SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 11
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit
 Pengertian Tetanus
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin
kuman clostridium tetanik, bermanisfestasi dengan kejang otot secara
proksimal dan di ikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot
massater dan otot-otot rangka.
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya
karna mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari
bahasa yunani yaitu tetenus dari teinein yang berarti menegang. Penyakit
ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperefleksia
menyebapkan trismus (lockjaw), Spasme otot umum, melengkungnya
punggung (opistotonus). Spasme global, kejang dan spasme dan paralisis
pernapasan.
 Etiologi Tetanus
Clostiridim tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti
penabung genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob.
Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksis (tetanus
spasmin), yang mula-mula akan menyebapkan kejang otot dan saraf
perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani
yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yan salah.
Faktor predisposisi
1. Umur tua atau anak-anak
2. Luka yang dalam dan kotor
3. Belum terimunisasi
 Patofisiologi Tetanus
Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat
disebapkan berbagai keadaan antara lain:
1. Luka tusuk dalam. Misalnya luka tusuk karena paku,kuku,pecahan
kaleng,pisau,cangkul dll.
2. Luka klarena kecelakaan kerja (kena perang, kecelakaan lalu lintas).
3. Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
 Tanda gejala pada tetanus
1. Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari
2. Keteganganotong rahang dan leher(mendadak)
3. Kesukaran membuka mulut (trismus)
4. Kaku kuduk (EPISTOTONUS), Kaku dinding perut dan tulang
belakang
5. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus
Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, di dahului dengan
ketengan otot terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran
membuka mulut (trismus) karena spasme otot massater. Kenjang otot ini
akan berlanjut kekuduk (opistotonus) dinding perut dan sepanjang tulang
belakang. Bila serangan kejang toni sedang berlangsung seriming tampak
risus sardonukus karna spasme otot
Muka dengan gambaran alis tertarik keatas, sudut mulut tertarik
keluar dan kebawa, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang
khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai
dalam ekstrensi lengan kaku dan tangan mengempal biasanya kesadaran
tetap baik.
Serangan timbul proksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara,
cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena
kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin
bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak) kadang
dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium ahir
 Komplikasi pada tetanus
1. Bronkopneumoni
2. Asfiksia dan sianosis
 Pemeriksaan penunjang/pemeriksaan diagnostik pada tetanus
1. Pemeriksaan fisik: adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama
pada rahang
2. Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/l, peninggian tekanan otak,
deteksi kuman sulit.
3. Pemeriksaan ECG dapat telihat gambaran aritmia ventrikuler
 Penatalaksanaan medik pada tetanus
a. Umum
Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan
harus segera di berikan:
 Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobin
tetanus disekitar luka tidak boleh dibrikan IV
 Sedativa-terapi relaksan: Thiopental sodium (penthotal sodium)
0,4% IV drip: Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB di berikan
secara IM, IV atau PO Tiap 3-6 jam, Paraldehyde (Panal) 0,5 mg/kg
BB per-im tiap 4-6 jam.
 Agen anti cemas: Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap
3-4 jam, dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5
mg/kg BB/24 jam untuk dewasa
 Beta-adrenergik bolcker, propanolol, 0,2 mg aliquots, untuk total
dari 2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik,
digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas jantung
 Penanggulangan kejang: isolasi penderita pada tempat yang tenang,
kurangi rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemberian
obat penenang
 Pemberian penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi) dapat
diganti dengan tetrasiklin untuk membunuh klostirida vegetatif
 Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit
 Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urin
 Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali
fungsi otot dan ambulasi selama penyembuhan
b. Pembedahan
 Problema pernafasan: Trakeostomi(k/p) dipertahankan beberapa
minggu: intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas
 Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi
B. KONSEP PENYAKIT
1. Pengkajian
A. Identitas klien meliputi :
Nama, alamat, umur, jenis kelamin, status, suku,
B. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya luka parah dan luka bakar dan imunisasi yang tidak
adekuat
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien perna mengalami kejang sewaktu kecil
c. Riwayat kesehatan keluarga
mempunyai penyakit yang sama dengan dirinya
C. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernapasan: dyspnea asfiksia dan sianosis akibat kontraksi
otot pernapasan
2. Sistem kardiovaskuler:disritmia,takikardi hipertensi dan
pendarahan, suhu tubuh awalnya 38-40
3. Sistem neurologis: irritabillity (awal), kelemahan, konvulsi(ahir),
kelumpuhan satu atau beberapa saraf otak
4. Sistem perkemihan: retensi urin (distensi kandung kemih dan urin
output tidak ada/oliguria
5. Sistem pencernaan: konstipasi akibat tidak ada pergerakan usus
6. Sistem integument dan muskuloskletal: nyeri kesemutan pada
tempat luka, berkeringatan, pada awalnya didahului trismus,
spasme otot muka dengan peningkatan kontraksi alis mata, otot
kaku dan kesulitan menelan.
7. Apabila hal ini berlanjut terus maka akan terjadi status konvulsi
dan kejang umum. (Marlyn Doengoes, nursing care plan, 1993
D. Pola aktifitas sehari-hari
1. Nutrisi
Kebiasaan:
Pola makan
- Frekuensi makan : 3-4 kali sehari
- nafsu makan : baik
- makanan pantangan : tidak ada
Perubahan setelah sakit :
Klien mengatakan kurang nafsu makan dan kadang muntah
Porsi makan tidak dihabiskan
BB menurun
2. Eliminasi
Kebiasaan:
- BAB (buang air besar)
- frekuensi : 2-3 kali sehari
- warna : kuning
- konsistensi: padat
Perubahan selama sakit tidak ada
- BAK
- Frekuensi : 4 kali 5 kali sehari
- Selama sakit frekuensi 3-4 kali sehari
3. Istrahat dan tidur
- Klien bisa tidur malam nyenyak dan tidak sering terbangun tengah
malam
- Perubahan selama sakit, klien mengatakan tidak bisa tiddur seperti biasa
4. Hygine
Kebiasan:
- Klien dapat mandi sendiri setiap hari
- Perubahan selama sakit : klien mengatakan jarang mandi
4. Aspek psikososial
a. Pola pikir
Klien keluarganya telah mengetahui tentang perawatan dirinya selama
di rumah sakit, diruma, dan keluarganya mengharapkan klien sembuh
dari penyakitnya
b. Konsep diri
- Gambaran diri
Klien mengalami perubahan BB, oleh karena itu klien merasa sangat
terganggu dengan keadaanya saat ini
- Ideal diri
Klien ingin penyakitnya lekas sembuh
- Harga diri
Klien merasa minder dengan keaadan fisiknya saat ini
- Identitas diri
Klien adalah anggota keluarga kandung
d. Hubungan kmunikasi
Interaksi klien dengan keluarga dan lingkungan sekitar kurang
begitu baik karena klien merasa minder dengan keadaanya
2. Diagnosa keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan penumpukan
sputum pada trakea dan spasme otot pernapasan
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu
akibat spasme otot-otot pernapasan
3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efek
toksin (bakterimia)
4. Perubahan nutrisi, kuranng dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kekakuan otot pengunyah
5. Hubungan interpersonal targangu berhubungan dengan kesulitan
bicara
6. Gangguan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi
lemah dan sering kejang
7. Resiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan intake yang kurang dan oliguria
8. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang
9. Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit
tetanus dan penanggulangannya berhuhubungan dengan
kurangnya informasi
10.Kurangnya kebutuhan istrahat berhubungan dengan sering kejang
3. Perencanaan
Dx. 1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sputum pada trakea dan spasme otot pernapasan, ditandai
dengan ronchi, batuk tidak efektif disertai dengan sputum atau lendir.
Tujuan : jalan nafas efektif
Kritia :
- Klien tidak sesak, lendir atau sleam tidak ada
- Pernafasan 16-18 kali/menit
NO Interfensi Rasional
1 Bebaskan jalan napas dengan
mengatur posisi kepala ekstensi
Secara anatomi posisi kepala ekstensi
kepala ekstensi merupakan cara untuk
meluruskan rongga pernapasan sehingga
proses respirasi tetap berjalan lancar
dengan menyingkirkan pembuatan jalan
nafas.
2 Pemeriksaan fisik dengan cara
auskultasi mendengarkan suara
nafan (adakah ronchi) tiap 2-4
jam sekali
Ronchi menunjukan adanya ganguan
pernapasan akibat atas cairan atau sekret
yang menutupi sebagian dari saluran
pernafasan sehingga perlu dikeluarkan
untuk mengoptimalkan jalan nafas.
3 Bersihkan mulut daqn saluran
nafas dari sekret dan lendir
dengan melakukan suction
Sunction merupakan tindakan bantuan
untuk mengeluarkan secret sehingga
mempermudah proses respirasi.
4 Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat dapat
menswuplai dan memberikan cadangan
oksigen , sehingga mencegah terjadinya
hipoksia.
5 Observasi tanda-tanda vital
tiap2 jam
Dyspeneu, sianosis merupakan tanda
terjadinya ganguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun timbul
takikardi dan capilary refill time yang
memanjang /lama.
6
7
Observasi timbulnya gagal
nafas
Kolaborasi dalam pemberian
obat pengencer sekresi
(mukolitik)
Ketidakmampuan tubuh dalam proses
respirasi di perlukan intervensi yang
kritis dengan menggunakan alat bantu
pernapasan (mekanical ventilation)
Obat mukolitik dapat mengencerkan
sekret yang kental sehingga
mempermudah pengeluaran dan
mencegah kekentalan
DX 2. Gangguan pada nafas berhubungan dengan jalan napas terganggu akibat
spasme otot-otot pernapasan, yang ditandai dengan kejang rangsang, kontraksi
otot-ototn pernapasan, adanya lendir dan sekret yang menumpuk
T ujuan : Pola nafas teratur dan normal
Kriteria :
 Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuhan oksigen
 Tidak sesak, pernapasan normal 16-18 kali/menit
 Tidak sianosis
No Intervensi Rasionsal
1 Monitor irama pernapasan dan
respirasi rate
Indikasi adanya penyimpangan atau
kelainan dari pernapasan dapat di lihat
dari frekuensi, jenis pernapasan, dan
irama nafas
2 Atur posisi luruskan jalan nafas Jalan nafas yang longgar dan tidak ada
sumbatan proses respirasi dapat
berjalan dengan lancar
3 Obserfasi tanda dan gejala sianosis Sianosis merupakan salah satu tanda
manifestasi ketidakadekuatan suplay
o2 pada jaringan tubuh perifer
4 Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat
dapat mensuplai dan memberikan
cadangan oksigen, sehingga mencegah
terjadinya hipoksia
5 Observasi tanda-tanda vital tiap 2
jam
Dyspneu, sianosis merupakan tanda
terjadinya gangguan nafa di sertai
dengan kerja jantung yang menurun
dan timbul takikardia dan capylari
refill time yang memanjang lama
6 Observasi timbulnya gagal nafas Ketidak mampuan tubuh dalam proses
respirasi di perlukan intervensi yang
kritis dengan menggunakan alat bantu
pernafasan
7 Kolaborasi dalam pemeriksaan
analisa gas darah
Kompensasi tubuh terhadap gangguan
proses difusi dan perfusi jaringan.
Dx.3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efek toksinyang
di tandai dengan suhu tubuh 38-40 ⁰c, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari
10.000/mm3
Tujuan suhu tubuh normal
Kriteria : 36-37 ⁰c, hasil leb sel darah putih(leukosit) antara 5.000-10.000/mm3
No Intervensi Rasional
1 Atur suhu lingkungan yang
nyaman.
Iklim lingkungan dapat mempengaruhi
kondisi dan suhu tubuh individu
sebagai suatu proses adaptasi melalui
proses evaporasi dan konveksi
2 Pantau suhu tubuh tiap 2 jam Identifikasi perkembangan gejala-
gejala kearah syok
3 Berikan hidrasi atau minuman
yang cukup adequat
Cairan-cairan membantu menyegarkan
badan dan merupakan kompresi badan
dari dalam
4 Lakukan tindakan tekni aseptik
dan antiseptik pada perawatan
luka
Perawatan luka mengeliminas
kemungkinan toksin yang masih berada
di sekitar luka
5 Berikan kompres dingin bila tidak
terjadi eksternal rangsangan
kejang
Kompres dingin merupakan salah satu
cara untuk menurunkan suhu tubuh
dengan ara proses konduksi
6 Laksanakan program pengobatan
antibiotik dan antipieretik
Obat-obat antibakterial dapat
mempunyai spektrum luas untuk
mengobati bakteri gram positif atau
bakteri gram negatif. Antipieretik
bekerja sebagai proses termoregulasi
untuk mengantisipasi panas
7 Kolaboratif dalam pemeriksaan
lab leukosit
Hasil pemeriksaan leukosit yang
meningkat lebih dari 10.000 /mm3
mengidentifikasikan adanya infeksi dan
untuk mengikuti perkembangan
pengobatan yang di programkan
Dx.4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
kekakuan otot pengunyah yang ditantai dengan intake kurang, makanan dan
minuman yang masuk lewat mulut kembali lagi dapat melalui hidung dan berat
badan menurun beserta hasil pemeriksaan protein atau albumin kurang dari 3,5
mg%
Tujuan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
- BB optimal
- Intake adequat
- Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg%
NO Intervensi Rasional
1 Jelaskan faktor yang
mempengaruhi kesulitan dalam
makan dan pentingnya makanan
bagi tubuh
Dampak dari tetanus adalah adanya
kekakuan dari otot pengunyah
sehingga klien mengalami kesulitan
menelan dan kadang timbul reflek
balik atau kesendak. Dengan tingkat
pengetahuan yang adequat diharapkan
klien dapat berpartipasif dan koperatif
dalam program diit
2 Kolaboratif :
Pemberian diit TKTP cair, lunak
atau bubur kasar
Diit yang di berikan sesuai dengan
keadaan klien dari tingkat membuka
mulut dan proses mengunyah
Pemberian cairan per IV line Pemberian cairan per infus di berikan
pada klien dengan ketidakmampuan
mengunyah atau tidak bisa makan
lewat mulut sehingga kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Pemasangan NGT bila perlu NGT dapat berfungsi sebagai
masuknya makanan juga untuk
Dx.5. Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejang.
Tujuan : Cedera tidak terjadi.
Kriteria :
- Klien tidak ada cedera
- Tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengaman
NO Intervensi Rasional
1 Identifikasi dan hindari faktor
pencetus
Menghindari kemungkinan terjadinya
cedera akibat dari stimulus kejang
2 Tempatkan pasien pada tempat
tidur pada pasien yang memeakai
pengaman
Menurunkan kemungkinan adanya
trauma jika terjadi kejang
3 Sediakan disamping tempat tidur Antisipasi dini pertolongan kejang
akan mengurangi resiko yang dapat
memperberat kondisi klien
4 Lindungi pasien pada saat kejang Mencegah terjadinya bantuan/trauma
yang memungkinkan terjadinya cedera
fisik
5 Catat penyebap mulai terjadinya
kejang
Pendokumentasian yang akurat,
memudahkan pengontrolan dan
identifikasi kejang
Dx.6. Defenisi folume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adequat.
Tujuan : Anak tidak memperlihatkan kekurangan volume cairan.
Kriteria :
- Membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
NO Intervesi Rasional
1 Kaji intake dan out put setiap 24
jam
Memberikan informasi tentang status
caira/volume sirkulasi dan kebutuhan
penggantian
2 Kaji tanda-tanda dehidrasi,
membran mukosa, dan turgor kulit
setiap 24 jam
Indikator keadekuatan sirkulasi perifer
dan hidrasi seluler
3 Berikan dan pertahankan intake
oral dan parenteral sesuai indikasi
(infus 12 tts NGT 40 cc/4 jam)
dan di sesuakan dengan
perkembangan kondisi pasien
Mempertahankan kebutuhan cairan
tubuh
4 Monitor berat jenis urine dan
pengeluaranya
Mempertahankan intake nutrisi untuk
kebutuhan tubuh
6 Pertahankan kepatenan NGT Penurunan keluaran urine pekat dan
peningkatan berat jenis urine di duga
dehidrasi/peningkatan kebutuhan
cairan
Konsep Penyakit Tetanus dan Penatalaksanaannya

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

La actualidad más candente (17)

Makalah 12
Makalah 12Makalah 12
Makalah 12
 
Askep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitisAskep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitis
 
Tetanus anak
Tetanus anakTetanus anak
Tetanus anak
 
Pak ima
Pak imaPak ima
Pak ima
 
Tetanus kelompok 4
Tetanus kelompok 4Tetanus kelompok 4
Tetanus kelompok 4
 
Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)
 
infeksi sistem saraf pusat
infeksi sistem saraf pusatinfeksi sistem saraf pusat
infeksi sistem saraf pusat
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demam
 
Makalah meningitis anti AKPER PEMKAB MUNA
Makalah meningitis anti AKPER PEMKAB MUNAMakalah meningitis anti AKPER PEMKAB MUNA
Makalah meningitis anti AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep ensefalitis AKPER PEMDA MUNA
Askep ensefalitis AKPER PEMDA MUNA Askep ensefalitis AKPER PEMDA MUNA
Askep ensefalitis AKPER PEMDA MUNA
 
Askep kejang
Askep kejangAskep kejang
Askep kejang
 
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAMLAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
 
Askep bayi resiko tinggi AKPER PEMDA MUNA
Askep bayi resiko tinggi AKPER PEMDA MUNA Askep bayi resiko tinggi AKPER PEMDA MUNA
Askep bayi resiko tinggi AKPER PEMDA MUNA
 
Jurnal keperawatan medikal bedah
Jurnal  keperawatan medikal bedahJurnal  keperawatan medikal bedah
Jurnal keperawatan medikal bedah
 
Askep kejang dan demam pada anak
Askep kejang dan demam pada anakAskep kejang dan demam pada anak
Askep kejang dan demam pada anak
 
Abses perianal
Abses perianalAbses perianal
Abses perianal
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 

Destacado

Destacado (8)

Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
De donde vengo yo..
De donde vengo yo..De donde vengo yo..
De donde vengo yo..
 
Ebq1
Ebq1Ebq1
Ebq1
 
Ebq1
Ebq1Ebq1
Ebq1
 
Fit More P’s in Your Pod
Fit More P’s in Your PodFit More P’s in Your Pod
Fit More P’s in Your Pod
 
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
 
Common core econ high school
Common core econ high schoolCommon core econ high school
Common core econ high school
 
Studying Deviance
Studying DevianceStudying Deviance
Studying Deviance
 

Similar a Konsep Penyakit Tetanus dan Penatalaksanaannya (20)

Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanusAskep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
 
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Tetanus=
Tetanus=Tetanus=
Tetanus=
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 
pertusis.pptx
pertusis.pptxpertusis.pptx
pertusis.pptx
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNAKejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
 
kuliah-TETANUS.ppt
kuliah-TETANUS.pptkuliah-TETANUS.ppt
kuliah-TETANUS.ppt
 
Asuhan keperawatan neuromaakustik
Asuhan keperawatan neuromaakustikAsuhan keperawatan neuromaakustik
Asuhan keperawatan neuromaakustik
 
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MGppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
 
214801887-Lapkas-Tetanus.ppt
214801887-Lapkas-Tetanus.ppt214801887-Lapkas-Tetanus.ppt
214801887-Lapkas-Tetanus.ppt
 
Download (1)
Download (1)Download (1)
Download (1)
 
Pp kejang demam
Pp kejang demamPp kejang demam
Pp kejang demam
 
A10_9115_M Yudiant Raihan Dirgantoro_TM_SK4.pptx
A10_9115_M Yudiant Raihan Dirgantoro_TM_SK4.pptxA10_9115_M Yudiant Raihan Dirgantoro_TM_SK4.pptx
A10_9115_M Yudiant Raihan Dirgantoro_TM_SK4.pptx
 
4. BAYI RESIKO TINGGI - PERDARAHAN, KEJANG, TETANUS OK.pdf
4. BAYI RESIKO TINGGI - PERDARAHAN, KEJANG, TETANUS OK.pdf4. BAYI RESIKO TINGGI - PERDARAHAN, KEJANG, TETANUS OK.pdf
4. BAYI RESIKO TINGGI - PERDARAHAN, KEJANG, TETANUS OK.pdf
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptxTuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
 

Más de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Más de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Konsep Penyakit Tetanus dan Penatalaksanaannya

  • 1. BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Penyakit  Pengertian Tetanus Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman clostridium tetanik, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan di ikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka. Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karna mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa yunani yaitu tetenus dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperefleksia menyebapkan trismus (lockjaw), Spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus). Spasme global, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.  Etiologi Tetanus Clostiridim tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabung genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksis (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebapkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yan salah. Faktor predisposisi 1. Umur tua atau anak-anak 2. Luka yang dalam dan kotor 3. Belum terimunisasi  Patofisiologi Tetanus Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat disebapkan berbagai keadaan antara lain: 1. Luka tusuk dalam. Misalnya luka tusuk karena paku,kuku,pecahan kaleng,pisau,cangkul dll. 2. Luka klarena kecelakaan kerja (kena perang, kecelakaan lalu lintas). 3. Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
  • 2.  Tanda gejala pada tetanus 1. Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari 2. Keteganganotong rahang dan leher(mendadak) 3. Kesukaran membuka mulut (trismus) 4. Kaku kuduk (EPISTOTONUS), Kaku dinding perut dan tulang belakang 5. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, di dahului dengan ketengan otot terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus) karena spasme otot massater. Kenjang otot ini akan berlanjut kekuduk (opistotonus) dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang toni sedang berlangsung seriming tampak risus sardonukus karna spasme otot Muka dengan gambaran alis tertarik keatas, sudut mulut tertarik keluar dan kebawa, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstrensi lengan kaku dan tangan mengempal biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul proksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak) kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium ahir  Komplikasi pada tetanus 1. Bronkopneumoni 2. Asfiksia dan sianosis  Pemeriksaan penunjang/pemeriksaan diagnostik pada tetanus 1. Pemeriksaan fisik: adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang 2. Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/l, peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit. 3. Pemeriksaan ECG dapat telihat gambaran aritmia ventrikuler
  • 3.  Penatalaksanaan medik pada tetanus a. Umum Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan harus segera di berikan:  Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobin tetanus disekitar luka tidak boleh dibrikan IV  Sedativa-terapi relaksan: Thiopental sodium (penthotal sodium) 0,4% IV drip: Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB di berikan secara IM, IV atau PO Tiap 3-6 jam, Paraldehyde (Panal) 0,5 mg/kg BB per-im tiap 4-6 jam.  Agen anti cemas: Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4 jam, dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24 jam untuk dewasa  Beta-adrenergik bolcker, propanolol, 0,2 mg aliquots, untuk total dari 2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik, digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas jantung  Penanggulangan kejang: isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangi rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemberian obat penenang  Pemberian penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi) dapat diganti dengan tetrasiklin untuk membunuh klostirida vegetatif  Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit  Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urin  Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi otot dan ambulasi selama penyembuhan b. Pembedahan  Problema pernafasan: Trakeostomi(k/p) dipertahankan beberapa minggu: intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas  Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi B. KONSEP PENYAKIT 1. Pengkajian A. Identitas klien meliputi : Nama, alamat, umur, jenis kelamin, status, suku, B. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Adanya luka parah dan luka bakar dan imunisasi yang tidak adekuat b. Riwayat kesehatan dahulu
  • 4. Klien perna mengalami kejang sewaktu kecil c. Riwayat kesehatan keluarga mempunyai penyakit yang sama dengan dirinya C. Pemeriksaan fisik 1. Sistem pernapasan: dyspnea asfiksia dan sianosis akibat kontraksi otot pernapasan 2. Sistem kardiovaskuler:disritmia,takikardi hipertensi dan pendarahan, suhu tubuh awalnya 38-40 3. Sistem neurologis: irritabillity (awal), kelemahan, konvulsi(ahir), kelumpuhan satu atau beberapa saraf otak 4. Sistem perkemihan: retensi urin (distensi kandung kemih dan urin output tidak ada/oliguria 5. Sistem pencernaan: konstipasi akibat tidak ada pergerakan usus 6. Sistem integument dan muskuloskletal: nyeri kesemutan pada tempat luka, berkeringatan, pada awalnya didahului trismus, spasme otot muka dengan peningkatan kontraksi alis mata, otot kaku dan kesulitan menelan. 7. Apabila hal ini berlanjut terus maka akan terjadi status konvulsi dan kejang umum. (Marlyn Doengoes, nursing care plan, 1993 D. Pola aktifitas sehari-hari 1. Nutrisi Kebiasaan: Pola makan - Frekuensi makan : 3-4 kali sehari - nafsu makan : baik - makanan pantangan : tidak ada Perubahan setelah sakit : Klien mengatakan kurang nafsu makan dan kadang muntah Porsi makan tidak dihabiskan BB menurun 2. Eliminasi Kebiasaan: - BAB (buang air besar) - frekuensi : 2-3 kali sehari - warna : kuning - konsistensi: padat Perubahan selama sakit tidak ada - BAK - Frekuensi : 4 kali 5 kali sehari
  • 5. - Selama sakit frekuensi 3-4 kali sehari 3. Istrahat dan tidur - Klien bisa tidur malam nyenyak dan tidak sering terbangun tengah malam - Perubahan selama sakit, klien mengatakan tidak bisa tiddur seperti biasa 4. Hygine Kebiasan: - Klien dapat mandi sendiri setiap hari - Perubahan selama sakit : klien mengatakan jarang mandi 4. Aspek psikososial a. Pola pikir Klien keluarganya telah mengetahui tentang perawatan dirinya selama di rumah sakit, diruma, dan keluarganya mengharapkan klien sembuh dari penyakitnya b. Konsep diri - Gambaran diri Klien mengalami perubahan BB, oleh karena itu klien merasa sangat terganggu dengan keadaanya saat ini - Ideal diri Klien ingin penyakitnya lekas sembuh - Harga diri Klien merasa minder dengan keaadan fisiknya saat ini - Identitas diri Klien adalah anggota keluarga kandung d. Hubungan kmunikasi Interaksi klien dengan keluarga dan lingkungan sekitar kurang begitu baik karena klien merasa minder dengan keadaanya 2. Diagnosa keperawatan 1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan penumpukan sputum pada trakea dan spasme otot pernapasan 2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernapasan 3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efek toksin (bakterimia) 4. Perubahan nutrisi, kuranng dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah
  • 6. 5. Hubungan interpersonal targangu berhubungan dengan kesulitan bicara 6. Gangguan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi lemah dan sering kejang 7. Resiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang kurang dan oliguria 8. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang 9. Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit tetanus dan penanggulangannya berhuhubungan dengan kurangnya informasi 10.Kurangnya kebutuhan istrahat berhubungan dengan sering kejang 3. Perencanaan Dx. 1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum pada trakea dan spasme otot pernapasan, ditandai dengan ronchi, batuk tidak efektif disertai dengan sputum atau lendir. Tujuan : jalan nafas efektif Kritia : - Klien tidak sesak, lendir atau sleam tidak ada - Pernafasan 16-18 kali/menit NO Interfensi Rasional 1 Bebaskan jalan napas dengan mengatur posisi kepala ekstensi Secara anatomi posisi kepala ekstensi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga pernapasan sehingga proses respirasi tetap berjalan lancar dengan menyingkirkan pembuatan jalan nafas. 2 Pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengarkan suara nafan (adakah ronchi) tiap 2-4 jam sekali Ronchi menunjukan adanya ganguan pernapasan akibat atas cairan atau sekret yang menutupi sebagian dari saluran pernafasan sehingga perlu dikeluarkan untuk mengoptimalkan jalan nafas. 3 Bersihkan mulut daqn saluran nafas dari sekret dan lendir dengan melakukan suction Sunction merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkan secret sehingga mempermudah proses respirasi.
  • 7. 4 Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat dapat menswuplai dan memberikan cadangan oksigen , sehingga mencegah terjadinya hipoksia. 5 Observasi tanda-tanda vital tiap2 jam Dyspeneu, sianosis merupakan tanda terjadinya ganguan nafas disertai dengan kerja jantung yang menurun timbul takikardi dan capilary refill time yang memanjang /lama. 6 7 Observasi timbulnya gagal nafas Kolaborasi dalam pemberian obat pengencer sekresi (mukolitik) Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi di perlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu pernapasan (mekanical ventilation) Obat mukolitik dapat mengencerkan sekret yang kental sehingga mempermudah pengeluaran dan mencegah kekentalan DX 2. Gangguan pada nafas berhubungan dengan jalan napas terganggu akibat spasme otot-otot pernapasan, yang ditandai dengan kejang rangsang, kontraksi otot-ototn pernapasan, adanya lendir dan sekret yang menumpuk T ujuan : Pola nafas teratur dan normal Kriteria :  Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuhan oksigen  Tidak sesak, pernapasan normal 16-18 kali/menit  Tidak sianosis No Intervensi Rasionsal 1 Monitor irama pernapasan dan respirasi rate Indikasi adanya penyimpangan atau kelainan dari pernapasan dapat di lihat dari frekuensi, jenis pernapasan, dan irama nafas 2 Atur posisi luruskan jalan nafas Jalan nafas yang longgar dan tidak ada sumbatan proses respirasi dapat berjalan dengan lancar 3 Obserfasi tanda dan gejala sianosis Sianosis merupakan salah satu tanda manifestasi ketidakadekuatan suplay o2 pada jaringan tubuh perifer
  • 8. 4 Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga mencegah terjadinya hipoksia 5 Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafa di sertai dengan kerja jantung yang menurun dan timbul takikardia dan capylari refill time yang memanjang lama 6 Observasi timbulnya gagal nafas Ketidak mampuan tubuh dalam proses respirasi di perlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu pernafasan 7 Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah Kompensasi tubuh terhadap gangguan proses difusi dan perfusi jaringan. Dx.3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efek toksinyang di tandai dengan suhu tubuh 38-40 ⁰c, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari 10.000/mm3 Tujuan suhu tubuh normal Kriteria : 36-37 ⁰c, hasil leb sel darah putih(leukosit) antara 5.000-10.000/mm3 No Intervensi Rasional 1 Atur suhu lingkungan yang nyaman. Iklim lingkungan dapat mempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai suatu proses adaptasi melalui proses evaporasi dan konveksi 2 Pantau suhu tubuh tiap 2 jam Identifikasi perkembangan gejala- gejala kearah syok 3 Berikan hidrasi atau minuman yang cukup adequat Cairan-cairan membantu menyegarkan badan dan merupakan kompresi badan dari dalam 4 Lakukan tindakan tekni aseptik dan antiseptik pada perawatan luka Perawatan luka mengeliminas kemungkinan toksin yang masih berada di sekitar luka 5 Berikan kompres dingin bila tidak terjadi eksternal rangsangan kejang Kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan ara proses konduksi 6 Laksanakan program pengobatan antibiotik dan antipieretik Obat-obat antibakterial dapat mempunyai spektrum luas untuk mengobati bakteri gram positif atau bakteri gram negatif. Antipieretik bekerja sebagai proses termoregulasi untuk mengantisipasi panas
  • 9. 7 Kolaboratif dalam pemeriksaan lab leukosit Hasil pemeriksaan leukosit yang meningkat lebih dari 10.000 /mm3 mengidentifikasikan adanya infeksi dan untuk mengikuti perkembangan pengobatan yang di programkan Dx.4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah yang ditantai dengan intake kurang, makanan dan minuman yang masuk lewat mulut kembali lagi dapat melalui hidung dan berat badan menurun beserta hasil pemeriksaan protein atau albumin kurang dari 3,5 mg% Tujuan kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria : - BB optimal - Intake adequat - Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg% NO Intervensi Rasional 1 Jelaskan faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam makan dan pentingnya makanan bagi tubuh Dampak dari tetanus adalah adanya kekakuan dari otot pengunyah sehingga klien mengalami kesulitan menelan dan kadang timbul reflek balik atau kesendak. Dengan tingkat pengetahuan yang adequat diharapkan klien dapat berpartipasif dan koperatif dalam program diit 2 Kolaboratif : Pemberian diit TKTP cair, lunak atau bubur kasar Diit yang di berikan sesuai dengan keadaan klien dari tingkat membuka mulut dan proses mengunyah Pemberian cairan per IV line Pemberian cairan per infus di berikan pada klien dengan ketidakmampuan mengunyah atau tidak bisa makan lewat mulut sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi Pemasangan NGT bila perlu NGT dapat berfungsi sebagai masuknya makanan juga untuk Dx.5. Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejang. Tujuan : Cedera tidak terjadi. Kriteria :
  • 10. - Klien tidak ada cedera - Tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengaman NO Intervensi Rasional 1 Identifikasi dan hindari faktor pencetus Menghindari kemungkinan terjadinya cedera akibat dari stimulus kejang 2 Tempatkan pasien pada tempat tidur pada pasien yang memeakai pengaman Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang 3 Sediakan disamping tempat tidur Antisipasi dini pertolongan kejang akan mengurangi resiko yang dapat memperberat kondisi klien 4 Lindungi pasien pada saat kejang Mencegah terjadinya bantuan/trauma yang memungkinkan terjadinya cedera fisik 5 Catat penyebap mulai terjadinya kejang Pendokumentasian yang akurat, memudahkan pengontrolan dan identifikasi kejang Dx.6. Defenisi folume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adequat. Tujuan : Anak tidak memperlihatkan kekurangan volume cairan. Kriteria : - Membran mukosa lembab, turgor kulit baik. NO Intervesi Rasional 1 Kaji intake dan out put setiap 24 jam Memberikan informasi tentang status caira/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian 2 Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, dan turgor kulit setiap 24 jam Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler 3 Berikan dan pertahankan intake oral dan parenteral sesuai indikasi (infus 12 tts NGT 40 cc/4 jam) dan di sesuakan dengan perkembangan kondisi pasien Mempertahankan kebutuhan cairan tubuh 4 Monitor berat jenis urine dan pengeluaranya Mempertahankan intake nutrisi untuk kebutuhan tubuh 6 Pertahankan kepatenan NGT Penurunan keluaran urine pekat dan peningkatan berat jenis urine di duga dehidrasi/peningkatan kebutuhan cairan