
tinggi juga kematian maternal. Pada paritas rendah, sebagian besar ibu
belum

siap

secara

fisik

maupun

mental

dalam

menjalani

kehamilannya, risiko kematian maternal dapat dicegah dengan asuhan
obstetrik lebih baik, sedangkan pada paritas tinggi, ibu telah banyak
melahirkan yang menyebabkan fungsi organ reproduksi mengalami
kemunduran, risiko dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana.
Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar ibu melahirkan
dengan paritas berisiko yaitu pada paritas 1 dan ≥ 4. Pada ibu dengan
paritas 1, sebagian besar ibu belum siap secara fisik maupun mental
dalam menjalani kehamilannya, sedangkan pada paritas ≥ 4 ibu telah
banyak melahirkan yang menyebabkan fungsi organ reproduksi
mengalami kemunduran.
2. Analisa Bivariat
a.

Hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan nilai ρ sebesar
0,406 > α = 0,05 atau dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD
Banjarbaru tahun 2011.
Kehamilan pada usia muda merupakan faktor risiko hal ini
disebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil, sehingga
dapat

merugikan

kesehatan

ibu

maupun

perkembangan

dan

pertumbuhan janin yang memudahkan terjadinya BBLR (Manuaba,
1998), sedangkan menurut Wikipedia (2010a) pada umur diatas 35
tahun meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya
serta

kesehatannya

sudah

mulai

menurun

sehingga

dapat

mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran
BBLR, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada wanita
yang berusia

dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, angka

kejadian terendah pada usia 20-35 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara umur
ibu dengan kejadian BBLR. Hal ini memang tidak sesuai dengan teori
Manuaba (1998) dan Wikipedia (2010a) yang mengatakan umur
dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan salah satu faktor
penyebab BBLR, namun sama dengan penelitian Jayanti Oktrina di
RSUD Ulin banjarmasin tahun 2006.
Dalam

penelitiannya

yang

berjudul

“faktor-faktor

yang

berhubungan dengan terjadinya BBLR di RSUD Ulin Banjarmasin
tahun 2006” menyatakan proporsi ibu yang melahirkan BBLR
terbanyak pada umur tidak berisiko sebesar 309 orang (77,2%)
sedangkan pada umur berisiko sebesar 91 orang (22,7%), hasil analisis
dengan chi-square didapatkan nilai ρ = 0,483 < α = 0,05 yang berarti
tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian BBLR.
Tidak adanya hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR
ini juga dikarenakan ada faktor-faktor lain yang lebih kuat
mempengaruhi terjadinya BBLR seperti paritas, kehamilan ganda, preeklampsia/eklampsia dan ketuban pecah dini. Jadi, kejadian BBLR
tidak dipengaruhi oleh umur saja, meskipun ibu dengan umur berisiko
namun jika ibu secara teratur memeriksakan kehamilannya ke tempat
pelayanan kesehatan, memberikan nutrisi yang cukup bagi janin yang
dikandungnya dan tidak memiliki komplikasi pada kehamilannya
maka kejadian BBLR dapat dihindarkan.
b.

Hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan nilai ρ sebesar
0,000 < α = 0,05 atau dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD
Banjarbaru tahun 2011 dengan odds ratio 2,2 (CI 95% = 1,4 – 3,4)
yang berarti bahwa ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4 memiliki risiko 2,2
kali melahirkan BBLR dibandingkan ibu dengan paritas 2-3.
Pada primipara terkait dengan belum siapnya fungsi organ
dalam

menjaga

kehamilan

dan

menerima

kehadiran

janin,

keterampilan ibu untuk melaksanakan perawatan diri dan bayinya serta
faktor psikologis ibu yang masih belum stabil (Rochyati, 2003),
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2002), ibu yang pernah melahirkan
anak empat kali atau lebih karena paritas yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi
pembuluh darah. Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan
kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan
mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya sehingga
dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang selanjutnya akan
melahirkan bayi dengan BBLR.
Berdasarkan data dan teori di atas, paritas dan kejadian BBLR
memiliki hubungan karena fungsi organ reproduksi pada paritas 1
belum siap dalam menjaga dan menerima kehamilannya sedangkan
pada paritas > 3 fungsi organ reproduksinya mengalami penurunan
sehingga menyebabkan BBLR
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan umur dan
paritas ibu dengan kejadian BBLR yang dilakukan di RSUD Banjarbaru tahun
2011. Setelah itu dilakukan tabulasi dan uji statistik dapat disimpulkan bahwa :
1.

Umur ibu terbanyak yang melahirkan adalah umur tidak berisiko yaitu
sebanyak 306 orang (73,9%)

2.

Paritas ibu terbanyak yang melahirkan adalah paritas berisiko yaitu sebanyak
228 orang (55,1%)

3.

Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian BBLR
dengan nilai ρ = 0,406 > α = 0,05

4.

Ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian BBLR dengan
nilai ρ = 0,000 < α = 0,05 dan dengan nilai odds ratio 2,2 yang berarti bahwa
ibu dengan paritas berisiko memiliki risiko 2,2 kali lebih besar melahirkan
BBLR dibandingkan paritas tidak berisiko.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat menyarankan beberapa hal
yang mungkin bermanfaat, yaitu:
1. Bagi rumah sakit, diharapkan

mengadakan

pelatihan dan seminar bagi

bidan/tenaga kesehatan terutama dalam hal penanganan kasus BBLR serta
memberikan pendidikan kesehatan mengenai program keluarga berencana
bagi ibu-ibu yang telah memiliki 3 orang anak sebagai salah satu upaya untuk
mencegah terjadinya BBLR.
2. Bagi peneliti lain, perlunya penelitian lebih lanjut dengan variabel atau faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta. Jakarta
Dinas Kesehatan provinsi kal-sel. 2010. Data Profil Kesehatan 2010 Provinsi
Kal-Sel. Banjarmasin.
Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Salemba Medika. Jakarta.
Maimunah, Siti. 2005. Kamus Istilah Kebidanan. EGC. Jakarta
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta
Maryunani, A. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. TIM.
Jakarta.
Metrotv. 2010. Capaian MDGs terkendali Kasus Kematian Ibu. Tersedia dalam
website (http://metrotvnews.com) di akses tanggal 12 Desember 2011
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika. Jakarta.
Muslihatun, N.W. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Fitramaya. Yogyakarta.
Muda, Ahmad,A.K. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi . Gitamedia
Press. Surabaya
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetric Jilid 2. EGC. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Rineka Cipta.
Jakarta.
Pantiawati, I. 2010. Bayi Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha Medika.
Yogyakarta.
Proverawati, A. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Nuha Medika. Yogyakarta.
Rochjati,P. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengendalian Faktor Resiko,
Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi. Airlangga University Press. Surabaya.
RSUD Banjarbaru. 2010. Buku Register Persalinan RSUD Banjarbaru. Banjarbaru
RSUD Banjarbaru. 2011. Buku Register Persalinan RSUD Banjarbaru. Banjarbaru
Sabarguna, B.S. 2008. Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk Mahasiswa D3 Kesehatan.
Sagung seto. Jakarta
Saifuddin, A.B. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Wahab, A, S. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC. Jakarta
Wiknjosastro,H. 2002. Ilmu
Prawirohardjo. Jakarta.

Kebidanan.

Yayasan

Bina

Pustaka

Sarwono

Wikipedia. 2010a. Bayi . tersedia dalam website (http://id.wikipedia.org/wiki/Bayi) di
akses tanggal 26 maret 2012.
Wikipedia. 2010b. umur . tersedia dalam website (http://id.wikipedia.org/wiki/Umur)
di akses tanggal 26 maret 2012

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010ahmad_sanusi
 
Kty benar.doc saja
Kty benar.doc sajaKty benar.doc saja
Kty benar.doc sajaWarnet Raha
 
BAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKebBAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKebIndra Suardi
 
Bab I oleh indra S
Bab I oleh indra SBab I oleh indra S
Bab I oleh indra SIndra Suardi
 
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuansakuramochi
 
Resiko Tinggi Kehamilan pada Usia Muda Stikes muhammadiyah kudus
Resiko Tinggi Kehamilan pada Usia Muda Stikes muhammadiyah kudusResiko Tinggi Kehamilan pada Usia Muda Stikes muhammadiyah kudus
Resiko Tinggi Kehamilan pada Usia Muda Stikes muhammadiyah kudusMutya Cammutz
 
Status Kesehatan Gizi
Status Kesehatan GiziStatus Kesehatan Gizi
Status Kesehatan GiziDewi MuLya
 
Makalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesia
Makalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesiaMakalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesia
Makalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...BeliaLesmana
 
Angka kematian bayi
Angka kematian bayiAngka kematian bayi
Angka kematian bayilaidy putri
 
Angka kematian bayi dan angka kematian balita
Angka kematian bayi dan angka kematian balitaAngka kematian bayi dan angka kematian balita
Angka kematian bayi dan angka kematian balitaUcu Solihin
 
Modul 2 BBLR Blok reproduksi
Modul 2 BBLR Blok reproduksi Modul 2 BBLR Blok reproduksi
Modul 2 BBLR Blok reproduksi Aulia Amani
 
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anakBab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anakBahurekso Kendal
 

La actualidad más candente (18)

Bab Awal AKI
Bab Awal AKIBab Awal AKI
Bab Awal AKI
 
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
 
Kty benar.doc saja
Kty benar.doc sajaKty benar.doc saja
Kty benar.doc saja
 
BAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKebBAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKeb
 
Bab I oleh indra S
Bab I oleh indra SBab I oleh indra S
Bab I oleh indra S
 
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
 
Resiko Tinggi Kehamilan pada Usia Muda Stikes muhammadiyah kudus
Resiko Tinggi Kehamilan pada Usia Muda Stikes muhammadiyah kudusResiko Tinggi Kehamilan pada Usia Muda Stikes muhammadiyah kudus
Resiko Tinggi Kehamilan pada Usia Muda Stikes muhammadiyah kudus
 
Status Kesehatan Gizi
Status Kesehatan GiziStatus Kesehatan Gizi
Status Kesehatan Gizi
 
Gemeli kel.3
Gemeli kel.3Gemeli kel.3
Gemeli kel.3
 
Makalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesia
Makalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesiaMakalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesia
Makalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesia
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Angka kematian bayi
Angka kematian bayiAngka kematian bayi
Angka kematian bayi
 
Angka kematian bayi dan angka kematian balita
Angka kematian bayi dan angka kematian balitaAngka kematian bayi dan angka kematian balita
Angka kematian bayi dan angka kematian balita
 
Modul 2 BBLR Blok reproduksi
Modul 2 BBLR Blok reproduksi Modul 2 BBLR Blok reproduksi
Modul 2 BBLR Blok reproduksi
 
Unsafe abortion
Unsafe abortionUnsafe abortion
Unsafe abortion
 
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anakBab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
 

Similar a BBLR dan Faktor Risiko

2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf
2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf
2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdfKeziaChristy6
 
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Dimaz LawLiedth
 
1.b. BBLR dan PJT.pptx
1.b. BBLR dan PJT.pptx1.b. BBLR dan PJT.pptx
1.b. BBLR dan PJT.pptxknisa3
 
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.pptPoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.pptdrhysoul
 
Bab ii kehamilan risiko tinggi
Bab ii kehamilan risiko tinggiBab ii kehamilan risiko tinggi
Bab ii kehamilan risiko tinggiRahma Agustin
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Warnet Raha
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Warnet Raha
 
Pendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia beratPendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia beratMidwife Wahyuni
 
Kejadian stunting (1)
Kejadian stunting (1)Kejadian stunting (1)
Kejadian stunting (1)triebintangp
 
379 ismi trihardiani_g2_c309005
379 ismi trihardiani_g2_c309005379 ismi trihardiani_g2_c309005
379 ismi trihardiani_g2_c309005Ida Ayu Mirah
 

Similar a BBLR dan Faktor Risiko (20)

2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf
2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf
2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf
 
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
 
1.b. BBLR dan PJT.pptx
1.b. BBLR dan PJT.pptx1.b. BBLR dan PJT.pptx
1.b. BBLR dan PJT.pptx
 
Dahlia
DahliaDahlia
Dahlia
 
Askeb bblr
Askeb bblrAskeb bblr
Askeb bblr
 
stunting.pptx
stunting.pptxstunting.pptx
stunting.pptx
 
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.pptPoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
 
Bab ii kehamilan risiko tinggi
Bab ii kehamilan risiko tinggiBab ii kehamilan risiko tinggi
Bab ii kehamilan risiko tinggi
 
Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3
 
Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
 
Beban ganda-masalah-gizi
Beban ganda-masalah-giziBeban ganda-masalah-gizi
Beban ganda-masalah-gizi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i edit
Bab i editBab i edit
Bab i edit
 
Pendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia beratPendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia berat
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Kejadian stunting (1)
Kejadian stunting (1)Kejadian stunting (1)
Kejadian stunting (1)
 
226184976 case-fix
226184976 case-fix226184976 case-fix
226184976 case-fix
 
379 ismi trihardiani_g2_c309005
379 ismi trihardiani_g2_c309005379 ismi trihardiani_g2_c309005
379 ismi trihardiani_g2_c309005
 

Más de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Más de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

BBLR dan Faktor Risiko

  • 1. Karya Tulis Ilmiah HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD BANJARBARU TAHUN 2011 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Pada Jurusan Kebidanan Prodi D III Program Regular Oleh : DWI LIS STIANI NIM. PO7124009046 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN JURUSAN KEBIDANAN PRODI D III TAHUN 2012
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kematian bayi di Indonesia masih tergolong tertinggi jika dibandingkan dengan negara di ASEAN, hal itu tercermin dari perbandingan dengan jumlah angka kematian bayi di negara tetangga seperti Singapura (3 per 1000), Brunei Darussalam (8 per 1000), Malaysia (10 per 1000), Vietnam (18 per 1000) dan Thailand (20 per 1000). Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate) ialah banyaknya kematian bayi berumur dibawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun (Metrotvnews, 2010). Berdasarkan Survey Demografi dan Kependudukan Indonesia pada tahun 2007, didapati sebanyak 35 kasus kematian per 1000 kelahiran menimpa bayi. Menurut Millenium Development Goals (MDGs), tahun 2015 Indonesia harus mampu menurunkan angka kematian bayi hingga 23 per 1000 kelahiran hidup. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada masa neonatus salah satunya BBLR masih merupakan masalah di dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir (Maryunani, 2009).
  • 3. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (Pantiawati, 2010). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR diantaranya adalah faktor ibu yaitu penyakit ibu (toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, diabetes mellitus), umur < 20 tahun atau > 35 tahun, ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4 (Muslihatun, 2010). Dalam reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang berisiko untuk kehamilan dan persalinan adalah umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Ibu hamil pertama pada umur < 20 tahun, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi yaitu bayi lahir belum cukup bulan dan perdarahan dapat terjadi sebelum/sesudah bayi lahir. Pada ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, terjadi perubahan jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi (Rochyati, 2003). Ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4 berisiko melahirkan BBLR, pada primimuda, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Pada primitua, mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ
  • 4. kandungan menua, jalan lahir juga bertambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Sedangkan pada ibu dengan paritas ≥ 4, karena ibu sering melahirkan maka kemungkinan akan timbul gangguan pada kesehatannya seperti anemia, kurang gizi, kekendoran pada dinding perut dan rahim sehingga mengakibatkan terjadinya BBLR (Rochyati, 2003). Angka kematian bayi akibat BBLR di Kalimantan Selatan tahun 2009 mengalami peningkatan, yaitu dari 521 bayi yang meninggal tercatat 168 (32,2%) adalah BBLR. Sedangkan pada tahun 2010, dari 611 bayi yang meninggal tercatat 199 (32,6%) adalah BBLR (Dinkes, 2010). Menurut data yang ada di RSUD Banjarbaru tahun 2010, dari 735 kelahiran, jumlah bayi berat lahir normal (BBLN) sebanyak 633 bayi (86,1%), sedangkan jumlah BBLR sebanyak 102 bayi (13,8%). Pada tahun 2011 dari 918 kelahiran, jumlah BBLN sebanyak 780 bayi (84,9%), sedangkan jumlah BBLR sebanyak 138 bayi (15,0%). Berdasarkan data tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011. B. Rumusan Masalah Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 kejadian BBLR mengalami peningkatan sebanyak 1,2% dari 102 kasus (13,8%) menjadi 138
  • 5. kasus (15,0%). Berdasarkan pernyataan masalah maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut “Apakah ada hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi umur ibu bersalin di RSUD Banjarbaru tahun 2011 b. Mengidentifikasi paritas ibu bersalin di RSUD Banjarbaru tahun 2011 c. Menganalisa hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011 d. Menganalisa hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Sebagai tambahan ilmu pengetahuan, wawasan dalam upaya pencegahan dan penanganan BBLR serta memberikan pengalaman dalam pembuatan karya tulis ilmiah
  • 6. 2. Bagi pihak RSUD Banjarbaru Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang kejadian BBLR dan penyebab terjadinya BBLR. 3. Bagi peneliti lain Dapat digunakan sebagai salah satu data dasar untuk penelitian selanjutnya khususnya tentang BBLR. E. Keaslian Penelitian Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Jayanti Oktrina dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya BBLR di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2006 dengan variabel umur, paritas dan kehamilan kembar, pendekatan yang digunakan adalah cross sectional dan didapatkan hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan antara umur dan paritas dengan terjadinya BBLR dan ada hubungan yang bermakna kehamilan kembar dengan terjadinya BBLR. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada rancangan penelitian, tempat dan tahun penelitian.
  • 7. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) a. Pengertian 1) Berat bayi lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Muslihatun, 2010). 2) Berat bayi lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Saifuddin, 2009). 3) World heath organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight infant (BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010).
  • 8. b. Klasifikasi 1) Menurut Maryunani (2009) bayi/neonatus yang termasuk dalam BBLR merupakan salah satu dari keadaan berikut ini: a) NKB SMK (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan) adalah bayi prematur dengan berat badan lahir yang sesuai masa kehamilan b) NKB KMK (neonatus kurang bulan - kecil masa kehamilan) adalah bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari normal menurut usia kehamilan c) NCB KMK (nenonatus cukup bulan - kecil untuk masa kehamilan) adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan lahir kurang dari normal. Selain itu menurut Maryunani (2009), BBLR dibagi lagi berdasarkan berat badan lahir, yaitu: a) Bayi dengan berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir antara 1000 - 1500 gram b) Bayi dengan berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram 2) Menurut Pantiawati (2010), BBLR dapat dikelompokkan menjadi prematuritas murni dan dismaturitas a) Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk
  • 9. usia kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK). b) Dismaturitas adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilannya, biasa disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK). c. Etiologi 1) Menurut Muslihatun (2010) Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya berat bayi lahir rendah diantaranya adalah faktor ibu yaitu penyakit ibu (toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, diabetes mellitus), umur < 20 tahun atau > 35 tahun, ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4. Faktor janin yang dapat menyebabkan BBLR, diantaranya hidramnion, kehamilan ganda, dan lain-lain. 2) Menurut Pantiawati (2010) Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. 3) Menurut Manuaba (1998), etiologi BBLR adalah: a) Faktor ibu (1) Gizi saat hamil yang kurang (2) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
  • 10. (3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat (4) Penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung, perokok) (5) Faktor pekerja yang terlalu berat b) Faktor kehamilan (1) Hamil dengan hidramnion (2) Hamil ganda (3) Perdarahan antepartum (4) Komplikasi hamil: pre-eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini c) Faktor janin (1) Cacat bawaan (2) Infeksi dalam rahim d) Faktor yang masih belum diketahui d. Penatalaksanaan Menurut Mitayani (2009) penatalaksanaan pada bayi BBLR adalah : 1) Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain kering, selimuti dan gunakan topi untuk menghindari adanya kekurangan panas. 2) Awasi frekuensi pernapasan, terutama dalam 24 jam pertama guna mengetahui sindrom aspirasi mekonium
  • 11. 3) Pantau suhu di sekitar bayi, jangan sampai kedinginan., hal ini karena bayi BBLR mudah hipertemi akibat luas dari permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dari lemak subkutan. 4) Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama 5) Jika bayi haus, beri makanan dini yang berguna untuk mencegah hipoglikemi 6) Jika bayi sianosis atau sulit bernapas, beri oksigen lewat kateter hidung e. Upaya menurunkan terjadinya kasus BBLR Menurut Proverawati (2010) upaya yang dilakukan untuk menurunkan kejadian BBLR adalah : 1) Memperbaiki status gizi ibu hamil, dengan mengkonsumsi makanan yang lebih sering atau lebih banyak, dan lebih diutamakan makanan yang mengandung nutrisi 2) Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Apabila kenaikan berat badannya kurang dari 1kg/bulan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan ahli 3) Mengkonsumsi tablet zat besi secara teratur sebanyak 1 tablet/hari. 4) Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-35 tahun)
  • 12. 5) Konseling pada suami istri untuk mengusahakan agar menjaga jarak kehamilan paling sedikit 2 tahun 6) Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi selama kehamilan. 2. Umur a. Pengertian 1) Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung (Wikipedia, 2010b). 2) Umur adalah lama waktu hidup seseorang atau adanya seseorang (sejak lahir) (Alwi, 2003) b. Klasifikasi 1) Menurut Rochyati (2003), dalam reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang berisiko untuk kehamilan dan persalinan adalah umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Ibu hamil pertama pada umur < 20 tahun, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi
  • 13. yaitu bayi lahir belum cukup bulan dan perdarahan dapat terjadi sebelum/sesudah bayi lahir. Pada ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, terjadi perubahan jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. 2) Menurut Wahab (2000), angka mortalitas neonatus terendah terdapat pada bayi dari ibu yang mendapat perawatan prenatal yang cukup dan berumur antara 20-35 tahun. Kehamilan pada umur dibawah 20 tahun maupun wanita yang melebihi umur 35 tahun menambah risiko terjadinya retardasi pertumbuhan janin intrauteri. c. Pengaruh umur terhadap kejadian BBLR Kehamilan pada usia muda merupakan faktor risiko hal ini disebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin yang memudahkan terjadinya BBLR (Manuaba, 1998), sedangkan pada umur diatas 35 tahun meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada wanita yang berusia dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, angka kejadian terendah pada usia 20-35 tahun (Wikipedia, 2010a).
  • 14. 3. Paritas a. Pengertian 1) Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita (Maimunah, 2005) 2) Paritas adalah keadaan kelahiran, keadaan wanita yang pernah melahirkan bayi hidup maupun lahir mati (Muda, 2003) b. Klasifikasi 1) Menurut Wiknjosastro (2002), dari sudut kematian paritas terbagi atas: a) Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman untuk hamil dan bersalin b) Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Semakin tinggi paritas, maka semakin tinggi juga kematian maternal. 2) Menurut Mochtar (1998) terbagi menjadi: a) Primipara adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya b) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi beberapa kali (sampai 5 kali) c) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati.
  • 15. c. Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR Ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4 berisiko melahirkan BBLR, pada primipara terkait dengan belum siapnya fungsi organ dalam menjaga kehamilan dan menerima kehadiran janin, keterampilan ibu untuk melaksanakan perawatan diri dan bayinya serta faktor psikologis ibu yang masih belum stabil (Rochyati, 2003), sedangkan ibu yang pernah melahirkan anak empat kali atau lebih karena paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah. Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan BBLR (Wiknjosastro, 2002). B. Kerangka konsep Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo, 2002). Kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
  • 16. Variabel Bebas Variabel Terikat Umur Kejadian BBLR Paritas Gambar 2.1 Kerangka Konsep C. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan kerangka konsep diatas maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut: 1. Ada hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011 2. Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011
  • 17. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Rancangan pada penelitian ini adalah Case Control. Case Control yaitu suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan “Retrospective” dengan kata lain efek diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2002). Case Control merupakan rancangan penelitian yang membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan (Hidayat, 2007). Rancangan penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara umur dan paritas ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011.
  • 18. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di ruang bersalin RSUD Banjarbaru pada tahun 2011 sebanyak 918 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Penelitian ini menggunakan pembanding antara sampel kasus dengan sampel kontrol yaitu 1:2. Sampel kasus yang digunakan pada penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang melahirkan BBLR pada tahun 2011 yaitu sebanyak 138 orang, sedangkan sampel kontrol yang digunakan pada penelitian ini adalah ibu yang melahirkan BBLN di RSUD Banjarbaru tahun 2011 yaitu sebanyak 276 orang, sehingga keseluruhan sampel menjadi 414 orang. Cara pengambilan sampel kontrol dengan systematic random sampling (pengambilan sampel secara acak sistematis), pengambilan sampel secara acak sistematis adalah membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan. Sampel yang diambil dengan membuat daftar anggota populasi secara acak dari 1 sampai n, kemudian membagi jumlah sampel yang diinginkan (Notoatmodjo, 2002). Jumlah anggota populasi untuk kontrol sebanyak 780 orang dan sampel yang diinginkan 276 orang, sehingga sampel yang
  • 19. diperoleh adalah 780 : 276 = 2,8 ≈ 3, maka setiap anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen yang mempunyai nomor kelipatan 3, yakni 3, 6, 9, 12 dan seterusnya sampai mencapai 276 anggota sampel kontrol. C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur dan paritas. a. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Hidayat, 2007). Variabel bebas pada penelitian ini adalah umur ibu dan paritas. b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2007). Variabel terikat pada penelitian ini adalah BBLR. 2. Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2007).
  • 20. Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur 1 BBLR Bayi yang saat lahir berat badannya < 2500 gr (sampai dengan 2499 gr ) Buku register persalinan 2 Umur keberadaan ibu sejak dilahirkan sampai selesai penelitian Buku register persalinan 3 Paritas Jumlah kehamilan Buku yang diakhiri dengan register kelahiran bayi hidup persalinan maupun lahir mati Hasil Ukur Skala BBLR (berat Ordinal lahir < 2500 gr) 2. BBLN (berat lahir ≥ 2500 gr) 1. Berisiko jika Ordinal umur ibu < 20 th dan > 35 th 2. Tidak berisiko jika umur ibu antara 20-35 1. Berisiko jika Ordinal paritas 1 dan ≥4 2. Tidak berisiko jika paritas 2-3 1. D. Alat/Instrumen Penelitian Alat atau instrumen pada penelitian ini adalah buku register persalinan di ruang bersalin RSUD Banjarbaru E. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian : Ruang bersalin RSUD Banjarbaru 2. Waktu penelitian : Bulan Desember 2011 sampai Agustus 2012
  • 21. F. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari buku register pada RSUD Banjarbaru untuk memperoleh data tentang umur, paritas dan berat bayi baru lahir untuk mengetahui BBLR pada tahun 2011 G. Cara atau Teknik Pengolahan Analisa Data 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan kembali untuk kelengkapan data kejadian BBLR, umur dan paritas ibu yang diteliti. 2. Coding Coding adalah kegiatan pemberian kode angka terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah memberi kode pada tiap variabel yang sudah terkumpul yaitu variabel BBLR diberi kode 1, variabel BBLN diberi kode 2, variabel umur berisiko diberi kode 1, variabel umur tidak berisiko diberi kode 2, variabel paritas berisiko diberi kode 1, variabel paritas tidak berisiko diberi kode 2. 3. Data entry Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam database komputer. Pada tahap ini dilakukan kegiatan
  • 22. memasukkan data variabel kejadian BBLR, umur dan paritas ibu dengan menggunakan komputer 4. Analisa data a. Analisa univariat Analisis univariat adalah analisis untuk satu variabel penelitian pada penelitian ini analisis digunakan dengan mengumpulkan data tentang BBLR, umur dan paritas ibu, setelah data tersebut terkumpul, ditabulasi dan dipresentasikan, ditampilkan dengan distribusi frekuensi. Rumus distribusi frekuensi (Sabarguna, 2008) : ˜ ƒ 0 ŵŴŴ ˚ Keterangan: P = Presentase N = Banyaknya kasus ƒ = Frekuensi b. Analisa Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk lebih dari satu variabel. Analisa hubungan ini akan menggunakan uji statistic chi-square dengan nilai kemaknaan (nilai α) = 0,05. Uji chi-square akan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian BBLR.
  • 23. Rumus sederhana dalam pengujian statistic chi-square adalah sebagai berikut (Hidayat, 2007): I² {˛ . ˗{² ˗ Keterangan : I² = Statistic chi-square Σ = Jumlah ˛ = Nilai yang diamati E = Nilai yang diharapkan Dari hasil uji chi-square dapat diperoleh nilai ρ (value) apabila nilai ρ ≤ α = 0,05 berarti Ha diterima artinya ada hubungan yang bermakna antara umur dan paritas ibu dengan kejadian BBLR sedangkan apabila ρ > α = 0,05 berarti Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dan paritas dengan kejadian BBLR.
  • 24. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru, yang merupakan salah satu unit pelayanan kebidanan yang ada di RSUD Banjarbaru. Ruang bersalin RSUD Banjarbaru dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung pelayanan dan penanganan dari segala komplikasi persalinan dan kehamilan yang terjadi: a) Ketenagaan 1) Dokter spesialis kebidanan dan kandungan 2 orang 2) Bidan 20 orang 3) Tenaga honorer 2 orang b) Sarana prasarana 1) Peralatan kebidanan 2) USG 4 dimensi 3) Alat vakum ekstraksi 4) Infant warmer
  • 25. 5) Sarana penunjang lain : Ruangan operasi 24 jam, laboratorium 24 jam c) Pelayanan di ruang bersalin 1) Pelayanan bidan 24 jam 2) Pelayanan dokter spesialis 24 jam 2. Gambaran umum objek penelitian Tabel 4.1 Faktor penyebab terjadinya BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011 No. 1 2 3 4 5 6 Faktor penyebab terjadinya BBLR Umur ibu berisiko Paritas berisiko Ketuban pecah dini Gamely Pre eklampsi Eklampsi Jumlah 40 94 14 4 12 1 Sumber: Data Sekunder Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa faktor penyebab terjadiya BBLR terbanyak disebabkan oleh paritas berisiko yaitu sebanyak 94 orang.
  • 26. 3. Gambaran khusus hasil penelitian a. Analisa Univariat 1) Umur ibu Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan umur di RSUD Banjarbaru tahun 2011 Umur No. 1 Berisiko 2 Tidak berisiko Jumlah frekuensi 108 306 414 presentase 26,1 73,9 100 Sumber: Data Sekunder Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 414 ibu bersalin terdapat 108 orang (26,1%) ibu melahirkan dengan umur berisiko 2) Paritas ibu Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan paritas di RSUD Banjarbaru tahun 2011 No. Paritas 1 Berisiko 2 Tidak berisiko Jumlah frekuensi 228 186 414 presentase 55,1 44,9 100 Sumber: Data Sekunder Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 414 ibu bersalin terdapat 228 orang (55,1%) ibu melahirkan dengan paritas berisiko
  • 27. b. Analisa Bivariat 1) Hubungan umur ibu bersalin dengan kejadian BBLR Tabel 4.4 Hubungan umur ibu bersalin dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011 Bayi lahir BBLR BBLN No. Umur ibu (kasus) (kontrol) n % n % 1 Berisiko 40 29,0 68 24,6 2 Tidak berisiko 98 71,0 208 75,4 Jumlah 138 100 276 100 Chi – Square test: ρ = 0,406 > α = 0,05 Jumlah N 108 306 414 % 26,1 73,9 100 Sumber: Data Sekunder Berdasarkan tabel 4.4 diatas didapatkan bahwa dari 138 bayi. BBLR sebanyak 40 (29,0%) dilahirkan ibu yang berumur berisiko. sedangkan BBLR sebanyak 98 (71,0%) dilahirkan ibu yang berumur tidak berisiko Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan nilai ρ sebesar 0,406 > α = 0,05 maka maka Ha ditolak, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011
  • 28. 2) Hubungan paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR Tabel 4.5 Hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011 Bayi lahir BBLR BBLN No. Paritas ibu (kasus) (kontrol) n % n % 1 Berisiko 94 68,1 134 48,6 2 Tidak berisiko 44 31,9 142 51,4 Jumlah 138 100 276 100 Chi – Square test: ρ = 0,000 < α = 0,05 Jumlah N 228 186 414 % 55,1 44,9 100 Sumber: Data Sekunder Berdasarkan tabel 4.5 diatas didapatkan bahwa dari 138 bayi. BBLR sebanyak 94 (68,1%) dilahirkan ibu yang memiliki paritas berisiko sedangkan bayi BBLR sebanyak 44 (31,9%) dilahirkan ibu yang memiliki paritas tidak berisiko Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan nilai ρ sebesar 0,000 < α = 0,05 maka Ha diterima, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011. Berdasarkan hasil perhitungan OR 2,2 maka ibu yang memiliki paritas berisiko (1 dan >3) berisiko 2,2 kali melahirkan bayi BBLR bila dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas tidak berisiko.
  • 29. B. Pembahasan 1. Analisa Univariat a. Umur ibu Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2 diatas didapatkan bahwa dari 414 ibu yang melahirkan terdapat 108 (26,1%) ibu melahirkan dengan umur berisiko Dalam reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang berisiko untuk kehamilan dan persalinan adalah umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Ibu hamil pertama pada umur < 20 tahun, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi yaitu bayi lahir belum cukup bulan dan perdarahan dapat terjadi sebelum/sesudah bayi lahir. Pada ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, terjadi perubahan jaringan alatalat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi (Rochyati, 2003). Pada penelitian ini didapatkan masih ditemukan ibu melahirkan dengan umur berisiko. Berdasarkan data register ruang bersalin RSUD Banjarbaru tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa ibu yang bersalin pada umur berisiko lebih banyak mengalami komplikasikomplikasi dalam kehamilan dan persalinan seperti pre eklampsi/eklmampsi, ketuban pecah dini, hamil ganda. Oleh sebab itu
  • 30. pada ibu dengan umur < 20 tahun penting untuk menunda kehamilannya karena organ-organ reproduksinya masih belum siap menerima kehamilan dan pada ibu umur > 35 tahun dianjurkan untuk tidak hamil lagi karena organ-organ reproduksinya sudah mulai menua dan jalan lahir bertambah kaku. b. Paritas ibu Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3 diatas bahwa dari 414 ibu yang melahirkan terdapat 228 orang (55,1%) ibu melahirkan dengan paritas berisiko Menurut Wiknjosastro (2002) paritas 1 dan ≥ 4 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Semakin tinggi paritas, maka semakin tinggi juga kematian maternal. Pada paritas rendah, sebagian besar ibu belum siap secara fisik maupun mental dalam menjalani kehamilannya, risiko kematian maternal dapat dicegah dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan pada paritas tinggi, ibu telah banyak melahirkan yang menyebabkan fungsi organ reproduksi mengalami kemunduran, risiko dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar ibu melahirkan dengan paritas berisiko yaitu pada paritas 1 dan ≥ 4. Pada ibu dengan paritas 1, sebagian besar ibu belum siap secara fisik maupun mental dalam menjalani kehamilannya, sedangkan pada paritas ≥ 4 ibu telah
  • 31. banyak melahirkan yang menyebabkan fungsi organ reproduksi mengalami kemunduran. 2. Analisa Bivariat a. Hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan nilai ρ sebesar 0,406 > α = 0,05 atau dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011. Kehamilan pada usia muda merupakan faktor risiko hal ini disebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin yang memudahkan terjadinya BBLR (Manuaba, 1998), sedangkan menurut Wikipedia (2010a) pada umur diatas 35 tahun meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada wanita yang berusia dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, angka kejadian terendah pada usia 20-35 tahun. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR. Hal ini memang tidak sesuai dengan teori Manuaba (1998) dan Wikipedia (2010a) yang mengatakan umur
  • 32. dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan salah satu faktor penyebab BBLR, namun sama dengan penelitian Jayanti Oktrina di RSUD Ulin banjarmasin tahun 2006. Dalam penelitiannya yang berjudul “faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya BBLR di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2006” menyatakan proporsi ibu yang melahirkan BBLR terbanyak pada umur tidak berisiko sebesar 309 orang (77,2%) sedangkan pada umur berisiko sebesar 91 orang (22,7%), hasil analisis dengan chi-square didapatkan nilai ρ = 0,483 < α = 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian BBLR. Tidak adanya hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR ini juga dikarenakan ada faktor-faktor lain yang lebih kuat mempengaruhi terjadinya BBLR seperti paritas, kehamilan ganda, preeklampsia/eklampsia dan ketuban pecah dini. Jadi, kejadian BBLR tidak dipengaruhi oleh umur saja, meskipun ibu dengan umur berisiko namun jika ibu secara teratur memeriksakan kehamilannya ke tempat pelayanan kesehatan, memberikan nutrisi yang cukup bagi janin yang dikandungnya dan tidak memiliki komplikasi pada kehamilannya maka kejadian BBLR dapat dihindarkan. b. Hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan nilai ρ sebesar 0,000 < α = 0,05 atau dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang
  • 33. bermakna antara paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011 dengan odds ratio 2,2 (CI 95% = 1,4 – 3,4) yang berarti bahwa ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4 memiliki risiko 2,2 kali melahirkan BBLR dibandingkan ibu dengan paritas 2-3. Pada primipara terkait dengan belum siapnya fungsi organ dalam menjaga kehamilan dan menerima kehadiran janin, keterampilan ibu untuk melaksanakan perawatan diri dan bayinya serta faktor psikologis ibu yang masih belum stabil (Rochyati, 2003), Sedangkan menurut Wiknjosastro (2002), ibu yang pernah melahirkan anak empat kali atau lebih karena paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah. Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan BBLR. Berdasarkan data dan teori di atas, paritas dan kejadian BBLR memiliki hubungan karena fungsi organ reproduksi pada paritas 1 belum siap dalam menjaga dan menerima kehamilannya sedangkan pada paritas > 3 fungsi organ reproduksinya mengalami penurunan sehingga menyebabkan BBLR
  • 34. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian BBLR yang dilakukan di RSUD Banjarbaru tahun 2011. Setelah itu dilakukan tabulasi dan uji statistik dapat disimpulkan bahwa : 1. Umur ibu terbanyak yang melahirkan adalah umur tidak berisiko yaitu sebanyak 306 orang (73,9%) 2. Paritas ibu terbanyak yang melahirkan adalah paritas berisiko yaitu sebanyak 228 orang (55,1%) 3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian BBLR dengan nilai ρ = 0,406 > α = 0,05 4. Ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian BBLR dengan nilai ρ = 0,000 < α = 0,05 dan dengan nilai odds ratio 2,2 yang berarti bahwa ibu dengan paritas berisiko memiliki risiko 2,2 kali lebih besar melahirkan BBLR dibandingkan paritas tidak berisiko.
  • 35. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat menyarankan beberapa hal yang mungkin bermanfaat, yaitu: 1. Bagi rumah sakit, diharapkan mengadakan pelatihan dan seminar bagi bidan/tenaga kesehatan terutama dalam hal penanganan kasus BBLR serta memberikan pendidikan kesehatan mengenai program keluarga berencana bagi ibu-ibu yang telah memiliki 3 orang anak sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya BBLR. 2. Bagi peneliti lain, perlunya penelitian lebih lanjut dengan variabel atau faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR.
  • 36. DAFTAR PUSTAKA Alwi, H. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta Dinas Kesehatan provinsi kal-sel. 2010. Data Profil Kesehatan 2010 Provinsi Kal-Sel. Banjarmasin. Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta. Maimunah, Siti. 2005. Kamus Istilah Kebidanan. EGC. Jakarta Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta Maryunani, A. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. TIM. Jakarta. Metrotv. 2010. Capaian MDGs terkendali Kasus Kematian Ibu. Tersedia dalam website (http://metrotvnews.com) di akses tanggal 12 Desember 2011 Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika. Jakarta. Muslihatun, N.W. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Fitramaya. Yogyakarta. Muda, Ahmad,A.K. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi . Gitamedia Press. Surabaya Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetric Jilid 2. EGC. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. Pantiawati, I. 2010. Bayi Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha Medika. Yogyakarta. Proverawati, A. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Nuha Medika. Yogyakarta.
  • 37. Rochjati,P. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengendalian Faktor Resiko, Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi. Airlangga University Press. Surabaya. RSUD Banjarbaru. 2010. Buku Register Persalinan RSUD Banjarbaru. Banjarbaru RSUD Banjarbaru. 2011. Buku Register Persalinan RSUD Banjarbaru. Banjarbaru Sabarguna, B.S. 2008. Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk Mahasiswa D3 Kesehatan. Sagung seto. Jakarta Saifuddin, A.B. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Wahab, A, S. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC. Jakarta Wiknjosastro,H. 2002. Ilmu Prawirohardjo. Jakarta. Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Wikipedia. 2010a. Bayi . tersedia dalam website (http://id.wikipedia.org/wiki/Bayi) di akses tanggal 26 maret 2012. Wikipedia. 2010b. umur . tersedia dalam website (http://id.wikipedia.org/wiki/Umur) di akses tanggal 26 maret 2012