SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 10
A. Persyaratan Kepribadian
Seorang konselor sekolah di dalam mengadakan kontak dengan klien atau siswa, harus
memiliki sifat – sifat kepribadian tertentu. Sifat – sifat kepribadian tersebut menurut Dewa Ketut
Sukardi (1986:28), antara lain:
(1) memiliki pemahaman terdapat orang lainsecara objektif dan simpatik;
(2) memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain secara baik dan lancar;
(3) memahami batas – batas kemampuan yang ada pada dirinya sendiri ;
(4) memiliki minat yang mendalam mengenai murid – murid, dan berkeinginan sungguh
– sungguh untuk memberikan bantuan kepada mereka ;
(5) memiliki kedewasaan pribadi, spiritual, mental, sosial dan fisik.
National Vocational Guidance Association (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1985 : 28 )
mengemukakan persyaratan ideal yang dituntut dari konselor berkaitan dengan karakter
konselor ialah : “ interest terhadap orang lain, sabar, peka terhadap berbagai sikap dan reaksi,
memiliki emosi yang stabil dan objektif, serta ia sungguh – sungguh respek terhadap orang lain,
dan dapat dipercaya. “
B. Persyaratan Sifat dan Sikap
Seorang konselor sekolah dituntut persyaratan tertentu yang berkaitan dengan syarat
dan sikap yang harus dimiliki dalam hubungan konseling. Syarat-syarat yang dituntut tersebut
bukan saja sesuatu yang bersifat teknis tetapi lebih banyak menyangkut aspek-aspek
kepribadian.
Beberapa syarat yang berkenaan dengan sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh
seorang konselor antara lain ialah sifat dan sikap untuk menerima klien sebagaimana adanya,
penuh pengertian atau pemahaman terhadap klien secara jelas, benar dan menyeluruh dari apa
yang diungkapkan oleh klien, dan kesungguhan serta mengkomunikasikan pemahamannya
tentang bagaimana klien berusaha untuk mengekspresikan dirinya. Segala hal di atas juga
harus dilengkapi dengan sifat dan sikap yang supel, ramah, dan fleksibel yang harus dimiliki
oleh seorang konselor
Pekerjaan seorang konselor sekolah bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan ringan,
sebab individu-individu yang dihadapi sehari-hari di sekolah satu dengan yang lain memiliki
permasalahan yang berbeda, masing-masing individu atau siswa mempunyai keunikan atau
kekhasan baik dalam aspek tingkah laku, kepribadian maupun sikap-sikapnya.
Dapat diartikan bahwa seorang konselor sekolah harus bertanggung jawab atas
kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dan kebutuhan sosial anak, dan ikut dalam segala
kegiatan sekolah secara menyeluruh, khususnya mendampingi kepala sekolah dalam
menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan pendidikan. Hal ini sesuai dengan yang dirumuskan
oleh Jones (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1985:21) bahwa konselor juga bertugas mengadakan
hubungan dengan guru-guru, menga-dakan pertemuan dengan guru pembimbing atau petugas
lainnya dalam hubungan dengan pelaksanaan bimbingan di sekolah.
Seorang konselor sekolah di dalam menjalankan tugasnya harus mampu melakukan
peranan yang berbeda dari satu situasi ke situasi yang lainnya. Pada situasi tertentu kadangkadang seorang konselor harus berperan sebagai pendengar yang baik atau sebagai
pembangkit semangat, atau peranan-peranan lain yang dituntut oleh klien dalam proses
konseling.
Oleh karena itu seorang konselor harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain
persyaratan pendidikan formal, kepribadian, latihan atau pengalaman khusus.
C. Persyaratan Formal
Secara umum seorang konselor sekolah serendah-rendahnya harus memiliki ijazah
sarjana muda dari suatu pendidikan yang sah dan memenuhi syarat untuk menjadi guru
(memiliki sertifikat mengajar) dalam jenjang pendidikan di mana ia ditugaskan.
Secara profesional seorang konselor sekolah hendaknya telah mencapai tingkat
pendidikan sarjana bimbingan. Dalam masa pendidikannya pada institusi bersangkutan seorang
konselor harus menempuh mata kuliah atau bidang studi tentang prinsip-prinsip dan praktek
bimbingan. Dan bidang yang harus dikuasai meliputi antara lain: (1) proses konseling, (2)
pemahaman individu, (3) informasi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, jabatan atau karir, (4)
adiminstrasi dan kaitannya dengan program bimbingan, (5) prosedur penelitian dan penilaian
bimbingan. Di samping bidang tersebut di atas, perlu pula dikuasai bidang-bidang lainnya
seperti: psikologi, ekonomi dan sosiologi.
Seorang konselor profesional dalam bidangnya, hendaknya telah memiliki pengalaman
mengajar atau melaksanakan praktek konseling selama dua tahun, ditambah satu tahun
pengalaman bekerja di luar bidang persekolahan, tiga bulan sampai enam bulan praktek
konseling yang diawasi tim pembimbing atau praktek internship, dan pengalaman-pengalaman
yang ada kaitannya dengan kegiatan sosial seperti misalnya kegiatan sukarela dalam
masyarakat, bekerja dengan orang lain dan menunjukkan kemampuan memimpin yang baik.
Menurut Mortensen dan Schmuller (dalam Prayitno, 1999:343), sifat-sifat pribadi atau
kualifikasi pribadi yang harus dimiliki oleh konselor sekolah dalam kaitannya dengan
persyaratan formal, terdiri dari : (1) bakat skolastik atau scholastic aptitude, yang dimiliki
seorang konselor harus baik, sehingga mereka akan dapat menyelesaikan studinya di
perguruan tinggi dengan hasil yang memuaskan, (2) minat atau interest yang mendalam untuk
bekerja sama dengan orang lain, (3) kegiatan-kegiatan atau activities yang dilakukan seorang
konselor, (4) faktor-faktor kepribadian atau personality factors, seorang konselor harus memiliki
kematangan emosi, yang dapat diteliti dari situasi kehidupan kepribadiannya, kesabaran,
keramahan, keseimbangan batin, tidak lekas menarik diri dari situasi rawan, cepat tanggap
terhadap kritik dan humoris.

1.

2.
3.
4.

5.

D.

Standarisasi diperlukan oleh setiap profesi. Standarisasi profesi konselor dilakukan atas dasar
pertimbangan sebagai berikut:
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi
pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, dst (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1
Ayat 6).
PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
UU nomor 14 tentang Guru dan Dosen, dalam UU No.14 dijelaskan bahwa konselor memiliki
keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang tidak sama persis dengan guru
Pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang diampu oleh konselor berada dalam konteks tugas
“kawasan pelayanan yang bertujuan memandirikan individu dalam memotivasi perjalanan hidupnya
melalui pengambilan keputusan tentang pendidikan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk
memilih, meraih serta mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan
sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui
pendidikan”.
Ekspektasi kinerja konselor yang mengampu pelayanan bimbingan dan konseling selalu digerakkan
oleh motif altruistik dalam arti selalu menggunakan penyikapan yang empatik, menghormati
keragaman, serta mengedepankan kemaslahatan pengguna pelayanannya, dilakukan dengan selalu
mencermati kemungkinan dampak jangka panjang dari tindak pelayanannya itu terhadap pengguna
pelayanan, sehingga pengampu pelayanan professional itu juga dinamakan the reflective practitioner.
Syarat Konselor Sekolah
Pekerjaan konselor sekolah bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan ringan, sebab
individu-individu yang dihadapi dan ditangani di sekolah memiliki karakteristik, keunikan, dan
permasalahn yang berbeda. Konselor sekolah dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai
kemampuan untuk mengahdapi berbagai individu. Oleh karena itu konselor sekolah harus
memenuhi syarat tertentu, antara lain:

1. Persyaratan pendidikan Formal
a. Secara general, konselor sekolah adalah sarjana pendidikan (S1) dalam bidang S-1 Bimbingan dan
Konseling yang bermuara pada penganugerahan Ijasah Sarjana Pendidikan dengan Kekhususan
Bimbingan dan Konseling
b. Secara Profesional, mengikuti Progam Pendidikan Profesi Konselor yang bermuara pada
penganugerahan Sertifikat Konselor yang memberi hak kepada lulusannya untuk menggunakan gelar
profesi Konselor, disingkatKons
2. Pengalaman
a. Konselor sekolah yang professional hendaknya memiliki pengalaman mengajar atau
melaksanakan praktek bimbingan dan konseling.
b. Mengikuti program pelatihan untuk meningkatkan profesionalitas konselor
c. Terus menerus berusaha dalam meningkatkan kompetensinya dengan jalan mengikuti
perkembangan literatur dalam bidang bimbingan dan konseling, menyelenggarakan dan
memahami hasil-hasil riset, serta berperan serta secara aktif dalam pertemuan-pertemuan
organisasi profesi.
3. Persyaratan kepribadian/kecocokan pribadi
Kualifikasi pribadi yang harus dimiliki oleh konsleor sekolah yaitu:
a. Mempunyai pemahaman terhadap orang lain secara obyektif dan simpatik
b. Mempunyai kemampuan untuk bekerjasama yang baik dengan orang lain
c. Memahami batas-batas kemampuan yang ada pada dirinya
d. Mempunyai minat yang mendalam dengan individu-individu/para siswa dan berkeinginan
sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan kepada mereka
e. Mempunyai kematangan emosi, kedewasaan pribadi, mental, sosial dan fisik.
4. Persyaratan sifat dan sikap
a. Sifat genuin. Dalam mengadakan hubungan, konselor harus mmemperlihatkan sifat keaslian dan
tidak berpura-pura.
b. Sikap konselor dalam menerima konseli. Konselor hendaknya memiliki kemampuan untuk
menerima klien apa adanya atas dasar adanya penghargaan terhadap diri konseli.
c. Penuh pengertian terhadap konseli. Konselor hendaknya memiliki kemampuan untuk
menunjukkan sikap penuh pengertianterhadap konseli. Pengertian konselor yang menyangkut
diri konseli adalah segala sesuatu yang telah diungkapkan oleh konseli baik verbal maupun non
verbal.
d. Sifat jujur dan kesungguhan. Konselor sebaiknya bisa bersikap jujur terhadap dir sendiri maupun
konseli. Kejujuran dan kesungguhan konselor akan menumbuhkan saling pengertian dan
e.

f.
g.

h.

penghargaan, sehingga dapat mendorong konseli menemukan dirinya secara jujur dengan
kacamata yang lebih realistis.
Kemampuan berkomunikasi. Keterampilan utama yang harus dimiliki konselor adalah
mengkomunikasikan pemahamannya tentang konseli. Konselor harus dapat menghidupkan
proyeksinya dengan perasaannya dan dapat ditangkap serta dimengerti oleh konseli sebagai
pernyataan yang penuh penerimaan dan pengetian.
Kemampuan berempati. Konselor dituntut untuk memiliki kemampuan berempati. Sikap empati
yaitu sikap menempatkan diri pada situasi orang lain.
Kemampuan membina keakraban. Untuk membina hubungan yang nyaman antara konselor dan
konseli, konselor dituntut untuk memiliki kemampuan membina keakraban. Karena keakraban
itu merupakan syarat yang sangat penting dalam hubungan konseling.
Sikap terbuka. Keterbukaan konslei akna terwujud apabila ada keterbukaan konselor.
Keterbukaan konselor memiliki peranan yang penting untuk menggugah keterbukaan konseli
dalam mengemukakan masalahnya.

E. Identitas Konselor
Dalam konteks keilmuan, bimbingan dan konseling terletak dalam wilayah ilmu normatif,
dengan fokus kajian utama bagaimana memfasilitasi dan membawa manusia berkembang dari
kondisi apa adanya kepada bagaimana seharusnya.Seorang konselor hendaknya memiliki
kemampuan untuk memahami gambaran perilaku individu masa depan, dan konselor datang
lebih awal memasuki dunia konseli.
Sejarah menunjukkan terjadinya ragam pemaknaan dan pemahaman terhadap
bimbingan dan konseling, dan menghadapkan konselor kepada konflik, ketidak
konsistenan, dan ketidak kongruenan peran. Untuk mempersempit kesenjangan semacam
ini perlu ada langkah penguatan dan penegasan peran dan identitas profesi. Langkahlangkah tersebut adalah:
1. Memahamkan Kepala Sekolah
Diyakini bahwa dukungan kepala sekolah dalam implementasi dan penanganan progam
bimbingan dan konseling, di sekolah, sangat esensial. Hubungan antara kepala sekolah dengan
konselor sangat penting terutama di dalam menentukan keefektivan program. Kepala sekolah
yang memahami dengan baik profesi bimbingan dan konseling akan: (a) memberikan
kepercayaan kepada konselor dan memelihara komunikasi yang teratur dalam berbagai bentuk,
(b)memahami dan merumuskan peran konselor, (c) menempatkan staf sekolah sebagai tim atau
mitra kerja.
2. Membebaskan konselor dari tugas yang tidak relevan
Masih ada konselor sekolah yang diberi tugas mengajar bidang studi, bahkan mengurus
hal-hal yang tidak relevan dengan bimbingan dan konseling, seperti menjadi petugas piket,
perpustakaan, koperasi, petugas tatib dsb. Tugas-tugas ini tidak relevan dengan latar belakang
3.

a.

b.
1)

2)

3)

pendidikan, dan tidak akan menjadikan bimbingan dan konseling dapat dilaksankan secara
profesional.
Mempertegas tanggung jawab konselor
Sudah saatnya menegaskan bahwa bimbingan dan konseling menjadi tanggung jawab dan
kewenangan konselor. Sebutan guru pembimbing sudah harus diganti dengan sebutan konselor
(sebagaimana sudah ditegaskan dalam UU No. 20/2003). Perlu ditegaskan bahwa konselor
adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling dan
memperoleh latihan khusus sebagai konselor, dan memiliki lisensi untuk melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling. Pemberian kewenangan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling didasarkan kepada lisensi dan kredensialisasi oleh ABKIN, sesuai dengan
perundangan dan peraturan yang berlaku. Kekuatan dan eksistensin suatu profesi muncul dari
kepercayaan publik. Untuk meningkatkan kepercayaan publik yang perlu diperhatikan adalah
memliliki kompetensi atau keahlian khusus. Profesi dipersiapkan melalui pendidikan dan latihan
khusus, profesi menggunakan standart kecakapan yang tinggi, diuji melalui pendidikan yang
formal terutama memasuki dunia kerja, kompetensi dilakukan periodik, dan adanya perangkat
aturan atau kode etik.
Masyarakat percaya bahwa layanan yang diperlukannya hanya bisa diperoleh dari orang
yang dianggap sebagai orang yang berkompeten di bidangnya. Kepercayaan publik akan
melanggengkan profesi, karena di dalamnya terkandung keyakinan publik bahwa profesi dan
para anggotanya itu :
Memiliki kompetensi dan keahlian yang disiapkan melalui pendidikan dan latihan khusus dalam
standar kecakapan yang tinggi. Kompetensi ini diuji melalui pendidikan formal atau ujian khusus
sebelum memasuki dunia praktik profesional.
Ada perangkat aturan untuk mengatur perilaku professional dan melindungi kesejahteraan
publik. Aspek penting dalam hal ini adalah kepercayaan :
Adanya kodifikasi perilaku profesional sebagai aturan yang mengandung nilai keadilan dan
kaidah-kaidah, perilaku professional yang tidak semata-mata melindungi anggota profesi tetapi
juga melindungi kesejahteraan publik.
Anggota profesi akan mengorganisasikan dan bekerja dengan berpegang pada standar perilaku
profesional. Diyakini bahwa seorang yang profesional akan menerima tanggung jawab
mengawasi dirinya sendiri, mampu melakukan self regulation. Dua aspek penting dari self
regulation yaitu melahirkan sendiri kode etik dan standar praktek.
Anggota profesi dimotivasi untuk melayani orang-orang dengan siapa mereka bekerja.
Setiap saat persepsi publik terhadap profesi dapat berubah karena perilaku tidak etis,
tidak profesional dan tidak bertanggung jawab dari para anggotanya. Seorang konselor
profesional mesti menaruh kepedulian khusus terhadap konseli, karena konseli amat rawan untuk
dimanipulasi dan dieksploitasi.
Kode etik suatu profesi muncul sebagai wujud self regulation dari profesi itu. Kode etik
merupakan suatu aturan yang melindungi profesi dari campur tangan pemerintahh, mencegah
4.

ketidaksepakatan internal dalam suatu profesi dan melindungi atau mencegah para praktisi dari
perilaku-perilaku malpraktik.
Membangun standar supervisi
Tidak terpenuhinya standar yang diharapkan untuk melakukan supervisi bimbingan dan
konseling membuat layanan tersebut terhambat dan tidak efektif. Supervisi yang dilakukan oleh
orang yang tidak memahami atau tidak berlatar belakang bimbingan dan konseling bisa membuat
perlakuan supervisi bimbingan dan konseling disamakan dengan perlakuan supervisi terhadap
guru bidang studi. Akibatnya balikan yang diperoleh konselor dari pengawas bukanlah hal-hal
yang substantif tentang kemampuan bimbingan dan konseling melainkan hal-hal teknis
administratif. Supervisi bimbingan dan konseling mesti diarahkan kepada upaya membina
keterampilan profesional konselor seperti: memahirkan keterampilan konseling, belajar
bagaimana menangani isu kesulitan siswa, mempraktekan kode etik profesi, mengembangkan
program komprehensif, mengembangkan ragam intervensi psikologis, dan melakukan fungsifungsi relevan lainnya.

F. Sifat Dasar Konselor
Konselor sebagai tenaga professional memiliki dua fungsi yakni membimbing dan
melakukan konseling. Dalam memberikan layanan bimbingan konselor memiliki sifat dasar
diantaranya mempunyai integritas, terampil, memiliki kemampuan menilai dan memprediksi secara
tajam, standar personal yang tinggi, terlatih dan berpengalaman luas. Konselor juga perlu mempunyai
karakteristik obyektif, menghormati dan memahami individu, memahami dirinya sendiri, mampu
mendengar dan menyimpan rahasia, mempunyai rasa humor, memiliki kepribadian yang
matang. Disamping itu ada beberapa sifat yang menonjol pada diri konselor, diantaranya: jujur, setia,
sehat, berkepribadian baik, dan memiliki filsafat hidup yang mantap. Konselor juga digambarkan
sebagai orang yang memiliki sifat-sifat feminin, seperti lembut, menyenangkan, suka member, tidak
banyak menuntut dan sebagainya. Rumusna yang diberikan ASCA tentang sifat dasar pekerjaan
konselor adalah sebagai “misi dengan keterkaitannya yang mendalam terhadap nilai-nilai
kemanusiaan”.
Konselor memberikan pelayanan bantuan yang khusus (unik) secara nyata kepada konseli
(pelayanan konseling). Pelayanan dalam konseling diantaranya pemahaman atau pandangan positif
tentang klien, bersikap netral terhadap norma dan nilai klien, menerima klien apa adanya, membina
keakraban dengan klien, memahami klien (terkait bahasa verbal dan nonverbal klien), empati, jujur,
terbuka, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memperhatikan. Disamping itu, konselor juga
mampu memberikan pelayanan profesional kepadan siswa, guru, orangtua. Dalam menyelenggarakan
pelayanan tersebut konselor disertai tanggungjawab pribadi dalam menetapkan pertimbangan dan
keputusan tentang apa yang akan dilakukannya berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan
profesional yang dimaksud. Dalam bidang bimbingan, fungsi utama konselor lebih terfokuskan pada
perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan penelitian layanan bimbingan bagi para siswa. Dalam
konseling, fungsi utama konselor membantu siswa melalui hubungan konseling untuk mengentaskan
permasalahan siswa
G. Wawasan Konselor
Wawasan BK secara khusus meliputi: pemahaman tentang pengertian BK, visi misi BK,
bidang layanan BK, kode etik BK, kegiatan pendukung, dan bidang bimbingan BK.
Wawasan kependidikan dan profesi konselor secara umum meliputi:
1. Konselor wajib terus menerus berusaha mengembangkan dan menguasai dirinya, ia wajib
mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri, yang dapat
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan
profesional serta merugikan klien.
2. Memiliki wawasan pedagogis dalam melaksanakan layanan profesional konseling.
3. Memahami dengan baik landasan-landasan keilmuan bimbingan dan konseling.
4. Menghayati kode etik dan proses pengambilan keputusan secara etis.
5. Mengetahui dengan baik standar dan prosedur legal yang relevan dengan setting kerjanya.
6. Aktif melakukan kolaborasi profesional dan mempelajari literaturnya.
7. Menunjukkan komitmen dan dedikasi pengembangan profesional dalam berbagai setting dan
kegiatan.
8. Menampilkan sikap open minded dan profesional dalam menghadapi permasalahan klien.
9. Memantapkan prioritas (bidang layanan) profesionalnya.
10. Mengorganisasikan kegiatan sebagai wujud prioritas profesionalnya.
11. Merumuskan perannya sendiri sesuai dengan setting dan situasi kerja yang dihadapi.

H. Kredensialisasi Profesi Konselor
Kredensialisasi merupakan penganugerahan kepercayaan kepada konselor profesional
yang menyatakan bahwa yang bersangkutan memiliki kewenangan dan memperoleh lisensi
untuk menyelenggarakan layanan profesional secara independen kepada masyarakat maupun di
lembaga tertentu.
Pemberian kewenangan yang dimaksudkan itu dilakukan berdasarkan aturan kredensial yang
dikeluarkan oleh pihak-pihak yang berwenang. Aturan kredensial itu meliputi pemberian sertifikasi,
akreditasi, dan lisensi.
1. Sertifikasi memberikan pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan
pelayanan konseling pada jenjang dan jenis setting tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tenaga profesi konseling yang terakreditasi atau lembaga
sertifikasi.
2. Akreditasi memberikan derajat penilaian terhadap kondisi yang telah dimiliki oleh satuan
pengembang dan/atau pelaksana konseling, seperti Program Studi Bimbingan dan Konseling di
LPTK, yang menyatakan kelayakan program satuan pendidikan atau lembaga yang dimaksud.
Keterlibatan ABKIN dalam melakukan akriditasi dipandang penting karena ABKIN adalah institusi
3.

yang menetapkan kompetensi nasional yang harus dicapai melalui program pendidikan konselor di
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Dengan sertifikasi dan akriditasi ini, pekerjaan
bimbingan dan konseling akan menjadi profesional karena hanya dilakukan oleh konselor yang telah
tersertifikasi.
Lisensi memberikan ijin kepada tenaga profesi bimbingan dan konseling untuk melaksanakan
praktik pelayanan bimbingan dan konseling pada jenjang dansetting tertentu, khususnya untuk
praktik mandiri (privat). Lisensi diberikan oleh ABKIN atas dasar permohonan yang bersangkutan,
berlaku untuk masa waktu tertentu dan dilakukan evaluasi secara periodik untuk menentukan apakah
lisensi masih bisa diberikan. Pemberian lisensi diberikan atas hasil assessment nasional yang
dilakukan ABKIN melalui BAKKN (Badan Akreditasi dan Kredensialisasi Konselor Nasional).
Seorang konselor tidak secara otomatis memperoleh kredensialisasi kecuali atas dasar permohonan
dan melakukan secara nyata layanan profesi bagi masyarakat atau sekolah.
Persyaratan kepribadian dalam bk

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP  BIMBINGAN KONSELINGMAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP  BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELINGAlexandria Madinah
 
peran pendidik dalam bimbingan konseling
peran pendidik dalam bimbingan konselingperan pendidik dalam bimbingan konseling
peran pendidik dalam bimbingan konselingPujiati Puu
 
Peran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan Konseling
Peran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan KonselingPeran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan Konseling
Peran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan KonselingIndah Lestari
 
Peran Guru dalam BK
Peran Guru dalam BKPeran Guru dalam BK
Peran Guru dalam BKFiya Aldilla
 
Peran guru bk di sekolah
Peran guru bk di sekolahPeran guru bk di sekolah
Peran guru bk di sekolahSuTedjo Tee
 
Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur formal (ABKIN)
Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur formal (ABKIN)Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur formal (ABKIN)
Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur formal (ABKIN)Nur Arifaizal Basri
 
Permendikbud tahun2014 nomor 111_lampiran bimbingan konseling
Permendikbud tahun2014 nomor 111_lampiran bimbingan konselingPermendikbud tahun2014 nomor 111_lampiran bimbingan konseling
Permendikbud tahun2014 nomor 111_lampiran bimbingan konselingWinarto Winartoap
 
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konselingKonsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konselingPENJAGA HATI
 
Lampiran permendikbud-no-111-tahun-2014-tentang-bimbingan-dan-konseling
Lampiran permendikbud-no-111-tahun-2014-tentang-bimbingan-dan-konselingLampiran permendikbud-no-111-tahun-2014-tentang-bimbingan-dan-konseling
Lampiran permendikbud-no-111-tahun-2014-tentang-bimbingan-dan-konselingMuhamad Fatikhin
 
Program bimbingan komprehensif berbasis perkembangan
Program bimbingan komprehensif berbasis perkembanganProgram bimbingan komprehensif berbasis perkembangan
Program bimbingan komprehensif berbasis perkembangankomisariatimmbpp
 
Bimbingan dan Konseling di sekolah
Bimbingan dan Konseling di sekolah Bimbingan dan Konseling di sekolah
Bimbingan dan Konseling di sekolah Ratna Widiastuti
 
Model dan pola layanan
Model dan pola layananModel dan pola layanan
Model dan pola layananUnnes
 
Peran guru matematika dalam bk
Peran guru matematika dalam bkPeran guru matematika dalam bk
Peran guru matematika dalam bkLia Destiani
 
Peran peronil sekolah dlm plynan bk
Peran peronil sekolah dlm plynan bkPeran peronil sekolah dlm plynan bk
Peran peronil sekolah dlm plynan bkSuci Bilqis
 

La actualidad más candente (20)

BK PRIBADI SOSIAL
BK PRIBADI SOSIALBK PRIBADI SOSIAL
BK PRIBADI SOSIAL
 
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesianEtika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
 
Etika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesi
Etika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesiEtika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesi
Etika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesi
 
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP  BIMBINGAN KONSELINGMAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP  BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING
 
peran pendidik dalam bimbingan konseling
peran pendidik dalam bimbingan konselingperan pendidik dalam bimbingan konseling
peran pendidik dalam bimbingan konseling
 
Peran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan Konseling
Peran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan KonselingPeran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan Konseling
Peran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan Konseling
 
Peran Guru dalam BK
Peran Guru dalam BKPeran Guru dalam BK
Peran Guru dalam BK
 
Etika Profesi_5 peran guru dalam pembelajaran
Etika Profesi_5 peran guru dalam pembelajaranEtika Profesi_5 peran guru dalam pembelajaran
Etika Profesi_5 peran guru dalam pembelajaran
 
Peran guru bk di sekolah
Peran guru bk di sekolahPeran guru bk di sekolah
Peran guru bk di sekolah
 
Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur formal (ABKIN)
Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur formal (ABKIN)Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur formal (ABKIN)
Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur formal (ABKIN)
 
Permendikbud tahun2014 nomor 111_lampiran bimbingan konseling
Permendikbud tahun2014 nomor 111_lampiran bimbingan konselingPermendikbud tahun2014 nomor 111_lampiran bimbingan konseling
Permendikbud tahun2014 nomor 111_lampiran bimbingan konseling
 
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konselingKonsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
 
Lampiran permendikbud-no-111-tahun-2014-tentang-bimbingan-dan-konseling
Lampiran permendikbud-no-111-tahun-2014-tentang-bimbingan-dan-konselingLampiran permendikbud-no-111-tahun-2014-tentang-bimbingan-dan-konseling
Lampiran permendikbud-no-111-tahun-2014-tentang-bimbingan-dan-konseling
 
Program bimbingan komprehensif berbasis perkembangan
Program bimbingan komprehensif berbasis perkembanganProgram bimbingan komprehensif berbasis perkembangan
Program bimbingan komprehensif berbasis perkembangan
 
BK Di Sekolah
BK Di SekolahBK Di Sekolah
BK Di Sekolah
 
Bimbingan dan Konseling di sekolah
Bimbingan dan Konseling di sekolah Bimbingan dan Konseling di sekolah
Bimbingan dan Konseling di sekolah
 
Model dan pola layanan
Model dan pola layananModel dan pola layanan
Model dan pola layanan
 
Teknik menangani masalah pribadi sosial
Teknik menangani masalah pribadi sosialTeknik menangani masalah pribadi sosial
Teknik menangani masalah pribadi sosial
 
Peran guru matematika dalam bk
Peran guru matematika dalam bkPeran guru matematika dalam bk
Peran guru matematika dalam bk
 
Peran peronil sekolah dlm plynan bk
Peran peronil sekolah dlm plynan bkPeran peronil sekolah dlm plynan bk
Peran peronil sekolah dlm plynan bk
 

Similar a Persyaratan kepribadian dalam bk

Bimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptx
Bimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptxBimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptx
Bimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptxMutiahWinarno1
 
VISI MISI BK DAN KODE ETIK BK.docx
VISI MISI BK DAN KODE ETIK BK.docxVISI MISI BK DAN KODE ETIK BK.docx
VISI MISI BK DAN KODE ETIK BK.docxPriAgungWarjono
 
Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]
Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]
Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]HERI YANTO
 
Bk dan layanan peminatan
Bk dan layanan peminatanBk dan layanan peminatan
Bk dan layanan peminatanburhan to
 
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdfKapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdfLidyaArdiyan1
 
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdfKapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdfLidyaArdiyan1
 
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdfKapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdfLidyaArdiyan1
 
Tugas makalah bimbingan dan konseling
Tugas makalah bimbingan dan konselingTugas makalah bimbingan dan konseling
Tugas makalah bimbingan dan konselingMara Sutan Siregar
 
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakatPendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakattuti Oktaviani
 
Etika profesion keguruan dan akauntablilti
Etika profesion keguruan dan akauntabliltiEtika profesion keguruan dan akauntablilti
Etika profesion keguruan dan akauntabliltizain72
 
psikologi konseling
psikologi konselingpsikologi konseling
psikologi konselingBoyolali
 

Similar a Persyaratan kepribadian dalam bk (20)

Persyaratan bk 2
Persyaratan bk 2Persyaratan bk 2
Persyaratan bk 2
 
Bimbingan & konseling
Bimbingan & konselingBimbingan & konseling
Bimbingan & konseling
 
Bimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptx
Bimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptxBimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptx
Bimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptx
 
Etika dan profesi keguruan
Etika dan profesi keguruanEtika dan profesi keguruan
Etika dan profesi keguruan
 
VISI MISI BK DAN KODE ETIK BK.docx
VISI MISI BK DAN KODE ETIK BK.docxVISI MISI BK DAN KODE ETIK BK.docx
VISI MISI BK DAN KODE ETIK BK.docx
 
Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]
Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]
Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]
 
BK dan Layanan Peminatan
BK dan Layanan PeminatanBK dan Layanan Peminatan
BK dan Layanan Peminatan
 
Bk dan layanan peminatan
Bk dan layanan peminatanBk dan layanan peminatan
Bk dan layanan peminatan
 
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdfKapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
 
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdfKapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
 
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdfKapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdf
 
Tugas makalah bimbingan dan konseling
Tugas makalah bimbingan dan konselingTugas makalah bimbingan dan konseling
Tugas makalah bimbingan dan konseling
 
Pengertian konselor
Pengertian konselorPengertian konselor
Pengertian konselor
 
Pengertian konselor
Pengertian konselorPengertian konselor
Pengertian konselor
 
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakatPendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
 
Bimbingan Konsling
Bimbingan KonslingBimbingan Konsling
Bimbingan Konsling
 
Etika profesion keguruan dan akauntablilti
Etika profesion keguruan dan akauntabliltiEtika profesion keguruan dan akauntablilti
Etika profesion keguruan dan akauntablilti
 
psikologi konseling
psikologi konselingpsikologi konseling
psikologi konseling
 
Etika profesion keguruan
Etika profesion keguruanEtika profesion keguruan
Etika profesion keguruan
 
Makalah profesi keguruan 5
Makalah profesi keguruan 5Makalah profesi keguruan 5
Makalah profesi keguruan 5
 

Más de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Más de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Persyaratan kepribadian dalam bk

  • 1. A. Persyaratan Kepribadian Seorang konselor sekolah di dalam mengadakan kontak dengan klien atau siswa, harus memiliki sifat – sifat kepribadian tertentu. Sifat – sifat kepribadian tersebut menurut Dewa Ketut Sukardi (1986:28), antara lain: (1) memiliki pemahaman terdapat orang lainsecara objektif dan simpatik; (2) memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain secara baik dan lancar; (3) memahami batas – batas kemampuan yang ada pada dirinya sendiri ; (4) memiliki minat yang mendalam mengenai murid – murid, dan berkeinginan sungguh – sungguh untuk memberikan bantuan kepada mereka ; (5) memiliki kedewasaan pribadi, spiritual, mental, sosial dan fisik. National Vocational Guidance Association (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1985 : 28 ) mengemukakan persyaratan ideal yang dituntut dari konselor berkaitan dengan karakter konselor ialah : “ interest terhadap orang lain, sabar, peka terhadap berbagai sikap dan reaksi, memiliki emosi yang stabil dan objektif, serta ia sungguh – sungguh respek terhadap orang lain, dan dapat dipercaya. “ B. Persyaratan Sifat dan Sikap Seorang konselor sekolah dituntut persyaratan tertentu yang berkaitan dengan syarat dan sikap yang harus dimiliki dalam hubungan konseling. Syarat-syarat yang dituntut tersebut bukan saja sesuatu yang bersifat teknis tetapi lebih banyak menyangkut aspek-aspek kepribadian. Beberapa syarat yang berkenaan dengan sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang konselor antara lain ialah sifat dan sikap untuk menerima klien sebagaimana adanya, penuh pengertian atau pemahaman terhadap klien secara jelas, benar dan menyeluruh dari apa yang diungkapkan oleh klien, dan kesungguhan serta mengkomunikasikan pemahamannya tentang bagaimana klien berusaha untuk mengekspresikan dirinya. Segala hal di atas juga harus dilengkapi dengan sifat dan sikap yang supel, ramah, dan fleksibel yang harus dimiliki oleh seorang konselor
  • 2. Pekerjaan seorang konselor sekolah bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan ringan, sebab individu-individu yang dihadapi sehari-hari di sekolah satu dengan yang lain memiliki permasalahan yang berbeda, masing-masing individu atau siswa mempunyai keunikan atau kekhasan baik dalam aspek tingkah laku, kepribadian maupun sikap-sikapnya. Dapat diartikan bahwa seorang konselor sekolah harus bertanggung jawab atas kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dan kebutuhan sosial anak, dan ikut dalam segala kegiatan sekolah secara menyeluruh, khususnya mendampingi kepala sekolah dalam menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan pendidikan. Hal ini sesuai dengan yang dirumuskan oleh Jones (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1985:21) bahwa konselor juga bertugas mengadakan hubungan dengan guru-guru, menga-dakan pertemuan dengan guru pembimbing atau petugas lainnya dalam hubungan dengan pelaksanaan bimbingan di sekolah. Seorang konselor sekolah di dalam menjalankan tugasnya harus mampu melakukan peranan yang berbeda dari satu situasi ke situasi yang lainnya. Pada situasi tertentu kadangkadang seorang konselor harus berperan sebagai pendengar yang baik atau sebagai pembangkit semangat, atau peranan-peranan lain yang dituntut oleh klien dalam proses konseling. Oleh karena itu seorang konselor harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain persyaratan pendidikan formal, kepribadian, latihan atau pengalaman khusus. C. Persyaratan Formal Secara umum seorang konselor sekolah serendah-rendahnya harus memiliki ijazah sarjana muda dari suatu pendidikan yang sah dan memenuhi syarat untuk menjadi guru (memiliki sertifikat mengajar) dalam jenjang pendidikan di mana ia ditugaskan. Secara profesional seorang konselor sekolah hendaknya telah mencapai tingkat pendidikan sarjana bimbingan. Dalam masa pendidikannya pada institusi bersangkutan seorang konselor harus menempuh mata kuliah atau bidang studi tentang prinsip-prinsip dan praktek bimbingan. Dan bidang yang harus dikuasai meliputi antara lain: (1) proses konseling, (2) pemahaman individu, (3) informasi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, jabatan atau karir, (4) adiminstrasi dan kaitannya dengan program bimbingan, (5) prosedur penelitian dan penilaian bimbingan. Di samping bidang tersebut di atas, perlu pula dikuasai bidang-bidang lainnya seperti: psikologi, ekonomi dan sosiologi. Seorang konselor profesional dalam bidangnya, hendaknya telah memiliki pengalaman mengajar atau melaksanakan praktek konseling selama dua tahun, ditambah satu tahun pengalaman bekerja di luar bidang persekolahan, tiga bulan sampai enam bulan praktek
  • 3. konseling yang diawasi tim pembimbing atau praktek internship, dan pengalaman-pengalaman yang ada kaitannya dengan kegiatan sosial seperti misalnya kegiatan sukarela dalam masyarakat, bekerja dengan orang lain dan menunjukkan kemampuan memimpin yang baik. Menurut Mortensen dan Schmuller (dalam Prayitno, 1999:343), sifat-sifat pribadi atau kualifikasi pribadi yang harus dimiliki oleh konselor sekolah dalam kaitannya dengan persyaratan formal, terdiri dari : (1) bakat skolastik atau scholastic aptitude, yang dimiliki seorang konselor harus baik, sehingga mereka akan dapat menyelesaikan studinya di perguruan tinggi dengan hasil yang memuaskan, (2) minat atau interest yang mendalam untuk bekerja sama dengan orang lain, (3) kegiatan-kegiatan atau activities yang dilakukan seorang konselor, (4) faktor-faktor kepribadian atau personality factors, seorang konselor harus memiliki kematangan emosi, yang dapat diteliti dari situasi kehidupan kepribadiannya, kesabaran, keramahan, keseimbangan batin, tidak lekas menarik diri dari situasi rawan, cepat tanggap terhadap kritik dan humoris. 1. 2. 3. 4. 5. D. Standarisasi diperlukan oleh setiap profesi. Standarisasi profesi konselor dilakukan atas dasar pertimbangan sebagai berikut: Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, dst (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan UU nomor 14 tentang Guru dan Dosen, dalam UU No.14 dijelaskan bahwa konselor memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang tidak sama persis dengan guru Pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang diampu oleh konselor berada dalam konteks tugas “kawasan pelayanan yang bertujuan memandirikan individu dalam memotivasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang pendidikan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui pendidikan”. Ekspektasi kinerja konselor yang mengampu pelayanan bimbingan dan konseling selalu digerakkan oleh motif altruistik dalam arti selalu menggunakan penyikapan yang empatik, menghormati keragaman, serta mengedepankan kemaslahatan pengguna pelayanannya, dilakukan dengan selalu mencermati kemungkinan dampak jangka panjang dari tindak pelayanannya itu terhadap pengguna pelayanan, sehingga pengampu pelayanan professional itu juga dinamakan the reflective practitioner. Syarat Konselor Sekolah Pekerjaan konselor sekolah bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan ringan, sebab individu-individu yang dihadapi dan ditangani di sekolah memiliki karakteristik, keunikan, dan
  • 4. permasalahn yang berbeda. Konselor sekolah dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai kemampuan untuk mengahdapi berbagai individu. Oleh karena itu konselor sekolah harus memenuhi syarat tertentu, antara lain: 1. Persyaratan pendidikan Formal a. Secara general, konselor sekolah adalah sarjana pendidikan (S1) dalam bidang S-1 Bimbingan dan Konseling yang bermuara pada penganugerahan Ijasah Sarjana Pendidikan dengan Kekhususan Bimbingan dan Konseling b. Secara Profesional, mengikuti Progam Pendidikan Profesi Konselor yang bermuara pada penganugerahan Sertifikat Konselor yang memberi hak kepada lulusannya untuk menggunakan gelar profesi Konselor, disingkatKons 2. Pengalaman a. Konselor sekolah yang professional hendaknya memiliki pengalaman mengajar atau melaksanakan praktek bimbingan dan konseling. b. Mengikuti program pelatihan untuk meningkatkan profesionalitas konselor c. Terus menerus berusaha dalam meningkatkan kompetensinya dengan jalan mengikuti perkembangan literatur dalam bidang bimbingan dan konseling, menyelenggarakan dan memahami hasil-hasil riset, serta berperan serta secara aktif dalam pertemuan-pertemuan organisasi profesi. 3. Persyaratan kepribadian/kecocokan pribadi Kualifikasi pribadi yang harus dimiliki oleh konsleor sekolah yaitu: a. Mempunyai pemahaman terhadap orang lain secara obyektif dan simpatik b. Mempunyai kemampuan untuk bekerjasama yang baik dengan orang lain c. Memahami batas-batas kemampuan yang ada pada dirinya d. Mempunyai minat yang mendalam dengan individu-individu/para siswa dan berkeinginan sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan kepada mereka e. Mempunyai kematangan emosi, kedewasaan pribadi, mental, sosial dan fisik. 4. Persyaratan sifat dan sikap a. Sifat genuin. Dalam mengadakan hubungan, konselor harus mmemperlihatkan sifat keaslian dan tidak berpura-pura. b. Sikap konselor dalam menerima konseli. Konselor hendaknya memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya atas dasar adanya penghargaan terhadap diri konseli. c. Penuh pengertian terhadap konseli. Konselor hendaknya memiliki kemampuan untuk menunjukkan sikap penuh pengertianterhadap konseli. Pengertian konselor yang menyangkut diri konseli adalah segala sesuatu yang telah diungkapkan oleh konseli baik verbal maupun non verbal. d. Sifat jujur dan kesungguhan. Konselor sebaiknya bisa bersikap jujur terhadap dir sendiri maupun konseli. Kejujuran dan kesungguhan konselor akan menumbuhkan saling pengertian dan
  • 5. e. f. g. h. penghargaan, sehingga dapat mendorong konseli menemukan dirinya secara jujur dengan kacamata yang lebih realistis. Kemampuan berkomunikasi. Keterampilan utama yang harus dimiliki konselor adalah mengkomunikasikan pemahamannya tentang konseli. Konselor harus dapat menghidupkan proyeksinya dengan perasaannya dan dapat ditangkap serta dimengerti oleh konseli sebagai pernyataan yang penuh penerimaan dan pengetian. Kemampuan berempati. Konselor dituntut untuk memiliki kemampuan berempati. Sikap empati yaitu sikap menempatkan diri pada situasi orang lain. Kemampuan membina keakraban. Untuk membina hubungan yang nyaman antara konselor dan konseli, konselor dituntut untuk memiliki kemampuan membina keakraban. Karena keakraban itu merupakan syarat yang sangat penting dalam hubungan konseling. Sikap terbuka. Keterbukaan konslei akna terwujud apabila ada keterbukaan konselor. Keterbukaan konselor memiliki peranan yang penting untuk menggugah keterbukaan konseli dalam mengemukakan masalahnya. E. Identitas Konselor Dalam konteks keilmuan, bimbingan dan konseling terletak dalam wilayah ilmu normatif, dengan fokus kajian utama bagaimana memfasilitasi dan membawa manusia berkembang dari kondisi apa adanya kepada bagaimana seharusnya.Seorang konselor hendaknya memiliki kemampuan untuk memahami gambaran perilaku individu masa depan, dan konselor datang lebih awal memasuki dunia konseli. Sejarah menunjukkan terjadinya ragam pemaknaan dan pemahaman terhadap bimbingan dan konseling, dan menghadapkan konselor kepada konflik, ketidak konsistenan, dan ketidak kongruenan peran. Untuk mempersempit kesenjangan semacam ini perlu ada langkah penguatan dan penegasan peran dan identitas profesi. Langkahlangkah tersebut adalah: 1. Memahamkan Kepala Sekolah Diyakini bahwa dukungan kepala sekolah dalam implementasi dan penanganan progam bimbingan dan konseling, di sekolah, sangat esensial. Hubungan antara kepala sekolah dengan konselor sangat penting terutama di dalam menentukan keefektivan program. Kepala sekolah yang memahami dengan baik profesi bimbingan dan konseling akan: (a) memberikan kepercayaan kepada konselor dan memelihara komunikasi yang teratur dalam berbagai bentuk, (b)memahami dan merumuskan peran konselor, (c) menempatkan staf sekolah sebagai tim atau mitra kerja. 2. Membebaskan konselor dari tugas yang tidak relevan Masih ada konselor sekolah yang diberi tugas mengajar bidang studi, bahkan mengurus hal-hal yang tidak relevan dengan bimbingan dan konseling, seperti menjadi petugas piket, perpustakaan, koperasi, petugas tatib dsb. Tugas-tugas ini tidak relevan dengan latar belakang
  • 6. 3. a. b. 1) 2) 3) pendidikan, dan tidak akan menjadikan bimbingan dan konseling dapat dilaksankan secara profesional. Mempertegas tanggung jawab konselor Sudah saatnya menegaskan bahwa bimbingan dan konseling menjadi tanggung jawab dan kewenangan konselor. Sebutan guru pembimbing sudah harus diganti dengan sebutan konselor (sebagaimana sudah ditegaskan dalam UU No. 20/2003). Perlu ditegaskan bahwa konselor adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling dan memperoleh latihan khusus sebagai konselor, dan memiliki lisensi untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Pemberian kewenangan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling didasarkan kepada lisensi dan kredensialisasi oleh ABKIN, sesuai dengan perundangan dan peraturan yang berlaku. Kekuatan dan eksistensin suatu profesi muncul dari kepercayaan publik. Untuk meningkatkan kepercayaan publik yang perlu diperhatikan adalah memliliki kompetensi atau keahlian khusus. Profesi dipersiapkan melalui pendidikan dan latihan khusus, profesi menggunakan standart kecakapan yang tinggi, diuji melalui pendidikan yang formal terutama memasuki dunia kerja, kompetensi dilakukan periodik, dan adanya perangkat aturan atau kode etik. Masyarakat percaya bahwa layanan yang diperlukannya hanya bisa diperoleh dari orang yang dianggap sebagai orang yang berkompeten di bidangnya. Kepercayaan publik akan melanggengkan profesi, karena di dalamnya terkandung keyakinan publik bahwa profesi dan para anggotanya itu : Memiliki kompetensi dan keahlian yang disiapkan melalui pendidikan dan latihan khusus dalam standar kecakapan yang tinggi. Kompetensi ini diuji melalui pendidikan formal atau ujian khusus sebelum memasuki dunia praktik profesional. Ada perangkat aturan untuk mengatur perilaku professional dan melindungi kesejahteraan publik. Aspek penting dalam hal ini adalah kepercayaan : Adanya kodifikasi perilaku profesional sebagai aturan yang mengandung nilai keadilan dan kaidah-kaidah, perilaku professional yang tidak semata-mata melindungi anggota profesi tetapi juga melindungi kesejahteraan publik. Anggota profesi akan mengorganisasikan dan bekerja dengan berpegang pada standar perilaku profesional. Diyakini bahwa seorang yang profesional akan menerima tanggung jawab mengawasi dirinya sendiri, mampu melakukan self regulation. Dua aspek penting dari self regulation yaitu melahirkan sendiri kode etik dan standar praktek. Anggota profesi dimotivasi untuk melayani orang-orang dengan siapa mereka bekerja. Setiap saat persepsi publik terhadap profesi dapat berubah karena perilaku tidak etis, tidak profesional dan tidak bertanggung jawab dari para anggotanya. Seorang konselor profesional mesti menaruh kepedulian khusus terhadap konseli, karena konseli amat rawan untuk dimanipulasi dan dieksploitasi. Kode etik suatu profesi muncul sebagai wujud self regulation dari profesi itu. Kode etik merupakan suatu aturan yang melindungi profesi dari campur tangan pemerintahh, mencegah
  • 7. 4. ketidaksepakatan internal dalam suatu profesi dan melindungi atau mencegah para praktisi dari perilaku-perilaku malpraktik. Membangun standar supervisi Tidak terpenuhinya standar yang diharapkan untuk melakukan supervisi bimbingan dan konseling membuat layanan tersebut terhambat dan tidak efektif. Supervisi yang dilakukan oleh orang yang tidak memahami atau tidak berlatar belakang bimbingan dan konseling bisa membuat perlakuan supervisi bimbingan dan konseling disamakan dengan perlakuan supervisi terhadap guru bidang studi. Akibatnya balikan yang diperoleh konselor dari pengawas bukanlah hal-hal yang substantif tentang kemampuan bimbingan dan konseling melainkan hal-hal teknis administratif. Supervisi bimbingan dan konseling mesti diarahkan kepada upaya membina keterampilan profesional konselor seperti: memahirkan keterampilan konseling, belajar bagaimana menangani isu kesulitan siswa, mempraktekan kode etik profesi, mengembangkan program komprehensif, mengembangkan ragam intervensi psikologis, dan melakukan fungsifungsi relevan lainnya. F. Sifat Dasar Konselor Konselor sebagai tenaga professional memiliki dua fungsi yakni membimbing dan melakukan konseling. Dalam memberikan layanan bimbingan konselor memiliki sifat dasar diantaranya mempunyai integritas, terampil, memiliki kemampuan menilai dan memprediksi secara tajam, standar personal yang tinggi, terlatih dan berpengalaman luas. Konselor juga perlu mempunyai karakteristik obyektif, menghormati dan memahami individu, memahami dirinya sendiri, mampu mendengar dan menyimpan rahasia, mempunyai rasa humor, memiliki kepribadian yang matang. Disamping itu ada beberapa sifat yang menonjol pada diri konselor, diantaranya: jujur, setia, sehat, berkepribadian baik, dan memiliki filsafat hidup yang mantap. Konselor juga digambarkan sebagai orang yang memiliki sifat-sifat feminin, seperti lembut, menyenangkan, suka member, tidak banyak menuntut dan sebagainya. Rumusna yang diberikan ASCA tentang sifat dasar pekerjaan konselor adalah sebagai “misi dengan keterkaitannya yang mendalam terhadap nilai-nilai kemanusiaan”. Konselor memberikan pelayanan bantuan yang khusus (unik) secara nyata kepada konseli (pelayanan konseling). Pelayanan dalam konseling diantaranya pemahaman atau pandangan positif tentang klien, bersikap netral terhadap norma dan nilai klien, menerima klien apa adanya, membina keakraban dengan klien, memahami klien (terkait bahasa verbal dan nonverbal klien), empati, jujur, terbuka, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memperhatikan. Disamping itu, konselor juga mampu memberikan pelayanan profesional kepadan siswa, guru, orangtua. Dalam menyelenggarakan pelayanan tersebut konselor disertai tanggungjawab pribadi dalam menetapkan pertimbangan dan keputusan tentang apa yang akan dilakukannya berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan profesional yang dimaksud. Dalam bidang bimbingan, fungsi utama konselor lebih terfokuskan pada perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan penelitian layanan bimbingan bagi para siswa. Dalam
  • 8. konseling, fungsi utama konselor membantu siswa melalui hubungan konseling untuk mengentaskan permasalahan siswa G. Wawasan Konselor Wawasan BK secara khusus meliputi: pemahaman tentang pengertian BK, visi misi BK, bidang layanan BK, kode etik BK, kegiatan pendukung, dan bidang bimbingan BK. Wawasan kependidikan dan profesi konselor secara umum meliputi: 1. Konselor wajib terus menerus berusaha mengembangkan dan menguasai dirinya, ia wajib mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri, yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan profesional serta merugikan klien. 2. Memiliki wawasan pedagogis dalam melaksanakan layanan profesional konseling. 3. Memahami dengan baik landasan-landasan keilmuan bimbingan dan konseling. 4. Menghayati kode etik dan proses pengambilan keputusan secara etis. 5. Mengetahui dengan baik standar dan prosedur legal yang relevan dengan setting kerjanya. 6. Aktif melakukan kolaborasi profesional dan mempelajari literaturnya. 7. Menunjukkan komitmen dan dedikasi pengembangan profesional dalam berbagai setting dan kegiatan. 8. Menampilkan sikap open minded dan profesional dalam menghadapi permasalahan klien. 9. Memantapkan prioritas (bidang layanan) profesionalnya. 10. Mengorganisasikan kegiatan sebagai wujud prioritas profesionalnya. 11. Merumuskan perannya sendiri sesuai dengan setting dan situasi kerja yang dihadapi. H. Kredensialisasi Profesi Konselor Kredensialisasi merupakan penganugerahan kepercayaan kepada konselor profesional yang menyatakan bahwa yang bersangkutan memiliki kewenangan dan memperoleh lisensi untuk menyelenggarakan layanan profesional secara independen kepada masyarakat maupun di lembaga tertentu. Pemberian kewenangan yang dimaksudkan itu dilakukan berdasarkan aturan kredensial yang dikeluarkan oleh pihak-pihak yang berwenang. Aturan kredensial itu meliputi pemberian sertifikasi, akreditasi, dan lisensi. 1. Sertifikasi memberikan pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan konseling pada jenjang dan jenis setting tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tenaga profesi konseling yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. 2. Akreditasi memberikan derajat penilaian terhadap kondisi yang telah dimiliki oleh satuan pengembang dan/atau pelaksana konseling, seperti Program Studi Bimbingan dan Konseling di LPTK, yang menyatakan kelayakan program satuan pendidikan atau lembaga yang dimaksud. Keterlibatan ABKIN dalam melakukan akriditasi dipandang penting karena ABKIN adalah institusi
  • 9. 3. yang menetapkan kompetensi nasional yang harus dicapai melalui program pendidikan konselor di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Dengan sertifikasi dan akriditasi ini, pekerjaan bimbingan dan konseling akan menjadi profesional karena hanya dilakukan oleh konselor yang telah tersertifikasi. Lisensi memberikan ijin kepada tenaga profesi bimbingan dan konseling untuk melaksanakan praktik pelayanan bimbingan dan konseling pada jenjang dansetting tertentu, khususnya untuk praktik mandiri (privat). Lisensi diberikan oleh ABKIN atas dasar permohonan yang bersangkutan, berlaku untuk masa waktu tertentu dan dilakukan evaluasi secara periodik untuk menentukan apakah lisensi masih bisa diberikan. Pemberian lisensi diberikan atas hasil assessment nasional yang dilakukan ABKIN melalui BAKKN (Badan Akreditasi dan Kredensialisasi Konselor Nasional). Seorang konselor tidak secara otomatis memperoleh kredensialisasi kecuali atas dasar permohonan dan melakukan secara nyata layanan profesi bagi masyarakat atau sekolah.