SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 62
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT HIRSCPRUNG
I. PENGERTIAN
Penyakit Hirscprung, pertama kali ditemukan oleh “Harold Hirscprung” tahun
1887. Yaitu keadaan kongenital dimana tidak adanya sel-sel saraf ganglion
parasimpatik pada suatu segmen usus bagian distal, terbanyak di rectosigmoid.
Dibedakan dua tipe, yaitu :
1. Segmen pendek
Segmen aganglionisis mulai dari anus sampai sigmoid
2. Segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau
usus halus
Nama lain penyakit Hirscprung : Morbus Hirscprung/aganglionosis
kongenital
II. ETIOLOGI
- Herediter/ketentuan atau penyebab tidak diketahui
- Sering terjadi pada anak dengan down syndrome
- Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi
kraniokaudal pada myenterik dan submukosa dinding plexus
III.INSIDEN
Penyebab obstruksi usus yang banyak pada neonatus, sering tidak terdiagnosa
Kematian
Terjadi 1 : 5000 kelahiran.
Insiden laki-laki : wanita 4 : 1
IV. PATOFISIOLOGI
 Persyarafan parasimpatik colon didukung oleh ganglion. Persyarafan
parasimpatik yang tidak sempurna pada bagian usus yang aganglionik
mengakibatkan peristaltik abnormal, sehingga terjadi konstipasi dan obstruksi
 Tidak adanya ganglion disebabkan kegagalan dalam migrasi sel ganglion
selama perkembangan embriologi. Karena sel ganglion tersebut bermigrasi
pada bagian kaudal saluran gastrointestinal (rectum). Kondisi ini akan
memperluas hingga proksimal dari anus.
 Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltic secara normal
 Penyempitan pada lumen usus, tinja dan gas akan terkumpul di bagian
proksimal dan terjadi obstruksi dan menyebabkan di bagian colon tersebut
melebar (megacolon)
Usus besar
Megacolon
Tinja dan gas tertahan;
dilatasi sel ganglion ada
(fx normal)
Region aganlionic
Kontraksi yang tonus dan tidak
adekuatnya peristaltik
Abstruksi
parsial
Konstipasi
kronik
Pelebaran segmen proximal
Abstruksi komplit pada usus
IV. MANIFESTASI KLINIK
 Masa Neonatal
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam (24-48 jam) pertama setelah lahir
2. Muntah berwarna empedu
3. Distensi abdomen
4. Menolak untuk minum air
 Masa Bayi
1. Konstipasi
2. Muntah
3. Distensi abdomen
4. Diare
5. Ketidakadekuatan penambahan berat badan
6. Tanda-tanda vomitus (sering menandakan adanya enterokolitis)  (diare
berdarah, demam, letargi berat)
 Masa kanak-kanak-dewasa
1. Konstipasi
2. Feses berbau menyengat, bentuknya seperti pita
3. Distensi abdomen
4. Masa fekal dapat teraba
5. Anak biasanya mempunyai nafsu makan dan pertumbuhan yang buruk.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan rectum (RT)
- Pemeriksaan barium enema :
• adanya penyempitan segmen usus proximal-anus
• dilatasi usus bagian proximal-segmen penyempit
- Pemeriksaan rectal biopsy
- Anorektal manometry untuk mencatat respon, refluks spinkter eksterna dan
interna
Dengan pemeriksaan diatas dapat ditemukan
1. Daerah transisi
2. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian yang menyempit
3. Enterokolitis pada segmen yang melebar
4. Terdapat retensi barium setelah 24 - 48 jam
- Foto abdomen
VI. KOMPLIKASI
1. Gawat pernapasan (akut)
2. Enterokolitis (akut)
3. Striktura ani (pasca bedah)
4. Inkontinensia (jangka panjang)
VII.PENATALAKSANAAN MEDIK
 Penggunaan pelembek tinja dan irigasi rectal dengan garam fisiologi/washout
Cara ini efektif pada segmen aganglionik yang pendek, untuk mengobati
gejala abstipasi dan mencegah enterokolitis
 Dengan pembedakan colostomy
Terdiri atas 2 tahap yaitu :
1. Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan
ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan
waktu 3 sampai 4 bulan)
2. Bila umur bayi antara 6 dan 12 bulan (bila beratnya antara 9 dan 10 kg) maka
dilakukan repair colostomy. Repair colostomy dilakukan dengan cara
memotong usus aganglionik dan menganostomosiskan usus yang berganglior
ke rectum dengan jarak 1 cm dari anus.
Repair colostomy terdiri dari 3 macam prosedur yaitu :
a. Prosedur Duhamel (pada bayi yang berusia kurang dari 1 tahun)
Prosedur ini terdiri atas penarikan kolom normal ke arah bawah dan
menganostomosiskannya di belakang usus aganglionik, menciptakan dinding
ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon
normal yang ditarik tersebut.
b. Prosedur swensor
Bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis
end-to-end pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi.
Sfingterotomi dilakukan pada bagian posterior
c. Prosedur soave (dilakukan pada bagian posterior
Dinding otot dari segmen rectum dibiarkan tetap utuh. Kolom yang bersaraf
normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara
kolon normal dan jaringan otot recktosigmoid yang tersisa.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Demografi
Hiscprung dapat terjadi pada 1 orang dalam 500 kelahiran hidup dengan
perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 4 : 1 . Biasanya karena faktor genetic
dan insedennya tinggi pada anak dengan down syndrome
Tanyakan pada pasien usia dan jenis kelamin
2. Keluhan utama
- Keluhan utama yaitu konstipasi
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji riwayat klien tentang konstipasi  klien sama sekali tidak bisa BAB :
Konstipasi kronik
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Dikumpulkan sebagai informasi tanyakan terapi yang diberikan pada
pasien yaitu intervensi beda (colostomy). 4-6 bulan setelah colostomy maka
dilakukan repair colostomy
 Bayi / Anak
- Riwayat Prenatal, riwayat kelahiran
- Riwayat neonatus
• Eliminasi : urine <ada tidaknya gangguan frekuensi, warna
Fece konsistensi)
• Gangguan respirasi sewaktu diberi minum / makan
(sesak, sianosis, bersih, muntah)
• Pemberian minum pertama
• Pemberian makanan tambahan
• Jaundice
• Kesakitan / rewel
- Nutrisi
- Tumbuh kembang (rambut, lingkar kepala, lingkar lengan atas, berat
badan, tinggi badan)
- Alergi
- Social ekonomi keluarga
- Pola makan ibu
 Dewasa
- Nutrisi
- Alergi
- Berat badan
4. Pemeriksaan Fisik
KV : Kesadaran Baik
TTV : Suhu : Peningkatan suhu
Nadi : Takikardia
RR : Takipnea
TD : Tetap stabil
PEMERIKSAAN PERSISTEM
1. Gastrointestinal
- Mata : Kunjungtiva pucat
- Mulut : Memoran mukasa kering
- Bibir pecah
- Abdomen
• Ketegangan abdomen secara progresif
• Dinding abdomen tipis, vena-vena terlihat
• Aktivitas peristaltic menurun dan dapat tidak ada sama sekali
• Konstipasi
• Mual atau muntah (pada neonatus 24 jam pertama)
- Tidak ada mekonium
- Muntah
- Perut membuncit
- Feces
• Karakteristik seperti pita
• Warna gelap
• Frekuensi menurun
• Tenesmus positik
• Terdapat bising usus
2. Kardiovaskular dan pernapasan
a. Bibir pucat
b. Capillary refiil time (5 detik)
c. Warna kulit muka pucat
d. Kelembaban kulit dapat terjadi
- Dingin
- Panas
- Diaforesis
e. Tanda-tanda dehidrasi : turgor kulit jelek
f. Bentuk dada : Barrel chest
g. Pernapasan : takipnea
h. Bunyi jantung S1, S2 murni
3. Genital dan rectal
- Inspeksi terhadap pembengkaran, radang, iritasi dan fistula
- Periksa anus dari varices dan hemorrnoid
PATOFISIOLOGI PENYAKIT HIRSCHPRUNG
(Penyimpangan Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia)
PATOFISIOLOGI POST OP RESEKSI MEGACOLON
HIRSCHPRUNG
Tidak adanya neuran meissner dan aurbach di segmen
Rectosgmoid colon
Serabut saraf dan otot polos menebal
Tidak adanya peristaltic serta spingter rectum
Tidak mempunyai daya dorong
Daya propulsit tak ada, proses evakuasi feces dan udara terganggu
Passase usus terganggu ⇒ TRIAS
Muntah hijau
Distensi Atdomen
Keterlambatan evakuasi
Meconium feces
Obstruksi dan dilatasi bagian proksimal
Refleks inhibisi Rektospingter terganggu
Spinkter ani interna tidak relaksasi
Feces lama dalam colon Rektrum
Penekanan pada usus,
Lambung elntra abdomen
Distensi
Abdomen
Kontraksi Anuler
pylorus
KONSTIDASIEkspalasi isi
Lambung ke
escfagus
Gerakan isi lambung ke
mulut
Mual/muntah
Intake kurang
Pemenuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Kontraksi
Otot-otot dinding
Abdomen ke-
Diafragma
Nyeri
Relaksasi otot-otot
Diafragma terganggu
Clystre pernafasan
Ekspansi paru
Pola nafas tidak
efektif
Risiko Tinggi kekurangan
Volume cairan tubuh
Colon menjadi melebar/Feces
tertahan bagian proksimal
Dilakukan tindakan Colostomy
untuk mengeluarkan feces
Risiko Tinggi Infeksi
Risiko tinggi Gangguan
Inkgntas kulit = disekitar
colostomy dan anus
Peregangan secara kronik
saat defekasi
Peregangan sarafkronik
pupendus secara maksimal
Spinkter Ani inkompten/
inkontineusia fekal
Pelepasan isi rectum
Tanpa tanpa disadari
Pengeluaran feces terus
Menerus tanpa disadari
Diar
Tekanan intra lamen
usus
Aliran usus
Kontraksi usus
Statis Bakteri dalam
Membran mokosa
Proliferasi bakteri
Dalam jumlah banyak
ENTEROKOLITIS
Pe flora usus
Rekasi inflamasi
Peningkatan sekresi
Cairan dan elektrolit ke
rongga usus, disertai
absorbsi
Terbentuk feces yang encer
Klien rawat inap
Dalam waktu lain
Timbul rekasi Hospitalisasi
Cemas /takut
HIRSCHPRUNG
Dioagosa Keperawatan
1. Distres pernafasan b/d. distensi abdomen
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d. intake tidak adekuat
3. Nyeri b/d. distensi abdomen
4. Konstipasi b/d. obstruksi usus
5. Gangguan integritas kulit b/d. colostomy dan repair colostomy
Tidak adanya neuton meissnet &
Aurbach di segmen nectocigmoid colon
Tidak ada peristaltic & evakuasi usus
Spontan spinkter rectum # dapat berelaksasi
Isi usus terdorong kesegmen aganglion
Feces & gas terkumpul di daerah tersebut
Usus bagian proksimal dilatasi
Megacolon  distensi abdomen  operasi colostomy
Efek anestesi Tindakan pembedahan
(Reseksi megacolon
Kerusakan kontinuitas
jaringan
Peristaltik usus me
Konstipasi
Peregangan secara
Kronik saat defekasi
Spinkter ani inkompeten
Pelepasan isi rektum tanpa
disadari
Diare Frekuensi BAB me (encer)
Resiko tinggi kekurangan
Volume cairan tubuh
Resiko terjadinya
Gangguan integritas kulit
Pembatasan intake
Makanan peroral
Asupan makanan
Tidak terpenuhi
Terpajang lingkungan
Luar (Mikroorganisme)
Pemenuhan nutrisi
Kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko tinggi
Terjadi infeksi
6. Gangguan citra tubuh b/d. adanya kolostomi
7. Kurangnya pengetahuan b/d kurang sumber informasi
Rencana Perawatan
ad. 1
Tujuan : Pola nafas efektif
Tidak ada gangguan pernafasan
Intervensi :
1. Observasi frekuensi / kedalaman pernafasan
R. / Nafas dangkal, distress pernafasan, menahan nafas, dapat menyebabkan
hipoventilasi
2. Auskultasi bunyi nafas
R. /
3. Berikan oksigen tambahan
R. / memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukarand pe / kerja nafas
4. Tinggalkan kepala tempat tidur 30o
R. / Mendorong pengembangan diafragma / ekspansi paru optimal dan
meminimalkan isi abdomen pada rongga thorax
ad. 2
Tujuan : * Mempertahankan BB stabil / menunjukkan kemajuan
peningkatan BB mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal
InteRvensi :
1. Pertahankan potensi selang Naso-gastrik. Jangan mengembalikan posisi
selang bila terjadi perubahan posisi.
R. / Memberikan istirahat pada traktus GJ. Selama fase pasca operasi akut
sampai kembali berfungsi normal
2. Berikan perawatan oral secara teratur
R. / Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan bibir pecah
3. Kolaborasi pemberian cairan IV,
R. / Memenuhi kebutuhan nutrisi sampai masukan oral dapat dimulai
4. Awasi pemeriksaan laboratorium. Misalnya Hb / Ht dan elektrolit.
R. / Indikator kebutuhan cairan / nutrisi dan keaktifan terapi dan terjadinya
konstipasi
ad. 3
Tujuan : * Menyatakan nyeri hilang
* Menunjukkan rileks, mampu tidur, dan istirahat dengan tepat
InteRvensi :
1. Catat keluhan nyeri, durasi, dan intensitasn nyeRi
R. / Membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi
2. Catat petunjuk nonverbal. Mis. gelisah, menolak untuk beRgerak,
R. / Bahasa tubuh / petunjuk non verbal dapat secara prikologis dan fisiologis
dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengidentifikasi masalah
3. Kaji faktor-faktor yang dapat meningkatkan / menghilangkan nyeri
R. / Menunjukkan faktor pencetus dan pemberat dan mengidentifikasi
terjadinya komplikasi
4. Berikan tindakan nyaman, seperti pijat penggung, ubah posisi dan
R. / Meningkatkan relaksasi, memfokuskan perhatian, dan meningkatkan
koping
5. Kolaborasi pemberian analgetik
R. / Memudahkan istirahat dan menurunkan rasa sakit
ad. 4
Tujuan : * MenoRmalkan fungsi usus
* Mengeluarkan fese
InteRvensi :
1. Kaji fungsi usus dan karakteristik tinja
R. / Memperoleh informasi tentang kondisi usus
2. Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus
R. / Distensi dan hilangnya peristaltic usus menunjukkan fungsi defekasi
hilang
3. Berikan enema jika diperlukan
R. / Mungkin perlu untuk menghilangkan distensi
ad. 5
Tujuan : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda
infeksi
InteRvensi :
1. Observasi luka, catat karakteristik drainase
R. / Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama,
dimana infeksi dapat terjadi kapan saja
2. Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan teknik aseptik
R. / Sejumlah besar drainase serosa menuntut pergantian dengan sering untuk
menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi
3. Irgasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faali
R. / Diperlukan untuk mengobati inflamasi infeksi praap / post op
ad. 6
Tujuan : * Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi
* Menerima perubahan kedalam konsep diri
InteRvensi :
1. Dorong pasien / orang terdekat untuk mengungkapkan perasaannya
R. / Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa
2. Catat perilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan
R. / Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut
dan terapi lebih kuat
3. Gunakan kesempatan pada pasien untuk menerima stoma dan berpartisipasi
dan perawatan
R. / Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki
kepercayaan diri
4. Berikan kesempatan pada anak dan orang terdekat untuk memandang stoma
R. / Membantu dalam menerima kenyataan
5. Jadwalkan aktivitas perawatan pada pasien
R. / Meningkatkan kontrol dan harga diri
6. Pertahankan pendekatan positif selama tindakan perawatan
R. / Membantu pasien menerima kondisinya dan perubahan pada tubuhnya
ad. 7
Tujuan : * Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi / proses
penyakit, tindakan dan prognosis
InteRvensi :
1. Tentukan persepsi anak tentang penyakit
R. / Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan
belajar individu
2. Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis
R. / Meningkatkan pemahaman dan kerjasama
3. Tekankan pentingnya perawatan kulit pada orang tua
R. / Menurunkan penyebaran bakteri
DAFTAR PUSTAKA
 Ngastiyah, 1997,”Perawatan Anak Sakit”, EGC. Jakarta
 Barbara Engram, 1999” RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH” Vol 3. EGC. Jakarta
 Star Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK VI, ILMU KESEHATAN ANAK Vol 3,
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK, FK, VI, 1985
 Cecily L. Betz, Linda A Sowden, 2002, KEPERAWATAN PEDIATRIK edisi 3,
EGC, Jakarta
 Suradi Skp dan Rita Yuliani Skp, 2001, ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK, CV Agung, Seto, Jakarta
FORMAT PENGKAJIAN
RUANG PERAWATAN ANAK
I. Biodata
D. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. Hayyub.
2. Tempat tanggal lahir/Usia : Jeneponto, 21 – 4 2003/1 tahun 2 bulan
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : -
6. Alamat : Borongkaluku, Bontomarannu
7. Tanggal Masuk : 23 – 06 – 2004
8. Tanggal Pengkajian : 29 – 06 – 2004
9. Diagnosa Medik : Hisprung
10. Rencana Therapi :
E. Identitas Orang Tua
1. Ayah
a. Nama : Hasyim
b. Usia : 36 thn
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Pedagang
e. Agama : Islam
f. Alamat : Borongkaluku, Bontomarannu
2. Ibu
a. Nama : Ramlah
b. Usia : 25 thn
c. Pendidikan : SMU
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : IRT
e. Agama : Islam
f. Borongkulu, Bontomarannu :
F. Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Hubungan Statis Kesehatan
1. Ririn Nurfadilah 7 th Kakak
Kandung
Sehat
II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
Perut kembung / distensi abdomen
III.Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk RS dengan keluhan detak-detak pada tanggal 17 Juli 2003 klien
didiagnosa Megacolon/Hirscprung Kongenital, 1 bulan kemudian yaitu
tanggal 7-8-03 terapi yang diberikan pada klien yaitu operasi colostomy dan
dirawat selama 7 hari, keadaan umum baik lalu diizinkan pulang kontrol di
poli. Lalu pada tanggal 15-6-2004 setelah colostomy dilakukan repair
colostomy. 1 hari kemudian kilen mengalami perut kembung lalu pindah
rawat picu tanggal 26 Juni 2004 dilakukan Reseksi Mengacolon.
B. Riwayat Kesehatan Lalu
(Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Pre natal Care
a. Pemeriksaan kehamilan 2 Kali
b. Keluhan selama hamil : perdarahan - PHS - Infeksi - ngidam
(mangga) muntah-muntah  deman - Perawatan selama hamil
c. Riwayat : - Terkena sinar - Therapi obat
d. Kenaikan Berat Badan selama hamil 15 Kg
e. Immunisasi TT 2 Kali
f. Golongan darah ibu O Golongan darah Ayah A
2. Natal
a. Tempat melahirkan : RS Klik Rumah
b. Lama dan jenis persalinan : Spontan - Forcep - Operasi - lain-lain
induksi
c. Penolong persalinan : Dokter - Bidan  Dukun -
d. Cara untuk memudahkan persalinan : Drip - Obat perangsang 
e. Komplikasi waktu lahir : Robek perineum  Infeksi nifas -
3. Post natal
a. Kondisi Bayi : BB lahir 3400 Gram PB 30 Cm
b. Apakah anak mengalami : penyakit Kuning - Kebiruan - Kemerahan
- Problem menyusui - BB tidak stabil -
(Untuk Semua Usia)
- Penyakit yang pernah dialami : Bentuk Deman Diare Kejang Lain-
lain
- Kecelakaan yang dialami : latuh - tenggelam - lalu lintas -
keracunan -
- Pernah : dioperasi - dirawat di Rumah Sakit 
- Allergi : Makanan - obat-obatan - zat/substansi kimia - texil -
- Konsumsi obat-obatan bebas -
- Perkembangan anak disbanding saudara-saudaranya : Lambat  Sama
- Cepat -
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Penyakit anggota keluarga : alergi - asma - TBC - hypertensi -
penyakit jantung - stroke - anemia - hemopilia - arthritis - migrain -
DM - kanker - jiwa –
- Genogram
? ?
Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
25 thn
36 thn
IV. Riwayat Immunisasi
No Jenis Immunisasi Waktu Pemberian Rekasi setelah pemberian
1. BCG Usia 1 bulan -
2. DPT (I, II, III) Usia 2, 3, 4 bulan Panas
3. Polio (I, II, III, IV) Usia 2, 3, 4 bulan -
4. Campak Usia 9 bulan -
5. Hepatitis Usia 1 tahun -
 Pertumbuhan Fisik
V. Riwayat Tumbuh Kembang
A. Pertumbuhan Fisik BBL 4 bulan 1 tahun BB anak sekarang = 8,9 Kg
1. Berat Badan : 3,4 6,8 10,2
2. Tinggi Badan : Ibu klien lupa TB Lahir
4. Waktu tumbuh gigi 9 bulan, Tanggal gigi - Tahun
B. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat :
1. Berguling :
2. Duduk :
3. Merangkai : ≠ diingat
4. Berdiri :
5. Berjalan :
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : -
7. Bicara pertama kali : ± 12 bulan
8. Berpakaian tanpa Bantuan - :
VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1,2 thn7 thn
1. Pertama kali disusui 1 hari post partum
2. Cara pemberian : Setiap kali menangis  terjadwal
3. Lama pemberian 3 bulan
B. Pemberian Susu Formula
1. Alasan pemberian : ASI ≠ diproduksi
2. Jumlah pemberian : 3 botol / hari
3. Cara memberikan : Dengan dot + sendok -
C. Pemberian makanan tambahan
a. Pertama kali diberikan usia 4 bulan
b. Jenis : Bubur susu  pisang - lain-lain -
D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian
1. 0 – 4 bulan
2. 4 – 12 bulan
3. Saat ini
ASI
Milna, Susu Formula
Bubur, Susu formula
3 bulan
-
Spi saat ini
VII. Riwayat Psichososial
- Apakah anak tinggal di : apartemen - rumah sendiri  kontrak (bersama
nenek)
- Lingkungan berada di : kota  setengah kota - desa -
- Apakah rumah dekat : sekolah  ada tempat bermain - Punya kamar tidur
sendiri -
- Apakah ada tangga yang bisa berbahaya - Apakah anak punya ruang
bermain -
- Hubungan antar anggota keluarga : Harmonis  Berjauhan -
- Pengasuh anak : Orang tua  Baby sitter - pembantu -
nenek/kakek 
VIII. Riwayat Spiritual
- Support system dalam keluarga
- Kegiatan keagamaan
IX. Riwayat Hospitalisasi
A. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS berobat (keluhan distensi
abdomen)
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak Ya  Tidak -
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini : Cemas - Takut - Khawatir -
Biasa 
- Apakah orang tua akan selalu berkunjung : Ya  Kadang-kadang -
Tidak -
- Siapa yang akan tinggal dengan anak : ayah  ibu  Kakak  Lain-lain
nenek
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap belum bisa dikaji
- Mengapa Keluarga/Orang tua membawa kamu ke Rumah sakit ? –
- Menurutmu apa penyebab kamu sakit -
- Apakah dokter menceritakan keadaanmu : ya - Tidak -
- Bagaimana rasanya dirawat di RS : Bosan Takut Senang Lain-
lain –
- Rasa cemas
- Kehilangan kontrol
- Takut akan nyeri & perlukaan
Reaksi Hospitalisasi
1. Rasa Cemas
Klien belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang memadai,
dan pengertian terhadap situasi masih terbatas. Klien kadang menangis,
memanggil ibunya atau menggunakan tingkat laku agresif, misalnya menendang,
memukul, mencoba untuk membuat orangtua (Ibu) tetap tinggal dan menolak
perhatian orang lain. dan kadang juga klien tidak aktif kurang minat untuk
bermain
2. Kehilangan Kontrol
Akibat sakit dan dirawat di RS, anak merasa kehilangan kontrol kebebasan dalam
segala hal dan menimbulkan regresi sehingga terjadi rasa ketergantungan
sehingga suatu saat anak akan menjadi cepat marah dan agresif
3. Takut akan nyeri dan perlukaan
Klien memberikan reaksi dengan emosi yang kuat dan pertahanan fisik terhadap
pengalaman yang menyakitkan, trauma dengan orang yang berpakaian putih-
putih, indikasi perilaku terhadap rasa nyeri seperti : berteriak, menolak untuk
disentuh, menendang/menangis
X. Aktivitas Sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit
1. Selera maka
2. Menu makan
3. Frekuensi makan
4. Makanan yang disukai
5. Makanan pantangan
6. Pembatasan pola makan
7. Cara makan
8. Ritual saat makan
Baik
Bubur
4 x
-
-
-
disuap
bermain
Menurun
Air susu Nestle
42 cc / jam
-
-
-
≠ boleh melalui otal, NGT
-
B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit
1. Jenis minum
2. Frekuensi minum
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan
Air putih, susu formula
Sebanyak anak minta
890 ≈ 900 cc/hari
minum
Susu formula, air putih
Sesuai kebutuhan
42 cc/jam
otal, IV
C. Eliminasi (BAB & BAK)
Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (Waktu)
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
WC
1 x / hari
Keras
Sulit
-
Ditempat tidur
4 x / hari
lembek, encer
tidak ada
-
D. Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit
1. Jam Tidur
- Siang
- Malam
2. Pola tidur
3. Kebiasaan sebelum tidur
4. Kesulitan tidur
13.00 – 14.00
19.00 – 07.00
bermain
-
± 4 jam
± 8 jam
Bermain
-
E. Olah Raga
Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit
1. Program Olah Raga
2. Jenis dan Frekwensi
3. Kondisi setelah olah raga
-
-
-
-
-
-
F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit
1. Mandi
a.
Cara
b.
Frekwensi
c. Alat mandi
2. Cuci rambut
a.
Frekwensi
Dimandikan
2 x sehari
sabun
3 x seminggu
memakai sampo
1 x seminggu
Dimandikan memakai waslap
1 x shari
Sabun
Tidak pernah
-
belum pernah
b.
Cara
3. Gunting kuku
a. Frekw
ensi
b. Cara
4. Gosok gigi
a. Frekw
ensi
b. Cara
memakai gunting kuku
-
-
-
-
-
G. Aktivitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadual harian
4. Penggunaan alat Bantu
aktivitas
4. Kesulitan pergerakan
tubuh
Bermain
-
-
-
Tidur ditempat tidur
-
-
Aktif bergerak
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat sekolah
2. Waktu luang
3. Perasaan setelah
rekreasi/bermain
4. Waktu senggang keluarga
-
-
Senang
-
-
-
-
-
XI. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum Klien
Baik  Lemah - Sakit Berat
B. Tanda-tanda Vital
- Suhu : 37,5oC
- Nadi : 100x/mnt
- Respirasi : 24x/mnt
- Tekanan Darah : 100/60 mmHg
C. Antropometri
- Tinggi Badan : Lupa
- Berat badan : 8,9 Kg
- Lingkar lengan atas : 14 cm
- Lingkar kepala : 46 cm
- Lingkar dada : 50 cm
- Lingkar perut : 51 cm
- Skin fold : -
D. Sistem Pernafasan
- Hidung : simetrisan pernafasan Cuping hidung - secret - polio - Ep
staxis -
- Leher : pembesaran kelenjar – tumor – (tampak luka pemasangan
CVP)
- Dada
• Bentuk dada Normal barrel - pigen chest -
• Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal 1 ? 1
• Gerakan dada : simetris terdapat retraksi - Otot Bantu pernafasan -
• Surat nafas : Vocal tremitus – Ronchi –Wheezing – Steridor – Rales –
- Apakah ada clubling finger : -
E. Sistem Cardio Vaskuler
- Conjunctiva : tidak, bibir pucat/cyanosis - Arteri carotis : Kuat/lemah
Tekanan vena jugularis : meninggi/tidak
- Ukuran jantung : Normal + membesar - Ictus cordis/apex -
- Suara jantung : S1, S2, bising aorta – mur-mur – gallop -
- Capillary refilling Time ± 3 detik
F. System Pencernaan
- Sklera : tidak, bibir : lembab - kering pecah-pecah  labio skiziz –
- Mulut : stomatitis – palato skizis – jumlah gigi 6 kemampuan menelan :
Baik / Sulit -
- Gaster : Kembung – Nyeri – gerakan peristaltis
- Abdomen : Hati : teraba – Lien – ginjal – Faeses –
- Anus : Lecet  hemorroid
G. System Indra
1. Mata
- Kelopak mata – bulu mata  alis 
- Visus (Gunakan snellen chard) t.d.k (sulit ditentukan)
- Lapang Pandang Sulit ditentukan
2. Hidung
- Penciuman IV perih di hidung – trauma – mimisan –
- Sekret yang menghalangi penciuman –
3. Telinga
- Keadaan daun telinga baik, kenal auditoris : Besih  Serumen –
- Fungsi pendegaran baik
H. System Syarat
1. Fungsi Cerebral
a. Status Mental : Orientasi – Daya Ingat – Perhatian dan perhitungan –
Bahasa –
b. Kesabaran (Eyes 4 Motorik 6 verbal 5) dengan 665
c. Bicara Ekspresive – Resiptive –
2. Fungsi
Nervus : Sulit ditentukan lapang pandang, sulit ditentukan
Nervus : Gerak Bola Mata IV kesegala arah pupil isokor anisokor
–
Nervus : Sensorik – Motorik –
Nervus : Sensorik – Otonomi – Motor –
Nervus VIII : Pendegaran - Kesimbangan -
Nervus IX :
Nervus X : Gerakan uvula IV rangsangan muntah/menelan -
Nervus XI : Sternocledomastoideus - Trapexius -
Nervus XII : Gerakan Lidah -
3. Motorik : Massa otot N Tonus otot  kekuatan otot : 4
4. Fungsi Sensorik : Suhu nyeri getaran  posisi  diskriminasi –
5. Fungsi cerebellum : Koordinasi - kesimbangan -
6. Reflex : Bisep + Trisep + Patela + Babinski -
7. Iritansi Meningen : Kaku duduk – lasaque sign - kering sign –
brudzinkim sign - /II -
I. System Muskulo Skeletal
1. Kepala : Bentuk Kepala normal gerakan ke segala arah
2. Vertebrae : scoliosis - Lordosis - Kiposis - Gerakan + ROM Aktif
Fungsi gerak baik
3. Pelvis : Gaya jalan tidak gerakan + ROM Aktif Trendelberg Test -
Ortolani/Borlow -
4. Lutut : Bengkak - kaku - gerakan + Mc Murray test -
Ballotement test -
5. Kaki : Bengkak - gerakan + kemampuan jalan tidak, Tanda
tarikan +
6. Tangan : Bengkak - gerakan + ROM Aktif
J. System Integumen
- Rambut : Warna pirang, mudah dicabut tidak
- Kulit : Warna kuning, temperatur hangat, kelembaban - bulu kulit –
erupsi - tahi lalat - ruam - texture baik
- Kuku : Warna pink permukaan kuku cembung, mudah patah -
kebersihan bersih
K. System Endokrin
- Kelenjar Thyroid : ≠ ada pembesaran
- Ekskresi urine berlebihan - polydipsi - polyphagi -
- Suhu tubuh yang tidak seimbang - keringat berlebihan -
- Riwayat bekas air seni dikelilingi semut -
L. System Perkemihan
- Odema palpebra - Moo face - Odema anasarka -
- Keadaan kandung kemih terpasang kateter
- Nocturia - dysuria - kencing batu -
M. System Reproduksi
1. Wanita
- Payudara : Putting, areola mamae, besar
- Labia mayora dan minora : bersih secret, bau
2. Laki-laki
- Keadaan gland penis : Urethra - kebersihan bersih
- Testis : Sudah turun  belum -
- Pertumbuhan rambut : Kumis - hanggut - ketiak -
- Pertumbuhan jakun - Perubahan suara -
N. System Imrnun
- Allergi (Cuaca - dubu - bulu binatang - zat kimia - )
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : Flu - Urticaria -
lain-lain ≈
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan Sulit untuk ditentukan  klien
mengalami kesakitan
A. 0 – 6 Tahun
Dengan Menggunakan DDST
1. Motorik Kasar
2. Motorik Halus
3. Bahasa
4. Personal Sosial
B. 6 Tahun keatas
1. Perkembangan Kognitif
2. Perkembangan psikosexual
3. Perkembangan psikososial
XI. Test Diagnostik
- 21 Juni 2004  Na : 148
K : 3,5
CI : 110
Hb : 8,5 91 %
Leukosit : 9,2
- 23 Juni 2004  Leukosit : 15,7
Hb : 9,6 91 %
- 24 Juni 2004  Hb : 6,5 91 % (12 – 16)
HCT : 14,7 (37 – 48)
Leukosit : 93,9 (4,0 – 10,0)
- 25 Juni 2004  Albumin : 2,0 (3,5 – 5,0)
Eektrolit Darah :
Na : 134 (136 – 145)
K : 2,0 (3,5 – 5,1)
CI : 103 (97 – 111)
Hb : 10,7
DATA FOKUS
(CP. 1A)
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Ibu klien mengatakan anaknya belum
boleh makan lewat mulut
- Ibu klien mengatakan btk BAB
anaknya encer, warna kuning
- Ibu klien mengatakan anaknya berak-
berak sudah 3 x
- Bibir pecah dan kering
- Klien makan lewat NGT
- BB = 819 Kg
- Hb = 10,7 gr/dl
- Albumin = 2,0
- Tampak adanya luka bekas operasi
- Leukosit = 9300
- Klien sudah BAB 3 x
- Konsistensi BAB encer, warna kuning,
bau busuk
- Tampak adanya eritema pada anus
- TTU
S = 37,5oC
N = 100y/mnt
TD = 100/60 mmHg
P = 24y/mnt
ANALISA DATA
( C P I B )
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS :
Ibu klien mengatakan
anaknya belum boleh
makan lewat mulut
DO :
- Bibir pecah dan kering
- Klien makan lewat NGT
- BB = 8,9 Kg
- Hb = 10,7 gr/dl
N 11,5 – 15,5 gr/dl
- Aldunin = 2,0 (315 –
5,0)
Tindakan pembedahan :
Post op neseksi mengacolon
Pembatasan intake makanan
peroral
asupan makanan tidak
terpenuhi
Pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Pemenuhan nutrisi
Kurang dari
kebutuhan
2. DS :
-
DO :
- Tampak adanya luka
bekas operasi
- Teukosit 9300
<N = 4000 – 10.000
Tindakan pembedahan
(Reseksi mengacolon)
Kerusakan kontinuitas
jaringan
Terpajang lingkungan luar
(Mikroorganisme)
Resiko tinggi terjadi infeksi
Resiko tinggi
Terjadi infeksi
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
3. DS :
- Ibu klien mengatakan
Btk BAB anaknya
Tindakan operasi
Efek anestesi
Resiko tinggi
kekurangan volume
cairan tubuh
encer, warna kuning
- Ibu klien mengatakan
anaknya berak-berak
sudah 3 x
DO :
- Klien sudah BAB 3 x
- Konsistensi BAB encer,
warna kuning, bau
busuk
- TTU
S = 37,5o
C
N = 100 x/mnt
P = 24 x / mnt
TD = 100/60 mmHg
Peristaltik usus me 
Konstipasi
Peregangan secara kronik
saat defekasi
Peregangan saraf pupendus
secara maksimal
Spinkterani isi rectum tanpa
disadari
Diare
Resiko tinggi kekurangan
volume cairan tubuh
4. DS :
DO :
Tampak adanya eritema
pada anus
Diare
Frekuensi BAB meningkat
(encer)
Resiko terjadinya gangguan
ntegritas kulit
Resiko terjadinya
gangguan integritas
kulit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
( CP 2 )
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL
DITEMUKAN TERATASI
1. Pemenuhan nutrisi kurang dari 28 Juni 2004
2.
3.
4.
kebutuhan tubuh b.d pembatasan
intake makanan paroral
Resiko tinggi terjadi infeksi b.d
terputusnya kontinuitas jaringan
(luka post operasi reseksi)
Resiko tinggi kekurangan volume
cairan tubuh b.d intake yang
kurang/frekuenai BAB meningkat
(encer)
Resiko terjadinya gangguan
integritas kulit (disekitar anus)
28 Juni 2004
28 Juni 2004
28 Juni 2004
30 Juni 2004
30 Juni 2004
-
PENATALAKSANAAN KEMOTERAPI
Aktivitas Rasional
1. Kaji pengetahuan anak dan keluarga
mengenai pengobatan kemoterapi,
kemungkinan efek samping dan tindakan
1. Memberikan informasi yang dibutuhkan
untuk menformulasikan perencanaan
pendidikan
perawatan diri sendiri
2. Berikan klien brosur mis “kemoterapi dan
Anda” yang berasal dari Yayasan Kanker
(bila ada) dan yang berasal dari pelayanan
sendiri
3. Beritahu pasien mengenai nana dan jenis
kemoterapi, kegunaan, cara pemberian, rute
dan jadwal pemberian
4. Instruksikan kemungkinan efek samping
tindakan untuk setiap pengobatan
5. Berikan informasi tertulis mengenai masing-
masing obat meliputi kerja, tujuan dan efek
samping
6. Instruksikan pasien untuk tidak memakan
obat lain kecuali kalau diberikan oleh dokter
termasuk obat antagonis yang berlebihan
7. Beritahu pasien untuk tidak menelan obat
aspirin atau obat anti inflamasi nonsteroid,
cek label obat secara hati-hati untuk obat ini
8. Instruksikan pasien atas pengobatan yang
diresepkan untuk membantu pasien yang
mengalami efek samping antiemetik
2. Brosur dapat memberikan penguatan
secara verbal dan memberikan satu
sumber bagi pasien ketika staf kesehatan
tidak ada
3. Meningkatkan pengetahuan pasien
4. Meningkatkan manajemen perawatan diri
dan menurunkan insiden serta
komplikasi yang berat
5. Bahan tulisan merupakan penguatan
instruksi verbal
6. Mencegah interaksi yang
Membahayakan
7. Aspirin dan obat antiinflamasi
nonsteroid dapat menghambat
aktivitas trombosit; aspirin mungkin
terdapat dalam beberapa jenis obat
yang dijual bebas
8.Mencegah atau mengurangi efek
samping yang lebih berat
Aktivitas Rasional
9. Beritahu pasien dan keluarga terhadap
perubahan yang harus dilaporkan pada tim
kesehatan sesegera mungkin : tanda infeksi,
mual dan muntah yang menetap, perdarahan
9. Pencegahan komplikasi yang serius
dengan meningkatkan pelaporan dini
pada tenaga kesehatan
yang tidak biasa dan adanya laserasi diare
atau perubahan mental atau status emosional
akut
Intervensi keperawatan berhubungan dengan Kemoterapi dan Radioterapi yang
dijalani anak
Respon Intervensi Keperawatan
Diare - Berikan cairan per oral
- Lakukan perawatan kulit pada bokong dan daerah perineum
- Pantau efektifitas obat antidiare
- Hindari makanan dan buah-buahan tinggi selulose
- Berikan makan sedikit tapi sering, jika mungkin beri makanan
Anoreksia
Mual dan muntah
Retensi Cairan
Hiperutemia
Demam dan menggigil
Stomatitis dan ulkus mulut
yang disukai anak
- Kurangi atau jangan berikan daging
- Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi
- Pantau infus IU
Pantau asupan dan keluaran
- Beri makan sedikit tapi sering
- Pertahankan asupan cairan yang adekuat dengan esloli, eskrin
- Timbang BB anak setiap hari
- Observasi adanya dehidrasi
Pantau asupan dan keluaran
Timbang BB harian
Evaluasi adanya gawat pernapasan dan edeman paru
Ubah posisi anak dengan sering
Pantau adanya efek samping dr diutetik
Pantau asupan dan keluaran
Ajarkan anak untuk banyak minum
Lakukan perawatan kulit anak
Pantau kreatinin dan asam urat
Pantau adanya efek samping dr aloputinol
Pantau tanda-tanda dan vital dan frekuensi gejala
Evaluasi sumber gejala
Pantau efek samping dr obat antipiretik
Berikan rasa nyaman dengan sering berkumur
Hindari sikat gigi yang berbulu keras
Hindari swab gliserin
Hindari makanan keras dan panas
Respon Intervensi Keperawatan
Alopesia - Persiapkan anak dan keluarga untuk menghadapi kerontokan
rambut
- Yakinkan hati anak dan keluarga bahwa kerontokan rambut
hanya untuk sementara
- Siapkan anak dan keluarga tentang tumbuhnya rambut baru
yang berbeda warna dan tekstur dr rambut sebelumnya
- Anjurkan memakai topi, syal, wig
- Sering keramas untuk mencegah Cradle cap
Nyeri
Evakopenia
Ambositopenia
Nemia dan letihan
Resiko faktur
Perkembangan fisik dan
seksual tertunda
- Evaluasi perilaku verbal dan ploverbal anak
- Perhatikan aspek cultural yang mempengaruhi perilaku nyeri
- Pantau tanda-tanda vital
- Evaluasi pola tidur anak
- Sarabkan mengatasi nyeri seperti hypnosis, teknik relaksasi,
imajinasi, distraksi, stimulasi kutaneus
- Observasi adanya tanda dan gejala infeksi dan inflamasi
- Pantau TTV
- Pantau jumlah lekosit
- Pastikan tindakan higienik yang baik
- Cegah kerusakan integritas kulit
- Observasi adanya tanda dan gejala perdarahan
- Pantau TTV
- Pantau jumlah trombosit
- Hindari pem. Suhu rectal
- Hindari injeksi
- Pantau transfusi trombosit
- Evaluasi adanya tanda dan gejala anemia
- Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis
- Berikan cukup istirahat dan tidur
- Anjurkan aktivitas bermain yang tenang
- Hindari penumpukan beban pada alat gerak yang sakit
- Hindari kecelakaan dan cedera
- Anjurkan aktivitas bermain non ambulasi
- Berikan petunjuk antisipasi pada orang tua tentang retardasi
pertumbuhan deformatis skeletal, perkembangan seksual yang
tertunda
- Diskusikan kemandulan dengan anak dan keluarga
Respon Intervensi Keperawatan
Persensitivitas pada obat
sehingga terjadi syok
anafilaktik
Rebilitis dan jaringan
nekrosis karena
infiltrasi infus IV
- Sediakan obat-obatan berikut, hidrokortisor, epinefrin
- Observasi adanya dispnea, gelisah, urtikaria
- Hindari pemberian agens vesikan didekat persendian
- Hentikan aliran IV jika diduga infiltrasi
- Berikan kompres dingin pada tempat terkait
- Lanjutkan observasi terhadap tempat terkait atau adanya
tanda-tanda inflamasi dan nekrosis
Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison, vinkristin,
paraginase, metotreksat, merkaptoputin, sitarabin, alopurinol, silklofosfamid dan
aunotubisin
NAMA OBAT KEGUNAAN EFEK SAMPING
Prednisor Dipakai untuk efek antinflamasi
yang kuat pada penyakit yang
melibatkan sistem organ
1. Gangguan cairan dan elektrolit-
retensi natrium, retensi cairan,
gagal jantung kongestif kalium,
Vinkristin (oncovin) Obat antineoplastik yang
menghambat pembelahan sel
selama metastase.
Dipakai bersama siklokosfamid
(cytoxan)
hipertensi
2. Efek muskoloskeletal - kele
mahan otot, osteoporosis, faktur
patologik pada tulang panjang
3. Efek gastrointestinal - ulkus
peptikum dengan kemungkinan
perdarahan, pankreatitis, distensi
abdomen, peningkatan nafsu
makan, BB naik
4. Efek dermatologik gangguan
penyembuhan luka, peteki,
ekimosis, eritema fasial,
5. Efek neutologik-edema papil,
konuuisi vertigo
6. Efek endokrin : berkembang status
cushingoid, manifestasi lanjut dari
DM
7. Efek oftalmik-katarak subkapsuler
8. Efek metabolic. Kesimbangan
nitrogen θ karena katabolisme
protein
1. Efek neutomuskular : neuropati
perifer, nyeri saraf, parastesi
tangan dan kaki, hilangnya refleks
tendon profunda, nyeri rahang,
foot drop
2. Efek hematologik trombositopenia
anemia leukopenia
3. Efek gastrointenstinal, stomatitis,
anoreksia mual muntah, diare,
konstipasi, ileus paratitik
4. Lain-lain kenuuisi, hiperkalemia,
hipervrisemia
NAMA OBAT KEGUNAAN EFEK SAMPING
Asparaginase Menurunkan kadar asparagin
(asam amino untuk pertumbuhan
tumor)
1. Manifestasi alergik : Demam dan
menggigil dalam 1 menit setelah
pemberian, reaksi kulit gawat
pernapasan, hipotensi, nyeri
substernal mual, muntah,
Anafilaksis
2. Toksisitas hati disertai ikterus,
Merkaptopurin/
purinetol
Sitarabin
Alopurinol/
yloprin
Iklofosfamid/
Ytoxan
Menghalangi sintesis asam
nukleat, yang terutama
diperlukan bila sel-sel bertumbuh
dan memperbanyak dirinya
dengan cepat
Untuk menginduksi remisi pada
pasien dengan leukemia
granulositik akut supresan sum-
sum tulang yang kuat
Menghambat produksi asam urat
dengan menghambat reaksi
biokimia yang mendahului
pembentukan asam urat
Sebuah agens antitumor kuat dari
kelompok nustatnitrogen dan
agens pengkelat
hipoalbuminemia
3. Pankreatitis
4. DM
5. Gangguan metabolisme kalsium
Anoreksia, mual dan muntah,
leukopenia, trombositopenia, supresi
sum-sum tulang, anemi, ruam,
anoreksia, perdarahan, diare,
inflamasi, anafilaksis, sakit kepala,
disfungsi hati
- Mual dan muntah
- Leukopenia, trombositopenia
- Anemia
- Ruam
- Anoreksia
- Perdarahan
- Diare
- Sakit kepala
- Anafilaksis
1. Terkandung toksisitas hati
2. Peningkatan SGOT dan SGPT
yang asimptomatik
1. Mual dan muntah
2. Anoreksia
3. Alopesia
4. Leukipenia
5. Sistigi hemoragi stril
6. Disfungsi hati
7. Kardiotoksisitas
NAMA OBAT KEGUNAAN EFEK SAMPING
Aunotubisin
aunomyan
Menghambat pembelahan sel
selama pengobatan leukemia
akut
1. Skletosis vena
2. Mual dan muntah (segera setelah
penyuntikan)
3. Depresi sum-sum tulang
4. Disritmia jantung dan kematian
5. Peningkatan enzim hati (SGPT
 , SGOT  )
6. Mengubah warna urin menjadi
merah
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA
DIAGNOSA

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

La actualidad más candente (20)

Retensi urine
Retensi  urineRetensi  urine
Retensi urine
 
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihanPemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
 
Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa
 
Colic abdomen
Colic abdomenColic abdomen
Colic abdomen
 
Askep pada ibu dengan kasus preeklamsi
Askep pada ibu dengan kasus preeklamsiAskep pada ibu dengan kasus preeklamsi
Askep pada ibu dengan kasus preeklamsi
 
asuhan keperawatan keluarga
asuhan keperawatan keluargaasuhan keperawatan keluarga
asuhan keperawatan keluarga
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Model pemberian asuhan keperawatan
Model pemberian asuhan keperawatanModel pemberian asuhan keperawatan
Model pemberian asuhan keperawatan
 
Prolaps hemoroid
Prolaps hemoroidProlaps hemoroid
Prolaps hemoroid
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
 
Overview syok
Overview syokOverview syok
Overview syok
 
Pembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMBPembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMB
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
 
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis
 
GCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat KesadaranGCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat Kesadaran
 
5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
 

Destacado (11)

Askep dbd
Askep dbdAskep dbd
Askep dbd
 
Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
 
Lp megacolon pa amin
Lp megacolon pa aminLp megacolon pa amin
Lp megacolon pa amin
 
Klasifikasi data
Klasifikasi dataKlasifikasi data
Klasifikasi data
 
Asuhan keperawatan dbd
Asuhan keperawatan dbdAsuhan keperawatan dbd
Asuhan keperawatan dbd
 
Hirschsprung
Hirschsprung Hirschsprung
Hirschsprung
 
DHF
DHFDHF
DHF
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
 
Asuhan Keperawatan Hirschprung
Asuhan Keperawatan HirschprungAsuhan Keperawatan Hirschprung
Asuhan Keperawatan Hirschprung
 
Lp + askep perbaikan
Lp + askep perbaikanLp + askep perbaikan
Lp + askep perbaikan
 
46126513 askep-dbd
46126513 askep-dbd46126513 askep-dbd
46126513 askep-dbd
 

Similar a DIAGNOSA

Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprongWarnet Raha
 
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptxPPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptxHalmaFaujiah
 
Embriologi usus depan dan kelainan usus depan
Embriologi usus depan dan kelainan usus depanEmbriologi usus depan dan kelainan usus depan
Embriologi usus depan dan kelainan usus depanF.x. Alexander
 
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatankebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatanandrikhakim2
 
Ilmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIlmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIva Maria
 
Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Iva Maria
 
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdfPatofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdfLelyEnytaTampubolon
 
Kelainan pada usus halus
Kelainan pada usus halusKelainan pada usus halus
Kelainan pada usus halusNova Ci Necis
 
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptxAsuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptxUungKuriyah
 

Similar a DIAGNOSA (20)

Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
 
Makalah hisprong (2)
Makalah hisprong (2)Makalah hisprong (2)
Makalah hisprong (2)
 
Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
 
Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
 
Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecalKonsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
 
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptxPPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
 
Embriologi usus depan dan kelainan usus depan
Embriologi usus depan dan kelainan usus depanEmbriologi usus depan dan kelainan usus depan
Embriologi usus depan dan kelainan usus depan
 
Hirschprung-Disease-ppt.pdf
Hirschprung-Disease-ppt.pdfHirschprung-Disease-ppt.pdf
Hirschprung-Disease-ppt.pdf
 
Lp eleminasi
Lp eleminasiLp eleminasi
Lp eleminasi
 
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatankebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
 
ELIMINASI_FEKAL.pptx
ELIMINASI_FEKAL.pptxELIMINASI_FEKAL.pptx
ELIMINASI_FEKAL.pptx
 
Ilmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIlmu bedah kolon
Ilmu bedah kolon
 
Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2
 
Eliminasi fekal
Eliminasi fekalEliminasi fekal
Eliminasi fekal
 
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdfPatofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
 
Hirschprung
HirschprungHirschprung
Hirschprung
 
askep intususepsi
askep intususepsiaskep intususepsi
askep intususepsi
 
Kelainan pada usus halus
Kelainan pada usus halusKelainan pada usus halus
Kelainan pada usus halus
 
cacat bawaan
cacat bawaancacat bawaan
cacat bawaan
 
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptxAsuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
 

Más de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Más de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

DIAGNOSA

  • 1. LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT HIRSCPRUNG I. PENGERTIAN Penyakit Hirscprung, pertama kali ditemukan oleh “Harold Hirscprung” tahun 1887. Yaitu keadaan kongenital dimana tidak adanya sel-sel saraf ganglion parasimpatik pada suatu segmen usus bagian distal, terbanyak di rectosigmoid. Dibedakan dua tipe, yaitu : 1. Segmen pendek Segmen aganglionisis mulai dari anus sampai sigmoid 2. Segmen panjang Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus Nama lain penyakit Hirscprung : Morbus Hirscprung/aganglionosis kongenital II. ETIOLOGI - Herediter/ketentuan atau penyebab tidak diketahui - Sering terjadi pada anak dengan down syndrome - Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi kraniokaudal pada myenterik dan submukosa dinding plexus III.INSIDEN Penyebab obstruksi usus yang banyak pada neonatus, sering tidak terdiagnosa Kematian Terjadi 1 : 5000 kelahiran. Insiden laki-laki : wanita 4 : 1
  • 2. IV. PATOFISIOLOGI  Persyarafan parasimpatik colon didukung oleh ganglion. Persyarafan parasimpatik yang tidak sempurna pada bagian usus yang aganglionik mengakibatkan peristaltik abnormal, sehingga terjadi konstipasi dan obstruksi  Tidak adanya ganglion disebabkan kegagalan dalam migrasi sel ganglion selama perkembangan embriologi. Karena sel ganglion tersebut bermigrasi pada bagian kaudal saluran gastrointestinal (rectum). Kondisi ini akan memperluas hingga proksimal dari anus.  Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltic secara normal  Penyempitan pada lumen usus, tinja dan gas akan terkumpul di bagian proksimal dan terjadi obstruksi dan menyebabkan di bagian colon tersebut melebar (megacolon) Usus besar Megacolon Tinja dan gas tertahan; dilatasi sel ganglion ada (fx normal) Region aganlionic Kontraksi yang tonus dan tidak adekuatnya peristaltik Abstruksi parsial Konstipasi kronik Pelebaran segmen proximal Abstruksi komplit pada usus
  • 3. IV. MANIFESTASI KLINIK  Masa Neonatal 1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam (24-48 jam) pertama setelah lahir 2. Muntah berwarna empedu 3. Distensi abdomen 4. Menolak untuk minum air  Masa Bayi 1. Konstipasi 2. Muntah 3. Distensi abdomen 4. Diare 5. Ketidakadekuatan penambahan berat badan 6. Tanda-tanda vomitus (sering menandakan adanya enterokolitis)  (diare berdarah, demam, letargi berat)  Masa kanak-kanak-dewasa 1. Konstipasi 2. Feses berbau menyengat, bentuknya seperti pita 3. Distensi abdomen 4. Masa fekal dapat teraba 5. Anak biasanya mempunyai nafsu makan dan pertumbuhan yang buruk. V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK - Pemeriksaan rectum (RT) - Pemeriksaan barium enema : • adanya penyempitan segmen usus proximal-anus • dilatasi usus bagian proximal-segmen penyempit - Pemeriksaan rectal biopsy - Anorektal manometry untuk mencatat respon, refluks spinkter eksterna dan interna
  • 4. Dengan pemeriksaan diatas dapat ditemukan 1. Daerah transisi 2. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian yang menyempit 3. Enterokolitis pada segmen yang melebar 4. Terdapat retensi barium setelah 24 - 48 jam - Foto abdomen VI. KOMPLIKASI 1. Gawat pernapasan (akut) 2. Enterokolitis (akut) 3. Striktura ani (pasca bedah) 4. Inkontinensia (jangka panjang) VII.PENATALAKSANAAN MEDIK  Penggunaan pelembek tinja dan irigasi rectal dengan garam fisiologi/washout Cara ini efektif pada segmen aganglionik yang pendek, untuk mengobati gejala abstipasi dan mencegah enterokolitis  Dengan pembedakan colostomy Terdiri atas 2 tahap yaitu : 1. Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu 3 sampai 4 bulan) 2. Bila umur bayi antara 6 dan 12 bulan (bila beratnya antara 9 dan 10 kg) maka dilakukan repair colostomy. Repair colostomy dilakukan dengan cara memotong usus aganglionik dan menganostomosiskan usus yang berganglior ke rectum dengan jarak 1 cm dari anus. Repair colostomy terdiri dari 3 macam prosedur yaitu : a. Prosedur Duhamel (pada bayi yang berusia kurang dari 1 tahun)
  • 5. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolom normal ke arah bawah dan menganostomosiskannya di belakang usus aganglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut. b. Prosedur swensor Bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi. Sfingterotomi dilakukan pada bagian posterior c. Prosedur soave (dilakukan pada bagian posterior Dinding otot dari segmen rectum dibiarkan tetap utuh. Kolom yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot recktosigmoid yang tersisa. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Data Demografi Hiscprung dapat terjadi pada 1 orang dalam 500 kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 4 : 1 . Biasanya karena faktor genetic dan insedennya tinggi pada anak dengan down syndrome Tanyakan pada pasien usia dan jenis kelamin 2. Keluhan utama - Keluhan utama yaitu konstipasi 3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang Kaji riwayat klien tentang konstipasi  klien sama sekali tidak bisa BAB : Konstipasi kronik b. Riwayat Kesehatan Lalu Dikumpulkan sebagai informasi tanyakan terapi yang diberikan pada pasien yaitu intervensi beda (colostomy). 4-6 bulan setelah colostomy maka dilakukan repair colostomy
  • 6.  Bayi / Anak - Riwayat Prenatal, riwayat kelahiran - Riwayat neonatus • Eliminasi : urine <ada tidaknya gangguan frekuensi, warna Fece konsistensi) • Gangguan respirasi sewaktu diberi minum / makan (sesak, sianosis, bersih, muntah) • Pemberian minum pertama • Pemberian makanan tambahan • Jaundice • Kesakitan / rewel - Nutrisi - Tumbuh kembang (rambut, lingkar kepala, lingkar lengan atas, berat badan, tinggi badan) - Alergi - Social ekonomi keluarga - Pola makan ibu  Dewasa - Nutrisi - Alergi - Berat badan 4. Pemeriksaan Fisik KV : Kesadaran Baik TTV : Suhu : Peningkatan suhu Nadi : Takikardia RR : Takipnea TD : Tetap stabil
  • 7. PEMERIKSAAN PERSISTEM 1. Gastrointestinal - Mata : Kunjungtiva pucat - Mulut : Memoran mukasa kering - Bibir pecah - Abdomen • Ketegangan abdomen secara progresif • Dinding abdomen tipis, vena-vena terlihat • Aktivitas peristaltic menurun dan dapat tidak ada sama sekali • Konstipasi • Mual atau muntah (pada neonatus 24 jam pertama) - Tidak ada mekonium - Muntah - Perut membuncit - Feces • Karakteristik seperti pita • Warna gelap • Frekuensi menurun • Tenesmus positik • Terdapat bising usus 2. Kardiovaskular dan pernapasan a. Bibir pucat b. Capillary refiil time (5 detik) c. Warna kulit muka pucat d. Kelembaban kulit dapat terjadi - Dingin - Panas - Diaforesis
  • 8. e. Tanda-tanda dehidrasi : turgor kulit jelek f. Bentuk dada : Barrel chest g. Pernapasan : takipnea h. Bunyi jantung S1, S2 murni 3. Genital dan rectal - Inspeksi terhadap pembengkaran, radang, iritasi dan fistula - Periksa anus dari varices dan hemorrnoid
  • 9. PATOFISIOLOGI PENYAKIT HIRSCHPRUNG (Penyimpangan Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia) PATOFISIOLOGI POST OP RESEKSI MEGACOLON HIRSCHPRUNG Tidak adanya neuran meissner dan aurbach di segmen Rectosgmoid colon Serabut saraf dan otot polos menebal Tidak adanya peristaltic serta spingter rectum Tidak mempunyai daya dorong Daya propulsit tak ada, proses evakuasi feces dan udara terganggu Passase usus terganggu ⇒ TRIAS Muntah hijau Distensi Atdomen Keterlambatan evakuasi Meconium feces Obstruksi dan dilatasi bagian proksimal Refleks inhibisi Rektospingter terganggu Spinkter ani interna tidak relaksasi Feces lama dalam colon Rektrum Penekanan pada usus, Lambung elntra abdomen Distensi Abdomen Kontraksi Anuler pylorus KONSTIDASIEkspalasi isi Lambung ke escfagus Gerakan isi lambung ke mulut Mual/muntah Intake kurang Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Kontraksi Otot-otot dinding Abdomen ke- Diafragma Nyeri Relaksasi otot-otot Diafragma terganggu Clystre pernafasan Ekspansi paru Pola nafas tidak efektif Risiko Tinggi kekurangan Volume cairan tubuh Colon menjadi melebar/Feces tertahan bagian proksimal Dilakukan tindakan Colostomy untuk mengeluarkan feces Risiko Tinggi Infeksi Risiko tinggi Gangguan Inkgntas kulit = disekitar colostomy dan anus Peregangan secara kronik saat defekasi Peregangan sarafkronik pupendus secara maksimal Spinkter Ani inkompten/ inkontineusia fekal Pelepasan isi rectum Tanpa tanpa disadari Pengeluaran feces terus Menerus tanpa disadari Diar Tekanan intra lamen usus Aliran usus Kontraksi usus Statis Bakteri dalam Membran mokosa Proliferasi bakteri Dalam jumlah banyak ENTEROKOLITIS Pe flora usus Rekasi inflamasi Peningkatan sekresi Cairan dan elektrolit ke rongga usus, disertai absorbsi Terbentuk feces yang encer Klien rawat inap Dalam waktu lain Timbul rekasi Hospitalisasi Cemas /takut HIRSCHPRUNG
  • 10. Dioagosa Keperawatan 1. Distres pernafasan b/d. distensi abdomen 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d. intake tidak adekuat 3. Nyeri b/d. distensi abdomen 4. Konstipasi b/d. obstruksi usus 5. Gangguan integritas kulit b/d. colostomy dan repair colostomy Tidak adanya neuton meissnet & Aurbach di segmen nectocigmoid colon Tidak ada peristaltic & evakuasi usus Spontan spinkter rectum # dapat berelaksasi Isi usus terdorong kesegmen aganglion Feces & gas terkumpul di daerah tersebut Usus bagian proksimal dilatasi Megacolon  distensi abdomen  operasi colostomy Efek anestesi Tindakan pembedahan (Reseksi megacolon Kerusakan kontinuitas jaringan Peristaltik usus me Konstipasi Peregangan secara Kronik saat defekasi Spinkter ani inkompeten Pelepasan isi rektum tanpa disadari Diare Frekuensi BAB me (encer) Resiko tinggi kekurangan Volume cairan tubuh Resiko terjadinya Gangguan integritas kulit Pembatasan intake Makanan peroral Asupan makanan Tidak terpenuhi Terpajang lingkungan Luar (Mikroorganisme) Pemenuhan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh Resiko tinggi Terjadi infeksi
  • 11. 6. Gangguan citra tubuh b/d. adanya kolostomi 7. Kurangnya pengetahuan b/d kurang sumber informasi Rencana Perawatan ad. 1 Tujuan : Pola nafas efektif Tidak ada gangguan pernafasan Intervensi : 1. Observasi frekuensi / kedalaman pernafasan R. / Nafas dangkal, distress pernafasan, menahan nafas, dapat menyebabkan hipoventilasi 2. Auskultasi bunyi nafas R. / 3. Berikan oksigen tambahan R. / memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukarand pe / kerja nafas 4. Tinggalkan kepala tempat tidur 30o R. / Mendorong pengembangan diafragma / ekspansi paru optimal dan meminimalkan isi abdomen pada rongga thorax ad. 2 Tujuan : * Mempertahankan BB stabil / menunjukkan kemajuan peningkatan BB mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal InteRvensi : 1. Pertahankan potensi selang Naso-gastrik. Jangan mengembalikan posisi selang bila terjadi perubahan posisi. R. / Memberikan istirahat pada traktus GJ. Selama fase pasca operasi akut sampai kembali berfungsi normal 2. Berikan perawatan oral secara teratur R. / Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan bibir pecah
  • 12. 3. Kolaborasi pemberian cairan IV, R. / Memenuhi kebutuhan nutrisi sampai masukan oral dapat dimulai 4. Awasi pemeriksaan laboratorium. Misalnya Hb / Ht dan elektrolit. R. / Indikator kebutuhan cairan / nutrisi dan keaktifan terapi dan terjadinya konstipasi ad. 3 Tujuan : * Menyatakan nyeri hilang * Menunjukkan rileks, mampu tidur, dan istirahat dengan tepat InteRvensi : 1. Catat keluhan nyeri, durasi, dan intensitasn nyeRi R. / Membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi 2. Catat petunjuk nonverbal. Mis. gelisah, menolak untuk beRgerak, R. / Bahasa tubuh / petunjuk non verbal dapat secara prikologis dan fisiologis dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengidentifikasi masalah 3. Kaji faktor-faktor yang dapat meningkatkan / menghilangkan nyeri R. / Menunjukkan faktor pencetus dan pemberat dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi 4. Berikan tindakan nyaman, seperti pijat penggung, ubah posisi dan R. / Meningkatkan relaksasi, memfokuskan perhatian, dan meningkatkan koping 5. Kolaborasi pemberian analgetik R. / Memudahkan istirahat dan menurunkan rasa sakit ad. 4 Tujuan : * MenoRmalkan fungsi usus * Mengeluarkan fese InteRvensi : 1. Kaji fungsi usus dan karakteristik tinja R. / Memperoleh informasi tentang kondisi usus
  • 13. 2. Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus R. / Distensi dan hilangnya peristaltic usus menunjukkan fungsi defekasi hilang 3. Berikan enema jika diperlukan R. / Mungkin perlu untuk menghilangkan distensi ad. 5 Tujuan : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda infeksi InteRvensi : 1. Observasi luka, catat karakteristik drainase R. / Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja 2. Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan teknik aseptik R. / Sejumlah besar drainase serosa menuntut pergantian dengan sering untuk menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi 3. Irgasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faali R. / Diperlukan untuk mengobati inflamasi infeksi praap / post op ad. 6 Tujuan : * Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi * Menerima perubahan kedalam konsep diri InteRvensi : 1. Dorong pasien / orang terdekat untuk mengungkapkan perasaannya R. / Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa 2. Catat perilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan R. / Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih kuat 3. Gunakan kesempatan pada pasien untuk menerima stoma dan berpartisipasi dan perawatan
  • 14. R. / Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki kepercayaan diri 4. Berikan kesempatan pada anak dan orang terdekat untuk memandang stoma R. / Membantu dalam menerima kenyataan 5. Jadwalkan aktivitas perawatan pada pasien R. / Meningkatkan kontrol dan harga diri 6. Pertahankan pendekatan positif selama tindakan perawatan R. / Membantu pasien menerima kondisinya dan perubahan pada tubuhnya ad. 7 Tujuan : * Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi / proses penyakit, tindakan dan prognosis InteRvensi : 1. Tentukan persepsi anak tentang penyakit R. / Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu 2. Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis R. / Meningkatkan pemahaman dan kerjasama 3. Tekankan pentingnya perawatan kulit pada orang tua R. / Menurunkan penyebaran bakteri DAFTAR PUSTAKA  Ngastiyah, 1997,”Perawatan Anak Sakit”, EGC. Jakarta  Barbara Engram, 1999” RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH” Vol 3. EGC. Jakarta
  • 15.  Star Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK VI, ILMU KESEHATAN ANAK Vol 3, BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK, FK, VI, 1985  Cecily L. Betz, Linda A Sowden, 2002, KEPERAWATAN PEDIATRIK edisi 3, EGC, Jakarta  Suradi Skp dan Rita Yuliani Skp, 2001, ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK, CV Agung, Seto, Jakarta FORMAT PENGKAJIAN RUANG PERAWATAN ANAK I. Biodata D. Identitas Klien 1. Nama/Nama panggilan : An. Hayyub.
  • 16. 2. Tempat tanggal lahir/Usia : Jeneponto, 21 – 4 2003/1 tahun 2 bulan 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Agama : Islam 5. Pendidikan : - 6. Alamat : Borongkaluku, Bontomarannu 7. Tanggal Masuk : 23 – 06 – 2004 8. Tanggal Pengkajian : 29 – 06 – 2004 9. Diagnosa Medik : Hisprung 10. Rencana Therapi : E. Identitas Orang Tua 1. Ayah a. Nama : Hasyim b. Usia : 36 thn c. Pendidikan : d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Pedagang e. Agama : Islam f. Alamat : Borongkaluku, Bontomarannu 2. Ibu a. Nama : Ramlah b. Usia : 25 thn c. Pendidikan : SMU d. Pekerjaan/sumber penghasilan : IRT e. Agama : Islam f. Borongkulu, Bontomarannu : F. Identitas Saudara Kandung No Nama Usia Hubungan Statis Kesehatan 1. Ririn Nurfadilah 7 th Kakak Kandung Sehat
  • 17. II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit Perut kembung / distensi abdomen III.Riwayat Kesehatan A. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien masuk RS dengan keluhan detak-detak pada tanggal 17 Juli 2003 klien didiagnosa Megacolon/Hirscprung Kongenital, 1 bulan kemudian yaitu tanggal 7-8-03 terapi yang diberikan pada klien yaitu operasi colostomy dan dirawat selama 7 hari, keadaan umum baik lalu diizinkan pulang kontrol di poli. Lalu pada tanggal 15-6-2004 setelah colostomy dilakukan repair colostomy. 1 hari kemudian kilen mengalami perut kembung lalu pindah rawat picu tanggal 26 Juni 2004 dilakukan Reseksi Mengacolon. B. Riwayat Kesehatan Lalu (Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun) 1. Pre natal Care a. Pemeriksaan kehamilan 2 Kali b. Keluhan selama hamil : perdarahan - PHS - Infeksi - ngidam (mangga) muntah-muntah  deman - Perawatan selama hamil c. Riwayat : - Terkena sinar - Therapi obat d. Kenaikan Berat Badan selama hamil 15 Kg e. Immunisasi TT 2 Kali f. Golongan darah ibu O Golongan darah Ayah A 2. Natal a. Tempat melahirkan : RS Klik Rumah b. Lama dan jenis persalinan : Spontan - Forcep - Operasi - lain-lain induksi c. Penolong persalinan : Dokter - Bidan  Dukun -
  • 18. d. Cara untuk memudahkan persalinan : Drip - Obat perangsang  e. Komplikasi waktu lahir : Robek perineum  Infeksi nifas - 3. Post natal a. Kondisi Bayi : BB lahir 3400 Gram PB 30 Cm b. Apakah anak mengalami : penyakit Kuning - Kebiruan - Kemerahan - Problem menyusui - BB tidak stabil - (Untuk Semua Usia) - Penyakit yang pernah dialami : Bentuk Deman Diare Kejang Lain- lain - Kecelakaan yang dialami : latuh - tenggelam - lalu lintas - keracunan - - Pernah : dioperasi - dirawat di Rumah Sakit  - Allergi : Makanan - obat-obatan - zat/substansi kimia - texil - - Konsumsi obat-obatan bebas - - Perkembangan anak disbanding saudara-saudaranya : Lambat  Sama - Cepat - C. Riwayat Kesehatan Keluarga - Penyakit anggota keluarga : alergi - asma - TBC - hypertensi - penyakit jantung - stroke - anemia - hemopilia - arthritis - migrain - DM - kanker - jiwa – - Genogram ? ? Ket : : Laki-laki : Perempuan 25 thn 36 thn
  • 19. IV. Riwayat Immunisasi No Jenis Immunisasi Waktu Pemberian Rekasi setelah pemberian 1. BCG Usia 1 bulan - 2. DPT (I, II, III) Usia 2, 3, 4 bulan Panas 3. Polio (I, II, III, IV) Usia 2, 3, 4 bulan - 4. Campak Usia 9 bulan - 5. Hepatitis Usia 1 tahun -  Pertumbuhan Fisik V. Riwayat Tumbuh Kembang A. Pertumbuhan Fisik BBL 4 bulan 1 tahun BB anak sekarang = 8,9 Kg 1. Berat Badan : 3,4 6,8 10,2 2. Tinggi Badan : Ibu klien lupa TB Lahir 4. Waktu tumbuh gigi 9 bulan, Tanggal gigi - Tahun B. Perkembangan tiap tahap Usia anak saat : 1. Berguling : 2. Duduk : 3. Merangkai : ≠ diingat 4. Berdiri : 5. Berjalan : 6. Senyum kepada orang lain pertama kali : - 7. Bicara pertama kali : ± 12 bulan 8. Berpakaian tanpa Bantuan - : VI. Riwayat Nutrisi A. Pemberian ASI 1,2 thn7 thn
  • 20. 1. Pertama kali disusui 1 hari post partum 2. Cara pemberian : Setiap kali menangis  terjadwal 3. Lama pemberian 3 bulan B. Pemberian Susu Formula 1. Alasan pemberian : ASI ≠ diproduksi 2. Jumlah pemberian : 3 botol / hari 3. Cara memberikan : Dengan dot + sendok - C. Pemberian makanan tambahan a. Pertama kali diberikan usia 4 bulan b. Jenis : Bubur susu  pisang - lain-lain - D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian 1. 0 – 4 bulan 2. 4 – 12 bulan 3. Saat ini ASI Milna, Susu Formula Bubur, Susu formula 3 bulan - Spi saat ini VII. Riwayat Psichososial - Apakah anak tinggal di : apartemen - rumah sendiri  kontrak (bersama nenek) - Lingkungan berada di : kota  setengah kota - desa - - Apakah rumah dekat : sekolah  ada tempat bermain - Punya kamar tidur sendiri - - Apakah ada tangga yang bisa berbahaya - Apakah anak punya ruang bermain - - Hubungan antar anggota keluarga : Harmonis  Berjauhan - - Pengasuh anak : Orang tua  Baby sitter - pembantu - nenek/kakek  VIII. Riwayat Spiritual - Support system dalam keluarga
  • 21. - Kegiatan keagamaan IX. Riwayat Hospitalisasi A. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap - Mengapa ibu membawa anaknya ke RS berobat (keluhan distensi abdomen) - Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak Ya  Tidak - - Bagaimana perasaan orang tua saat ini : Cemas - Takut - Khawatir - Biasa  - Apakah orang tua akan selalu berkunjung : Ya  Kadang-kadang - Tidak - - Siapa yang akan tinggal dengan anak : ayah  ibu  Kakak  Lain-lain nenek B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap belum bisa dikaji - Mengapa Keluarga/Orang tua membawa kamu ke Rumah sakit ? – - Menurutmu apa penyebab kamu sakit - - Apakah dokter menceritakan keadaanmu : ya - Tidak - - Bagaimana rasanya dirawat di RS : Bosan Takut Senang Lain- lain – - Rasa cemas - Kehilangan kontrol - Takut akan nyeri & perlukaan Reaksi Hospitalisasi 1. Rasa Cemas Klien belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang memadai, dan pengertian terhadap situasi masih terbatas. Klien kadang menangis, memanggil ibunya atau menggunakan tingkat laku agresif, misalnya menendang, memukul, mencoba untuk membuat orangtua (Ibu) tetap tinggal dan menolak
  • 22. perhatian orang lain. dan kadang juga klien tidak aktif kurang minat untuk bermain 2. Kehilangan Kontrol Akibat sakit dan dirawat di RS, anak merasa kehilangan kontrol kebebasan dalam segala hal dan menimbulkan regresi sehingga terjadi rasa ketergantungan sehingga suatu saat anak akan menjadi cepat marah dan agresif 3. Takut akan nyeri dan perlukaan Klien memberikan reaksi dengan emosi yang kuat dan pertahanan fisik terhadap pengalaman yang menyakitkan, trauma dengan orang yang berpakaian putih- putih, indikasi perilaku terhadap rasa nyeri seperti : berteriak, menolak untuk disentuh, menendang/menangis X. Aktivitas Sehari-hari A. Nutrisi Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit 1. Selera maka 2. Menu makan 3. Frekuensi makan 4. Makanan yang disukai 5. Makanan pantangan 6. Pembatasan pola makan 7. Cara makan 8. Ritual saat makan Baik Bubur 4 x - - - disuap bermain Menurun Air susu Nestle 42 cc / jam - - - ≠ boleh melalui otal, NGT - B. Cairan Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit 1. Jenis minum 2. Frekuensi minum 3. Kebutuhan cairan 4. Cara pemenuhan Air putih, susu formula Sebanyak anak minta 890 ≈ 900 cc/hari minum Susu formula, air putih Sesuai kebutuhan 42 cc/jam otal, IV
  • 23. C. Eliminasi (BAB & BAK) Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit 1. Tempat pembuangan 2. Frekuensi (Waktu) 3. Konsistensi 4. Kesulitan 5. Obat pencahar WC 1 x / hari Keras Sulit - Ditempat tidur 4 x / hari lembek, encer tidak ada - D. Istirahat Tidur Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit 1. Jam Tidur - Siang - Malam 2. Pola tidur 3. Kebiasaan sebelum tidur 4. Kesulitan tidur 13.00 – 14.00 19.00 – 07.00 bermain - ± 4 jam ± 8 jam Bermain - E. Olah Raga Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit 1. Program Olah Raga 2. Jenis dan Frekwensi 3. Kondisi setelah olah raga - - - - - - F. Personal Hygiene Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit 1. Mandi a. Cara b. Frekwensi c. Alat mandi 2. Cuci rambut a. Frekwensi Dimandikan 2 x sehari sabun 3 x seminggu memakai sampo 1 x seminggu Dimandikan memakai waslap 1 x shari Sabun Tidak pernah - belum pernah
  • 24. b. Cara 3. Gunting kuku a. Frekw ensi b. Cara 4. Gosok gigi a. Frekw ensi b. Cara memakai gunting kuku - - - - - G. Aktivitas/Mobilitas Fisik Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit 1. Kegiatan sehari-hari 2. Pengaturan jadual harian 4. Penggunaan alat Bantu aktivitas 4. Kesulitan pergerakan tubuh Bermain - - - Tidur ditempat tidur - - Aktif bergerak H. Rekreasi Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit 1. Perasaan saat sekolah 2. Waktu luang 3. Perasaan setelah rekreasi/bermain 4. Waktu senggang keluarga - - Senang - - - - - XI. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan Umum Klien Baik  Lemah - Sakit Berat B. Tanda-tanda Vital - Suhu : 37,5oC
  • 25. - Nadi : 100x/mnt - Respirasi : 24x/mnt - Tekanan Darah : 100/60 mmHg C. Antropometri - Tinggi Badan : Lupa - Berat badan : 8,9 Kg - Lingkar lengan atas : 14 cm - Lingkar kepala : 46 cm - Lingkar dada : 50 cm - Lingkar perut : 51 cm - Skin fold : - D. Sistem Pernafasan - Hidung : simetrisan pernafasan Cuping hidung - secret - polio - Ep staxis - - Leher : pembesaran kelenjar – tumor – (tampak luka pemasangan CVP) - Dada • Bentuk dada Normal barrel - pigen chest - • Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal 1 ? 1 • Gerakan dada : simetris terdapat retraksi - Otot Bantu pernafasan - • Surat nafas : Vocal tremitus – Ronchi –Wheezing – Steridor – Rales – - Apakah ada clubling finger : - E. Sistem Cardio Vaskuler - Conjunctiva : tidak, bibir pucat/cyanosis - Arteri carotis : Kuat/lemah Tekanan vena jugularis : meninggi/tidak - Ukuran jantung : Normal + membesar - Ictus cordis/apex -
  • 26. - Suara jantung : S1, S2, bising aorta – mur-mur – gallop - - Capillary refilling Time ± 3 detik F. System Pencernaan - Sklera : tidak, bibir : lembab - kering pecah-pecah  labio skiziz – - Mulut : stomatitis – palato skizis – jumlah gigi 6 kemampuan menelan : Baik / Sulit - - Gaster : Kembung – Nyeri – gerakan peristaltis - Abdomen : Hati : teraba – Lien – ginjal – Faeses – - Anus : Lecet  hemorroid G. System Indra 1. Mata - Kelopak mata – bulu mata  alis  - Visus (Gunakan snellen chard) t.d.k (sulit ditentukan) - Lapang Pandang Sulit ditentukan 2. Hidung - Penciuman IV perih di hidung – trauma – mimisan – - Sekret yang menghalangi penciuman – 3. Telinga - Keadaan daun telinga baik, kenal auditoris : Besih  Serumen – - Fungsi pendegaran baik H. System Syarat 1. Fungsi Cerebral a. Status Mental : Orientasi – Daya Ingat – Perhatian dan perhitungan – Bahasa – b. Kesabaran (Eyes 4 Motorik 6 verbal 5) dengan 665 c. Bicara Ekspresive – Resiptive – 2. Fungsi Nervus : Sulit ditentukan lapang pandang, sulit ditentukan
  • 27. Nervus : Gerak Bola Mata IV kesegala arah pupil isokor anisokor – Nervus : Sensorik – Motorik – Nervus : Sensorik – Otonomi – Motor – Nervus VIII : Pendegaran - Kesimbangan - Nervus IX : Nervus X : Gerakan uvula IV rangsangan muntah/menelan - Nervus XI : Sternocledomastoideus - Trapexius - Nervus XII : Gerakan Lidah - 3. Motorik : Massa otot N Tonus otot  kekuatan otot : 4 4. Fungsi Sensorik : Suhu nyeri getaran  posisi  diskriminasi – 5. Fungsi cerebellum : Koordinasi - kesimbangan - 6. Reflex : Bisep + Trisep + Patela + Babinski - 7. Iritansi Meningen : Kaku duduk – lasaque sign - kering sign – brudzinkim sign - /II - I. System Muskulo Skeletal 1. Kepala : Bentuk Kepala normal gerakan ke segala arah 2. Vertebrae : scoliosis - Lordosis - Kiposis - Gerakan + ROM Aktif Fungsi gerak baik 3. Pelvis : Gaya jalan tidak gerakan + ROM Aktif Trendelberg Test - Ortolani/Borlow - 4. Lutut : Bengkak - kaku - gerakan + Mc Murray test - Ballotement test - 5. Kaki : Bengkak - gerakan + kemampuan jalan tidak, Tanda tarikan + 6. Tangan : Bengkak - gerakan + ROM Aktif J. System Integumen - Rambut : Warna pirang, mudah dicabut tidak
  • 28. - Kulit : Warna kuning, temperatur hangat, kelembaban - bulu kulit – erupsi - tahi lalat - ruam - texture baik - Kuku : Warna pink permukaan kuku cembung, mudah patah - kebersihan bersih K. System Endokrin - Kelenjar Thyroid : ≠ ada pembesaran - Ekskresi urine berlebihan - polydipsi - polyphagi - - Suhu tubuh yang tidak seimbang - keringat berlebihan - - Riwayat bekas air seni dikelilingi semut - L. System Perkemihan - Odema palpebra - Moo face - Odema anasarka - - Keadaan kandung kemih terpasang kateter - Nocturia - dysuria - kencing batu - M. System Reproduksi 1. Wanita - Payudara : Putting, areola mamae, besar - Labia mayora dan minora : bersih secret, bau 2. Laki-laki - Keadaan gland penis : Urethra - kebersihan bersih - Testis : Sudah turun  belum - - Pertumbuhan rambut : Kumis - hanggut - ketiak - - Pertumbuhan jakun - Perubahan suara - N. System Imrnun - Allergi (Cuaca - dubu - bulu binatang - zat kimia - ) - Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : Flu - Urticaria - lain-lain ≈ XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan Sulit untuk ditentukan  klien mengalami kesakitan A. 0 – 6 Tahun
  • 29. Dengan Menggunakan DDST 1. Motorik Kasar 2. Motorik Halus 3. Bahasa 4. Personal Sosial B. 6 Tahun keatas 1. Perkembangan Kognitif 2. Perkembangan psikosexual 3. Perkembangan psikososial XI. Test Diagnostik - 21 Juni 2004  Na : 148 K : 3,5 CI : 110 Hb : 8,5 91 % Leukosit : 9,2 - 23 Juni 2004  Leukosit : 15,7 Hb : 9,6 91 % - 24 Juni 2004  Hb : 6,5 91 % (12 – 16) HCT : 14,7 (37 – 48) Leukosit : 93,9 (4,0 – 10,0) - 25 Juni 2004  Albumin : 2,0 (3,5 – 5,0) Eektrolit Darah : Na : 134 (136 – 145) K : 2,0 (3,5 – 5,1) CI : 103 (97 – 111) Hb : 10,7 DATA FOKUS (CP. 1A)
  • 30. DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF - Ibu klien mengatakan anaknya belum boleh makan lewat mulut - Ibu klien mengatakan btk BAB anaknya encer, warna kuning - Ibu klien mengatakan anaknya berak- berak sudah 3 x - Bibir pecah dan kering - Klien makan lewat NGT - BB = 819 Kg - Hb = 10,7 gr/dl - Albumin = 2,0 - Tampak adanya luka bekas operasi - Leukosit = 9300 - Klien sudah BAB 3 x - Konsistensi BAB encer, warna kuning, bau busuk - Tampak adanya eritema pada anus - TTU S = 37,5oC N = 100y/mnt TD = 100/60 mmHg P = 24y/mnt ANALISA DATA ( C P I B ) NO DATA ETIOLOGI MASALAH
  • 31. 1. DS : Ibu klien mengatakan anaknya belum boleh makan lewat mulut DO : - Bibir pecah dan kering - Klien makan lewat NGT - BB = 8,9 Kg - Hb = 10,7 gr/dl N 11,5 – 15,5 gr/dl - Aldunin = 2,0 (315 – 5,0) Tindakan pembedahan : Post op neseksi mengacolon Pembatasan intake makanan peroral asupan makanan tidak terpenuhi Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Pemenuhan nutrisi Kurang dari kebutuhan 2. DS : - DO : - Tampak adanya luka bekas operasi - Teukosit 9300 <N = 4000 – 10.000 Tindakan pembedahan (Reseksi mengacolon) Kerusakan kontinuitas jaringan Terpajang lingkungan luar (Mikroorganisme) Resiko tinggi terjadi infeksi Resiko tinggi Terjadi infeksi NO DATA ETIOLOGI MASALAH 3. DS : - Ibu klien mengatakan Btk BAB anaknya Tindakan operasi Efek anestesi Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh
  • 32. encer, warna kuning - Ibu klien mengatakan anaknya berak-berak sudah 3 x DO : - Klien sudah BAB 3 x - Konsistensi BAB encer, warna kuning, bau busuk - TTU S = 37,5o C N = 100 x/mnt P = 24 x / mnt TD = 100/60 mmHg Peristaltik usus me  Konstipasi Peregangan secara kronik saat defekasi Peregangan saraf pupendus secara maksimal Spinkterani isi rectum tanpa disadari Diare Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh 4. DS : DO : Tampak adanya eritema pada anus Diare Frekuensi BAB meningkat (encer) Resiko terjadinya gangguan ntegritas kulit Resiko terjadinya gangguan integritas kulit DIAGNOSA KEPERAWATAN ( CP 2 ) NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL DITEMUKAN TERATASI 1. Pemenuhan nutrisi kurang dari 28 Juni 2004
  • 33. 2. 3. 4. kebutuhan tubuh b.d pembatasan intake makanan paroral Resiko tinggi terjadi infeksi b.d terputusnya kontinuitas jaringan (luka post operasi reseksi) Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh b.d intake yang kurang/frekuenai BAB meningkat (encer) Resiko terjadinya gangguan integritas kulit (disekitar anus) 28 Juni 2004 28 Juni 2004 28 Juni 2004 30 Juni 2004 30 Juni 2004 - PENATALAKSANAAN KEMOTERAPI Aktivitas Rasional 1. Kaji pengetahuan anak dan keluarga mengenai pengobatan kemoterapi, kemungkinan efek samping dan tindakan 1. Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menformulasikan perencanaan pendidikan
  • 34. perawatan diri sendiri 2. Berikan klien brosur mis “kemoterapi dan Anda” yang berasal dari Yayasan Kanker (bila ada) dan yang berasal dari pelayanan sendiri 3. Beritahu pasien mengenai nana dan jenis kemoterapi, kegunaan, cara pemberian, rute dan jadwal pemberian 4. Instruksikan kemungkinan efek samping tindakan untuk setiap pengobatan 5. Berikan informasi tertulis mengenai masing- masing obat meliputi kerja, tujuan dan efek samping 6. Instruksikan pasien untuk tidak memakan obat lain kecuali kalau diberikan oleh dokter termasuk obat antagonis yang berlebihan 7. Beritahu pasien untuk tidak menelan obat aspirin atau obat anti inflamasi nonsteroid, cek label obat secara hati-hati untuk obat ini 8. Instruksikan pasien atas pengobatan yang diresepkan untuk membantu pasien yang mengalami efek samping antiemetik 2. Brosur dapat memberikan penguatan secara verbal dan memberikan satu sumber bagi pasien ketika staf kesehatan tidak ada 3. Meningkatkan pengetahuan pasien 4. Meningkatkan manajemen perawatan diri dan menurunkan insiden serta komplikasi yang berat 5. Bahan tulisan merupakan penguatan instruksi verbal 6. Mencegah interaksi yang Membahayakan 7. Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid dapat menghambat aktivitas trombosit; aspirin mungkin terdapat dalam beberapa jenis obat yang dijual bebas 8.Mencegah atau mengurangi efek samping yang lebih berat Aktivitas Rasional 9. Beritahu pasien dan keluarga terhadap perubahan yang harus dilaporkan pada tim kesehatan sesegera mungkin : tanda infeksi, mual dan muntah yang menetap, perdarahan 9. Pencegahan komplikasi yang serius dengan meningkatkan pelaporan dini pada tenaga kesehatan
  • 35. yang tidak biasa dan adanya laserasi diare atau perubahan mental atau status emosional akut Intervensi keperawatan berhubungan dengan Kemoterapi dan Radioterapi yang dijalani anak Respon Intervensi Keperawatan Diare - Berikan cairan per oral - Lakukan perawatan kulit pada bokong dan daerah perineum - Pantau efektifitas obat antidiare - Hindari makanan dan buah-buahan tinggi selulose - Berikan makan sedikit tapi sering, jika mungkin beri makanan
  • 36. Anoreksia Mual dan muntah Retensi Cairan Hiperutemia Demam dan menggigil Stomatitis dan ulkus mulut yang disukai anak - Kurangi atau jangan berikan daging - Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi - Pantau infus IU Pantau asupan dan keluaran - Beri makan sedikit tapi sering - Pertahankan asupan cairan yang adekuat dengan esloli, eskrin - Timbang BB anak setiap hari - Observasi adanya dehidrasi Pantau asupan dan keluaran Timbang BB harian Evaluasi adanya gawat pernapasan dan edeman paru Ubah posisi anak dengan sering Pantau adanya efek samping dr diutetik Pantau asupan dan keluaran Ajarkan anak untuk banyak minum Lakukan perawatan kulit anak Pantau kreatinin dan asam urat Pantau adanya efek samping dr aloputinol Pantau tanda-tanda dan vital dan frekuensi gejala Evaluasi sumber gejala Pantau efek samping dr obat antipiretik Berikan rasa nyaman dengan sering berkumur Hindari sikat gigi yang berbulu keras Hindari swab gliserin Hindari makanan keras dan panas Respon Intervensi Keperawatan Alopesia - Persiapkan anak dan keluarga untuk menghadapi kerontokan rambut - Yakinkan hati anak dan keluarga bahwa kerontokan rambut hanya untuk sementara - Siapkan anak dan keluarga tentang tumbuhnya rambut baru yang berbeda warna dan tekstur dr rambut sebelumnya - Anjurkan memakai topi, syal, wig - Sering keramas untuk mencegah Cradle cap
  • 37. Nyeri Evakopenia Ambositopenia Nemia dan letihan Resiko faktur Perkembangan fisik dan seksual tertunda - Evaluasi perilaku verbal dan ploverbal anak - Perhatikan aspek cultural yang mempengaruhi perilaku nyeri - Pantau tanda-tanda vital - Evaluasi pola tidur anak - Sarabkan mengatasi nyeri seperti hypnosis, teknik relaksasi, imajinasi, distraksi, stimulasi kutaneus - Observasi adanya tanda dan gejala infeksi dan inflamasi - Pantau TTV - Pantau jumlah lekosit - Pastikan tindakan higienik yang baik - Cegah kerusakan integritas kulit - Observasi adanya tanda dan gejala perdarahan - Pantau TTV - Pantau jumlah trombosit - Hindari pem. Suhu rectal - Hindari injeksi - Pantau transfusi trombosit - Evaluasi adanya tanda dan gejala anemia - Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis - Berikan cukup istirahat dan tidur - Anjurkan aktivitas bermain yang tenang - Hindari penumpukan beban pada alat gerak yang sakit - Hindari kecelakaan dan cedera - Anjurkan aktivitas bermain non ambulasi - Berikan petunjuk antisipasi pada orang tua tentang retardasi pertumbuhan deformatis skeletal, perkembangan seksual yang tertunda - Diskusikan kemandulan dengan anak dan keluarga Respon Intervensi Keperawatan Persensitivitas pada obat sehingga terjadi syok anafilaktik Rebilitis dan jaringan nekrosis karena infiltrasi infus IV - Sediakan obat-obatan berikut, hidrokortisor, epinefrin - Observasi adanya dispnea, gelisah, urtikaria - Hindari pemberian agens vesikan didekat persendian - Hentikan aliran IV jika diduga infiltrasi - Berikan kompres dingin pada tempat terkait
  • 38. - Lanjutkan observasi terhadap tempat terkait atau adanya tanda-tanda inflamasi dan nekrosis Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison, vinkristin, paraginase, metotreksat, merkaptoputin, sitarabin, alopurinol, silklofosfamid dan aunotubisin NAMA OBAT KEGUNAAN EFEK SAMPING Prednisor Dipakai untuk efek antinflamasi yang kuat pada penyakit yang melibatkan sistem organ 1. Gangguan cairan dan elektrolit- retensi natrium, retensi cairan, gagal jantung kongestif kalium,
  • 39. Vinkristin (oncovin) Obat antineoplastik yang menghambat pembelahan sel selama metastase. Dipakai bersama siklokosfamid (cytoxan) hipertensi 2. Efek muskoloskeletal - kele mahan otot, osteoporosis, faktur patologik pada tulang panjang 3. Efek gastrointestinal - ulkus peptikum dengan kemungkinan perdarahan, pankreatitis, distensi abdomen, peningkatan nafsu makan, BB naik 4. Efek dermatologik gangguan penyembuhan luka, peteki, ekimosis, eritema fasial, 5. Efek neutologik-edema papil, konuuisi vertigo 6. Efek endokrin : berkembang status cushingoid, manifestasi lanjut dari DM 7. Efek oftalmik-katarak subkapsuler 8. Efek metabolic. Kesimbangan nitrogen θ karena katabolisme protein 1. Efek neutomuskular : neuropati perifer, nyeri saraf, parastesi tangan dan kaki, hilangnya refleks tendon profunda, nyeri rahang, foot drop 2. Efek hematologik trombositopenia anemia leukopenia 3. Efek gastrointenstinal, stomatitis, anoreksia mual muntah, diare, konstipasi, ileus paratitik 4. Lain-lain kenuuisi, hiperkalemia, hipervrisemia NAMA OBAT KEGUNAAN EFEK SAMPING Asparaginase Menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor) 1. Manifestasi alergik : Demam dan menggigil dalam 1 menit setelah pemberian, reaksi kulit gawat pernapasan, hipotensi, nyeri substernal mual, muntah, Anafilaksis 2. Toksisitas hati disertai ikterus,
  • 40. Merkaptopurin/ purinetol Sitarabin Alopurinol/ yloprin Iklofosfamid/ Ytoxan Menghalangi sintesis asam nukleat, yang terutama diperlukan bila sel-sel bertumbuh dan memperbanyak dirinya dengan cepat Untuk menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik akut supresan sum- sum tulang yang kuat Menghambat produksi asam urat dengan menghambat reaksi biokimia yang mendahului pembentukan asam urat Sebuah agens antitumor kuat dari kelompok nustatnitrogen dan agens pengkelat hipoalbuminemia 3. Pankreatitis 4. DM 5. Gangguan metabolisme kalsium Anoreksia, mual dan muntah, leukopenia, trombositopenia, supresi sum-sum tulang, anemi, ruam, anoreksia, perdarahan, diare, inflamasi, anafilaksis, sakit kepala, disfungsi hati - Mual dan muntah - Leukopenia, trombositopenia - Anemia - Ruam - Anoreksia - Perdarahan - Diare - Sakit kepala - Anafilaksis 1. Terkandung toksisitas hati 2. Peningkatan SGOT dan SGPT yang asimptomatik 1. Mual dan muntah 2. Anoreksia 3. Alopesia 4. Leukipenia 5. Sistigi hemoragi stril 6. Disfungsi hati 7. Kardiotoksisitas NAMA OBAT KEGUNAAN EFEK SAMPING Aunotubisin aunomyan Menghambat pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut 1. Skletosis vena 2. Mual dan muntah (segera setelah penyuntikan) 3. Depresi sum-sum tulang
  • 41. 4. Disritmia jantung dan kematian 5. Peningkatan enzim hati (SGPT  , SGOT  ) 6. Mengubah warna urin menjadi merah