Ringkasan dokumen tersebut adalah tentang asuhan keperawatan pasien retensi urine yang mencakup pengertian, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, dan penatalaksanaan retensi urine."
1. askep retensio urine
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sehat adalah suatu keadaan yang masih termasuk dalam variasi normal dalam standar yang
diterima untuk kriteria tertentu berdasarkan jenis kelamin, kelompok penduduk dan wilayah (
WHO, 1957). Dalam era globalisasi segala upaya ditujukan untuk dapat meningkatkan
kualitas manusia Indonesia. Peningkatan kesehatan masyarakat harus dimulai dari
peningkatan kesehatan keluarga. Hal ini tidak mungkin dapat terwujud tanpa perbaikan dan
peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia, maka dibutuhkan petugas kesehatan yang
memiliki keterampilan ketelitian dan kecakapan dalam merawat klien dalam mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Dalam kesempatan ini, penulis membahas tentang perawatan
pasien dengan retensio urine,karena pasien dengan retensio urine merupakan hal penting yang
harus ditangani dan dibutuhkan keterampilan, ketelitian serta kecakapan dalam merespon
keluhan-keluhan yang dialami oleh pasien.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan tenaga kesehatan serta masyarakat sebagai
gambaran nyata dalam asuhan keperawatan pada klien retensio urine dan incontinensia urine.
B. Tujuan Khusus
Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan program pendidikan di masa-masa
mendatang.
Sebagai bahan masukan atau tolak ukur keberhasilan dalam program pendidikan
kesehatan.
Sebagai bahan kajian dalam hal memberikan asuhan keperawatan pada klien retensio
urin.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengaplikasikan pengalaman, pemahaman tentang bagaimana
mengelola dan mencapai tujuan asuhan keperawatan berkualitas pada situasi yang nyata.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
2. Program Studi Ilmu Keperawatan Aisyiyah Palembang dapat menjadi suatu bahan
kajian yang memberikan gambaran kondisi lapangan, sehingga untuk kedepannya dapat
membekali mahasiswa nya dengan keterampilan yang dibutuhkan.
1.3.3 Bagi Institusi Rumah Sakit Dr.Moehammad Hoesin Palembang
Dapat menjadi wahana pertukaran informasi dengan dunia pendidikan yang akan
memberikan pencerahan tentang Asuhan Keperawatan yang dapat meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria.
(Kapita Selekta Kedokteran). Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam akndung
kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995).
Retensio urine adlah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan
atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth).
Retensio urine adalah sutau keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya
kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. (PSIK UNIBRAW).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
2.1.3 Etiologi
Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2 S4 setinggi T12
L1. Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya
pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel,
tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM
atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil,
tumor pada leher vesika, atau fimosis.
Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi urethra
(infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
3. 2.1.4 Manifestasi Klinis
a. Diawali dengan urine mengalir lambat.
b. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan kandung
kemih tidak efisien.
c. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.
d. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
e. Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc.
2.1.5 Patofisiologi
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit
yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan.
Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor lainnya seperti ansietas,
kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya. Berdasarkan lokasi bisa dibagi
menjadi supra vesikal berupa kerusakan pusat miksi di medulla spinalsi menyebabkan
kerusaan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi
dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot
spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, intravesikal
berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil
menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder
kemudian distensi abdomen. Factor obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan
tekanan darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan produksi urine
menurun. Factor lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain
sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak
dapat relaksasi dengan baik. Dari semua factor di atas menyebabkan urine mengalir labat
kemudian terjadi poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya
terjadi distensi bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah satunya
berupa kateterisasi uretra.
2.1.6 Komplikasi
Perdarahan
Ekstravasasi urin
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah sebagai
berikut:
Pemeriksaan specimen urine.
Pengambilan: steril, random, midstream
4. Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
Sistoskopy, IVP.
2.1.8 Penatalaksanaan medis
Sejumlah tindakan diperlukan untuk mencegah distensi kandung kemih yang berlebihan
dan mengatasi infeksi atau obstruksi.
Beberapa obat penyebab retensi urin yang mencakup:
Preparat dan antidepresan-antispasmodik (seperti:atropine)
2.2 Konsep Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Data-data dasar pengkajian Pasien
a.
Aktifitas/istirahat : apakah ada gejala kelatihan, kelemahan
b. Sirkulasi
: apakah ada hipotensi, edema jaringan umum
c.
: perubahan pola berkemih, disuria, retensi air, abdomen kembung
Eliminasi
d. Makanan/cairan : Peningkatan berat, mual,muntah anoreksia.
e.
Pernapasan
: Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan fungsi cairan dalam
tubuh.
2. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan tidak mengenal
kondisi/informasi.
2.2.3 Rencana keperawatan
1. Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan fungsi cairan dalam
tubuh.
kriteria Evaluasi
klien akan menunjukkan haluan urin tepat dengan beratjenis/hasil lab. Mendekati normal.
Intervensi
a.
Catat pemasukan dan pengeluaran akurat
b. Rencanakan penggantian cairan pada klien. Berikan minuman yang tidak baik bagi tubuh.
c.
Awasi berat jenis urin
Rasional
a.
Untuk menentukan kebutuhan cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.
5. b.
Membantu menghindari priode tanpa cairan, meminimalkan kebosanan pilihan yang
terbatas dan menurunkan kekurangan dan haus.
c.
2.
Mengukur kemampuan bekemih untuk mengkonsentrasikan urin.
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan tidak mengenal
kondisi/informasi.
Kriteria Evaluasi
Klien akan mengatakan penahanan kondisi/proses penyakit
Intervensi
a.
Kaji ulang proses prognosis dan faktor pencetus bila diketahui
b. Jelaskan tingkat fungsi berkemih setelah episode akut berlalu
c.
Dorongan klien untuk mengobservasi karakteristik urin dan jumlah/frekuensi
pengeluaran.
Rasional
a.
Memberikan dasar penegtahuan kilen dapat membuat pilihan informasi
b. Klien dapat mengalami defeksia pada fungsi berkemih yang mungkin sementara
c.
Perubahan dalam menunjukkan fungsi berkemih.
Dada
Jantung
Inpeksi
: Normal, Tidak ada pelebaran
Palpasi
: Normal, tidak melebar Itus cordis teraba
Perkusi
: Pekak
Auskultasi
: Irama teratur
S1 dan S2 normal
Paru-paru
Inspeksi
: Bentuk, normal : kanan kiri sama
Suara pernafasan : Normal, tidak ada kelainan
Palpasi
: Normal, Palpasi klien tidak ada kelainan
Auskultasi
: Irama teratur
Suara nafas : vesicular, normal
Perkusi
: Sonor, tidak ada cairan
Kebersihan
: Bersih, tidak ada cairan / udara
Masalah kep : Tidak ada masalah
6. Abdomen
Inpeksi
: Bentuk cembung, Terdapat banyak cairan
Palpasi
: Terdapat massa, banyak cairan dalam tubuh
Perkusi
: Redup, banyak cairan dalam Abdomen
Auskultasi
: Peristaltih ada 5 x/mnt
Masalah kep : Masalah, banyak cairan dalam Abdomen
Genetalia
Vagina
: Tidak ada secret
Anus
: Tidak ada hemoroid
Kebersihan
: Bersih, Genetalia klien tidak ada secret
Masalah kep : Masalah, tidak ada BAK
Ehstremitas atas dan bawah
Rentang gerak : Terbatas, karena ada infuse kateter
Kekuatan otot : Skala 5, klien memiliki kekuatan otot yang baik
Nyeri Sendi
: Tidak ada nyeri sendi
Edema
: Ada, Edema seluruh tubuh / Edema anasarka
Masalah kep : Masalah, Edema seluruh tubuh
Genogram
1.1.4 Pengkajian Masalah dan Psikologi dan Spriritual
Psikologi
7. Perasaan klien setelah mengalami masalah ini sangat sedih. Suami klien selalu
menghibur hati klien untuk mengatasi perasaan sedih klien. Rencana klien setelah
masalahnyaterselesaikan klien akan pulang kerumah.
Jika rencana ini tidak dapat terselelesaikan, klien akan tetap berobat hingga sembuh.
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya.
Spiritual
Aktifitas yang biasa dilakukan sehari-hari adalah sholat Aktifitas adalah yang tidak
dapat dilaksanakan sekarang adalah sholat.
Sosial
Aktifitas / peran klien di masyarakat adalah masyarakat biasa, kebiasaan lingkungan
yang tidak disukai adalah membuang sampah sembarangan.
Cara mengatasi keberatan tersebut adalah membakar sampah tersebut.
1.1.5 Aktifitas Sehari-hari
No
1.
2.
Kegiatan
Nutrisi:
Frekuensi
Jenis
Jumlah
Masalah kep
Minum/cairan tubuh
Frekuensi
Jenis
Jumlah
Masalah Kep
Sebelum masuk RS
Setelah masuk RS
3x1
Variasi
1 porsi
Tidak ada masalah
3x1
variasi
1 Porsi
Tidak ada masalah
4x1
Air putih
1 Liter
Tidak ada masalah
4x1
Air putih
1 liter
Tidak ada Masalah
8. 3.
2x1
Cair
Kuning
Tidak dapat BAK
Personal Hyegine
Mandi
Keramas
Gosok Gigi
Potong Kuku
Ganti pakaian
Masalah Kep
2x1
2x1
2x1
1 x seminggu
2x1
Tidak ada Masalah
2x1
2x1
2x1
1 x Seminggu
2x1
Tidak ada Maslah
3 jam sehari
3 jam sehari
8 jam sehari
6 jam sehari
Tidak ada
Tidak ada masalah
5.
1x1
Padat
Kuning
Tidak ada Masalah
BAK
Frekuensi
Konsentrasi
Warna
Masalah Kep
4.
Eliminasi :
BAB
Frekuensi
Konsentrasi
Warna
Masalah Kep
Tidak ada
Tidak ada Masalah
Aktivitas & Istirahat
Lama tidur siang
Lama tidur malam
Ganggauan Tidur
Masalah Kep
1.1.6 Data Penunjang
Tanggal Pemeriksaan : 25 Agustus 2010
Darah Rutin
Leukosit : 5200 mm
LED : 5 mm/Dam
HB : 13,4 g/dl
Darah Kimia
Ureum : 30 mg/dl
Tanggal Pemeriksaan:
Urine
Protein : Meningkat (+)
1x1
Padat
Kuning
Tidak ada Masalah
2X1
Cair
Kuning
Tidak dapat BAK
9. 1.1.7 Terapi yang diberikan
1. Metronidorzol tab 3x1
2. Vit. B complek 1x1
3. laxadin byr 2x1
Analisa Data
Nama Pasien
Jenis Kelamin
No. Kamar/Bed
No Tanggal / Jam
1
12-06-2011
10.00 wib
: Ny.H
: Perempuan
: 3/4
Diagnosa Medik
No. Rek Med
Hari/tanggal
Data Fokus
Ds: - Klien mengatakan
badannya bengkak
- Klien tidak dapat baik
Do: - Badan klien tampak
Edema
Etiologi
: Retensio Urin
: 41.29.09
:
Problem
Urine tidak dapat Peningkatan
dialirkan
volume cairan
dalam tubuh
Terjadi
penimbunan
cairan ekstrasel /
udem
Peningkatan
volume
cairan
dalam tubuh
2
12-06-2011
Ds: - Klien mengatakan
badannya tidak dapat bergerak
bebas
Do: - Klien tampak lemas
- Klien tampak bebas total
Mobilitas
3
12-06-2011
Ds: - Klien selalu bertanya
tentang penyakitnya
Do: - Klien tampak gelisah
Kurangnya
Cemas
pengetahuan
tentang
penyakitnya dan
proses
dan
penyembuhannya
Daftar Masalah Keperawatan
1. Peningkatan volume cairan dalam tubuh
2. Aktivitas terbatas
Aktivitas
terbatas
10. 3. Cemas
Prioritas Diagnosa Keperawatan
1.
Peningkatan volume cairan dalam tubuh
2.
Aktivitas terbatas
3.
Cemas
Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan volume cairan dalam tubuh berhubungan dengan urin tidak dapat
dikeluarkan ditandai dengan:
Ds: Klien mengatakan badannya bengkak dan klien sangat jarang baik
Do: badan klien tampak edema
2. Aktivitas terbatas berhubungan dengan mobilitas ditandai dengan:
Ds: Klien mengatakan badannya tidak dapat bergerak
Do: - Klien tampak lemas
- Klien tampak Badrestotal
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan proses
penyembuhannya:
Ds : Klien selalu bertanya tentang penyakitnya.
Do: Klien tampak gelisah
Rencana Keperawatan
Nama Pasien
Jenis Kelamin
No. Kamar/Bed
No
Tgl/ jam
: Ny.H
: Perempuan
: 3/4
Diagnosa
keperawatan
Diagnosa Medik
No. Rek Med
Hari/tanggal
Tujuan dan kriteria
hasil
: Retensio Urin
: 41.29.09
:
intervensi
Rasional
11. 1.
412- 06 - 2011
Peningkatan volume
cairan dalam tubuh
berhubungan
dengan urine tidak
dapat dikeluarkan .
Ditandai dengan :
Ds : kilen
mengatakan
badanya bengkak
dan klien tidak
dapat BAK>
2.
12-06-2011
11.OO WIB
Aktivitas terbatas
berhubungan
dengan terjadinya
kekakuan pada
tubuh.Dintandai
dengan :
Ds : klien
mengatakan
badanya tidak dapat
bergerak bebas .
3.
12-06-2011
11.00 wib
jangkah pendek :
setelah dilakukan
tindakan keperwatan
selama 3 x 24 jam
volume cairan tubuh
normal dengan kriteria
hasil :
- tidak terjadinya
udema
- tidak ada keluhan
pada tubuh
jangka panjang : tubuh
dapat bergerak bebas /
normal.
jangka pendek :setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 3
x24 jam tubuh dapat
bergerak dengan bebas
/ normal dengan
krikteria hasil :- tidak
lemas
tdak bedrest total .
Do : - klien tampak
lemas.
-klien tampak
bedrest total.
Cemas berhubungan Jangka panjang : klien
dengan kurangnya
mengerti tentang
pengetahuan
penyakitnya.
tentang penyakit
kaji keadaan
utama
dengan mengkaji
tanda edema
diharapkan dapat
menujukan
perpindahan cairan
karena permeatktas
mudah distensi .
kontrol input dan
output per 24 jam.
dengan mengontrol
input dan output
diharapkan dapat
mengetahui fungsi
BAK kebutuhan
pergantiaan cairan
dan penurunan
resiko cairan.
berkalaborasi
dengan tim mrdis
dalam
pemeriksaaan
laboratorium
fungsi BAK
Do : badan klien
tampak edema .
jangka panjang :
voleme cairan tubuh
normal.
dengan berkalaborasi
dengan tim medis
dalam pemeriksaan
leb fungsi BAK
diharapkan dapat
memberikan
gambaran sejauh
mana terjadi
kesusahan BAK.
kaji keadaan
imobilits .
dengan mengkaji
imobilits diharapkan
dapat menunjukan
perubahan dalam
perpindahan dalam
posisi.
kontrol pergerakan
pasien / aktivitas .
berikan penjelsan /
pengertian
gambaran tentang
penyakit klien .
dengan memberikan
tindakan mengatur
posisi pasien dengan
posisi semi fowler
agar dapat
beraktvitas yang
dibutuhkan .
dengan memberikan
penjelasan ,
pengertian dan
gambaran tentang
12. dan proses
penyuluhan
.Ditandai dengan :
Ds : klien selalu
bertanya tentang
penyakitya.
Do : klien tampak
gelisah .
Jangka pendek :
setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24
jam.Klien mengerti
tentang penyakit
dengan krikteria hasil :
- Sudah jarang
bertanya .
- Tampak tenang.
penyakit kilen
diharapkan klien agr
dapat mengerti
dengan penyakit
kilen .
Catatan Perkembangan
Nama pasien : Ny ” H ”
Jenis kelamin : Perempuan
No kamar/ bed : 3 / 4
No
1.
Tanggal /jam
12-06-2011
09.30 wib
Diagnosa medis
Nomed Record
Hari / tanggal
Implementasi
- mengkaji keadaan edema
- mengontrol input dan output per 24
jam.
- bekalaborasi dengan tim medis
dalam pemeriksaan laboratorium
fungsi BAK .
: Rentisio urine
: 41.29.09
:
Tanggal / jam
4 -08- 2010
10 .00 wib
evaluasi
S : klien mengatakan badanya
masih bengkak.
O : - klien masih tampak
edema
- input dan output tidak ada
perubahan.
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervesi 1,2,3,4
2.
12-06-2011
10.00 wib
- mengkaji keadaan imobilitas
- mengontrol pengerakan pasien /
aktivitas
4 -08 – 2010
11.00 wib
S : klien mengatakan badanya
masih tidak dapat bergerak
bebas .
O : - klien tampak lemas
- klien tapak bederst total
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4
3.
12-06-2011
11.00 wib
- memberikan penjelasn, pengertian
dan gambaran tentang penykit.
4 -08- 2010
11.20 wib
S : klien masih selalu bertanya
tentang epnyakitnya
O : klien tampak cemas
para
13. A : maslah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,
No
Tanggal/jam
Implementasi
1.
12-06-2011
09.30 wib
-mengkaji keadaan edema
-mengontrol input dan output per 24
jam
-berkolaborasi dalam pemeriksaan
laboratorium fungsi BAK
Tanggal / jam
evaluasi
5-08-2010
10.30 wib
para
S: klien mengatakan badannya
sudah mulai tidak bengkak lagi
O :input dan output belum
mulai seimbang
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4
2
12-06-2011
11.00 wib
-mengkaji keadaan imobilitas
-mengontrol pergerakan pasien /
aktivitas
5-08-2010
11.30 wib
S: klien mengatakan badannya
masih tidak dapat bergerak
bebas
O: -klien tampak lemas
-klien tampak bedres total
A: masalah belum teratasi
3
12-06-2011
12.30 wib
-memberikan penjelasan, pengertian
dan gambaran tentang penyakit
5-08-2010
01.00 wib
P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4
S: klien masih selalu bertanya
tentang penyakitnya
O: klien masih tampak gelisah
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4
No
Tanggal / jam
Implementasi
Tanggal / jam
evaluasi
para
14. 1
12-06-2011
08.30 wib
-mengkaji keadaan edema
-mengontrol input dan output per 24
jam
-berkolaborasi dengan tim medis
dalam pemeriksaan laboratorium
fungsi BAK
6-08-2010
09.00 wib
S: klien menngatakan BAK
sudah lancar
O: input dan output sudah
seimbang
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi,
pertahankan keadaan klien.
2
12-06-2011
09.30 wib
-mengkaji keadaan imobilitas
-mengontrol penyerahan pasien /
aktivitas
6-08-2010
10.00 wib
S: klien mengatakan badannya
dapat bergerak bebas kembali
O: -klien tampak bersemangat
-klien tidak bedres total
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi,
pertahankan keadaan klien.
3
12-06-2011
10.30 wib
-memberikan penjelasan, pengertian
dan gambaran tentang penyakit
6-08-2010
11.00 wib
S: klien sudah mulai tidak
bertanya lagi tentang
penyakitnya dan sudah
mengerti tentang penyakitnya
O: klien tampak tenang
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi,
pertahankan keadaan klien.
15. BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 PENGKAJIAN
Adanya proses sistematis
berupa
pengumpulan,verifikasi,komunikasi
Data
tentang
klien.pengkajian pada askep teori dengan askep pada Ny H banyak hasil di temukan sama,hal
tersebut di karenakan data kondisi klien yang mendukung pengkajian.
4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adalah mengetahui kesehatan aktual dan pontensial di mana perawat melalui pendidikan dan
pengalaman,mempunyai wewenang untuk mengatasi masalah tersebut.
Diagnosa pada askep teori
1. Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan fungsi cairan dalam
tubuh.
2. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan tidak mengenal
kondisi/informasi.
Diagnosa pada askep Ny.H
1.Peningkatan volume cairan dalam tubuh berhubungan dengan urin tidak dapat
dikeluarkan
2. Aktivitas terbatas berhubungan dengan mobilitas.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
4.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Adalah rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh
pasien.
Intervensi yang di buat pada asuhan keperawatan Ny H berdasarkan teori
4.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pada tahap perencanaan dan tindakan keperawatan menurut diagnosa keperawatan yang
muncul pada Ny H disesuaikan dengan kondisi,situasi dan kemampuan klien serta
disesuaikan dengan saranan dan prasarana yang tersedia di ruangan.
16. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan hasil analisa dari bab 1 sampai pada bab 5 dapat disimpulkan bahwa :
Retensio urine adalah ketidakmampuan melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau
dorongan terhadap hal tersebut atau tertahanya urine didalam kandung kemih.
Klien dengan retensio urine dapat terjadi karena berbagai factor seperti:
Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang,
pembesaran porstat
kelainan patologi urethra.
Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan dan Penatalaksanaan pada kasus retensio urine
dengan cara :
a Kateterisasi urethra.
b. Dilatasi urethra dengan boudy.
c. Drainage suprapubik.
Sedangkan incontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak
terkendali atau terjadi diluar keinginan.
Incontinenensia dibedakan atas 3 tipe antara lain:
a. Incontinensia urgensi
b. Incontinentia tekanan
c. Over flow incontinensia
5.2 Saran
1.Bagi perawat agar dapat menunjang kebersihan keperawatan maka perlu memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan kasus retensio urine.
2.Perawat hendaknya menerapkan asuhan keperawatan dalam melaksanakan proses
3.Perlu ada kerja sama antara perawat dan pihak keluarga pasien yang baik, agar intervensi
yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik untruk mengatasi masalah pasien.
17. DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan dan
Penyakit Urogenital. Jakarta: Depkes RI.
2. Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3.
Jakarta: EGC.
3. Mansyoer Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran Jilid 1 Edisi ke tiga. Jakarta: Media
Aesculapius.
4. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner & Suddarth
Edisi 8 Jakarta: EGC.
5. www. Google.com