1. 2QXE
KATA PENGANTAR
“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMOTORAKS” ini dapat terselesaikan
sebagaimana yang diharapkan.Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan
pengikutnya hingga hari kiamat.
Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan mengenai
KMB mengenai Asuhan Keperawatan pada berbagai penyakit khuusnya Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Pneomotoraks.Oleh karena itu, penyusun merasa perlu penyajian makalah yang
dapat mendukung salah satu indikator pembelajaran KMB.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini masih
banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan makalah ini.Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini
dapatbermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB MUNA”.
Raha, Oktober 2011
2. Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang …………………………………………….. 1
B. Permasalahan …………………………………………….. 1
C. Tujuan ………………………………………………………. 1
D. Metode Penulisan…………………………………………….
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A.Pengertian ……………………………..………………… 2
B.Anatomi & Fisiologi…………………………………………..
C.Etiologi..............................…………………………………. 2
D.Manifestasi Klinis…………………………………………….
E.Patofisiologi………………………………………………….
F. Komplikasi ............................................................................. 3
G.Pemerikasaan Penunjang……………………………………..
H.Penatalaksanaan Medis………………………………………
BAB III: KONSEP ASKEP PADA PASIEN PPOK………………………
A. Pengkajian ……………………………………………..……
B. Diagnosa……………………………………………………
C. Perencanaa………………………………………………….
D. Implementasi & Evaluasi………………………………….
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………
B. Saran……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah
interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma
tumpul.Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya
hemotoraks.Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi
operasi.
Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks,
sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber besar. Selang dada tersebut akan
mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di
dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.
Evakuasi darah atau cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap
kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik.
Walaupun banyak faktor yang berperan dalam memutuskan perlunya
indikasi operasi pada penderita hemotoraks, status fisiologi dan volume darah yang
kelura dari selang dada merupakan faktor utama. Sebagai patokan bila darah yang
dikeluarkan secara cepat dari selang dada sebanyak 1.500 ml, atau bila darah yang keluar
lebih dari 200 ml tiap jamuntuk 2 sampai 4 jam, atau jika membutuhkan transfusi darah
terus menerus, eksplorasi bedah herus dipertimbangkan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing.
2. Tujuan Khusus
4. C. Rumusan Masalah
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini adalah tinjauan pustaka dengan mengambil
literatur – literatur atau teori – teori melalui buku – buku yang berkaitan dan informasi
melalui layanan internet.
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Hemothorax adalah kumpulan darah di dalam ruang antara dinding dada dan paru-
paru (rongga pleura). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada.
2. Pneumotoraks adalah pengumpulan udara didalam ruang potensial antara pleura
visceral danparietal (Arif Mansjoer dkk, 2000).
3. Pneumotoraks adalah keluarnya udara dari paru yang cidera, ke dalam ruang pleura
seringdiakibatkan karena robeknya pleura ( Suzanne C. Smeltzer, 2001).
4. Pneumotoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura.
(SylviaPrince,patofisiologi Konsep Klinis;800)
5. Pneumotoraks adalah adanya udara di dalam rongga pleura. (http://proximo-
allturorial.blogspot.com/2008/08 pneumotoraks.html)Pneumotoraks adalah adanya
udara yang trperangkap di rongga pleura. (http://duniakoas.blogspot.com)
6. Pneumotoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura.Jadi, pneumotoraks adalah
adanya udara dalam rongga pleura.
B. Etiologi
Penyebab dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh
darah intercostal atau arteri mammaria internal yang disebabkan oleh cedera tajam atau
cedera tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebrata torakal juga dapat menyebabkan
hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi
operasi.
Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada. Dapat juga
terjadi pada pasien yang memiliki:
Sebuah cacat pembekuan darah
Trauma tumpul dada
Kematian jaringan paru-paru (paru-paru infark )
Kanker paru-paru atau pleura
6. Menusuk dada ( ketika senjata seperti pisau atau memotong peluru paru – paru)
Penempatan dari kateter vena sentral
Operasi jantung
Tuberkulosis
Hematoraks masif adalah terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari
1500 cc dalam rongga pleura. Penyebabnya adalah luka tembus yang merusak pembuluh
darah sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru. Selain itu juga dapat disebabkan
cedera benda tumpul. Kehilangan darah dapat menyebabkan hipoksia.
C. Patofisiologi
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru
atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau
atau peluru menembus paru-paru. mengakibatkan pecahnya membran serosa yang
melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan
masuknya darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari
volume darah seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra
Alveoler, kolaps terjadi pendarahan.arteri dan kapiler, kapiler kecil , sehingga takanan
perifer pembuluh darah paru naik, aliran darah menurun. Vs :T ,S , N. Hb menurun,
anemia, syok hipovalemik, sesak napas, tahipnea,sianosis, tahikardia. Gejala / tanda
klinis.
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah
didinding dada.Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri.Kadang-
kadang anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama
muncul.
Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi,
sianosis, tahipnea berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan
hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung.
7. D. Klasifikasi
Pneumotoraks dibagi menjadi 2 berdasarkan cara terjadinya :
1. Pneumotoraks Traumatik yang disebabkan oleh trauma benda tajam / tumpul
2. Pneumotoraks spontan yang terjadi secara spontan pada orang sehat yang sebelumnya
tidak didapattanda-tanda penyakit paru/sluran pernafasan sebagai dasarnya.
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita trauma dada :
1. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
2. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
3. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
4. Dyspnea, takipnea
5. Takikardif. Tekanan darah menurun.
6. Gelisah dan agitasi
7. Kemungkinan cyanosis.
8. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
9. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
F. Komplikasi
Komplikasi dapat berupa :
1. Kegagalan pernafasan
2. Kematian
3. Fibrosis atau parut dari membran pleura
4. Syok
Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan diafragma
(otot besar di dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk memperluas dan kontak. Jika
tekanan dalam rongga dada berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang
mengumpul di rongga menempatkan pasien pada risiko infeksi dan mengurangi fungsi
paru-paru, atau bahkan kehancuran (disebut pneumotoraks ).
8. G. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
b. GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang
meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.
c. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).
d. Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.
H. Penetalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan
pendarahan, dan menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura. Penanganan pada
hemotoraks adalah :
a. Resusitasi cairan. Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume
darah yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai
dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian
pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura
dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk autotranfusi
bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube ( WSD ).
b. Pemasangan chest tube ( WSD ) ukuran besar agar darah pada toraks tersebut
dapat cepat keluar sehingga tidak membeku didalam pleura. Hemotoraks akut
yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi dengan
chest tube kaliber besar. Chest tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga
pleura mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan
dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah /
cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan
terjadinya ruptur diafragma traumatik. WSD adalah suatu sistem drainase yang
menggunakan air. Fungsi WSD sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan
negatif intrapleural / cavum pleura.
Macam WSD adalah :
9. 1. WSD aktif : continous suction, gelembung berasal dari udara
sistem.
2. WSD pasif : gelembung udara berasal dari cavum toraks pasien.
Pemasangan WSD :
Setinggi SIC 5 – 6 sejajar dengan linea axillaris anterior pada sisi yang
sakit .
1. Persiapkan kulit dengan antiseptik
2. Lakukan infiltratif kulit, otot dan pleura dengan lidokain 1 % diruang
sela iga yang sesuai, biasanya di sela iga ke 5 atau ke 6 pada garis mid
axillaris.
3. Perhatikan bahwa ujung jarum harus mencapai rongga pleura
4. Hisap cairan dari rongga dada untuk memastikan diagnosis
5. Buat incisi kecil dengan arah transversal tepat diatas iga, untuk
menghindari melukai pembuluh darah di bagian bawah iga
6. Dengan menggunan forceps arteri bengkok panjang, lakukan penetrasi
pleura dan perlebar lubangnya
7. Gunakan forceps yang sama untuk menjepit ujung selang dan
dimasukkan ke dalam kulit
8. Tutup kulit luka dengan jahitan terputus, dan selang tersebut di fiksasi
dengan satu jahitan.
9. Tinggalkan 1 jahitan tambahan berdekatan dengan selang tersebut
tanpa dijahit, yang berguna untuk menutup luka setelah selang dicabut
nanti. Tutup dengan selembar kasa hubungkan selang tersebut dengan
sistem drainage tertutup air
10. Tandai tinggi awal cairan dalam botol drainage.
c. Thoracotomy
Torakotomi dilakukan bila dalam keadaan`
:
1. Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml, kemungkinan besar
penderita tersebut membutuhkan torakotomi segera.
2. Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar < 1500ml, tetapi
perdarahan tetap berlangsung terus.
10. 3. Bila didapatkan kehilangan darah terus menerus sebanyak 200cc / jam dalam
waktu 2 – 4 jam.
4. Luka tembus toraks di daerah anterior, medial dari garis puting susu atau luka
di daerah posterior, medial dari scapula harus dipertimbangkan kemungkinan
diperlukannya torakotomi, oleh karena kemungkinan melukai pembuluh darah
besar, struktur hilus atau jantung yang potensial menjadi tamponade jantung.
d. Tranfusi darah diperlukan selam aada indikasi untuk torakotomi. Selama
penderita dilakukan resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan chest
tube dan kehilangan darah selanjutnya harus ditambahkan ke dalam cairan
pengganti yang akan diberikan. Warna darah ( artery / vena ) bukan merupakan
indikator yang baik untuk di pakai sebagai dasar dilakukannya torakotomi.
e. Torakotomi sayatan yang dapat dilakukan di samping, di bawah lengan (aksilaris
torakotomi); di bagian depan, melalui dada (rata-rata sternotomy); miring dari
belakang ke samping (posterolateral torakotomi); atau di bawah payudara
(anterolateral torakotomi) . Dalam beberapa kasus, dokter dapat membuat sayatan
antara tulang rusuk (interkostal disebut pendekatan) untuk meminimalkan
memotong tulang, saraf, dan otot. Sayatan dapat berkisar dari hanya di bawah
12.7 cm hingga 25 cm.
11. BAB III
KONSEP ASKEP
A. Pengkajian
Aktifitas / Istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas maupun istirahat.
Sirkulasi
Tanda :
- Takikardi
- Frekuensi tidak teratur / dtsritmia
- Hipertensi/Hipotensi
Integritas ego
Tanda :Ketakutan, gelisah
Makanan / Cairan
Tanda :Adanya pemasanga IV vena sentral /infuse tekanan
Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
- Nyeri dada unilateral, meningkat karna pernapasan, batuk
- Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan
- Tajam dan nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen(effuse pleura)
Tanda :
- Berhati-hati pada ara yang sakit
- Perilaku distraksi
- Mengkerutkan kening
Pernafasan
12. Gejala :
- Kesulitan bernafas, lapatr napas
- Batuk
Riwayat bedah dada/tarauma: penyakit paru kronis,
inflamasi/infeksi paru(empisema/effuse), penyakit interstisial
menyebar(sarkoidosis), keganasan( mis. Obstruksi tumor)
Pneumothoraks spontan sebelumnya : ruptur empisemtous bula
spontan, bleb subpleural(PPOM)
Tanda :
- Pernapasan : Peningkatan frekuensi/ takipnea
- Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori
pernapasan pada dada, leher: rekraksi interkostal, ekspirasi
abdominal kuat
- Bunyi napas menurun atau tak ada
- Fremtus menurun
Perkusi dada : Hiperresonan di atas area dada terisi udara
(pnumothoraks), bunyi pekak diatas area dada yang terisi
cairan(hematoraks)
Observasi dan palpasi dada: gerakan dada tidak sama(paradoksis)
bila trauma atau kempes, penurunan pengembanan toraks(area
yang sakit)
Kulit: sianisis, berkeringat, kreatipikasi subkutan(udara pada
jaringan dengan palpasi)
Mental : ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
Penggunaan vebtilasi mekanik tekanan positif/terapi PEET
Keamanan
Gejala :
- Adanya trauma dada
- Radiasi / kemoterapi untuk keganasan
13. B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kekolapsan paru, pergeseran
mediastinum.
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan insersi WSD
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dalam waktu cepat
4. Gangguan mobilitas fisik berhubngan dengan ketidak nyamanan sekunder akibat
pemasangan WSD.
C. Intervensi
No Tujuan Intervensi Rasional
1 Tupan :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 7 hari
kerusakan pertukaran gas
teratasi.
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 hari
kerusakan pertukaran gas
berangsur – angsur membaik,
dengan kriteria hasil :
- Aliran (udara/cairan)
lancar
1. Berikan pengertian
tentang prosedur
tindakan WSD,
kelancaran dan
akibatnya.
2. Periksa WSD lokasi
insersi, selang drainage
dan botol.
3. Observasi tanda – tanda
vital.
4. Observasi analisa blood
gas.
5. Kaji karakteristik suara
pernapasan, sianosis
terutama selama fase
1. WSD yang obstruksi
akan selalu terkontrol
karena klien dan
keluarga kooperatif.
2. Adanya kloting
merupakan tanda
penyumbatan WSD
yang berakibat paru
kolaps.
3. Hipertemi, takikardi,
takipnea merupakan
tanda – tanda
ketidakoptimalan
fungsi paru.
4. Ketidaknormalan ABG
menunjukan adanya
gangguan pernapasan.
5. Adanya ronchi, rales
dan sianosis merupakan
tanda –tanda
14. akut. ketidakefektifan fungsi
pernapasan.
2 Tupan :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 5 hari
resiko terjadinya infeksi.
Tupen :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 2 hari
resiko terjadimya infeksi
berangsur – angsur
terpenuhi, dengan kriteria
hasil :
Bebas dari tanda–
tanda infeksi : tidak
ada kemerahan,
purulent, panas, dan
nyeri yang meningkat
serta fungsiolisa.
Tanda – tanda vital
dalam batas normal.
1. Berikan pengertian dan
motivasi tentang
perawatan WSD.
2. Kaji tanda – tanda
infeksi.
3. Monitor reukosit dan
LED.
4. Dorongan untuk nutrisi
yang optimal.
5. Berikan perawatan luka
dengan teknik aseptic
dan anti septic.
6. Bila perlu berikan
antibiotik sesuai advis.
1. Perawatan mandiri
seperti menjaga luka
dari hal yang septic
tercipta bila klien
memiliki pengertian
yang optimal.
2. Hipertemi, kemerahan,
purulent, menunjukan
indikasi infeksi.
3. Leukositosis dan LED
yang meningkat
menunjukan indikasi
infeksi.
4. Mempertahankan status
nutrisi serta mendukung
system immune.
5. Perawatan luka yang
tidak benar akan
menimbulkan
pertumbuhan
mikroorganisme.
6. Mencegah atau
membunuh
pertumbuhan
mikroorganisme.
3 Tupan :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 3 hari
deficit volume cairan.
1. Catat drainage output
setiap jam sampai
delapan jam kemudian
4 – 8 jam.
1. 40 – 100 ml cairan
sangonius pada jam 8
post op adalah normal,
tetapi kalau ada
15. Tupen :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24
jam deficit volume cairan
berangsur – angsur teratasi,
dengan kriteria hasil :
Aktivitas klien tidak
dibantu lagi
memiliki drainage
output yang optimal
turgor kulit spontan
hematokrit dan
elektrolit dalam batas
normal
2. Observasi tanda–tanda
defisit volume cairan.
3. Berikan intake yang
optimal bila perlu
melalui parenteral.
peningkatan mungkin
menunjukan indikasi
perdarahan.
2. Hipotensi, takikardi,
takipnea, penurunan
kesadaran, pucat
diaporosis, gelisah
merupakan tanda–tanda
perdarahan yang
mengarah defisit
volume cairan.
3. Intake yang optimal
akan kebutuhan cairan
tubuh. Cairan
parenteral merupakan
suplemen tambahan.
4 Tupan :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 7 hari
gangguan mobilisasi fisik
teratasi.
Tupen :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 2 hari
gangguan mobilisasi fisik
berangsur – angsur teratasi
dengan kriteria hasil :
Klien memiliki range
of motion optimal
sesuai dengan
kemampuannya
1. Kaji ROM pada
ekstrimitas atas tempat
insersi WSD.
2. Kaji tingkat nyeri dan
pemenuhan aktifitas
sehari – hari .
3. Dorong exercise ROM
aktiif atau pasif ada
lengan dan bahu dekat
tempat insersi.
4. Dorong klien untuk
exercise ekstrimitas
bawah dan bantu
ambulansi.
5. Berikan tindakan
1. Mengetahui tangda –
tanda awal terjadinya
kontraktur, sehingga
bias dibatasi.
2. Nyeri yang meningkat
akan membatasi
pergerakan sehingga
mobilitas fisik sehari –
hari mengalami
gangguan.
3. Mencegah stasis vena
dan kelemahan otot.
4. Mencegah stiffness dan
kontraktur dari
kurangnya pemakaian
16. Mobilitas fisik sehari
– hari terpenuhi.
distraksi dan relaksasi lengan dan bahu dekat
tempat insersi.
5. Distraksi dan relaksasi
berfungsi memberikan
kenyamanan untuk
beraktifitas sehari –
hari.
17. BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hemothorax adalah kumpulan darah di dalam ruang antara dinding dada dan paru-paru
(rongga pleura). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada. Diagnose
atau gengguan yang terjadi adalah :
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kekolapsan paru, pergeseran
mediastinum.
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan insersi WSD
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dalam waktu cepat
4. Gangguan mobilitas fisik berhubngan dengan ketidak nyamanan sekunder akibat
pemasangan WSD.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena dibutuhkab krritik dan saran yang
sifatnya membangun.
18. DAFTAR PUSTAKA
- Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made
Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta.
- Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa
Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta
- Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice,
4th edition, Mosby Year Book, Toronto.
- Tucker, Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih dkk,
volume 4, edisi V, EGC, Jakarta.