Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Makalah agamaa
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya
diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim ada 3, yaitu
Yahudi, Nasrani, dan Islam. Ketiga agama ini mempunyai beberapa kesamaan dan
perbedaan yang beberapa di antaranya sangat mendasar. Yahudi adalah agama
tribal/kesukuan yang hanya bisa dianut oleh bangsa Yahudi. Agama ini tidak bisa
disebarkan ke luar dari suku Yahudi. Oleh karena itu jumlahnya tidak berkembang.
Hanya sekitar 14 juta pemeluknya di seluruh dunia. Sementara agama Nasrani dan
Islam karena disebarkan ke seluruh manusia dipeluk oleh milyaran pengikutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Penjelasan Kerangka Dasar Ajaran Islam ?
2. Apa Unsur-unsur Ajaran Islam?
3. Bagaimana Fungsi dan Kedudukan Ajaran/Aqidah Islam ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan Definisi Dasar Ajaran Islam
2. Menjelaskan Unsur-unsur Ajaran Islam
3. Mengetahui Fungsi dan Kedudukan Ajaran/Aqidah Islam
2. 2
BAB. II
PEMBAHASAN
A. KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM
Islam pada hakikatnya adalah aturan atau undang – undang Allah yang terdapat
dalam kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya yang meliputi perintah dan larangan serta
petunjuk supaya menjadi pedoman hidup dan kehidupan umat manusia guna
kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
Secara umum aturan itu dibagi menjadi 3 hal pokok, yaitu Aqidah, Syari‟ah dan
Akhlaq.
1. Aqidah
Aqidah adalah sistem keyakinan yang mendasari seluruh aktivitas muslim.
Ajaran Islam berisikan tentang apa saja yang mesti dipercayai, diyakini, dan diimani
oleh setiap muslim. Karena agama Islam bersumber kepada kepercayaan dan
keimanan kepada Allah swt, maka aqidah merupakan sistem kepercayaaan yang
mengikat manusia kepada Islam. Seorang manusia disebut muslim jika dengan
penuh kesadaran dan ketulusan bersedia terikat dengan sistem kepercayaan Islam.
Karena itu, aqidah merupakan ikatan dan simpul dasar dalam Islam yang pertama
dan utama.
Aqidah dibangun atas 6 dasar keimanan yang lazim disebut Rukun Iman. Rukun
iman meliputi : iman kepada Allah swt, para malaikat, kitab – kitab, para Rasul, hari
akhir, dan Qodlo dan Qodar. Allah berfirman dalam QS.An-Nisa‟, ayat 136 yang
artinya “ Wahai orang yang beriman, tetaplah beriman kepaada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang diturunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya,
hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh- jauhnya”.
Berdasarkan 6 fondasi tersebut, maka keterikatan setiap muslim yang semestinya
ada pada jiwa setiap muslim adalah :
a. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir, mengandung syariat yang
menyempurnakan syariat – syariat yang diturunkan Allah sebelumnya.
b. Meyakini bahwa Islam adalah satu- satunya agama yang benar di sisi Allah.
Islam dating dengan membawa kebenarana yang bersifat absolute guna menjadi
pedoman hidup dan kehidupan manusia selaras dengan fitrahnya.
c. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang universal serta berlaku untuk semua
manusioa dalam segala lapisan masyarakat dan sesuai dengasn tuntutan
budaya manusia.
3. 3
2. Syari’ah
Komponen Islam yang kedua adalah syari‟ah yang berisi peraturan dan
perundang- undangan yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan manusia.
Syari‟at adalah sistem nilai yang merupakan inti ajaran Islam. Syari‟ah aatau sistem
nilai Islam yang diciptakan oleh Allah sendiri. Dalam kaitan ini, Allah disebut Syaari
atau pencipta hukum.
Sistem nilai Islam secara umum meliputi 2 bidang :
a. Syari‟at yang mengatur hubungan manusia secara vertikal dengan Allah (ibadah
mahdah / khusus). Disebut ibadah mahdah karena sifatnya yang khas dan sudah
ditentukan secara pasti oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh Allah. Dalam
konteks ini, syari‟at berisikan ketentuan tentang tata cara peribadatan manusia
kepada Allah, seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, haji.
b. Syari‟at yang mengatur hubungan manusia secara horizontal dengan sesama dan
makhluk lainnya ( mu‟amalah ). Mu‟amalah meliputi ketentuan perundang-
undangan yang mengatur segala aktivitas hidup manusia dalam pergaulan
dengan sesamanya dan alam sekitarnya.
Adanya sistem mu‟amalah ini membuktikan bahwa Islam tidak meninggalkan urusan
dunia, bahkan tidak pula melakukan pemisahan terhadap persoalan dunia maupuu
akhirat. Bagi Islam, ibadah yang diwajibkan Allah atas hambanya bukan sekedar
bersifat formal belaka, melainkan disuruhnya agar semua aktivitas hidup dijalankan
manusia hendaknya bernilai ibadah. Ajaran ini sesuai dengan ajaran Islam tentang
tujuan diciptakannya manusia supaya beribadah. Allah berfirman dalam QS. Az-
Zarariyat, ayat 5 : “ Dan tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya
beribadah kepada- Ku “
Hubungan horizontal ini disebut pula dengan ibadah gairu mahdah / umum karena
sifatnya umum, di mana Allah atau Rasul-Nya tidak memerinci macam dan jenis
perilakunya, tetapi hanya memberikan prinsip dasarnya saja.
3. Akhlaq
Akhlaq merupakan komponen dasar Islam yang ketiga yang berisi ajaran
tentang perilaku atau sopan santun. Akhlaq maupun syari‟ah pada dasarnya
membahas perilaku manusia, tetapi yang berbeda di antaranya adalah obyek
materia. Syari‟ah melihat perbuatan manusia darin segi hukum yaitu : wajib, sunah,
mubah, makruh, dan haram. Sedangkan aklaq melihat perbuatan manusia dari segi
nilai / etika, yaitu perbuatan baik ataupun buruk. Akhlaq merupakan sistematika
Islam, sebagai sistem, akhlaq memiliki spektrum yang luas, mulai sikap terhadap
dirinya, orang lain, dan makhluk lain, serta terhadap Allah SWT.
4. 4
4. Keterkaitan antara Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq
Aqidah, Syari‟ah, dan Akhlaq pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran
Islam. ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Aqidah
sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen – elemen dasar keyakinan,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syari‟ah
sebagai sistem nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sdangkan
akhlaq sebagai sistem etika menggambarkan arah dan tujuan yuang hendak dicapai
agama. Oleh karena itu, ketiga komponen tersebut seyogyanya terintegrasi dalam
diri seorang muslim. Integrasi ketiga komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat
sebuah pohon. Akarnya adalah aqidah, sementar batang, dahan, dan daunnya
adalah syari‟ah, sedangkan buahnya adalah aqidah. Muslim yang baik adalah orang
yang memiliki aqidah yang lurus dan kuat yang mendorongnya untuk melaksanakan
syari’ah yang hanya ditujukan kepada Allah sehingga tergambar akhlaq yang terpuji.
Atas dasar hubungan itu, maka :
a) Seseorang yang melakukan suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh
aqidah , maka orang itu termasuk dalam kategori kafir.
b) Seseorang yang mengaku beraqidah, tetapi tidak mau melaksanakan syari’ah,
maka orang itu disebut fasik.
c) Seseorang yang mengaku beraqidah dan melaksanakan syari’ah, tetapi dengan
landasan aqidah yang tidak lurus, maka orang itu disebut munafik.
d) Seseorang yang melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi aqidah, maka
perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik
adalah perbuatan yang sesuai dengan nilai- nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu
dipandang benar menurut Allah.
e) Perbuatan baik yang didorong oleh keimanan terhadap Allah sebagai wujud
pelaksanaan syari‟ah disebut sebagai amal sholeh. Oleh karena itu, dala Al-
Qur‟an kata amal sholeh selalu diawali dengan kata iman, antar lain dalam QS.
An-Nur, ayat 55
B. Unsur-unsur Ajaran Islam
Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama Islam
dapat dijelaskan sesuai hadist riwayat Muslim dibawah ini :
Dari Umar ra. juga dia berkata : “Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah s.a.w
suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat
putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan
jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian
5. 5
dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya
(Rasulullah s.a.w) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam
?”, maka bersabdalah Rasulullah s.a.w, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak
ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan
pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata, “anda benar“.
Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan.
Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahukan aku tentang Iman?“ Lalu beliau bersabda,
“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang
buruk“, kemudian dia berkata, “anda benar“. Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukan
aku tentang ihsan ?“. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia
melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat
(kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya “. Dia berkata, “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda,
“Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang
bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-
lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam
sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah s.a.w) bertanya, “Tahukah engkau siapa yang
bertanya ?”. aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda,
“Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama
kalian“. (HR. Muslim).
Hadits ini menerangkan pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan serta
memperhatikan isi Al Qur‟an secara keseluruhan maka dapat dikembangkan bahwa
pada dasarnya sistematika dan pengelompokkan ajaran Islam secara garis besar
adalah aqidah, syariah dan akhlak.
Ditinjau dari ajarannya, Islam mengatur berbagai aspek kehidupan pada manusia
yang meliputi :
1. Hubungan manusia dengan Allah (Hablum Minallah).
Sesuai firman yang berbunyi :
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku”. (QS.51: 56)
2. Hubungan Manusia dengan Manusia (Hablum minan-Naas).
Sesuai firman yang berbunyi :
”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan
janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”. (QS.5:2).
6. 6
3. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya/ lingkungan.
Sesuai firman yang berbunyi :
”Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmuran”. (QS.11:61)
Vera Micheles Dean dalam bukunya ”The Nature of The Non Western World”,
sebagaimana dikutip Humaidi Tata Pangarsa; bahwa Islam meliputi empat unsur
yaitu :
1. Islam is religion.
2. Islam is political system.
3. Islam is way of live.
4. Islam is interpretation of history.
Dilihat secara parsial maka Dinul Islam dapat dibedakan kepada :
1. Iqlimiyah Al-Islam
Adanya ajaran – ajaran Islam yang berbeda dalam satu iklam (wilayah) dengan
wilayah lainnya sebagai akibat perbedaan situasi dan kondisi.
2. Alqawa‟id Al-Hikmah
Ajaran Islam yang memiliki kontek keberlakuan akidah secara mendunia
sepanjang masa.
C. Kedudukan Aqidah Dalam Islam
1. Pengertian Aqidah
Aqidah secara bahasa berasal dari kata ( د)عق yang berarti ikatan. Secara istilah
adalah keyakinan hati atas sesuatu. Kata „aqidah‟ tersebut dapat digunakan untuk
ajaran yang terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar
Islam. Sehingga ada istilah aqidah Islam, aqidah nasrani; ada aqidah yang benar
atau lurus dan ada aqidah yang sesat atau menyimpang.
Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas
sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir
baik dan buruk. Hal ini didasarkan kepada Hadits shahih yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim dari Shahabat Umar bin Khathab r.a. yang dikenal dengan „Hadits
Jibril‟. Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat
suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain,
seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang
dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada
7. 7
gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban
atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan
diterimanya suatu amal. Allah swt berfirman,
Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di
akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)
Allah swt juga berfirman,
Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi
sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh
amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang
merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul
mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek
yang lainnya. Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota
Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu
yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang
waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan
ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan
keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh
bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan
penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang
lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi
kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam
ajaran Islam.
8. 8
2. Sumber-sumber Aqidah Islam
A Pengertian Aqidah
Aqidah secara bahasa berasal dari kata ( د)عق yang berarti ikatan. Secara istilah
adalah keyakinan hati atas sesuatu. Kata „aqidah‟ tersebut dapat digunakan untuk
ajaran yang terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar
Islam. Sehingga ada istilah aqidah Islam, aqidah nasrani; ada aqidah yang benar
atau lurus dan ada aqidah yang sesat atau menyimpang.
Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas
sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir
baik dan buruk. Hal ini didasarkan kepada Hadits shahih yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim dari Shahabat Umar bin Khathab r.a. yang dikenal dengan „Hadits
Jibril‟.
B. Kedudukan Aqidah dalam Islam
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti
ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang
dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada
gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban
atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan
diterimanya suatu amal. Allah swt berfirman,
Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di
akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)
Allah swt juga berfirman,
Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi
sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh
amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang
merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul
mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek
yang lainnya. Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota
Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu
9. 9
yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang
waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan
ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan
keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh
bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan
penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang
lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi
kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam
ajaran Islam. Aqidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran
yang hanya dapat ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka,
sumber ajaran aqidah Islam adalah terbatas pada al-Quran dan Sunnah saja.
Karena, tidak ada yang lebih tahu tentang Allah kecuali Allah itu sendiri, dan tidak
ada yang lebih tahu tentang Allah, setelah Allah sendiri, kecuali Rasulullah saw.
Metode Memahami Aqidah Islam dari Sumber-sumbernya Menurut Para
Shahabat Generasi para shahabat adalah generasi yang dinyatakan oleh Rasululah
sebagai generasi terbaik kaum muslimin. Kebaikan mereka terletak pada
pemahaman dan sekaligus pengamalannya atas ajaran-ajaran Islam secara benar
dan kaffah. Hal ini tidak mengherankan, karena mereka adalah generasi awal yang
menyaksikan langsung turunnya wahyu, dan mereka mendapat pengajaran dan
pendidikan langsung dari Rasulullah saw. Setelah generasi shahabat, kualifikasi atau
derajat kebaikan itu diikuti secara berurutan oleh generasi berikutnya dari kalangan
tabi‟in, dan selanjutnya diikuti oleh generasi tabi‟ut tabi‟in. Tiga generasi inilah yang
secara umum disebut sebagai generasi salaf. Rasulullah bersabda tentang mereka,
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah generasi pada masaku, lalu generasi
berikutnya, lalu generasi berikutnya…” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Generasi salaf yang shalih (al-salaf al-shalih) mengambil pemahaman aqidah dari al-
Quran dan sunnah dengan metode mengimani atau meyakini semua yang
diinformasikan (ditunjukkan) oleh kedua sumber tersebut. Dan apa saja yang tidak
terdapat dapat dalam kedua sumber itu, mereka meniadakan dan menolaknya.
Mereka mencukupkan diri dengan kedua sumber tersebut dalam menetapkan atau
meniadakan suatu pemahaman yang menjadi dasar aqidah atau keyakinan.
Dengan metode di atas, maka para shahabat, dan generasi berikutnya yang
mengikuti mereka dangan baik (ihsan), mereka beraqidah dengan aqidah yang
sama. Di kalangan mereka tidak terjadi perselisihan dalam masalah aqidah. Kalau
pun ada perbedaan, maka perbedaan di kalangan mereka hanyalah dalam masalah
hukum yang bersifat cabang (furu’iyyah) saja, bukan dalam masalah-masalah yang
10. 10
pokok (ushuliyyah). Seperti ini pula keadaan yang terjadi di kalangan para imam
madzhab yang empat, yaitu Imam Abu Hanifah (th. 699-767 M), Imam Malik (tahun
712-797), Imam Syafi‟i (tahun 767-820), dan Imam Ahmad (tahun 780-855 M).
Karena itulah, maka mereka dipersaksikan oleh Rasulullah saw sebagai golongan
yang selamat, sebagaimana sabda beliau,
Artinya: “Mereka (golongan yang selamat) adalah orang-orang yang berada di atas
suatu prinsip seperti halnya saya dan para shahabat saya telah berjalan di atasnya.”
(H.R. Tirmidzi)
11. 11
BAB. III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Rangka Ajaran Islam
1. Aqidah
2. Syariah
3. Akhlaq
Unsur-Unsur Ajaran Islam
1. Hubungan manusia dengan Allah (Hablum Minallah).
2. Hubungan Manusia dengan Manusia (Hablum minan-Naas).
3. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya/ lingkungan.
Kedudukan Aqidah Dalam Islam
Merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan
rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya, hari akhir, serta taqdir baik dan buruk.
B. KRITIK DAN SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca
yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis
demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan -
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.