SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 27
eningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek (Cerpen) dengan
Penerapan Media Audio-Visual pada Peserta Didik Kelas VIII Semester Genap di MTs.
Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011
oleh: Mursinin, S. Pd
Tenaga Pendidik MTs. Ittihaad Al-Umam Egok
2. LATAR BELAKANG
Keterampilan menulis yang lebih dikenal dengan istilah mengarang merupakan satu
dari keempat keterampilan berbahasa yang diajarkan kepada peserta didik yang belajar
bahasa, salah satunya menulis cerpen. Pemebelajaran menulis merupakan bagian integral dari
pembelajaran keterampilan berbahasa yang dalam prakteknya diharapkan dapat dipadukan
dengan pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain.
Sebagai keterampilan produktif, menulis menghendakipeserta didik untuk mampu
menggali, menemukan, dan mengungkapkan gagasan, perasaan, pengalaman serta
penggunaan bahasa yang tepat. Namun, pada kenyataannya tidak semua peserta didik dapat
menunjukkan kemampuan tersebut. Dalam menulis, peserta didik merasakan kurangnya
keyakinan, minat, dan latihan yang memadai untuk menulis.
Mengingat pentingnya menulis bagi peserta didik, tenaga pendidik semestinya bisa
membangkitkan kegairahan peserta didik untuk menulis serta menjadikan menulis itu sebagai
pekerjaan yang alami dan menyenangkan. Keadaan yang ditemukan di MTs. Ittihaad Al-
Umam Egok Suka Makmur Gerung, yaitu peserta didik kesulitan untuk menguraikan atau
menuangkan ide, gagasan, maupun pikiran ke dalam bentuk karangan seperti menulis
cerpen.
Faktor yang menimbulkan munculnya masalah ini antara lain, peserta didik kurang
bersemangat dalam menggunakan nalarnya karena kurang latihan menulis khususnya cerpen.
Sehingga, peserta didik tidak terbiasa dalam menulis. Suatu karangan pada dasarnya
merupakan komunikasi antara pengarang dan pembaca. Pengarang menerjemahkan maksud,
pikiran, gagasan, maupun imajinasinya ke dalam bentuk tulisan yang dinamakan karangan.
Pada gilirannya, pembaca menafsirkan makna yang bersifat dalam tulisan tersebut.
Solusi yang bisa ditawarkan oleh peneliti dengan permasalahan di atas yaitu
dengan memilih dan menggunakan media pembelajaran media audio-visual yang dapat
membantu mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Menurut Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII pada kompetensi dasar
menulis cerpen berdasarkan film yang diputarkan peserta didik harus mendapatkan nilai 65.
Penerapan media audio-visual ditujukan untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran,
sehingga diharapkan peserta didik mampu mengembangkan daya nalarnya.
3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek (cerpen) dengan penerapan
media audio-visual pada peserta didik kelas VIII semester genap di MTs. Ittihaad Al-Umam
Egok Suka Makmur Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011?
4. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan menulis cerita pendek (cerpen) dengan menerapkan media audio-visual pada
peserta didik kelas VIII semester genap di MTs. Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur
Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011.
5. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Peserta Didik
Penelitian ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
menulis cerita pendek (cerpen) dan dengan peningkatan kemampuan ini akan dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik tentang penulisan cerpen.
b. Bagi Tenaga Pendidik
Dengan adanya penelitian ini, tenaga pendidik dapat mengetahui dan menerapkan
media audio-visual untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis cerita
pendek (cerpen) dan dapat meningkatkan kreatifitas tenaga pendidik dalam memberikan
materi dengan menguasai media pembelajaran.
c. Bagi Madrasah
Penelitian ini bermanfaat bagi madrasah dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan media audio-visual pula dapat memberikan
kontribusi yang baik bagi madrasah yang bersangkutan dalam rangka terciptanya
pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan.
6. KAJIAN TEORI
A. Penegasan Judul
1. Peningkatan
Menurut Wahyu & Silaban dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia (2006: 606),
peningkatan merupakan perbuatan, cara untuk meningkatkan usaha dan lain-lain. Jadi,
peningkatan di sini diartikan sebagai suatu perbuatan, usaha atau tindakan untuk
meningkatkan kualitas, dan efektifitas pembelajaran dengan menggunakan media audio-
visual.
2. Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan,
1994: 3). Menurut Sumardjo (2007: 75-78) menulis merupakan suatu proses melahirkan
tulisan yang berisi gagasan. Pada dasarnya terdapat lima tahap proses kreatif mnulis.
Pertama, adalah tahap persiapan. Dalam tahap ini seorang penulis telah menyadari apa yang
akan ditulis dan bagaimana ia akan menuliskannya. Kedua, tahap inkubasi. Pada tahap ini
gagasan yang telah muncul tadi disimpannya dan dipikirkannya matang-matang, dan
ditunggunya waktu yang tepat untuk menuliskannya. Ketiga, tahap inspirasi. Tahap inilah
saat gagasan di bawah sadar sudah mendepak-depakkan kakinya ingin keluar, ingin
dilahirkan. Keempat, tahap penulisan. Dan kelima, adalah saat tahap revisi.
Jadi menulis di sini diartikan sebuah kegiatan dan keahlian untuk mengeluarkan
gagasan, pikiran, dan perasaan penulis sehingga maksud dan tujuan penulis mudah diserap
dan diikuti oleh pembaca.
3. Cerita Pendek
Cerita pendek (cerpen) adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali
duduk”. Cerita pendek hanya memliki satu arti, satu krisis, dan satu efek untuk pembacanya
(Sumardjo, 2007: 202). Jadi cerita pendek di sini diterjemahkan sebagai salah satu jenis karya
sastra yang mempunyai alur singkat, tokoh sedikit, dan manfaatnya langsung dirasakan oleh
pembaca.
4. Penerapan
Menurut Alwi (dalam Rehan, 2009: 180). Penerapan diartikan sebagai cara
perbuatan menerapkan sesuatu. Jadi, penerapan dalam penelitian ini diartikan sebagai proses
menggunakan media audio-visual untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek.
5. Media Audio-Visual
Menurut Gintings (2008: 140). Kata media adalah jamak dari kata medium yang
berasal dari bahasa Latin yang berarti pengantar atau perantara. Sedangkan media audio-
visual merupakan media yang menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu yang
dapat didengar oleh telinga dan dilihat oleh mata manusia. Jadi media audio-visual adalah
suatu media pembelajaran yang melibatkan sebagian pancaindera seperti mata dan telinga.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti seperti keterampilan menulis dengan media
pembelajaran, khususnya menulis cerita pendek dengan menggunakan media audio dan
visual.
Penelitian dengan menggunakan media pembelajaran telah dilakukan antara lain oleh
Arianti (2007) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Deskripsi
Tempat/Arah dengan Menggunakan Peta Lokasi pada Siswa Kelas II C SMPN 12 Mataram
Tahun Pelajaran 2006/2007 ”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa yang
menyebabkan kesulitan peserta didik dalam menulis deskripsi tempat/arah yaitu peserta didik
kurang serius dalam mengikuti pelajaran karena metode yang digunakan guru tidak bervariasi
sehingga peserta didik malas untuk belajar.
Penelitian lain tentang menulis adalah penelitian yang dilakukan oleh
Suryaningsih (2007) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Induktif
dan deduktif dengan Media Gambar Peserta Didik Kelas VII-7 SMPN 1 Gunungsari ”. Dalam
penelitian tersebut dijelaskan tentang cara meningkatkan kemampuan peserta didik menulis
paragraf induktif dan deduktif dengan memberikan latihan yaitu peserta didik mengamati
gambar kemudian menulis kata berdasarkan apa yang ada di gambar tersebut kemudian
merangkainya menjadi kalimat pendek setelah itu, disusun menjadi paragraf induktif dan
deduktif. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa menulis dengan media gambar
dapat meningkatkan kemampuan menulis peserta didik khususnya paragraf induktif dan
deduktif.
Febrina (2007) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Membuat Paragraf Eksposisi
dengan Media Kartu Kalimat pada Peserta Didik Kelas X-6 SMAN 1 Narmada Tahun
Pelajaran 2006/2007”, telah dibahas tentang cara meningkatkan kemampuan siswa menulis
paragraf eksposisi yaitu dengan mengembangkan kalimat yang terdapat dalam kartu kalimat.
Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa dengan menggunakan media kartu kalimat
dinilai cukup efektif.
Ketiga penelitian di atas dan penelitian ini, dapat diungkap persamaan dan
perbedaannya. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini dapat dilihat dalam hal
penggunaan variabel harapan mengenai peningkatan hasil menulis peserta didik dan variabel
tindakan dengan penerapan atau penggunaan media. Sedangkan perbedaannya, ketiga
penelitian di atas dengan penelitian ini, peneliti di atas hanya meneliti dengan menggunakan
media visualnya saja, sedangkan di dalam penelitian ini akan memadukan antara media audio
dan visual yang diharapkan mampu meningkatkan efektifitas dan kegairahan dalam proses
pembelajaran.
C. Landasan Teori
1. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang diperguanakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan,
1994: 3). Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi,
struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis,
tetapi harus melalui latihan, praktek yang banyak, teratur, dan penggunaan media yang
mampu menggairahkan penulis.
Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat
dibutuhkan. Sehubungan dengan hal ini, Morsey dalam Tarigan (1994: 14) mengatakan
bahwa “Menulis merupakan melaporkan atau memberitahukan, mempengaruhi maksud serta
tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun
pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasannya ini bergantung pada pikiran,
organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat”.
Aspek menulis mempunyai hubungan yang sangat erat, saling mendukung, dan
mengisi. Hubungan aspek menulis dengan aspek bahasa lainnya seperti seperti, Keterampilan
menyimak dengan berbicara, menyimak dengan menulis, berbicara dengan menulis dan
seterusnya. Tarigan (1994: 4) menjelaskan hubungan antara keterampilan menulis dengan
keterampilan lainnya, seperti;
a. Hubungan Menulis dengan Membaca
Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita
menuliskan sesuatu, kita pada prinsipnya ingin agar tulisan itu dibaca oleh orang lain; paling
sedikit dapat kita baca sendiri pada saat lain. Tugas penulis adalah mengatur atau
menggerakkan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan tertentu dalam bayangan
atau kesan pembaca.
Demikianlah, hubungan antara menulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan antara
penulis dan pembaca.
b. Hubungan Menulis dengan berbicara
Menulis dan berbicara mempunyai hubungan yang erat. Keduanya memiliki ciri
yang sama, yaitu produktif dan ekspresif. Perbedaannya ialah bahwa dalam menulis
diperlukan penglihatan dan gerak tangan, sedangkan dalam berbicara diperlukan pendengaran
dan pengucapan. Dengan kata lain menulis merupakan komunikasi tidak langsung, tidak tatap
muka, sedangkan berbicara merupakan komunikasi langsung dan komunikasi tatap muka
(Tarigan, 1994: 12).
c. Hubungan Menulis dengan Menyimak
Hubungan menyimak dengan menulis ialah kreatifitas seorang penulis banyak
dipengaruhi oleh kemampuan dalam menyimak suatu ujaran, karena pada hakikatnya
keterampilan menyimak dapat meningkatkan kreatifitas seorang penulis.
(http://makalah.com./2008/11/empat-keterampilan-berbahasa-.htm).
2. Batasan, Fungsi, dan Tujuan Menulis
Menulis merupakan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau kita memahami bahasa dan gambaran
grafik itu.
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak
langsung. Salah satu dari tugas penulis adalah menguasai prinsi-prinsip menulis dan berpikir,
yang akan menolongnya mencapai maksud dan tujuannya. Yang paling penting diantara
prinsip-prinsip yang dimaksudkan itu adalah penemuan, susunan, dan gaya. Secara singkat
belajar menulis adalah belajar berpikir dalam atau dengan cara tertentu. (D’Angelo dalam
Tarigan, 1994: 23). Sedangkan tujuan menulis ialah memberi informasi atau keterangan atau
penerangan kepada para pembaca, memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang
kepada para pembaca, memecahkan masalah yang dihadapi pembaca, menjelaskan,
menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan
sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. (Hipple dalam Tarigan,
1994:26).
3. Cerita Pendek
a. Definisi Cerita Pendek
Untuk mendapatkan gambaran tentang definisi cerpen, berikut ini dikemukakan
pendapat-pendapat para pengarang atau sastrawan. Yang pertama, Richard Summer
mengatakan, suatu skets pribadi, sebuah catatan kejadian atau peristiwa, sebuah percakapan
atau catatan harian, bukanlah cerita pendek. Hal itu akan menjadi cerpen bila ada perubahan
dalam sikap menulis dan tujuan pengarangnya. Bila hal itu dijadikan vignette suatu cerita
tentang kejadian kecil dalam penghidupan, maka itu dapat digolongkan ke dalam cerpen.
Kedua, Brander Matheuw berpendapat, bukan cerpen jika tidak ada sesuatu yang diceritakan.
Dalam cerpen sesuatu senantiasa terjadi, dan harus ada perbuatan. Ketiga, Hanry S. Canby
mengemukakan, kesan yang satu dan hidup itulah seharusnya hasil dari sebuah cerpen.
(http://makalah.com./2007/11/menulis cerpen-.htm).
Sedangkan menurut Suprihadi (27: 2009) cerita pendek adalah karya sastra yang
menceritakan salah satu peristiwa dari seluruh kehidupan yang luas tentang pelakunya. Maka
dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa atau
kejadian apa saja yang menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan manusia.
b. Perbedaan Cerita Pendek dengan Novel
Perbedaan antara novel dengan cerpen yang pertama dapat dilihat dari segi formalitas
bentuk, segi panjang cerita. Sebuah cerita yang panjang, berjumlah ratusan halaman, jelas
tidak dapat disebut sebagai cerpen melainkan lebih tepat sebagai novel. Cerpen sesuai dengan
namanya, adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendek itu memang
tidak ada aturannya, tak ada satu kesepakatan diantara para pengarang dan para ahli. Edgar
Allan Poe (Jassin dalam Nurgiyantoro, 2009: 10) mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah
cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua
jam. Tetapi Suprihadi (2009: 27) dalam bukunya Trik Termudah Menguasai Bahasa dan
Sastra Indonesia membagi cerpen kedalam tiga bagian yaitu pertama: cerpen pendek yakni
cerpen yang panjangnya berkisar anatara 500-700 kata, kedua: cerpen sedang yakni cerpen
yang panjang berkisar antara 750-1000 kata, dan yang ketiga cerpen panjang yang panjang
ceritanya berjumlah 1000 kata atau lebih.
c. Ciri-ciri Cerita Pendek
Menurut Nurgiyantoro (2009:12-14) ciri-ciri cerpen bisa dilihat dalam pemakain
sebagian unsur intrinsiknya, seperti.
1) Tema
Karena ceritanya yang pendek, cerpen hanya berisi satu tema. Hal ini berkaitan
dengan keadaan atau pemakaian plot tunggal dan pelaku yang terbatas. Tema cerpen
menyangkut aspek dalam kehidupan manusia.
2) Alur atau Plot
Plot cerpen pada umumnya tunggal, hanya terdiri dari satu urutan peristiwa yang diikuti
sampai cerita berakhir. Dengan kata lain alurnya sederhana tetapi mendalam.
3) Lattar atau setting
Pelukisan lattar cerita untuk cerpen tidak memerlukan detil-detil khusus tentang
keadaan latar, misalnya yang menyakut keadaan tempat dan sosial. Cerpen hanya
memerlukan pelukisan secara garis besar saja, atau bahkan hanya secara implisit.
4) Penokohan
Jumlah tokoh cerita yang terlibat dalam cerpen terbatas, apalagi yang
berstatus tokoh utama. Baik yang menyangkut jumlah maupun data-data jati diri tokoh,
khususnya yang berkaitan dengan perwatakan, sehingga pembaca harus merekonstruksikan
sendiri gambaran yang lebih lengkap tentang tokoh.
d. Unsur-unsur Cerita Pendek
Unsur-unsur pembangun sebuah cerpen yang kemudian secara bersama membentuk
sebuah totalitas itu, di samping unsur formal bahasa, masih banyak lagi macamnya. Namun
secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik.
1. Unsur intrinsik cerita pendek
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-
unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang
secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah cerpen
adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur yang
dimaksud ialah tema, cerita, plot, tokoh, latar, sudut pandang, cerita, amanat dan bahasa.
a. Tema
Mendefinisikan tema sebagaimana halnya dengan pendefisian bolpoin atau sastra yang
tak mudah. Masalah seperti ini yang sering kita jumpai terhadap persoalan tema, baik untuk
menjelaskan pengertian tema sebagai salah satu unsur karya sastra, maupun untuk
mendeskripsikan pernyataan tema yang dikandung dan ditawarkan oleh sebuah cerita
khususnya cerpen.
Tapi Menurut Stanton dan Kenny dalam Nurgiyantoro (2009: 64), tema adalah makna
yang terkandung di dalam cerita tersebut. Tema merupakan gagasan dasar umum yang
menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik
dan menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaannya.
Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, haruslah disimpulkan
dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita saja. Tema,
walau sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang disembunyikan, walau belum tentu
juga dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak secara
sengaja disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Namun,
tema merupakan makna keseluruhan yang didukung oleh cerita, dengan sendirinya ia akan
‘tersembunyi’ di balik cerita yang mendukungnya.
b. Cerita
Aspek cerita (story) dalam sebuah karya sastra merupakan suatu
hal yang amat esensial. Ia memiliki peranan sentral. Dari awal hingga akhir karya itu yang
ditemui adalah cerita. Forster dalam Nurgiyantoro (2009: 90) bahwa cerita merupakan hal
yang fundamental dalam karya fiksi. Tanpa unsur cerita, eksistensi sebuah fiksi tak mungkin
berwujud.
c. Alur atau Plot
Stanton dalam Nurgiyantoro (2009: 113) mengemukakan plot
adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara
sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang
lain.
Ada tiga jenis alur menurut Tim Penyusun Pustekkom (2007: 545) yaitu, pertama,
alur maju, merupakan bagian-bagian alur yang disajikan secara berurutan dari tahap
perkenalan, penampilan masalah, hingga tahap penyelesaian masalah. Kedua, alur mundur,
merupakan alur yang disusun dengan mendahulukan tahap penyelesaian disusul ke tahap-
tahap yang lain seperti peristiwa, konflik, atau perkenalan. Ketiga, alur campuran, merupakan
urutan penyajian peristiwa didahului dengan puncak ketegangan dilanjutkan dengan
perkenalan dan diakhiri dengan penyelesaian.
d. Penokohan
Penokohan adalah penyajian watak atau karakter tokoh dan
penciptaan citra tokoh dalam cerita. (Tim Penyusun Pustekkom, 2007: 546). Jones dalam
Nurgiyantoro (2009: 165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang
seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh-tokoh cerita dalam cerpen dapat
dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut penamaan itu
dilakukan.
Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dalam cerpen
maupun novel dapat saja dikatagorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligusnya
seperti di bawah ini.
1) Tokoh utama dan tokoh tambahan
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerpen. Ia
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang
dikenai kejadian. (Nurgiyantoro, 2009: 177). Sedangkan tokoh tambahan adalah tokokh yang
jadi pelengkap dalam cerita. (Tim Penyusun Pustekkom, 2007: 547).
2) Tokoh protagonis dan tokoh antagonis
Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonist
dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, yang salah satu jenisnya
secara popular disebut hero, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-
nilai, yang ideal bagi kita.
Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan, harapan-
harapan pembaca. Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh
antagonis, barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis. (Altenbernd &
Lewis dalam Nurgiyantoro, 2009: 178).
3) Tokoh sederhana dan tokoh bulat
Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke
dalam tokoh sederhana dan tokoh kompleks atau tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh
yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja.
(Forster dalam Nurgiyantoro: 2009: 181).
e. Lattar atau setting
Lattar atau setting adalah unsur yang menunjukkan di mana, bagaimana, kapan
peristiwa dalam cerita itu berlangsung. Lattar dibedakan menjadi tiga yang pertama lattar
tempat yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam cerpen. Kedua, lattar waktu,
yaitu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan
dalam cerpen. Ketiga, lattar sosial yaitu yang berhubungan dengan hal perilaku kehidupan
sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam cerpen.(Abrams dalam
Nurgiyantoro, 2009: 216).
f. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang
menbentuk cerita dalam cerpen. Sudut pandang adalah posisi pengarang terhadap peristiwa-
peristiwa dalam cerita. Sudut pandang dibagi menjadi tiga yang pertama sudut pandang orang
pertama sentral yaitu apabila tokoh sentral adalah pengarang yang secara langsung terlibat
dalam cerita. Kedua sudut pandang orang pertama sebagai pembantu yaitu menampilkan
“aku” hanya jadi pembantu tokoh lain yang lebih penting. Ketiga sudut pandang orang ketiga
serba tahu adalah pengarang berada di luar cerita (jadi pengamat) yang bukan segalanya
bahkan berdilaog langsung dengan pembaca. Tim Penyusun Pustekkom (2007: 548).
g. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca
melalui cerita yang dibuatnya. Tim Penyusun Pustekkom (2007: 548).
h. Bahasa
Bahasa dalam cerpen fungsi utamanya adalah sebagai fungsi
komunikatif. (Nurgiyantoro, 1993: 1). Bahasa dalam cerpen merupakan media yang
digunakan pengarang untuk mengekspresikan pengalman batin dan memproyeksikan
kepribadiannya. (Tim Penyusun Pustekkom, tt: 38). Penggunaan gaya bahasa dalam cerita
pendek umumnya karya sastra sangatlah luas seperti bahasa sastra, stile, dan stilistika.
(Nurgiyantoro, 2009:22-23).
2. Unsur ekstrinsik cerita pendek
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi
secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur
Ekstrinsik yang dimaksud seperti nilai moral, nilai sosial, nilai budaya, dan biografi
pengarang.
a. Nilai Moral
Moral dalam cerita, menurut Kenny dalam Nurgiyantoro (2009: 320), biasanya
dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang
bersifat praktis, yang dapat diambil lewat cerita ynag bersangkutan oleh pembaca. Moral
merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti kehidupan seperti sikap, tingkah laku, dan
sopan santun pergaulan.
b. Nilai sosial
Nilai sosial dalam cerita berkaitan erat dengan tatalaku hubungan antara sesama
manusia atau kemasyarakat.
c. Nilai Budaya
Nilai budaya pada cerpen berkaitan erat dengan pemikiran, kebiasaan, dan
hasil karya cipta manusia.
d. Biografi Pengarang
Biografi pengarang ialah riwayat hidup, buku yang menulis atau
menggambarkan tentang riwayat hidup pengarang. (Wahyu & Silaban, 2006: 86).
3. Langkah-Langkah Menulis Cerita Pendek
Hal pertama yang dilakukan dalam menulis cerpen adalah tentukan tema
cerpen, tulis ide dalam bentuk karangan atau kerangka cerpen. Perhatikan alur, tokoh dan
perwatakan, setting serta sudut pandangnya. Selanjutnya tulis cerpen dengan memperhatikan
diksi atau pilihan kata, gaya bahasa, ejaan, tanda baca, dan penggunaan kalimat. (Juanda &
Rosdiyanto, 2006: 327).
4. Media dalam Proses Pembelajaran
a. Definisi Media Pembelajaran
Munadi (2010: 8-9).Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta
lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar
secara efisien dan efektif. Media ialah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan atau
materi ajar dari tenaga pendidik sebagai komunikator kepada peserta didik sebagai
komunikan dan sebaliknya (Gintings, 2007: 140). Menurut Wahyu & Silaban, media adalah
alat perantara untuk tujuan tertentu.
b. Fungsi Media Pembelajaran
1. Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar
Secara tekhnis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Fungsi media
pembelajaran sebagai sumber belajar adalah fungsi utamanya. Mudhoffir dalam Munadi
(2008: 37) menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem
instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, tekhnik, dan lingkungan, yang mana hal
itu dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Pemahaman di atas sejalan dengan pernyataan Edgar Dale & Ahmad dalam Munadi,
2008: 37) bahwa sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat
luas, yakni seluas kehidupan yang mencakupsegala sesuatu yang dapat dialami, yang dapat
menimbulkan peristiwa belajar.
2. Fungsi Semantis
Fungsi semantik adalah kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata
(simbol verba) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami peserta didik (Munadi,
2008: 30).
3. Fungsi Manipulatif
Berdasarkan karakteristik umum, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi
batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.
Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan
waktu, yaitu a) kemampuan mengatasi media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit
dihadirkan dalam bentuk aslinya. b) kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang
menyita waktu panjang menjadi singkat. c kemampuan media menghadirkan kembali objek
atau peristiwa yang telah terjadi.
Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi
manusia, yaitu a) membantu peserta didik dalam memahami objek yang sulit diamati karena
terlalu kecil. b) membantu peserta didik dalam memahami objek yang yang bergerak terlalu
lambat atau terlalu cepat. c) membantu peserta didik dalam memahami objek yang
membutuhkan kejelasan suaru. d) membantu peserta didik dalam memahami objek yang
terlalu kompleks (Munadi, 2008: 41-43).
4. Fungsi Psikologis
Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi
ajar. Media pembelajaran yang tepat guna adalah media pembelajaran yang mampu menarik
perhatian dan memfokuskan perhatian peserta didik. Ketika kita memperhatikan rangsangan
tertentu sambil membuang rangsangan yang lainnya disebut dengan perhatian selektif
(Rahkmat dalam Munadi, 2008: 43-44).
Fungsi afektif yakni fungsi yang menggugah perasaan, emosi, dan tingkat
penerimaan atau penolakan peserta didik terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin
jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan perasaan minat,
sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan-kecenderungan batin
(Qahar, 2008: 44).
Peserta didik yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan
menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik
objek itu berupa orang, benda, atau kejadian atau peristiwa. Objek-objek itu direpresentasikan
atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang dalam
psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental (Winkel dalam Munadi, 2008:
45).
Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi peserta
didik. Imajinasi berdasarkan Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin dalam Munadi, 2008: 47)
adalah proses menciptakan objek atau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinasi
ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa mendatang
atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan).
Tenaga pendidik dapat memotivasi peserta didiknya dengan cara membangkitkan
minat belajar dan dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan. Donal O. Hebb
(Rasyid, 2003: 93) menyebutkan cara pertama dengan arousal adalah suatu usaha guru untuk
membangkitkan intrinsic motive peserta didiknya sedangkan yang kedua expectancy adalah
suatu keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu harapan yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan.
5. Fungsi Sosio-Kultural
Fungsi dilihat dari segi fungsi ini, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural
antarpeserta komunikasi pembelajaran. Masalah di dalam proses pembelajaran dapat diatasi
dengan media pembelajaran karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam
memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan
pesrsepsi yang sama (Munadi, 2008: 48).
c. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Secara garis besar media pembelajaran dapat dibedakan ke dalam empat
kelompok yaitu, visual, audio, audio-visual, dan multimedia.
1. Media Visual
Media ini menampilkan materi pembelajaran dalam betuk sesuatu yang dapat
dilihat oleh mata manusia. Berdasarkan tekhnologinya alat media visual dibedakn menjadi
dua yang pertama media visual non-elektronik . Misalnya papan tulis, white board, flanel
board, flip chart, poster, dan model. Kedua media visual elektronik. Seperti slide projector,
opaque projector, dan overhead projector atao OHP (Gintings, 2007: 14).
2. Media Audio
Media ini menampilkan materi pembelajaran dlam bentuk sesuatu yang dapat
didengar oleh telinga manusia. Berdasarkan tekhnologinya alat media audio dibedakan
menjadi dua yaitu yang pertama, media audio non-elektronik misalnya, peralatan musik
akustik seperti gitar, gamelan, dan lainnya. Kedua, media audio elektronik seperti Amplifier,
radio, tape recorder, dan CD player. Gintings, 2007: 145).
3. Media Audio-Visual
Media ini menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu yang dapat
didengar dan dilihat oleh mata manusia. Pada beberapa jenis peralatan audio-visual gambar
yang ditampilkan juga dapat bergerak. Contoh dari peralatan media audio-visual adalah; slide
projector, yang dipadukan dengan tape recorder, televise, film strip projector, video player,
dan DVD player, dan computer (Gintings, 2008: 146).
Keunggulan dari media ini adalah bahwa semakin banyaknya pancaindera yang
dilibatkan dalam proses komunikasi pembelajaran, maka semakin banyak materi
pembelajaran yang dapat diserap oleh peserta didik. Di samping itu, media audio visual dapat
menyajikan obyek dan peristiwa nyata di kelas untuk dijadikan bahan permasalahan atau
diskusi yang menarik. Gintings, (2008: 146), Kelemahan media ini ialah waktu yang
digunakan terlalu banyak sehingga membutuhkan tambahan waktu di pertemuan berikutnya
dan membutuhkan konsentrasi penuh oleh peserta didik.
Di dalam penelitian ini ada tiga media yang digunakan seperti televise,
kaset film, dan DVD player. Hamalik dalam Munadi (2008: 134) televisi merupakan
perlengkapan elektronik, yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi
gambar dan suara.
4. Multimedia
Media ini menampilkan pembelajaran dengan tekhnik yang memadukan semua
keunggulan peralatan media audio dan visual dengan berbagai tekhnik penyajian yang
memanfaatkan tekhnologi computer dengan LCD projektor sebagai peralatan utamanya.
Dengan penggunaan multimedia, guru dapat langsung mengetik hasil diskusi dan
penampilkannya dalam waktu bersamaan di layar. Multimedia juga memungkinkan dilakukan
animasi, pemotongan sebagian dari gambar obyek untuk diperbesar dan dijadikan bahan
pembahasan (Gintings, 2008: 146-147).
d. Pemilihan Media yang tepat
Beberapa prinsip perlu diperhatikan agar media dapat dipergunakan secara maksimal,
efektif dan efisien. Rahardjo dalam (http://media.com/2010/9jenis-jenismedia) menyebutkan
beberapa prinsip dalam pemilihan media yang tepat, yaitu:
1. Adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media, untuk siapa, dipakai
dimana, keperluan apa dan lain sebagainya.
2. Familiaritas media, pengguna media harus mengenal sifat dan ciri- ciri media yang akan
dipilih.
3. Media pembanding, hal ini diperlukan untuk memberikan alternatif pertimbangan dalam
rangka mengambil keputusan yang tepat tentang media yang akan dipergunakan,
4. Adanya norma atau patokan yang akan dipakai dan dikenakan pada proses pemilihan.
Dengan mempertimbangkan beberapa prinsip di atas, maka diharapkan, media yang
dipilih akan bisa dipergunakan secara maksimal agar tercapainya tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
7. METODE PENELITIAN
A. Deskripsi Sasaran
Tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan media audio-visual, yakni dengan
memutarkan film Laskar Pelangi kemudian peserta didik menulis kembali secara kronologis
alur film tersebut dalam bentuk cerita pendek. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di
MTs. Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur Gerung pada peserta didik kelas VIII semester
genap tahun pelajaran 2010/2011. Peserta didik berjumlah 35 orang dengan rincian 17 orang
laki-laki dan 18 orang perempuan.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh tenaga pendidik di kelasnya
sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil
belajar peserta didik meningkat. (Aqib, [et. al],2008: 3). Penelitian yang dilakukan adalah
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran bahasa, khususnya dalam
menulis cerpen. Penelitian ini didukung oleh penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang
menuntut penggunaaan angka, mulai dari pengumpulan data sampai dengan penampilan
hasil. (Arikunto, 20066: 12).
C. Prosedur Penelitian
Proses pelakasanaan tindakan dalam penelitian ini mengikuti prinsip-prinsip PTK
menurut Kemmis dan Mc. Taggart dalam Arikunto (2006: 97-99) yaitu prosedur penelitian
yang mempunyai empat tahapan yaitu,
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan adalah tahapan yang menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap ini
peneliti melakukan hal-hal seperti menyiapkan media pembelajaran, menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yaitu menulis
cerpen berdasrkan film yang diputarkan, mengembangkan skenario pembelajaran dengan
menerapkan media audio-visual, membuat lembar observasi tenaga pendidik dan peserta
pendidik, dan lembar penilaian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah tahap implementasi atau penerapan isi rancangan di
dalam kancah penelitian di tindakan kelas. Dalam tahap ini peneliti melakukan kegiatan yang
sesuai dengan RPP yang dibuat seperti di dalam kegiatan pembelajaran, melakukan apersepsi,
menjelaskan materi menulis cerpen, memutarkan film laskar pelangi, peserta didik menulis
gagasan dan ide yang didapatkan ketika menonton film tersebut dan dilanjutkan dengan
membuat kerangka cerpen, dan menulis cerpen sesuai dengan kerangka cerpen yang telah
dibuat.
3. Tahap Observasi
Tahap observasi adalah pelaksanaan pengamatan oleh observer. Dalam tahap
ini peneliti melakukan observasi (kolaborasi) mengamati tenaga pendidik dan peserta didik
disaat pembelajaran dengan instrumen pengamatan pembelajaran tenaga pendidik dan peserta
didik.
4. Tahap Refleksi
Tahap observasi adalah tahap kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah terjadi atau kekurangan dan kelebihan sebagai bahan perbaikan. Dalan tahap ini
peneliti dan observer melakukan analisis hasil observasi sebagai evaluasi dalam menentukan
keberhasilan tindakan.
Dalam penelitian ini akan dilaksanakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
a. Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini, hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah:
1) merancang atau membuat lembar pedoman hasil observasi tenaga pendidik dan belajar
peserta didik yang digunakan sebagai petunjuk untuk mengamati proses kegiatan
pembelajaran dan mengidentifikasi faktor penghambat yang dihadapi oleh peserta didik
dalam menulis cerpen.
2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran disusun dengan
memperhatikan hal-hal seperti menetapkan indikator pembelajaran menulis cerpen/memilih
dan menetapkan materi yang akan disajikan, menyediakan media pembelajaran yang akan
digunakan seperti TV, DVD player, dan CD film.
3) membuat penilaian pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media audio-visual
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat. Kegiatan yang dimaksud seperti, a)
Tenaga pendidik memberi salam, memeriksa kehadiran, menyiapkan sumber belajar,
memotivasi peswerta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b) tenaga
pendidik menjelaskan materi menulis cerpen dengan penerapan media audio-visual, tenaga
pendidik menjelaskan cara kerja atau langkah kerja, memutarkan film laskar pelangi, peserta
didik mencatat gagasan atau ide untuk membuat kerangka cerpen, tenaga pendidik
menjelaskan cara menulis cerpen berdasarkan kerangka cerpen yang telah dibuat, dalam
kegiatan menulis cerpen, tenaga pendidik membimbing peserta didik, dan peserta didik
menyunting hasil menulis cerpen sebelum dikumpulkan. c) menyimpulkan hasil
pembelajaran dan melakukan refleksi di setiap pertemuan.
3 Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilakukan setiap kali pembelajaran berlangsung, dalam
pelaksanaan tindakan dengan mengamati kegiatan tenaga pendidik dan aktivitas peserta
didik. Jumlah observer dalam penelitian ini ialah 1 orang yaitu kepala madrasah MTs.
Ittihaad Al-Umam, Abdul Hapiz, S. S., M. Pd yang bertempat tinggal di kuripan utara,
Lombok Barat.
4. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap observasi tindakan kelas, maka
peneliti dan observer selanjutnya melakukan analisis hasil observasi dan menyimpulkan data
yang diperoleh serta melihat hubungan dengan rencana yang telah ditetapkan. Analisis dan
interpretasi hasil tindakan selanjutnya menjadi dasar untuk melakukan evaluasi dalam
menentukan keberhasilan atau pencapaian tujuan tindakan.
Kesimpulan hasil evaluasi menjadi acuan dalam mengambil keputusan tindakan,
apakah tindakan telah berhasil ataukah belum selesai sesuai dengan kriteria kemampuan
minimal (nilai individu 65) sehingga dilakukan perubahan atau revisi terhadap rencana dan
pelaksanaan agar tercapainya target pada siklus berikutnya.
a. Siklus II
Untuk menyempurnakan pelaksanaan kegiatan pada siklus I maka, perlu
direncakanan siklus selanjutnya dengan mengacu pada hasil observasi dan evaluasi pada
siklus I. Adapun langkah kegiatan pada siklus II sama dengan langkah kegiatan pada siklus I,
yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada siklus II
peneliti harus benar-benar memperhatikan kesalahan ataupun kekurangan pada waktu
dilakukannya siklus I. Hal ini bertujuan agar pada kegiatan siklus II peneliti bisa
menyempurnakan siklus sebelumnya.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang diguanakan dalan peneliti adalah metode tes
sebagai metode utama yang terdiri dari tes awal (pre- test), tes akhir (pos-test) dan observasi.
Selanjutnya metode pengumpulan data ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Tes Awal
Sebelum proses pembelajaran dilakukan, peserta didik melakukan tes awal (pre-test).
Tes awal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik
memahami materi menulis cerpen, sebelum diterapkan media audio-visual berupa pemutaran
film Laskar Pelangi di kelas.
2. Tes Akhir
Tes akhir dilaksanakan setelah proses pelaksanaan pembelajaran selesai dengan
menggunakan RPP. Tes adalah bentuk tindakan yang digunakan untuk mengukur
peningkatan hasil belajar, sikap, kemampuan atau bakat yang dimilki peserta didik. Tes akhir
ini digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan peserta didik dalam menulis
cerpen dengan penerapan media audio-visual.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan setiap kali berlangsungnya pelaksanaan tindakan
dengan mengamati kinerja peserta didik dan kinerja pendidik yang diamati oleh observer.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan
data. Instrumen penelitian ini berfungsi dalam memudahkan pekerjaan dan hasilnya lebih
baik dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Latihan-latihan
Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, tindakan yang dilakukan menggunakan
latihan. Latihan adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan secara tertulis. Latihan yang digunakan adalah menulis cerpen dengan
menggunakan media audio-visual.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara praktis dapat disebut skenario
pembelajaran. Dengan demikian RPP merupakan pegangan bagi tenaga pendidik untuk
menyiapkan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran. (Gintings,
2008: 224).
3. Pedoman Observasi
Yang dilakukan dengan observasi ini adalah pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis terhadap gejala-gejala yang nampak pada peserta didik. Untuk kelancaran kegiatan
penelitian ini, peneliti membuat pedoman observasi sebagai arahan dan untuk memudahkan
pengumpulan data di lapangan. Observasi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini
difokuskan pada kinerja peserta didik dan tanaga pendidik.
a. pedoman observasi kinerja tenaga pendidik
Pedoman observasi kinerja tenaga pendidik ini digunakan untuk mengetahui tindakan
atau aktivitas peneliti dalam proses pembelajaran ketika diterapkan media audi visual.
Lembar observasi aktivitas tenaga pendidik (peneliti) diisi oleh observer ketika proses
pembelajaran berlangsung sehingga peserta didik dapat lebih aktif dalam merespon
pembelajaran.
b. pedoman observasi kinerja peserta didik
Pedoman observasi kinerja peserta didik digunkan untuk mendapatkan informasi
tentang aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran. Penilaian ini difokuskan pada
minar belajar, perhatian, dan partisipasi peserta didik dalam kegiatan menulis cerpen.
F. Analisis Data
1. Data penelitian
Pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Data hasil pembelajaran
diambil dengan latihan menulis cerpen pada peserta didik menggunakan media audio visual
dengan cara peserta didik menyimak film “Laskar Pelangi” kemudian peserta didik menulis
kembali dengan kalimat sendiri sesuai dengan film yang sudah ditonton; b) Data situasi
pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi; c) Data perkembangan
prestasi belajar siswa diambil dari hasil pembelajaran dan hasil observasi.
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yag sangat penting, terutama apabaila
diinginkan generalisasinya atau kesimpulan tentang masalah yang diteliti, sehingga nantinya
dapat dipertanggungjawabkan.
a. Data hasil observasi
Data hasil obsevasi berupa data deskriptif, maka data tersebut diolah berdasarkan
refrensi yang ada serta disesuaikan dengan keadaan pembelajaran selanjutnya di lapangan.
Adapun kriteria penskoran pengisian lembar observasi pada siklus I dan siklus II adalah yaitu
Tinggi = 3, Sedang 2, dan Rendah= 1.
b. Data hasil belajar
Menurut Purwanto dalam Rehan 2004: 10, untuk menganalisis hasil belajar
digunakan langkah-langkah sebagai berikut.
T
K = x100%
Tt
Ketuntasan individu atau ketuntasan per peserta didik ditentukan dengan rumus:
Dimana: K = Persen ketuntasan belajar per peserta didik
T = Skor yang dicapai peserta didik
Tt = Jumlah skor maksimal
Sebagai standar ketuntasan belajar peserta didik dikatakan meningkat
apabila terdapat peningkatan rata-rata skor peserta didik yang tuntas (KKM = 65).
2. Ketuntasan Klasikal
Y
KK = x 100%
Z
Sebagaimana dinyatakan oleh Purwanto dalam Rehan, 2004: 12.
Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
Y = Jumlah peserta didik yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 65
Z = Jumlah peserta didik
Adapun kriteria ketuntasan secara klasikal yang diajukan dalam penelitian ini
adalah lebih besar atau sama dengan 80% dari jumlah peserta didik yang mencapai nilai lebih
besar atau sama dengan 65. Jika masih kurang dari kriteria yang ditentukan, maka diadakan
perbaikan pada siklus berikutnya.
3. Nilai rata-rata kelas
R= JN x 100%
JP
Keterangan:
R = nilai rata-rata kelas
JN= Jumlah nilai semua peserta didik
JP= Jumlah peserta didik
2. Teknik Analisis
Menurut Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi UNW Mataram, 2010: 26
Tekhnik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Peningkatan Prestasi Peserta Didik
a. peningkatan setelah siklus I= R siklus I- R tes awal
b. peningkatan setelah siklus II= R siklus II – R siklus I
Total = peningkatan siklus I + peningkatan siklus II
= X1
= X1 X 100%
Rata-rata tes awal
= X2%
b. Peningkatan Kegiatan Pendidik
= jumlah skor siklus II – jumlah skor siklus I
= X1
= X1 X 100%
Jumlah skor siklus I
= X2%
c. Peningkatan Kegiatan Peserta Didik
ah siklus II = jumlah skor siklus II – jumlah skor siklus I
= X1
= X1 X 100%
Jumlah skor siklus I
= X2%
8. JADWAL KEGIATAN
No. Kegiatan
Bulan
April Mei Juni
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1
Tahap judul:
a. Pengajuan judul v v
b. Penetapan judul v
2
Tahap proposal
a. Judul dan penetapan
proposal
v v
b. konsultasi proposal v v v
c. ACC proposal skripsi v
3
Tahap penelitian
a. siklus I v
b. siklus II v v v
c. ACC skripsi v
4
Tahap Ujian
a. pendaftaran Ujian
skripsi
v
b. ujian skripsi v
9. RENCANA BIAYA
No. Uraian Kegiatan Volume Harga satuan Jumlah harga
1
Biaya Proposal
a. kertas A4 700 Gram 1 Rim 60.000 60.000
b. pengetikan 50 lembar 250 12.000
c. penjilidan 1 buah 15.000 15.000
d. transportasi - - 150.000
e. buku referensi 7 buah 35.000 105.000
Jumlah 380.000
2
Biaya skripsi
a. kertas A4 700 Gram 1 Rim 60.000 60.000
b. pengetikan 60 lembar 250 13.000
c. penjilidan 1 buah 15.000 15.000
d. transportasi - - 200.000
e. buku referensi 7 buah 35.000 105.000
Jumlah 422.000
Total Keseluruhan Biaya proposal + biaya skripsi 802.000

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Teaching indonesian language_using_audio (1)
Teaching indonesian language_using_audio (1)Teaching indonesian language_using_audio (1)
Teaching indonesian language_using_audio (1)noviyulianti
 
Teknik ajar dan strategi pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa kedua
Teknik ajar dan strategi pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa keduaTeknik ajar dan strategi pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa kedua
Teknik ajar dan strategi pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa keduaAndi Sahtiani Jahrir
 
Strategi pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar dengan media permainan
Strategi pembelajaran  bahasa indonesia di sekolah dasar dengan media permainanStrategi pembelajaran  bahasa indonesia di sekolah dasar dengan media permainan
Strategi pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar dengan media permainanArif Winahyu
 
Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...
Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...
Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...Irma Nurmayanti
 
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwallUpaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall921920
 
TEKNIK PENGAJARAN YANG BOLEH MENCAPAI OBJEKTIF PENGAJARAN KEMAHIRAN LISAN
TEKNIK PENGAJARAN YANG BOLEH MENCAPAI OBJEKTIF PENGAJARAN KEMAHIRAN LISANTEKNIK PENGAJARAN YANG BOLEH MENCAPAI OBJEKTIF PENGAJARAN KEMAHIRAN LISAN
TEKNIK PENGAJARAN YANG BOLEH MENCAPAI OBJEKTIF PENGAJARAN KEMAHIRAN LISANRasit Masrii
 
Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5
Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5
Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5Rusinah21
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitianDHEluvELI
 
Rpp bahasa-indonesia-kelas-xi-smt-2 (1)
Rpp bahasa-indonesia-kelas-xi-smt-2 (1)Rpp bahasa-indonesia-kelas-xi-smt-2 (1)
Rpp bahasa-indonesia-kelas-xi-smt-2 (1)Eryansyah SPd
 
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)Bunyamin Yusuf
 
Bmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayu
Bmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayuBmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayu
Bmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayuGman Radziman
 
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...Titin Agustini
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposalMuhd ASRUL
 
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...Titin Agustini
 
Ptk bahasa indonesia di smk
Ptk bahasa indonesia di smkPtk bahasa indonesia di smk
Ptk bahasa indonesia di smkWahyu Surya
 

La actualidad más candente (19)

Pengembangan materi ajar bipa
Pengembangan materi ajar bipaPengembangan materi ajar bipa
Pengembangan materi ajar bipa
 
Teaching indonesian language_using_audio (1)
Teaching indonesian language_using_audio (1)Teaching indonesian language_using_audio (1)
Teaching indonesian language_using_audio (1)
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Teknik ajar dan strategi pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa kedua
Teknik ajar dan strategi pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa keduaTeknik ajar dan strategi pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa kedua
Teknik ajar dan strategi pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa kedua
 
Revisi tulisan skripsi 3
Revisi tulisan skripsi 3Revisi tulisan skripsi 3
Revisi tulisan skripsi 3
 
Strategi pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar dengan media permainan
Strategi pembelajaran  bahasa indonesia di sekolah dasar dengan media permainanStrategi pembelajaran  bahasa indonesia di sekolah dasar dengan media permainan
Strategi pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar dengan media permainan
 
Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...
Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...
Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...
 
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwallUpaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
 
TEKNIK PENGAJARAN YANG BOLEH MENCAPAI OBJEKTIF PENGAJARAN KEMAHIRAN LISAN
TEKNIK PENGAJARAN YANG BOLEH MENCAPAI OBJEKTIF PENGAJARAN KEMAHIRAN LISANTEKNIK PENGAJARAN YANG BOLEH MENCAPAI OBJEKTIF PENGAJARAN KEMAHIRAN LISAN
TEKNIK PENGAJARAN YANG BOLEH MENCAPAI OBJEKTIF PENGAJARAN KEMAHIRAN LISAN
 
Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5
Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5
Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5
 
Ptk adhariah
Ptk adhariahPtk adhariah
Ptk adhariah
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Rpp bahasa-indonesia-kelas-xi-smt-2 (1)
Rpp bahasa-indonesia-kelas-xi-smt-2 (1)Rpp bahasa-indonesia-kelas-xi-smt-2 (1)
Rpp bahasa-indonesia-kelas-xi-smt-2 (1)
 
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
 
Bmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayu
Bmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayuBmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayu
Bmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayu
 
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposal
 
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...
 
Ptk bahasa indonesia di smk
Ptk bahasa indonesia di smkPtk bahasa indonesia di smk
Ptk bahasa indonesia di smk
 

Similar a Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...
Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...
Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...Tjoetnyak Izzatie
 
Ketrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasaKetrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasadaud5530
 
Teaching indonesian language using audio
Teaching indonesian language using audioTeaching indonesian language using audio
Teaching indonesian language using audiobalqishusin
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptkMier Ajah
 
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...Titin Agustini
 
Pengaruh Penggunaan Permainan Kuda Berbisik Dalam Meningkatkan Kemampuan Meny...
Pengaruh Penggunaan Permainan Kuda Berbisik Dalam Meningkatkan Kemampuan Meny...Pengaruh Penggunaan Permainan Kuda Berbisik Dalam Meningkatkan Kemampuan Meny...
Pengaruh Penggunaan Permainan Kuda Berbisik Dalam Meningkatkan Kemampuan Meny...aMaLiA sHoOp
 
MEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio Visual
MEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio VisualMEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio Visual
MEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio VisualKhoridatul Bahiyyah
 
Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )
Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )
Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )DANI87AJA
 
03. Meningkatkan pembelajaran membaca siswa kelas 1.pdf
03. Meningkatkan pembelajaran membaca siswa kelas 1.pdf03. Meningkatkan pembelajaran membaca siswa kelas 1.pdf
03. Meningkatkan pembelajaran membaca siswa kelas 1.pdfZULPANSSi
 
JURNAL MURNIATI SKRIPSI.docx
JURNAL MURNIATI SKRIPSI.docxJURNAL MURNIATI SKRIPSI.docx
JURNAL MURNIATI SKRIPSI.docxMurniati42
 
jurnal usulan yohanes ehe lowetan
 jurnal usulan yohanes ehe lowetan jurnal usulan yohanes ehe lowetan
jurnal usulan yohanes ehe lowetantaqiudinzarkasi
 
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulisUpaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulisandri wahyudi
 
Kajian mini didik hibur
Kajian mini didik hiburKajian mini didik hibur
Kajian mini didik hiburEda Muryanti
 
Skripsi mas boyy bab 1, bab 2, bab 3
Skripsi mas boyy bab 1, bab 2, bab 3  Skripsi mas boyy bab 1, bab 2, bab 3
Skripsi mas boyy bab 1, bab 2, bab 3 Hendra Purnama
 

Similar a Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek (20)

Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...
Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...
Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...
 
Ketrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasaKetrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasa
 
Teaching indonesian language using audio
Teaching indonesian language using audioTeaching indonesian language using audio
Teaching indonesian language using audio
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptk
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Proposal irwan (isi)
Proposal irwan (isi)Proposal irwan (isi)
Proposal irwan (isi)
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...
 
Pengaruh Penggunaan Permainan Kuda Berbisik Dalam Meningkatkan Kemampuan Meny...
Pengaruh Penggunaan Permainan Kuda Berbisik Dalam Meningkatkan Kemampuan Meny...Pengaruh Penggunaan Permainan Kuda Berbisik Dalam Meningkatkan Kemampuan Meny...
Pengaruh Penggunaan Permainan Kuda Berbisik Dalam Meningkatkan Kemampuan Meny...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
MEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio Visual
MEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio VisualMEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio Visual
MEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio Visual
 
Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )
Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )
Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )
 
03. Meningkatkan pembelajaran membaca siswa kelas 1.pdf
03. Meningkatkan pembelajaran membaca siswa kelas 1.pdf03. Meningkatkan pembelajaran membaca siswa kelas 1.pdf
03. Meningkatkan pembelajaran membaca siswa kelas 1.pdf
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
JURNAL MURNIATI SKRIPSI.docx
JURNAL MURNIATI SKRIPSI.docxJURNAL MURNIATI SKRIPSI.docx
JURNAL MURNIATI SKRIPSI.docx
 
jurnal usulan yohanes ehe lowetan
 jurnal usulan yohanes ehe lowetan jurnal usulan yohanes ehe lowetan
jurnal usulan yohanes ehe lowetan
 
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulisUpaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
 
50749853 skripsi
50749853 skripsi50749853 skripsi
50749853 skripsi
 
Kajian mini didik hibur
Kajian mini didik hiburKajian mini didik hibur
Kajian mini didik hibur
 
Skripsi mas boyy bab 1, bab 2, bab 3
Skripsi mas boyy bab 1, bab 2, bab 3  Skripsi mas boyy bab 1, bab 2, bab 3
Skripsi mas boyy bab 1, bab 2, bab 3
 

Más de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Más de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

  • 1. eningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek (Cerpen) dengan Penerapan Media Audio-Visual pada Peserta Didik Kelas VIII Semester Genap di MTs. Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011 oleh: Mursinin, S. Pd Tenaga Pendidik MTs. Ittihaad Al-Umam Egok 2. LATAR BELAKANG Keterampilan menulis yang lebih dikenal dengan istilah mengarang merupakan satu dari keempat keterampilan berbahasa yang diajarkan kepada peserta didik yang belajar bahasa, salah satunya menulis cerpen. Pemebelajaran menulis merupakan bagian integral dari pembelajaran keterampilan berbahasa yang dalam prakteknya diharapkan dapat dipadukan dengan pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Sebagai keterampilan produktif, menulis menghendakipeserta didik untuk mampu menggali, menemukan, dan mengungkapkan gagasan, perasaan, pengalaman serta penggunaan bahasa yang tepat. Namun, pada kenyataannya tidak semua peserta didik dapat menunjukkan kemampuan tersebut. Dalam menulis, peserta didik merasakan kurangnya keyakinan, minat, dan latihan yang memadai untuk menulis. Mengingat pentingnya menulis bagi peserta didik, tenaga pendidik semestinya bisa membangkitkan kegairahan peserta didik untuk menulis serta menjadikan menulis itu sebagai pekerjaan yang alami dan menyenangkan. Keadaan yang ditemukan di MTs. Ittihaad Al- Umam Egok Suka Makmur Gerung, yaitu peserta didik kesulitan untuk menguraikan atau menuangkan ide, gagasan, maupun pikiran ke dalam bentuk karangan seperti menulis cerpen. Faktor yang menimbulkan munculnya masalah ini antara lain, peserta didik kurang bersemangat dalam menggunakan nalarnya karena kurang latihan menulis khususnya cerpen. Sehingga, peserta didik tidak terbiasa dalam menulis. Suatu karangan pada dasarnya merupakan komunikasi antara pengarang dan pembaca. Pengarang menerjemahkan maksud, pikiran, gagasan, maupun imajinasinya ke dalam bentuk tulisan yang dinamakan karangan. Pada gilirannya, pembaca menafsirkan makna yang bersifat dalam tulisan tersebut. Solusi yang bisa ditawarkan oleh peneliti dengan permasalahan di atas yaitu dengan memilih dan menggunakan media pembelajaran media audio-visual yang dapat membantu mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII pada kompetensi dasar menulis cerpen berdasarkan film yang diputarkan peserta didik harus mendapatkan nilai 65. Penerapan media audio-visual ditujukan untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, sehingga diharapkan peserta didik mampu mengembangkan daya nalarnya. 3. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek (cerpen) dengan penerapan media audio-visual pada peserta didik kelas VIII semester genap di MTs. Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011? 4. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek (cerpen) dengan menerapkan media audio-visual pada
  • 2. peserta didik kelas VIII semester genap di MTs. Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011. 5. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi Peserta Didik Penelitian ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis cerita pendek (cerpen) dan dengan peningkatan kemampuan ini akan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik tentang penulisan cerpen. b. Bagi Tenaga Pendidik Dengan adanya penelitian ini, tenaga pendidik dapat mengetahui dan menerapkan media audio-visual untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis cerita pendek (cerpen) dan dapat meningkatkan kreatifitas tenaga pendidik dalam memberikan materi dengan menguasai media pembelajaran. c. Bagi Madrasah Penelitian ini bermanfaat bagi madrasah dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia dengan media audio-visual pula dapat memberikan kontribusi yang baik bagi madrasah yang bersangkutan dalam rangka terciptanya pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan.
  • 3. 6. KAJIAN TEORI A. Penegasan Judul 1. Peningkatan Menurut Wahyu & Silaban dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia (2006: 606), peningkatan merupakan perbuatan, cara untuk meningkatkan usaha dan lain-lain. Jadi, peningkatan di sini diartikan sebagai suatu perbuatan, usaha atau tindakan untuk meningkatkan kualitas, dan efektifitas pembelajaran dengan menggunakan media audio- visual. 2. Keterampilan Menulis Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1994: 3). Menurut Sumardjo (2007: 75-78) menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi gagasan. Pada dasarnya terdapat lima tahap proses kreatif mnulis. Pertama, adalah tahap persiapan. Dalam tahap ini seorang penulis telah menyadari apa yang akan ditulis dan bagaimana ia akan menuliskannya. Kedua, tahap inkubasi. Pada tahap ini gagasan yang telah muncul tadi disimpannya dan dipikirkannya matang-matang, dan ditunggunya waktu yang tepat untuk menuliskannya. Ketiga, tahap inspirasi. Tahap inilah saat gagasan di bawah sadar sudah mendepak-depakkan kakinya ingin keluar, ingin dilahirkan. Keempat, tahap penulisan. Dan kelima, adalah saat tahap revisi. Jadi menulis di sini diartikan sebuah kegiatan dan keahlian untuk mengeluarkan gagasan, pikiran, dan perasaan penulis sehingga maksud dan tujuan penulis mudah diserap dan diikuti oleh pembaca. 3. Cerita Pendek Cerita pendek (cerpen) adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali duduk”. Cerita pendek hanya memliki satu arti, satu krisis, dan satu efek untuk pembacanya (Sumardjo, 2007: 202). Jadi cerita pendek di sini diterjemahkan sebagai salah satu jenis karya sastra yang mempunyai alur singkat, tokoh sedikit, dan manfaatnya langsung dirasakan oleh pembaca. 4. Penerapan Menurut Alwi (dalam Rehan, 2009: 180). Penerapan diartikan sebagai cara perbuatan menerapkan sesuatu. Jadi, penerapan dalam penelitian ini diartikan sebagai proses menggunakan media audio-visual untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek. 5. Media Audio-Visual Menurut Gintings (2008: 140). Kata media adalah jamak dari kata medium yang berasal dari bahasa Latin yang berarti pengantar atau perantara. Sedangkan media audio- visual merupakan media yang menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu yang dapat didengar oleh telinga dan dilihat oleh mata manusia. Jadi media audio-visual adalah suatu media pembelajaran yang melibatkan sebagian pancaindera seperti mata dan telinga. B. Penelitian yang Relevan Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti seperti keterampilan menulis dengan media pembelajaran, khususnya menulis cerita pendek dengan menggunakan media audio dan visual. Penelitian dengan menggunakan media pembelajaran telah dilakukan antara lain oleh Arianti (2007) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Deskripsi Tempat/Arah dengan Menggunakan Peta Lokasi pada Siswa Kelas II C SMPN 12 Mataram
  • 4. Tahun Pelajaran 2006/2007 ”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa yang menyebabkan kesulitan peserta didik dalam menulis deskripsi tempat/arah yaitu peserta didik kurang serius dalam mengikuti pelajaran karena metode yang digunakan guru tidak bervariasi sehingga peserta didik malas untuk belajar. Penelitian lain tentang menulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Suryaningsih (2007) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Induktif dan deduktif dengan Media Gambar Peserta Didik Kelas VII-7 SMPN 1 Gunungsari ”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan tentang cara meningkatkan kemampuan peserta didik menulis paragraf induktif dan deduktif dengan memberikan latihan yaitu peserta didik mengamati gambar kemudian menulis kata berdasarkan apa yang ada di gambar tersebut kemudian merangkainya menjadi kalimat pendek setelah itu, disusun menjadi paragraf induktif dan deduktif. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa menulis dengan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis peserta didik khususnya paragraf induktif dan deduktif. Febrina (2007) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Membuat Paragraf Eksposisi dengan Media Kartu Kalimat pada Peserta Didik Kelas X-6 SMAN 1 Narmada Tahun Pelajaran 2006/2007”, telah dibahas tentang cara meningkatkan kemampuan siswa menulis paragraf eksposisi yaitu dengan mengembangkan kalimat yang terdapat dalam kartu kalimat. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa dengan menggunakan media kartu kalimat dinilai cukup efektif. Ketiga penelitian di atas dan penelitian ini, dapat diungkap persamaan dan perbedaannya. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini dapat dilihat dalam hal penggunaan variabel harapan mengenai peningkatan hasil menulis peserta didik dan variabel tindakan dengan penerapan atau penggunaan media. Sedangkan perbedaannya, ketiga penelitian di atas dengan penelitian ini, peneliti di atas hanya meneliti dengan menggunakan media visualnya saja, sedangkan di dalam penelitian ini akan memadukan antara media audio dan visual yang diharapkan mampu meningkatkan efektifitas dan kegairahan dalam proses pembelajaran. C. Landasan Teori 1. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang diperguanakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1994: 3). Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan, praktek yang banyak, teratur, dan penggunaan media yang mampu menggairahkan penulis. Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Sehubungan dengan hal ini, Morsey dalam Tarigan (1994: 14) mengatakan bahwa “Menulis merupakan melaporkan atau memberitahukan, mempengaruhi maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasannya ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat”. Aspek menulis mempunyai hubungan yang sangat erat, saling mendukung, dan mengisi. Hubungan aspek menulis dengan aspek bahasa lainnya seperti seperti, Keterampilan menyimak dengan berbicara, menyimak dengan menulis, berbicara dengan menulis dan seterusnya. Tarigan (1994: 4) menjelaskan hubungan antara keterampilan menulis dengan keterampilan lainnya, seperti;
  • 5. a. Hubungan Menulis dengan Membaca Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita menuliskan sesuatu, kita pada prinsipnya ingin agar tulisan itu dibaca oleh orang lain; paling sedikit dapat kita baca sendiri pada saat lain. Tugas penulis adalah mengatur atau menggerakkan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan tertentu dalam bayangan atau kesan pembaca. Demikianlah, hubungan antara menulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan antara penulis dan pembaca. b. Hubungan Menulis dengan berbicara Menulis dan berbicara mempunyai hubungan yang erat. Keduanya memiliki ciri yang sama, yaitu produktif dan ekspresif. Perbedaannya ialah bahwa dalam menulis diperlukan penglihatan dan gerak tangan, sedangkan dalam berbicara diperlukan pendengaran dan pengucapan. Dengan kata lain menulis merupakan komunikasi tidak langsung, tidak tatap muka, sedangkan berbicara merupakan komunikasi langsung dan komunikasi tatap muka (Tarigan, 1994: 12). c. Hubungan Menulis dengan Menyimak Hubungan menyimak dengan menulis ialah kreatifitas seorang penulis banyak dipengaruhi oleh kemampuan dalam menyimak suatu ujaran, karena pada hakikatnya keterampilan menyimak dapat meningkatkan kreatifitas seorang penulis. (http://makalah.com./2008/11/empat-keterampilan-berbahasa-.htm). 2. Batasan, Fungsi, dan Tujuan Menulis Menulis merupakan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau kita memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Salah satu dari tugas penulis adalah menguasai prinsi-prinsip menulis dan berpikir, yang akan menolongnya mencapai maksud dan tujuannya. Yang paling penting diantara prinsip-prinsip yang dimaksudkan itu adalah penemuan, susunan, dan gaya. Secara singkat belajar menulis adalah belajar berpikir dalam atau dengan cara tertentu. (D’Angelo dalam Tarigan, 1994: 23). Sedangkan tujuan menulis ialah memberi informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca, memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca, memecahkan masalah yang dihadapi pembaca, menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. (Hipple dalam Tarigan, 1994:26). 3. Cerita Pendek a. Definisi Cerita Pendek Untuk mendapatkan gambaran tentang definisi cerpen, berikut ini dikemukakan pendapat-pendapat para pengarang atau sastrawan. Yang pertama, Richard Summer mengatakan, suatu skets pribadi, sebuah catatan kejadian atau peristiwa, sebuah percakapan atau catatan harian, bukanlah cerita pendek. Hal itu akan menjadi cerpen bila ada perubahan dalam sikap menulis dan tujuan pengarangnya. Bila hal itu dijadikan vignette suatu cerita tentang kejadian kecil dalam penghidupan, maka itu dapat digolongkan ke dalam cerpen. Kedua, Brander Matheuw berpendapat, bukan cerpen jika tidak ada sesuatu yang diceritakan. Dalam cerpen sesuatu senantiasa terjadi, dan harus ada perbuatan. Ketiga, Hanry S. Canby
  • 6. mengemukakan, kesan yang satu dan hidup itulah seharusnya hasil dari sebuah cerpen. (http://makalah.com./2007/11/menulis cerpen-.htm). Sedangkan menurut Suprihadi (27: 2009) cerita pendek adalah karya sastra yang menceritakan salah satu peristiwa dari seluruh kehidupan yang luas tentang pelakunya. Maka dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian apa saja yang menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan manusia. b. Perbedaan Cerita Pendek dengan Novel Perbedaan antara novel dengan cerpen yang pertama dapat dilihat dari segi formalitas bentuk, segi panjang cerita. Sebuah cerita yang panjang, berjumlah ratusan halaman, jelas tidak dapat disebut sebagai cerpen melainkan lebih tepat sebagai novel. Cerpen sesuai dengan namanya, adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tak ada satu kesepakatan diantara para pengarang dan para ahli. Edgar Allan Poe (Jassin dalam Nurgiyantoro, 2009: 10) mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Tetapi Suprihadi (2009: 27) dalam bukunya Trik Termudah Menguasai Bahasa dan Sastra Indonesia membagi cerpen kedalam tiga bagian yaitu pertama: cerpen pendek yakni cerpen yang panjangnya berkisar anatara 500-700 kata, kedua: cerpen sedang yakni cerpen yang panjang berkisar antara 750-1000 kata, dan yang ketiga cerpen panjang yang panjang ceritanya berjumlah 1000 kata atau lebih. c. Ciri-ciri Cerita Pendek Menurut Nurgiyantoro (2009:12-14) ciri-ciri cerpen bisa dilihat dalam pemakain sebagian unsur intrinsiknya, seperti. 1) Tema Karena ceritanya yang pendek, cerpen hanya berisi satu tema. Hal ini berkaitan dengan keadaan atau pemakaian plot tunggal dan pelaku yang terbatas. Tema cerpen menyangkut aspek dalam kehidupan manusia. 2) Alur atau Plot Plot cerpen pada umumnya tunggal, hanya terdiri dari satu urutan peristiwa yang diikuti sampai cerita berakhir. Dengan kata lain alurnya sederhana tetapi mendalam. 3) Lattar atau setting Pelukisan lattar cerita untuk cerpen tidak memerlukan detil-detil khusus tentang keadaan latar, misalnya yang menyakut keadaan tempat dan sosial. Cerpen hanya memerlukan pelukisan secara garis besar saja, atau bahkan hanya secara implisit. 4) Penokohan Jumlah tokoh cerita yang terlibat dalam cerpen terbatas, apalagi yang berstatus tokoh utama. Baik yang menyangkut jumlah maupun data-data jati diri tokoh, khususnya yang berkaitan dengan perwatakan, sehingga pembaca harus merekonstruksikan sendiri gambaran yang lebih lengkap tentang tokoh. d. Unsur-unsur Cerita Pendek Unsur-unsur pembangun sebuah cerpen yang kemudian secara bersama membentuk sebuah totalitas itu, di samping unsur formal bahasa, masih banyak lagi macamnya. Namun secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. 1. Unsur intrinsik cerita pendek Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur- unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang
  • 7. secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah cerpen adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud ialah tema, cerita, plot, tokoh, latar, sudut pandang, cerita, amanat dan bahasa. a. Tema Mendefinisikan tema sebagaimana halnya dengan pendefisian bolpoin atau sastra yang tak mudah. Masalah seperti ini yang sering kita jumpai terhadap persoalan tema, baik untuk menjelaskan pengertian tema sebagai salah satu unsur karya sastra, maupun untuk mendeskripsikan pernyataan tema yang dikandung dan ditawarkan oleh sebuah cerita khususnya cerpen. Tapi Menurut Stanton dan Kenny dalam Nurgiyantoro (2009: 64), tema adalah makna yang terkandung di dalam cerita tersebut. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaannya. Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita saja. Tema, walau sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang disembunyikan, walau belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak secara sengaja disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Namun, tema merupakan makna keseluruhan yang didukung oleh cerita, dengan sendirinya ia akan ‘tersembunyi’ di balik cerita yang mendukungnya. b. Cerita Aspek cerita (story) dalam sebuah karya sastra merupakan suatu hal yang amat esensial. Ia memiliki peranan sentral. Dari awal hingga akhir karya itu yang ditemui adalah cerita. Forster dalam Nurgiyantoro (2009: 90) bahwa cerita merupakan hal yang fundamental dalam karya fiksi. Tanpa unsur cerita, eksistensi sebuah fiksi tak mungkin berwujud. c. Alur atau Plot Stanton dalam Nurgiyantoro (2009: 113) mengemukakan plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Ada tiga jenis alur menurut Tim Penyusun Pustekkom (2007: 545) yaitu, pertama, alur maju, merupakan bagian-bagian alur yang disajikan secara berurutan dari tahap perkenalan, penampilan masalah, hingga tahap penyelesaian masalah. Kedua, alur mundur, merupakan alur yang disusun dengan mendahulukan tahap penyelesaian disusul ke tahap- tahap yang lain seperti peristiwa, konflik, atau perkenalan. Ketiga, alur campuran, merupakan urutan penyajian peristiwa didahului dengan puncak ketegangan dilanjutkan dengan perkenalan dan diakhiri dengan penyelesaian. d. Penokohan Penokohan adalah penyajian watak atau karakter tokoh dan penciptaan citra tokoh dalam cerita. (Tim Penyusun Pustekkom, 2007: 546). Jones dalam Nurgiyantoro (2009: 165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh-tokoh cerita dalam cerpen dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut penamaan itu dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dalam cerpen maupun novel dapat saja dikatagorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligusnya seperti di bawah ini. 1) Tokoh utama dan tokoh tambahan
  • 8. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerpen. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. (Nurgiyantoro, 2009: 177). Sedangkan tokoh tambahan adalah tokokh yang jadi pelengkap dalam cerita. (Tim Penyusun Pustekkom, 2007: 547).
  • 9. 2) Tokoh protagonis dan tokoh antagonis Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonist dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai- nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan, harapan- harapan pembaca. Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis, barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis. (Altenbernd & Lewis dalam Nurgiyantoro, 2009: 178). 3) Tokoh sederhana dan tokoh bulat Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh sederhana dan tokoh kompleks atau tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja. (Forster dalam Nurgiyantoro: 2009: 181). e. Lattar atau setting Lattar atau setting adalah unsur yang menunjukkan di mana, bagaimana, kapan peristiwa dalam cerita itu berlangsung. Lattar dibedakan menjadi tiga yang pertama lattar tempat yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam cerpen. Kedua, lattar waktu, yaitu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam cerpen. Ketiga, lattar sosial yaitu yang berhubungan dengan hal perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam cerpen.(Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009: 216). f. Sudut Pandang Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang menbentuk cerita dalam cerpen. Sudut pandang adalah posisi pengarang terhadap peristiwa- peristiwa dalam cerita. Sudut pandang dibagi menjadi tiga yang pertama sudut pandang orang pertama sentral yaitu apabila tokoh sentral adalah pengarang yang secara langsung terlibat dalam cerita. Kedua sudut pandang orang pertama sebagai pembantu yaitu menampilkan “aku” hanya jadi pembantu tokoh lain yang lebih penting. Ketiga sudut pandang orang ketiga serba tahu adalah pengarang berada di luar cerita (jadi pengamat) yang bukan segalanya bahkan berdilaog langsung dengan pembaca. Tim Penyusun Pustekkom (2007: 548). g. Amanat Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita yang dibuatnya. Tim Penyusun Pustekkom (2007: 548). h. Bahasa Bahasa dalam cerpen fungsi utamanya adalah sebagai fungsi komunikatif. (Nurgiyantoro, 1993: 1). Bahasa dalam cerpen merupakan media yang digunakan pengarang untuk mengekspresikan pengalman batin dan memproyeksikan kepribadiannya. (Tim Penyusun Pustekkom, tt: 38). Penggunaan gaya bahasa dalam cerita pendek umumnya karya sastra sangatlah luas seperti bahasa sastra, stile, dan stilistika. (Nurgiyantoro, 2009:22-23). 2. Unsur ekstrinsik cerita pendek Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur Ekstrinsik yang dimaksud seperti nilai moral, nilai sosial, nilai budaya, dan biografi pengarang. a. Nilai Moral
  • 10. Moral dalam cerita, menurut Kenny dalam Nurgiyantoro (2009: 320), biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil lewat cerita ynag bersangkutan oleh pembaca. Moral merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti kehidupan seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. b. Nilai sosial Nilai sosial dalam cerita berkaitan erat dengan tatalaku hubungan antara sesama manusia atau kemasyarakat. c. Nilai Budaya Nilai budaya pada cerpen berkaitan erat dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil karya cipta manusia. d. Biografi Pengarang Biografi pengarang ialah riwayat hidup, buku yang menulis atau menggambarkan tentang riwayat hidup pengarang. (Wahyu & Silaban, 2006: 86). 3. Langkah-Langkah Menulis Cerita Pendek Hal pertama yang dilakukan dalam menulis cerpen adalah tentukan tema cerpen, tulis ide dalam bentuk karangan atau kerangka cerpen. Perhatikan alur, tokoh dan perwatakan, setting serta sudut pandangnya. Selanjutnya tulis cerpen dengan memperhatikan diksi atau pilihan kata, gaya bahasa, ejaan, tanda baca, dan penggunaan kalimat. (Juanda & Rosdiyanto, 2006: 327).
  • 11. 4. Media dalam Proses Pembelajaran a. Definisi Media Pembelajaran Munadi (2010: 8-9).Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Media ialah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan atau materi ajar dari tenaga pendidik sebagai komunikator kepada peserta didik sebagai komunikan dan sebaliknya (Gintings, 2007: 140). Menurut Wahyu & Silaban, media adalah alat perantara untuk tujuan tertentu. b. Fungsi Media Pembelajaran 1. Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar Secara tekhnis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar adalah fungsi utamanya. Mudhoffir dalam Munadi (2008: 37) menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, tekhnik, dan lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Pemahaman di atas sejalan dengan pernyataan Edgar Dale & Ahmad dalam Munadi, 2008: 37) bahwa sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas, yakni seluas kehidupan yang mencakupsegala sesuatu yang dapat dialami, yang dapat menimbulkan peristiwa belajar. 2. Fungsi Semantis Fungsi semantik adalah kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verba) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami peserta didik (Munadi, 2008: 30). 3. Fungsi Manipulatif Berdasarkan karakteristik umum, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi. Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu, yaitu a) kemampuan mengatasi media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya. b) kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat. c kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi. Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia, yaitu a) membantu peserta didik dalam memahami objek yang sulit diamati karena terlalu kecil. b) membantu peserta didik dalam memahami objek yang yang bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat. c) membantu peserta didik dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan suaru. d) membantu peserta didik dalam memahami objek yang terlalu kompleks (Munadi, 2008: 41-43). 4. Fungsi Psikologis Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi ajar. Media pembelajaran yang tepat guna adalah media pembelajaran yang mampu menarik perhatian dan memfokuskan perhatian peserta didik. Ketika kita memperhatikan rangsangan tertentu sambil membuang rangsangan yang lainnya disebut dengan perhatian selektif (Rahkmat dalam Munadi, 2008: 43-44). Fungsi afektif yakni fungsi yang menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan peserta didik terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan-kecenderungan batin (Qahar, 2008: 44).
  • 12. Peserta didik yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau kejadian atau peristiwa. Objek-objek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental (Winkel dalam Munadi, 2008: 45). Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi peserta didik. Imajinasi berdasarkan Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin dalam Munadi, 2008: 47) adalah proses menciptakan objek atau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa mendatang atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan). Tenaga pendidik dapat memotivasi peserta didiknya dengan cara membangkitkan minat belajar dan dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan. Donal O. Hebb (Rasyid, 2003: 93) menyebutkan cara pertama dengan arousal adalah suatu usaha guru untuk membangkitkan intrinsic motive peserta didiknya sedangkan yang kedua expectancy adalah suatu keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu harapan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. 5. Fungsi Sosio-Kultural Fungsi dilihat dari segi fungsi ini, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antarpeserta komunikasi pembelajaran. Masalah di dalam proses pembelajaran dapat diatasi dengan media pembelajaran karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan pesrsepsi yang sama (Munadi, 2008: 48). c. Jenis-Jenis Media Pembelajaran Secara garis besar media pembelajaran dapat dibedakan ke dalam empat kelompok yaitu, visual, audio, audio-visual, dan multimedia. 1. Media Visual Media ini menampilkan materi pembelajaran dalam betuk sesuatu yang dapat dilihat oleh mata manusia. Berdasarkan tekhnologinya alat media visual dibedakn menjadi dua yang pertama media visual non-elektronik . Misalnya papan tulis, white board, flanel board, flip chart, poster, dan model. Kedua media visual elektronik. Seperti slide projector, opaque projector, dan overhead projector atao OHP (Gintings, 2007: 14). 2. Media Audio Media ini menampilkan materi pembelajaran dlam bentuk sesuatu yang dapat didengar oleh telinga manusia. Berdasarkan tekhnologinya alat media audio dibedakan menjadi dua yaitu yang pertama, media audio non-elektronik misalnya, peralatan musik akustik seperti gitar, gamelan, dan lainnya. Kedua, media audio elektronik seperti Amplifier, radio, tape recorder, dan CD player. Gintings, 2007: 145). 3. Media Audio-Visual Media ini menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu yang dapat didengar dan dilihat oleh mata manusia. Pada beberapa jenis peralatan audio-visual gambar yang ditampilkan juga dapat bergerak. Contoh dari peralatan media audio-visual adalah; slide projector, yang dipadukan dengan tape recorder, televise, film strip projector, video player, dan DVD player, dan computer (Gintings, 2008: 146). Keunggulan dari media ini adalah bahwa semakin banyaknya pancaindera yang dilibatkan dalam proses komunikasi pembelajaran, maka semakin banyak materi pembelajaran yang dapat diserap oleh peserta didik. Di samping itu, media audio visual dapat menyajikan obyek dan peristiwa nyata di kelas untuk dijadikan bahan permasalahan atau diskusi yang menarik. Gintings, (2008: 146), Kelemahan media ini ialah waktu yang
  • 13. digunakan terlalu banyak sehingga membutuhkan tambahan waktu di pertemuan berikutnya dan membutuhkan konsentrasi penuh oleh peserta didik. Di dalam penelitian ini ada tiga media yang digunakan seperti televise, kaset film, dan DVD player. Hamalik dalam Munadi (2008: 134) televisi merupakan perlengkapan elektronik, yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara.
  • 14. 4. Multimedia Media ini menampilkan pembelajaran dengan tekhnik yang memadukan semua keunggulan peralatan media audio dan visual dengan berbagai tekhnik penyajian yang memanfaatkan tekhnologi computer dengan LCD projektor sebagai peralatan utamanya. Dengan penggunaan multimedia, guru dapat langsung mengetik hasil diskusi dan penampilkannya dalam waktu bersamaan di layar. Multimedia juga memungkinkan dilakukan animasi, pemotongan sebagian dari gambar obyek untuk diperbesar dan dijadikan bahan pembahasan (Gintings, 2008: 146-147). d. Pemilihan Media yang tepat Beberapa prinsip perlu diperhatikan agar media dapat dipergunakan secara maksimal, efektif dan efisien. Rahardjo dalam (http://media.com/2010/9jenis-jenismedia) menyebutkan beberapa prinsip dalam pemilihan media yang tepat, yaitu: 1. Adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media, untuk siapa, dipakai dimana, keperluan apa dan lain sebagainya. 2. Familiaritas media, pengguna media harus mengenal sifat dan ciri- ciri media yang akan dipilih. 3. Media pembanding, hal ini diperlukan untuk memberikan alternatif pertimbangan dalam rangka mengambil keputusan yang tepat tentang media yang akan dipergunakan, 4. Adanya norma atau patokan yang akan dipakai dan dikenakan pada proses pemilihan. Dengan mempertimbangkan beberapa prinsip di atas, maka diharapkan, media yang dipilih akan bisa dipergunakan secara maksimal agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
  • 15. 7. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Sasaran Tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan media audio-visual, yakni dengan memutarkan film Laskar Pelangi kemudian peserta didik menulis kembali secara kronologis alur film tersebut dalam bentuk cerita pendek. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTs. Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur Gerung pada peserta didik kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Peserta didik berjumlah 35 orang dengan rincian 17 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh tenaga pendidik di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar peserta didik meningkat. (Aqib, [et. al],2008: 3). Penelitian yang dilakukan adalah meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran bahasa, khususnya dalam menulis cerpen. Penelitian ini didukung oleh penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menuntut penggunaaan angka, mulai dari pengumpulan data sampai dengan penampilan hasil. (Arikunto, 20066: 12).
  • 16. C. Prosedur Penelitian Proses pelakasanaan tindakan dalam penelitian ini mengikuti prinsip-prinsip PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart dalam Arikunto (2006: 97-99) yaitu prosedur penelitian yang mempunyai empat tahapan yaitu, 1. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan adalah tahapan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap ini peneliti melakukan hal-hal seperti menyiapkan media pembelajaran, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yaitu menulis cerpen berdasrkan film yang diputarkan, mengembangkan skenario pembelajaran dengan menerapkan media audio-visual, membuat lembar observasi tenaga pendidik dan peserta pendidik, dan lembar penilaian. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan adalah tahap implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah penelitian di tindakan kelas. Dalam tahap ini peneliti melakukan kegiatan yang sesuai dengan RPP yang dibuat seperti di dalam kegiatan pembelajaran, melakukan apersepsi, menjelaskan materi menulis cerpen, memutarkan film laskar pelangi, peserta didik menulis gagasan dan ide yang didapatkan ketika menonton film tersebut dan dilanjutkan dengan membuat kerangka cerpen, dan menulis cerpen sesuai dengan kerangka cerpen yang telah dibuat. 3. Tahap Observasi Tahap observasi adalah pelaksanaan pengamatan oleh observer. Dalam tahap ini peneliti melakukan observasi (kolaborasi) mengamati tenaga pendidik dan peserta didik disaat pembelajaran dengan instrumen pengamatan pembelajaran tenaga pendidik dan peserta didik. 4. Tahap Refleksi Tahap observasi adalah tahap kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi atau kekurangan dan kelebihan sebagai bahan perbaikan. Dalan tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis hasil observasi sebagai evaluasi dalam menentukan keberhasilan tindakan. Dalam penelitian ini akan dilaksanakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. a. Siklus I 1. Tahap Perencanaan Dalam tahap ini, hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1) merancang atau membuat lembar pedoman hasil observasi tenaga pendidik dan belajar peserta didik yang digunakan sebagai petunjuk untuk mengamati proses kegiatan pembelajaran dan mengidentifikasi faktor penghambat yang dihadapi oleh peserta didik dalam menulis cerpen. 2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran disusun dengan memperhatikan hal-hal seperti menetapkan indikator pembelajaran menulis cerpen/memilih dan menetapkan materi yang akan disajikan, menyediakan media pembelajaran yang akan digunakan seperti TV, DVD player, dan CD film. 3) membuat penilaian pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media audio-visual 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat. Kegiatan yang dimaksud seperti, a)
  • 17. Tenaga pendidik memberi salam, memeriksa kehadiran, menyiapkan sumber belajar, memotivasi peswerta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b) tenaga pendidik menjelaskan materi menulis cerpen dengan penerapan media audio-visual, tenaga pendidik menjelaskan cara kerja atau langkah kerja, memutarkan film laskar pelangi, peserta didik mencatat gagasan atau ide untuk membuat kerangka cerpen, tenaga pendidik menjelaskan cara menulis cerpen berdasarkan kerangka cerpen yang telah dibuat, dalam kegiatan menulis cerpen, tenaga pendidik membimbing peserta didik, dan peserta didik menyunting hasil menulis cerpen sebelum dikumpulkan. c) menyimpulkan hasil pembelajaran dan melakukan refleksi di setiap pertemuan.
  • 18. 3 Tahap Observasi Kegiatan observasi dilakukan setiap kali pembelajaran berlangsung, dalam pelaksanaan tindakan dengan mengamati kegiatan tenaga pendidik dan aktivitas peserta didik. Jumlah observer dalam penelitian ini ialah 1 orang yaitu kepala madrasah MTs. Ittihaad Al-Umam, Abdul Hapiz, S. S., M. Pd yang bertempat tinggal di kuripan utara, Lombok Barat. 4. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap observasi tindakan kelas, maka peneliti dan observer selanjutnya melakukan analisis hasil observasi dan menyimpulkan data yang diperoleh serta melihat hubungan dengan rencana yang telah ditetapkan. Analisis dan interpretasi hasil tindakan selanjutnya menjadi dasar untuk melakukan evaluasi dalam menentukan keberhasilan atau pencapaian tujuan tindakan. Kesimpulan hasil evaluasi menjadi acuan dalam mengambil keputusan tindakan, apakah tindakan telah berhasil ataukah belum selesai sesuai dengan kriteria kemampuan minimal (nilai individu 65) sehingga dilakukan perubahan atau revisi terhadap rencana dan pelaksanaan agar tercapainya target pada siklus berikutnya.
  • 19. a. Siklus II Untuk menyempurnakan pelaksanaan kegiatan pada siklus I maka, perlu direncakanan siklus selanjutnya dengan mengacu pada hasil observasi dan evaluasi pada siklus I. Adapun langkah kegiatan pada siklus II sama dengan langkah kegiatan pada siklus I, yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada siklus II peneliti harus benar-benar memperhatikan kesalahan ataupun kekurangan pada waktu dilakukannya siklus I. Hal ini bertujuan agar pada kegiatan siklus II peneliti bisa menyempurnakan siklus sebelumnya. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang diguanakan dalan peneliti adalah metode tes sebagai metode utama yang terdiri dari tes awal (pre- test), tes akhir (pos-test) dan observasi. Selanjutnya metode pengumpulan data ini dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Tes Awal Sebelum proses pembelajaran dilakukan, peserta didik melakukan tes awal (pre-test). Tes awal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik memahami materi menulis cerpen, sebelum diterapkan media audio-visual berupa pemutaran film Laskar Pelangi di kelas.
  • 20. 2. Tes Akhir Tes akhir dilaksanakan setelah proses pelaksanaan pembelajaran selesai dengan menggunakan RPP. Tes adalah bentuk tindakan yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar, sikap, kemampuan atau bakat yang dimilki peserta didik. Tes akhir ini digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan peserta didik dalam menulis cerpen dengan penerapan media audio-visual. 3. Observasi Kegiatan observasi dilakukan setiap kali berlangsungnya pelaksanaan tindakan dengan mengamati kinerja peserta didik dan kinerja pendidik yang diamati oleh observer. E. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian ini berfungsi dalam memudahkan pekerjaan dan hasilnya lebih baik dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Latihan-latihan Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, tindakan yang dilakukan menggunakan latihan. Latihan adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan hasil yang diharapkan secara tertulis. Latihan yang digunakan adalah menulis cerpen dengan menggunakan media audio-visual. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara praktis dapat disebut skenario pembelajaran. Dengan demikian RPP merupakan pegangan bagi tenaga pendidik untuk menyiapkan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran. (Gintings, 2008: 224). 3. Pedoman Observasi Yang dilakukan dengan observasi ini adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap gejala-gejala yang nampak pada peserta didik. Untuk kelancaran kegiatan penelitian ini, peneliti membuat pedoman observasi sebagai arahan dan untuk memudahkan pengumpulan data di lapangan. Observasi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini difokuskan pada kinerja peserta didik dan tanaga pendidik. a. pedoman observasi kinerja tenaga pendidik Pedoman observasi kinerja tenaga pendidik ini digunakan untuk mengetahui tindakan atau aktivitas peneliti dalam proses pembelajaran ketika diterapkan media audi visual. Lembar observasi aktivitas tenaga pendidik (peneliti) diisi oleh observer ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga peserta didik dapat lebih aktif dalam merespon pembelajaran. b. pedoman observasi kinerja peserta didik Pedoman observasi kinerja peserta didik digunkan untuk mendapatkan informasi tentang aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran. Penilaian ini difokuskan pada minar belajar, perhatian, dan partisipasi peserta didik dalam kegiatan menulis cerpen.
  • 21. F. Analisis Data 1. Data penelitian Pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Data hasil pembelajaran diambil dengan latihan menulis cerpen pada peserta didik menggunakan media audio visual dengan cara peserta didik menyimak film “Laskar Pelangi” kemudian peserta didik menulis kembali dengan kalimat sendiri sesuai dengan film yang sudah ditonton; b) Data situasi pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi; c) Data perkembangan prestasi belajar siswa diambil dari hasil pembelajaran dan hasil observasi. Pengolahan data merupakan salah satu langkah yag sangat penting, terutama apabaila diinginkan generalisasinya atau kesimpulan tentang masalah yang diteliti, sehingga nantinya dapat dipertanggungjawabkan.
  • 22. a. Data hasil observasi Data hasil obsevasi berupa data deskriptif, maka data tersebut diolah berdasarkan refrensi yang ada serta disesuaikan dengan keadaan pembelajaran selanjutnya di lapangan. Adapun kriteria penskoran pengisian lembar observasi pada siklus I dan siklus II adalah yaitu Tinggi = 3, Sedang 2, dan Rendah= 1. b. Data hasil belajar Menurut Purwanto dalam Rehan 2004: 10, untuk menganalisis hasil belajar digunakan langkah-langkah sebagai berikut. T K = x100% Tt Ketuntasan individu atau ketuntasan per peserta didik ditentukan dengan rumus: Dimana: K = Persen ketuntasan belajar per peserta didik T = Skor yang dicapai peserta didik Tt = Jumlah skor maksimal Sebagai standar ketuntasan belajar peserta didik dikatakan meningkat apabila terdapat peningkatan rata-rata skor peserta didik yang tuntas (KKM = 65). 2. Ketuntasan Klasikal Y
  • 23. KK = x 100% Z Sebagaimana dinyatakan oleh Purwanto dalam Rehan, 2004: 12. Keterangan: KK = Ketuntasan klasikal Y = Jumlah peserta didik yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 65 Z = Jumlah peserta didik Adapun kriteria ketuntasan secara klasikal yang diajukan dalam penelitian ini adalah lebih besar atau sama dengan 80% dari jumlah peserta didik yang mencapai nilai lebih besar atau sama dengan 65. Jika masih kurang dari kriteria yang ditentukan, maka diadakan perbaikan pada siklus berikutnya. 3. Nilai rata-rata kelas R= JN x 100% JP Keterangan: R = nilai rata-rata kelas JN= Jumlah nilai semua peserta didik JP= Jumlah peserta didik 2. Teknik Analisis Menurut Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi UNW Mataram, 2010: 26 Tekhnik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a. Peningkatan Prestasi Peserta Didik a. peningkatan setelah siklus I= R siklus I- R tes awal
  • 24. b. peningkatan setelah siklus II= R siklus II – R siklus I Total = peningkatan siklus I + peningkatan siklus II = X1 = X1 X 100% Rata-rata tes awal = X2% b. Peningkatan Kegiatan Pendidik = jumlah skor siklus II – jumlah skor siklus I = X1 = X1 X 100% Jumlah skor siklus I = X2%
  • 25. c. Peningkatan Kegiatan Peserta Didik ah siklus II = jumlah skor siklus II – jumlah skor siklus I = X1 = X1 X 100% Jumlah skor siklus I = X2%
  • 26. 8. JADWAL KEGIATAN No. Kegiatan Bulan April Mei Juni 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Tahap judul: a. Pengajuan judul v v b. Penetapan judul v 2 Tahap proposal a. Judul dan penetapan proposal v v b. konsultasi proposal v v v c. ACC proposal skripsi v 3 Tahap penelitian a. siklus I v b. siklus II v v v c. ACC skripsi v 4 Tahap Ujian a. pendaftaran Ujian skripsi v b. ujian skripsi v
  • 27. 9. RENCANA BIAYA No. Uraian Kegiatan Volume Harga satuan Jumlah harga 1 Biaya Proposal a. kertas A4 700 Gram 1 Rim 60.000 60.000 b. pengetikan 50 lembar 250 12.000 c. penjilidan 1 buah 15.000 15.000 d. transportasi - - 150.000 e. buku referensi 7 buah 35.000 105.000 Jumlah 380.000 2 Biaya skripsi a. kertas A4 700 Gram 1 Rim 60.000 60.000 b. pengetikan 60 lembar 250 13.000 c. penjilidan 1 buah 15.000 15.000 d. transportasi - - 200.000 e. buku referensi 7 buah 35.000 105.000 Jumlah 422.000 Total Keseluruhan Biaya proposal + biaya skripsi 802.000