SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 43
 Pulvis

(serbuk), merupakan campuran kering bahan
obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan
untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
 Pulveres, merupakan serbuk yang dibagi dalam
bobot yang lebih kurang sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk
sekali minum
 Tablet, merupakan sediaan padat kompak dibuat
secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih
atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa bahan tambahan.
1. Tablet kempa, paling banyak digunakan, ukuran
dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya
tergantung design cetakan.
2. Tablet sublingual, dikehendaki efek cepat (tidak
lewat hati). Digunakan dengan meletakkan tablet
dibawah lidah.
3. Tablet Bukal, digunakan diantara pipi dan gusi.
4. Tablet Evervescen, tablet larut dalam air, harus
dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan
tahan lembab. Pada etiket harus tertulis “tidak
untuk langsung diminum”.
5. Tablet kunyah, cara penggunaanya dikunyah.
Meninggalkan rasa enak dirongga mulut, tidak
meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
 Pilulae

(Pil), merupakan bentuk sediaan padat
bundar dan kecil mengandung bahan obat yang
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah
jarang digunakan tergusur tablet dan kapsul. Masih
banyak ditemukan pada seduhan jamu.
 Kapsulae (Kapsul), merupakan sediaan padat yang
terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut.
Keuntungan /tujuan sediaan kapsul yaitu :
1. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak.
2. Menghindari kontak langsung dengan udara dan
sinar matahari.
3. Lebih enak dipandang
4. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur
secara fisis, dengan pemisahan antara lain
menggunakan kapsul lain yang lebih kecil
kemudian dimasukan bersama serbuk lain kedalam
kapsul yang lebih besar.
5. Mudah ditelan.
 Solutiones

(larutan), merupakan sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat
larut, biasanya dilarutkan dalam air. Atau dapat
juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Cara
penggunaanya yaitu larutan oral dan larutan
topikal.
 Suspensi,

merupakan sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase
cair.
 Emulsi, merupakan sediaan berupa campuran dari
dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase cairan
yang satu terdispersi sangat halus dan merata
dalam fase cairan lainya, umumnya distabilkan oleh
zat pengemulsi.
 Galenik, merupakan sediaan yang dibuat dari bahan
baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang
disari.
 Extractum,

merupakan sediaan pekat yang
diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi
bahan baku yang ditetapkan.
 Infusa, merupakan sediaan cair yang dibuat dengan
mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu
90⁰C selama 15 menit.
 Unguenta

(salep), merupakan sediaan setengah
padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan
setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut
atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok.
 Suppositoria, merupakan sediaan padat dalam
berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rektal,
vagina
atau
uretra,
umumnya
meleleh,melunak atau melarut pada suhu tubuh.
 Suppositoria,

merupakan sediaan padat dalam berbagai
bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal,
vagina atau uretra, umumnya meleleh,melunak atau
melarut pada suhu tubuh. Keuntungan penggunaan
suppositoria yaitu : tidak menyebabkan iritasi pada
saluran pencernaan bagian atas, beberapa obat
tertentu dapat di absorbsi dengan baik melalui dinding
permukaan rektum,
 suppositoria

rektal diperkirakan mempunyai tingkatan
aliran pembuluh darah yang besar, karena pembuluh
darah vena pada rektum tidak ditransportasikan
melalui liver.
 Guttae,

merupakan sediaan cairan berupa larutan,
emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat
dalam atau luar, digunakan dengan cara
meneteskan
menggunakan
penetes
yang
menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang
dihasilkan
penetes
beku
yang
disebutkan
Farmakope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat
berupa antara lain : Guttae Oris (tetes mulut),
Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales
(tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata)
 Injectiones

(injeksi), merupakan sediaan steril
berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih
dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan
cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui
kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat
cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak
dapat menerima pengobatan melalui mulut.
 Oral

: obat yang cara penggunaanya masuk melalui
mulut. Keuntungannya relatif aman, praktis dan
ekonomis. Kerugiannya timbul efek lambat, tidak
bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, tidak
sadar, tidak kooperatif, rasa tidak enak,
penggunaanya terbatas
terurai oleh asam
lambung, obat absorbsi tidak teratur.
Untuk tujuan terapi serta efek sistemik yang
dikehendaki, penggunaan oral adalah yang paling
menyenangkan dan murah, serta umumnya paling
aman. Hanya beberapa obat yang mengalami
pengrusakan oleh cairan lambung usus. Pada keadaan
pasien muntah-muntah, koma atau dikehendaki onset
yang cepat, penggunaan obat melalui oral tidak dapat
dipakai.
 Sublingual,

cara penggunaanya, obat ditaruh dibawah
lidah. Tujuannya supaya efeknya lebih cepat karena
pembuluh darah dibawah lidah merupakan pusat sakit.
Misalnya pada kasus jantung, keuntungan cara ini efek
obat cepat serta kerusakan obat di saluran cerna dan
metabolisme di dinding usus dan hati dapat di hindari
(tidak lewat vena porta).
 Inhalasi,

penggunaanya dengan cara disemprot
(kemulut). Misalnya obat asma, keuntungannya yaitu
absorbsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat
dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat
diberikan langsung pada bronkus. Kerugiannya yaitu
diperlukan alat dan metode khusus, sering mengiritasi
epitel paru-sekresi saluran napas, toksisitas pada
jantung.
 Rektal,

cara penggunaan melalui dubur atau anus.
Tujuan mempercepat kerja obat.
 Pervaginam, bentuknya hampir sama dengan obat
rektal, dimasukan ke vagina, misalnya untuk
keputihan.
 Lokal, obat yang sifatnya lokal atau bekerja pada
jaringan setempat, obat dapat diberikan dengan cara
digosok, di oleskan, di semprot.
 Parenteral,

digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat
dikatakan obat dimasukan kedalam tubuh selain
saluran cerna. Tujuannya tanpa melalui saluran
pencernaan dan langsung kepembuluh darah. Misalnya
suntikan atau insulin. Efeknya biar langsung sampai
sasaran.
Keuntungannya yaitu dapat untuk pasien yang tidak
sadar, sering muntah, diare, yang sulit menelan/pasien
tidak kooperatif, dapat menghindari kerusakan obat
disaluran cerna dan hati,bekerja cepat. Kelemahannya
yaitu kurang aman, tidak disukai pasien, berbahaya.
Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang
digunakan secara parenteral, termasuk infus. Injeksi
dapat berupa larutan, suspensi atau emulsi, apabila
obatnya tidak stabil dalam cairan maka dibuat dalam
bentuk kering. Bila mau dipakai baru ditambah aqua
steril untuk memperoleh larutan atau suspensi injeksi.
 Injeksi

intradermal, merupakan injeksi yang ditusukan
pada lapisan dermis atau di bawah epidermis kulit.
Injeksi ini dilakukan dengan cara terbatas, karena
hanya sejumlah kecil obat yang dapat dimasukan. Cara
ini lazim digunakan untuk test tuberkulin dan test
untuk mengetahui reaksi alergi terhadap obat tentu
serta vaksinasi.
 Injeksi

subkutan, diberikan dengan menusuk area di
bawah kulit yaitu jaringan konektif atau lemak
dibawah dermis. Setiap jaringan subkutan dapat
dipakai untuk area injeksi ini, yang lazim adalah pada
lengan bagian atas luar, paha bagian depan, perut.
Pada pemakaian injeksi subkutan jangka lama maka
injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara
rotasi pada area yang berbeda. Jenis obat yang lazim
digunakan yaitu vaksin, insulin.
 Injeksi

intramuskular, dilakukan dengan beberapa
tujuan yaitu untuk memasukan obat dalam jumlah
besar dibanding obat yang diberikan melalui subkutan.
Absorbsi juga lebih cepat karena lebih banyak suplai
darah di otot tubuh.
 Injeksi

intravena, tujuannya agar obat yang diberikan
dapat beraksi lebih cepat misalnya pada situasi gawat
darurat, obat dimasukan dalam vena sehingga obat
langsung masuk kesistem sirkulasi yang menyebabkan
obat dapat beraksi lebih cepat dibanding dengan cara
parenteral lain.
 Dosis

obat yang harus di yang harus diberikan pada
pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan
tergantung dari banyak faktor, antara lain usia, bobot
badan, kelamin, besarnya permukaan badan, beratnya
penyakit, dan keadaan daya–tangkis penderita.
 Dalam penjelasan setiap dosis obat dinyatakan
berdasarkan berat (mikrogram, mg, gram), volume
(ml, tetes), atau unit (Internasional Unit).
 Dosis

terapeutik adalah dosis yang mempunyai efek
diharapkan yang merupakan alasan suatu obat
diberikan. Misalnya paracetamol diberikan diberikan
dengan harapan menurunkan suhu badan yang tinggi.
 Dosis terapeutik dapat dinyatakan sebagai dosis
minimal (dosis paling kecil yang masih memberikan
efek medis) dan dosis maksimal ( dosis paling besar
yang masih memberi efek medis).
 Dosis

toksis
merupakan
dosis
yang
menimbulkan keracunan. Keracunan dapat
disebabkan karena overdosis obat, menelan
obat luar, atau obat menumpuk dalam darah
akibat gangguan metabolisme dan eksresi.
 Dosis letal merupakan dosis yang dapat
menyebabkan kematian.
 Agar dosis yang diberikan dapat efektif
dalam efek terapeutiknya, maka besarnya
dosis yang diberikan harus tepat sesuai
dengan pasien dan kondisinya.
 Takaran

pemakaian yang dimuat dalam
Farmakope Indonesia hanya dimaksudkan
sebagai pedoman saja, begitu pula DM yang
bila dilampaui dapat mengakibatkan efek
toksis,bukan merupakan batas yang harus
mutlak ditaati. DM dari banyak obat dimuat
di semua farmakope.
 Dosis lazim yaitu dosis rata-rata yang
biasanya memberikan efek yang diinginkan.
 Anak-anak

pada umumnya tidak toleransi
terhadap dosis dewasa. Dosis anak-anak
harus disesuaikan dengan kebutuhannya.
 Cara menghitung dosis anak menggunakan
rumus young : untuk anak usia 1 – 8 tahun
dengan rumus :
n
n + 12
n = umur anak dalam tahun
 Misalnya

umur anak 4 tahun, maka untuk DM
anak tersebut :
4
= 1 x DM Dewasa
4+12
4
 Untuk

anak di atas 8 tahun digunakan rumus

:
n/20
misalnya anak umur 10 tahun, maka DM
untuk anak tersebut adalah 10/20 = ½ x DM
 Rumus

Fried :
anak usia dalam bulan x dosis dewasa
150
Tujuan terapi adalah menyembuhkan, mengurangi rasa
sakit, menghindari komplikasi serta memperpanjang
masa hidup.
 Terapi atau penggunaan obat pada pasien hamil,
penggunaan obat dapat menyebabkan kecacatan pada
bayi atau mempengaruhi janin, apabila obat yang
digunakan ibu hamil tembus keplacenta.
 Obat yang diresepkan wanita hamil bila manfaat yang
diperoleh ibu diharapkan lebih besar dibanding resiko
pada janin.
 Sedapat

mungkin dihindari penggunaan
segala jenis obat pada trisemester pertama
kehamilan.
 Bila menggunakan obat saat hamil, maka
harus dipilih obat yang paling aman. Obat
harus diresepkan dosis yang terendah dan
untuk jangka waktu yang singkat.
 Obat

yang diminum ibu menyusui dapat menembus air
susu ibu sehingga terminum oleh bayi. Misalnya wanita
gondok
minum obat
menyusui tidak dihentikan
anak kerdil.
 Sedapat mungkin menghindari penggunaan obat pada
wanita yang menyusui atau menhentikan pemberian
ASI jika pemakaian obat harus di lanjutkan.
 Apabila

menggunakan obat selama menyusui
maka bayi harus dipantau secara cermat
terhadap efek samping yang mungkin terjadi.
Mungkin dapat dianjurkan pada ibu untuk
meminum obat segera setelah menyusui.
 Obat

pada anak dapat berpengaruh karena organ-organ
pada anak belum sempurna pertumbuhannya.sehingga
obat dapat menjadi racun dalam darah.
 Pada hati enzim-enzim belum terbentuk sempurna
sehingga obat tidak termetabolisme dengan baik
mengakibatkan konsentrasi obat yang tinggi di tubuh
anak.
 Farmakokinetika pada anak-anak berbeda dengan
orang dewasa, sehingga berkaitan dengan dosis.
 Misalnya

pengusulan dosis (mg/kg) maupun
frekuensi pemberian obat.
 Dosis bagi anak-anak sering sulit untuk
ditentukan.pemanfaatan pengalamn klinis
merupakan
acuan
yang
baik
dalam
menentukan dosis yang paling sesuai untuk
bayi dan anak-anak.
 Terdapat

perubahan-perubahan fungsi, kemampuan
organ menurun, dosis dalam darah meningkat, serta
laju darah dalam ginjal menurun.
 Proses
penuaan akan mengakibatkan terjadinya
beberapa perubahan fisiologi, anatomi, psikologi,
sosiologi. Perubahan fisiologi yang terkait usia dapat
menyebabkan perubahan yang bermakna dalam
penatalaksaan obat.
 Peresepan

yang tidak tepat dan polifarmasi merupakan
problem utama dalam terapi dengan obat pada pasien
lanjut usia.
 Kepatuhan penggunaan obat seringkali mengalami
penurunan karena beberapa gangguan pada lanjut
usia.kesulitan dalam hal membaca, bahasa, mendengar
dan ketangkasan.
 Resep

adalah permintaan tertulis dari seorang dokter
kepada apoteker dan menyerahkannya kepada pasien.
 Hal-hal yang harus dicantumkan pada resep :
1. Tanggal dan tempat (inscritio)
2. Aturan pakai dari obat (signature)
3. Paraf/tanda tangan dokter (subacriptio)
4. Tanda buka penulisan resep (R/ invacatio)
5. Nama
obat, jumlah dan cara membuatnya
(Praescriptio)
6. Nama dari pasien
 Yang

berhak menulis resep : dokter, dokter gigi,
dokter hewan, apoteker.
 Copie resep atau salinan resep, salinan resep
harus ditandatangani atau paraf apoteker.
 Jika dokter ingin agar resep itu segera dibuatkn,
maka tanda-tanda yang ditulis disebelah atas
dari
blanko
resep
:
Cito
(segera),
Urgent(penting),
Statim
(penting),
P.I.M
(periculum in mora / berbahaya bila ditunda).

Más contenido relacionado

La actualidad más candente (9)

Obat
ObatObat
Obat
 
laporan farmako
laporan farmakolaporan farmako
laporan farmako
 
Insulin
Insulin Insulin
Insulin
 
Konsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
Konsep Dasar Farmakosetik, FarmakokinetikKonsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
Konsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
 
Paper maternitas pil kombinasi
Paper maternitas pil kombinasiPaper maternitas pil kombinasi
Paper maternitas pil kombinasi
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
 
Piridoksin pada wanita hamil dan menyusui
Piridoksin pada wanita hamil dan menyusuiPiridoksin pada wanita hamil dan menyusui
Piridoksin pada wanita hamil dan menyusui
 
Farmakologi 1
Farmakologi 1Farmakologi 1
Farmakologi 1
 

Destacado (6)

9 uterotonika
9 uterotonika9 uterotonika
9 uterotonika
 
Dasar obat
Dasar obat Dasar obat
Dasar obat
 
Obat obat uterotonika
Obat obat uterotonikaObat obat uterotonika
Obat obat uterotonika
 
Teknik peracikan
Teknik peracikanTeknik peracikan
Teknik peracikan
 
Uterotonika
UterotonikaUterotonika
Uterotonika
 
Farmakologi uterotonika
Farmakologi uterotonikaFarmakologi uterotonika
Farmakologi uterotonika
 

Similar a Bentuk – bentuk obat

Farmakologi tugas kel 1
Farmakologi tugas kel 1Farmakologi tugas kel 1
Farmakologi tugas kel 1
07051994
 
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan imprinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
4nakmans4
 
Farmakologi tugas kel 1 yuhuuee
Farmakologi tugas kel 1 yuhuueeFarmakologi tugas kel 1 yuhuuee
Farmakologi tugas kel 1 yuhuuee
07051994
 
Makalah farmakologi
Makalah farmakologi Makalah farmakologi
Makalah farmakologi
dinana88
 
Mutiara annisa rasyid_300 tugas pengantar ilmu farmasi.pptx
Mutiara annisa rasyid_300 tugas pengantar ilmu farmasi.pptxMutiara annisa rasyid_300 tugas pengantar ilmu farmasi.pptx
Mutiara annisa rasyid_300 tugas pengantar ilmu farmasi.pptx
meta emilia surya dharma
 
Bentuk dan cara pemberian obat
Bentuk dan cara pemberian  obatBentuk dan cara pemberian  obat
Bentuk dan cara pemberian obat
Rukmana Suharta
 

Similar a Bentuk – bentuk obat (20)

Farmakologi
FarmakologiFarmakologi
Farmakologi
 
Farmakologi tugas kel 1
Farmakologi tugas kel 1Farmakologi tugas kel 1
Farmakologi tugas kel 1
 
Contekan Farmaki.pptx
Contekan Farmaki.pptxContekan Farmaki.pptx
Contekan Farmaki.pptx
 
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan imprinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
 
Farmakologi tugas kel 1 yuhuuee
Farmakologi tugas kel 1 yuhuueeFarmakologi tugas kel 1 yuhuuee
Farmakologi tugas kel 1 yuhuuee
 
Pengertian blangkar
Pengertian blangkarPengertian blangkar
Pengertian blangkar
 
Makalah farmakologi
Makalah farmakologi Makalah farmakologi
Makalah farmakologi
 
Memahami dasar dasar-farmakologi_(sediaan_obat)
Memahami dasar dasar-farmakologi_(sediaan_obat)Memahami dasar dasar-farmakologi_(sediaan_obat)
Memahami dasar dasar-farmakologi_(sediaan_obat)
 
Prinsip dan tehnik pemberian obat
Prinsip dan tehnik pemberian obatPrinsip dan tehnik pemberian obat
Prinsip dan tehnik pemberian obat
 
Bentuk Sediaan.pptx
Bentuk Sediaan.pptxBentuk Sediaan.pptx
Bentuk Sediaan.pptx
 
Prinsip-Prinsip Pemberian Obat.pptx
Prinsip-Prinsip Pemberian Obat.pptxPrinsip-Prinsip Pemberian Obat.pptx
Prinsip-Prinsip Pemberian Obat.pptx
 
7 cara pemberian obat secara benar
7 cara pemberian obat secara benar7 cara pemberian obat secara benar
7 cara pemberian obat secara benar
 
7 cara pemberian obat secara benar
7 cara pemberian obat secara benar7 cara pemberian obat secara benar
7 cara pemberian obat secara benar
 
7 cara pemberian obat secara benar
7 cara pemberian obat secara benar7 cara pemberian obat secara benar
7 cara pemberian obat secara benar
 
Mutiara annisa rasyid_300 tugas pengantar ilmu farmasi.pptx
Mutiara annisa rasyid_300 tugas pengantar ilmu farmasi.pptxMutiara annisa rasyid_300 tugas pengantar ilmu farmasi.pptx
Mutiara annisa rasyid_300 tugas pengantar ilmu farmasi.pptx
 
Bentuk Sediaan Obat
Bentuk Sediaan ObatBentuk Sediaan Obat
Bentuk Sediaan Obat
 
sedian farmasi.pptx
sedian farmasi.pptxsedian farmasi.pptx
sedian farmasi.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Laporan tablet sublingual
Laporan tablet sublingualLaporan tablet sublingual
Laporan tablet sublingual
 
Bentuk dan cara pemberian obat
Bentuk dan cara pemberian  obatBentuk dan cara pemberian  obat
Bentuk dan cara pemberian obat
 

Más de Operator Warnet Vast Raha

Más de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Bentuk – bentuk obat

  • 1.
  • 2.  Pulvis (serbuk), merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.  Pulveres, merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum  Tablet, merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
  • 3. 1. Tablet kempa, paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung design cetakan. 2. Tablet sublingual, dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakkan tablet dibawah lidah. 3. Tablet Bukal, digunakan diantara pipi dan gusi. 4. Tablet Evervescen, tablet larut dalam air, harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket harus tertulis “tidak untuk langsung diminum”. 5. Tablet kunyah, cara penggunaanya dikunyah. Meninggalkan rasa enak dirongga mulut, tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
  • 4.  Pilulae (Pil), merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat yang dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang digunakan tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.  Kapsulae (Kapsul), merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
  • 5. Keuntungan /tujuan sediaan kapsul yaitu : 1. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak. 2. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari. 3. Lebih enak dipandang 4. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis, dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukan bersama serbuk lain kedalam kapsul yang lebih besar. 5. Mudah ditelan.
  • 6.  Solutiones (larutan), merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air. Atau dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaanya yaitu larutan oral dan larutan topikal.
  • 7.  Suspensi, merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair.  Emulsi, merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.  Galenik, merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang disari.
  • 8.  Extractum, merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi bahan baku yang ditetapkan.  Infusa, merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90⁰C selama 15 menit.
  • 9.  Unguenta (salep), merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.  Suppositoria, merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh,melunak atau melarut pada suhu tubuh.
  • 10.  Suppositoria, merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh,melunak atau melarut pada suhu tubuh. Keuntungan penggunaan suppositoria yaitu : tidak menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan bagian atas, beberapa obat tertentu dapat di absorbsi dengan baik melalui dinding permukaan rektum,
  • 11.  suppositoria rektal diperkirakan mempunyai tingkatan aliran pembuluh darah yang besar, karena pembuluh darah vena pada rektum tidak ditransportasikan melalui liver.
  • 12.  Guttae, merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmakope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : Guttae Oris (tetes mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata)
  • 13.  Injectiones (injeksi), merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
  • 14.  Oral : obat yang cara penggunaanya masuk melalui mulut. Keuntungannya relatif aman, praktis dan ekonomis. Kerugiannya timbul efek lambat, tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, tidak sadar, tidak kooperatif, rasa tidak enak, penggunaanya terbatas terurai oleh asam lambung, obat absorbsi tidak teratur.
  • 15. Untuk tujuan terapi serta efek sistemik yang dikehendaki, penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan murah, serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang mengalami pengrusakan oleh cairan lambung usus. Pada keadaan pasien muntah-muntah, koma atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat melalui oral tidak dapat dipakai.
  • 16.  Sublingual, cara penggunaanya, obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya supaya efeknya lebih cepat karena pembuluh darah dibawah lidah merupakan pusat sakit. Misalnya pada kasus jantung, keuntungan cara ini efek obat cepat serta kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat di hindari (tidak lewat vena porta).
  • 17.  Inhalasi, penggunaanya dengan cara disemprot (kemulut). Misalnya obat asma, keuntungannya yaitu absorbsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikan langsung pada bronkus. Kerugiannya yaitu diperlukan alat dan metode khusus, sering mengiritasi epitel paru-sekresi saluran napas, toksisitas pada jantung.
  • 18.  Rektal, cara penggunaan melalui dubur atau anus. Tujuan mempercepat kerja obat.  Pervaginam, bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukan ke vagina, misalnya untuk keputihan.  Lokal, obat yang sifatnya lokal atau bekerja pada jaringan setempat, obat dapat diberikan dengan cara digosok, di oleskan, di semprot.
  • 19.  Parenteral, digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obat dimasukan kedalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya tanpa melalui saluran pencernaan dan langsung kepembuluh darah. Misalnya suntikan atau insulin. Efeknya biar langsung sampai sasaran.
  • 20. Keuntungannya yaitu dapat untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah, diare, yang sulit menelan/pasien tidak kooperatif, dapat menghindari kerusakan obat disaluran cerna dan hati,bekerja cepat. Kelemahannya yaitu kurang aman, tidak disukai pasien, berbahaya.
  • 21. Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang digunakan secara parenteral, termasuk infus. Injeksi dapat berupa larutan, suspensi atau emulsi, apabila obatnya tidak stabil dalam cairan maka dibuat dalam bentuk kering. Bila mau dipakai baru ditambah aqua steril untuk memperoleh larutan atau suspensi injeksi.
  • 22.  Injeksi intradermal, merupakan injeksi yang ditusukan pada lapisan dermis atau di bawah epidermis kulit. Injeksi ini dilakukan dengan cara terbatas, karena hanya sejumlah kecil obat yang dapat dimasukan. Cara ini lazim digunakan untuk test tuberkulin dan test untuk mengetahui reaksi alergi terhadap obat tentu serta vaksinasi.
  • 23.  Injeksi subkutan, diberikan dengan menusuk area di bawah kulit yaitu jaringan konektif atau lemak dibawah dermis. Setiap jaringan subkutan dapat dipakai untuk area injeksi ini, yang lazim adalah pada lengan bagian atas luar, paha bagian depan, perut. Pada pemakaian injeksi subkutan jangka lama maka injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda. Jenis obat yang lazim digunakan yaitu vaksin, insulin.
  • 24.  Injeksi intramuskular, dilakukan dengan beberapa tujuan yaitu untuk memasukan obat dalam jumlah besar dibanding obat yang diberikan melalui subkutan. Absorbsi juga lebih cepat karena lebih banyak suplai darah di otot tubuh.
  • 25.  Injeksi intravena, tujuannya agar obat yang diberikan dapat beraksi lebih cepat misalnya pada situasi gawat darurat, obat dimasukan dalam vena sehingga obat langsung masuk kesistem sirkulasi yang menyebabkan obat dapat beraksi lebih cepat dibanding dengan cara parenteral lain.
  • 26.  Dosis obat yang harus di yang harus diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan tergantung dari banyak faktor, antara lain usia, bobot badan, kelamin, besarnya permukaan badan, beratnya penyakit, dan keadaan daya–tangkis penderita.  Dalam penjelasan setiap dosis obat dinyatakan berdasarkan berat (mikrogram, mg, gram), volume (ml, tetes), atau unit (Internasional Unit).
  • 27.  Dosis terapeutik adalah dosis yang mempunyai efek diharapkan yang merupakan alasan suatu obat diberikan. Misalnya paracetamol diberikan diberikan dengan harapan menurunkan suhu badan yang tinggi.  Dosis terapeutik dapat dinyatakan sebagai dosis minimal (dosis paling kecil yang masih memberikan efek medis) dan dosis maksimal ( dosis paling besar yang masih memberi efek medis).
  • 28.  Dosis toksis merupakan dosis yang menimbulkan keracunan. Keracunan dapat disebabkan karena overdosis obat, menelan obat luar, atau obat menumpuk dalam darah akibat gangguan metabolisme dan eksresi.  Dosis letal merupakan dosis yang dapat menyebabkan kematian.  Agar dosis yang diberikan dapat efektif dalam efek terapeutiknya, maka besarnya dosis yang diberikan harus tepat sesuai dengan pasien dan kondisinya.
  • 29.  Takaran pemakaian yang dimuat dalam Farmakope Indonesia hanya dimaksudkan sebagai pedoman saja, begitu pula DM yang bila dilampaui dapat mengakibatkan efek toksis,bukan merupakan batas yang harus mutlak ditaati. DM dari banyak obat dimuat di semua farmakope.  Dosis lazim yaitu dosis rata-rata yang biasanya memberikan efek yang diinginkan.
  • 30.  Anak-anak pada umumnya tidak toleransi terhadap dosis dewasa. Dosis anak-anak harus disesuaikan dengan kebutuhannya.  Cara menghitung dosis anak menggunakan rumus young : untuk anak usia 1 – 8 tahun dengan rumus : n n + 12 n = umur anak dalam tahun
  • 31.  Misalnya umur anak 4 tahun, maka untuk DM anak tersebut : 4 = 1 x DM Dewasa 4+12 4
  • 32.  Untuk anak di atas 8 tahun digunakan rumus : n/20 misalnya anak umur 10 tahun, maka DM untuk anak tersebut adalah 10/20 = ½ x DM
  • 33.  Rumus Fried : anak usia dalam bulan x dosis dewasa 150
  • 34. Tujuan terapi adalah menyembuhkan, mengurangi rasa sakit, menghindari komplikasi serta memperpanjang masa hidup.  Terapi atau penggunaan obat pada pasien hamil, penggunaan obat dapat menyebabkan kecacatan pada bayi atau mempengaruhi janin, apabila obat yang digunakan ibu hamil tembus keplacenta.  Obat yang diresepkan wanita hamil bila manfaat yang diperoleh ibu diharapkan lebih besar dibanding resiko pada janin.
  • 35.  Sedapat mungkin dihindari penggunaan segala jenis obat pada trisemester pertama kehamilan.  Bila menggunakan obat saat hamil, maka harus dipilih obat yang paling aman. Obat harus diresepkan dosis yang terendah dan untuk jangka waktu yang singkat.
  • 36.  Obat yang diminum ibu menyusui dapat menembus air susu ibu sehingga terminum oleh bayi. Misalnya wanita gondok minum obat menyusui tidak dihentikan anak kerdil.  Sedapat mungkin menghindari penggunaan obat pada wanita yang menyusui atau menhentikan pemberian ASI jika pemakaian obat harus di lanjutkan.
  • 37.  Apabila menggunakan obat selama menyusui maka bayi harus dipantau secara cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi. Mungkin dapat dianjurkan pada ibu untuk meminum obat segera setelah menyusui.
  • 38.  Obat pada anak dapat berpengaruh karena organ-organ pada anak belum sempurna pertumbuhannya.sehingga obat dapat menjadi racun dalam darah.  Pada hati enzim-enzim belum terbentuk sempurna sehingga obat tidak termetabolisme dengan baik mengakibatkan konsentrasi obat yang tinggi di tubuh anak.  Farmakokinetika pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa, sehingga berkaitan dengan dosis.
  • 39.  Misalnya pengusulan dosis (mg/kg) maupun frekuensi pemberian obat.  Dosis bagi anak-anak sering sulit untuk ditentukan.pemanfaatan pengalamn klinis merupakan acuan yang baik dalam menentukan dosis yang paling sesuai untuk bayi dan anak-anak.
  • 40.  Terdapat perubahan-perubahan fungsi, kemampuan organ menurun, dosis dalam darah meningkat, serta laju darah dalam ginjal menurun.  Proses penuaan akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan fisiologi, anatomi, psikologi, sosiologi. Perubahan fisiologi yang terkait usia dapat menyebabkan perubahan yang bermakna dalam penatalaksaan obat.
  • 41.  Peresepan yang tidak tepat dan polifarmasi merupakan problem utama dalam terapi dengan obat pada pasien lanjut usia.  Kepatuhan penggunaan obat seringkali mengalami penurunan karena beberapa gangguan pada lanjut usia.kesulitan dalam hal membaca, bahasa, mendengar dan ketangkasan.
  • 42.  Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker dan menyerahkannya kepada pasien.  Hal-hal yang harus dicantumkan pada resep : 1. Tanggal dan tempat (inscritio) 2. Aturan pakai dari obat (signature) 3. Paraf/tanda tangan dokter (subacriptio) 4. Tanda buka penulisan resep (R/ invacatio) 5. Nama obat, jumlah dan cara membuatnya (Praescriptio) 6. Nama dari pasien
  • 43.  Yang berhak menulis resep : dokter, dokter gigi, dokter hewan, apoteker.  Copie resep atau salinan resep, salinan resep harus ditandatangani atau paraf apoteker.  Jika dokter ingin agar resep itu segera dibuatkn, maka tanda-tanda yang ditulis disebelah atas dari blanko resep : Cito (segera), Urgent(penting), Statim (penting), P.I.M (periculum in mora / berbahaya bila ditunda).