SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 20
Descargar para leer sin conexión
BAB I
PENDAHULUAN
Pisang sebagai komoditas buah-buahan unggulan Nasional, prioritas program
pengembangannya secara agribisnis. Selama periode sepuluh tahun terakhir, produksi pisang
Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang relatif rendah, yaitu dengan laju pertumbuhan
produksi rata-rata 3,26 persen pertahun. Walaupun produktivitas pisang meningkat hingga
8,96 persen pertahun, tetapi rendahnya pertumbuhan produksi tersebut disebabkan adanya
penurunan areal panen sebesar 5,72 persen pertahun.
Konsumsi pisang perkapita masyarakat Indonesia selama lima tahun terakhir (1987-
1993) terjadi penurunan sekitar 0,48 persen pertahun. Namun demikian ekspor pisang justru
mengalami peningkatan yang sangat tinggi. Pada tahun 1993 ekspor buah pisang Indonesia
mencapai 24,9 ribu ton atau senilai 3,3 juta US dollar (BPS, 1994). Disamping itu telah
berkembang industri olahan yang memanfaatkan komoditas pisang. Hal ini menunjukkan
bahwa pisang mempunyai prospek untuk ditingkatkan pengembangannya.
Secara nasional, Sulawesi Tenggara merupakan daerah sentra produksi pisang terbesar
kedua setelah Sulawesi Tenggara. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi terhadap
produksi nasional sebesar 15,18 persen. Sebagian besar areal tanaman pisang di SULTRA
berada di lahan kering. Tingkat produktivitasnya masih sangat rendah, yaitu baru mencapai
sekitar 18 kg pertandan pada tahun 2001 (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sulawesi
Tenggara, 2001). Sedangkan dari uji rakitan teknologi di Kendari dan Lumajang pada lahan
kering Inceptisol dengan tingkat kesuburan rendah bisa mencapai 21,6 – 23,9 kg/tandan
(Kasijadi dkk, 1996). Selain itu , beberapa tahun terakhir populasi pisang di Sulawesi
Tenggara menurun secara drastis akibat serangan layu fusarium dan bakteri. Akibatnya
pemenuhan permintaan konsumen, yang seleranya semakin meningkat dan kebutuhan industri
olahan pisang (sale, keripik dan tepung) yang berkembang belum dapat terpenuhi.
Masalah utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas dan mutu buah pisang di
lahan kering adalah : (a) pengembangan tanaman pisang belum mengikuti petunjuk zona
agroekologi yang sesuai, sehingga tidak semua wilayah pengembangan mempunyai
keunggulan komparatif yang tinggi; (b) kualitas bibit yang ditanam petani umumnya kurang
baik, karena varietas beragam dan bibit berasal dari anakan; (c) jarak tanam tidak teratur dan
pemeliharaan sangat sederhana, diantaranya tidak dipupuk dan tidak mengurangi Jumlah
anakan serta membuang daun kering; (d) berkembangnya lalat buah dan fusarium yang tanpa
dilakukan pencegahannya; dan (e) kurangnya pengetahuan petani tentang teknik panen agar
tampilan buah berkualitas sesuai permintaan pasar (Kasijadi, dkk. 1996).
Dalam rangka menanggulangi masalah di atas, telah tersedia hasil penelitan
komponen teknologi budidaya pisang, meliputi : bibit berasal dari kultur jaringan atau bit
(Kasijadi, dkk, 1996); populasi optimal 1600 pohon/ha (Widjajanto, 1993; Ernawanto, dkk.
ii
1997); dosis pemupukan berdasarkan tingkat keseburan tanah (Satuhu dan Supriyadi, 1993;
Ernawanto, dkk. 1997); pengendalian hama ngengat (Nacolia actasima) dengan penyaputan
menggunakan pestisida sistemik pada pangkal jantung pisang atau injeksi pada ujung jantung
pisang (Handoko, dkk. 1996) dan pengendalian penyakit busuk batang coklat dan layu bakteri
menggunakan agensia hayati (Hanudin dan Djatmika, 1998; Rosmahani, 1999;
Sulistyaningsih, dkk. 1995; Suwastika, dkk. 2000). Selain itu untuk meningkatkan
produktivitas lahan dalam usahatani pisang telah tersedia rakitan teknologi tanaman sela saat
tanamn pisang sebelum berumur 1 tahun menggunakan nenas atau jagung – kacang tanah
(Kasijadi, dkk. 2000). Walaupun demikian komponen teknologi tersebut belum dikaji dalam
bentuk rakitan teknologi sistim usahatani.
Banyak jenis pisang yang dikembangkan petani di sulawesi tenggar, namun jenis
unggulan dan spesifik lokasi antara lain adalah pisang kultivar Ambon kuning. Untuk
mendukung keberhasilan pengembangan produksi pisang Ambon kuning di sulawesi tenggara,
diperlukan tersedianya paket teknologi usahatani pisang di lahan kering yang efisien dan
mudah diterapkan oleh petani.
Pengkajian sistim usahatani pisang di lahan kering bertujuan untuk : (a) mendapatkan
rakitan teknologi pisang ambon kuning spesifik lokasi lahan kering yang memberikan
pertumbuhan tanaman optimal; (b) mendapatkan teknologi tanaman sela yang layak secara
ekonomis pada sistem usahatani pisang ambon kuning spesifik lokasi lahan kering; dan (c)
mendapatkan cara penggunaan fungisida hayati yang efektif untuk pengendalian penyakit
layu fusarium pada sistem usahatani tanaman pisang ambon kuning spesifik lokasi lahan
kering
ii
BAB II
KAJIAN TEORI
Karakterisasi merupakan proses mencari ciri spesifik yang dimiliki oleh tumbuhan yang
digunakan untuk membedakan diantara jenis dan antarindividu dalam satu jenis suatu
tumbuhan. Berikut ini merupakan karakterisasi tanaman pisang yang diadaptasi
dari International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI), 1996.
1. Ketinggian tanaman
Tidak semua tanaman pisang memiliki ketinggian yang sama. Ketinggian tanaman
pisang terbagi menjadi: (a) kerdil, dan (b) normal. Ketinggian tanaman pisang yang kurang
dari 1 meter termasuk tanaman yang kerdil, sedangkan ketinggian tanaman lebih dari 1 meter
termasuk normal.
Gambar 14. Karakter berdasarkan ketinggian tanaman pisang.
(Sumber: Dokumentasi penelitian)
2. Ketegakan daun
Ketegakan daun yang dimiliki pisang mas pun berbeda-beda. Ada yang memiliki ketegakan
daun: (a) tegak, (b) menengah (intermediate), dan (c)melengkung kebawah.
ii
Gambar 15. Karakter berdasarkan ketegakan daun
(Sumber: Dokumentasi penelitian)
3. Warna batang semu
Batang pada tanaman pisang yang sering kita lihat itu sebenarnya bukanlah batang yang
sesungguhnya. Batang yang sesungguhnya terletak jauh di dalam dan tertutupi oleh pelepah-
pelepah daun pisang. Pelepah-pelepah daun pisang ini sering disebut dengan sebutan batang
semu. Ada beberapa variasi warna yang terjadi pada batang semu, antara lain: (a) kuning, (b)
kuning kehijauan, (c) merah kehijauan, (d) hijau, (e) merah, (f) merah muda keunguan.
Gambar 16. Karakter berdasarkan warna batang semu
(Sumber: Dokumentasi penelitian)
4. Warna tepi tangkai daun
Pada tepi tangkai daun tanaman pisang terdapat variasi warna. Ada yang berwarna antara lain:
(a) hijau, (b) hitam, dan (c) merah muda keunguan.
Gambar 17. Karakter berdasarkan warna tepi tangkai daun
(Sumber: Dokumentasi penelitian)
5. Bercak pada batang semu
Pada pisang mas mamiliki bercak batang semu yang berbeda-beda, ada yang berwarna:
(a) merah, (b) keunguan, dan (c) berwarna coklat.
ii
Gambar 18. Karakter berdasarkan bercak pada batang semu
(Sumber: Dokumentasi penelitian)
6. Keadaan tepi tangkai daun
Keadaan tepi tangkai daun pun dapat dibedakan. Ada yang memiliki tepi tangkai
daun: (a) bersayap dan menjepit batang, (b) bersayap dan tidak menjepit batang, dan
(c)bersayap dan bergelombang.
Gambar 19. Karakter berdasarkan keadaan tepi tangkai daun
(Sumber: Dokumentasi penelitian)
7. Bentuk pangkal daun
Bentuk pangkal daun yang dapat kita amati dari jenis tanaman pisang mas memiliki variasi.
Terdapat 3 variasi bentuk pangkal daun pada tanaman pisang mas yaitu dengan bentuk
pangkal daun (a) membulat keduanya, (b) salah satu sisi membulat dan (c) bentuk pangkal
daun yang meruncing keduanya.
(Sumber : IPGRI, 1996: 29)
Gambar 20. Karakter berdasarkan bentuk pangkal daun
ii
8. Tipe kanal (potongan melintang tangkai daun ketiga)
Tipe kanal ini dapat kita lihat jika kita memotong melintang tangkai daun pisang (tangkai
daun yang ketiga). Terdapat bentuk tipe kanal yang berbeda dari jenis tanaman pisang mas,
yaitu: (a) terbuka dengan tepi yang melebar kesamping, (b)terbuka dengan tepi yang melebar
dan tegak, (c) lurus dengan tepi tegak, (d) tepi menutup, dan (e) tepi saling menutupi.
(Sumber : IPGRI, 1996: 27)
Gambar 21. Karakter berdasarkan tipe kanal
(Sumber: Dokumentasi penelitian)
9. Bercak pada pangkal tangkai daun
Apabila kita mengamati pada pangkal tangkai daun terdapat bentuk bercak yang berbeda
yaitu: (a) bercak kecil, (b) bercak besar, dan (c) tidak memiliki bercak (tanpa bercak).
Gambar 22. Karakter berdasarkan bercak pada pangkal tangkai daun
(Sumber: Dokumentasi penelitian)
10. Warna bercak tangkai daun
Warna bercak pada tangkai daun dapat dibedakan lagi dari warnanya. Ada bercak tangkai
yang berwarna: (a) coklat, (b) coklat tua, dan (c) coklat kehitaman.
Gambar 23. Karakter berdasarkan warna bercak tangkai daun
ii
11. Warna helaian daun bagian permukaan atas dan bawah
Warna helaian daun bagian permukaan atas berbeda dengan warna bagian permukaan bawah
pada setiap tanaman. Pada permukaan atas daun terdapat warna: (a)hijau kekuningan, (b) hijau
sedang, dan (c) hijau. Pada bagian permukaan bawah terdapat warna: (a) hijau
kekuningan, (b) hijau sedang, dan adapula yang berwarna (c) merah keunguan.
a. Warna daun permukaan atas
b. Warna daun permukaan bawah
(Sumber: Dokumentasi penelitian)
ii
BAB III
MATERI DAN METODOLOGI
Pengkajian sistem usahatani pisang ambon kuning spesifik lokasi lahan kering
dilakukan di dataran rendah iklim sedang-basah (C – B) menurut Schemidt – Ferguson).
Pengkajian mengikut sertakan petani dan penyuluh dengan menggunakan prinsip On Farm
Research. Dari hasil pelaksanaan PRA yang mengikut-sertakan Dinas Pertanian Tanaman
Pangan, penyuluh pertanian dan ketua kelompok tani, pengkajian dilaksanakan di lahan
petani desa Olehsari kecamatan Glagah kabupaten Banyuwangi seluas 1 ha, dengan
melibatkan 4 petani kooperator. Rancangan percobaan menggunakan petak berpasangan,
terdiri 3 perlakuan dan 4 petani sebagai ulangan. Setiap ulangan dilakukan oleh seorang
kooperator. Perlakuan meliputi : (a) Teknologi input tinggi, (b) Teknologi input madya, dan
(c) Teknologi petani (Tabel 1).
Data agronomis yang diamati dalam kajian ini adalah : (a) pertambahan tinggi
tanaman dan diameter batang pisang setiap bulan, dan (b) produksi tanaman sela. Data
ekonomi yang diamati meliputi : (a) biaya produksi pisang, (b) biaya produksi tanaman sela,
dan (c) penerimaan tanaman sela.
Analisis data pengkajian sistim usahatani pisang ambon kuning di lahan kering
meliputi : (a) agronomis dengan sidik ragam; (b) ekonomis dengan masukan luaran (input-
output) dan (c) penelitian super impused dengan sidik ragam.
Tabel 1. Rakitan teknologi Budidaya Pisang Ambon Kuning di Lahan Kering
Komponen
Teknologi
Teknologi
Input tinggi Input Madya Petani
Asal bibit Kultur jaringan Bit Anakan
Populasi 1600 pohon/ha 1600 pohon/ha 1600 pohon/ha
Jarak tanam 2 m x 2 m x 4 m 2 m x 2 m x 4 m 2 m x 2 m x 4 m
Pemupukan 1,2 kg ZA +0,26 kg
SP-36 +0,52 kg KCl+
Pupuk organik 10
kg/pohon
1,2 kg ZA + 0,13 kg
SP-36 + 0,26kg
KCl + Pupuk organik
10kg/pohon
1,2 kg ZA + 0,13 kg
SP-36 + + Pupuk
organik 10kg/pohon
Pengendalian hama
buah (Nicolia dan
trips)
Ujung jantung pisang
diinjeksi insektisida
sistemik dosis 7,5
cc/pohon
Ujung jantung pisang
diinjeksi insektisida
sistemik dosis 7,5
cc/pohon
Ujung jantung pisang
diinjeksi insektisida
sistemik dosis 7,5
cc/pohon
Pengendalian
penyakit layu
fusarium
Trichoderma Sp Trichoderma Sp Trichoderma Sp
Tanaman sela*) Nenas jagung – kacang kacang tanah –
ii
tanah kacang tanah
Umur panen 14 – 16 bulan dari
tanam
14 – 16 bulan dari
tanam
14 – 16 bulan dari
tanam
Keterangan *) Rakitan teknologi budidaya tanaman sela disajikan pada Tabel 2
Tabel 2. Rakitan Teknologi Budidaya Tanaman Sela Teknologi Diperbaiki dan Introduksi
Dalam Usahatani Pisang di kecamatan Parigi Kabupaten Muna
No Komponen
Jagung teknologi
diperbaiki
Kacang tanah
teknologi
diperbaiki
Nenas (introduksi)
1. Varietas Bisi-2 Gajah Quen
2. Pengolahan tanah Bajak dibajak Dibajak
3. Banyak benih/bibit 20 kg/ha 100 kg/ha 85.000/ha
4. Jarak dalam baris 20 cm x 80 cm 10 cm x 40 cm 20 cm x 30 cm x 50
cm
5. Pemupukan 450 kg Urea +
150 kg SP-36 +
100 kg KCl/ ha
100 kg Urea +
75 kg SP-36 +
100 kg KCl/ ha
1.500 kg ZA + 12.000
l Sipramin/ha
6. Penyiangan 2 x 2 x 2 x
7. Pengend. hama &
peny
PHT PHT PHT
8. Umur panen 103 hari 95 hari 16 bulan
Untuk melengkapi komponen teknologi dalam sistem usahatani pisang di lahan kering
tentang pengendalian penyakit layu fusarium, dilakukan penelitian Super Impused “jenis
fungisida hayati”. Metoda penelitian menggunakan rancangan acak kelompok di ulang 4 kali.
Perlakuan meliputi : (1) Tanpa fungisida;
(2) Trichoderma Sp;
(3) Penicillium Sp; dan
(4) Gliocladium Sp
Pengamatan penelitian Super Impused meliputi :
(1) Jumlah tanaman sakit per petak dan
(2). Koloni jamur fusarium
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Lokasi Pengkajian
Kabupaten Muna merupakan daerah penghasil Kripik pisang ambon kuning. Pada
tahun 2009 daerah ini merupakan daerah sentra produksi pisang ke 2 di sulawesi tenggara
ii
setelah kabupaten Kolaka, dengan tanaman pisang yang menghasilkan sekitar 3 juta pohon
dan produksi 12,4 kg/pohon. Pada tahun 2011 kabupaten Muna menjadi sentra produksi
kedua setelah Kolaka dengan tanaman pisang yang menghasilkan sekitar 4,3 juta pohon
produksi 7,38 kg/pohon. Hal ini menunjukkan bahwa produksi pisang di Kabupaten Muna
terjadi penurunan yang sangat tajam. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian
Tanaman Pangan kabupaten Muna wilayah kecamatan Parigi dahulu merupakan
sentra produksi pisang. Akan tetapi dengan adanya serangan penyakit fusarium dan
penyakit darah, sebagian besar tanaman pisang mati dan produktivitasnya sangat
rendah.
Pengkajian dilakukan di kecamatan Parigi kabupaten Muna. Berdasarkan zona
agroekologi (ZAE), lokasi pengkajian ini termasuk kategori iiax1 yaitu ketinggian sekitar 300
m dari permukaan laut, suhu panas, kelembaban termasuk lembab, wilayahnya di lereng
tengah vulkan dari gunung Ijen dan kelerengan 15 – 30 %. Tanah di lokasi pengkajian
termasuk kelompok oxisol dengan tingkat kesuburan sedang (Tabel 3)
Tabel 3. Sifat Tanah Di Desa Wakumoro Kecamatan Parigi Kabupaten Muna, 2013.
No Unsur Nilai Harkat
1 pH H2O 6,5 netral
2 pH KCl 1 N 5,8 netral
3 C - Organik (%) 2,06 sedang
4 N - Total (%) 0,33 rendah
5 P.Olsen (mg.kg-1) 14,58 sedang
6 K (me/100g) 0,48 tinggi
7 Na (me/100g) 0,39 sedang
8 Ca (me/100g) 13,38 sedang
9 Mg (me/100g) 1,75 rendah
10 KTK (me/100g) 14,5 tinggi
11 Tekstur - Pasir (%)
- Debu (%)
- Liat (%)
- Klas
20
48
32
lempung
liat berpasir
2. Keragaan Pertumbuhan Tanaman Pisang
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rakitan teknologi budidaya
meliputi asal bibit pisang, dosis pemupukan dan tanaman sela berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan tinggi tanaman pisang ambon kuning di lahan kering (Tabel 4).
Tabel 4. Pengaruh Teknologi Budidaya Terhadap Laju Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pisang
Ambon Kuning Di Lahan Kering,MH2012/2013.
Umur
Tanaman
(bulan)
Rakitan Teknologi (cm) KK
(%)
Input tinggi Input Madya Petani
ii
1 34,42 c 51,02 b 60,13 a 5,77
2 86,47 b 112,29 a 77,28 b 13,66
3 244,73 b 271,33 a 204,70 c 16,44
4 316,75 ab 368,63 a 309,38 b 9,48
5 420,38 ab 439,50 a 382,25 b 5,33
Angka-angka sebaris yang diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf p = 0,05
Dari tabel 4 tampak bahwa pada saat tanaman pisang berumur 1 bulan, tinggi tanaman
pisang dengan menerapkan input tinggi yang menggunakan bibit asal kultur jaringan adalah
paling rendah (34,42 cm) diikuti penerapan input madya bibit berasal dari bit (51,02 cm) dan
paling tinggi teknologi petani bibit berasal dari anakan (60,13 cm). Pada saat tanaman
berumur 3 bulan, justru tanaman paling tinggi berasal dari bit, kemudian diikuti bibit berasal
dari kultur jaringan dan paling rendah bibit dari anakan. Pertumbuhan tinggi tanaman paling
rendah dari penerapan teknologi petani tersebut disebabkan pada saat tanam bibit dari anakan
belum mempunyai akar, sehingga akar tanaman baru berkembang dan belum mampu
menyerap hara tanah. Sedangkan penerapan teknologi input madya menggunakan bibit dari bit
maupun input tinggi dari kultur jaringan pada saat tanam bibit sudah berakar dan mampu
menyerap hara dalam tanah sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat dibanding teknologi
petani (Gambar 1). Lebih cepatnya pertumbuhan tinggi tanaman input madya dibandingkan
dengan input tinggi dikarenakan pada input madya menggunakan tanaman sela jagung
sehingga pada saat pertumbuhan hingga umur 3 bulan tanaman pisang ternaungi oleh tanaman
jagung, akibatnya terjadi etiolasi. Sedangkan pada input tinggi menggunakan tanaman sela
nenas sehingga tanaman pisang tidak ternaungi. Pada saat tanaman pisang berumur 5 bulan,
pertumbuhan tinggi tanaman pisang yang menerapkan input madya lebih tinggi dibandingkan
teknologi petani, tetapi tidak berbeda dengan penerapan input tinggi.
ii
Gambar 1 Pengaruh Teknologi Budidaya Terhadap Laju Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Pisang Ambon Kuning di Lahan Kering, MH 2002/2003
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1 2 3 4 5
Umur (bulan)
Tinggitanaman(cm)
Input tinggi
Input Madya
Petani
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan rakitan teknologi budidaya berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan lingkar batang pisang ambon kuning di lahan kering (Tabel 5).
Tabel 5. Pengaruh Teknologi Budidaya Terhadap Laju Pertumbuhan Lingkar Batang Pisang
Ambon Kuning Di Lahan Kering, 2003.
Umur
Tanaman
(bulan)
Rakitan Teknologi (cm) KK
(%)
Input tinggi Input Madya Petani
1 5,83 c 7,14 b 8,46 a 2,98
2 20,58 a 19,25 a 19,02 a 6,45
3 36,46 a 33,20 a 28,15 b 6,20
4 45,85 a 44,25 a 38,40 b 7,42
5 59,50 a 56,85 ab 49,75 b 9,66
Angka-angka sebaris yang diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf p = 0,05
Dari tabel 5 tampak bahwa pada saat tanaman berumur 1 bulan, lingkar batang pisang
paling besar dengan menerapkan teknologi petani yang menggunakan bibit dari anakan dan
paling kecil dengan menerapkan teknologi input tinggi bibit berasal dari kultur jaringan. Akan
tetapi pada saat tanaman berumur 1 bulan, laju pertumbuhan lingkar batang pada teknologi
inpu tinggi dan input madya lebih cepat dibandingkan teknologi petani (Gambar 2). Hal ini
dikarenakan pada saat tanam bibit dari anakan belum berakar, sedangkan bibit dari kultur
jaringan dan bit sudah berakar sehingga tanaman langsung dapat menyerap hara dari tanah.
Pada saat tanaman berumur 5 bulan, laju pertumbuhan lingkar batang tanaman pisang dengan
menggunakan teknologi input tinggi lebih cepat dibandingkan dengan teknologi petani, tetapi
laju pertumbuhan tersebut tidak berbeda dengan menerapkan teknologi madya. Perbedaan
besarnya laju pertumbuhan tersebut disamping karena perbedaan asal bibit juga dipengaruhi
oleh jenis dan dosis pemupukan terutama pupuk kalium (Kasijadi, dkk, 2001).
ii
Gambar 2 Pengaruh Teknologi Budidaya Terhadap Laju Pertumbuhan Lingkar batang
Pisang Ambon Kuning di Lahan Kering, MH 2002/2003
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5
Umur (bulan)
LingkarBatang(cm)
Input tinggi
Input Madya
Petani
Berdasarkan uraian di atas, dapat diutarakan bahwa pertumbuhan pisang ambon
kuning yang ditanam pada lahan kering hingga umur 5 bulan yang terbaik adalah dengan
menerapkan teknologi input tinggi dan diikuti oleh teknologi madya.
3. Keragaan Ekonomi Usahatani Pisang
Dalam penerapan teknologi sistim usahatani pisang ambon kuning di lahan kering
hingga tanaman berumur 5 bulan, biaya produksi yang dibutuhkan paling tinggi adalah
penerapan teknologi input tinggi mencapai Rp 11.692.000,- per ha, diikuti input madya
sebesar Rp 10.364.000,- per ha dan teknologi petani Rp 8.389.000,- per ha (Tabel 6)
Komponen biaya produksi dari ketiga teknologi budidaya pisang tersebut paling tinggi
adalah biaya sarana produksi, mencapai 73 % untuk input tinggi, 69 % untuk input madya dan
62 % untuk teknologi petani dari total biaya produksi. Sedangkan biaya tenaga kerja dari
ketiga teknologi tersebut besanya tidak berbeda. Biaya sarana prouksi terbesar adalah bibit,
sedangkan tenaga kerja adalah membuat lubang tanam.
Tabel 6. Biaya Produksi Usahatani Pisang Ambon Kuning Umur 5 bulan di Lahan Kering,
Desa Wakumoro Kabupaten Muna . MH2012/2013
No U r a i a n Input Tinggi Input Madya Petani
Fisi
k
Nilai
(Rp
000 /ha)
Fisi
k
Nilai
(Rp
000 /ha)
Fisi
k
Nilai
(Rp
000 /ha)
I Sarana Produksi
1. Bibit (pohon) 1600 4.800,0 1600 4.000,0 160
0
2.400,0
2. Pupuk
 ZA (kg) 960 1.056,0 960 1.056,0 960 1.056,0
 SP-36 (kg) 192 307,2 153,
6
153,6 153,
6
153,6
 KCl (kg) 416 748,8 208 374,4 - -
 Kandang (t) 16 1.600,0 16 1.600,0 16 1.600,0
3. Fungisida hayati - - -
Jumlah 8.512,0 7.184,0 5.209,6
II Tenaga Kerja
1.Melubang & tutup 108 1620,0 108 1.620,0 108 1.620,0
ii
lubang
2.Pupuk kandang 40 600,0 40 600.0 40 600,0
3.Tanam 12 180,0 12 180,0 12 180,0
4.Pupuk & kurangi
anakan
20 300,0 20 300,0 20 300,0
5.Bumbun & buat parit 20 300,0 20 300,0 20 300,0
6. Bersih daun kering 12 180,0 12 180,0 12 180,0
Jumlah 212 3.180,0 212 3.180,0 212 3.180,0
Jumlah Biaya Produksi 11.692,0 10.364,0 8.389,0
Dalam pada itu biaya produksi tanaman sela yang ditanam awal musim hujan 2013
bersamaan dengan tanaman pisang tertinggi adalah nenas pada pisang teknologi input tinggi,
tetapi pada saat umur 4 bulan nenas belum memberikan hasil. Terhadap tanaman semusim
sebagai tanaman sela, jagung yang ditanam diantara pisang teknologi input madya
memerlukan biaya produksi lebih tinggi dan memberikan pendapatan yang lebih tinggi pula
dibandingkan tanaman kacang tanah yang ditanam diantara pisang teknologi petani (Tabel 7).
Dari Tabel 7 tampak bahwa biaya produksi tanaman sela nenas memerlukan biaya
produksi lebih dari dua kali dibandingkan tanaman sela jagung. Lebih besarnya biaya produksi
tanaman sela nenas ini terutama pada biaya bibit. Sedangkan kebutuhan biaya produksi
tanaman sela jagung pada input madya hampir dua kali lebih besar dibandingkan dengan
tanaman sela kacang tanah pada teknologi petani. Lebih besarnya biaya jagung ini terutama
pada biaya pupuk. Walaupun kebutuhan biaya produksi tanaman sela jagung pada input
madya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman sela kacang tanah teknologi petani, akan
tetapi memberikan tambahan pendapatan lebih dari tiga kali (328 %).
Tabel 7. Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Tanaman Sela Per ha pada Tanaman
Pisang Ambon Kuning Umur 5 bulan Lahan Kering, Kecamatan Parigi, MH
2012/2013
No U r a i a n Input Tinggi
(nenas)
Input Madya
(jagung)
Petani
(kacang tanah)
Fisik Nilai
(Rp
000,/ha)
Fisik Nilai
(Rp
000,/ha)
Fisik Nilai
(Rp
000/ha)
I Sarana Produksi
1. Bibit /benih 52.50
0
4.800,0 20 400,0 115 345,0
2. Pupuk
 Urea (kg) - - 400 480,0 - -
 ZA (kg) 750 825,0 - - - -
 SP-36 (kg) - - 100 160,0 - -
 KCl (kg) - - 100 180,0 - -
Jumlah - 3450,0 1.220,0 345,0
II Tenaga Kerja
1.Pengolahan
tanah
18 270,0 12 180,0 12 180,0
ii
2.Tanam 12 180,0 12 180.0 12 180,0
3.Pemupukan 12 180,0 6 90,0 - -
4.Siang/Bumbun 32 480,0 18 270,0 16 240,0
5.Panen - - 12 180,0 6 90,0
6. Prosesing - - - - 6 90,0
Jumlah 1.110,0 900,0 780,0
Total biaya 4.560,0 2.120,0 1.125,0
Hasil 0 7,01t 3.154,5 960 1.440,0
Pendapatan - -4.560,0 - 1.034,5 - 315,0
4. Penelitian Super Imposed
Dari hasil uji penggunaan fungisida hayati untuk pengendalian penyakit layu fusarium
menunjukkan bahwa ketiga jenis fungisida hayati meliputi Trichoderma Sp; Penicillium Sp
dan Gliocladium Sp hingga tanaman pisang ambon kuning di lahan kering berumur 5 bulan
tidak berbeda efektivitasnya. Hal ini dikarenakan pada semua perlakuan belum menunjukkan
adanya tanaman yang terserang layu fusarium. Dari hasil analisis laboratorium, lahan yang
akan ditanami pisang tidak terdapat koloni jamur fusarium. Akan tetapi dari analisis tersebut
justru terdapat bakteri Xathomonas sebanyak 900 koloni/gram.
ii
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Rakitan teknologi sistim usahatani pisang ambon kuning di lahan kering dengan
menerapkan input tinggi (bibit dari kultur jaringan dan dosis pupuk optimal) memberikan
pertumbuhan tanaman yang tidak berbeda dibandingkan penerapan teknologi input madya
(bibit dari bit) tetapi lebih baik dari pada teknologi petani (bibit dari anakan).
2. Tanaman sela pada sistim usahatani pisang ambon kuning di lahan kering yang ditanam
bersamaan tanam pisang pada awal musim penghujan dengan jagung teknologi diperbaiki
memberikan tambahan pendapatan lebih tinggi dari pada kacang tanah teknologi petani,
sedangkan tanaman sela nenas berumur 5 bulan belum memberikan hasil.
3. Pada saat tanaman pisang ambon kuning yang ditanam di lahan kering berumur 5 bulan
belum tampak adanya penyakit layu fusarium, sehingga belum dapat diketahui efektivitas
penggunaan fungisida hayati.
ii
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko, L. Rosmahani, M.C. Mahfud, C. Hermanto dan N.I. Sidik, 1996. Aplikasi
Pengendalian Hama dan Penyakit Penting pada Tanaman Pisang di Lahan Kering.
Laporan Hasil Penelitian T.A. 1995/1996. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Karangploso, Malang.
2. Hanudin dan I. Djatnika. 1998. Pengaruh Ekstrak Beberapa Tanaman terhadap
Pertumbuhan Bakteri layu (Pseudomonas solanaceaerum E.F Smith) Secara In Vitro.
Buletin Penelitian Hortikultura Lembang. Vol. XIV (1) : 12-14
3. Kasijadi, F. S. Purnomo dan Suhardjo. 1996. Rakitan Teknologi Produksi Untuk
Pengembangan Agribisnis Pisang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso.
Malang.
ii
TUGAS : KO-KURIKULER
FILD STADY
BUDIDAYA PISANG
DI DESA WAKUMORO
KECAMATAN PARIGI
KABUPATEN MUNA
DISUSUN OLEH :
NAMA : JABAL NUR
STAMBUK : 21208258
PRODI :ILMU PEMERINTAHAN
ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari Fild Stady ini belum dapat dikatakan
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW,
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku
umatnya.
Fild Stady ini penulis membahas mengenai “BUDIDAYA PISANG”, dengan makalah ini
penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.
Raha, Juli 2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................ 3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 10
BAB V PENUTUP................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 18
ii

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
Panen dan penanganan pasca panen
Panen dan penanganan pasca panenPanen dan penanganan pasca panen
Panen dan penanganan pasca panenAndrew Hutabarat
 
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanamanLaporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanamanFirlita Nurul Kharisma
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camfahmiganteng
 
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURINTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURJosua Sitorus
 
Perbanyakan tanaman
Perbanyakan  tanamanPerbanyakan  tanaman
Perbanyakan tanamanAli Babang
 
Family Moraceae - Botani Tumbuhan Tinggi
Family Moraceae - Botani Tumbuhan TinggiFamily Moraceae - Botani Tumbuhan Tinggi
Family Moraceae - Botani Tumbuhan TinggiMichu OH
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMANovia Dwi
 
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.pptPENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.pptirhamakbar7
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkokFebrina Tentaka
 
Proposal penelitian pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijau
Proposal penelitian  pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijauProposal penelitian  pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijau
Proposal penelitian pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijauOperator Warnet Vast Raha
 
Biologi Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Biologi Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan Biologi Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Biologi Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan galuhadha
 

La actualidad más candente (20)

Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
 
Panen dan penanganan pasca panen
Panen dan penanganan pasca panenPanen dan penanganan pasca panen
Panen dan penanganan pasca panen
 
virus pada pepaya, jagung, kakao
virus pada pepaya, jagung, kakaovirus pada pepaya, jagung, kakao
virus pada pepaya, jagung, kakao
 
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanamanLaporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
 
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
 
Kelompok okulasi
Kelompok okulasiKelompok okulasi
Kelompok okulasi
 
Penyakit blas padi
Penyakit blas padiPenyakit blas padi
Penyakit blas padi
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
 
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURINTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
 
Perbanyakan tanaman
Perbanyakan  tanamanPerbanyakan  tanaman
Perbanyakan tanaman
 
Makalah sayur bayam
Makalah sayur bayamMakalah sayur bayam
Makalah sayur bayam
 
Budidaya tanaman semusim
Budidaya tanaman semusimBudidaya tanaman semusim
Budidaya tanaman semusim
 
Family Moraceae - Botani Tumbuhan Tinggi
Family Moraceae - Botani Tumbuhan TinggiFamily Moraceae - Botani Tumbuhan Tinggi
Family Moraceae - Botani Tumbuhan Tinggi
 
Businnes plan kripik singkong...
Businnes plan kripik singkong...Businnes plan kripik singkong...
Businnes plan kripik singkong...
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
Ppt selekta
Ppt selektaPpt selekta
Ppt selekta
 
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.pptPENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 
Proposal penelitian pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijau
Proposal penelitian  pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijauProposal penelitian  pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijau
Proposal penelitian pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijau
 
Biologi Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Biologi Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan Biologi Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Biologi Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
 

Destacado

Evaluasi tepung pisang ambon dan pisang raja ( dendhy pratama .y)
Evaluasi tepung pisang ambon dan pisang raja ( dendhy pratama .y)Evaluasi tepung pisang ambon dan pisang raja ( dendhy pratama .y)
Evaluasi tepung pisang ambon dan pisang raja ( dendhy pratama .y)Dendhy Pitopang
 
Cara membuat tepung pisang
Cara membuat tepung pisangCara membuat tepung pisang
Cara membuat tepung pisangBP4K
 
Tepung pisang
Tepung pisangTepung pisang
Tepung pisangBP4K
 
Jurnal sepa-162-strategi-pemasaran-keripik-pisang-dalam-rangka-mencapai-ketah...
Jurnal sepa-162-strategi-pemasaran-keripik-pisang-dalam-rangka-mencapai-ketah...Jurnal sepa-162-strategi-pemasaran-keripik-pisang-dalam-rangka-mencapai-ketah...
Jurnal sepa-162-strategi-pemasaran-keripik-pisang-dalam-rangka-mencapai-ketah...Rehan Hanif
 
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...Firlita Nurul Kharisma
 
Rancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongRancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongIswi Haniffah
 
Analisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potongAnalisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potongyogieardhensa
 

Destacado (9)

Budidaya pisang
Budidaya pisangBudidaya pisang
Budidaya pisang
 
Evaluasi tepung pisang ambon dan pisang raja ( dendhy pratama .y)
Evaluasi tepung pisang ambon dan pisang raja ( dendhy pratama .y)Evaluasi tepung pisang ambon dan pisang raja ( dendhy pratama .y)
Evaluasi tepung pisang ambon dan pisang raja ( dendhy pratama .y)
 
Cara membuat tepung pisang
Cara membuat tepung pisangCara membuat tepung pisang
Cara membuat tepung pisang
 
Tepung pisang
Tepung pisangTepung pisang
Tepung pisang
 
Jurnal sepa-162-strategi-pemasaran-keripik-pisang-dalam-rangka-mencapai-ketah...
Jurnal sepa-162-strategi-pemasaran-keripik-pisang-dalam-rangka-mencapai-ketah...Jurnal sepa-162-strategi-pemasaran-keripik-pisang-dalam-rangka-mencapai-ketah...
Jurnal sepa-162-strategi-pemasaran-keripik-pisang-dalam-rangka-mencapai-ketah...
 
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
 
Ciri khusus hewan
Ciri khusus hewanCiri khusus hewan
Ciri khusus hewan
 
Rancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongRancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape Singkong
 
Analisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potongAnalisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potong
 

Similar a Penelitian pisang

Praktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen TanamanPraktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen TanamanAndrew Hutabarat
 
Agribisnis Tanaman Kentang.docx
Agribisnis Tanaman Kentang.docxAgribisnis Tanaman Kentang.docx
Agribisnis Tanaman Kentang.docxInagriAsia
 
PPT KUBIS.pptx
PPT KUBIS.pptxPPT KUBIS.pptx
PPT KUBIS.pptxhappy911
 
Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1Yadhi Muqsith
 
1. Secara umum jaringan komputer terdiri dari di bawah ini kecuali.
1.	Secara umum jaringan komputer terdiri dari di bawah ini kecuali.1.	Secara umum jaringan komputer terdiri dari di bawah ini kecuali.
1. Secara umum jaringan komputer terdiri dari di bawah ini kecuali.lumuthitam
 
Laporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puringLaporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puringEkal Kurniawan
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi beniharzaka
 
85162 tugas buku iot vi fix
85162 tugas buku iot vi fix85162 tugas buku iot vi fix
85162 tugas buku iot vi fixharissutrisno
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiPutrimian Hairani
 
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...Repository Ipb
 

Similar a Penelitian pisang (20)

Praktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen TanamanPraktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen Tanaman
 
Agribisnis Tanaman Kentang.docx
Agribisnis Tanaman Kentang.docxAgribisnis Tanaman Kentang.docx
Agribisnis Tanaman Kentang.docx
 
PPT KUBIS.pptx
PPT KUBIS.pptxPPT KUBIS.pptx
PPT KUBIS.pptx
 
Pengkajian sistem usahatani berbasis pisang
Pengkajian sistem usahatani berbasis pisangPengkajian sistem usahatani berbasis pisang
Pengkajian sistem usahatani berbasis pisang
 
Ubi Cilembu
Ubi CilembuUbi Cilembu
Ubi Cilembu
 
Makalah Sambiloto
Makalah Sambiloto Makalah Sambiloto
Makalah Sambiloto
 
Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1
 
1. Secara umum jaringan komputer terdiri dari di bawah ini kecuali.
1.	Secara umum jaringan komputer terdiri dari di bawah ini kecuali.1.	Secara umum jaringan komputer terdiri dari di bawah ini kecuali.
1. Secara umum jaringan komputer terdiri dari di bawah ini kecuali.
 
Laporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puringLaporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puring
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benih
 
Pembahasan legume
Pembahasan legumePembahasan legume
Pembahasan legume
 
Jarak Tanam bayam merah.pdf
Jarak Tanam bayam merah.pdfJarak Tanam bayam merah.pdf
Jarak Tanam bayam merah.pdf
 
85162 tugas buku iot vi fix
85162 tugas buku iot vi fix85162 tugas buku iot vi fix
85162 tugas buku iot vi fix
 
Proposal yani terung
Proposal yani terungProposal yani terung
Proposal yani terung
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
 
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...
 
2.3
2.32.3
2.3
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 

Más de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Más de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Penelitian pisang

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Pisang sebagai komoditas buah-buahan unggulan Nasional, prioritas program pengembangannya secara agribisnis. Selama periode sepuluh tahun terakhir, produksi pisang Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang relatif rendah, yaitu dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata 3,26 persen pertahun. Walaupun produktivitas pisang meningkat hingga 8,96 persen pertahun, tetapi rendahnya pertumbuhan produksi tersebut disebabkan adanya penurunan areal panen sebesar 5,72 persen pertahun. Konsumsi pisang perkapita masyarakat Indonesia selama lima tahun terakhir (1987- 1993) terjadi penurunan sekitar 0,48 persen pertahun. Namun demikian ekspor pisang justru mengalami peningkatan yang sangat tinggi. Pada tahun 1993 ekspor buah pisang Indonesia mencapai 24,9 ribu ton atau senilai 3,3 juta US dollar (BPS, 1994). Disamping itu telah berkembang industri olahan yang memanfaatkan komoditas pisang. Hal ini menunjukkan bahwa pisang mempunyai prospek untuk ditingkatkan pengembangannya. Secara nasional, Sulawesi Tenggara merupakan daerah sentra produksi pisang terbesar kedua setelah Sulawesi Tenggara. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi terhadap produksi nasional sebesar 15,18 persen. Sebagian besar areal tanaman pisang di SULTRA berada di lahan kering. Tingkat produktivitasnya masih sangat rendah, yaitu baru mencapai sekitar 18 kg pertandan pada tahun 2001 (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sulawesi Tenggara, 2001). Sedangkan dari uji rakitan teknologi di Kendari dan Lumajang pada lahan kering Inceptisol dengan tingkat kesuburan rendah bisa mencapai 21,6 – 23,9 kg/tandan (Kasijadi dkk, 1996). Selain itu , beberapa tahun terakhir populasi pisang di Sulawesi Tenggara menurun secara drastis akibat serangan layu fusarium dan bakteri. Akibatnya pemenuhan permintaan konsumen, yang seleranya semakin meningkat dan kebutuhan industri olahan pisang (sale, keripik dan tepung) yang berkembang belum dapat terpenuhi. Masalah utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas dan mutu buah pisang di lahan kering adalah : (a) pengembangan tanaman pisang belum mengikuti petunjuk zona agroekologi yang sesuai, sehingga tidak semua wilayah pengembangan mempunyai keunggulan komparatif yang tinggi; (b) kualitas bibit yang ditanam petani umumnya kurang baik, karena varietas beragam dan bibit berasal dari anakan; (c) jarak tanam tidak teratur dan pemeliharaan sangat sederhana, diantaranya tidak dipupuk dan tidak mengurangi Jumlah anakan serta membuang daun kering; (d) berkembangnya lalat buah dan fusarium yang tanpa dilakukan pencegahannya; dan (e) kurangnya pengetahuan petani tentang teknik panen agar tampilan buah berkualitas sesuai permintaan pasar (Kasijadi, dkk. 1996). Dalam rangka menanggulangi masalah di atas, telah tersedia hasil penelitan komponen teknologi budidaya pisang, meliputi : bibit berasal dari kultur jaringan atau bit (Kasijadi, dkk, 1996); populasi optimal 1600 pohon/ha (Widjajanto, 1993; Ernawanto, dkk. ii
  • 2. 1997); dosis pemupukan berdasarkan tingkat keseburan tanah (Satuhu dan Supriyadi, 1993; Ernawanto, dkk. 1997); pengendalian hama ngengat (Nacolia actasima) dengan penyaputan menggunakan pestisida sistemik pada pangkal jantung pisang atau injeksi pada ujung jantung pisang (Handoko, dkk. 1996) dan pengendalian penyakit busuk batang coklat dan layu bakteri menggunakan agensia hayati (Hanudin dan Djatmika, 1998; Rosmahani, 1999; Sulistyaningsih, dkk. 1995; Suwastika, dkk. 2000). Selain itu untuk meningkatkan produktivitas lahan dalam usahatani pisang telah tersedia rakitan teknologi tanaman sela saat tanamn pisang sebelum berumur 1 tahun menggunakan nenas atau jagung – kacang tanah (Kasijadi, dkk. 2000). Walaupun demikian komponen teknologi tersebut belum dikaji dalam bentuk rakitan teknologi sistim usahatani. Banyak jenis pisang yang dikembangkan petani di sulawesi tenggar, namun jenis unggulan dan spesifik lokasi antara lain adalah pisang kultivar Ambon kuning. Untuk mendukung keberhasilan pengembangan produksi pisang Ambon kuning di sulawesi tenggara, diperlukan tersedianya paket teknologi usahatani pisang di lahan kering yang efisien dan mudah diterapkan oleh petani. Pengkajian sistim usahatani pisang di lahan kering bertujuan untuk : (a) mendapatkan rakitan teknologi pisang ambon kuning spesifik lokasi lahan kering yang memberikan pertumbuhan tanaman optimal; (b) mendapatkan teknologi tanaman sela yang layak secara ekonomis pada sistem usahatani pisang ambon kuning spesifik lokasi lahan kering; dan (c) mendapatkan cara penggunaan fungisida hayati yang efektif untuk pengendalian penyakit layu fusarium pada sistem usahatani tanaman pisang ambon kuning spesifik lokasi lahan kering ii
  • 3. BAB II KAJIAN TEORI Karakterisasi merupakan proses mencari ciri spesifik yang dimiliki oleh tumbuhan yang digunakan untuk membedakan diantara jenis dan antarindividu dalam satu jenis suatu tumbuhan. Berikut ini merupakan karakterisasi tanaman pisang yang diadaptasi dari International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI), 1996. 1. Ketinggian tanaman Tidak semua tanaman pisang memiliki ketinggian yang sama. Ketinggian tanaman pisang terbagi menjadi: (a) kerdil, dan (b) normal. Ketinggian tanaman pisang yang kurang dari 1 meter termasuk tanaman yang kerdil, sedangkan ketinggian tanaman lebih dari 1 meter termasuk normal. Gambar 14. Karakter berdasarkan ketinggian tanaman pisang. (Sumber: Dokumentasi penelitian) 2. Ketegakan daun Ketegakan daun yang dimiliki pisang mas pun berbeda-beda. Ada yang memiliki ketegakan daun: (a) tegak, (b) menengah (intermediate), dan (c)melengkung kebawah. ii
  • 4. Gambar 15. Karakter berdasarkan ketegakan daun (Sumber: Dokumentasi penelitian) 3. Warna batang semu Batang pada tanaman pisang yang sering kita lihat itu sebenarnya bukanlah batang yang sesungguhnya. Batang yang sesungguhnya terletak jauh di dalam dan tertutupi oleh pelepah- pelepah daun pisang. Pelepah-pelepah daun pisang ini sering disebut dengan sebutan batang semu. Ada beberapa variasi warna yang terjadi pada batang semu, antara lain: (a) kuning, (b) kuning kehijauan, (c) merah kehijauan, (d) hijau, (e) merah, (f) merah muda keunguan. Gambar 16. Karakter berdasarkan warna batang semu (Sumber: Dokumentasi penelitian) 4. Warna tepi tangkai daun Pada tepi tangkai daun tanaman pisang terdapat variasi warna. Ada yang berwarna antara lain: (a) hijau, (b) hitam, dan (c) merah muda keunguan. Gambar 17. Karakter berdasarkan warna tepi tangkai daun (Sumber: Dokumentasi penelitian) 5. Bercak pada batang semu Pada pisang mas mamiliki bercak batang semu yang berbeda-beda, ada yang berwarna: (a) merah, (b) keunguan, dan (c) berwarna coklat. ii
  • 5. Gambar 18. Karakter berdasarkan bercak pada batang semu (Sumber: Dokumentasi penelitian) 6. Keadaan tepi tangkai daun Keadaan tepi tangkai daun pun dapat dibedakan. Ada yang memiliki tepi tangkai daun: (a) bersayap dan menjepit batang, (b) bersayap dan tidak menjepit batang, dan (c)bersayap dan bergelombang. Gambar 19. Karakter berdasarkan keadaan tepi tangkai daun (Sumber: Dokumentasi penelitian) 7. Bentuk pangkal daun Bentuk pangkal daun yang dapat kita amati dari jenis tanaman pisang mas memiliki variasi. Terdapat 3 variasi bentuk pangkal daun pada tanaman pisang mas yaitu dengan bentuk pangkal daun (a) membulat keduanya, (b) salah satu sisi membulat dan (c) bentuk pangkal daun yang meruncing keduanya. (Sumber : IPGRI, 1996: 29) Gambar 20. Karakter berdasarkan bentuk pangkal daun ii
  • 6. 8. Tipe kanal (potongan melintang tangkai daun ketiga) Tipe kanal ini dapat kita lihat jika kita memotong melintang tangkai daun pisang (tangkai daun yang ketiga). Terdapat bentuk tipe kanal yang berbeda dari jenis tanaman pisang mas, yaitu: (a) terbuka dengan tepi yang melebar kesamping, (b)terbuka dengan tepi yang melebar dan tegak, (c) lurus dengan tepi tegak, (d) tepi menutup, dan (e) tepi saling menutupi. (Sumber : IPGRI, 1996: 27) Gambar 21. Karakter berdasarkan tipe kanal (Sumber: Dokumentasi penelitian) 9. Bercak pada pangkal tangkai daun Apabila kita mengamati pada pangkal tangkai daun terdapat bentuk bercak yang berbeda yaitu: (a) bercak kecil, (b) bercak besar, dan (c) tidak memiliki bercak (tanpa bercak). Gambar 22. Karakter berdasarkan bercak pada pangkal tangkai daun (Sumber: Dokumentasi penelitian) 10. Warna bercak tangkai daun Warna bercak pada tangkai daun dapat dibedakan lagi dari warnanya. Ada bercak tangkai yang berwarna: (a) coklat, (b) coklat tua, dan (c) coklat kehitaman. Gambar 23. Karakter berdasarkan warna bercak tangkai daun ii
  • 7. 11. Warna helaian daun bagian permukaan atas dan bawah Warna helaian daun bagian permukaan atas berbeda dengan warna bagian permukaan bawah pada setiap tanaman. Pada permukaan atas daun terdapat warna: (a)hijau kekuningan, (b) hijau sedang, dan (c) hijau. Pada bagian permukaan bawah terdapat warna: (a) hijau kekuningan, (b) hijau sedang, dan adapula yang berwarna (c) merah keunguan. a. Warna daun permukaan atas b. Warna daun permukaan bawah (Sumber: Dokumentasi penelitian) ii
  • 8. BAB III MATERI DAN METODOLOGI Pengkajian sistem usahatani pisang ambon kuning spesifik lokasi lahan kering dilakukan di dataran rendah iklim sedang-basah (C – B) menurut Schemidt – Ferguson). Pengkajian mengikut sertakan petani dan penyuluh dengan menggunakan prinsip On Farm Research. Dari hasil pelaksanaan PRA yang mengikut-sertakan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, penyuluh pertanian dan ketua kelompok tani, pengkajian dilaksanakan di lahan petani desa Olehsari kecamatan Glagah kabupaten Banyuwangi seluas 1 ha, dengan melibatkan 4 petani kooperator. Rancangan percobaan menggunakan petak berpasangan, terdiri 3 perlakuan dan 4 petani sebagai ulangan. Setiap ulangan dilakukan oleh seorang kooperator. Perlakuan meliputi : (a) Teknologi input tinggi, (b) Teknologi input madya, dan (c) Teknologi petani (Tabel 1). Data agronomis yang diamati dalam kajian ini adalah : (a) pertambahan tinggi tanaman dan diameter batang pisang setiap bulan, dan (b) produksi tanaman sela. Data ekonomi yang diamati meliputi : (a) biaya produksi pisang, (b) biaya produksi tanaman sela, dan (c) penerimaan tanaman sela. Analisis data pengkajian sistim usahatani pisang ambon kuning di lahan kering meliputi : (a) agronomis dengan sidik ragam; (b) ekonomis dengan masukan luaran (input- output) dan (c) penelitian super impused dengan sidik ragam. Tabel 1. Rakitan teknologi Budidaya Pisang Ambon Kuning di Lahan Kering Komponen Teknologi Teknologi Input tinggi Input Madya Petani Asal bibit Kultur jaringan Bit Anakan Populasi 1600 pohon/ha 1600 pohon/ha 1600 pohon/ha Jarak tanam 2 m x 2 m x 4 m 2 m x 2 m x 4 m 2 m x 2 m x 4 m Pemupukan 1,2 kg ZA +0,26 kg SP-36 +0,52 kg KCl+ Pupuk organik 10 kg/pohon 1,2 kg ZA + 0,13 kg SP-36 + 0,26kg KCl + Pupuk organik 10kg/pohon 1,2 kg ZA + 0,13 kg SP-36 + + Pupuk organik 10kg/pohon Pengendalian hama buah (Nicolia dan trips) Ujung jantung pisang diinjeksi insektisida sistemik dosis 7,5 cc/pohon Ujung jantung pisang diinjeksi insektisida sistemik dosis 7,5 cc/pohon Ujung jantung pisang diinjeksi insektisida sistemik dosis 7,5 cc/pohon Pengendalian penyakit layu fusarium Trichoderma Sp Trichoderma Sp Trichoderma Sp Tanaman sela*) Nenas jagung – kacang kacang tanah – ii
  • 9. tanah kacang tanah Umur panen 14 – 16 bulan dari tanam 14 – 16 bulan dari tanam 14 – 16 bulan dari tanam Keterangan *) Rakitan teknologi budidaya tanaman sela disajikan pada Tabel 2 Tabel 2. Rakitan Teknologi Budidaya Tanaman Sela Teknologi Diperbaiki dan Introduksi Dalam Usahatani Pisang di kecamatan Parigi Kabupaten Muna No Komponen Jagung teknologi diperbaiki Kacang tanah teknologi diperbaiki Nenas (introduksi) 1. Varietas Bisi-2 Gajah Quen 2. Pengolahan tanah Bajak dibajak Dibajak 3. Banyak benih/bibit 20 kg/ha 100 kg/ha 85.000/ha 4. Jarak dalam baris 20 cm x 80 cm 10 cm x 40 cm 20 cm x 30 cm x 50 cm 5. Pemupukan 450 kg Urea + 150 kg SP-36 + 100 kg KCl/ ha 100 kg Urea + 75 kg SP-36 + 100 kg KCl/ ha 1.500 kg ZA + 12.000 l Sipramin/ha 6. Penyiangan 2 x 2 x 2 x 7. Pengend. hama & peny PHT PHT PHT 8. Umur panen 103 hari 95 hari 16 bulan Untuk melengkapi komponen teknologi dalam sistem usahatani pisang di lahan kering tentang pengendalian penyakit layu fusarium, dilakukan penelitian Super Impused “jenis fungisida hayati”. Metoda penelitian menggunakan rancangan acak kelompok di ulang 4 kali. Perlakuan meliputi : (1) Tanpa fungisida; (2) Trichoderma Sp; (3) Penicillium Sp; dan (4) Gliocladium Sp Pengamatan penelitian Super Impused meliputi : (1) Jumlah tanaman sakit per petak dan (2). Koloni jamur fusarium BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Lokasi Pengkajian Kabupaten Muna merupakan daerah penghasil Kripik pisang ambon kuning. Pada tahun 2009 daerah ini merupakan daerah sentra produksi pisang ke 2 di sulawesi tenggara ii
  • 10. setelah kabupaten Kolaka, dengan tanaman pisang yang menghasilkan sekitar 3 juta pohon dan produksi 12,4 kg/pohon. Pada tahun 2011 kabupaten Muna menjadi sentra produksi kedua setelah Kolaka dengan tanaman pisang yang menghasilkan sekitar 4,3 juta pohon produksi 7,38 kg/pohon. Hal ini menunjukkan bahwa produksi pisang di Kabupaten Muna terjadi penurunan yang sangat tajam. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan kabupaten Muna wilayah kecamatan Parigi dahulu merupakan sentra produksi pisang. Akan tetapi dengan adanya serangan penyakit fusarium dan penyakit darah, sebagian besar tanaman pisang mati dan produktivitasnya sangat rendah. Pengkajian dilakukan di kecamatan Parigi kabupaten Muna. Berdasarkan zona agroekologi (ZAE), lokasi pengkajian ini termasuk kategori iiax1 yaitu ketinggian sekitar 300 m dari permukaan laut, suhu panas, kelembaban termasuk lembab, wilayahnya di lereng tengah vulkan dari gunung Ijen dan kelerengan 15 – 30 %. Tanah di lokasi pengkajian termasuk kelompok oxisol dengan tingkat kesuburan sedang (Tabel 3) Tabel 3. Sifat Tanah Di Desa Wakumoro Kecamatan Parigi Kabupaten Muna, 2013. No Unsur Nilai Harkat 1 pH H2O 6,5 netral 2 pH KCl 1 N 5,8 netral 3 C - Organik (%) 2,06 sedang 4 N - Total (%) 0,33 rendah 5 P.Olsen (mg.kg-1) 14,58 sedang 6 K (me/100g) 0,48 tinggi 7 Na (me/100g) 0,39 sedang 8 Ca (me/100g) 13,38 sedang 9 Mg (me/100g) 1,75 rendah 10 KTK (me/100g) 14,5 tinggi 11 Tekstur - Pasir (%) - Debu (%) - Liat (%) - Klas 20 48 32 lempung liat berpasir 2. Keragaan Pertumbuhan Tanaman Pisang Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rakitan teknologi budidaya meliputi asal bibit pisang, dosis pemupukan dan tanaman sela berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman pisang ambon kuning di lahan kering (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh Teknologi Budidaya Terhadap Laju Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pisang Ambon Kuning Di Lahan Kering,MH2012/2013. Umur Tanaman (bulan) Rakitan Teknologi (cm) KK (%) Input tinggi Input Madya Petani ii
  • 11. 1 34,42 c 51,02 b 60,13 a 5,77 2 86,47 b 112,29 a 77,28 b 13,66 3 244,73 b 271,33 a 204,70 c 16,44 4 316,75 ab 368,63 a 309,38 b 9,48 5 420,38 ab 439,50 a 382,25 b 5,33 Angka-angka sebaris yang diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf p = 0,05 Dari tabel 4 tampak bahwa pada saat tanaman pisang berumur 1 bulan, tinggi tanaman pisang dengan menerapkan input tinggi yang menggunakan bibit asal kultur jaringan adalah paling rendah (34,42 cm) diikuti penerapan input madya bibit berasal dari bit (51,02 cm) dan paling tinggi teknologi petani bibit berasal dari anakan (60,13 cm). Pada saat tanaman berumur 3 bulan, justru tanaman paling tinggi berasal dari bit, kemudian diikuti bibit berasal dari kultur jaringan dan paling rendah bibit dari anakan. Pertumbuhan tinggi tanaman paling rendah dari penerapan teknologi petani tersebut disebabkan pada saat tanam bibit dari anakan belum mempunyai akar, sehingga akar tanaman baru berkembang dan belum mampu menyerap hara tanah. Sedangkan penerapan teknologi input madya menggunakan bibit dari bit maupun input tinggi dari kultur jaringan pada saat tanam bibit sudah berakar dan mampu menyerap hara dalam tanah sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat dibanding teknologi petani (Gambar 1). Lebih cepatnya pertumbuhan tinggi tanaman input madya dibandingkan dengan input tinggi dikarenakan pada input madya menggunakan tanaman sela jagung sehingga pada saat pertumbuhan hingga umur 3 bulan tanaman pisang ternaungi oleh tanaman jagung, akibatnya terjadi etiolasi. Sedangkan pada input tinggi menggunakan tanaman sela nenas sehingga tanaman pisang tidak ternaungi. Pada saat tanaman pisang berumur 5 bulan, pertumbuhan tinggi tanaman pisang yang menerapkan input madya lebih tinggi dibandingkan teknologi petani, tetapi tidak berbeda dengan penerapan input tinggi. ii Gambar 1 Pengaruh Teknologi Budidaya Terhadap Laju Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pisang Ambon Kuning di Lahan Kering, MH 2002/2003 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 1 2 3 4 5 Umur (bulan) Tinggitanaman(cm) Input tinggi Input Madya Petani
  • 12. Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan rakitan teknologi budidaya berpengaruh terhadap laju pertumbuhan lingkar batang pisang ambon kuning di lahan kering (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh Teknologi Budidaya Terhadap Laju Pertumbuhan Lingkar Batang Pisang Ambon Kuning Di Lahan Kering, 2003. Umur Tanaman (bulan) Rakitan Teknologi (cm) KK (%) Input tinggi Input Madya Petani 1 5,83 c 7,14 b 8,46 a 2,98 2 20,58 a 19,25 a 19,02 a 6,45 3 36,46 a 33,20 a 28,15 b 6,20 4 45,85 a 44,25 a 38,40 b 7,42 5 59,50 a 56,85 ab 49,75 b 9,66 Angka-angka sebaris yang diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf p = 0,05 Dari tabel 5 tampak bahwa pada saat tanaman berumur 1 bulan, lingkar batang pisang paling besar dengan menerapkan teknologi petani yang menggunakan bibit dari anakan dan paling kecil dengan menerapkan teknologi input tinggi bibit berasal dari kultur jaringan. Akan tetapi pada saat tanaman berumur 1 bulan, laju pertumbuhan lingkar batang pada teknologi inpu tinggi dan input madya lebih cepat dibandingkan teknologi petani (Gambar 2). Hal ini dikarenakan pada saat tanam bibit dari anakan belum berakar, sedangkan bibit dari kultur jaringan dan bit sudah berakar sehingga tanaman langsung dapat menyerap hara dari tanah. Pada saat tanaman berumur 5 bulan, laju pertumbuhan lingkar batang tanaman pisang dengan menggunakan teknologi input tinggi lebih cepat dibandingkan dengan teknologi petani, tetapi laju pertumbuhan tersebut tidak berbeda dengan menerapkan teknologi madya. Perbedaan besarnya laju pertumbuhan tersebut disamping karena perbedaan asal bibit juga dipengaruhi oleh jenis dan dosis pemupukan terutama pupuk kalium (Kasijadi, dkk, 2001). ii Gambar 2 Pengaruh Teknologi Budidaya Terhadap Laju Pertumbuhan Lingkar batang Pisang Ambon Kuning di Lahan Kering, MH 2002/2003 0 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 4 5 Umur (bulan) LingkarBatang(cm) Input tinggi Input Madya Petani
  • 13. Berdasarkan uraian di atas, dapat diutarakan bahwa pertumbuhan pisang ambon kuning yang ditanam pada lahan kering hingga umur 5 bulan yang terbaik adalah dengan menerapkan teknologi input tinggi dan diikuti oleh teknologi madya. 3. Keragaan Ekonomi Usahatani Pisang Dalam penerapan teknologi sistim usahatani pisang ambon kuning di lahan kering hingga tanaman berumur 5 bulan, biaya produksi yang dibutuhkan paling tinggi adalah penerapan teknologi input tinggi mencapai Rp 11.692.000,- per ha, diikuti input madya sebesar Rp 10.364.000,- per ha dan teknologi petani Rp 8.389.000,- per ha (Tabel 6) Komponen biaya produksi dari ketiga teknologi budidaya pisang tersebut paling tinggi adalah biaya sarana produksi, mencapai 73 % untuk input tinggi, 69 % untuk input madya dan 62 % untuk teknologi petani dari total biaya produksi. Sedangkan biaya tenaga kerja dari ketiga teknologi tersebut besanya tidak berbeda. Biaya sarana prouksi terbesar adalah bibit, sedangkan tenaga kerja adalah membuat lubang tanam. Tabel 6. Biaya Produksi Usahatani Pisang Ambon Kuning Umur 5 bulan di Lahan Kering, Desa Wakumoro Kabupaten Muna . MH2012/2013 No U r a i a n Input Tinggi Input Madya Petani Fisi k Nilai (Rp 000 /ha) Fisi k Nilai (Rp 000 /ha) Fisi k Nilai (Rp 000 /ha) I Sarana Produksi 1. Bibit (pohon) 1600 4.800,0 1600 4.000,0 160 0 2.400,0 2. Pupuk  ZA (kg) 960 1.056,0 960 1.056,0 960 1.056,0  SP-36 (kg) 192 307,2 153, 6 153,6 153, 6 153,6  KCl (kg) 416 748,8 208 374,4 - -  Kandang (t) 16 1.600,0 16 1.600,0 16 1.600,0 3. Fungisida hayati - - - Jumlah 8.512,0 7.184,0 5.209,6 II Tenaga Kerja 1.Melubang & tutup 108 1620,0 108 1.620,0 108 1.620,0 ii
  • 14. lubang 2.Pupuk kandang 40 600,0 40 600.0 40 600,0 3.Tanam 12 180,0 12 180,0 12 180,0 4.Pupuk & kurangi anakan 20 300,0 20 300,0 20 300,0 5.Bumbun & buat parit 20 300,0 20 300,0 20 300,0 6. Bersih daun kering 12 180,0 12 180,0 12 180,0 Jumlah 212 3.180,0 212 3.180,0 212 3.180,0 Jumlah Biaya Produksi 11.692,0 10.364,0 8.389,0 Dalam pada itu biaya produksi tanaman sela yang ditanam awal musim hujan 2013 bersamaan dengan tanaman pisang tertinggi adalah nenas pada pisang teknologi input tinggi, tetapi pada saat umur 4 bulan nenas belum memberikan hasil. Terhadap tanaman semusim sebagai tanaman sela, jagung yang ditanam diantara pisang teknologi input madya memerlukan biaya produksi lebih tinggi dan memberikan pendapatan yang lebih tinggi pula dibandingkan tanaman kacang tanah yang ditanam diantara pisang teknologi petani (Tabel 7). Dari Tabel 7 tampak bahwa biaya produksi tanaman sela nenas memerlukan biaya produksi lebih dari dua kali dibandingkan tanaman sela jagung. Lebih besarnya biaya produksi tanaman sela nenas ini terutama pada biaya bibit. Sedangkan kebutuhan biaya produksi tanaman sela jagung pada input madya hampir dua kali lebih besar dibandingkan dengan tanaman sela kacang tanah pada teknologi petani. Lebih besarnya biaya jagung ini terutama pada biaya pupuk. Walaupun kebutuhan biaya produksi tanaman sela jagung pada input madya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman sela kacang tanah teknologi petani, akan tetapi memberikan tambahan pendapatan lebih dari tiga kali (328 %). Tabel 7. Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Tanaman Sela Per ha pada Tanaman Pisang Ambon Kuning Umur 5 bulan Lahan Kering, Kecamatan Parigi, MH 2012/2013 No U r a i a n Input Tinggi (nenas) Input Madya (jagung) Petani (kacang tanah) Fisik Nilai (Rp 000,/ha) Fisik Nilai (Rp 000,/ha) Fisik Nilai (Rp 000/ha) I Sarana Produksi 1. Bibit /benih 52.50 0 4.800,0 20 400,0 115 345,0 2. Pupuk  Urea (kg) - - 400 480,0 - -  ZA (kg) 750 825,0 - - - -  SP-36 (kg) - - 100 160,0 - -  KCl (kg) - - 100 180,0 - - Jumlah - 3450,0 1.220,0 345,0 II Tenaga Kerja 1.Pengolahan tanah 18 270,0 12 180,0 12 180,0 ii
  • 15. 2.Tanam 12 180,0 12 180.0 12 180,0 3.Pemupukan 12 180,0 6 90,0 - - 4.Siang/Bumbun 32 480,0 18 270,0 16 240,0 5.Panen - - 12 180,0 6 90,0 6. Prosesing - - - - 6 90,0 Jumlah 1.110,0 900,0 780,0 Total biaya 4.560,0 2.120,0 1.125,0 Hasil 0 7,01t 3.154,5 960 1.440,0 Pendapatan - -4.560,0 - 1.034,5 - 315,0 4. Penelitian Super Imposed Dari hasil uji penggunaan fungisida hayati untuk pengendalian penyakit layu fusarium menunjukkan bahwa ketiga jenis fungisida hayati meliputi Trichoderma Sp; Penicillium Sp dan Gliocladium Sp hingga tanaman pisang ambon kuning di lahan kering berumur 5 bulan tidak berbeda efektivitasnya. Hal ini dikarenakan pada semua perlakuan belum menunjukkan adanya tanaman yang terserang layu fusarium. Dari hasil analisis laboratorium, lahan yang akan ditanami pisang tidak terdapat koloni jamur fusarium. Akan tetapi dari analisis tersebut justru terdapat bakteri Xathomonas sebanyak 900 koloni/gram. ii
  • 16. BAB V PENUTUP KESIMPULAN 1. Rakitan teknologi sistim usahatani pisang ambon kuning di lahan kering dengan menerapkan input tinggi (bibit dari kultur jaringan dan dosis pupuk optimal) memberikan pertumbuhan tanaman yang tidak berbeda dibandingkan penerapan teknologi input madya (bibit dari bit) tetapi lebih baik dari pada teknologi petani (bibit dari anakan). 2. Tanaman sela pada sistim usahatani pisang ambon kuning di lahan kering yang ditanam bersamaan tanam pisang pada awal musim penghujan dengan jagung teknologi diperbaiki memberikan tambahan pendapatan lebih tinggi dari pada kacang tanah teknologi petani, sedangkan tanaman sela nenas berumur 5 bulan belum memberikan hasil. 3. Pada saat tanaman pisang ambon kuning yang ditanam di lahan kering berumur 5 bulan belum tampak adanya penyakit layu fusarium, sehingga belum dapat diketahui efektivitas penggunaan fungisida hayati. ii
  • 17. DAFTAR PUSTAKA 1. Handoko, L. Rosmahani, M.C. Mahfud, C. Hermanto dan N.I. Sidik, 1996. Aplikasi Pengendalian Hama dan Penyakit Penting pada Tanaman Pisang di Lahan Kering. Laporan Hasil Penelitian T.A. 1995/1996. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso, Malang. 2. Hanudin dan I. Djatnika. 1998. Pengaruh Ekstrak Beberapa Tanaman terhadap Pertumbuhan Bakteri layu (Pseudomonas solanaceaerum E.F Smith) Secara In Vitro. Buletin Penelitian Hortikultura Lembang. Vol. XIV (1) : 12-14 3. Kasijadi, F. S. Purnomo dan Suhardjo. 1996. Rakitan Teknologi Produksi Untuk Pengembangan Agribisnis Pisang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso. Malang. ii
  • 18. TUGAS : KO-KURIKULER FILD STADY BUDIDAYA PISANG DI DESA WAKUMORO KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA DISUSUN OLEH : NAMA : JABAL NUR STAMBUK : 21208258 PRODI :ILMU PEMERINTAHAN ii
  • 19. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2013 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari Fild Stady ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Fild Stady ini penulis membahas mengenai “BUDIDAYA PISANG”, dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya. Raha, Juli 2013 Penyusun ii
  • 20. DAFTAR ISI Kata Pengantar......................................................................................................... i Daftar Isi................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1 BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................ 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 8 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 10 BAB V PENUTUP................................................................................................. 17 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 18 ii