Dokumen tersebut membahas tentang obat antihipertensi yang aman untuk ibu hamil, meliputi definisi hipertensi pada kehamilan, jenis obat antihipertensi seperti metildopa dan labetalol yang aman, serta prinsip pengobatan hipertensi pada ibu hamil untuk mengurangi tekanan darah dengan cara mengurangi volume darah, melebarkan pembuluh darah, dan mencegah penebalan dinding pembuluh darah.
1. obat antihipertensi pada ibu hamil
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan satu dari tiga
penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin.Di Indonesia mortalitas dan morbidotas
hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi
tidak jelas , jiiga oleh perawatan dalam persalina masih dtangani oleh petugas nonmedik dan
system rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami olh setiap
lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus
banar-benar dipahami oleh semua tenaga medic baik pusat maupun daerah.
Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan pengaruh pada
janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin tergantung dari bagaimana
obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi, metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran
sisa obat). Penyerapan obat dapat melalui saluran cerna, saluran napas, kulit, atau melalui
pembuluh darah (suntikan intravena).Kehamilan sendiri mengganggu penyerapan obat karena
lebih lamanya pengisian lambung yang dikarenakan peningkatan hormon progesteron.Volume
distribusi juga meningkat selama kehamilan, estrogen dan progesteron mengganggu aktivitas
enzim dalm hati sehingga berpengaruh dalam metabolisme obat.Ekskresi oleh ginjal juga
meningkat selama kehamilan.
Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami olh setiap lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan
tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus banar-benar dipahami oleh semua tenaga
medic baik pusat maupun daerah.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang Dimaksud Dengan Hipertensi pada kehamilan
a. Apa Jenis Obat Antihipertensi Yang Aman Bagi Ibu Hamil
b. Pengobatan Hipertensi Pada Ibu Hamil
C. TUJUAN
a. Mengetahui pengertian Hipertensi Pada Kehamilan.
b. Mengetahui Jenis Obat Antihipertensi Yang Aman Bagi Ibu Hamil.
c. Mengetahui Pengobatan Hipertensi Pada Ibu Hamil.
BAB II
PEMBAHASAN
2. A. HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
a. Pengertian Hipertensi pada kehamilan
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan
angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan
darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Referensi lain megatakan bahwa hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥ 140/90
mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan dua kali selang empat
jam.Kenaikan tekanan darah sistolik ≤30 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak
dipakai lagi.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang bisa dikatakan penderita
hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama atau lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik sama atau lebih tinggi dari 90 mmHg. Resiko hipertensi semakin meningkat pada usia
50-an keatas, hampir 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya sebenarnya, sebagian
besar hipertensi tidak memberikan gejala ( asistomatis )Hipertensi biasanya tidak menunjukkan
gejala dan tanda. Hal inilah mengapa sangat penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan
darah secara rutin.Hanya pemeriksaan tekanan darah tinggi dengan menggunakan alat pemeriksa
tekanan darah tinggi diagnosa hipertensi dapat ditegakkan
b. Penyebab dan Dampak Hipertensi pada Kehamilan
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belumdiketahui dengan jelas.Banyak teori
telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tapi tidak satupun teori yang
dianggap mutlak dikatakan benar seperti teori genetik dan adptasi kardiovaskular, teori defisiensi
gizi dan lain-lain.
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon,
termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat
meningkatkan tekanan darah seseorang.Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin.Minuman
yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya
tekanan darah tinggi.
B. OBAT ANTIHIPERTENSI YANG AMAN BAGI IBU HAMIL
a. α-Metildopa :
Metildopa merupakan obat pilihan utama untuk hipertensi kronik parah pada kehamilan (tekanan
diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan
hemodinamik janin. Obat ini termasuk golongan α2-agonis sentral yang mempunyai mekanisme
kerja dengan menstimulasi reseptor α2-adrenergik di otak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran
simpatik dari pusat vasomotor di otak. Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan
parasimpatik akan menurunkan denyut jantung, cardiac output, resistensi perifer, aktivitas renin
plasma, dan refleks baroreseptor. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan
dalam jangka waktu yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.Metildopa memiliki faktor resiko B pada kehamilan.
Metildopa
Nama Dagang : Dopamet (Alpharma) tablet salut selaput 250 mg, Medopa (Armoxindo) tablet
salut selaput 250 mg, Tensipas (Kalbe Farma) tablet salut selaput 125 mg, 250 mg, Hyperpax
(Soho) tablet salut selaput 100 mg
Indikasi : Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek
3. segera.
Kontraindikasi : Depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas
Efek samping : mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati,
anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung
tersumbat
Peringatan : mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal,
disarqankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi
Dosis dan aturan pakai : oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari, infus
intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.
b. Labetalol
Labetalol merupakan antihipertensi non kardioselektif yang memiliki kerja penghambat beta
lebih dominan dibandingkan antagonis alfa. Melalui penggunaan labetalol, tekanan darah dapat
diturunkan dengan pengurangan tahanan sistemik vaskular tanpa perubahan curah jantung
maupun frekuensi jantung yang nyata sehingga hipotensi yang terjadi kurang disertai efek
takikardia. Selain itu, labetalol juga dapat melakukan blokade terhadap efek takikardia neonates
yang disebabkan oleh terapi beta bloker pada ibu .Sehingga labetalol dapat dikatakan sebagai
obat alternative yang lebih aman dan efektif diberikan pada kehamilan.
Pemberian labetalol dapat secara oral maupun injeksi bolus intravena. Dosis oral harian labetalol
berkisar dari 200-2400 mg/hari dengan dosis awal 2 x 100 mg. Dosis pemeliharaan biasanya 2 x
200-400 mg/hari. Akan tetapi pada pasien dengan hipertensi gawat, dosis dapat mencapai 1,2
hingga 2,4 gram/hari.
Labetalol sebagai suntikan bolus intravena secara berulang-ulang 20-80 mg untuk mengobati
hipertensi gawat.Mabie, dkk (1987) memberikan labetalol 10 mg IV sebagai dosis awal. Apabila
tekanan darah tidak berkurang dalam waktu 10 menit, pasien diberi 20 mg. Dalam 10 menit
berikutnya adalah 40 mg yang diikuti 40 mg dan kemudian 80 mg apabila belum tercapai respon
yang bermanfaat. Sedangkan The Working Group (2000)merekomendasikan bolus 20 mg IV
sebagai dosis awal. Apabila tidak efektif dalam 10 menit, dosis dilanjutkan dengan 40 mg,
kemudian 80 mg setiap 10 menit, hingga dosis total sebanyak 220 mg.
Efek samping yang sering timbul adalah kelelahan, lemah, sakit kepala, diare, edema, mata
kering, gatal pada kulit kepala dan seluruh tubuh serta susah tidur. Hipotensi postural juga dapat
terjadi akan tetapi sangat jarang.
C. PENGOBATAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL
Banyak sekali tipe obat berbeda yang dapat digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi
(hipertensi) yang disebut dengan antihypertensive medicines (obat-obat anti hipertensi). Tujuan
pengobatan adalah untuk mengurangi tekanan darah dan mengembalikannya pada ukuran normal
dengan obat-obat yang mudah di konsumsi, tersedia, jumlahnya sedikit mungkin, jika
memungkinkan tanpa ada efek samping.Tujuan pengobatan tersebut hampir selalu tercapai pada
pengobatan hipertensi.Jika tekanan darah tinggi hanya bisa di kendalikan dengan obat-obatan
medis, maka perlu mengkonsumsi obat-obatan itu untuk sisa hidup.
Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan pengaruh pada
janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin tergantung dari bagaimana
obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi, metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran
sisa obat). Penyerapan obat dapat melalui saluran cerna, saluran napas, kulit, atau melalui
pembuluh darah (suntikan intravena).Kehamilan sendiri mengganggu penyerapan obat karena
lebih lamanya pengisian lambung yang dikarenakan peningkatan hormon progesteron.Volume
distribusi juga meningkat selama kehamilan, estrogen dan progesteron mengganggu aktivitas
4. enzim dalm hati sehingga berpengaruh dalam metabolisme obat.Ekskresi oleh ginjal juga
meningkat selama kehamilan.
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pengobatan hipertensi kehamilan maka perlu diketahui
mekanisme pengobatan hipertensi secara umum, sebab pengobatan hipertensi secara umum tidak
jauh beda dengan pengobata hipertensi pada kehamilan, tapi pada sbsorpsi obat dan dampak
pengobatan dan hipertensi itu sendiri pada janinnya.
Jenis-jenis obat anti hipertensi (tekanan darah tinggi)
Diuretics obat-obat jenis ini membantu tubuh untuk meniadakan tubuh dari cairan dan sodium
yang berlebihan sehingga pembuluh darah tidak terlalu berat bekerja karena terlalu banyaknya
cairan dalam tubuh.
ACE inhibitor bekerja dengan mencegah suatu bahan kimia dalam darah, angiotensin I, dari yang
diubah menjadi suatu zat yang meningkatkan retensi garam dan air dalam tubuh. Obat ini juga
membuat pembuluh darah rileks, yang selanjutnya mengurangi tekanan darah.
Obat ini bertindak pada langkah selanjutnya dalam proses yang sama yang ACE inhibitor
mempengaruhi. Seperti inhibitor ACE, mereka menurunkan tekanan darah dengan pembuluh
relaxingblood.
Beta blockers mempengaruhi respon tubuh terhadap impuls saraf tertentu.Hal ini, pada
gilirannya, menurunkan tingkat kekuatan dan kontraksi jantung, yang menurunkan tekanan
darah.
Dilator Pembuluh darah (vasodilator), seperti hydralazine (Apresoline) dan minoxidil
(Loniten).Obat ini menurunkan tekanan darah dengan relaksasi otot-otot di dinding pembuluh
darah.
.Kalsium channel blockers, seperti amlopidine (Norvasc), diltiazem (Cardizem), isradipine
(DynaCirc), nifedipin (Adalat, Procardia), dan Obat verapamil (Calan, Isoptin, Verelan). di grup
ini memperlambat gerakan kalsium ke dalam sel pembuluh darah. This relaxes the blood vessels
and lowers blood pressure. Hal ini menenangkan pembuluh darah dan menurunkan tekanan
darah.
Obat ini mengontrol tekanan darah dengan menghilangkan kelebihan garam dan air dari tubuh.
Saraf blocker, seperti methyldopa alpha (Aldomet), clonidine (Catapres), guanabenz (Wytensin),
guanadrel (Hylorel), guanethidine (Ismelin), prazosin (Minipress), derivatif rauwolfia (reserpin),
dan terazosin (Hytrin).. Obat ini kontrol impuls saraf di sepanjang jalur saraf tertentu.Hal ini
memungkinkan vesselsto darah rileks dan menurunkan tekanan darah.
Prinsip pengobatan Hipertensi
Mengurangi besarnya desakan isi pembuluh terhadap dinding arteri dengan cara :
a. mengurangi besarnya isi volume darah
b. membuat pembuluh darah lebih rileks, tidak spasme/kejang
c. melebarkan pembuluh darah.
Akibat yang ditimbulkan oleh hipertensi
a. hipertropi otot jantung akibat dari hiperfungsi
b. penebalan dinding pembuluh darah, (arteriosklerosis) karena usaha menahan naiknya tekanan
pada dinding pembuluh.
Meningkatnya fragilitas pembuluh darah, sehingga rentang terjadi rupture dan perdarahan pada
otak maupun organ lain.
Uraian diatas merupakan jenis obat yang digunakan pada pengidap hipertensi secara umum,
namun tidak semua dari jenis obat diatas dapat digunakan pada ibu hamil, karena memikirkan
keadaan janin yang dikandung
5. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan
angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan
darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
b. Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belumdiketahui dengan jelas. Banyak teori
telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tapi tidak satupun teori yang
dianggap mutlak dikatakan benar seperti teori genetik dan adptasi kardiovaskular, teori defisiensi
gizi dan lain-lain.
c. Metildopa merupakan obat pilihan utama untuk hipertensi kronik parah pada kehamilan
(tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan
hemodinamik janin.
d. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam jangka waktu yang lama
dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
e. Labetalol merupakan antihipertensi non kardioselektif yang memiliki kerja penghambat beta
lebih dominan dibandingkan antagonis alfa. Sehingga labetalol dapat dikatakan sebagai obat
alternative yang lebih aman dan efektif diberikan pada kehamilan.
f. Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi tekanan darah dan mengembalikannya pada
ukuran normal dengan obat-obat yang mudah di konsumsi, tersedia, jumlahnya sedikit mungkin,
jika memungkinkan tanpa ada efek samping.
B. SARAN
Pengobatan tekanan darah tinggi dimulai dengan perubahan-perubahan gaya hidup untuk
membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko terkena penyakit jantung. Jika
perubahan-perubahan itu tidak memberikan hasil, mungkin anda perlu mengkonsumsi obat-obat
untuk penderita darah tinggi, tentu saja dengan berkonsultasi dengan dokter. Bahkan jika anda
harus mengkonsumsi obat-obatan, alangkah baiknya disertai dengan perubahan gaya hidup yang
dapat membantu anda mengurangi jumlah atau dosis obat-obatan yang anda konsumsi.