SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh 4 serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN- 3, DEN-4)
dengan daya infeksi tinggi pada manusia. Menurut jumlah kasus DBD di wilayah
Asia Tenggara, Indonesia mendapatkan peringkat kedua setelah Thailand.
Dilaporkan sebanyak 58.301 kasus DBD terjadi di Indonesia sejak 1 Januari
hingga 30 April 2004 dan 658 kematian, yang mencakup 30 provinsi dan terjadi
kejadian luar biasa (KLB) pada 293 kota di 17 provinsi.1 Bebepapa penelitian lain
menunjukkan kejadian DBD lebih banyak terjadi pada anak-anak yang lebih muda
dari 15 tahun.2 Trombositopenia merupakan salah satu kriteria laboratorium non
spesifik untuk menegakkan diagnosis DBD yang ditetapkan oleh WHO.3 Hasil
penelitian Shah GS dkk4 tahun 2006 di Bangladesh, menunjukkan dari 100
penderita anak-anak yang positif infeksi dengue, 52 (61,7%) menunjukkan
trombositopenia pada penderita DBD dan DSS (Dengue Syock Syndrome).
Sedangkan penelitian Celia C Carlos dkk5 pada tahun 2005, anak-anak yang
menderita infeksi dengue menunjukkan penurunan jumlah trombosit sekitar 113,8
± 58 (x103/_L) pada group demam dengue dan 58,5 ± 84,1 (x103/_L) pada group
DBD. Adanya trombositopenia pada hari ketiga atau keempat pada saat sakit akan
mempermudah diagnosis DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola
jumlah trombosit pada anak-anak yang menderita DBD berdasarkan petanda
serologi IgG dan IgM.
Menurut Dirjen P2PL, sejak Januari – Oktober 2009, Demam Berdarah
Dengue (DBD) telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penderita sebanyak
121.423 orang (CFR: 0,83). Jumlah ini meningkat dibandingkan periode tahun
2008 yaitu 953 orang meninggal dari 117.830 kasus (CFR: 0,81). Jangan tunggu
jatuh banyak korban lagi, lakukan 3 M Plus secara bersama-sama.
2
Dari kasus yang dilaporkan selama tahun 2009, tercatat 10 provinsi yang
menunjukkan kasus terbanyak, yaitu Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal),
DKI Jakarta (26.326 kasus 33 meninggal), Jawa Timur (15.362 kasus 147
meninggal), Jawa Tengah (15.328 kasus, 202 meninggal), Kalimantan Barat
(5.619 kasus, 114 meninggal), Bali (5.334 kasus, 8 meninggal), Banten (3.527
kasus, 50 meninggal), Kalimantan Timur (2.758 kasus, 34 meninggal), Sumatera
Utara (2.299 kasus, 31 meninggal), dan Sulawesi Selatan (2.296 kasus, 20
meninggal), ujar Prof. Tjandra.
Beberapa provinsi yang mengalami peningkatan kasus dibandingakan
tahun 2008 adalah Jambi, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat dan Papua.
Korban akibat DDB diperkirakan terus bertambah terutama pasca banjir,
pergantian musim, dan pada waktu curah hujan jarang terjadi dimana banyak
penampungan air seperti vas bunga, tendon air/ water toren, bak mandi, tempayan
serta ban bekas, kaleng bekas, botol minuman bekas dan sebagainya yang dekat
dengan lingkungan pemukiman penduduk tidak dibersihkan, sehingga menjadi
tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti penular DBD.
Nyamuk ini juga menularkan penyakit Chikungunya yang menyerang otot-
otot dan menimbulkan nyeri berat. Menggigit pada siang hari dengan waku efektif
2 jam setelah matahari terbit (pukul 08.00 12.00 dan beberapa jam setelah
matahari tenggelam (pukul 15.00 – 17.00). Setelah digigit nyamuk, antara 3 – 14
hari kemudian atau biasanya 4 – 7 hari akan menunjukkan gejala atau tanda-tanda
DBD. Penyakit ini dapat dicegah dengan menghindari gigitan nyamuk Aedes
Aegypti, yaitu menggunakan obat nyamuk oles (repellent), menggunakan
kelambu bila tidur siang, dan usir nyamuk dengan obat nyamuk bakar/ semprot
baik di dalam maupun di luar rumah pada pagi dan sore hari.
Melihat semua kejadian yang disebabkan akibat penyakit demam berdarah
dengue, maka semestinya di kalangan instansi pelayanan kesehatan baik
puskesmas maupun Rumah Sakit diaharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan yang baik dalam manangani penderita penyakit tersebut agar
3
memperkecil angka penderita penyakit ini. Oleh sebab itu keterampilan seorang
tenaga kesehatan khususnya keperawatan sangat diharapkan dalam mejalankan
asuhan keperawatan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah
yang dapat diambil dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana konsep umum dari perjalanan penyakit demam berdarah dengue
/DHF, mencakup defenisi, penyebab, gejala klinis, petofisiologi, pemeriksaan
penunjang, pencegahan serta penanganan penyakit Dengue Hemoragik Fever
(DHF)?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawata
pada penderita penyakit demam bedarah dengue khususnya pada anak ?
C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah asuhan keperawatan ini yaitu unutk :
1. Mengetahui konsep umum dari perjalanan penyakit demam berdarah dengue
/Dengue Hemoragik Fever (DHF), mencakup defenisi, penyebab, gejala klinis,
petofisiologi, pemeriksaan penunjang, pencegahan serta penanganan penyakit
DHF.
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat
pada penderita penyakit demam bedarah dengue khususnya pada anak.
D. MANFAAT
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk meningkatkan
pemahaman pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dalam memahami
konsep umum serta konsep asuhan keperawatan yang diberikan pada penderita
4
penyakit Dengue Hemoragik Fever (DHF) pada anak, yang diharapkan dapat
menjadi acuan yang diterapkan pada pelayanan kesehatan nantinya.
5
BAB II
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Dengue hemoragik fever (DHF) atau yang sering dikenal dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) merupakan Suatu penyakit infeksi akut terutama
menyerang anak yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala utama demam
dan manifestasi perdarahan pada kulit atau pun bagian tubuh lainnya yang
bertendensi menimbulkan renjatan dan dapat berlanjut danagn kematian.
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus
dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(betina) (Seoparman, 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat
menyebar secara efidemik. (Sir, Patrick manson, 2001).
B. ETIOLOGI
a. Virus dengue sejenis arbovirus.
b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif,
Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke
II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun
1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif
terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu
70 oC.
6
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif
ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.
C. KLASIFIKASI DHF
a. Derajat I : Demam diseertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji
torniquet (+), Trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : Derajat satu ditambah perdarahan spontan pada kulit dan /atau di
tempat lain.
c. Derajat III: Renjatan ( kegaaglan sirkulasi ) Yang ditandai dengan nadi cepat
dan lambat, tekanan nadi menurun, ( < 20 mmHg ) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab, dan gelisah.
d. Derajat IV : Renjatan dalam dengan nadi tak teraba dan terisi tak teratur.
D. MANIFESTASI KLINIS
 Demam tinggi, mendadak terus-menerus selama 2-7 hari
 Manipestasi perdarahan baik melalui uji torniquet ( + ) maupun perdarahan
spontan pada kulit ( peteki, ekimosis, Memar ) dan / atau di tempat lain seperti
epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis, perdarahan bawah kulit dan melena.
 Hepatomegali
 Renjatan yang ditandai nadi cepat dan lemah sdampai tak teraba, tekanan nadi
menyempit ( < 20 mm Hg ) atau hipotensi ( < 80 mmHg ) sampai tak terukur
disertai kulit dingin, lembab, dan kegelisahan.
 Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
 Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
 Sakit kepala.
 Pembengkakan sekitar mata.
 Pembesaran limpa, dan kelenjar getah bening.
7
E. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effusi pleura
d. Penurunan kesadaran
e. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan
ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan
darah dan cairan serta menyebabkan kematian.
f. Ensepalopati.
g. Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
h. Disorientasi, prognosa buruk.
F. PATOFISIOLOGI
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada
DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut.
8
Infeksi virus dengue
Viremia
Demam Sakit kepala Mual Nyeri otot
petekhie
Pembesaran kelenjar
getah bening
Trombositopneia Infeksi virus
dengue
Hepatomegali Hiperimia
Vaskulitis Reaksi
imunologis
Permeabilitas
kapiler meningkat
(dinding kapiler)
Kebocoran
plasma
 Hemokonsentrasi (peningkatan
HCT lebih dari 20 %)
 Hipoproteinemia
 Hiponatremia
 Efusi serosa
Hipovolume  Peningkatan reabsorbsi air dan
natrium oleh ginjal dan penurunan
ekskreasi natrium urine serta
peningkatan osmolalitas.
Syok ;Hipotensi
Hipoksia jaringan
DIC Asidosis
metabolik
Perdarahan
masif
Kompleks
virus antibodi
Aktivasi
komplemen
Histamine
dilepaskan
Bagan Terjadinya Dengue Hemoragik
Fever (DHF)
9
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui
endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic
dan kematian.
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal pertama yang terjadi stelah virus
masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau
bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta
efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang
diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah
trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian
cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah
terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan
cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan
10
tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran
pencernaan dan jaringan adrenal.
G. DIAGNOSIS
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai
berikut :
a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis
demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.
b. Manifestasi perdarahan :
o Uji tourniquet positif
o Petekia, purpura, ekimosis
o Epistaksis, perdarahan gusi
o Hematemesis, melena.
c. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.
d. Dengan atau tanpa renjatan. Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun
(hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam
biasanya mempunyai prognosis buruk.
e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi
H. DIAGNOSIS BANDING
Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain
seperti :
a. Demam chikunguya.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di
atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan
otot
b. Demam typhoid. Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam,
bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif.
11
c. Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut,
demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi
menunjukkan pansitopenia.
d. Purpura trombositopenia idiopati (ITP) Purpura umumnya terlihat lebih
menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi
hemokonsentrasi.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Trombositopenia : Trombosit < 150.000/ mmHg atau penurunan progresif
pada pemeriksaan periodic disertai waktu perdarahan yang memanjang.
2. Hemokensentrasi : Hematokrit pada MRS > 20 % atau meningkat
progresif pada pemeriksaan priodik.
3. Diagnosa ditegakan bila di temuklan 2 kriteri klinis dan 2 kriteria
laboraturium
4. Darah
o Trombosit menurun.
o HB meningkat lebih 20 %
o HT meningkat lebih 20 %
o Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
o Protein darah rendah
o Ureum PH bisa meningkat
o NA dan CL rendah
5. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
o Rontgen thorax : Efusi pleura.
o Uji test tourniket (+)
12
J. PENATALAKSANAAN
1. Penggantian cairan ( Volume Plasma )
- Minum banyak 11/2 – 2 Liter / hari, berupa air gula, susu teh dengan
gula atau air buah.
- Pemberian caira intravena
2. Tranfusi darah dengan indikasi :
- Perdarahan GI berat : Melena, hematemisis
- Dengan pemeriksaan HB, HCT, Secara priodik terus terjadi penurunan,
sementara penderita masih terjadi perdarahan atau keadaan akut
semakin menurun.
3. Tirah baring atau istirahat baring.
4. Diet makan lunak.
5. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF.
6. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan
cairan yang paling sering digunakan.
7. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
8. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
9. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
10. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
11. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
12. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
13. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
14. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan
segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak
13
tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran
sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
15. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan
12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi
sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg,
kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
16. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika
ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang
dengan penurunan Hb yang mencolok.
17. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
b. Hematokrit yang cenderung mengikat.
18. Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter
dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan
orang tua.
K. PENCEGAHAN
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah
dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya
kasus DHF.
b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia
sembuh secara spontan.
c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di
sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi.
14
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
a. Menggunakan insektisida.Yang lazim digunakan dalam program
pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk
membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik
(larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau
pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate
ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan
air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 %
per 10 liter air.
b. Tanpa insektisida, Caranya adalah :
1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 –
10 hari).
2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan
benda lain yang memungkinkan nyamuk bersaran
KASUS :
Klien mengalami demam sudah 5 hari yang lalu waktu ada di rumah.
Orang tua klien sudah membawa klien ke puskesmas dan sudah diberi obat,
demam klien turun namun demamnya kadang naik lagi. Demam di rasakan
terutama pada malam hari dan sepanjang malam. Klien juga mengeluhkan sesak
napas sejak malam sebelumnya bersamaan dengan demam yang dirasakan.Klien
demam, muntah + 10 X, perut sedikit kembung, makan tidak mau, minum sedikit-
sedikit (+ 150 cc ) dan perdarahan pada ginggiva. Pada pemeriksaan kembali di
Puskesmas pada tanggal 03 Mei 2011 klien di duga ( SUSP. DHF ) kemudian di
rujuk ke RSUD SULTRA.
15
Setelah dilakukan anamnese didapatkan keadaan umum pasien lemah,
tingkat kesadaran normal, TTV : TD : 100/70 mmhg, P : 60 x/m, N : 120 x/m, S :
380C. klien nampak lemah, perut kembung, peteki, perdarahan pada gusi serta uji
tornikuet positif. Keluarga klien nampak cemas dengan keadaan pasien.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan trombosit, Hb
menurun, leukosit meningkat serta hematokrit mulai meningkat.
16
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama Panggilan : Devita Sari / Devi
2. Tempat tanggal lahir/Usia : 02 Juni 2005
3. Umur : 6 Tahun
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SD
7. Alamat : Jl. Kamboja No. 27
8. Tanggal Masuk : 02 Mei 2011 Pk. 20.00 WITA
9. Tanggal Pengkajian : 03 Mei 2011 Pk. 08.30 WITA
10. Diagnosa Medik : Dengue Hemoragik Fever (DHF).
B. Identitas Orang Tua
1. Ayah
a. Nama : Muhammad Sapri
b. Usia : 35 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan/Sumber Penghasilan: Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Kamboja No. 27
2. Ibu
a. Nama : Sahriah
b. Usia : 33 Tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan/Sumber Penghasilan: IRT
17
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Kamboja No. 27
C. Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan
1.
2.
3.
4.
Imran
Devita Sari
Amalia
Rifal
8 Tahun
6 Tahun
4 Tahun
2 Tahun
Kakak
Klien
Adik
Aduk
Sehat
Sakit
Sehat
Sehat
II. KELUHAN UTAMA/ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Ibu klien mengatakan anaknya sesak napas, badan demam,
muntah-muntah, sakit kepala , tidak mau makan.
III.RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami demam sudah 5 hari yang lalu waktu ada di
rumah. Orang tua klien sudah membawa klien ke puskesmas dan sudah
diberi obat, demam klien turun namun demamnya kadang naik lagi.
Demam di rasakan terutama pada malam hari dan sepanjang malam. Klien
juga mengeluhkan sesak napas sejak malam sebelumnya bersamaan
dengan demam yang dirasakan.Klien demam, muntah + 10 X, perut sedikit
kembung, makan tidak mau, minum sedikit- sedikit (+ 150 cc ) dan
perdarahan pada ginggiva. Pada pemeriksaan kembali di Puskesmas pada
tanggal 03 Mei 2011 klien di duga ( SUSP. DHF ) kemudian di rujuk ke
RSUD SULTRA.
18
P : Klien mengalami demam selama dirumah sudah 5 hari yang lalu.
Q :Demam dirasakan turun kalau habis minum obat, dan akan timbul
kembali.
R : Demam / panas dirasakan seluruh tubuh
S : Skala demam ; 38o C.
T : Demam dirasakan siang hari dan meningkat pada malam hari.
B. Riwayat Kesehatan lalu
- Pernah sakit dan dirawat di Rumah Sakit dengan batuk-batuk, dan
demam.
- Tidak pernah mengalami jatuh.
- Perkembangan anak normal sesuai dengan umur perkembangan
- Tidak pernah alergi makan dan reksi obat-obatan
C .Riwayat Kesehatan keluarga
- Kakak perderita tidak pernah alergi makan.
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita pentakit lain,
D. Genogram
19
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah
Klien adalah anak ke dua dari 4 bersaudara. Sekarang tinggal bersama
kedua orang tuanya, ketiga saudaranya serta bersama neneknya dalam serumah.
Kakek klien dari pihak ibu meninggal karena faktor usia serta nenek dari pihak
ayah meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Saat mengandung klien, ibu klien
tidak menderita p;enyakit DBD. Semua anggota keluarga klien yang tinggal
serumah tidak menderita penyakit yang sama. Klien tinggal di rumah sendiri dan
berada di pinngir kota yang disekitarnya kurang bersih. Disekitar tempat tinggal
pasien juga ada beberapa orang yang pernah menderita DBD beberapa hari yang
lalu.
?33
35 ?? ?
?
28 46
20
IV. RIWAYAT IMMUNISASI
No Jenis Immunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah
Pemberian
1. BCG Usia 1 bulan -
2. DPT (I,II,III) Usia 2,3,4 bulan Demam
3. Polio (I,II,III,IV) Usia 2,3,4 Bulan -
4. Campak Usia 9 bulan -
5. Hepatitis Hepatitis -
6. Lain-lain - -
V. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
A.Pertumbuhan Fisik
1. Berat Badan Lahir : 2,80 Kg
2. Tinggi Badan : 48 Cm
3. Waktu tumbuh gigi: 7 bulan , Tanggal gigi tahun. (- )
B. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat:
1. Berguling : tidak ingat
2. Duduk : tidak ingat
3. Merangkak : 10 bulan
21
4. Berdiri : 1 tahun
5. Berjalan : 1 Tahun
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 6 bulan
7. Bicara pertama kali : 1tahun
8. Berpakaian tanpa bantuan : 4 Tahun
VI. RIWAYAT NUTRISI
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : Sejak Dari lahir
2. Cara pemberian : Setiap kali menangis:
3. Lama pemberian : 1 tahun.
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : Asi berkurang airnya
2. Jumlah pemberian : 2 Tahun
3. Cara memberikan : Dengan dot
C. Pemberian makanan tambahan :
a. Pertama kali diberikan usia : 4 bulan.
b. Jenis: Bubur susu: : Pisang:in-lain:
D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini :
No Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
…
…
…
…
…
0 – 4 bulan
4 – 12 bulan
Saat ini
ASI + bubur tim
ASI + bubur tim
1 Tahun
22
VII. RIAYAT PSIKOSOSIAL
 Anak tinggal di rumah sendiri
 Lingkungan berada di pinggir kota
 Rumah agak jauh dari sekolah: , Ada halaman tempat bermain,
 Kadang klien tidur dengan nenek
 Hubungan antar anggota keluarga baik
 Pengasuh anak : ibu dan nenek
VIII. RIWAYAT SPIRITUAL
 Support system dalam keluarga : Suport Dalam keluraga nenek dan
tante
 Kegiatan keagamaan : kegiatan shalat rutin dan mengaji
IX. REAKSI HOSPITALISASI
A. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
 Orang tua / keluarga membawa klien ke rumah sakit karena dirujuk oleh
PKM ke RS. Labunag BAji
 Orang tua merasa cemas dan kawatir mengenai keadaan penyait anaknya
 Orang tua selalu menanyakan pakah sakitnya klien dan apa dapat
sembuh
 Selain ibu nenek dan tante yang menemani klien di rumah sakit
 Apakah dokter menceritakan keadaanmu: Ya
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
 Anak tidak tau tentang keaadaan sakitnya
 Anak merasa bosan di rumah sakit, takut setiap akan dilakukan
tindakan dan ingin cepat pulang
23
X. AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan
2. Menu makan
3. Frekuensi makan
4. Makanan yang disukai
5. Makanan pantangan
6. Pembatasan pola makan
7. Cara makan
8. Ritual saat makan
- Baik
- Nasi, telur , tempe,sayur
- 3x sehari
- Rori, indomi, Es.
- tidak ada
- tidak ada
- Makan sendiri
- Berdoa sebelum makan
- Kurang nafsu makan
- Nasi, telur, sayur,
tidak sampai ¼ porsi
- roti, indomi
- Tidak ada
- Tidak ada
- Disuapi nenek
- Berdo’a
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman
2. Frekuensi minum
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan
-Air putih
-Setiap haus minum
-Terpenuhi
-Minum sendiri
-
- Air putih dan susu putih
- Setiap haus, + 800cc/hr
-
- Minum sendiri.+ Infus
( IVFD : Asering 50 tt/m
-
C. Eliminasi (BAB/BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
WC
1 X sehari
WC
1 x sehari
24
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
Lunak (kuning
coklat)
Tidak ada
Tidak ada
Lunak (kuning coklat
)
Tidak ada
Tidak ada
D. Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur :
 Siang
 Malam
2. Pola tidur
3. Kebiasaan sebelum tidur
4. Kesulitan tidur
- Jam 13. 00 –
15.00
- Jam 21.00 –
06.00
- Kadang tidak
sesuai waktu
- Tidak ada
- Tidak ada
-
- Jam 13 – 15.00
- Jam 21.00 – 05.00
- Kadang terbangun
malam hari
- Tidak ada
- tidak ada
E. Olah raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olah raga
2. Jenis dan frekuensi
3. Kondisi setelah olah
raga
Dilakukan teratur
Senam, tiap jum’at
Segar dan sehat
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak ada
F. Personal Gygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
25
 Cara
 Frekuesni
2. Cuci rambut
 Frekuensi
 Cara
3. Gunting kuku
 Frekuensi
 Cara
4. Gosok gigi
 Frekuensi
 Cara
Mandiri sendir
2 x 1
3 x seminggu
cuci rambut
Setiap kuku
panjang
2x 1,dibantu ortu
2 x sehari
digosok sendiri
Dibantu orang tua
Sabun mandi ,
waslap
Belum pernah
Belum pernah
1 X sehari
dibantu orang tua
G. Aktivitas / Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal harian
3. Penggunaab alat bantu
aktivitas
4. Kesulitan pergerakan tubuh
Kesekolah , bermain
Sekolah, istirahat,
bermain, mengaji
Tidak ada
Tidak ada
Klien tidur aja
Mengikuti program
pengobatan & perawatan
Tidak ada
Sakit gerah karena perut
kembung, dan sesak
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat Sekolah.
2. Waktu luang
Senang banyak
teman
Bermain sam kakak
Bosan, Ingin cepat
pulang
Bedres, kondisi lemah
26
3. Perasaan setelah
rekreasi/bermain
4. Waktu senggang
keluarga
5. Kegiatan Hari libur
.
Senang , gembira
Nonton TV,
istirahat
Di rumah
Bergantian menjaga
anak di RS.
XI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum Klien : Klien tampak lemah, sesak nafas, perut
kembung.
B. Tanda-tanda vital
 Suhu : 38o C
 Nadi : 120 X/ mnt
 Respirasi : 60 x
 Tekanan darah : 100 / 70 mmHg
C. Antropometri
 Tinggi badan : 113 cm
 Berat badan : 15 Kg
 Lingkar lengan atas : 15 cm
 Lingkar kepala : 47 cm
 Lingkar dada : 53 cm
 Lingkar perut : 56 cm
D. Sistem Pernapasan
 Hidung: Simetris kiri – kanan tidak ada skret, tidak ada polip, ada
pernafasan cuping hidung, epistaksis tidak ada.
 Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada tomor
 Dada :
▪ Bentuk dada Normal: simetris
27
▪ Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal ; 1 : 2
▪ Gerakan dada: Simetris kiri- kanan , ikut gerakan nafas, tidak ada
retraksi
▪ Suara napas: ronki awal,
▪ Tidak ada clubbing finger:
E. Sistem Cardio Vaskuler
 Conjungtiva: sedikit Anemia , bibir kering, Arteri carotis: teraba
Lemah, Ukuran jantung: Normal: ictus kordis teraba pada ICS 5
midklavikula kiri
 Capillary Refilling Time: detik
F. Sistem Pencernaan
 Sklera tidak ikterus , tidak mau makan oleh karena gelisah sesak
nafas, Bibir kering , lidah kotor, gerakan peristaltic tidak terdengar,
tidak terapba hati- limfa.
 Mulut: Kemampuan menelan susah karena sesak.
 Gaste: ada kembung:
G. System Indra
1. Mata
 Kelopak mat: Kelopak mata tidak edema, alis mata dan bulu
mata merata.
 Lapang pandang: Lapangan pandang 150o
2. Hidung
 Penciuman normal , tidak ada secret yang menghalangi saluran
nafas.Penciuman normal tidak ada scret yang menghalangi
pernafas:
 Sekret yang menghalangi penciuman tidak ada.
3. Telinga
Keadaan daun telinga simetris kiri – kanan , canal auditiri bersih,
tidak ada sirumen, Fungsi pendengaran baik,
H. System Syaraf
1. Fungsi Cerebral
28
a. Status Mental:
- Memori ; Klien mampu mengetahui dimana dia berada di
RS, orang, ( Ibu, nenek, tente, dan perawat ).
- Daya ingat : Klien mampu mengingat 3 buah benda yang
diperlihatkan ( Pulpen, Buku, sendok, ). Mampu mengingat
sekolahnya. Skore : 5
- Berhitung : Klien mampu menyebutkan jawaban
perhitungan sederhana Score : 2
- Bahasa: Klien dapat mengikuti perintah , klien dapat
mengenali benda-benda yang dapat diperlihatkan dengan
menyebutkan benda-benda tersebut ( Pulpen, Sendok )
Klien dapat mengukuti apa yang diperintahkan misalnya
angkat tangan, pegang pulpen ) Skore : 7
b. Kesadaran :
Eyes 4 : membuka mata spontan
Verbal 5 : Orenrasi baik
Motrik 6 : Menuruti perintah
c. Fungsi Bicara :
- Ekspresif : Klien mampu mengungkapkan perasaannya ( kalu
sakit bilang sakit )
- Reseptif : Klien mampu mengikuti ucapan yang
diperintahkan ( mengucapkan minum )
2. Fungsi Cranial
1) Nervus I ( Olfaktorius ) : Klien mampu membedakan bau
minyak tawon dengan bau susu.)
2) Nervus II ( Opticus ) : Lapang pandang 150o,
Ketajaman penglihatan baik
3) Nervus III,IV,VI :
o III : ( Okulomotorius ) : Pupil isokor, miosis bila ada
rangsangan cahaya.
29
o N. IV : ( Trochlearis ) : Bola mata dapat digerakan
kebawah dan keatas.
o N. VI : Bola mata dapat digerakan kebawah dan keatas.
4) Nervus V ( Trigeminus ) dan VII ( Fasialis )
o Sensorik : Refleks Korne Mengedif , dapt membedakan
panas den dingin pada wajah.
o Motorik : Klien dapat mengunyah
Nervus VII : Dapat membedakan rasa manis, asam dan pahit
5) Nervus VIII ( Akustikus )
Cochlear : Ketaman penglihatan baik
Vestibular : Tidak dapt dilakukan karena klien sesak.
6) Nervus IX ( Glasopharengius ) : Tidak diperiksa klien
gelisah.
7) Nervus X ( Vagus ) : Posisi avula di tengah dan tertarik
keatas saat mengucapkan ahh.
8) Nervus XI ( Aksesorius ) :
o Sternocledomastoideus : Mampu menahan tahan
pemeriksa ketiha menoleh kesamping
o Trapezius : Bahu dapat menahan tahan tangan pemeriksa
9) Nervus XII ( Hipoglosus ) :
Dapat menggerakan lidah kiri – kanan , ke depan belakang.
3. Tes Fungsi sensorik
o Rasa Sakit : Klien dapai melokalisir rasa sakit tempat tusukan
pena
o Vibrasi : Klien mampu meraakan getaran
o Koordinasi : Klien mampu menyentuhka ujung jarinya ke ujug
jari perawat kemudian ke hidungnya
o Sentuhan : Klien mampu merasakan sentuhan kapas yang
disentuhkan pada kulitnya.
o Dis kriminasi : tidak dapat dilakukan karena klien gelisah
30
4. Fungsi motorik
o Massa Otot normal : Tonus otot , klien mempu mengkontraksikan
ototnya,
5. Fungsi cerebellum
o Keseimbangan: Tidak dapt dilakukan jkien sesak
o Fugsi koordinasi Baik
6. Fungsi reflek
o RTB ( + )
o R.T Patela ( + )
o RTT ( + )
o R. T Achiles ( + )
7. Rangsangan Meningen
o Kaku Kuduk (-)
o Bruzinsky I (-)
o Kernigsign (-)
o Brudzinsky II (- )
I. System Muskulo Skeletal
o Kepala : Bentuk kepala : Normal cepal , Gerakan: Normal
o Vertebrae; Tidak ada kelainan bentuk , dan tidak ada nyeri tekan.
o Pelvis : Gaya jalan normal
o Lutut : Balotemen ( + )
o Kaki : Dapat melakukan dordopleksi, plantar fleksi, inversi dan
eversi
o Tangan : Tidak ada kelainan bentuk, bahu simetris.
J. System Integumen
o Rambut : Warna hitam tidak mudah dicabut.
o Kulit : Warna sawo matang, kelembaban cukup trugor baikmukosa
bibir kering
o Kuku : Tidak tampak cubing pengger
K. System Endokrim
o Kelenjar Thyroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
31
o Ekskresi urine berlebihan normal
3. Suhu tubuh meningkat , keringat berlebihan
L. System Perkemihan
o Tidak ada odema
o Tidak ada bendungan kandung kemih :
M. System Reproduksi
o Payudarac : Putting ( + )
o Areola mamae ( + )
o Labia mayora dan minora ; Bersih, tidak ada sekret:
XII. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
oPerkembangan Kognitif
klien kadang menolak kadang dilakukan kerja sama dlam pemeriksaan
oPerkembangan Psikosexual
Tidak dapat bersosialisasi dengan teman, tidak ada teman
oPerkembangan Psikosoial
Klien merasa bosan berada di rumah saki ingin cepat pulang
XIII. TEST DIAGNOSTIK
Laboratorium : Nilai normal
WBC : 16.5 x 103 m/mm3 5500 – 15.500/mm3
Lymp : 35.3 % 25 – 33 %
RBC : -4.56 x 106 m/mm3 4,0 –5,2 juta/mm3
HCT : 55 % 35 - 45 %
HB : 10.7 gr/dl 11.5 – 15.5 gr/dl
MCV : 78 µm3 77- 79µm3
MCH : 23.5 pg 25 – 33 pg/sel
32
MCHC : 32.2 g/dl 315 – 35.0
Trombosit : 35 x 103/mm3 150 – 400 x 103/mm3
Urinalysis :
SG : 1.005
PH : 7 (normal)
Leu : Negatif
Nit : Negatif
Pro : Negatif
Glu : 100 mg/dl
KET : Negatif
UBG : Norm
XIV. KLASIFIKASI DATA
 Data Subyektif
o Orang tua klien mengeluh anaknya sesak nafas
o Klien mengatakan demam
o Klien mengeluhnsakit kepala
o Mengeluh mual muntah
o Klien kurang nafsu makan
o Badan lemah
o Orang tua khawatir mengenai keadaan anaknya
 Data Obyektif
o wajah tampak kemerahan
o Mukosa mulut kering
o TD : 100 / 70 mmHG
o N : 120 x / mnt
33
o P ; 60 x / mnt
o S ; 38 o c
o Lidah tampak kotor
o Porsi makan yang disediakan tidak dihabiskan ( hanya 4 sdm yg
dihabiskan).
o Perut kembung
o Perdarahan ginggiva
o Hb : 1 gr/dl
o HCt : 30 %
o Trombosit 35.000 /mm3
o Klien nampak lemah
o Kebutuhan klien dibantu orang tua
o Orang tua nampak gelisah
o Ekspresi cemas / tegang
o Badan terasa hangat
o Klien nampak sesak.
o Klien nampak lemah.
o Nafas cuping hidung ( + )
XV. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS :
o Orang tua klien
mengeluh
anaknya sesak.
DO :
o Klien nampak
sesak.
o Klien nampak
lemah.
Infeksi dengue
Revlikasi virus
Kompleks antibody virus
Agregasi trombosit
Pembersihan trombosit
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
34
o Nafas cuping
hidung ( + )
o TD : 100 / 70
mmHG
o N : 120 x / mnt
o P ; 60 x / mnt
o S ; 38 o c
O/ RES
Trombositopenia
Perdarahan yang
berlebihan
( Perdarahan internal di
paru)
Keluarnya cairan dari
intravaskuler ke
ekstravaskuler
Penumpukan cairan di
paru
Edema paru
Gangguan pertukaran gas
Di alveoli
Sesak nafas
DS :
oKlien mengatakan
demm
oKlien
mengeluhnsakit
kepala
DO :
owajah tampak
kemerahan
Infeksi
Degrdasi jaringan tubuh
Pelepasan toksin oleh
virus
Virus dalam jaringan dan
Darah difagositosis oleh
PENINGKATAN
SUHU TUBUH;
HIPERTERMI
35
oMukosa mulut
kering
oBadan terasa hangat
oTD : 100 / 70
mmHG
oN : 120 x / mnt
oP ; 60 x / mnt
oS ; 38 o c
Lykosit, lymposit,
makropak
Pengeluran zat pirogen
Melepaskan zat
interleukim 1
Prostaglandin E2
kedalam cairan tubuh (
pirogen likosit/pirogen
endogen)
Mencapai hipotalamus
( merangsang set poin)
set poin berubah pada
titik nol
Reaksi peningkatan suhu
Menggigil
Tubuh menyesuaikan
Reaksi demam
DS :
oMengeluh mual
muntah
oKlien kurang nafsu
makan
Mual / muntah
Pengeluaran isi lambung
Kurang nafsu makan
GANGGUAN
PEMENUHAN
KEBUTUHAN
NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN
36
DO :
oLidah tampak kotor
oPorsi makan yang
disediakan tidak
dihabiskan( hanya 4
sdm yg dihabiskan)
oPerut kembung
Intake tidak adekuat
Met. Glukosa terganggu
PertukaranATP/ ADP
Menurun
Suplai nutrisi ke jaringan
terganggu
GGn. Pemenuhan
kebutuhan nutrisi
TUBUH
DS : -
DO :
o Perdarahan
ginggiva
o Hb : 8 gr %
o HCt : 30 %
o Trombosit 35.000
/mm3
Infeksi dengue
Revlikasi virus
Kompleks antibody virus
Agregasi trombosit
Pembersihan trombosit
Oleh RES
Trombositopenia
Perdarahan yang
berlebihan
RESIKO TERJADI
PERDARAHAN
LEBIH LANJUT
DS :
oBadan lemah
Mual/ muntah INTOLERANSI
AKTIVITAS
37
DO:
oKlien nampak
lemah
oKebutuhan klien
dibantu orang tua
Pengeluaran isi lambung
Kurang nafsu makan
Metaboisme glukosa
terganggu
PertukaranATP/ ADP
Menurun
Suplai nutrisi ke jaringan
tubuh menurun
Energi berkurang
Kelemahan otot
Aktivitas intoleran
DS :
o Orang tua
khawatir
mengenai keadaan
anaknya
DO :
o Orang tua nampak
gelisah
o Ekspresi cemas /
tegang
Hospitalisasi
Stress psikologi bagi
keluarga dan pasien
Perasaan khawatir dan
takut
KECEMASAN
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
38
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema alveoli , ditandai
dengan :
DS :
o Orang tua klien mengeluh anaknya sesak.
DO :
o Klien nampak sesak.
o Klien nampak lemah.
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi dengue ditandai dengan
DS :
oKlien mengatakan demam
oKlien mengeluhnsakit kepala
DO :
o wajah tampak kemerahan
o Mukosa mulut kering
o Badan terasa hangat
o TD : 100 / 70 mmHG
o N : 120 x / mnt
o P ; 60 x / mnt
o S ; 38 o c
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat pemenuhan
ditandai dengan :
DS :
o Mengeluh mual muntah.
o Klien kurang nafsu makan
DO :
oLidah tampak kotor
oPorsi makan yang disediakan tidak dihabiskan ( hanya 4 sdm yg
dihabiskan).
oPerut kembun
39
4. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia
Ditandai dengan
DS : -
DO :
o Perdarahan ginggiva
o Hb : 8 gr %
o HCt : 30 %
o Trombosit 35.000 /mm3
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik , ditandai dengan :
DS :
oBadan lemah
DO :
oKlien nampak lemah
oKebutuhan klien dibantu orang tua
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan koping inefektif ditandai dengan :
DS :
o Orang tua khawatir mengenai keadaan anaknya
DO :
o Orang tua nampak gelisah.
o Ekspresi cemas / tegang
40

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Askep Mastoiditis
Askep MastoiditisAskep Mastoiditis
Askep MastoiditisSri Nala
 
Makalah Luka Bakar (combustio)
Makalah Luka Bakar (combustio)Makalah Luka Bakar (combustio)
Makalah Luka Bakar (combustio)HeravFebrianto
 
Bordetella pertussis
Bordetella pertussisBordetella pertussis
Bordetella pertussisKhusni Chan
 
Penyakit surra trypanosomiasis
Penyakit surra trypanosomiasisPenyakit surra trypanosomiasis
Penyakit surra trypanosomiasisCahyadi P
 
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan ParasitologiPPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan ParasitologiFredy Talebong
 
Patofisiologi dhf
Patofisiologi dhfPatofisiologi dhf
Patofisiologi dhfDwi Andini
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutPhil Adit R
 
Etika keperawatan dilema etik
Etika keperawatan dilema etik Etika keperawatan dilema etik
Etika keperawatan dilema etik Praseta Okta Viana
 
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1Aci Lasvi
 
Emergency Severity Index (ESI): Salah Satu Sistem Triase Berbasis Bukti
Emergency Severity Index (ESI): Salah Satu Sistem Triase Berbasis BuktiEmergency Severity Index (ESI): Salah Satu Sistem Triase Berbasis Bukti
Emergency Severity Index (ESI): Salah Satu Sistem Triase Berbasis BuktiRobertus Arian Datusanantyo
 
soal osce comprehensive
soal osce comprehensivesoal osce comprehensive
soal osce comprehensiveYoseph Buga
 

La actualidad más candente (20)

Askep Mastoiditis
Askep MastoiditisAskep Mastoiditis
Askep Mastoiditis
 
Makalah Luka Bakar (combustio)
Makalah Luka Bakar (combustio)Makalah Luka Bakar (combustio)
Makalah Luka Bakar (combustio)
 
Bordetella pertussis
Bordetella pertussisBordetella pertussis
Bordetella pertussis
 
Panduan manajemen nyeri
Panduan manajemen nyeri Panduan manajemen nyeri
Panduan manajemen nyeri
 
Penyakit surra trypanosomiasis
Penyakit surra trypanosomiasisPenyakit surra trypanosomiasis
Penyakit surra trypanosomiasis
 
Askep dbd AKPER PEMKAB MUNA
Askep dbd AKPER PEMKAB MUNA Askep dbd AKPER PEMKAB MUNA
Askep dbd AKPER PEMKAB MUNA
 
Santi askep dm AKPER PEMKAB MUNA
Santi askep dm AKPER PEMKAB MUNASanti askep dm AKPER PEMKAB MUNA
Santi askep dm AKPER PEMKAB MUNA
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan ParasitologiPPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
 
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
 
Patofisiologi dhf
Patofisiologi dhfPatofisiologi dhf
Patofisiologi dhf
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Askep polio mielitis
Askep polio mielitisAskep polio mielitis
Askep polio mielitis
 
Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah DengueDemam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue
 
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
 
Etika keperawatan dilema etik
Etika keperawatan dilema etik Etika keperawatan dilema etik
Etika keperawatan dilema etik
 
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
 
Emergency Severity Index (ESI): Salah Satu Sistem Triase Berbasis Bukti
Emergency Severity Index (ESI): Salah Satu Sistem Triase Berbasis BuktiEmergency Severity Index (ESI): Salah Satu Sistem Triase Berbasis Bukti
Emergency Severity Index (ESI): Salah Satu Sistem Triase Berbasis Bukti
 
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalisTrichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis
 
soal osce comprehensive
soal osce comprehensivesoal osce comprehensive
soal osce comprehensive
 

Destacado

Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.Erlangga Putra
 
Asuhan keperawatan pada kasus dhf
Asuhan keperawatan pada kasus dhfAsuhan keperawatan pada kasus dhf
Asuhan keperawatan pada kasus dhfHijrah Said
 
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan PenatalaksanaanDEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan PenatalaksanaanMulkan Fadhli
 
Askep dhf print
Askep dhf printAskep dhf print
Askep dhf printvio1992
 

Destacado (8)

Askep dhf
Askep dhfAskep dhf
Askep dhf
 
Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.
 
Asuhan keperawatan pada kasus dhf
Asuhan keperawatan pada kasus dhfAsuhan keperawatan pada kasus dhf
Asuhan keperawatan pada kasus dhf
 
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan PenatalaksanaanDEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
 
Demam berdarah dengue (dbd)
Demam berdarah dengue (dbd)Demam berdarah dengue (dbd)
Demam berdarah dengue (dbd)
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
Askep dhf
Askep dhfAskep dhf
Askep dhf
 
Askep dhf print
Askep dhf printAskep dhf print
Askep dhf print
 

Similar a Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptxCRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptxSyauqiFaidhunNiam
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesiapiraayu
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaYuliaulfah123
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesianidannrs2
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaGiesella24
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaFauziacakrawinata
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaFauziacakrawinata
 
Makalah kmb 1 kel 2
Makalah kmb 1 kel 2Makalah kmb 1 kel 2
Makalah kmb 1 kel 2idealtias
 
Laporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENE
Laporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENELaporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENE
Laporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENEMuhtaSyam1
 
Vektor mari wes
Vektor mari wesVektor mari wes
Vektor mari wesLia Puz
 
Makalah Demam Berdarah Dengue
Makalah Demam Berdarah DengueMakalah Demam Berdarah Dengue
Makalah Demam Berdarah DengueNoveldy Pitna
 
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptxDengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptxSuciMayvera1
 

Similar a Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA (20)

CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptxCRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
 
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di IndonesiaKematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di 5 Provinsi di Indonesia
 
Tugas seminar
Tugas seminarTugas seminar
Tugas seminar
 
Makalah kmb 1 kel 2
Makalah kmb 1 kel 2Makalah kmb 1 kel 2
Makalah kmb 1 kel 2
 
3. arbani batubara, s.pd, s.kep, nr. m.psi
3. arbani batubara, s.pd, s.kep, nr. m.psi3. arbani batubara, s.pd, s.kep, nr. m.psi
3. arbani batubara, s.pd, s.kep, nr. m.psi
 
Laporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENE
Laporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENELaporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENE
Laporan Investigasi Wabah Fix KAB. MAJENE
 
Survei dbd
Survei dbdSurvei dbd
Survei dbd
 
Asuhan keperawatan dbd
Asuhan keperawatan dbdAsuhan keperawatan dbd
Asuhan keperawatan dbd
 
Vektor mari wes
Vektor mari wesVektor mari wes
Vektor mari wes
 
Lp dbd
Lp dbdLp dbd
Lp dbd
 
penatalaksanaan diare akut
penatalaksanaan diare akutpenatalaksanaan diare akut
penatalaksanaan diare akut
 
Bab ii,dbd
Bab ii,dbdBab ii,dbd
Bab ii,dbd
 
Makalah Demam Berdarah Dengue
Makalah Demam Berdarah DengueMakalah Demam Berdarah Dengue
Makalah Demam Berdarah Dengue
 
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptxDengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
 

Más de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Más de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh 4 serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN- 3, DEN-4) dengan daya infeksi tinggi pada manusia. Menurut jumlah kasus DBD di wilayah Asia Tenggara, Indonesia mendapatkan peringkat kedua setelah Thailand. Dilaporkan sebanyak 58.301 kasus DBD terjadi di Indonesia sejak 1 Januari hingga 30 April 2004 dan 658 kematian, yang mencakup 30 provinsi dan terjadi kejadian luar biasa (KLB) pada 293 kota di 17 provinsi.1 Bebepapa penelitian lain menunjukkan kejadian DBD lebih banyak terjadi pada anak-anak yang lebih muda dari 15 tahun.2 Trombositopenia merupakan salah satu kriteria laboratorium non spesifik untuk menegakkan diagnosis DBD yang ditetapkan oleh WHO.3 Hasil penelitian Shah GS dkk4 tahun 2006 di Bangladesh, menunjukkan dari 100 penderita anak-anak yang positif infeksi dengue, 52 (61,7%) menunjukkan trombositopenia pada penderita DBD dan DSS (Dengue Syock Syndrome). Sedangkan penelitian Celia C Carlos dkk5 pada tahun 2005, anak-anak yang menderita infeksi dengue menunjukkan penurunan jumlah trombosit sekitar 113,8 ± 58 (x103/_L) pada group demam dengue dan 58,5 ± 84,1 (x103/_L) pada group DBD. Adanya trombositopenia pada hari ketiga atau keempat pada saat sakit akan mempermudah diagnosis DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola jumlah trombosit pada anak-anak yang menderita DBD berdasarkan petanda serologi IgG dan IgM. Menurut Dirjen P2PL, sejak Januari – Oktober 2009, Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penderita sebanyak 121.423 orang (CFR: 0,83). Jumlah ini meningkat dibandingkan periode tahun 2008 yaitu 953 orang meninggal dari 117.830 kasus (CFR: 0,81). Jangan tunggu jatuh banyak korban lagi, lakukan 3 M Plus secara bersama-sama.
  • 2. 2 Dari kasus yang dilaporkan selama tahun 2009, tercatat 10 provinsi yang menunjukkan kasus terbanyak, yaitu Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal), DKI Jakarta (26.326 kasus 33 meninggal), Jawa Timur (15.362 kasus 147 meninggal), Jawa Tengah (15.328 kasus, 202 meninggal), Kalimantan Barat (5.619 kasus, 114 meninggal), Bali (5.334 kasus, 8 meninggal), Banten (3.527 kasus, 50 meninggal), Kalimantan Timur (2.758 kasus, 34 meninggal), Sumatera Utara (2.299 kasus, 31 meninggal), dan Sulawesi Selatan (2.296 kasus, 20 meninggal), ujar Prof. Tjandra. Beberapa provinsi yang mengalami peningkatan kasus dibandingakan tahun 2008 adalah Jambi, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat dan Papua. Korban akibat DDB diperkirakan terus bertambah terutama pasca banjir, pergantian musim, dan pada waktu curah hujan jarang terjadi dimana banyak penampungan air seperti vas bunga, tendon air/ water toren, bak mandi, tempayan serta ban bekas, kaleng bekas, botol minuman bekas dan sebagainya yang dekat dengan lingkungan pemukiman penduduk tidak dibersihkan, sehingga menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti penular DBD. Nyamuk ini juga menularkan penyakit Chikungunya yang menyerang otot- otot dan menimbulkan nyeri berat. Menggigit pada siang hari dengan waku efektif 2 jam setelah matahari terbit (pukul 08.00 12.00 dan beberapa jam setelah matahari tenggelam (pukul 15.00 – 17.00). Setelah digigit nyamuk, antara 3 – 14 hari kemudian atau biasanya 4 – 7 hari akan menunjukkan gejala atau tanda-tanda DBD. Penyakit ini dapat dicegah dengan menghindari gigitan nyamuk Aedes Aegypti, yaitu menggunakan obat nyamuk oles (repellent), menggunakan kelambu bila tidur siang, dan usir nyamuk dengan obat nyamuk bakar/ semprot baik di dalam maupun di luar rumah pada pagi dan sore hari. Melihat semua kejadian yang disebabkan akibat penyakit demam berdarah dengue, maka semestinya di kalangan instansi pelayanan kesehatan baik puskesmas maupun Rumah Sakit diaharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik dalam manangani penderita penyakit tersebut agar
  • 3. 3 memperkecil angka penderita penyakit ini. Oleh sebab itu keterampilan seorang tenaga kesehatan khususnya keperawatan sangat diharapkan dalam mejalankan asuhan keperawatan. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil dalam penulisan makalah ini yaitu : 1. Bagaimana konsep umum dari perjalanan penyakit demam berdarah dengue /DHF, mencakup defenisi, penyebab, gejala klinis, petofisiologi, pemeriksaan penunjang, pencegahan serta penanganan penyakit Dengue Hemoragik Fever (DHF)? 2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawata pada penderita penyakit demam bedarah dengue khususnya pada anak ? C. TUJUAN Tujuan dari penulisan makalah asuhan keperawatan ini yaitu unutk : 1. Mengetahui konsep umum dari perjalanan penyakit demam berdarah dengue /Dengue Hemoragik Fever (DHF), mencakup defenisi, penyebab, gejala klinis, petofisiologi, pemeriksaan penunjang, pencegahan serta penanganan penyakit DHF. 2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat pada penderita penyakit demam bedarah dengue khususnya pada anak. D. MANFAAT Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk meningkatkan pemahaman pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dalam memahami konsep umum serta konsep asuhan keperawatan yang diberikan pada penderita
  • 4. 4 penyakit Dengue Hemoragik Fever (DHF) pada anak, yang diharapkan dapat menjadi acuan yang diterapkan pada pelayanan kesehatan nantinya.
  • 5. 5 BAB II KONSEP MEDIS A. PENGERTIAN Dengue hemoragik fever (DHF) atau yang sering dikenal dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan Suatu penyakit infeksi akut terutama menyerang anak yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala utama demam dan manifestasi perdarahan pada kulit atau pun bagian tubuh lainnya yang bertendensi menimbulkan renjatan dan dapat berlanjut danagn kematian. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 1990). DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir, Patrick manson, 2001). B. ETIOLOGI a. Virus dengue sejenis arbovirus. b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
  • 6. 6 Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak. C. KLASIFIKASI DHF a. Derajat I : Demam diseertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji torniquet (+), Trombositopenia, dan hemokonsentrasi. b. Derajat II : Derajat satu ditambah perdarahan spontan pada kulit dan /atau di tempat lain. c. Derajat III: Renjatan ( kegaaglan sirkulasi ) Yang ditandai dengan nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun, ( < 20 mmHg ) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan gelisah. d. Derajat IV : Renjatan dalam dengan nadi tak teraba dan terisi tak teratur. D. MANIFESTASI KLINIS  Demam tinggi, mendadak terus-menerus selama 2-7 hari  Manipestasi perdarahan baik melalui uji torniquet ( + ) maupun perdarahan spontan pada kulit ( peteki, ekimosis, Memar ) dan / atau di tempat lain seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis, perdarahan bawah kulit dan melena.  Hepatomegali  Renjatan yang ditandai nadi cepat dan lemah sdampai tak teraba, tekanan nadi menyempit ( < 20 mm Hg ) atau hipotensi ( < 80 mmHg ) sampai tak terukur disertai kulit dingin, lembab, dan kegelisahan.  Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.  Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.  Sakit kepala.  Pembengkakan sekitar mata.  Pembesaran limpa, dan kelenjar getah bening.
  • 7. 7 E. KOMPLIKASI Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya : a. Perdarahan luas. b. Shock atau renjatan. c. Effusi pleura d. Penurunan kesadaran e. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta menyebabkan kematian. f. Ensepalopati. g. Gangguan kesadaran yang disertai kejang. h. Disorientasi, prognosa buruk. F. PATOFISIOLOGI Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus- antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut.
  • 8. 8 Infeksi virus dengue Viremia Demam Sakit kepala Mual Nyeri otot petekhie Pembesaran kelenjar getah bening Trombositopneia Infeksi virus dengue Hepatomegali Hiperimia Vaskulitis Reaksi imunologis Permeabilitas kapiler meningkat (dinding kapiler) Kebocoran plasma  Hemokonsentrasi (peningkatan HCT lebih dari 20 %)  Hipoproteinemia  Hiponatremia  Efusi serosa Hipovolume  Peningkatan reabsorbsi air dan natrium oleh ginjal dan penurunan ekskreasi natrium urine serta peningkatan osmolalitas. Syok ;Hipotensi Hipoksia jaringan DIC Asidosis metabolik Perdarahan masif Kompleks virus antibodi Aktivasi komplemen Histamine dilepaskan Bagan Terjadinya Dengue Hemoragik Fever (DHF)
  • 9. 9 Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian. Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali). Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan
  • 10. 10 tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. G. DIAGNOSIS Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut : a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri. b. Manifestasi perdarahan : o Uji tourniquet positif o Petekia, purpura, ekimosis o Epistaksis, perdarahan gusi o Hematemesis, melena. c. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus. d. Dengan atau tanpa renjatan. Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk. e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi H. DIAGNOSIS BANDING Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti : a. Demam chikunguya. Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot b. Demam typhoid. Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif.
  • 11. 11 c. Anemia aplastik Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia. d. Purpura trombositopenia idiopati (ITP) Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi. I. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Trombositopenia : Trombosit < 150.000/ mmHg atau penurunan progresif pada pemeriksaan periodic disertai waktu perdarahan yang memanjang. 2. Hemokensentrasi : Hematokrit pada MRS > 20 % atau meningkat progresif pada pemeriksaan priodik. 3. Diagnosa ditegakan bila di temuklan 2 kriteri klinis dan 2 kriteria laboraturium 4. Darah o Trombosit menurun. o HB meningkat lebih 20 % o HT meningkat lebih 20 % o Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3 o Protein darah rendah o Ureum PH bisa meningkat o NA dan CL rendah 5. Serology : HI (hemaglutination inhibition test). o Rontgen thorax : Efusi pleura. o Uji test tourniket (+)
  • 12. 12 J. PENATALAKSANAAN 1. Penggantian cairan ( Volume Plasma ) - Minum banyak 11/2 – 2 Liter / hari, berupa air gula, susu teh dengan gula atau air buah. - Pemberian caira intravena 2. Tranfusi darah dengan indikasi : - Perdarahan GI berat : Melena, hematemisis - Dengan pemeriksaan HB, HCT, Secara priodik terus terjadi penurunan, sementara penderita masih terjadi perdarahan atau keadaan akut semakin menurun. 3. Tirah baring atau istirahat baring. 4. Diet makan lunak. 5. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF. 6. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan. 7. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam. 8. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari. 9. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen. 10. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. 11. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder. 12. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk. 13. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. 14. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak
  • 13. 13 tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB. 15. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. 16. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok. 17. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila : a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi. b. Hematokrit yang cenderung mengikat. 18. Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. K. PENCEGAHAN Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut : a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF. b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan. c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya. d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
  • 14. 14 Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain : a. Menggunakan insektisida.Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air. b. Tanpa insektisida, Caranya adalah : 1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari). 2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat. 3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersaran KASUS : Klien mengalami demam sudah 5 hari yang lalu waktu ada di rumah. Orang tua klien sudah membawa klien ke puskesmas dan sudah diberi obat, demam klien turun namun demamnya kadang naik lagi. Demam di rasakan terutama pada malam hari dan sepanjang malam. Klien juga mengeluhkan sesak napas sejak malam sebelumnya bersamaan dengan demam yang dirasakan.Klien demam, muntah + 10 X, perut sedikit kembung, makan tidak mau, minum sedikit- sedikit (+ 150 cc ) dan perdarahan pada ginggiva. Pada pemeriksaan kembali di Puskesmas pada tanggal 03 Mei 2011 klien di duga ( SUSP. DHF ) kemudian di rujuk ke RSUD SULTRA.
  • 15. 15 Setelah dilakukan anamnese didapatkan keadaan umum pasien lemah, tingkat kesadaran normal, TTV : TD : 100/70 mmhg, P : 60 x/m, N : 120 x/m, S : 380C. klien nampak lemah, perut kembung, peteki, perdarahan pada gusi serta uji tornikuet positif. Keluarga klien nampak cemas dengan keadaan pasien. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan trombosit, Hb menurun, leukosit meningkat serta hematokrit mulai meningkat.
  • 16. 16 BAB III KONSEP KEPERAWATAN I. BIODATA A. Identitas Klien 1. Nama/Nama Panggilan : Devita Sari / Devi 2. Tempat tanggal lahir/Usia : 02 Juni 2005 3. Umur : 6 Tahun 4. Jenis Kelamin : Perempuan 5. Agama : Islam 6. Pendidikan : SD 7. Alamat : Jl. Kamboja No. 27 8. Tanggal Masuk : 02 Mei 2011 Pk. 20.00 WITA 9. Tanggal Pengkajian : 03 Mei 2011 Pk. 08.30 WITA 10. Diagnosa Medik : Dengue Hemoragik Fever (DHF). B. Identitas Orang Tua 1. Ayah a. Nama : Muhammad Sapri b. Usia : 35 Tahun c. Pendidikan : SMA d. Pekerjaan/Sumber Penghasilan: Wiraswasta e. Agama : Islam f. Alamat : Jl. Kamboja No. 27 2. Ibu a. Nama : Sahriah b. Usia : 33 Tahun c. Pendidikan : SMP d. Pekerjaan/Sumber Penghasilan: IRT
  • 17. 17 e. Agama : Islam f. Alamat : Jl. Kamboja No. 27 C. Identitas Saudara Kandung No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan 1. 2. 3. 4. Imran Devita Sari Amalia Rifal 8 Tahun 6 Tahun 4 Tahun 2 Tahun Kakak Klien Adik Aduk Sehat Sakit Sehat Sehat II. KELUHAN UTAMA/ALASAN MASUK RUMAH SAKIT Ibu klien mengatakan anaknya sesak napas, badan demam, muntah-muntah, sakit kepala , tidak mau makan. III.RIWAYAT KESEHATAN A. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengalami demam sudah 5 hari yang lalu waktu ada di rumah. Orang tua klien sudah membawa klien ke puskesmas dan sudah diberi obat, demam klien turun namun demamnya kadang naik lagi. Demam di rasakan terutama pada malam hari dan sepanjang malam. Klien juga mengeluhkan sesak napas sejak malam sebelumnya bersamaan dengan demam yang dirasakan.Klien demam, muntah + 10 X, perut sedikit kembung, makan tidak mau, minum sedikit- sedikit (+ 150 cc ) dan perdarahan pada ginggiva. Pada pemeriksaan kembali di Puskesmas pada tanggal 03 Mei 2011 klien di duga ( SUSP. DHF ) kemudian di rujuk ke RSUD SULTRA.
  • 18. 18 P : Klien mengalami demam selama dirumah sudah 5 hari yang lalu. Q :Demam dirasakan turun kalau habis minum obat, dan akan timbul kembali. R : Demam / panas dirasakan seluruh tubuh S : Skala demam ; 38o C. T : Demam dirasakan siang hari dan meningkat pada malam hari. B. Riwayat Kesehatan lalu - Pernah sakit dan dirawat di Rumah Sakit dengan batuk-batuk, dan demam. - Tidak pernah mengalami jatuh. - Perkembangan anak normal sesuai dengan umur perkembangan - Tidak pernah alergi makan dan reksi obat-obatan C .Riwayat Kesehatan keluarga - Kakak perderita tidak pernah alergi makan. - Tidak ada anggota keluarga yang menderita pentakit lain, D. Genogram
  • 19. 19 Keterangan : : Laki-Laki : Perempuan : Klien : Meninggal : Tinggal serumah Klien adalah anak ke dua dari 4 bersaudara. Sekarang tinggal bersama kedua orang tuanya, ketiga saudaranya serta bersama neneknya dalam serumah. Kakek klien dari pihak ibu meninggal karena faktor usia serta nenek dari pihak ayah meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Saat mengandung klien, ibu klien tidak menderita p;enyakit DBD. Semua anggota keluarga klien yang tinggal serumah tidak menderita penyakit yang sama. Klien tinggal di rumah sendiri dan berada di pinngir kota yang disekitarnya kurang bersih. Disekitar tempat tinggal pasien juga ada beberapa orang yang pernah menderita DBD beberapa hari yang lalu. ?33 35 ?? ? ? 28 46
  • 20. 20 IV. RIWAYAT IMMUNISASI No Jenis Immunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah Pemberian 1. BCG Usia 1 bulan - 2. DPT (I,II,III) Usia 2,3,4 bulan Demam 3. Polio (I,II,III,IV) Usia 2,3,4 Bulan - 4. Campak Usia 9 bulan - 5. Hepatitis Hepatitis - 6. Lain-lain - - V. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG A.Pertumbuhan Fisik 1. Berat Badan Lahir : 2,80 Kg 2. Tinggi Badan : 48 Cm 3. Waktu tumbuh gigi: 7 bulan , Tanggal gigi tahun. (- ) B. Perkembangan tiap tahap Usia anak saat: 1. Berguling : tidak ingat 2. Duduk : tidak ingat 3. Merangkak : 10 bulan
  • 21. 21 4. Berdiri : 1 tahun 5. Berjalan : 1 Tahun 6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 6 bulan 7. Bicara pertama kali : 1tahun 8. Berpakaian tanpa bantuan : 4 Tahun VI. RIWAYAT NUTRISI A. Pemberian ASI 1. Pertama kali disusui : Sejak Dari lahir 2. Cara pemberian : Setiap kali menangis: 3. Lama pemberian : 1 tahun. B. Pemberian susu formula 1. Alasan pemberian : Asi berkurang airnya 2. Jumlah pemberian : 2 Tahun 3. Cara memberikan : Dengan dot C. Pemberian makanan tambahan : a. Pertama kali diberikan usia : 4 bulan. b. Jenis: Bubur susu: : Pisang:in-lain: D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini : No Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian … … … … … 0 – 4 bulan 4 – 12 bulan Saat ini ASI + bubur tim ASI + bubur tim 1 Tahun
  • 22. 22 VII. RIAYAT PSIKOSOSIAL  Anak tinggal di rumah sendiri  Lingkungan berada di pinggir kota  Rumah agak jauh dari sekolah: , Ada halaman tempat bermain,  Kadang klien tidur dengan nenek  Hubungan antar anggota keluarga baik  Pengasuh anak : ibu dan nenek VIII. RIWAYAT SPIRITUAL  Support system dalam keluarga : Suport Dalam keluraga nenek dan tante  Kegiatan keagamaan : kegiatan shalat rutin dan mengaji IX. REAKSI HOSPITALISASI A. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap  Orang tua / keluarga membawa klien ke rumah sakit karena dirujuk oleh PKM ke RS. Labunag BAji  Orang tua merasa cemas dan kawatir mengenai keadaan penyait anaknya  Orang tua selalu menanyakan pakah sakitnya klien dan apa dapat sembuh  Selain ibu nenek dan tante yang menemani klien di rumah sakit  Apakah dokter menceritakan keadaanmu: Ya B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap  Anak tidak tau tentang keaadaan sakitnya  Anak merasa bosan di rumah sakit, takut setiap akan dilakukan tindakan dan ingin cepat pulang
  • 23. 23 X. AKTIVITAS SEHARI-HARI A. Nutrisi Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. Selera makan 2. Menu makan 3. Frekuensi makan 4. Makanan yang disukai 5. Makanan pantangan 6. Pembatasan pola makan 7. Cara makan 8. Ritual saat makan - Baik - Nasi, telur , tempe,sayur - 3x sehari - Rori, indomi, Es. - tidak ada - tidak ada - Makan sendiri - Berdoa sebelum makan - Kurang nafsu makan - Nasi, telur, sayur, tidak sampai ¼ porsi - roti, indomi - Tidak ada - Tidak ada - Disuapi nenek - Berdo’a B. Cairan Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. Jenis minuman 2. Frekuensi minum 3. Kebutuhan cairan 4. Cara pemenuhan -Air putih -Setiap haus minum -Terpenuhi -Minum sendiri - - Air putih dan susu putih - Setiap haus, + 800cc/hr - - Minum sendiri.+ Infus ( IVFD : Asering 50 tt/m - C. Eliminasi (BAB/BAK) Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. Tempat pembuangan 2. Frekuensi (waktu) WC 1 X sehari WC 1 x sehari
  • 24. 24 3. Konsistensi 4. Kesulitan 5. Obat pencahar Lunak (kuning coklat) Tidak ada Tidak ada Lunak (kuning coklat ) Tidak ada Tidak ada D. Istirahat Tidur Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. Jam tidur :  Siang  Malam 2. Pola tidur 3. Kebiasaan sebelum tidur 4. Kesulitan tidur - Jam 13. 00 – 15.00 - Jam 21.00 – 06.00 - Kadang tidak sesuai waktu - Tidak ada - Tidak ada - - Jam 13 – 15.00 - Jam 21.00 – 05.00 - Kadang terbangun malam hari - Tidak ada - tidak ada E. Olah raga Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. Program olah raga 2. Jenis dan frekuensi 3. Kondisi setelah olah raga Dilakukan teratur Senam, tiap jum’at Segar dan sehat Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak ada F. Personal Gygiene Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. Mandi
  • 25. 25  Cara  Frekuesni 2. Cuci rambut  Frekuensi  Cara 3. Gunting kuku  Frekuensi  Cara 4. Gosok gigi  Frekuensi  Cara Mandiri sendir 2 x 1 3 x seminggu cuci rambut Setiap kuku panjang 2x 1,dibantu ortu 2 x sehari digosok sendiri Dibantu orang tua Sabun mandi , waslap Belum pernah Belum pernah 1 X sehari dibantu orang tua G. Aktivitas / Mobilitas Fisik Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. Kegiatan sehari-hari 2. Pengaturan jadwal harian 3. Penggunaab alat bantu aktivitas 4. Kesulitan pergerakan tubuh Kesekolah , bermain Sekolah, istirahat, bermain, mengaji Tidak ada Tidak ada Klien tidur aja Mengikuti program pengobatan & perawatan Tidak ada Sakit gerah karena perut kembung, dan sesak H. Rekreasi Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. Perasaan saat Sekolah. 2. Waktu luang Senang banyak teman Bermain sam kakak Bosan, Ingin cepat pulang Bedres, kondisi lemah
  • 26. 26 3. Perasaan setelah rekreasi/bermain 4. Waktu senggang keluarga 5. Kegiatan Hari libur . Senang , gembira Nonton TV, istirahat Di rumah Bergantian menjaga anak di RS. XI. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum Klien : Klien tampak lemah, sesak nafas, perut kembung. B. Tanda-tanda vital  Suhu : 38o C  Nadi : 120 X/ mnt  Respirasi : 60 x  Tekanan darah : 100 / 70 mmHg C. Antropometri  Tinggi badan : 113 cm  Berat badan : 15 Kg  Lingkar lengan atas : 15 cm  Lingkar kepala : 47 cm  Lingkar dada : 53 cm  Lingkar perut : 56 cm D. Sistem Pernapasan  Hidung: Simetris kiri – kanan tidak ada skret, tidak ada polip, ada pernafasan cuping hidung, epistaksis tidak ada.  Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada tomor  Dada : ▪ Bentuk dada Normal: simetris
  • 27. 27 ▪ Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal ; 1 : 2 ▪ Gerakan dada: Simetris kiri- kanan , ikut gerakan nafas, tidak ada retraksi ▪ Suara napas: ronki awal, ▪ Tidak ada clubbing finger: E. Sistem Cardio Vaskuler  Conjungtiva: sedikit Anemia , bibir kering, Arteri carotis: teraba Lemah, Ukuran jantung: Normal: ictus kordis teraba pada ICS 5 midklavikula kiri  Capillary Refilling Time: detik F. Sistem Pencernaan  Sklera tidak ikterus , tidak mau makan oleh karena gelisah sesak nafas, Bibir kering , lidah kotor, gerakan peristaltic tidak terdengar, tidak terapba hati- limfa.  Mulut: Kemampuan menelan susah karena sesak.  Gaste: ada kembung: G. System Indra 1. Mata  Kelopak mat: Kelopak mata tidak edema, alis mata dan bulu mata merata.  Lapang pandang: Lapangan pandang 150o 2. Hidung  Penciuman normal , tidak ada secret yang menghalangi saluran nafas.Penciuman normal tidak ada scret yang menghalangi pernafas:  Sekret yang menghalangi penciuman tidak ada. 3. Telinga Keadaan daun telinga simetris kiri – kanan , canal auditiri bersih, tidak ada sirumen, Fungsi pendengaran baik, H. System Syaraf 1. Fungsi Cerebral
  • 28. 28 a. Status Mental: - Memori ; Klien mampu mengetahui dimana dia berada di RS, orang, ( Ibu, nenek, tente, dan perawat ). - Daya ingat : Klien mampu mengingat 3 buah benda yang diperlihatkan ( Pulpen, Buku, sendok, ). Mampu mengingat sekolahnya. Skore : 5 - Berhitung : Klien mampu menyebutkan jawaban perhitungan sederhana Score : 2 - Bahasa: Klien dapat mengikuti perintah , klien dapat mengenali benda-benda yang dapat diperlihatkan dengan menyebutkan benda-benda tersebut ( Pulpen, Sendok ) Klien dapat mengukuti apa yang diperintahkan misalnya angkat tangan, pegang pulpen ) Skore : 7 b. Kesadaran : Eyes 4 : membuka mata spontan Verbal 5 : Orenrasi baik Motrik 6 : Menuruti perintah c. Fungsi Bicara : - Ekspresif : Klien mampu mengungkapkan perasaannya ( kalu sakit bilang sakit ) - Reseptif : Klien mampu mengikuti ucapan yang diperintahkan ( mengucapkan minum ) 2. Fungsi Cranial 1) Nervus I ( Olfaktorius ) : Klien mampu membedakan bau minyak tawon dengan bau susu.) 2) Nervus II ( Opticus ) : Lapang pandang 150o, Ketajaman penglihatan baik 3) Nervus III,IV,VI : o III : ( Okulomotorius ) : Pupil isokor, miosis bila ada rangsangan cahaya.
  • 29. 29 o N. IV : ( Trochlearis ) : Bola mata dapat digerakan kebawah dan keatas. o N. VI : Bola mata dapat digerakan kebawah dan keatas. 4) Nervus V ( Trigeminus ) dan VII ( Fasialis ) o Sensorik : Refleks Korne Mengedif , dapt membedakan panas den dingin pada wajah. o Motorik : Klien dapat mengunyah Nervus VII : Dapat membedakan rasa manis, asam dan pahit 5) Nervus VIII ( Akustikus ) Cochlear : Ketaman penglihatan baik Vestibular : Tidak dapt dilakukan karena klien sesak. 6) Nervus IX ( Glasopharengius ) : Tidak diperiksa klien gelisah. 7) Nervus X ( Vagus ) : Posisi avula di tengah dan tertarik keatas saat mengucapkan ahh. 8) Nervus XI ( Aksesorius ) : o Sternocledomastoideus : Mampu menahan tahan pemeriksa ketiha menoleh kesamping o Trapezius : Bahu dapat menahan tahan tangan pemeriksa 9) Nervus XII ( Hipoglosus ) : Dapat menggerakan lidah kiri – kanan , ke depan belakang. 3. Tes Fungsi sensorik o Rasa Sakit : Klien dapai melokalisir rasa sakit tempat tusukan pena o Vibrasi : Klien mampu meraakan getaran o Koordinasi : Klien mampu menyentuhka ujung jarinya ke ujug jari perawat kemudian ke hidungnya o Sentuhan : Klien mampu merasakan sentuhan kapas yang disentuhkan pada kulitnya. o Dis kriminasi : tidak dapat dilakukan karena klien gelisah
  • 30. 30 4. Fungsi motorik o Massa Otot normal : Tonus otot , klien mempu mengkontraksikan ototnya, 5. Fungsi cerebellum o Keseimbangan: Tidak dapt dilakukan jkien sesak o Fugsi koordinasi Baik 6. Fungsi reflek o RTB ( + ) o R.T Patela ( + ) o RTT ( + ) o R. T Achiles ( + ) 7. Rangsangan Meningen o Kaku Kuduk (-) o Bruzinsky I (-) o Kernigsign (-) o Brudzinsky II (- ) I. System Muskulo Skeletal o Kepala : Bentuk kepala : Normal cepal , Gerakan: Normal o Vertebrae; Tidak ada kelainan bentuk , dan tidak ada nyeri tekan. o Pelvis : Gaya jalan normal o Lutut : Balotemen ( + ) o Kaki : Dapat melakukan dordopleksi, plantar fleksi, inversi dan eversi o Tangan : Tidak ada kelainan bentuk, bahu simetris. J. System Integumen o Rambut : Warna hitam tidak mudah dicabut. o Kulit : Warna sawo matang, kelembaban cukup trugor baikmukosa bibir kering o Kuku : Tidak tampak cubing pengger K. System Endokrim o Kelenjar Thyroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
  • 31. 31 o Ekskresi urine berlebihan normal 3. Suhu tubuh meningkat , keringat berlebihan L. System Perkemihan o Tidak ada odema o Tidak ada bendungan kandung kemih : M. System Reproduksi o Payudarac : Putting ( + ) o Areola mamae ( + ) o Labia mayora dan minora ; Bersih, tidak ada sekret: XII. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN oPerkembangan Kognitif klien kadang menolak kadang dilakukan kerja sama dlam pemeriksaan oPerkembangan Psikosexual Tidak dapat bersosialisasi dengan teman, tidak ada teman oPerkembangan Psikosoial Klien merasa bosan berada di rumah saki ingin cepat pulang XIII. TEST DIAGNOSTIK Laboratorium : Nilai normal WBC : 16.5 x 103 m/mm3 5500 – 15.500/mm3 Lymp : 35.3 % 25 – 33 % RBC : -4.56 x 106 m/mm3 4,0 –5,2 juta/mm3 HCT : 55 % 35 - 45 % HB : 10.7 gr/dl 11.5 – 15.5 gr/dl MCV : 78 µm3 77- 79µm3 MCH : 23.5 pg 25 – 33 pg/sel
  • 32. 32 MCHC : 32.2 g/dl 315 – 35.0 Trombosit : 35 x 103/mm3 150 – 400 x 103/mm3 Urinalysis : SG : 1.005 PH : 7 (normal) Leu : Negatif Nit : Negatif Pro : Negatif Glu : 100 mg/dl KET : Negatif UBG : Norm XIV. KLASIFIKASI DATA  Data Subyektif o Orang tua klien mengeluh anaknya sesak nafas o Klien mengatakan demam o Klien mengeluhnsakit kepala o Mengeluh mual muntah o Klien kurang nafsu makan o Badan lemah o Orang tua khawatir mengenai keadaan anaknya  Data Obyektif o wajah tampak kemerahan o Mukosa mulut kering o TD : 100 / 70 mmHG o N : 120 x / mnt
  • 33. 33 o P ; 60 x / mnt o S ; 38 o c o Lidah tampak kotor o Porsi makan yang disediakan tidak dihabiskan ( hanya 4 sdm yg dihabiskan). o Perut kembung o Perdarahan ginggiva o Hb : 1 gr/dl o HCt : 30 % o Trombosit 35.000 /mm3 o Klien nampak lemah o Kebutuhan klien dibantu orang tua o Orang tua nampak gelisah o Ekspresi cemas / tegang o Badan terasa hangat o Klien nampak sesak. o Klien nampak lemah. o Nafas cuping hidung ( + ) XV. ANALISA DATA DATA ETIOLOGI MASALAH DS : o Orang tua klien mengeluh anaknya sesak. DO : o Klien nampak sesak. o Klien nampak lemah. Infeksi dengue Revlikasi virus Kompleks antibody virus Agregasi trombosit Pembersihan trombosit GANGGUAN PERTUKARAN GAS
  • 34. 34 o Nafas cuping hidung ( + ) o TD : 100 / 70 mmHG o N : 120 x / mnt o P ; 60 x / mnt o S ; 38 o c O/ RES Trombositopenia Perdarahan yang berlebihan ( Perdarahan internal di paru) Keluarnya cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler Penumpukan cairan di paru Edema paru Gangguan pertukaran gas Di alveoli Sesak nafas DS : oKlien mengatakan demm oKlien mengeluhnsakit kepala DO : owajah tampak kemerahan Infeksi Degrdasi jaringan tubuh Pelepasan toksin oleh virus Virus dalam jaringan dan Darah difagositosis oleh PENINGKATAN SUHU TUBUH; HIPERTERMI
  • 35. 35 oMukosa mulut kering oBadan terasa hangat oTD : 100 / 70 mmHG oN : 120 x / mnt oP ; 60 x / mnt oS ; 38 o c Lykosit, lymposit, makropak Pengeluran zat pirogen Melepaskan zat interleukim 1 Prostaglandin E2 kedalam cairan tubuh ( pirogen likosit/pirogen endogen) Mencapai hipotalamus ( merangsang set poin) set poin berubah pada titik nol Reaksi peningkatan suhu Menggigil Tubuh menyesuaikan Reaksi demam DS : oMengeluh mual muntah oKlien kurang nafsu makan Mual / muntah Pengeluaran isi lambung Kurang nafsu makan GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
  • 36. 36 DO : oLidah tampak kotor oPorsi makan yang disediakan tidak dihabiskan( hanya 4 sdm yg dihabiskan) oPerut kembung Intake tidak adekuat Met. Glukosa terganggu PertukaranATP/ ADP Menurun Suplai nutrisi ke jaringan terganggu GGn. Pemenuhan kebutuhan nutrisi TUBUH DS : - DO : o Perdarahan ginggiva o Hb : 8 gr % o HCt : 30 % o Trombosit 35.000 /mm3 Infeksi dengue Revlikasi virus Kompleks antibody virus Agregasi trombosit Pembersihan trombosit Oleh RES Trombositopenia Perdarahan yang berlebihan RESIKO TERJADI PERDARAHAN LEBIH LANJUT DS : oBadan lemah Mual/ muntah INTOLERANSI AKTIVITAS
  • 37. 37 DO: oKlien nampak lemah oKebutuhan klien dibantu orang tua Pengeluaran isi lambung Kurang nafsu makan Metaboisme glukosa terganggu PertukaranATP/ ADP Menurun Suplai nutrisi ke jaringan tubuh menurun Energi berkurang Kelemahan otot Aktivitas intoleran DS : o Orang tua khawatir mengenai keadaan anaknya DO : o Orang tua nampak gelisah o Ekspresi cemas / tegang Hospitalisasi Stress psikologi bagi keluarga dan pasien Perasaan khawatir dan takut KECEMASAN D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  • 38. 38 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema alveoli , ditandai dengan : DS : o Orang tua klien mengeluh anaknya sesak. DO : o Klien nampak sesak. o Klien nampak lemah. 2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi dengue ditandai dengan DS : oKlien mengatakan demam oKlien mengeluhnsakit kepala DO : o wajah tampak kemerahan o Mukosa mulut kering o Badan terasa hangat o TD : 100 / 70 mmHG o N : 120 x / mnt o P ; 60 x / mnt o S ; 38 o c 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat pemenuhan ditandai dengan : DS : o Mengeluh mual muntah. o Klien kurang nafsu makan DO : oLidah tampak kotor oPorsi makan yang disediakan tidak dihabiskan ( hanya 4 sdm yg dihabiskan). oPerut kembun
  • 39. 39 4. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia Ditandai dengan DS : - DO : o Perdarahan ginggiva o Hb : 8 gr % o HCt : 30 % o Trombosit 35.000 /mm3 5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik , ditandai dengan : DS : oBadan lemah DO : oKlien nampak lemah oKebutuhan klien dibantu orang tua 6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan koping inefektif ditandai dengan : DS : o Orang tua khawatir mengenai keadaan anaknya DO : o Orang tua nampak gelisah. o Ekspresi cemas / tegang
  • 40. 40