Teks tersebut membahas tentang keseimbangan asam basa dalam tubuh, termasuk definisi asam dan basa, sistem penyangga asam basa, dan peran organ tubuh seperti paru dan ginjal dalam menjaga keseimbangan asam basa. Teks tersebut juga menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi keseimbangan asam basa serta kondisi ketika terjadi gangguan keseimbangan.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan
sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga
golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa
memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu
larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara.
Yang pertama menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu
larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah
dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat
basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya.
pHmerupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7,
sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan
indikator pH atau dengan pH meter.
Dengan penjelasan tersebut di atas penyusun ingin menjelaskan tentang
keseimbangan asam basa setra berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan
dengan keseimbangan asam basa. Serta menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan
yang di berika pada pasien dengan gangguan keseimbangan cairan.
B. Rumusam Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan asam basa ?
2. Apa sajakah gangguan yang terjadi pada keseimbangan asam basa ?
3. Bagaimana pengaturan keseimbangan asam basa ?
C. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mengetahui tentang keseimbangan asam basa yang ada dalam
tubuh manusia.
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen.
Molekul yang mengandung atom – atom hidrogen yang dapat melepaskan ion hidrogen
dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida (
HCL ), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion hidrogen ( H+
) dan ion klorida (
CL-
) demikian juga, asam karbonat ( H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion
H+
dan ion bikarbonat ( HCO3
-
).
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion
bikarbonat ( HCO3
-
), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion
hidrogen untuk membentuk asam karbonat ( H2CO3). Demikian juga ( HPO4 ) adalah
suatu basa karena dia dapat menerima satu ion hidrogen untuk membentuk ( H2PO4 ).
Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino
yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-
ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan protein dalam sel-se
tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.
Istilah “ basa “ sering digunakan secara sinonim dengan “ alkali”. Alkali adalah
suatu molekul yang terbentuk dari kombinasi satu atau lebih logam alkali – natrium,
kalium, litium, dan seterusnya dengan ion yang sangat mendasar seperti ion Hidroksil (
OH-
). Bagian dasar dari molekul-molekul ini bereaksi secara tepat dengan ion-ion
hidrogen untuk menghilangkanya dari larutan dan oleh karena itu, merupakan basa-
basa yang khas untuk alasan yang serupa, istilah “ alkolis ” merujuk pada kelebihan
pengeluaran ion-ion hidrogen dari cairan tubuh, sebaliknya penambahan ion-ion
hidrogen yang berlebihan dikenal sebagai “asidosis “
- Asam dan basa yang kuat dan lemah
Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan
sejumlah besar ion H+
dalam larutan. Contohnya adalah HCL. Asam lemah mempunyai
lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu
kurang kuat melepaskan H+
. Contohnya H2CO3.
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+
. Oleh
karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH-
,
yang bereaksi dengan H+
untuk membentuk air ( H2O ). Basa lemah yang khas adalah
HCO3
-
karena HCO3
-
berikatan dengan H+
secara jauh lebih lemah daripada OH-
.
3. Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan
pengaturan asam basa normal adalah asam dan basa lemah.
B. KESEIMBANGAN ASAM BASA
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses
metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni
paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan
dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH >
7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponenasam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya
adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah
komponen asam atauberkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah
komponen basa atauberkurangnya jumlah komponen asam.
C. PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA
Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan
pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis.
Harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan
ion hidrogen dari tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci
dalam pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion
hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada
eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme
penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk
mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan
intraseluler.
4. Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion
hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan
reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu
komponen kunci sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang
terjadi pada asidosis dan alkalalosis.
Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas ketat
suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ). Variasi normal hanya sekitar
3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim, konsentrasi ion hidrogen yang
bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi 160 nEq/liter tampa menyebabkan
kematian.
Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan dalam
jumlah yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam
skala logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan
konsentrasi ion hidrogen.
pH normal darah arteri adalah 7,4 , sedangkan pH darah vena dan cairan
interstetial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida ( CO2 ) yang dibebaskan
dari jaringan untuk membentuk H2CO3. Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang
diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun dibawah nilai ini dan mengalami
alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup
lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena
metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada jenis sel, pH
cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran
darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat
menurunkan pH intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa
cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah
HCL yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa
lambung.
Pengaturan
Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrigen dalam cairan tubuh
untuk mencegah asidosis atau alkalosis adalah:
1. Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera
5. bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion
hidrogen yang berlebihan.
2. Pusat pernapasan yang mengatur pembuangan CO2 dari cairan ekstraseluler.
3. Ginjal yang dapat mengekskresikan urin asam atau urin alakalin, sehingga
menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler menuju normal
selama asidosis dan alkalisis.
Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen ,sistem penyangga cairan
tubuh bekerja dalam waktu singkat untuk menimbulkan perubahan-perubahan ini.
Sistem penyangga tidak mengeliminasi ion-ion hidrogen dari tubuh atau menambahnya
kedalam tubuh tetapi hanya menjaga agar mereka tetep terikat sampai keseimbangan
tercapai kembali. Kemudian sistem pernafasan juga bekerja dalam beberapa menit
untuk mengeliminasi CO2 dan oleh karena itu H2CO3 dari tubuh. Kedua pengaturan ini
menjaga konsentrasi ion hidrogen dai perubahan yang terlalu banyak sampai
pengaturan yang ketiga bereaksi lebih lambat,Ginjal dapat mengeliminasi kelebihan
asam dan basa dari tubuh.
Walaupun ginjal relatif lambat memberi respon,dibandingkan sistem penyangga dan
pernafasan, ginjal merupakan sistem pengaturan asam-basa yang paling kuat selama
beberapa jam sampai beberapa hari.
· Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan
asam-basa
darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk
ammonia Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang
dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer).
Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung
terhadapperubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga
pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu
larutan. Penyangga pH yang paliing pentingdalam darah menggunakan
bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalamkesetimbangan
dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang
masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan
lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit
bikarbonat.
6. 3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan
terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-
paru dan di paru paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat
pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan
mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.Jika pernafasan meningkat,
kadar karbon dioksidadarah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika
pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah
menjadi lebih asam.Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka
pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Sistem Penyangga Ion Hidrogen dalam Cairan Tubuh
Penyangga adalah zat apapun yang secara terbalik dapat mengikat ion-ion
hidrogen,yang segera bergabung dengan asam basa untuk mencegah perubahan
konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. Sistem ini bekerja sangat cepet dan
menghasilkan efek dalam hitungan detik. Ada 4 sistem penyangga dalam cairan tubuh
yaitu:
1. Sistem penyangga bikarbonat
Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan air yang mengandung dua zat:
1. Asam lemah ( H2CO3 )
2. Garam bikarboant ( NaHCO3 )
H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dengan H2O :
CO2 + H2O H2CO3
Reaksi ini lambat, dan sangat sedikit jumlah H2CO3 yang dibentuk kecuali bila ada
enzim karbonik anhidrase. Enzim ini banyak sekali di dinding alveoli paru-paru, dimana
CO2 ( oksigen ) dilepaskan, karbonik anhidrase juga ditemukan di sel-sel epitel tubulus
ginjal, dimana CO2bereaksi dengan H2O untuk membentuk H2CO3.
H2CO3 berionasi seara lemah untuk membentuk sejumlah kecil H+
dan HCO3
-
:
H2CO3 H+
+ HCO3
-
Komponen dari kedua sistem, yaitu garam bikarbonat, terbentuk secara dominan
sebagai natrium bikarbonat ( NaHCO3 ) dalam cairan ekstraseluler.
Oleh karena itu hasil akhinya adalah kecenderungan penurunan kadar CO2 dalam
darah,tetapi penurunan CO2 dalam darah menghambat pernapasan dan penurunan laju
7. ekspirasi CO2 . Peningkatan HCO3
-
yang terjadi didala darah dikompensasi oleh
peningkatan ekskresi HCO3
-
ginjal.
Sistem penyangga bikarbonat merupakan penyangga ekstraselular yang paling
penting.Sistem alasan bikarbonat kuat karena dua alasan berikut :
1. pH cairan ekstraseluler sekitar 7,4 , sedangkan pK sistem penyangga bikarbonat
adalah 6,1 . Hal ini berarti bahwa terdapat sistem penyangga bikarbonat dalam bentuk
HCO3
-
sebanyak 20 kali lebih besar daripada bentuk CO2 yang terlarut. Karena alasan
inilah sistem tersebut bekerja pada bagian kurva penyangganya buruk.
2. Konsentrasi kedua elemen bikkarbonat, yaitu CO2 dan HCO3
-
tidak besar ( kecil ).
Selain ciri-ciri ini, sistem penyangga bikarbonat merupakan penyangga
ekstraseluler yang paling kuat dalam tubuh. Sifat berlawanan yang jelas ini terutama
akibat kenyataan bahwa kedua elemen sistem penyangga. HCO3
-
dan CO2 diatur oleh
ginjal dan paru-paru. pH cairan ekstraseluler dapat diatur dengan tepat oleh kecepatan
relatif dan penambahan HCO3
-
oleh ginjal dan kecepatan pemindahan CO2 oleh paru-
paru.
2. Sistem penyangga fosfat
Sistem penyangga fosfat bekerja dalam cara yang serupa untuk mengubah asam
kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjdi basa lemah. Natrium hidrogen fosfat (
Na2HPO4) adalah basa lemah dan natrium dihidrogen fosfat ( Na H2PO4) adalah asam
lemah
HCl + Na2HPO4 ↔ NaH2PO4 + NaCl
NaOH + NaH2PO4 ↔ Na2HPO4 + H2O
Walaupun sistem penyangga fosfat tidak mempunyai manfaat yang besar sebagai
penyangga cairan ekstraseluler, sistem penyangga ini memainkan peranan penting
dalam penyangga cairan tubulus ginjal dan cairan intraseluler.
Elemen utama dalam sistem penyangga fosfat adalah H2PO4
-
dan HPO4
-
,
bila suatu asam kuat seperti HCL ditambah kedalam campuran kedua zat ini, hidrogen
diterima oleh basa HPO4
-
dan dikonversikan menjadi H2PO4
-
:
HCL+Na2HPO4 Na2HPO4 + NaCL
Hasil dari reaksi ini adalah asam kuat, yaitu HCL, digantikan oleh sejumlah asam
lemah tambahan Na2HPO4 dan penurunan pH menjadi minimal.
8. Penyangga fosfat menpunyai peran yang sangat penting dalam cairan tubulus
ginjal
Alasannya :
1. Fosfat biasanya menjadi sangat pekat dalam bentuk tubulus, sehingga meningkatkan
tenaga penyangga sistem fosfat.
2. Cairan tubulus biasanya mempunyai pH yang lebih rendah daripada airan
ekstraseluler, menyebabkan jangkauan kerja penyangga lebih mendekati pK sistem.
Sistem penyangga fosfat juga penting dalam penyangga intraseluler karena
konsentrasi fosfat dalam cairan ini beberapa kali lebih besar daripada dalam cairan
ekstraseluler. Juga pH cairan intraseluler lebih rendah daripada pH cairan ekstraseluler
dan oleh karena itu biasanya lebih mendekati pK sistem penyangga fosfat,
dibandingkan dengan pK cairan ekstraseluler.
3. Sistem protein
Sistem protein Sistem penyangga terkuat dalam tubuh. Karena mengandung gugus
karboksil yang berfungsi sebagai asam dan gugus amino yang berfungsi sebagai
basa. Protein banyak diantara para penyangga yang paling kuat dalam tubuh karena
konsentrasinya yang tinggi, terutama didalam sel.
pH sel, walaupun sedikit lebih rendah daripada ph dalam cairan ekstraseluler,
perubahannya kira-kira sesuai dengan perubahan pH cairan ekstraseluler. Ada sedikit
ion hidrogen dan ion bikarbonat yang berdifusi melalui membran sel, walaupun ion-ion
ini membutuhkan waktu beberapa jam untuk menjadi seimbang dengan cairan
ekstraseluler, kecuali keseimbangan cepat yang terjadi didalam sel-sel darah merah.
Akan tetapi CO2 dapat dengan cepat berdifusi melalui semua membran sel. Difusi
elemen sistem penyangga bikarbonat ini mrnyebabkan pH cairan intraseluler berubah
ketika terjadi perubahan pH cairan ekstraseluler. Karena alasan ini, sistem penyangga
didalam sel membantu mencegah perubahan pH cairan ekstraseluler tetapi mungkin
membutuhkan waktu beberapa jam untuk menjadi efektif secara maksimal.
Dalam sel darah merah, hemoglobin adalah penyangga penting sebagai berikut :
H+
+ Hb HHb
Penelitian eksperimental telah menunjukkan bahwa 60 sampai 70 persen
penyangga kimia total dalam cairan tubuh berada didalam sel-sel, kebanyakan
dihasilkan dari protein intraseluler. Akan tetapi, kecuali untuk sel-sel darah merah,
lambatnya pergerakan ion hidrogen dan ion bikarbonat melalui membran sel sering
memperlambat kemampuan maksimal protein intraseluler sampai beberapa jam untuk
menyangga gangguan asam basa ekstraseluler.
9. C. Pengaturan Pernapasan Terhadap Keseimbangan Asam Basa
Gangguan pada asam basa adalah pengaturan konsentrasi CO2 cairan
ekstraseluler oleh paru-paru. Peningkatan cairan ekstra seluler akan menurunkan pH,
sedangkan penurunan Pco2 akan meningkatkan pH. Oleh karena itu dengan
menyesuaikan Pco2 meningkat atau menurun, paru-paru secara efektif dapat mengatur
konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler. Peningkatan ventilasi CO2 dari cairan
ekstraseluler yang melalui kerja massa akan mengurangi konsentrasi ion hidrogen.
Sebaliknya penurunan ventilasi akan meningkatkan CO2, jadi juga meningkatkan
konsentrasi ion hidrogen dalam cairan ekstraseluler.
1. Ekspirasi CO2 paru-paru mengimbangi pembentukan CO2 metabolik.
CO2 dibentuk secara teruss menerus dalam suhu tubuh melalui proses metabolisme
intraseluler. Setelah itu CO2 berdifusi dari sel masuk kedalam cairan interstisial dan
darah, dan aliran darah mentranspor CO2 ke paru, tempat CO2 berdifusi kedalam
alveoli dan kemudian ditransfer ke atmosfer melalui paru-paru. Rata-rata secara normal
terdapat sekitar 1,2 mol/liter CO2 yang terlarut dalam cairan ekstraseluler, yang sama
dengan Pco2 40 mmHg.
Bila kecepatan pembentukan CO2 metabolik meningkat, Pco2 cairan ekstraseluler
juga meningkat. Sebaliknya penurunan kecepatan metabolik menurunkan Pco2. Bila
kecepatan ventilasi paru-paru dan Pco2 dalam cairan ekstraseluler menurun. Oleh
karena itu perubahan ventilasi paru atau kecepatan pembentukan CO2 oleh jaringan
dapat mengubah Pco2 cairan ekstraseluler.
2. Peningkatan ventilasi alveolus menurunkan konsentrasi ion hidrogen cairan
ekstraseluler dan meningkatkan pH
Bila pembentukan CO2 metabolik tetap konstan, satu-satunya faktor lain yang
mempengaruhi Pco2 dalam cairan ekstraseluler adalah kecepatan ventilasi alveolus,
semakin rendah Pco2 dan sebaliknya, semakin rendah kecepatan ventilasi alveolus,
semakin tinggi Pco2 . bila konsentrasi CO2 meningkat, konsentrasi H2CO3 dan
konsentrasi ion hidrogen juga meningkat, sehingga menurunkan pH cairan
ekstraseluler.
10. 3. Peningkatan konsentrasi ion hidrogen merangsang ventilasi alveolus
Tidak hanya kecepatan ventilasi alveolus saja yang mempengaruhi konsentrasi ion
hidrogen dengan mengubah Pco2 cairan tubuh, tetapi konsentrasi ion hidrogen juga
mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus. Kecepatan alveolus meningkatkan empat
sampai lima kali kecepatan normal sewaktu pH turun dari nilai normal. Oleh karena itu
kompensasi pernapasan terhadap peningkatan pH tidak seefektif respon penurunan pH
yang nyata.
4. Kontrol umpan balik konsentrasi hidrogen oleh sistem pernapasan
Karena peningkatan konsentrasi ion hidrogen meransang pernapasan dan karena
peningkatan ventilasi alveolus sebaliknya menurunkan konsentrasi ion hidrogen,
sistem pernapasan bekerja sebagai kontrol umpan balik negatif yang khas untuk
konsentrasi ion hidrogen :
( H+
) ventilasi alveolus
( - ) Pco2
Yaitu kapanpun konsentrasi ion hidrogen meningkat di atas normal, sistem
pernapasan dirangsang dan diventilasi alveolus meningkat. Keadaan ini menurunkan
Pco2 cairan ekstraseluler dan mengurangi konsentrasi ion hidrogen kembali menuju
normal. Sebaliknya bila konsentrasi ion turun dibawah normal, pusat pernapasan
menjadi tertekan, ventilasi alveolus menurun dan konsentrasi ion hidrogen meningkat
kembali menuju normal.
5. Efisiensi kontrol pernapasan terhadap konsentrasi ion hidrogen
Kontrol pernapasan tidak mengembalikan konsentrasi ion hidrogen kembali normal
bila beberapa gangguan diluar sistem pernapasan telah menghambat pH, biasanya
mekanisme pernapasan untuk mengontrol konsentrasi ion hidrogen mempunyai
efektifitas antara 50 dan 75 persen. Bila konsentrasi ion hidrogen tiba-tiba meningkat
melalui penambahan asam kedalam cairan ekstraseluler dan pH turun dari 7,4 menjadi
7,0 , sistem pernapasan dapat mengembalikan pH ke nilai sekitar 7,2 sampai 7,3.
Respon ini terjadi dalam waktu 3 sampai 12 menit.
6. Kekuatan pernapasan sistem pernapasan
Pengaturan pernapasan terhadap keseimbangan asam basa merupakan tipe
sistem penyangga fisiologis karena pengaturan ini bekerja dengan cepat dan menjaga
konsentrasi ion hidrogen dari perubahan yang terlalu besar sampai respon ginjal yang
kebih lambat dapat menghilangkan ketidak seimbangan. Pada umumnya seluruh
tenaga penyangga sistem pernapasan adalah satu sampai dua kali lebih besar
daripada tenaga penyangga seluruh penyangga kimia lainnya dalam gabungan cairan
11. ekstrasel.uler. artinya satu sampai dua kali lebih banyak asam atau basa yang secara
normal dapat disangga oleh mekanisme ini daripada oleh penyangga kimia.
Akan tetapi gangguan pernapasan dapat juga menyebabkan perubahan
konsentrasi ion hidrogen. Sebagai contoh, gangguan fungsi paru untuk
menghilangkan CO2 keadaan ini kemudian menyebabkan pembentukan CO2 dalam
cairan ekstraseluler dan kecenderungan ke arah asisdosis respirotarik. Juga
kemampuan untuk memberi respon terhadap oksidasi metabolik menjadi terganggu
karena pengurangan kompensasi Pco2 yang secara normal akan menjadi tumpul. Pada
keadaan ini ginjal menjadi mekanisme fisiologis tunggal yang masih ada untuk
mngembalikan pH ke arah normal setelah terjadi penyanggaan kimia awal dalam cairan
ekstraseluler.
Kontrol Keseimbangan Asam-Basa Oleh Ginjal
Ginjal mengontrol keseimbangan asam basa dengan mengeluarkan urin yang asam
atau yang basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan
ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari
cairan ekstraseluler.
Keseluruhan mekanisme urin asam basa oleh ginjal adalah sebagai berikut :
sejumlah besar ion bikarbonat disaring secara terus menerus kedalam tubulus, dan bila
ion bikarbonat diekskresikan kedalam urin, keadaan ini menghilangkan basa dari darah.
Sebaliknya sejumlah besar ion hidrogen juga dieksresikan ke dalam lumen tubulus oleh
sel-sel epitel tubulus, jadi menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak ion
hidrogen yang diekskresikan daripada ion karbonat yang disaring, akan terdapat
kehilangan asam dari ciran ekstraseluler. Sebaliknya bila lebih banyak bikarbonat yang
disaring daripada hidrogen yang dieksresikan, akan terdapat kehilangan basa.
Setiap hari tubuh menghasilkan sekitar 80 miliekuivalen asam yang tidak menguap,
terutama dari metabolisme protein. Asam-asam ini disebut tidak menguap karena
mereka bukan H2CO3 oleh karena itu tidak dapat diekskresikan oleh paru-paru.
Mekanisme primer untuk menghilangkan asam-asam ini dari tubuh adalah melalui
ekskresi ginjal. Ginjal juga mencegah kehilangan bikarbonat dalam urin, suatu tugas
yang seara kuantitatif lebih penting daripada ekskresi asam yang tiak menguap. Setiap
hri ginjal menyaring sekitar 4320 miliekuivalen bikarbonat ( 180 liter/hari x 24 mEg/liter )
dan dalm kondisi normal, hampir semuanya direabsorbsi dari tubulus, sehingga
mempertahankan sistem penyangga utama airan ekstraseluler.
12. Reabsorbsi bikarboanat dan ekskresi ion hidrogen ole tubulus. Karen ion bikarbonat
harus bereaksi dengan ion hidogen yang disekresikan untuk membentuk
H2CO3 sebelum dapat direabsobsi, 4320 miliekuivalen ion hidrogen harus disekresikan
tiap hari hanya untuk mereabsorbsi bikarbonat yang disaring kemudian penambahan 80
miliekuivalen ion hidrogen harus diekskresikan untuk menghilangkan asam-asam yang
tidak menguap dari tubuh yang diproduksi setiap hari, sehngga total 4400 miliekuivalen
ion hidrogen yang diekskresikan kedalam cairan tubulus setiap harinya.
Bila terdapat pengurangan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler ( alkaisis ),
ginjal gagal mereabsorbsi semua bikarbonat yang disaring, sehingga meningkatkan
ekskresi bikarbonat. Karena ion bikarbonat normalnya menyangga hidrogen dalam
cairan ekstraseluler, kehillangan bikarbonat ini sama dengan penambahan satu ion
hidrogen kedalam cairan ekstraseluler. Oleh karena itu pada alkalisis pengeluaran ion
bikarbonat akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler kmbali
menuju normal.
Pada asidosis, ginjal tidak mengekskresikan bikarbonat kedalam urin tetapi
mereabsobsi semua bikarbonat yang disaring dan menghasilkan bikarbonat baru, yang
ditambahkan kembali kecairan ekstraseluler, hal ini mengurangi konsentrasi ion
hidrogen cairan ekstraseluler kembali menuju normal.
Jadi, ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler melalui tiga
mekanisme dasar :
1. Sekresi ion-ion hydrogen
2. Reabsobsi ion-ion bikarbonat baru
3. Produksi ion-ion bikarbonat baru
1. Sekresi Ion Hidrogen Dan Reabsorsi Ion Bikarbonat Oleh Tubulus GinjaL
Sekresi ion hidrogen dan reabsorsi bikarbonat sebenarnya terjadi di seluruh bagian
tubulus kecuali cabang tipis desenden dan asenden ansa Henle. Bahwa untuk setiap
bikarbonat yang direabsorsi, harus ada satu ion hydrogen yang disekresikan. Sekitar 80
sampai 90 % reabsorsi bikarbonat ( dan sekresi ion hidrogen ) terjadi ditubulus
proksimal, sehingga hanya sebagian kecil bikarbonat yang mengalir ke dalam tubulus
distal dan duktus koligentes. Mekanisme reabsorsi bikarbonat juga meliputi ekresi ion
hydrogen oleh tubulus, tetapi terdpat beberapa perbedaan dalam hal bahwa segmen-
segmen tubulus yang menyelesaikan tugas ini adalah berbeda.
13. · Ion – Ion hydrogen Disekresikan Oleh Transpor Aktif Sekunder di segmen
Tubulus Awal
Sel – sel tobulus proksimal,segmen tebal tobulus ansa Henle, dan tobulus distal
semuanya semuanya menyekresi ion hidrogen kedalam cairan tobulusmelalui transport
– imbangan natrium – hydrogen. Sekresi aktif sekunder dari ion hydrogen ini
berpasangan dengan transport natrium ke dalam sel pada membrane luminal, dan
energy untuk sekresi ion hydrogen melawan gradient konsentrasi berasal dari gradient
natrium yang membantu pergerakan natrium ke dalam sel. Gradien ini dihasilakan
pompa natrium – kalium adenosine trifosfat ( ATPase ) di membrane basolateral. Lebih
dari 90 % bikarbonat dreabsorsi dengan cara ini, mambutuhkan sekitar 3900
miliekuivalen hydrogen untuk dieksresikan setiap hari oleh tobulus. Akan tetapi
melanisme ini tidak mencapai konsentrasi ion hidrogenyang sangat tinggi dalam cairan
tobulus, cairan tobular menjadi sangat asam di bagian berikutnya dari system tobulus.
Proses sekresi dimulai ketika CO2 berdifusi ke dalam sel tubulusatau dibentuk
melelui metabolisme di sel epitel tobulus, CO2 dibawah pengaruh enzim karbunik
anhidrase , bergabung dengan H2O untuk membentuk H2CO3 yang brdisosiasi HCO3
-
dan H+
. Ion – ion hydrogen disekresikan dari sel masuk kedalam lumen tubulus melalui
transport - imbangan natrium – hydrogen. Artinya ketika natrium bergerak dari lumen
tubulus ke bagian dalam sel, natrium mula – mula bergabung dengan protein pembawa
di batas luminal membran sel ; pada waktu yang bersamaan, ion hydrogen di bagian
dalam sel bergabung dengan protein pembawa. Natrium bergerak kedalam melalui
gradient konsentrasi yang telah dicapai oleh natrium – kalium ATPase di membrane
basolateral. Gradien untuk pergerakan natrium kedlam sel kemudian menyediakan
energy untuk menggerakkan ion hidrigen dalam arah yang belawanan dari dalam sel ke
lumen tubulus.
Ion bikarbonat yang dihasilakan dlam sel ( bila ion hydrogen berdisosiasi dari
H2CO3 ) kemudian bergerak turun melintasi membrane basolateral ke dalam cairan
intertisial ginjal dan darah kapiler peri – tubular. Hasil akhirnya adalah bahawa untuk
setiap ion hydrogen yang disekresikan kedalam lumen tubulus, satu ion bikarbonat
masuk kedalam darah.
Ion –Ion Bikarbonat yang Disaring Direabsorsi melalui Interaksi dengan Ion
Hidrogen dalam Tubulus
Ion – ion bikarbonat tidak mudah menembus membrane luminal sel – sel tbulus
ginjal; oleh karena itu, ion – ion bikarbonat yang di disring oleh glomerulus tidak dapat
direabsorsi secara lagsung. Sebaliknya, bikarbonat direabsorsi melalui proses khusus
14. dimana bikarbonat pertama kali brgabung dengan ion hydrogen untuk membentuk
H2CO3, yang akhirnya menjadi CO2 dan H2O.
Reabsorsi ion – ion bikarbonat ini diawlai oleh reksi diantara tubulus antara ion –
ion bikarbonat yang disaring pada glomerulus dan ion – ion hydrogen yang disekresi
oleh sel – sel tubulus. H2CO3 yang terbentuk kemudian berdisosiasi menjadi CO2 dan
H2O. CO2dapat bergerak dengan mudah melewati membran tubulus; oleh karena itu,
CO2 bergabung kembali dengan H2O, dibaeah pengaruh karbonik anhidrase, untuk
menghasilakan molekul H2CO3 yang baru. H2CO3 ini kemudian berdisosiasi membentuk
ion bikarboanat dan ion hydrogen; ion bikarbonat kemudian berdifusi melalui membrane
basolateral kedalam cairan intertisial dan dibawa naik ke darah kapilere
peritubular. Jadi setiap kali ion hydrogen dibentuk di dalam sel – sel epitel tubular, ion
bikarbonat juga dibentuk dan dilepaskan kembali ke dalam darah. Efek bersih dari
reaksi ini adalah “reabsorsi” ion bikarbonat dari tubulus, walaupun ion – ion bikarbonat
yang sebenarnya memasuki cairan ekstraseluler tidak sama dengan yang disaring ke
dalam tubulus.
· Ion – ion Bikarbonat “ Dititrasi ” Terhadap Ion – ion Hidrogen Dalam Tubulus.
Dalam kondisi normal, kecepatan sekresi ion hydrogen tubular adalah sekitar
4400mEq/hari. Jadi, jumalah kedua ion yang memasuki tubulus ini hampir sama, dan
mereka bergabung untuk membentuk CO2 dan H2O. Oleh karena itu peningkatan
bahwa ion – ion bikarbonat dan ion –ion hydrogen normalnya bertitrasi satu sama lain
dengan tubulus.
Proses titrasi ini tidak begitu tepat karena biasanya sedikit kelebiahn ion hydrogen
dalm tubulus akan dieksresikan dalm urin. Kelebihan ion ini sekitar ( 80mEq/hari )
membersihkan tubuh dari asam – asam yang tidak menguap yang dihasilakan oleh
metabolisme. Kebanyakan ion hydrogen tidak diekskresikan sebagai ion hydrogen
bebas tetepi lebih dalam bentuk kombinasi dengan penyangga urin lainya, terutama
fosfat dan ammonia
Bila terdapat kelebiahan ion bikarbonat melebihi ion hydrogen dalam urin, eperti
yang terjadi alkalosis metabolic, kelebihan ion bikarbonat tidak dapat direabsorsi; oleh
karena itu, kelebiahan ion bikarbonat ditinggalkan di dalam tubulus dan akhirnya
diekskresiakn ke dalam urin, yang membantu mengoreksi alkalosis metabolic.
Pada asidosis, teradapat kelebihan jumlah ion hydrogen dibandingkan dengan ion
bikarboanat, menyebabkan reabsorsi menyeluruh bikarbonat,dan kelebiahan ion
hydrogen dikeluarkan kedalam urin. Kelebihan ion hydrogen ini disangga didalam
tubulus olen fosfata dan ammonia dan akhirnya dieksresikan sebagai garam. Jadi,
15. mekanisme dasar dimana ginjal mengoreksi asidosis atau alkalosis merupakan titrasi
tidak lengkap dari ion hydrogen terhadap ion bikarbonat, meninggalakan salah satu dari
kedua ion ini untuk dikeluarkan ke dalam urin, oleh karena itu dihilangkan dari cairan
ekstraseluler. Sekresi Aktif Primer dari Ion Hidrogen dalam Sel –Sel Intercalated pada
Tubulus DistalBagian Akhir dan Duktus Koligentes.
Dimulai dari bagian akhir tubulus distal dan berlanjut melelui sisa system tubular,
epitel tubulus menyekresikan ion – ion hydrogen melalui transport aktif primer. Ciri – ciri
transport ini berbeda dengan transport yang didiskusikan untuk tubulus proksimal dan
ansa henle.
Mekanisme sekresi aktif primer ion hydrogen terjadi pada membrane luminal sel
tubulus, tempat ion – ion hydrogen ditranspor secara langsung oleh suatu protein
khusus, yaitu pentranspor-hidrogen ATPase. Energi yang dibutuhkan untuk memompa
ion hydrogen dihasilakn dari pemecahan ATP menjadi adenin difosfat.
Sekresi primer ion hydrogen terjadi di suatu sel jenis khusus yang disebut sel
intercalated pada tubulus distal bagian akhir dan duktus koligentes. Sekresi hydrogen
dalam sel – sel ini dicapai melalui dua langkah:
1. CO2 terlarut dalam sel ini bergabung dengan H2O membentuk H2O dan
H2CO3
2. H2CO3 kemudian berdisosiasi menjadi ion bikarbonat yang direabsorsi
menjadi
ion bikarbonat yang direabsorsi ke dalam darah ditambah ion hydrogen yang
disekresikan kedalam tubulusmelelui mekanisme hydrogen-ATPase
Untuk setiap ion hydrogen yang disekresikan, satu bikarbonat direabsorsi, mirip
dengan proses didalam tubulusproksimal. Perbedaan utama adalah bahwa hydrogen
bergerak melewati membrane luminal melalui pompa aktif H+ dan bukan melalui
transport-imbangan, seperti yang terjadi pad bagian awl nefron.
Walaupun sekresi ion hydrogen di tubulus distal bagian akhir dan duktus koligentes
hanya merupakan sekitar 5 % dari ion hydrogen total yang disekresikan, mekanisme ini
penting dalam pembentukan urin asam yang maksimal. Ditubulus proksimal,
konsentrasi ion hydrogen dapat ditingkatkan hanya sekitar 3 – 4 kali lipat, walaupun
sejumlah besra ion hydrogen disekresikan melalui segmen nefron ini. Sebaliknya,
konsentrasi ion hydrogen dapat ditingkatkan sebanyak 900 kali lipat di dalam duktus
koligentes. Penurunan pH cairan tubulus ini sampai sekitar 4,5, yang merupakan batas
bawah pH yang dapat dicapai oleh ginjal normal.
16. D. Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Asidosis Respiratorik
A. Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang
buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida
dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan
turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
B. Penyebab
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang
mempengaruhi paru-paru, seperti:
· Emfisema
· Bronkitis kronis
· Pneumonia berat
· Edema pulmoner
· Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan
obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi
bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap
mekanisme pernafasan.
C. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan
koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau
jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu
terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan
bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
D. Diagnose
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan
pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
17. E.Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-
paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita
penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema.
Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu
diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.
Asidosis Metabolik
A. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih
cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan
cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan
keadaan koma.
B. Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama
adalah:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam.
Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis
aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh
dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit;
salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali
dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat
dibentuk dari metabolisme gula.
18. 3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam jumlah yang semestinya.
Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak
berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus
renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
· Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
· Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
· Ketoasidosis diabetikum
· Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
· Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
· Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena
diare, leostomi atau kolostomi.
C. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya
penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam
atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan
yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan.
Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok,
koma dan kematian.
D. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah
yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan).
Darah arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur
pH darah.
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan
bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu
menentukan penyebabnya.
Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya
menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah
menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau
overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan
pengukuran pH air kemih.
19. E. Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya.
Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan
membuang bahan racun tersebut dari dalam darah.
Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan
yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung.
Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan
terhadap penyebabnya.
Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi
bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.
Alkalosis Respiratorik
A. Definisi
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan
kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
B. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab
hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari
alkalosis respiratorik adalah:
· rasa nyeri
· sirosis hati
· kadar oksigen darah yang rendah
· demam
· overdosis aspirin.
C. Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk,
bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
D. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam
darah arteri. pH darah juga sering meningkat.
20. E. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda
nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali
karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama
mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama
mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika
kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga
mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
Alkalosis Metabolic
A. Definisi
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat.
B. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah
yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti
yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam
jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
· Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
· Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
· Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan
kortikosteroid).
C. Gejala
21. Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot
berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang
berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani).
D. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
E. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit
(natrium
dan kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara
intravena.
22. BAB III
PENUTUP
A. Penutup
Semoga makalah ini dapat memberikan gambaran mengenai keseimbangan asam
basa. Bagi institusi sebagai arsip untuk mahasiswa yang lainya.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharap pembaca dapat memahami penjelasan di
dalamnya sehingga dapat diterapkan guna pemaksimalan pemahaman mengenai
keseimbangan asam basa.
23. DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee. (2004). Human physiology: From cells to systems. 5th ed.
California: Brooks/ Cole-Thomson Learning, Inc.
SIlverthorn, D.U. (2004). Human physiology: An integrated approach. 3rd ed. San Francisco:
Pearson Education.
24. KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
berkat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi panyempurnaan
makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang
turut serta dalam penyelesaian makalah ini.
Raha, 3 Juni 2013
Penyusun
25. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………......i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………........ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………........1
A. Latar Belakang …………………………………………………....................1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………….................1
C. Tujuan ……………………………………………………………..................1
BAB II PEMBAHASAN .……………………………………………………....2
A. Pengertian ………….……………………………………………...................2
B. Keseimbangan Asam Basa ………………………………………................3
C. Pengaturan Keseimbangan Asam Basa …………………………..............3
D. Gangguan keseimbangan asam basa.......................................................16
Asidosis Metabolik ……………………………………………......................16
Asidosis Respiratorik …………………………………………......................17
Alkaosis Metabolik …………………………………………...........................20
Alkalosis Respiratorik ..................................................................................20
BAB III PENUTUP ………………………………………………………….......21
A. Penutup …………………………………………………………..................21
B. Saran …………………………………………………………….................21
C. Kesimpulan …………………………………………………………............21
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….......22
26. TUGAS BIOKIMIA
KESEMIMBANGAN ASAM BASA
DISUSUN OLEH
1. DEWI
2. EMISAILAN
3. HARLIN
4. HETY WULAN SARI
5. ICE MARIATI
6. WIDARMINFIIRU
STIK AVICENNA MULTI KAMPUS MUNA
2013