SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 121
Descargar para leer sin conexión
BISNIS YANG BAIK
Tinjauan etis teologis mengenai persepsi warga jemaat
terhadap bisnis Kristen di jemaat GPIB Passareang, Makassar

Tesis
Untuk memenuhi sebahagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2

Program Magister Teologi
Program Studi Etika

Diajukan oleh
Stephen G.R. Sihombing
265.029

Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
STT INTIM MAKASSAR

Januari 2008
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

SERTIFIKAT UJIAN TESIS

Semua yang bertandatangan di bawah ini, menerangkan bahwa Tesis Magister
Theologi (M.Th) dengan judul:
BISNIS YANG BAIK
Tinjauan etis teologis mengenai persepsi warga jemaat terhadap bisnis Kristen
di jemaat GPIB Passareang, Makassar
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Stephen G.R. Sihombing
265.029
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 20 Desember 2008 dan
dinyatakan lulus dengan nilai A .
Susunan Dewan Penguji
Pembimbing I

Penguji I

Pdt. Dr. Yusuf G. Mangumban

Pdt. Dr. Yusuf G. Mangumban

Pembimbing II

Penguji II

Pdt. Ny. Resty Arnawa-T, M.Th

Drs. Ishak Ngeljaratan, MA
Mengetahui

Program Pascasarjana STT INTIM Makassar

Pdt. DR. Andarias Kabanga’
Direktur
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis
dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari diketahui ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Makassar, 15 Januari 2009

Stephen G.R. Sihombing
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

KATA PENGANTAR

Tuntutan untuk berlaku etis dalam bisnis merupakan kenyataan
mutlak yang harus diperhatikan semua pihak yang ingin menjaga agar
lembaga bisnis dapat memberi sumbangan positif bagi kesejahteraan
hidup manusia. Kiranya, tesis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang menginginkan terciptanya hubungan integratif bisnis dengan
etika Kristen.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, Bp. Pdt. DR. Yusuf G. Mangumban dan
Ny. Resty Arnawa-T, M.Th yang telah dengan setia dan sabar
mengarahkan penulis dalam proses penelitian sampai tesis ini selesai.
Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada staff pengajar STT
INTIM Makassar, yang telah memperkaya wawasan teologi penulis
selama menempuh pendidikan antara tahun 2006-2008, khususnya
Bp. Pdt. DR. Andarias Kabanga’, Bp. Pdt. DR. Nazarius Rumpak,
Bp. Prof. DR. W.I.M Poli, Bp. Drs. Ishak Ngeljaratan, MA,
Bp. Pdt. D. Sopamena, M.Th, dan Bp. Pdt. Ruben Persang, M.Th.
Tidak dapat dilupakan rekan-rekan dari perpustakaan STT INTIM
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

Makassar yang dengan setia melayani kebutuhan penulis dalam
memperoleh buku-buku untuk kepentingan penelitian.
Ucapan terima kasih yang sama disampaikan pula kepada
Bp. Anggiat Sinaga, MBA, Bp. Ir. Leo Hehanusa, M.Si dan Bp. Max
Saliwir, SE, atas bantuannya dalam proses penulisan tesis ini.
Sahabat-sahabat penulis, David dan Wilson, perlu dicatat di sini
sebagai teman yang komunikatif selama proses studi telogi.
Penulis berterima kasih juga kepada jemaat-jemaat GPIB,
khususnya Jemaat GPIB Passareang, tempat di mana penulis
mengambil bagian dalam pengabdian pelayanan. Penulis tidak dapat
melupakan budi baik dari rekan-rekan sesama pendeta GPIB yaitu,
Pdt. Ny. M.A. Manopo, Pdt. Ny. M.T. Meijer-Hallatu, M.Th,
Pdt. Marlyn Joseph S.Th, dan Bp. Pdt. Timotius Susilo, S.Ag.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
mendalam

kepada

Majelis Sinode GPIB

XVIII

yang telah

memberikan rekomendasi dan bantuan keuangan selama studi
berlangsung. Secara khusus, penulis sangat berterima kasih kepada
Bp. Pnt. Prof. Dr. John Fo’Eh

dan keluarga yang dengan tulus

mendukung dan membantu pergumulan penulis selama studi dan tugas
pelayanan dalam jemaat GPIB.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

Akhirnya, penulis berterima kasih kepada segenap keluarga:
istri kekasih, Ir. Dewi Arung, kedua anak kekasih: Jacqueline dan
Stefany, kedua orang tua: Mami di Makassar dan Mama di Jakarta,
yang telah mendukung dengan doa dan kasih. Semua ucapan terima
kasih ini dapat dikatakan, karena kemurahan Allah yang melimpah
dalam hidup penulis sampai hari ini.
Makassar, 15 Januari 2009
Penulis

Stephen G. R. Sihombing
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

.............................................................

i

SERTIFIKAT UJIAN TESIS

.............................................................

ii

PERNYATAAN

.............................................................

iii

KATA PENGANTAR

.............................................................

iv

DAFTAR ISI

.............................................................

vii

ABSTRACT

.............................................................

x

ABSTRAK

.............................................................

xi

BAB I

: PENDAHULUAN

............................................................

1

A

Latar Belakang Masalah

.............................................................

1

B

Batasan Masalah

..............................................................

4

C

Rumusan Masalah

..............................................................

5

D

Tujuan Penelitian

..............................................................

5

E

Manfaat Penelitian

..............................................................

6

F

Keaslian Penelitian

..............................................................

6

G

Tinjauan Pustaka

..............................................................

8

H

Landasan Teori

..............................................................

10

I

Hipotesa

..............................................................

11

J

Jenis dan Metode Penelitian ..............................................................

12

K

Sistematika Penulisan

..............................................................

14

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................

15

A

15

Pemikiran Teoritis

..............................................................
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

1.1 Pengertian Etika

..............................................................

15

1.2 Pengertian Etika Kristen ..............................................................

19

2

..............................................................

21

2.1 Bisnis

..............................................................

21

2.2 Klasifikasi Bisnis

..............................................................

23

2.3 Tantangan yang dihadapi Bisnis ..................................................

23

2.3.1 Tantangan Produktivitas

..................................................

23

2.3.2 Tantangan Kualitas

..................................................

24

2.3.3 Tantangan Pasar Global

..................................................

24

2.4 Pentingnya Etika dalam Bisnis ..................................................

24

3

..............................................................

28

..............................................................

28

Relasi Bisnis dan Etika

Persepsi Bisnis Kristen

3.1 Pengertian Persepsi

3.2 Bisnis menurut Iman Kristen

..................................................

29

3.3 Praktek Bisnis dalam Gereja

..................................................

35

Persepsi Bisnis menurut Agama Islam dan Agama Budha .........

36

4

4.1 Agama Islam

..............................................................

36

4.2 Agama Budha

..............................................................

37

5 Jemaat GPIB Passareang .............................................................

39

B

Keaslian Penelitian

..............................................................

41

C

Kerangka Konseptual

..............................................................

45

D

Landasan Teori

..............................................................

46

BAB III : METODE PENELITIAN ..............................................................

47

A

47

Jenis Penelitian

..............................................................
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

B

Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................

48

C

Teknik Pengumpulan Data

.............................................................

48

D

Teknik Analisis Data

.............................................................

49

BAB IV : PEMBAHASAN

..............................................................

54

..............................................................

54

1.1 Karakteristik Responden ...............................................................

54

1

Hasil Penelitian

1.2 Persepsi Responden mengenai Bisnis Kristen .............................. 56
2

Pengukuran Persepsi berdasarkan Skala Likert ............................. 65

3 Interpretasi Data dan Uji Hipotesis ................................................
BAB V

70

: REFLEKSI TEOLOGIS ..............................................................

77

1

Hubungan Integratif Etika Kristen dengan Bisnis ......................

77

2

Bisnis yang Baik

...............................................................

79

2.1 Melayani Kehendak Allah ..............................................................

81

2.2 Menghargai Sesama

..............................................................

83

2.3 Memiliki Tanggung Jawab Sosial .................................................

85

3

87

Tanggung Jawab Gereja ...............................................................

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 88
1

Kesimpulan

...............................................................

88

2

Saran

...............................................................

90

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

ABSTRACT

Business is economic activities that cope with material profits. Seeking for
profit in business is an ethical or good action. Actually, business is not run as well
as its substance. Business was running with manipulative ways and egoism which
victimize society and environment. Christianity has ethical principles which are
useful in business. Ethical principle based on Scripture which can be understood
and practised in Christian business, are the main goal of this research.
The locus of the research is Protestant Church in the West of Indonesia
(GPIB) Congregation “Passareang” at Makassar that covers 100 (a hundred)
respondents, from June until August 2008. Descriptive-survey with questionnaire
and interview techniques is the methodology used in this research. Interviewing
with business practitioners, member of assembly of congregation and priests were
conducted. Likert’s scale has been used in this research to measure church’s
member perception about Christian business. The result of the research proves
that (1) church’s members have good perception of the Christian business, (2) the
principles of ethical business could be practised by a Christian businesman, and
(3) church gives less attention for complementing church’s members about good
business based on Christian ethics.
The principles of Christian ethics in business can be formulated in three
primaries (1) to serve the will of God, (2) respect each other and (3) have a social
responsibility. GPIB has a responsibility to equip church’s members to understand
the principles of Christian ethics in business. Business can be practised not only
for the sake of mankind, but also to serve the will of God. The importance of
ethics in business, to encourage all parties, both business practitioners, ethicians,
theological education institutions, and churches to create a business life with
dignity and ecologically oriented.

Keywords: perception, ethics, business, the Bible, Christian
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

ABSTRAK

Bisnis adalah kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan keuntungan materi.
Mencari keuntungan dalam bisnis adalah perbuatan yang etis atau baik. Dalam
kenyataan, bisnis tidak berjalan sesuai hakekatnya. Bisnis dijalankan dengan caracara manipulatif dan egoisme sehingga masyarakat dan lingkungan hidup
dikorbankan. Kekristenan memiliki prinsip-prinsip etis yang dapat digunakan
dalam bisnis. Prinsip-prinsip etis berdasarkan Alkitab yang dipahami dan
dipraktekkan dalam bisnis Kristen, menjadi tujuan utama penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan di jemaat GPIB Passareang, Makassar dengan
melibatkan 100 responden pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2008.
Metode yang dipakai adalah metode survai deskriptif dengan teknik kuisioner dan
wawancara. Wawancara dilakukan kepada praktisi bisnis, anggota majelis jemaat
dan pendeta. Skala Likert digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur
persepsi warga jemaat mengenai bisnis Kristen. Hasil penelitian membuktikan
bahwa (1) warga jemaat memiliki persepsi yang baik tentang bisnis Kristen,
(2) prinsip-prinsip etis bisnis Kristen dapat dipraktekkan oleh pebisnis Kristen dan
(3) gereja kurang memberi perhatian penuh dalam melengkapi warga jemaatnya
mengenai bisnis yang baik berdasarkan etika Kristen.
Prinsip-prinsip etika Kristen dalam bisnis dapat dirumuskan dalam 3 pokok
yaitu (1) melayani kehendak Allah, (2) menghargai sesama dan (3) memiliki
tanggungjawab sosial. GPIB memiliki tanggung jawab dalam melengkapi warga
jemaat untuk memahami prinsip-prinsip etika Kristen dalam bisnis.
Bisnis dipraktekkan bukan hanya untuk kepentingan manusia tetapi juga untuk
melayani kehendak Allah. Pentingnya etika dalam bisnis, kiranya mendorong
semua pihak baik praktisi bisnis, etikawan, lembaga pendidikan teologi dan gereja
untuk menciptakan kehidupan bisnis yang bermartabat dan berwawasan ekologis.

Kata kunci: persepsi, etika, bisnis, Alkitab, Kristen
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

BAB I
PENDAHULUAN

A

Latar Belakang Masalah
Bisnis adalah kegiatan ekonomis yang dapat dirasakan semua orang dalam

upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya. Dengan bisnis, manusia
dapat mengorganisasikan sumber daya untuk menghasilkan dan mendistribusikan
barang dan jasa. Tujuan bisnis adalah memperoleh keuntungan, sehingga pelaku
bisnis berani menanggung resiko menanam modal dalam kegiatan bisnisnya. Dari
sudut pandang ekonomis, dapat dikatakan bisnis yang baik adalah bisnis yang
membawa banyak untung1. Mengejar keuntungan dalam bisnis adalah sesuatu
yang wajar, asalkan tidak mengorbankan kepentingan dan hak orang lain. Bertens
mengatakan bahwa keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak melainkan
saling menguntungkan kedua belah pihak2.
Dalam kenyataan, para pelaku bisnis lebih mengutamakan keuntungan
pribadi di atas segala-galanya. Misalnya, rencana kenaikan bahan bakar minyak
pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyhono bulan Mei 2008
mengakibatkan harga bahan bakar minyak (BBM) di tingkat konsumen naik tidak
wajar karena faktor kecurangan pengusaha yang menahan dan menimbun BBM
bersubsidi bahkan menyelundupkannya untuk dijual ke luar negeri. 3
Praktek bisnis curang tidak hanya terjadi saat pemerintah hendak
memberlakukan kebijakan ekonomi tertentu, tetapi juga terjadi ketika pengusaha
1

K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000, hlm. 17
Ibid., hlm. 17.
3
”Bensin Mulai Hilang di Makassar,” Tribun Timur, Makassar: 14 Juni 2008.
2
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

dan penguasa berkolusi dalam pelaksanaan proyek pembangunan atau pemberian
kredit. Pembangunan gedung sekolah, jalan, terminal atau pasar seringkali
kualitasnya buruk dan dalam waktu singkat sudah rusak. Kredit bernilai milyaran
rupiah diberikan kepada pengusaha akhirnya tidak terbayar, sementara nilai harta
kekayaan perusahaan jauh lebih kecil dibanding kredit yang dikucurkan bank4.
Era reformasi telah memberikan kebebasan sehingga pasar menjadi
kompetitif dan memberi peluang bagi pengusaha, misalnya menginvestasikan
modalnya dalam bisnis transportasi udara. Perang tarif antar maskapai
penerbangan telah memberikan keuntungan dan kemudahan bagi konsumen dalam
mobilitasnya. Namun, harga murah tiket pesawat tidak sebanding dengan jaminan
keselamatan penumpang. Sebagai contoh, hilangnya pesawat Adam Air pada awal
Januari 2007 di Majene menjadi pembenaran bahwa jaminan keselamatan
penumpang diabaikan sehingga tidak seorang pun selamat dalam kecelakaan itu 5.
Pada kasus lain, penggunaan bahan kimia seperti formalin

untuk

mengawetkan ikan, daging, mi basah atau bakso dapat membahayakan kesehatan
manusia. Sekalipun para pengusaha mengetahui bahaya itu, tetapi mereka tidak
berusaha menghentikan. Bahan kimia berbahaya itu digunakan pada produk
makanan sebab murah harganya, mudah penggunaannya, lebih menarik pembeli,
dan sangat menguntungkan secara ekonomis.
Tidak hanya manusia, lingkungan alam turut dikorbankan. Kerusakan
ekologi meliputi punahnya spesies, hilangnya hutan tropis, penipisan ozon,

4

Kwik Kian Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII, 1998, hlm. 431.
5
Gatot Widakdo, ”Misteri Jatuhnya Adam Air di Majene Terjawab”, Kompas, Jakarta: 25 Maret
2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

tercemarnya ekosistem oleh limbah beracun, banjir dan pemanasan global6, terjadi
akibat penambangan dan eksploitasi hutan yang dilakukan pengusaha-pengusaha
yang mengantungi izin resmi pemerintah, tetapi melupakan tanggung jawab
sosialnya7.
Jika demikian perilaku pengusaha dalam menjalankan bisnisnya, maka
tidak heran jika bisnis itu dinilai kotor. Bisnis dipahami bukan untuk orang jujur,
saleh dan bermoral. Moralitas yang bersumber dari ajaran agama tidak dibutuhkan
dalam dunia bisnis. Bisnis mempunyai mekanisme dan moralitasnya sendiri yang
tidak boleh dicampuri oleh moralitas dari luar. Satu-satunya moralitas dalam
bisnis adalah: keuntungan. Segala tindakan yang dilakukan pengusaha dalam
bisnisnya adalah benar, baik dan tepat, jika mendatangkan keuntungan8.
Pakar etika bisnis Richard T. De George seperti dikutip Keraf, menyebut
pandangan yang memisahkan moralitas dalam bisnis sebagai mitos bisnis
immoral9. Dalam bisnis yang ketat, nilai-nilai moral dan etika hanya akan
membuat pengusaha kalah dalam persaingan bisnis, mengalami kerugian dan
tersingkir dengan sendirinya. Kerja orang bisnis adalah berbisnis dan bukan
beretika. Bisnis yang baik harus berdasarkan

aturan dan kebiasaan yang

dipraktekkan dalam dunia bisnis dan bukan menurut kaidah-kaidah moral.10

6

Fred van Dyke, et al, Redeeming Creation: The Biblical Basis for Enviromental Stewardship,
Illinois: InterVarsity Press, 1996, hlm. 19-23.
7
Maria Hartiningsih dan Hartati Samhadi, ”Menggali Kubur Sendiri,” Kompas, Jakarta: 6 Maret
2008.
8
Eka Darmaputera, Etika Sederhana untuk Semua; Bisnis, Ekonomi dan Penatalayanan, Jakarta:
Gunung Mulia, 1990, hlm. 19-20.
9
A. Sony Keraf, Etika Bisnis, Cetakan ke-14, Yogyakarta: Kanisius, 1998, hlm. 55-56.
10
Ibid., hlm. 57.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

Mitos bisnis immoral ini sulit dibenarkan pengusaha yang menginginkan
bisnisnya sukses dan bertahan lama, sebab mereka harus memperhitungkan segala
akibat dan resiko untuk jangka panjang karena dalam bisnis ada nilai manusiawi
yang dipertaruhkan. Moralitas dan etika dalam bisnis merupakan harapan dan
kebutuhan masyarakat.

Ketika norma, nilai dan kepentingan bersama dalam

masyarakat dicederai oleh praktek bisnis curang, masyarakat bertindak dengan
cara memprotes dan menolak bisnis demikian. Tindakan semacam ini jelas sangat
merugikan pengusaha itu sendiri dan masa depan bisnisnya11.
Bisnis yang baik tentu menghormati hukum positif yang berlaku, seperti
peraturan soal pajak, pembayaran royalti hak cipta atas kekayaan intelektual atau
undang-undang ketenagakerjaan. Namun tidak selalu bisnis yang memenuhi
perundang-undangan dapat diterima dan dibenarkan secara moral dan etis,
misalnya praktek monopoli atau penunjukkan langsung pengusaha tertentu tanpa
melalui penawaran terbuka dalam proyek-proyek pemerintah. Aturan hukum
menjadi tidak baik, tidak adil dan tidak etis karena permainan politik yang tidak
adil dan arogan sehingga dapat dikatakan aturan hukum bukan ukuran satusatunya dalam kegiatan bisnis12.

B

Batasan Masalah
Beragam masalah seperti yang diuraikan di atas mendorong penulis untuk

meneliti lebih khusus tentang bagaimana persepsi warga jemaat GPIB (Gereja
Protestan di Indonesia bagian Barat) tentang bisnis Kristen. Jemaat GPIB yang

11
12

Ibid., hlm. 58-61.
Ibid., hlm. 61.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

dipilih sebagai obyek penelitian ini adalah jemaat GPIB Passareang yang
beralamat di BTN Pepabri C 3 No. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar.
Warga jemaat GPIB sebagai persekutuan iman dan bagian dari masyarakat yang
luas memiliki persepsi tentang bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan
semata, tetapi juga terkait dengan nilai-nilai ajaran Kristen yang harus
dipraktekkan dalam kegiatan bisnis.

C

Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah-masalah penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.

Apakah persepsi warga jemaat GPIB Passareang mengenai bisnis yang
berdasarkan nilai-nilai etika Kristen yang bersumber dari Alkitab?

2.

Bagaimana pebisnis Kristen mengaplikasikan prinsip-prinsip Alkitab
dalam kegiatan bisnisnya selama ini?

3.

Bagaimanakah Gereja melalui Majelis Jemaat GPIB (Pendeta, Penatua dan
Diaken) memberikan pemahaman yang memadai kepada warga jemaat
mengenai bisnis dengan prinsip-prinsip Alkitab?

D

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis (1) persepsi

warga jemaat GPIB mengenai bisnis yang berdasarkan etika Kristen; (2)
implementasi nilai-nilai etika Kristen dalam bisnis oleh warga jemaat yang
berprofesi sebagai pengusaha; dan (3) kontribusi Gereja melalui majelis jemaat
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

GPIB dalam melengkapi warga jemaat memahami dan melakukan bisnis sesuai
dengan prinsip-prinsip Alkitab.

E

Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

1.

Sebagai sumbangan penting dalam memperluas cakrawala pengetahuan di
bidang etika Kristen, khususnya etika bisnis sebagai etika terapan dalam
pendidikan teologi Kristen.

2.

Sebagai masukan berharga bagi warga jemaat, khususnya mereka yang
terlibat dalam praktek bisnis mengenai pentingnya mempraktekkan bisnis
yang baik sesuai etika Kristen bagi keberhasilan bisnis mereka.

3.

Sebagai sumbangan pemikiran bagi Gereja, khususnya majelis jemaat
GPIB untuk dapat membina dan melengkapi warga jemaat khususnya
mereka yang berprofesi sebagai pengusaha agar dapat mempraktekkan
bisnis yang baik dengan berpedoman kepada ajaran Alkitab.

F

Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai bisnis dalam hubungannya dengan etika

sudah

dilakukan oleh beberapa orang dengan konsentrasi studi yang berbeda. Pada bulan
Maret 2008, penulis berkesempatan mendalami karya-karya

ilmiah di

perpustakaan STT Jakarta dan perpustakaan Nasional Jakarta dan mendapatkan
tiga karya ilmiah yang masing-masing ditulis oleh Lestari, Dewanto, dan Tompah
yang dianggap berbobot dan terkait dengan maksud penelitian ini..
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

Lestari dalam tesis magisternya Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan
Usaha di Indonesia membahas etika bisnis dari perspektif hukum dengan
pendekatan kualitatif. Etika bisnis menurutnya sangat penting ditegakkan dalam
persaingan usaha dan untuk itu dibutuhkan kepastian hukum agar dapat
menguntungkan semua pihak13. Lestari melakukan penelitiannya di Jakarta.
Dewanto dalam disertasi doktoralnya Etik Bisnis dan Keberagamaan
Kelompok

Kristen

dalam

Perspektif

Sosiologis

menyimpulkan

bahwa

keberhasilan bisnis lebih dipengaruhi nilai-nilai budaya kelompok dibanding
pengaruh etik Kristen Protestan Calvinis. Akibatnya, keputusan etis dalam bisnis
lebih berdasarkan pada etik sekular dan filosofis daripada etik teologi Kristen14.
Tompah dalam tesis magisternya Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis
menyebutkan bahwa nilai-nilai agama memiliki peran yang penting bagi para
pengusaha dalam pengambilan keputusan etis di bidang bisnis. Penelitian yang
mengambil lokasi di Jakarta ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
perspektif teologi15.
Karya-karya ilmiah itu sangat berbeda dengan penelitian penulis baik
secara substansi, metodologi dan lokasi penelitian. Penulis mengakui bahwa minat
untuk meneliti masalah bisnis yang baik

dipengaruhi oleh Bertens, Keraf,

Chandra dan Csikszentmihalyi dalam tulisan-tulisannya maupun kegelisahan
penulis pribadi menyaksikan maraknya praktek bisnis curang dan kotor. Selain

13

R. Siti Lestari, Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta:
Universitas Indonesia, 1999.
14
Andreas Bintoro Dewanto, Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen dalam Perspektif
Sosiologis, Bandung: Universitas Padjadjaran, 1993.
15
Norita Yudiet Tompah, Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis, Jakarta: STT Jakarta, 2003.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

itu, penulis sendiri sebagai seorang pendeta jemaat GPIB memiliki tanggung
jawab moral untuk melengkapi warga jemaat yang terlibat dalam dunia bisnis.

G

Tinjauan Pustaka
De George seperti dikutip Keraf, mengatakan bahwa sukses dalam bisnis

terkait dengan produk yang baik, manajeman yang mulus dan etika 16. Lebih
lanjut, Bertens merumuskan bahwa bisnis yang baik bukan saja berarti bisnis yang
membawa untung banyak, melainkan juga dan terutama berkualitas etis. Ulrich
dan Thielemann dalam penelitiannya seperti dikutip Pratley mengatakan bahwa
etika yang sehat adalah bisnis yang baik untuk jangka panjang.17
Etika sangat diperlukan untuk mencapai sukses dalam bisnis. Kualitas etis
dalam bisnis menjadikan bisnis dapat bertahan lama dalam iklim perdagangan
global yang kompetitif. Salah satu faktor kontinuitas bisnis menurut Alma18
adalah: soliditas, yaitu kemampuan bisnis memperoleh kepercayaan masyarakat.
Kepercayaan mencakup moral pengelola bisnis, tepat dalam berjanji, dan
dipercaya dalam bidang keuangan.
Sinamo dengan lugas mengatakan bahwa pengusaha juga harus menyadari
dirinya sebagai makhluk moral19. Ciri utama manusia moral ialah kemampuannya
bertindak

berdasarkan prinsip moral, dan bukan oleh emosi atau naluri.

Ketangguhan moral seseorang menurutnya ditentukan oleh tiga hal:

16

Keraf, op.cit, hlm 375.
Peter Pratley, Etika Bisnis, diterjemahan oleh Gunawan Prasetio, Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2007, hlm. 63 .
18
Buchari Alma, Pengantar Bisnis, Cetakan ke-11. Bandung: Alfabeta, 2006, hlm. 16.
19
Jansen Sinamo, ”Manusia Moral di Dunia Kerja: Mungkinkah Sukses?, dalam Jonathan
Parapak, Pembelajar & Pelayan, di sekitar Teknologi, Manajemen, Birokrasi dan sumber daya
manusia, hlm. 196
17
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

“1. Ketinggian kesadaran dan pengetahuannya akan prinsipprinsip moral yang mengatur semua fakta moral dalam kehidupan;
2. Kemantapan keyakinannya atas eksistensi prinsip-prinsip moral
di atas; dan
3. Kekuatan komitmennya untuk menerapkan prinsip-prinsip
moral yang diketahuinya dalam kehidupannya baik pada tingkat
personal, organisasional dan sosial.”20

Keraf mengemukakan prinsip-prinsip moral dalam etika bisnis yang terdiri
dari: (1) prinsip otonomi; (2) prinsip kejujuran; (3) prinsip keadilan; (4) prinsip
saling menguntungkan dan (5) integritas moral21.

Dari kesemuanya, prinsip

keadilan menjadi dasar dan jiwa dari semua aturan bisnis dan sebaliknya semua
praktek bisnis yang bertentangan dengan prinsip ini harus dilarang.
Parapak mengatakan bahwa seluruh proses bisnis sarat dengan dimensi
etika dan moral yang sangat terkait pula dengan iman Kristen22. Oleh sebab itu,
seorang pengusaha Kristen harus siap mengaplikasikan imannya secara utuh
dalam kegiatan bisnisnya Diperkirakan bahwa sukses bisnis masa depan akan
banyak terkait dengan ketangguhan dan keuletan para pengusaha beriman.
Susabda dengan kritis mempertanyakan peran pengusaha Kristen dalam
menyikapi kebijakan ekonomi pemerintah yang kolutif dan merugikan rakyat
kecil23. Pengusaha Kristen dalam aktivitas bisnisnya harus memiliki prinsipprinsip etis teologis seperti keteraturan (1 Kor. 14:32-34) dan menciptakan budaya
”Yusuf” yang jujur, sederhana dan selalu menjadi berkat (Kej. 50:20-21).
20

Jonathan Parapak, op.cit, hlm. 195.
Keraf, op.cit, hlm. 74-81.
22
Jonathan Parapak, “Iman Kristen dan Perannya dalam Usaha Bisnis,” dalam Suleeman, F. dkk.,
(peny.) Bergumul dalam pengharapan; Buku Penghargaan Untuk Pdt. Dr. Eka Darmaputera,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, hlm. 322.
23
Yakub B. Susabda, ”Iman Kristen dan Etika Bisnis, Sumbangsih Iman Kristen dalam Etika
Bisnis: Sebuah Proposal Pendahuluan dan Refleksi Pribadi yang Ditulis Khusus untuk Pdt. Dr.
Eka Darmaputera”, dalam Ibid., hlm. 343.
21
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

Di lain pihak, Gereja, khususnya pendeta jemaat perlu memberi perhatian
serius terhadap warga jemaat yang berprofesi sebagai pengusaha agar dapat
menjalankan bisnis secara etis sesuai iman Kristen. Penulis setuju dengan
pendapat Magnis-Suseno yang optimis jika Injil mendasari aktivitas bisnis
pengusaha Kristen, maka dia dapat menjadi pebisnis yang baik dan seorang warga
negara yang baik dan bertanggung jawab serta yang dalam batas-batas
kemampuannya mau menyumbangkan sesuatu bagi kemajuan bersama24.

H

Landasan Teori
Bisnis adalah aktivitas ekonomi yang menguntungkan dua pihak yang

bertransaksi guna memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tentunya bisnis
bukanlah

karya

amal.

Bisnis

memerlukan

motif

keuntungan sehingga

mendatangkan kepuasan dan meningkatkan kesejahteraan. Karena itu bisnis tidak
bisa dikelola dengan mengorbankan pihak lain seperti konsumen, pemerintah,
mitra bisnis atau lingkungan alam. Pelaku bisnis yang curang akan dihukum oleh
masyarakat sehingga mengalami kerugian dan bangkrut.
Sekarang ini bisnis harus dijalankan dengan kesadaran moral dan
tanggung jawab sosial. Kesadaran etis dalam bisnis dapat diperoleh melalui norma
agama, hukum negara dan norma sosial budaya dari masyarakat setempat. Pelaku
bisnis Kristen memiliki Alkitab sebagai pedoman moral dalam berbisnis. Prinsipprinsip Alkitab dalam bisnis Kristen yaitu

24

(1) bisnis sebagai usaha

Franz Magnis-Suseno, ”Etika Bisnis dalam Perspektif Katolik”, dalam Jacobus Tarigan, (Ed.),
Etika Bisnis: Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Komisi Kerasulan Awam KWI dan Grasindo, 1994,
hlm 9.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

mempermuliakan

Allah,

(2)

kekudusan,

(3)

kejujuran

dan

keadilan,

(4) menghargai martabat manusia, dan (5) bertanggungjawab.
Pelaku bisnis Kristen dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam
bisnis, maka ia dapat berinteraksi secara positif dengan pelanggan, karyawan,
aparat pemerintah, masyarakat lokal dan mitra bisnis. Dengan demikian pelaku
bisnis Kristen dapat melayani kehendak Allah, menghargai sesama dan memiliki
tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini Gereja
memiliki tanggung jawab membina warga jemaat dalam soal bisnis agar hidup
mereka sejahtera secara ekonomi dan memiliki kepedulian sosial yang baik.

I

Hipotesa
Hipotesa yang dapat diajukan berkaitan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut:
1.

Penulis berasumsi bahwa warga jemaat GPIB mengetahui dan memahami
bahwa bisnis yang baik dapat dipraktekkan berdasarkan prinsip-prinsip
Alkitab.

2.

Penulis berasumsi bahwa pebisnis Kristen memahami dengan baik bahwa
prinsip-prinsip Alkitab dapat diaplikasikan dalam bisnis.

3.

Penulis berasumsi bahwa Gereja, khususnya presbiter GPIB kurang
memberi perhatian penuh dalam melengkapi warga jemaatnya mengenai
bisnis yang baik berdasarkan etika Kristen.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

J

Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survai dengan metode yang dipakai ialah

deskriptif analitis. Metode survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari
responden dengan mengunakan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian
hasilnya akan dipaparkan secara deskrisptif dan pada akhir penelitian akan
dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini.
Penelitian ini mengunakan

teknik sampling yang disebut Simple Random

Sampling. Teknik sampling ini adalah cara pengambilan sampel secara acak tanpa
memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.25
Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengunakan instrumen
angket dan wawancara. Angket diberikan kepada responden untuk mendapatkan
persepsi responden tentang isu utama penelitian ini. Persepsi responden diukur
dengan skala Likert dalam bentuk tanda centang (checklist).26 Jawaban atas setiap
item instrumen dalam penelitian ini

mempunyai gradasi dari sangat positif

sampai dengan sangat negatif dengan kategori jawaban dengan 5 tingkatan: SS
(sangat setuju), ST (setuju), RG (ragu-ragu), TS (tidak setuju) dan STS (sangat
tidak setuju).
Selain angket, penulis melakukan wawancara kepada sejumlah responden
guna memperkuat hasil penelitian. Data primer yang diperoleh kemudian diolah

25

26

Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 58.
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ke-10, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 86.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

bersama dengan data sekunder yang didapat melalui buku-buku, dokumen
gerejawi dan sumber internet. Penelitian ini dilakukan oleh penulis sendiri sebagai
alat pengumpul data utama pada bulan Juni s/d Agustus 2008 dengan objek
penelitian adalah jemaat GPIB Passareang yang beralamat di BTN Pepabri C 3
No. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar.

K

Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam penelitian ini disajikan dalam enam bab yang saling

terkait.
Pada bab pertama yaitu pendahuluan dikemukakan latar belakang masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
Pada bab kedua,

diuraikan

berkembang sekarang ini dan

teori-teori etika bisnis yang relevan dan

menyusun kerangka berpikir yang konseptual

berdasarkan kajian teoritis.
Pada bab ketiga, menjelaskan metodologi penelitian yang berisikan jenis
penelitian yang dipilih, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data,
kisi-kisi instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
Pada bab keempat, dilakukan pembahasan atas hasil penelitian yang
dilakukan terhadap warga jemaat GPIB di kota Makassar. Bab ini memberikan
gambaran tentang karakteristik responden, persepsi responden mengenai bisnis
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

Kristen berdasarkan angket, pengukuran persepsi responden berdasarkan skala
Likert, interpretasi data dengan teknik triangulasi serta uji hipotesis27.
Pada bab kelima, refleksi teologis atas bisnis yang baik diuraikan dengan
mencermati persepsi warga jemaat, pendapat para etikawan dan perspektif etika
Kristen yang bersumber pada Alkitab.
Pada bab keenam, berisikan kesimpulan dan saran yang diajukan penulis
dan sekaligus menjadi bagian akhir dari penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

27

Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan ke -22, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006, hlm. 330-332.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan teori-teori mengenai etika dan bisnis. Pengertian
dasar tentang etika dan bisnis perlu dipahami dengan baik dan bagaimana
hubungan di antara keduanya. Pengertian bisnis menurut ajaran Alkitab turut
dijelaskan agar diperoleh pemahaman yang memadai. Penelitian tentang bisnis
dalam hubungan dengan berbagai disiplin ilmu sudah dilakukan oleh beberapa
orang dan menarik untuk menyimak gagasan mereka. Dalam penelitian ini,
penulis menyusun suatu kerangka konseptual tentang bisnis yang baik.

A

Pemikiran Teoritis

1.1 Pengertian etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang dalam bentuk tunggal
mempunyai beragam arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang;
kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya
ta etha yang artinya: adat kebiasaan. Arti terakhir inilah menjadi latar belakang
bagi terbentuknya istilah etika yang oleh filsuf Yunani Aristoteles (384-322 s.M.)
sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi etika dapat didefinisikan
sebagai cabang filsafat tentang baik atau jahatnya tindakan manusia, termasuk
tindakan bisnis. Padanan kata yang dekat dengan ”etika” adalah ”moral”. Kata
mos (jamak: mores) yang berasal dari bahasa Latin ini berarti: kebiasaan, adat.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

Jadi etimologi kata ”etika” menurut K. Bertens sama dengan etimologi kata
”moral” karena keduanya berarti: adat kebiasaan28.
A. Sonny Keraf mengartikan etika dan moral sebagai sistem nilai tentang
bagaimana

manusia

harus

hidup

baik

sebagai

manusia

yang

telah

diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud
dalam pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun waktu yang lama
sebagaimana laiknya sebuah kebiasaan. 29 Agama dan kebudayaan diyakini
sebagai sumber utama nilai moral dan aturan atau norma moral dan etika yang
kemudian diturunkan dan diwariskan sebagai pegangan bagi setiap penganut
agama dan kebudayaan tersebut. Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai moral yang dianut dalam semua agama

sampai tingkat tertentu dapat

diandaikan sama dan berbeda dalam soal penerapan konkrit nilai tersebut30.
Etika menurut Keraf dapat dipahami sebagai filsafat moral, atau ilmu
yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas dan
etika dalam pengertian normatif. Etika sebagai filsafat moral dapat diurumuskan
sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma yang menyangkut
bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia; dan mengenai (b) masalahmasalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan normanorma moral yang umum diterima 31.
Etika dalam pengertian sebagai ilmu yang kritis dan rasional menuntut
agar pertimbangan setiap orang dan kelompok harus terbuka, termasuk terbuka

28

K. Bertens, Etika, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, hlm. 4-5.
Keraf, op.cit, hlm. 14.
30
Ibid.
31
Ibid., hlm. 15
29
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

untuk digugat dan dibantah secara kritis rasional oleh pihak lain untuk pada
akhirnya semua pihak bisa sampai pada satu sikap dan penilaian

yang bisa

diterima semua pihak atau yang dianggap paling benar. Etika sebagai ilmu
menuntut manusia untuk berperilaku moral secara kritis dan rasional32.
Etika sebagai refleksi kristis terhadap moralitas mendorong seseorang
untuk bertindak sesuai dengan nilai dan moral yang berlaku berdasarkan
kesadaran kristis dan rasional bahwa tindakan itu memang baik bagi dirinya dan
baik bagi orang lain. Dalam bahasa Kant seperti yang dikutip Keraf, etika
berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom dan
bukan heteronom. Manusia dengan bantuan etika dapat bertindak secara bebas dan
dapat dipertanggungjawabkan. Kebebasan dan tanggung jawab adalah unsur
pokok dari otonomi moral33.
Etika menurut kacamata Bertens dirumuskan dalam 3 pengertian;
Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-nilai dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya misalnya: etika agama Budha atau etika Protestan. Kedua, etika
dalam pengertian kumpulan asas atau nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika
sebagai ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika menjadi ilmu ketika asas-asas
dan nilai-nilai tentang yang baik dan buruk menjadi bahan refleksi bagi suatu

32

Ibid.
Ibid, 16-17. Sikap otonom adalah sikap moral manusia dalam bertindak berdasarkan kesadaran
pribadi bahwa tindakan yang diambilnya itu baik dan dilakukan atas dasar kesadaran pribadi yang
bersumber dari nilai dan norma moral yang dianut. Sebaliknya, sikap heteronom adalah sikap
manusia dalam bertindak hanya karena sesuai dengan aturan moral yag bersifat eksternal dan
dilakukan dengan disertai perasaan takut atau bersalah.
33
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

penelitian sistematis dan metodis. Dalam pengertian inilah etika dipahami sebagai
filsafat moral34.
Pengertian etika sebagai suatu cabang ilmu filsafat diakui oleh Pratley.
Tujuan etika menurutnya adalah mempelajari perilaku, baik moral maupun
immoral, dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralasan dan
akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai. Etika mempunyai tujuan
ganda, yaitu menilai praktek-praktek

manusia dengan menggunakan standar

moral, dan mungkin juga memberikan nasehat yang jelas tentang bagaimana
bertindak secara moral pada situasi tertentu. Etika menolong seseorang untuk
bersikap kritis rasional terhadap pokok persoalan yang sebenarnya sehingga dapat
mengambil keputusan berdasarkan standar-standar normatif yang pantas.35
Brownlee dengan tajam merumuskan fungsi etika tidak sebatas
menyelidiki perbuatan-perbuatan seseorang

tetapi juga memberi bimbingan etis

supaya yang bersangkutan dapat memperbaiki perbuatan-perbuatannya. Karena
itu etika harus mempelajari situasi sebenarnya secara cermat dengan bantuan
ilmu-ilmu sosial sehingga pertimbangan yang diberikan relevan dan kontekstual36.
Tiga pendekatan ilmiah dalam etika yang dikembangkan untuk memahami
tingkah laku moral secara menyeluruh adalah etika deskriptif, etika normatif dan
metaetika. Etika deskriptif adalah etika yang yang melukiskan tingkah laku
moral dalam pengertian luas, yakni menggambarkan adat kebiasaan, anggapananggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan dan

34

Bertens, Etika, hlm. 5-6.
Pratley, op.cit, hlm. 11-13.
36
Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor di dalamnya, cet. ke-5,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989, hlm,. 17.
35
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

tidak diperbolehkan tanpa memberikan penilaian moral untuk diterima atau
ditolak. Etika jenis ini biasanya dikembangkan oleh para ahli ilmu-ilmu sosial
seperti antropolog, psikolog, sosiolog dan sejarahwan. 37
Sebaliknya etika normatif, tidak hanya menjelaskan tingkah laku moral,
tetapi juga melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku
manusia dari sudut pandang

benar-salah, baik-buruk, diterima atau ditolak

berdasarkan norma-norma atau prinsip-prinsip etis yang tidak dapat ditawartawar. Etika normatif tidak dapat bersifat netral, karena mengandung suatu
penilaian

preskriptif atau memerintahkan.

Dengan demikian etika normatif

bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional dan dapat digunakan dalam praktek.38
Adapun metaetika merupakan suatu cara lain dalam studi etika yang
menunjukkan bahwa yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan
ucapan-ucapan pada bidang moralitas. Dapat dikatakan, metaetika memusatkan
perhatian pada upaya mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Dengan
demikian metaetika dapat ditempatkan sebagai filsafat analitis bahasa moralitas.39

1.2 Pengertian etika Kristen
Etika sebagai ilmu pengetahuan yang normatif menurut Verkuyl
membahas dan menggumuli masalah tentang apa yang baik. Secara teologis, apa
yang baik itu adalah segala yang dikehendaki Allah40. Dengan demikian manusia
yang diciptakan Allah dan diselamatkan dalam iman kepada Yesus Kristus harus
37

Bertens, Etika, hlm. 15-16.
Ibid., hlm. 17-18
39
Ibid., hlm. 19-20.
40
J. Verkuyl, Etika Kristen, cetakan ke-12, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991, hlm. 17.
38
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

memberi perhatian sungguh-sungguh dalam memberlakukan kehendak Allah
dalam semua bidang kehidupannya, tidak terkecuali dalam bidang bisnis.
Sumber utama bagi pengetahuan etika Kristen adalah Alkitab. Walaupun
demikian etika Kristen perlu juga melakukan dialog kritis dengan etika falsafi
sehingga diperkaya dan dapat memberi jawaban tepat sesuai perkembangan
zaman. Catatan yang sama diutarakan oleh Abineno tentang pentingnya etika
Kristen dan etika filosofis untuk dapat hidup berdampingan dan bukannya saling
bertentangan.41
Dengan sistematis Brownlee merumuskan delapan pokok penting dalam
etika Kristen yaitu (1) sumber utamanya adalah kehendak Allah, (2) berdasarkan
iman kepada Yesus Kristus, (3) mengakui kewibawaan Yesus Kristus dalam
ajaran dan keteladananNya, (4) bercirikan kasih sebagai motivasi dalam berbuat
baik, (5) kesatuan antara perbuatan-perbuatan lahiriah manusia dengan hatinya,
(6) Alkitab sebagai satu-satunya tolok ukur bagi teologi dan etika Kristen, (7)
terkait dengan persekutuan atau jemaat dan (8) berlaku untuk seluruh kehidupan
manusia baik budaya, ekonomi, agama maupun politik42.
Kehendak Tuhan menjadi

patokan terakhir saat seorang Kristen

bermaksud mengambil suatu keputusan etis mengenai apa yang benar dan apa
yang salah. Terdapat tiga teori menurut Brownlee, yang dapat diambil untuk
mengerti kehendak Allah itu, yaitu teori etika akibat, kewajiban dan tanggung
jawab.43 Teori etika akibat (etika teleologis) menilai suatu tindakan itu benar

41

J.L. Ch. Abineno, Sekitar Etika dan Soal-soal Etis, cet. ke-3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003,
hlm. 15-16
42
Brownlee, op.cit, hlm 29-30.
43
Ibid. hlm. 30-40.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

apabila mengakibatkan hasil baik yang lebih besar dari hasil buruk. Sedangkan
teori kewajiban (etika deontologis) menilai tindakan itu baik jika tidak berlawanan
dengan hukum Tuhan. Etika ini menurut Geisler dibangun berdasarkan kehendak
dan wahyu Allah serta bersifat mutlak dan mengikat.44 Teori yang terakhir adalah
teori tanggung jawab. Teori ini menilai bahwa perbuatan itu baik kalau sesuai
dengan pekerjaan Allah. Yang utama ialah bagaimana kita menanggapi pekerjaan
Allah dalam tiap situasi dan peristiwa. Etika tanggung jawab lebih memiliki
pendekatan etis yang berfaedah karena peka terhadap segala situasi dan peristiwa
yang terjadi sehingga tanggapan yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan
secara iman Kristen.45

2

Relasi bisnis dan etika

2.1 Bisnis
Bisnis menurut Hughes dan Kapoor seperti dikutip Alma ialah suatu
kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual
barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pengertian yang sama dikatakan Chandra dengan merumuskan bisnis
sebagai usaha atau proses pertukaran jasa atau produk dalam rangka pencapaian
nilai tambah46. Keuntungan atau pencapaian nilai tambah itu menurut Bertens
diekspresikan dalam bentuk uang. Pencarian keuntungan dalam bisnis
berlangsung timbal balik sebagai komunikasi sosial yang menguntungkan bagi
kedua belah pihak. Karena itu bisnis tidak bisa disamakan dengan kegiatan sosial
44

Norman Geisler, Etika Kristen: Pilihan dan Isu, Malang: Departemen Literatur SAAT, 2001,
hlm. 24-26.
45
Brownlee, op.cit., hlm. 43.
46
Robby I. Chandra, Etika Dunia Bisnis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995, hlm 42.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

atau karya amal, sebab bisnis justru tidak mempunyai sifat membantu orang
dengan sepihak tanpa mengharapkan sesuatu kembali. Dari sudut ekonomis,
bisnis yang baik (good business) adalah bisnis yang membawa banyak untung dan
pemahaman semacam ini disepakati semua pengusaha47.
Secara moral keuntungan adalah hal yang baik dan diterima, karena (1)
membuat perusahaan dapat bertahan dalam bisnisnya, (2) memacu produktifitas
dan investasi baru, (3) memberikan kesejahteraan bagi para karyawan dan (4)
menjadikan perusahaan semakin kreatif mengembangkan bisnisnya yang
memungkinkan tersedianya lapangan kerja baru bagi banyak orang. 48
Velasques dengan tepat mengatakan bahwa pengusaha yang berperilaku
etis dalam bisnisnya pasti memperoleh keuntungan yang lebih tinggi daripada
rekannya yang sama sekali tidak peduli dengan perilaku etis. Etika dalam bisnis
tidak memperkecil keuntungan, tetapi justru berkontribusi pada keuntungan49.
Keuntungan dalam bisnis menurut Bertens dapat dipahami sebagai (1) tolok ukur
dalam menilai kesehatan perusahaan atau efisiensi manajemen dalam perusahaan,
(2) pertanda bahwa produk atau jasanya dihargai masyarakat, (3) cambuk untuk
meningkatkan usaha, (4) syarat kelangsungan perusahaan dan (5) mengimbangi
resiko dalam usaha.50

47

Bertens, Pengantar, hlm. 17-19.
Keraf, op.cit, hlm 63.
49
Manuel G. Velasquez, Etika Bisnis, Konsep dan Kasus—Edisi 5, Penerjemah:
Ana Purwaningsih, Kurnianto dan Totok Budisantoso, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005, hlm. 39.
50
Bertens, op.cit, hlm. 162.
48
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

2.2 Klasifikasi bisnis
Organisasi bisnis yang bergerak dalam bidang komersial menurut Alma
terdiri dari 9 macam yaitu: (1) Usaha pertanian seperti usaha perkebunan, sawah,
sayuran, dan buah-buahan, (2) Produksi bahan mentah seperti usaha dalam bidang
kehutanan, pertambangan, perikanan air tawar ataupun ikan laut yang dibutuhkan
bagi industri, (3) Pabrik/manufaktur yang mengolah bahan mentah menjadi bahan
baku sampai menjadi hasil jadi, (4) Konstruksi seperti pembangunan rumah, jalan,
pabrik dan bangunan lainnya, (5) Usaha perdagangan besar dan kecil yang
berfungsi dalam sistem distribusi, (6) Transportasi dan Komunikasi yang
berfungsi membantu kelancaran kegiatan bisnis seperti angkutan barang, telepon,
radio, televisi dan pos, (7) Usaha finansial, asuransi dan real estate, (8) Usaha jasa
seperti reparasi, tukang cukur, salon kecantikan, pengacara, dokter dan sebagainya
serta (9) Usaha yang dilakukan oleh pemerintah seperti pembuatan regulasi,
pemberian izin usaha, mengembangkan BUMN dan sebagainya. 51

2.3 Tantangan yang dihadapi bisnis
Para pelaku bisnis dalam usaha mengembangkan bisnisnya diperhadapkan
dengan 3 tantangan yang harus disikapi dengan cermat. Ketiga tantangan yang
dimaksud ialah:
2.3.1. Tantangan produktivitas
Dunia bisnis harus meningkatkan produktivitasnya, karena mereka akan
menghadapi pasar luas yang makin berkembang. Usaha meningkatkan
produktivitas ini dapat dilakukan dengan cara (a) memperbaharui mesin-mesin
51

Alma, op.cit, hlm 24.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

dengan mesin modern, (b) kegiatan Penelitian dan Pengembangan, (c) pengunaan
robot, (d) pengembangan manajemen personalia dan (e) keterlibatan karyawan
dalam pengambilan keputusan
2.3.2. Tantangan kualitas
Konsumen merasa tidak senang membeli produk yang cepat rusak dan
seringkali diperbaiki. Konsumen tidak senang dengan perusahaan jasa yang tidak
mau memperkaiki layanan servisnya.

Meningkatkan mutu berarti membuat

sesuatu menjadi lebih baik dan tingkat efisiensi pun menjadi lebih baik pula.
Perbaikan kualitas ini tidak menyangkut produk saja, namun juga mencakup
seluruh bagian dan tingkatan dalam perusahaan.
2.3.3. Tantangan pasar global
Persaingan global makin lama makin meningkat sehingga mengakibatkan
produktivitas dan kualitas produk harus ditingkatkan agar dapat menghadapi
persaingan global tersebut. Negara Jepang memperlihatkan keunggulannya
sehingga mampu melakukan penetrasi pasar global52.

2.4 Pentingnya etika dalam bisnis
Bisnis menurut Bertens tidak hanya berorientasi pada keuntungan
ekonomis, tetapi juga terkait dengan persoalan moral dan hukum. Bisnis yang
baik adalah bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik dalam konteks
bisnis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma–norma moral, sedangkan
perilaku yang buruk bertentangan dengan atau menyimpang dari norma-norma
moral. Selain itu, bisnis yang baik juga terkait langsung dengan hukum sebagai
52

Alma, op.cit, hlm. 31-32
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

norma yang harus dipatuhi, karena peraturan hukum itu mengikat semua warga
negara dan memuat sanksi bagi yang melanggarnya. Jadi bisnis yang baik adalah
bisnis yang patuh pada hukum53.
De George seperti dikutip Keraf, mengatakan bahwa sukses dalam bisnis
terkait dengan produk yang baik, manajeman yang mulus dan etika 54. Lebih
lanjut, Bertens merumuskan bahwa bisnis yang baik bukan saja berarti bisnis yang
membawa untung banyak,

melainkan

juga dan terutama berkualitas etis.

Dalam pengertian yang sama, Ulrich dan Thielemann seperti dikutip Pratley
mengatakan bahwa etika yang sehat adalah bisnis yang baik untuk jangka
panjang.55
Etika sangat diperlukan untuk mencapai sukses dalam bisnis. Kualitas etis
dalam bisnis menjadikan bisnis dapat bertahan lama dalam iklim perdagangan
global yang kompetitif. Salah satu faktor kontinuitas bisnis menurut Alma56
adalah: soliditas, yaitu kemampuan bisnis memperoleh kepercayaan masyarakat.
Kepercayaan mencakup moral pengelola bisnis, tepat dalam berjanji, dan
dipercaya dalam bidang keuangan.
Sinamo dengan lugas mengatakan bahwa pengusaha juga harus menyadari
dirinya sebagai makhluk moral57. Ciri utama manusia moral ialah kemampuannya
bertindak

berdasarkan prinsip moral, dan bukan oleh emosi atau naluri.

Ketangguhan moral seseorang ditentukan oleh tiga hal:

53

Ibid., hlm. 20-22.
Keraf, op.cit, hlm 375.
55
Peter Pratley, op.cit, hlm. 63 .
56
Alma, op.cit, hlm. 16.
57
Sinamo, op.cit, hlm. 196
54
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

“1. Ketinggian kesadaran dan pengetahuannya akan prinsip-prinsip moral
yang mengatur semua fakta moral dalam kehidupan;
2. Kemantapan keyakinannya atas eksistensi prinsip-prinsip moral di atas;
dan
3. Kekuatan komitmennya untuk menerapkan prinsip-prinsip moral yang
diketahuinya dalam kehidupannya baik pada tingkat personal,
organisasional dan sosial58.”

Keraf mengemukakan prinsip-prinsip moral dalam etika bisnis yang terdiri
dari: (1) prinsip otonomi; (2) prinsip kejujuran; (3) prinsip keadilan; (4) prinsip
saling menguntungkan dan (5) integritas moral59.

Dari kesemuanya, prinsip

keadilan menjadi dasar dan jiwa dari semua aturan bisnis dan sebaliknya semua
praktek bisnis yang bertentangan dengan prinsip ini harus dilarang.
Parapak mengatakan bahwa seluruh proses bisnis sarat dengan dimensi
etika dan moral yang sangat terkait pula dengan iman Kristen60. Oleh sebab itu,
seorang pengusaha Kristen harus siap mengaplikasikan imannya secara utuh
dalam kegiatan bisnisnya Diperkirakan bahwa sukses bisnis masa depan akan
banyak terkait dengan ketangguhan dan keuletan para pengusaha beriman.
Susabda dengan kritis mempertanyakan peran pengusaha kristen dalam
menyikapi kebijakan ekonomi pemerintah yang kolutif dan merugikan rakyat
kecil61. Pengusaha Kristen dalam aktivitas bisnisnya harus memiliki prinsipprinsip etis teologis seperti keteraturan (1 Kor. 14:32-34) dan menciptakan budaya
”Yusuf” yang jujur, sederhana dan selalu menjadi berkat (Kej. 50:20-21).
Di lain pihak, Gereja, khususnya pendeta jemaat perlu memberi perhatian
serius terhadap warga jemaatnya yang berprofesi sebagai pengusaha agar
58

Parapak, op.cit, hlm. 195.
Keraf, op.cit, hlm. 74-81.
60
Parapak, op.cit, hlm. 322.
61
Susabda, op.cit, hlm. 343.
59
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

menjalankan bisnisnya secara etis sesuai iman Kristen. Penulis setuju dengan
pendapat Magnis-Suseno yang optimis jika Injil mendasari aktivitas bisnis
pengusaha kristen, maka dia dapat menjadi pebisnis yang baik dan seorang warga
negara yang baik dan bertanggung jawab serta yang dalam batas-batas
kemampuannya mau menyumbangkan sesuatu bagi kemajuan bersama62.
Dalam perkembangan mutakhir, etika bisnis menurut Alois A. Nugroho
terkait juga dengan kesadaran moral terhadap pelestarian lingkungan dalam
bentuk hormat pada lingkungan alam, kesadaran untuk menghindari pencemaran
lingkungan dan pengurasan sumber daya alam. Para pelaku bisnis harus memiliki
kepedulian terhadap generasi mendatang yang akan mewarisi lingkungan hidup
dari kita. Generasi yang mendatang memiliki hak yang sama dengan kita
menyangkut kebutuhan dasar akan makanan, air, udara dan ruang yang bersih dan
sehat sehingga mereka pun dapat menikmati kehidupan yang bermutu.
Memperluas lingkup kepedulian sosial merupakan kompetensi etis yang mutlak
harus dimiliki pelaku bisnis di tengah ancaman bahaya pemanasan global
sekarang ini63. Dalam hal ini pelaku bisnis diharapkan dapat melaksanakan
tanggung jawab sosialnya (Corporate Social Responsibility) sehingga kualitas
hidup komunitas lokal dan lingkungan terjaga dan terpelihara. Pada masa
sekarang sukses dalam bisnis di lihat juga dari bagaimana pelaku bisnis mengelola

62

Tarigan, op.cit, hlm 9.
Alois A. Nugroho, Dari Etika Bisnis ke Etika Ekobisnis, Jakarta: Penerbit Grasindo, 2001,
hlm 5-12.
63
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

tanggung jawab sosial terhadap komunitas di sekitarnya, sehingga menciptakan
keuntungan sosial dan keuntungan finansial dalam jangka panjang. 64

3

Persepsi Bisnis Kristen

3.1 Pengertian Persepsi
Persepsi menurut Lahlry seperti yang dikutip Severin dan Tankard, Jr
dapat

didefinisikan

sebagai

proses

yang

digunakan

seseorang

untuk

menginterpretasikan data-data sensoris yang diterima melalui kelima indra
manusia.65 Pengertian yang sama dan lebih lengkap dijelaskan oleh DeVito yang
mengartikan persepsi sebagai proses dengan mana kita menjadi sadar akan
banyaknya rangsangan (stimulus) yang mempengaruhi indra kita. Persepsi
mempengaruhi pesan apa yang mau diserap dan apa makna yang mau diberikan. 66
Akurasi persepsi menurut DeVito dapat ditingkatkan dengan cara
(1) mencari berbagai petunjuk sebanyak mungkin, (2) merumuskan hipotesis dan
mengujinya, (3) memperhatikan petunjuk-petunjuk yang kontradiktif, (4) tidak
menarik kesimpulan dengan tergesa-gesa, (5) menduga apa yang ada dalam benak
orang lain, (6) berpikir sesuai cara pikir orang lain dan (7) berhati-hati atau
waspada dengan bias anda sendiri. 67

64

Bambang Rudito & Melia Famiola, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di
Indonesia, Bandung: Penerbit Rekayasa Sains, 2007, hlm. 209-210.
65

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi, Sejarah,Metode, dan Terapan
di Dalam Media Massa, Edisi Ke-5, dialihbahasakan oleh Sugeng Hariyanto, Jakarta: Prenada
Media, 2005, hlm. 83.
66
Joseph A. DeVito, Komunikasi Antarmanusia, dialihbahasakan oleh Agus Maulana, Jakarta:
Professional Books, 1997, hlm. 75.
67
Ibid., hlm. 85.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

3.2 Bisnis menurut iman Kristen
Jerry White68 dalam bukunya, Honesty, Morality & Conscience,
mengemukakan lima prinsip Alkitab bagi aktivitas bisnis Kristen. Pertama,
timbangan yang benar (just weight) seperti yang dicatat dalam Ulangan 25:13-15.
Prinsip timbangan yang benar merupakan keharusan dalam transaksi bisnis yang
benar. Dengan kata lain kualitas barang yang dibayar sesuai dengan apa yang
diiklankan. Pengusaha Kristen harus bertanggungjawab penuh dalam kualitas
barang dan layanan perbaikan. Seorang pengusaha Kristen harus bekerja sepenuh
hati dalam bisnisnya dengan mengingat Kolose 3:23 yang berkata: ”apapun yang
kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia”.
Kedua, Allah menuntut kejujuran yang sepenuhnya (total honesty). Surat
Efesus 4:25 mengajar kita untuk berkata benar. Sekalipun sering berbuat salah,
seorang pengusaha Kristen harus memiliki kejujuran yang penuh terhadap para
pegawai dan pelanggannya. Penting bagi pengusaha Kristen mengendalikan
perkataannya sebagaimana yang dicatat dalam Yakobus 3:2. Selain itu, Roma
12:17 mengingatkan pebisnis Kristen melakukan apa yang baik bagi semua orang
dengan kejujuran. Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita sudah
jujur sepenuhnya dalam melaporkan penggunaan waktu kita, uang dan prestasi?
Prinsip yang ketiga adalah menjadi pelayan (being a servant). Menjadi
pelayan harus dibuktikan dengan tingkah laku. Melayani Allah terdengar begitu
mulia, tetapi melayani sesama adalah soal lain yang seringkali sukar dipraktekkan.
68

http://www.probe.org/site/c.fdKEIMNsEoG_b.4227383/k.FE33/Business/and/Ethics/files/default.
css. Makassar: 10 Juni 2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

Matius 20:28 berkata bahwa Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk
melayani manusia, bahkan menyerahkan hidupnya bagi manusia. Nilai bisnis
terkandung dalam pelayanannya. Batasan sukses adalah sejauh mana kebutuhan
pelanggan atau konsumen dilayani dengan sebaik-baiknya. Dengan pelayanan
yang baik, maka Allah memberikan apa yang menjadi kebutuhan kita dalam
berbisnis.
Prinsip keempat adalah tanggungjawab pribadi. Seorang pengusaha
Kristen

harus

mengambil

tanggungjawab

penuh

dalam

tindakan

dan

keputusannya, dalam apa yang dikatakan dan diperbuat. Tidak boleh ada sikap
melemparkan kesalahan kepada orang lain atau menyalahkan lingkungan sekitar.
Roma 12:2 mengingatkan agar orang percaya tidak menjadi serupa dengan dunia
ini.
Akhirnya, prinsip kelima adalah keuntungan yang wajar (reasonable
profits). Apakah keuntungan yang wajar itu? Keuntungan yang wajar adalah
sesuatu yang diperoleh seseorang untuk dirinya. Dalam mencari keuntungan tidak
boleh berlebihan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan sebagaimana yang
dikatakan dalam Lukas 6:31. Bagi pengusaha, keuntungan yang wajar adalah
harga dari jasa dan barang di atas biaya yang sudah dikeluarkan. Bagi pegawai
atau pekerja, keuntungan yang wajar adalah penghasilan atas pekerjaan yang
sudah dilakukannya.

Lukas 3: 14 mengingatkan agar seorang pegawai

mencukupkan kebutuhannya dengan gaji yang diperolehnya dan seorang pegawai
yang sudah bekerja patut mendapat upahnya (1 Timotius 5:18). Pada akhirnya
prinsip Alkitab dalam bisnis ini harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

Alexander Hill dalam bukunya Just Bussiness mengatakan bahwa Alkitab
dapat digunakan untuk menjawab masalah-masalah dalam bisnis sehingga dengan
prinsip-prinsip Alkitab

seorang pengusaha dapat

mengambil keputusan etis

dengan benar. Dasar etika Kristen dalam bisnis adalah karakter Allah yang tidak
berubah dan bukannya peraturan-peraturan

secara harafiah.

menolak pendekatan egoisme (mempromosikan kesenangan
materi atau keberhasilan dalam

Etika Kristen
pribadi melalui

karier), utilitarianisme (memaksimalkan

kesenangan dan mengurangi penderitaan) atau pemikiran deontologis (memelihara
peraturan-peraturan moral seperti ”Jangan merugikan orang lain”).69
Prinsip-prinsip

bisnis Kristen berdasarkan tiga karakter Allah yaitu:

kekudusan, keadilan dan kasih. Ketiga prinsip ini merupakan satu kesatuan dan
tidak dapat dipisahkan ketika mengambil keputusan etis dalam bisnis. Kekudusan
yang terlepas dari keadilan dan kasih, hanya

menghasilkan legalisme

hiperkritikal. Demikian juga, keadilan tanpa kasih dan kekudusan memberikan
akibat-akibat yang kejam. Akhirnya, kasih

ketika hanya berdiri sendiri akan

kehilangan kompas moral yang memadai.70
Prinsip kekudusan
Tuhan, kemurnian,

mengandung empat elemen utama yaitu giat bagi

tanggung jawab dan kerendahan hati. Prinsip kekudusan

memanggil kita untuk dengan giat menempatkan Allah sebagai prioritas tertinggi.
Allah menuntut kesetiaan

mutlak (Hos. 1:2) sehingga perkara-perkara lain

ditempatkan di bawahnya. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa kita tidak dapat

69

Alexander Hill, Just Business; Christian Ethics for The Market Place, Cumbria: Paternoster
Press, 1998, hlm. 13-14.
70
Ibid., hlm. 15.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

melayani dua tuan pada saat yang sama (Mat. 6:24). Tugas utama kita adalah
mengasihi Allah

dengan segenap hati, jiwa dan akal budi dan kemudian

mengasihi sesama manusia (Mat.22:37-38). Karena itu, bisnis harus dijalankan
sebagai usaha menghormati Allah.71
Kemurnian,

bahan

dasar

kedua

dari

kekudusan,

merefleksikan

kesempurnaan moral Allah dan keterpisahan dari semua yang secara etis tidak
bersih. Dua komponen kemurnian adalah kemurnian etika dan pemisahan moral.
Kedua prinsip kembar ini dapat dipraktikkan dalam bisnis dengan tiga cara.
Pertama, kemurnian dalam komunikasi yang artinya berbicara terus terang dan
tidak ada agenda tersembunyi. Kedua, kemurnian dalam seksualitas yang artinya
menjaga diri dari perilaku seksual yang menyimpang, kata-kata cabul dan
tindakan pelecehan seksual. Ketiga, kemurnian dalam maksud yang artinya tidak
berlaku curang dan memiliki integritas moral dalam situasi apapun. 72
Kekudusan membuat kita bertanggung jawab dengan menghargai
kemurnian moral dan menghukum ketidakmurnian.

Tanggung jawab adalah

konsep teologis dan ekonomis. Perilaku yang salah dalam bisnis jelas tidak
menyenangkan Allah yang kudus dan sekaligus menurunkan kepercayaan dari
orang lain terhadap yang bersangkutan. Kekudusan tidak hanya menempatkan
Allah dalam posisi terhormat, tetapi juga menciptakan hubungan-hubungan baik
untuk jangka panjang. Bisnis yang sukses tahu bahwa memperoleh kepercayaan
dari atasan, penyalur, pedagang dan pelangan sangatlah penting.73

71

Ibid., hlm. 23-24.
Ibid., hlm. 24-26.
73
Ibid., hlm. 26-27.
72
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

Kerendahan hati adalah akibat alamiah dari usaha meniru kekudusan
Allah. Tuhan Yesus memuji mereka yang rendah hati (Mat. 5:3-5). Mereka yang
rendah hati dapat mendengarkan bawahannya, membangun tim yang kokoh dan
tidak malu mengakui kesalahannya. Mereka yang rendah hati dapat menjangkau
orang lain, ragu-ragu dalam melontarkan kritik dan menjadi pendengar-pendengar
yang baik terhadap orang lain.74
Prinsip bisnis Kristen yang kedua adalah keadilan. Kata keadilan muncul
lebih dari 800 kali dalam Alkitab.

Keadilan menyangkut relasi timbal balik

menyangkut hak dan kewajiban. Keadilan alkitabiah menolak persepsi egoisme
dan kolektivisme. Empat aspek dasar keadilan adalah hak-hak yang prosedural,
hak-hak yang substantif, keadilan yang layak diterima dan keadilan kontraktual.
Kompensasi harus diberikan jika salah satu aspek keadilan itu dilanggar 75.
Prinsip terakhir bisnis Kristen adalah kasih. Kasih adalah inti karakter
Allah dan merupakan kait di mana setiap aturan moral digantungkan. Kasih
mencakup kekudusan di mana Allah diutamakan dan keadilan di mana
kepentingan orang lain diperhatikan. Dalam bisnis, kasih memungkinkan semua
pihak dapat bekerja sama untuk memperoleh keberhasilan dalam jangka panjang.
Tanpa kasih, maka hubungan bisnis cenderung eksploitatif dan kerjasama menjadi
mustahil.

Tiga karakter utama kasih adalah empati, belas kasihan dan

pengorbanan diri. 76
Eka Darmaputera menyoroti pentingnya

etika Kristen dalam bisnis

dibangun secara seimbang. Pada satu pihak, etika Kristen dalam bisnis harus dapat
74

Ibid., hlm. 27-28.
Ibid., hlm. 35-36.
76
Ibid., hlm. 47-48.
75
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

bersikap kritis, analitis dan konseptual dalam menyoroti asumsi-asumsi dasar
maupun praktek-praktek dalam dunia bisnis di dalam terang norma-norma iman
kristiani. Di lain pihak, ia juga mampu memperhitungkan dan oleh karena itu
berusaha memahami mekanisme yang aktual di dalam kegiatan-kegiatan bisnis
kontemporer. Singkatnya, etika bisnis Kristen berusaha memahami dari dalam,
tanpa kehilangan fungsi kritisnya; dan sekaligus berusaha menilai secara normatif
tanpa kehilangan dimensi realismenya.77
Prinsip-prinsip etika bisnis Kristen menurut Eka Darmaputera terdiri atas
lima hal. Pertama, Allah sebagai Pencipta segala sesuatu. Dengan prinsip ini
bisnis harus diarahkan untuk tujuan mempermuliakan Allah dan mendatangkan
kesejahteraan setiap dan seluruh ciptaan. Kedua, semua ciptaan Allah adalah baik.
Dengan prinsip ini

bisnis tidak harus dinilai kotor sebab bisnis mempunyai

potensi melayani tujuan ilahi yang luas dan agung sehingga bisnis dapat
berkembang secara optimal.
Ketiga, manusia adalah gambar Allah. Dengan prinsip ini
dijalankan dengan menghargai martabat manusia sebagai gambar Allah
bukannya ’binatang ekonomi’

bisnis
dan

yang hanya mengejar keuntungan. Keempat,

manusia adalah gambar Allah yang selalu berdosa. Dengan prinsip ini etika bisnis
Kristen memberi tempat bagi kelemahan manusia sehingga dalam situasi tertentu
dapat mengambil tindakan etis yang bertanggungjawab. Kelima, manusia
dibenarkan, tetapi tetap berdosa. Dengan prinsip ini pelaku bisnis Kristen

77

Darmaputera, op.cit, hlm. 7.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

berjuang mengalahkan kuasa dosa dan mengubah dunia bisnis sesuai kehendak
Allah secara konsisten.78

3.3 Praktek Bisnis dalam Gereja
Keterlibatan Gereja dalam kegiatan bisnis lebih banyak bertujuan untuk
mendukung misi Gereja dan memberi kesempatan kerja bagi warga gereja dan
masyarakat sekitarnya. Bisnis Gereja cenderung untuk pelayanan sosial dan
pastoral.

Sebagai contoh, jemaat-jemaat GPIB memiliki usaha perkebunan,

peternakan, koperasi, sekolah, rumah sakit, gedung serba guna dan penerbitan
yang dikelola sesuai dengan kemampuan sumber daya gereja.
Gereja Katolik dan Protestan menurut Rahadi memiliki beragam bisnis
mulai dari rumah sakit, sekolah, perbengkelan, perkebunan, pertanian, wisma atau
penginapan, rumah retret, rumah doa, asrama, panti asuhan, panti jompo, gedung
kesenian, lembaga rehabilitasi narkoba, paket wisata rohani, lembaga penyiaran
atau radio, toko dan penerbitan. Biasanya jika bisnis Geraja tidak dikelola secara
profesional, maka pada akhirnya menjadi beban bagi Gereja sendiri.
Secara khusus, Gereja Katolik memiliki pedoman tentang bisnis. Ajaran
Sosial Gereja (ASG) Katolik

menekankan pentingnya penghargaan terhadap

martabat manusia dengan asas solidaritas, subsidiaritas, adanya milik pribadi,
serta mengakui persaingan bebas. Keuntungan dalam bisnis harus diperoleh
semua pihak mulai dari konsumen, karyawan, masyarakat sekitar, masyarkat luas
melalui pajak dan cukai, dan tentunya pelaku bisnis sendiri. Apabila asas ini

78

Ibid., hlm. 10-18.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

dilanggar, yang menderita kerugian adalah semua pihak termasuk anak cucu kita
yang menghadapi rusaknya alam serta lingkungan hidup. 79

4

Persepsi bisnis menurut agama Islam dan agama Budha
Dalam konteks Indonesia yang majemuk, penulis berusaha memaparkan

bagaimana pandangan agama Islam dan budaya Thionghoa tentang bisnis dalam
kaitannya dengan etika. Penulis memilih kedua agama ini dengan pertimbangan
bahwa agama Islam dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia dan agama Budha
dianut etnis Thionghoa yang mayoritas adalah pebisnis.

4.1. Agama Islam
Secara historis, agama Islam

dapat dikatakan bersikap positif terhadap

kegiatan bisnis sebab Islam disebarluaskan melalui jalur perdagangan dengan
perintis utama Nabi Muhammad. Al Qur’an sendiri tidak melarang seseorang
mencari kekayaan dengan cara halal. Yang dilarang adalah keserakahan dan
pamer kekayaan (riya’). Rujukan yang penting tentang perdagangan adalah surat
al-Baqarah ayat 275 yang menyatakan: ”Allah telah menghalalkan perdagangan
dan melarang riba.”80
Dalam Al-Qur’an bisnis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
aktivitas atau amal perbuatan manusia secara keseluruhan dan tidak terbatasi oleh
kesempatan sesaat. Kesemua amal dijanjikan dengan suatu keuntungan yang
optimal. Tujuan dalam bisnis bernilai ganda yaitu keselamatan dunia dan akhirat.

79

Rahardi, F., Menguak Rahasia Bisnis Gereja, Jakarta: Visimedia, 2007, hlm. 23-140.

80

Bertens, Etika Bisnis, hlm. 50-51.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

Bisnis yang hakiki adalah bisnis yang dapat menyelamatkan manusia dari azab
yang pedih. Etika bisnis islami merupakan usaha untuk mencari keridhaan Allah.
Jadi dalam Islam, etika dan bisnis adalah satu kesatuan dengan prinsip utama yaitu
kejujuran dan keadilan81. Perilaku etis bagi kaum Muslim adalah melakukan apa
yang dihalalkan, seperti bertani, berdagang atau menjadi pegawai dan
menghindari hal-hal yang diharamkan, seperti berdagang alkohol, berdagang obatobatan terlarang, prostitusi atau menyebarluaskan barang-barang pornografi.82

4.2. Agama Budha
Sang Buddha menurut Y.M. Bhikkhu Suguno dalam artikel online
Pandangan Agama Buddha Tentang Ekonomi, menasihatkan bahwa kekayaan
atau materi bukanlah satu-satunya tujuan dalam hidup. Umat Budha ketika
mengumpulkan materi diharapkan memperhatikan norma-norma etika dan normanorma keagamaan, sesuai dengan Dhamma. Lebih lanjut, sutta tersebut
menerangkan bahwa dalam mengumpulkan kekayaan, sebaiknya seseorang
mengumpulkannya

dengan

usaha

dan

semangat

yang

tinggi

(utthanaviriyadhigatehi), dengan keringat sendiri (sedavakkhitehi), dan dengan
jalan Dhamma (dhammikehidhammaladdhehi).
Dalam usaha mengumpulkan kekayaan, hendaknya seseorang harus
melakukan

segala

kegiatannya

dengan

jalan

yang

benar.

Misalnya,

kepada para pedagang, Sang Buddha telah menasihati untuk menghindari
penipuan dengan jalan menipu alat pengukur timbangan (tulakuta), dan
81

Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Quran tentang Etika dan Bisnis, Jakarta: Penerbit
Salemba Diniyah, 2002, hlm. 87-89.
82
Ibid., hlm. 133-138
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

menipu

dalam

dengan

memalsu

uang

dan

sebagainya.

Selanjutnya,

Angguttara Nikaya menjelaskan seseorang seharusnya menghindari diri
dari lima macam perdagangan yang bisa membahayakan bagi dirinya
sendiri

dan

juga
sattha

perbudakan),

mahkluk
vanijja

lain,

seperti

(perdagangan

satta

vanijja

persenjataan),

(perdagangan
mamsa

vanijja

(perdagangan mahluk hidup), majja vanijja (perdagangan minum-minuman
keras), dan visa vanijja (perdagangan racun, termasuk ganja, morfin,
dan

sebagainya).

tentang

Ambalatthika

pekerjaan

Buddha.

Jika

terbaik

suatu

Rahulovada

yang

pekerjaan

dilakukan
yang

Sutta
oleh

dilakukan

menegaskan
para

pengikut

adalah

kriteria
Sang

menimbulkan

manfaat untuk dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain serta
bermanfaat
pekerjaan

untuk
yang

kedua-duanya

terpuji.

Beberapa

maka

pekerjaan

jenis

pekerjaan

tersebut
seperti

adalah
kerajinan,

pertanian dan sebagainya merupakan pekerjaan yang terpuji.
Agama Buddha memberikan anjuran kepada umat untuk mengembangkan
kesejahteraannya, baik kesejahteraan materi maupun kesejahteraan batin. Manusia
bukanlah penguasa alam yang berkuasa mengatur alam ini sesuai keinginannya.
Kedudukan manusia di alam semesta ini tidaklah tertinggi (supreme), tetapi
bagian dari alam; sehingga dia harus berusaha menyesuaikan diri dengan alam dan
berusaha menggunakan sumber-sumber kekayaan alam dengan sebaik-baiknya.83

83

http://www.buddhistonline.com/dhammadesana/desana7b.shtml. Makassar: 27 Agustus 2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

5

Jemaat GPIB Passasreang
Jemaat GPIB Passareang yang beralamat di BTN Pepabri C 3 no. 15,

Kelurahan Sudiang Raya, Makassar, ditahbiskan dan dilembagakan sebagai suatu
jemaat yang mandiri secara keuangan dan organisatoris pada tanggal 6 April 1997
dalam ibadah Minggu yang dilayani langsung oleh Pdt. DR. O.E.Ch Wuwungan
selaku Ketua Majelis Sinode GPIB. Sejak dilembagakan, jemaat ini mengalami
pertumbuhan secara kuantitas dan data terakhir bulan Agustus 2008 menunjukkan
jumlah warga jemaat ini adalah 246 Kepala Keluarga dengan 971 jiwa, yang
tersebar dalam lima sektor pelayanan.
Sejak tahun 1997 sampai 2008, jemaat ini sudah dilayani oleh lima orang
pendeta selaku Ketua Majelis Jemaat (KMJ) sesuai penugasan Majelis Sinode
GPIB yaitu Pdt. Ebser Lalenoh, STh, Pdt. Ny. Ellen Tamunu, SPAK, Pdt. Adma
Tarigan, STh, Pdt. Ny. M.A. Manopo, STh dan Pdt. Ny. M.B. Risamena, STh.
Dalam tanggungjawab organisasi dan pelayanan, pendeta selaku KMJ dibantu
oleh Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ) dalam mengatur pelayanan,
mengelola administrasi kantor dan sumber daya gereja.
Sidang Majelis Jemaat (SMJ) yang dilaksanakan secara berkala 1 kali
dalam 3 bulan, merupakan wadah strategis yang efektif dalam mengevaluasi
kinerja pelayanan, memecahkan persoalan-persoalan jemaat dan merancang
bersama kegiatan-kegiatan pelayanan untuk 3 bulan ke depan. Jemaat ini memiliki
43 anggota majelis jemaat dengan rincian 22 orang sebagai penatua dan 21 orang
sebagai diaken serta 50 orang yang melayani wadah kategorial anak, teruna,
pemuda, wanita dan kaum bapak.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

Jemaat ini memiliki harta milik gereja berupa sebuah gedung gereja,
kantor, ruang serba guna dan pastori. Dalam program tahun 2008-2009, jemaat
ini merencanakan pengadaan kendaraan roda empat untuk kelancaran mobilitas
pelayanan. Dalam penyelenggaraan tertib administrasi dan kenyamanan
beribadah, jemaat Passreang memiliki 2 orang tenaga kantor, 1 orang tenaga
keamanan dan

1 orang koster yang digaji secara periodik sesuai ketentuan

sinodal dan kebijakan setempat.
Pelayanan ibadah Minggu dilaksanakan 2 kali pada jam 09.00 wita dan
17.00 wita. Sementara ibadah Minggu untuk anak-anak dilaksanakan di gedung
gereja, ruang serba guna dan pos-pos pelayanan. Pembinaan reguler dilaksanakan
secara bergilir setiap minggu bagi para pelayan yang bertugas memberitakan
Firman Allah dalam ibadah keluarga, anak, teruna, pemuda, wanita dan kaum
bapak. Kegiatan pembinaan reguler ini dilangsungkan malam hari setiap hari
Senin dan Selasa jam 19.00 wita di ruang konsistori dan ruang serba guna.
Jemaat Passareang memiliki tiga komisi yaitu (1) komisi diakonia yang
bertugas membantu secara finansial dan natura bagi warga jemaat yang
berkekurangan secara ekonomi; (2) komisi kesehatan dengan tugas memeriksa
warga jemaat yang sakit dan mengobatinya. Kegiatan pemeriksaan kesehatan
dilakukan setiap hari Jumat yang dilayani oleh tenaga dokter yang profesional;
dan (3) komisi musik gereja yang membina kegiatan nyanyian gereja dan melatih
pemandu lagu (kantoria).84

84

M. A. Manopo, Memorandum serah terima Pendeta/Ketua Majelis Jemaat GPIB Passareang
Makassar, Makassar: 9 Agustus 2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

B

Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai bisnis dalam hubungannya dengan etika dan disiplin

ilmu lainnya sudah dilakukan oleh beberapa orang. Pada bulan Maret 2008,
penulis berkesempatan mendalami karya-karya ilmiah di perpustakaan STT
Jakarta dan perpustakaan Nasional Jakarta yang ditulis oleh Lestari, Dewanto, dan
Tompah yang dianggap berbobot dan terkait dengan maksud penelitian ini.
R. Siti Lestari dalam tesis magisternya Tinjauan Etika Bisnis dalam
Persaingan Usaha di Indonesia membahas etika bisnis dari perspektif hukum
dengan pendekatan kualitatif. Tesis ini bertujuan untuk mengkaji relevansi etika
bisnis dengan persaingan usaha di Indonesia, dan apa aspek hukum dari adanya
persaingan tidak sehat terhadap konsumen dan pengusaha kecil Iainnya.
Etika bisnis menurut Lestari sangat penting ditegakkan dalam persaingan
usaha sebab terdapat hubungan yang erat antara etika bisnis dan persaingan usaha.
Aspek hukum dan aspek etika bisnis sangat menentukan terwujudnya persaingan
yang sehat. Indikator dari persaingan sehat adalah tersedianya banyak produsen,
harga pasar yang ditentukan berdasarkan keseimbangan antara permintaan dan
penawaran, dan peluang yang sama dari setiap usaha, dalam bidang industri dan
perdagangan.
Adanya persaingan usaha yang sehat, akan menguntungkan semua pihak
termasuk konsumen dan pengusaha kecil, dan produsen sendiri, karena akan
menghindari terjadinya konsentrasi kekuatan pada satu atau beberapa usaha
tertentu. Tanpa kepastian hukum, maka mekanisme pasar akan terancam. Adanya
hukum yang pasti akan memelihara ketertiban pasar dan menjamin transparansi
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

pasar. PeneIitian yang dilakukan di Jakarta ini bersifat yuridis normatif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif85.
Dewanto dalam disertasi doktoralnya Etik Bisnis dan Keberagamaan
Kelompok
keberhasilan

Kristen
bisnis

dalam

Perspektif

kelompok-kelompok

Sosiologis
Kristen

menyimpulkan

bahwa

yang

obyek

menjadi

penelitiannya lebih dipengaruhi nilai-nilai budaya kelompok dibanding pengaruh
etik Kristen Protestan Calvinis. Akibatnya, keputusan etis dalam bisnis lebih
berdasarkan pada etik sekular dan filosofis daripada etik teologi Kristen. Dewanto
mensinyalir bahwa etik Kristen Protestan Calvinis sama sekali tidak diketahui
karena tidak diajarkan kepada mereka sehingga dalam praktek bisnis yang
digunakan adalah etik sekular dan filosofis86.
Norita Yudiet Tompah dalam tesis magisternya Peran Nilai Agama dalam
Etika Bisnis menyebutkan bahwa nilai-nilai agama memiliki peran yang penting
bagi para pengusaha dalam pengambilan keputusan etis di bidang bisnis.
Pengusaha yang ditelitinya berasal dari kalangan Islam dan Kristen yang berlokasi
di Jakarta. Metodologi penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif dengan
perspektif teologi87.
Penelitian terbaru dari Andreas Bintoro dalam tulisannya Dapatkah
Kekristenan Diterapkan dalam Bisnis ? menyimpulkan bahwa (1) masyarakat
yang majemuk mempersulit pengambilan keputusan etis dalam bisnis, karena

85

R. Siti Lestari, Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia, Tesis, Jakarta:
Universitas Indonesia, 1999.
86
Andreas Bintoro Dewanto, Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen dalam Perspektif
Sosiologis, Disertasi, Bandung: Universitas Padjadjaran, 1993.
87
Norita Yudiet Tompah, Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis, Tesis, Jakarta: STT Jakarta,
2003.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

masing-masing kelompok masyarakat mempunyai persepsi yang berbeda-beda
tentang norma-norma etis yang ada dan masalah etis yang dihadapi; (2)
Kelompok suku dan etnis yang berbeda-beda dalam komunitas Kristen seringkali
berpegang pada nilai-nilai budaya yang berbeda-beda pula dan menyebabkan
persepsi yang berbeda-beda pula tentang norma etis yang ada serta masalah etis
yang dihadapi; (3) Etik Kristen Protestan Calvinis sebagai norma dan etos belum
cukup diajarkan dan dipahami untuk mampu mengubahkan nilai budaya para
pemeluk Kekristenan Protestan Calvinis ke arah yang lebih mendekati tuntutannya
yang radikal dan transformatif. Ia mensinyalir jika tradisi Reformasi yang terus
menerus memperbaharui dirinya dan profetis tidak diberi tempat dalam
Kekristenan di Indonesia, maka kemungkinan besar Kekristenan akan menjadi
semacam gejala marginal dalam masyarakat Indonesia88.
Seorang psikolog Mihaly Csikszentmihalyi dalam penelitiannya terhadap
sejumlah pebisnis profesional mancanegara mengemukakan bahwa kesuksesan
dalam bisnis dapat membawa kebahagiaan hidup secara menyeluruh. Bisnis yang
baik menurutnya tidak sekadar meningkatkan keuntungan, melainkan turut
memberikan kontribusi signifikan pada kebahagiaan manusia. 89
Bisnis yang tidak baik seperti penipuan, suap, kolusi dan menjual barangbarang berbahaya bagi kesehatan manusia seperti alkohol dan tembakau pada
akhirnya hanya meningkatkan stress dan menghilangkan kebahagiaan90. Bisnis

88

Andreas Bintoro, ”Dapatkah kekristenan Diterapkan dalam Bisnis?”, dalam Robert P Borrong
dan Norita Y. Tompah, (Eds.), Etika Bisnis Kristen, Jakarta: Unit Publikasi dan Informasi & Pusat
Studi Etika STT Jakarta, 2006, hlm. 89-96.
89
Mihaly Csikszentmihalyi, Good Business: Bisnis Sebagai Jalan Kebahagiaan, Diterjemahkan
oleh Helmi Mustofa, Bandung: Penerbit Mizan, 2007, hlm.42.
90
Ibid., hlm. 43-44.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

yang baik dipahami sebagai bisnis yang berorientasi tidak semata-mata meraup
untung, tetapi juga menjadikan usahanya sebagai mesin peningkatan kualitas
hidup. Tindakan para eksekutif sukses itu didasarkan pada prinsip-prinsip agama
Kristen atau nilai-nilai humanisme sekuler.91
Max Weber dalam bukunya Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme
menyimpulkan bahwa agama yang bersemangat modernlah yang akan
memberikan dorongan atau spirit terhadap pertumbuhan ekonomi (kapitalisme).
Kapitalisme menurutnya bukanlah sikap rakus yang tidak terbatas dalam mengejar
keuntungan. Kapitalisme identik dengan pencarian keuntungan (profit), dan
keuntungan itu dapat diperbaharui terus menerus. Semangat kapitalisme klasik
bercirikan sikap moral jujur, ketepatan dalam waktu, sikap rajin dan hemat yang
semuanya dilatarbelakangi

etos kerja Protestan. Akibatnya, pencarian uang

dalam tatanan ekonomi modern sejauh hal itu dilakukan dengan cara-cara legal,
merupakan hasil dan ekspresi dari kebajikan dan kecakapan dalam melaksanakan
panggilan tugas.92
Doktrin predestinasi dari Calvin diartikan sebagai kesempatan bagi orang
beriman untuk membuktikan keselamatannya dengan cara meraih sukses dalam
bisnis. Mereka yang menjalani hidup yang baik dengan kerja keras pasti akan
masuk ke Surga. Sebaliknya, mereka yang malas tidak akan masuk surga setelah
kematiannya. Doktrin ini memotivasi kaum Calvinis untuk bekerja dengan energi
yang berlipat ganda, terdorong oleh janji
91

kebahagiaan abadi. Kerja seperti

Ibid., hlm. 56-57.
Max Weber, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, Diterjemahkan oleh Yusup
Priyasudiarja, Yogyakarta: Jejak, 2007, hlm. 58.
92
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

aktivitas bisnis dipahami bukan lagi sebagai sesuatu yang hina, melainkan sebuah
panggilan ilahi (beruf, calling) untuk memuliakan Tuhan. 93
Penelitian yang penulis lakukan ini sama sekali berbeda dengan karyakarya ilmiah sebagaimana yang dipaparkan di atas Penelitian ini sama sekali baru
baik dari segi substansi, metodologi, waktu, tempat dan objek penelitian.
Sepengetahuan penulis belum ada karya ilmiah yang meneliti persepsi warga
jemaat GPIB tentang bisnis dari sudut pandang iman Kristen.

C

Kerangka Konseptual
Persepsi Bisnis
warga jemaat

Pandangan Alkitab
tentang bisnis
1. Mempermuliakan
Allah
2. Kekudusan
3. Jujur dan adil
4. Menghargai martabat
manusia
5. Bertanggungjawab

Pandangan sekular
tentang bisnis
1. Menguntungkan
2. Bermoral
3. Tidak melanggar
hukum
4. Peduli terhadap
Lingkungan
5. Mendatangkan
kebahagiaan

Bisnis yang baik
1. Melayani kehendak Allah
2. Menghargai sesama
3. Memiliki tanggungjawab sosial

93

Ibid., hlm.163.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

D

Landasan Teori
Bisnis adalah aktivitas ekonomi yang menguntungkan dua pihak yang

bertransaksi guna memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tentunya bisnis
bukanlah

karya

amal.

Bisnis

memerlukan

motif

keuntungan sehingga

mendatangkan kepuasan dan meningkatkan kesejahteraan. Karena itu bisnis tidak
bisa dikelola dengan mengorbankan pihak lain seperti konsumen, pemerintah,
mitra bisnis atau lingkungan alam. Pelaku bisnis yang curang akan dihukum oleh
masyarakat sehingga mengalami kerugian dan bangkrut.
Sekarang ini bisnis harus dijalankan dengan kesadaran moral dan
tanggung jawab sosial. Kesadaran etis dalam bisnis dapat diperoleh melalui norma
agama, hukum negara dan norma sosial budaya dari masyarakat setempat. Pelaku
bisnis Kristen memiliki Alkitab sebagai pedoman moral dalam berbisnis. Prinsipprinsip Alkitab dalam bisnis Kristen yaitu
mempermuliakan

Allah,

(2)

kekudusan,

(3)

(1) bisnis sebagai usaha
kejujuran

dan

keadilan,

(4) menghargai martabat manusia, dan (5) bertanggungjawab.
Pelaku bisnis Krtisten dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam
bisnisnya, maka ia dapat berinteraksi secara positif dengan pelanggan, karyawan,
aparat pemerintah, masyarakat lokal dan mitra bisnisnya. Dengan demikian pelaku
bisnis Kristen dapat melayani kehendak Allah, menghargai sesama dan memiliki
tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini Gereja
memiliki tanggung jawab membina warga jemaatnya dalam soal bisnis agar hidup
mereka sejahtera secara ekonomi dan memiliki kepedulian sosial yang baik.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

BAB III
METODE PENELITIAN

Setelah kerangka konseptual dan landasan teoritis dikemukakan pada bab
terdahulu, maka pada bagian ini metode yang digunakan dalam penelitian ini
dipaparkan.

Di sini, instrumen penelitian yang dipilih adalah angket dan

wawancara guna mendapatkan data akurat dari responden yang menjadi objek
penelitian ini. Persepsi responden diukur dengan skala Likert dengan tingkatan
yang terstruktur.

A

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survai dengan metode yang dipakai ialah

deskriptif analitis. Metode survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dari responden dengan
mengunakan kuesioner.94
Dengan instrumen penelitian berupa kuisioner seperti yang ada dalam
Lampiran I, penulis bermaksud mendapatkan persepsi warga jemaat GPIB
Passareang tentang bisnis dari sudut pandang iman Kristen95. Data yang diperoleh
hasilnya dipaparkan secara deskrisptif dan pada akhir penelitian dianalisis untuk
menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini.

94

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, (Peny.) Metode Penelitian Survai, Jakarta: Penerbit
LP3ES, 1985, hlm. 8.
95
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 23.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

B

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di jemaat GPIB Pasareang yang beralamat

di BTN Pepabri C 3 No. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar. Pengumpulan
data dalam penelitian ini dimulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2008.

C

Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini mengunakan teknik sampling yang disebut teknik random

sederhana (simple random sampling). Teknik sampling ini adalah cara
pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam
anggota populasi tersebut.96 Besaran smpel yang diambil dalam penelitian ini
adalah 100 responden.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengunakan instrumen
angket. Angket diberikan kepada warga jemaat GPIB Passareang

sebagai

responden untuk mendapatkan persepsi mengenai bisnis Kristen. Warga jemaat
yang dilibatkan sebagai responden memiliki latar belakang yang beragam baik
secara status sosial, ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi dalam
pelayanan Gereja.
Angket disebarkan melalui kordinator sektor pelayanan yang merupakan
penanggungjawab utama pelayanan di sektor pelayanan. Lima (5) sektor
pelayanan dalam jemaat GPIB Passareang

mendapatkan masing-masing 15

eksemplar angket yang ditujukan kepada warga jemaat yang sudah berkeluarga.
Sebagian angket yang tersisa (25 eksemplar) diberikan kepada beberapa pelayan

96

Riduwan, op.cit, hlm. 58.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

PA (Persekutuan Anak), PT (Persekutuan Teruna) dan GP (Gerakan Pemuda)
yang umumnya dari kalangan pemuda.
Selain angket, data primer diperoleh juga melalui wawancara. Penulis
melakukan wawancara kepada sejumlah responden guna memperkuat hasil
penelitian. Dalam wawancara, penulis mengajukan pertanyaan mendalam dengan
menggunakan pedoman wawancara seperti yang ada dalam Lampiran II.
Wawancara dilakukan secara bertahap terhadap tiga orang pendeta jemaat GPIB,
dua orang anggota majelis jemaat GPIB dan tiga orang pengusaha Kristen.
Wawancara berlangsung secara tatap muka di pastori, rumah dinas,
kediaman pribadi atau di kantor sesuai waktu yang disepakati. Waktu wawancara
berlangsung antara 60-90 menit. Hasil wawancara direkam dengan alat perekam
(tape recorder). Data primer ini kemudian diolah bersama dengan data sekunder
yang didapat melalui buku-buku, dokumen gerejawi dan sumber internet.

D

Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisis dengan

teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis data
yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara. Hasil perhitungan analisis
deskriptif tersebut kemudian dideskripsikan dalam distribusi frekuensi skor
masing-masing variabel penelitian. Setelah itu interpretasi dilakukan agar makna
yang terkandung di dalam data (baik yang melalui angket maupun wawancara)
menjadi jelas untuk dicermati.
Pengukuran terhadap persepsi warga jemaat GPIB Passreang mengenai
bisnis Kristen dilakukan

dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Instrumen penelitian dengan
menggunakan skala Likert ini dibuat dalam bentuk tanda centang (checklist).97
Jawaban atas setiap item instrumen dalam penelitian ini

mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif dengan kategori jawaban
dengan 5 tingkatan: SS (sangat setuju), ST (setuju), RG (ragu-ragu), TS (tidak
setuju) dan STS (sangat tidak setuju). Kategori jawaban itu diberi skor dari 1
sampai 5 dengan rincian sebagai berikut: SS diberi skor 5, ST diberi skor 4, RG
diberi skor 3, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1. Jika sampel yang digunakan
adalah 100 responden, maka jumlah skor ideal: 5 x 100 = 500 (SS) dan jumlah
skor rendah: 1 x 100 = 100 (STS)98.
Kisi-kisi instrumen penelitian untuk mengukur persepsi bisnis Kristen
ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

VARIABEL

DIMENSI

A. Bisnis

ITEM

3

4

2

Persepsi

NOMOR

INDIKATOR
1

INDIKATOR-

1. Bisnis mendatangkan

1

keuntungan
2. Pendapatan dan ekonomi

2

yang lebih baik
3. Bisnis yang baik

7

membawa sukses dan
97
98

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ke-10, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 86-87.
Ibid., hlm. 88-89.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

bertahan lama
4. Bisnis curang: menipu dan

8

melanggar hukum
5. Keuntungan wajar dalam

10

bisnis itu etis/baik
6. Keuntungan didapat

14

dengan segala cara apapun
7. Menjaga kepercayaan

17

konsumen dalam harga, mutu
dan layanan
8. Tanggungjawab sosial

18

pengusaha terhadap
masyarakat
9. Bisnis tidak membutuhkan

19

ajaran agama
10. Ajaran agama tidak dapat

20

dipraktekkan dalam bisnis
11. Bisnis bisa rugi kalau

21

ajaran agama dipraktekkan
12. Pengusaha berbuat

22

curang karena oknum
pemerintah
13. Pengusaha melakukan

23

penipuan agar untung
14. Konsumen dirugikan

24

karena kecurangan
pengusaha
15. Pengusaha dapat

25

menjelekkan rekan bisnis
16. Pengusaha wajib
membayar pajak

28
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

17. Pengusaha curang

29

ditindak secara hukum
B. Alkitab

18. Pedoman moral/etika

3

19. Nilai etika Kristen:

5

kekudusan, keadilan dan
kasih
20. Alkitab mencegah

16

pengusaha berbuat curang

C. Iman

21. Menjadi pengusaha

6

adalah pekerjaan yang baik
22. Pengusaha perlu

4

memiliki etika bisnis
23. Pengusaha dapat

9

mempermuliakan Allah
24. Keuntungan bisnis adalah

11

berkat dari Tuhan
25. Dalam bisnis perlu

12

pertolongan Tuhan (doa)
26. Pengusaha Kristen tidak

27

terpengaruh untuk berbuat
curang
27. Sama sekali tidak ada

13

campur tangan Tuhan dalam
bisnis
28. Bersyukur dan memberi

15

persembahan
29. Lingkungan bisnis

26

curang menghambat bisnis
dengan prinsip Alkitab
30. Bisnis Kristen

30
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

mendatangkan kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup
D. Pembinaan

31. Perlu dilakukan

31

pembinaan tentang bisnis
dengan prinsip-prinsip
Alkitab
32. Majelis Jemaat perlu juga

32

dibina soal bisnis Kristen
33. Warga dilarang berbisnis

34

karena kotor dan berdosa
34. Menasihatkan warga

36

jemaat yang berbisnis curang
35. Mendoakan pengusaha

37

menjadi saksi Kristus
E. Program kerja

36. Unit bisnis Gereja perlu

33

didirikan
37. Memberikan pelatihan

35

dan modal kerja
38. Melibatkan pengusaha

38

dalam pelatihan jemaat
39. Partisipasi pengusaha

39

dalam kegiatan pelayanan
40. Kelompok pendukung
bagi pengusaha didirikan

40
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

BAB IV
PEMBAHASAN

Bagian

ini menguraikan hasil angket dan wawancara yang sudah

dilakukan penulis.

Data yang diperoleh melalui angket berupa karakteristik

responden dan persepsi mereka mengenai bisnis Kristen. Data yang diperoleh
lewat wawancara turut menguatkan hasil angket yang diterima. Selanjutnya,
penulis melakukan interpretasi data agar persepsi responden dapat dimengerti
dengan jelas. Dengan data yang melimpah, maka dapat segera dilakukan
pengujian atas hipotesa yang diajukan.

1

Hasil Penelitian

1.1 Karakteristik Responden
Kuisioner yang disebar kepada 100 responden dikembalikan lengkap.
Selain kuisioner, wawancara dilakukan guna melengkapi data yang diperoleh dari
penelitian di Jemaat. Mereka yang diwawancara adalah anggota majelis jemaat
(2 orang), anggota jemaat GPIB yang berprofesi sebagai pengusaha (3 orang) dan
para pendeta GPIB (3 orang). Deskripsi di bawah ini memaparkan hasil penelitian
yang sudah dilakukan selama 3 bulan dari Juni s/d Agustus 2008.
Mayoritas responden adalah kalangan pria (60%)

dan sisanya wanita

(40%). Kebanyakan dari mereka sudah menikah (68%) dan bekerja sebagai
pegawai

negeri maupun swasta (58%). Sekalipun mereka sudah memiliki

pekerjaan utama sebagai pegawai, tetapi beberapa dari mereka memiliki usaha
bisnis sebagai pekerjaan sampingan (36%).
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.

Sebagian kecil responden (12%) benar-benar menjadikan bisnis sebagai
pekerjaan utama, seperti bisnis jual beli sembako, perbengkelan, transportasi dan
jasa. Umumnya tingkat pendidikan responden adalah SMTA (54%), kemudian
diikuti lulusan Perguruan Tinggi (36%), dan sebagian kecil SMP (10%).
Responden yang berusia produktif lebih banyak jumlahnya (64%), dibandingkan
mereka yang berusia 50 tahun ke atas (36 %). Sebagian besar responden berstatus
sebagai anggota biasa dalam persekutuan jemaat dan lainnya adalah anggota
majelis jemaat. Uraian lengkap karakteristik responden dapat dilihat dalam Tabel
2 berikut ini.

Tabel 2. KAREKTERISTIK RESPONDEN

KATEGORI DAN BESARANNYA
Umur
Jenis
kelamin
Perkawinan
Pekerjaan

Bisnis

Pendidikan
Status
dalam
Jemaat

16-25 thn
(5%)
Laki-laki
(60%)
Kawin
(68%)
Pedagang
(12%)

26-35 thn
(19%)
Perempuan
(40%)
Belum
(25%)
PNS/TNI/POLRI
(28 %)

Jual beli
sembako
(8%)
Tidak
tamat – SD
Anggota
biasa
(70%)

Perbengkelan
(1%)
SMP
(10%)
Majelis Jemaat
(30%)

36-50 thn
(40%)

50 thn ke atas
(36%)

Duda
(3 %)
Pegawai
swasta
(30%)
Transportasi
(3%)

Janda
(4 %)
Pelajar/Mahasiswa
(10%) dan
lainnya (20%)
Jasa dan lainnya
(28%)

SMTA
(54%)

PT
(30%)
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Tugas Teology Kontekstual
Tugas Teology KontekstualTugas Teology Kontekstual
Tugas Teology KontekstualKevinanahoe
 
Surat permohonan dibangunkan sebuah mesjid al ikhlas peundeuy 2013
Surat permohonan dibangunkan sebuah mesjid al ikhlas peundeuy 2013Surat permohonan dibangunkan sebuah mesjid al ikhlas peundeuy 2013
Surat permohonan dibangunkan sebuah mesjid al ikhlas peundeuy 2013putrapakulonan
 
Alkitab SABDA
Alkitab SABDAAlkitab SABDA
Alkitab SABDASABDA
 
Buku materi-pramuka-penegak
Buku materi-pramuka-penegakBuku materi-pramuka-penegak
Buku materi-pramuka-penegakRidas Zabbarae
 
Surat Bahasa Inggris Fenti Anitasari
Surat Bahasa Inggris Fenti AnitasariSurat Bahasa Inggris Fenti Anitasari
Surat Bahasa Inggris Fenti AnitasariFenti Anita Sari
 
Formulir donatur tetap masjid Baiturrohman
Formulir donatur tetap masjid BaiturrohmanFormulir donatur tetap masjid Baiturrohman
Formulir donatur tetap masjid Baiturrohmanalijaya singebate
 
TATA TERTIB ACARA PERAYAAN NATAL.docx
TATA TERTIB ACARA PERAYAAN NATAL.docxTATA TERTIB ACARA PERAYAAN NATAL.docx
TATA TERTIB ACARA PERAYAAN NATAL.docxObenRegar
 
Proposal pembangunan majid nur ilahi 2020
Proposal pembangunan majid nur ilahi 2020Proposal pembangunan majid nur ilahi 2020
Proposal pembangunan majid nur ilahi 2020gujali rahman
 
Sejarah gereja methodist indonesia
Sejarah gereja methodist indonesiaSejarah gereja methodist indonesia
Sejarah gereja methodist indonesialazarusfek
 
Sampul ptk 1
Sampul ptk 1Sampul ptk 1
Sampul ptk 1Niela La
 
Proposal peringatan maulid nabi
Proposal peringatan maulid nabiProposal peringatan maulid nabi
Proposal peringatan maulid nabiImran Iim
 
20210310 surat seleksi instrukrur dan fasilitator ppkb guru madrasah 2021
20210310   surat seleksi instrukrur dan fasilitator ppkb guru madrasah 202120210310   surat seleksi instrukrur dan fasilitator ppkb guru madrasah 2021
20210310 surat seleksi instrukrur dan fasilitator ppkb guru madrasah 2021Agus Nuryana
 
Contoh Surat tugas
Contoh Surat tugasContoh Surat tugas
Contoh Surat tugasfauji ku
 
TATA IBADAH MINGGU SENGSARA KE-VI. Minggu, 26 Maret 2023..pptx
TATA IBADAH MINGGU SENGSARA KE-VI. Minggu, 26 Maret 2023..pptxTATA IBADAH MINGGU SENGSARA KE-VI. Minggu, 26 Maret 2023..pptx
TATA IBADAH MINGGU SENGSARA KE-VI. Minggu, 26 Maret 2023..pptxCharlyNeno
 
menguatkan kerukunan melalui toleransi beragama
menguatkan kerukunan melalui toleransi beragamamenguatkan kerukunan melalui toleransi beragama
menguatkan kerukunan melalui toleransi beragamarizkaumamiAzzahro
 
CLUB OLAHRAGA
CLUB OLAHRAGACLUB OLAHRAGA
CLUB OLAHRAGAruce lee
 
Contoh surat tugas operator emis
Contoh surat tugas operator emisContoh surat tugas operator emis
Contoh surat tugas operator emisBang Izul Berkata
 

La actualidad más candente (20)

Tugas Teology Kontekstual
Tugas Teology KontekstualTugas Teology Kontekstual
Tugas Teology Kontekstual
 
Surat permohonan dibangunkan sebuah mesjid al ikhlas peundeuy 2013
Surat permohonan dibangunkan sebuah mesjid al ikhlas peundeuy 2013Surat permohonan dibangunkan sebuah mesjid al ikhlas peundeuy 2013
Surat permohonan dibangunkan sebuah mesjid al ikhlas peundeuy 2013
 
Alkitab SABDA
Alkitab SABDAAlkitab SABDA
Alkitab SABDA
 
Buku materi-pramuka-penegak
Buku materi-pramuka-penegakBuku materi-pramuka-penegak
Buku materi-pramuka-penegak
 
Surat Bahasa Inggris Fenti Anitasari
Surat Bahasa Inggris Fenti AnitasariSurat Bahasa Inggris Fenti Anitasari
Surat Bahasa Inggris Fenti Anitasari
 
Formulir donatur tetap masjid Baiturrohman
Formulir donatur tetap masjid BaiturrohmanFormulir donatur tetap masjid Baiturrohman
Formulir donatur tetap masjid Baiturrohman
 
TATA TERTIB ACARA PERAYAAN NATAL.docx
TATA TERTIB ACARA PERAYAAN NATAL.docxTATA TERTIB ACARA PERAYAAN NATAL.docx
TATA TERTIB ACARA PERAYAAN NATAL.docx
 
Warna liturgi
Warna liturgiWarna liturgi
Warna liturgi
 
Proposal pembangunan majid nur ilahi 2020
Proposal pembangunan majid nur ilahi 2020Proposal pembangunan majid nur ilahi 2020
Proposal pembangunan majid nur ilahi 2020
 
Sejarah gereja methodist indonesia
Sejarah gereja methodist indonesiaSejarah gereja methodist indonesia
Sejarah gereja methodist indonesia
 
Sampul ptk 1
Sampul ptk 1Sampul ptk 1
Sampul ptk 1
 
Proposal peringatan maulid nabi
Proposal peringatan maulid nabiProposal peringatan maulid nabi
Proposal peringatan maulid nabi
 
20210310 surat seleksi instrukrur dan fasilitator ppkb guru madrasah 2021
20210310   surat seleksi instrukrur dan fasilitator ppkb guru madrasah 202120210310   surat seleksi instrukrur dan fasilitator ppkb guru madrasah 2021
20210310 surat seleksi instrukrur dan fasilitator ppkb guru madrasah 2021
 
Teologia biblika
Teologia biblikaTeologia biblika
Teologia biblika
 
Contoh Surat tugas
Contoh Surat tugasContoh Surat tugas
Contoh Surat tugas
 
TATA IBADAH MINGGU SENGSARA KE-VI. Minggu, 26 Maret 2023..pptx
TATA IBADAH MINGGU SENGSARA KE-VI. Minggu, 26 Maret 2023..pptxTATA IBADAH MINGGU SENGSARA KE-VI. Minggu, 26 Maret 2023..pptx
TATA IBADAH MINGGU SENGSARA KE-VI. Minggu, 26 Maret 2023..pptx
 
SK PECINTA ALAM SEBATIK
SK PECINTA ALAM SEBATIKSK PECINTA ALAM SEBATIK
SK PECINTA ALAM SEBATIK
 
menguatkan kerukunan melalui toleransi beragama
menguatkan kerukunan melalui toleransi beragamamenguatkan kerukunan melalui toleransi beragama
menguatkan kerukunan melalui toleransi beragama
 
CLUB OLAHRAGA
CLUB OLAHRAGACLUB OLAHRAGA
CLUB OLAHRAGA
 
Contoh surat tugas operator emis
Contoh surat tugas operator emisContoh surat tugas operator emis
Contoh surat tugas operator emis
 

Similar a Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02

ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPAS
ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPASANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPAS
ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPASUofa_Unsada
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...Warnet Raha
 
contoh karya tulis ilmiah 2.pdf
contoh karya tulis ilmiah 2.pdfcontoh karya tulis ilmiah 2.pdf
contoh karya tulis ilmiah 2.pdfFransRantung
 
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...Warnet Raha
 
Sm4007 analisis pengaruh kualitas pelayanan
Sm4007 analisis pengaruh kualitas pelayananSm4007 analisis pengaruh kualitas pelayanan
Sm4007 analisis pengaruh kualitas pelayananMu'ah Masram
 
1.cover daftar isi
1.cover daftar isi1.cover daftar isi
1.cover daftar isisleepekoy
 

Similar a Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02 (20)

BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIKBISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPAS
ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPASANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPAS
ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPAS
 
Kti sitti andriyani
Kti sitti andriyaniKti sitti andriyani
Kti sitti andriyani
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...
 
Kti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAU
Kti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAUKti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAU
Kti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAU
 
contoh karya tulis ilmiah 2.pdf
contoh karya tulis ilmiah 2.pdfcontoh karya tulis ilmiah 2.pdf
contoh karya tulis ilmiah 2.pdf
 
Kti hesti ulandari
Kti hesti ulandariKti hesti ulandari
Kti hesti ulandari
 
Kti wa ode piana
Kti wa ode pianaKti wa ode piana
Kti wa ode piana
 
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...
 
Kti irman akbid paramata raha 2015
Kti irman akbid paramata raha 2015Kti irman akbid paramata raha 2015
Kti irman akbid paramata raha 2015
 
Sm4007 analisis pengaruh kualitas pelayanan
Sm4007 analisis pengaruh kualitas pelayananSm4007 analisis pengaruh kualitas pelayanan
Sm4007 analisis pengaruh kualitas pelayanan
 
ANALISIS RENSTRA
ANALISIS RENSTRAANALISIS RENSTRA
ANALISIS RENSTRA
 
Lembar depan yani‮cod.scr
Lembar depan yani‮cod.scrLembar depan yani‮cod.scr
Lembar depan yani‮cod.scr
 
1.cover daftar isi
1.cover daftar isi1.cover daftar isi
1.cover daftar isi
 
Sri 1
Sri 1Sri 1
Sri 1
 

Más de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Más de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02

  • 1. BISNIS YANG BAIK Tinjauan etis teologis mengenai persepsi warga jemaat terhadap bisnis Kristen di jemaat GPIB Passareang, Makassar Tesis Untuk memenuhi sebahagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Magister Teologi Program Studi Etika Diajukan oleh Stephen G.R. Sihombing 265.029 Kepada PROGRAM PASCASARJANA STT INTIM MAKASSAR Januari 2008
  • 2. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. SERTIFIKAT UJIAN TESIS Semua yang bertandatangan di bawah ini, menerangkan bahwa Tesis Magister Theologi (M.Th) dengan judul: BISNIS YANG BAIK Tinjauan etis teologis mengenai persepsi warga jemaat terhadap bisnis Kristen di jemaat GPIB Passareang, Makassar yang dipersiapkan dan disusun oleh: Stephen G.R. Sihombing 265.029 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 20 Desember 2008 dan dinyatakan lulus dengan nilai A . Susunan Dewan Penguji Pembimbing I Penguji I Pdt. Dr. Yusuf G. Mangumban Pdt. Dr. Yusuf G. Mangumban Pembimbing II Penguji II Pdt. Ny. Resty Arnawa-T, M.Th Drs. Ishak Ngeljaratan, MA Mengetahui Program Pascasarjana STT INTIM Makassar Pdt. DR. Andarias Kabanga’ Direktur
  • 3. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari diketahui ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar, 15 Januari 2009 Stephen G.R. Sihombing
  • 4. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. KATA PENGANTAR Tuntutan untuk berlaku etis dalam bisnis merupakan kenyataan mutlak yang harus diperhatikan semua pihak yang ingin menjaga agar lembaga bisnis dapat memberi sumbangan positif bagi kesejahteraan hidup manusia. Kiranya, tesis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang menginginkan terciptanya hubungan integratif bisnis dengan etika Kristen. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Bp. Pdt. DR. Yusuf G. Mangumban dan Ny. Resty Arnawa-T, M.Th yang telah dengan setia dan sabar mengarahkan penulis dalam proses penelitian sampai tesis ini selesai. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada staff pengajar STT INTIM Makassar, yang telah memperkaya wawasan teologi penulis selama menempuh pendidikan antara tahun 2006-2008, khususnya Bp. Pdt. DR. Andarias Kabanga’, Bp. Pdt. DR. Nazarius Rumpak, Bp. Prof. DR. W.I.M Poli, Bp. Drs. Ishak Ngeljaratan, MA, Bp. Pdt. D. Sopamena, M.Th, dan Bp. Pdt. Ruben Persang, M.Th. Tidak dapat dilupakan rekan-rekan dari perpustakaan STT INTIM
  • 5. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Makassar yang dengan setia melayani kebutuhan penulis dalam memperoleh buku-buku untuk kepentingan penelitian. Ucapan terima kasih yang sama disampaikan pula kepada Bp. Anggiat Sinaga, MBA, Bp. Ir. Leo Hehanusa, M.Si dan Bp. Max Saliwir, SE, atas bantuannya dalam proses penulisan tesis ini. Sahabat-sahabat penulis, David dan Wilson, perlu dicatat di sini sebagai teman yang komunikatif selama proses studi telogi. Penulis berterima kasih juga kepada jemaat-jemaat GPIB, khususnya Jemaat GPIB Passareang, tempat di mana penulis mengambil bagian dalam pengabdian pelayanan. Penulis tidak dapat melupakan budi baik dari rekan-rekan sesama pendeta GPIB yaitu, Pdt. Ny. M.A. Manopo, Pdt. Ny. M.T. Meijer-Hallatu, M.Th, Pdt. Marlyn Joseph S.Th, dan Bp. Pdt. Timotius Susilo, S.Ag. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada Majelis Sinode GPIB XVIII yang telah memberikan rekomendasi dan bantuan keuangan selama studi berlangsung. Secara khusus, penulis sangat berterima kasih kepada Bp. Pnt. Prof. Dr. John Fo’Eh dan keluarga yang dengan tulus mendukung dan membantu pergumulan penulis selama studi dan tugas pelayanan dalam jemaat GPIB.
  • 6. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Akhirnya, penulis berterima kasih kepada segenap keluarga: istri kekasih, Ir. Dewi Arung, kedua anak kekasih: Jacqueline dan Stefany, kedua orang tua: Mami di Makassar dan Mama di Jakarta, yang telah mendukung dengan doa dan kasih. Semua ucapan terima kasih ini dapat dikatakan, karena kemurahan Allah yang melimpah dalam hidup penulis sampai hari ini. Makassar, 15 Januari 2009 Penulis Stephen G. R. Sihombing
  • 7. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................. i SERTIFIKAT UJIAN TESIS ............................................................. ii PERNYATAAN ............................................................. iii KATA PENGANTAR ............................................................. iv DAFTAR ISI ............................................................. vii ABSTRACT ............................................................. x ABSTRAK ............................................................. xi BAB I : PENDAHULUAN ............................................................ 1 A Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B Batasan Masalah .............................................................. 4 C Rumusan Masalah .............................................................. 5 D Tujuan Penelitian .............................................................. 5 E Manfaat Penelitian .............................................................. 6 F Keaslian Penelitian .............................................................. 6 G Tinjauan Pustaka .............................................................. 8 H Landasan Teori .............................................................. 10 I Hipotesa .............................................................. 11 J Jenis dan Metode Penelitian .............................................................. 12 K Sistematika Penulisan .............................................................. 14 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 15 A 15 Pemikiran Teoritis ..............................................................
  • 8. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. 1.1 Pengertian Etika .............................................................. 15 1.2 Pengertian Etika Kristen .............................................................. 19 2 .............................................................. 21 2.1 Bisnis .............................................................. 21 2.2 Klasifikasi Bisnis .............................................................. 23 2.3 Tantangan yang dihadapi Bisnis .................................................. 23 2.3.1 Tantangan Produktivitas .................................................. 23 2.3.2 Tantangan Kualitas .................................................. 24 2.3.3 Tantangan Pasar Global .................................................. 24 2.4 Pentingnya Etika dalam Bisnis .................................................. 24 3 .............................................................. 28 .............................................................. 28 Relasi Bisnis dan Etika Persepsi Bisnis Kristen 3.1 Pengertian Persepsi 3.2 Bisnis menurut Iman Kristen .................................................. 29 3.3 Praktek Bisnis dalam Gereja .................................................. 35 Persepsi Bisnis menurut Agama Islam dan Agama Budha ......... 36 4 4.1 Agama Islam .............................................................. 36 4.2 Agama Budha .............................................................. 37 5 Jemaat GPIB Passareang ............................................................. 39 B Keaslian Penelitian .............................................................. 41 C Kerangka Konseptual .............................................................. 45 D Landasan Teori .............................................................. 46 BAB III : METODE PENELITIAN .............................................................. 47 A 47 Jenis Penelitian ..............................................................
  • 9. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. B Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 48 C Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 48 D Teknik Analisis Data ............................................................. 49 BAB IV : PEMBAHASAN .............................................................. 54 .............................................................. 54 1.1 Karakteristik Responden ............................................................... 54 1 Hasil Penelitian 1.2 Persepsi Responden mengenai Bisnis Kristen .............................. 56 2 Pengukuran Persepsi berdasarkan Skala Likert ............................. 65 3 Interpretasi Data dan Uji Hipotesis ................................................ BAB V 70 : REFLEKSI TEOLOGIS .............................................................. 77 1 Hubungan Integratif Etika Kristen dengan Bisnis ...................... 77 2 Bisnis yang Baik ............................................................... 79 2.1 Melayani Kehendak Allah .............................................................. 81 2.2 Menghargai Sesama .............................................................. 83 2.3 Memiliki Tanggung Jawab Sosial ................................................. 85 3 87 Tanggung Jawab Gereja ............................................................... BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 88 1 Kesimpulan ............................................................... 88 2 Saran ............................................................... 90 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
  • 10. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. ABSTRACT Business is economic activities that cope with material profits. Seeking for profit in business is an ethical or good action. Actually, business is not run as well as its substance. Business was running with manipulative ways and egoism which victimize society and environment. Christianity has ethical principles which are useful in business. Ethical principle based on Scripture which can be understood and practised in Christian business, are the main goal of this research. The locus of the research is Protestant Church in the West of Indonesia (GPIB) Congregation “Passareang” at Makassar that covers 100 (a hundred) respondents, from June until August 2008. Descriptive-survey with questionnaire and interview techniques is the methodology used in this research. Interviewing with business practitioners, member of assembly of congregation and priests were conducted. Likert’s scale has been used in this research to measure church’s member perception about Christian business. The result of the research proves that (1) church’s members have good perception of the Christian business, (2) the principles of ethical business could be practised by a Christian businesman, and (3) church gives less attention for complementing church’s members about good business based on Christian ethics. The principles of Christian ethics in business can be formulated in three primaries (1) to serve the will of God, (2) respect each other and (3) have a social responsibility. GPIB has a responsibility to equip church’s members to understand the principles of Christian ethics in business. Business can be practised not only for the sake of mankind, but also to serve the will of God. The importance of ethics in business, to encourage all parties, both business practitioners, ethicians, theological education institutions, and churches to create a business life with dignity and ecologically oriented. Keywords: perception, ethics, business, the Bible, Christian
  • 11. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. ABSTRAK Bisnis adalah kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan keuntungan materi. Mencari keuntungan dalam bisnis adalah perbuatan yang etis atau baik. Dalam kenyataan, bisnis tidak berjalan sesuai hakekatnya. Bisnis dijalankan dengan caracara manipulatif dan egoisme sehingga masyarakat dan lingkungan hidup dikorbankan. Kekristenan memiliki prinsip-prinsip etis yang dapat digunakan dalam bisnis. Prinsip-prinsip etis berdasarkan Alkitab yang dipahami dan dipraktekkan dalam bisnis Kristen, menjadi tujuan utama penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di jemaat GPIB Passareang, Makassar dengan melibatkan 100 responden pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2008. Metode yang dipakai adalah metode survai deskriptif dengan teknik kuisioner dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada praktisi bisnis, anggota majelis jemaat dan pendeta. Skala Likert digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur persepsi warga jemaat mengenai bisnis Kristen. Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) warga jemaat memiliki persepsi yang baik tentang bisnis Kristen, (2) prinsip-prinsip etis bisnis Kristen dapat dipraktekkan oleh pebisnis Kristen dan (3) gereja kurang memberi perhatian penuh dalam melengkapi warga jemaatnya mengenai bisnis yang baik berdasarkan etika Kristen. Prinsip-prinsip etika Kristen dalam bisnis dapat dirumuskan dalam 3 pokok yaitu (1) melayani kehendak Allah, (2) menghargai sesama dan (3) memiliki tanggungjawab sosial. GPIB memiliki tanggung jawab dalam melengkapi warga jemaat untuk memahami prinsip-prinsip etika Kristen dalam bisnis. Bisnis dipraktekkan bukan hanya untuk kepentingan manusia tetapi juga untuk melayani kehendak Allah. Pentingnya etika dalam bisnis, kiranya mendorong semua pihak baik praktisi bisnis, etikawan, lembaga pendidikan teologi dan gereja untuk menciptakan kehidupan bisnis yang bermartabat dan berwawasan ekologis. Kata kunci: persepsi, etika, bisnis, Alkitab, Kristen
  • 12. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Bisnis adalah kegiatan ekonomis yang dapat dirasakan semua orang dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya. Dengan bisnis, manusia dapat mengorganisasikan sumber daya untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa. Tujuan bisnis adalah memperoleh keuntungan, sehingga pelaku bisnis berani menanggung resiko menanam modal dalam kegiatan bisnisnya. Dari sudut pandang ekonomis, dapat dikatakan bisnis yang baik adalah bisnis yang membawa banyak untung1. Mengejar keuntungan dalam bisnis adalah sesuatu yang wajar, asalkan tidak mengorbankan kepentingan dan hak orang lain. Bertens mengatakan bahwa keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak melainkan saling menguntungkan kedua belah pihak2. Dalam kenyataan, para pelaku bisnis lebih mengutamakan keuntungan pribadi di atas segala-galanya. Misalnya, rencana kenaikan bahan bakar minyak pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyhono bulan Mei 2008 mengakibatkan harga bahan bakar minyak (BBM) di tingkat konsumen naik tidak wajar karena faktor kecurangan pengusaha yang menahan dan menimbun BBM bersubsidi bahkan menyelundupkannya untuk dijual ke luar negeri. 3 Praktek bisnis curang tidak hanya terjadi saat pemerintah hendak memberlakukan kebijakan ekonomi tertentu, tetapi juga terjadi ketika pengusaha 1 K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000, hlm. 17 Ibid., hlm. 17. 3 ”Bensin Mulai Hilang di Makassar,” Tribun Timur, Makassar: 14 Juni 2008. 2
  • 13. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. dan penguasa berkolusi dalam pelaksanaan proyek pembangunan atau pemberian kredit. Pembangunan gedung sekolah, jalan, terminal atau pasar seringkali kualitasnya buruk dan dalam waktu singkat sudah rusak. Kredit bernilai milyaran rupiah diberikan kepada pengusaha akhirnya tidak terbayar, sementara nilai harta kekayaan perusahaan jauh lebih kecil dibanding kredit yang dikucurkan bank4. Era reformasi telah memberikan kebebasan sehingga pasar menjadi kompetitif dan memberi peluang bagi pengusaha, misalnya menginvestasikan modalnya dalam bisnis transportasi udara. Perang tarif antar maskapai penerbangan telah memberikan keuntungan dan kemudahan bagi konsumen dalam mobilitasnya. Namun, harga murah tiket pesawat tidak sebanding dengan jaminan keselamatan penumpang. Sebagai contoh, hilangnya pesawat Adam Air pada awal Januari 2007 di Majene menjadi pembenaran bahwa jaminan keselamatan penumpang diabaikan sehingga tidak seorang pun selamat dalam kecelakaan itu 5. Pada kasus lain, penggunaan bahan kimia seperti formalin untuk mengawetkan ikan, daging, mi basah atau bakso dapat membahayakan kesehatan manusia. Sekalipun para pengusaha mengetahui bahaya itu, tetapi mereka tidak berusaha menghentikan. Bahan kimia berbahaya itu digunakan pada produk makanan sebab murah harganya, mudah penggunaannya, lebih menarik pembeli, dan sangat menguntungkan secara ekonomis. Tidak hanya manusia, lingkungan alam turut dikorbankan. Kerusakan ekologi meliputi punahnya spesies, hilangnya hutan tropis, penipisan ozon, 4 Kwik Kian Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII, 1998, hlm. 431. 5 Gatot Widakdo, ”Misteri Jatuhnya Adam Air di Majene Terjawab”, Kompas, Jakarta: 25 Maret 2008.
  • 14. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. tercemarnya ekosistem oleh limbah beracun, banjir dan pemanasan global6, terjadi akibat penambangan dan eksploitasi hutan yang dilakukan pengusaha-pengusaha yang mengantungi izin resmi pemerintah, tetapi melupakan tanggung jawab sosialnya7. Jika demikian perilaku pengusaha dalam menjalankan bisnisnya, maka tidak heran jika bisnis itu dinilai kotor. Bisnis dipahami bukan untuk orang jujur, saleh dan bermoral. Moralitas yang bersumber dari ajaran agama tidak dibutuhkan dalam dunia bisnis. Bisnis mempunyai mekanisme dan moralitasnya sendiri yang tidak boleh dicampuri oleh moralitas dari luar. Satu-satunya moralitas dalam bisnis adalah: keuntungan. Segala tindakan yang dilakukan pengusaha dalam bisnisnya adalah benar, baik dan tepat, jika mendatangkan keuntungan8. Pakar etika bisnis Richard T. De George seperti dikutip Keraf, menyebut pandangan yang memisahkan moralitas dalam bisnis sebagai mitos bisnis immoral9. Dalam bisnis yang ketat, nilai-nilai moral dan etika hanya akan membuat pengusaha kalah dalam persaingan bisnis, mengalami kerugian dan tersingkir dengan sendirinya. Kerja orang bisnis adalah berbisnis dan bukan beretika. Bisnis yang baik harus berdasarkan aturan dan kebiasaan yang dipraktekkan dalam dunia bisnis dan bukan menurut kaidah-kaidah moral.10 6 Fred van Dyke, et al, Redeeming Creation: The Biblical Basis for Enviromental Stewardship, Illinois: InterVarsity Press, 1996, hlm. 19-23. 7 Maria Hartiningsih dan Hartati Samhadi, ”Menggali Kubur Sendiri,” Kompas, Jakarta: 6 Maret 2008. 8 Eka Darmaputera, Etika Sederhana untuk Semua; Bisnis, Ekonomi dan Penatalayanan, Jakarta: Gunung Mulia, 1990, hlm. 19-20. 9 A. Sony Keraf, Etika Bisnis, Cetakan ke-14, Yogyakarta: Kanisius, 1998, hlm. 55-56. 10 Ibid., hlm. 57.
  • 15. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Mitos bisnis immoral ini sulit dibenarkan pengusaha yang menginginkan bisnisnya sukses dan bertahan lama, sebab mereka harus memperhitungkan segala akibat dan resiko untuk jangka panjang karena dalam bisnis ada nilai manusiawi yang dipertaruhkan. Moralitas dan etika dalam bisnis merupakan harapan dan kebutuhan masyarakat. Ketika norma, nilai dan kepentingan bersama dalam masyarakat dicederai oleh praktek bisnis curang, masyarakat bertindak dengan cara memprotes dan menolak bisnis demikian. Tindakan semacam ini jelas sangat merugikan pengusaha itu sendiri dan masa depan bisnisnya11. Bisnis yang baik tentu menghormati hukum positif yang berlaku, seperti peraturan soal pajak, pembayaran royalti hak cipta atas kekayaan intelektual atau undang-undang ketenagakerjaan. Namun tidak selalu bisnis yang memenuhi perundang-undangan dapat diterima dan dibenarkan secara moral dan etis, misalnya praktek monopoli atau penunjukkan langsung pengusaha tertentu tanpa melalui penawaran terbuka dalam proyek-proyek pemerintah. Aturan hukum menjadi tidak baik, tidak adil dan tidak etis karena permainan politik yang tidak adil dan arogan sehingga dapat dikatakan aturan hukum bukan ukuran satusatunya dalam kegiatan bisnis12. B Batasan Masalah Beragam masalah seperti yang diuraikan di atas mendorong penulis untuk meneliti lebih khusus tentang bagaimana persepsi warga jemaat GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) tentang bisnis Kristen. Jemaat GPIB yang 11 12 Ibid., hlm. 58-61. Ibid., hlm. 61.
  • 16. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. dipilih sebagai obyek penelitian ini adalah jemaat GPIB Passareang yang beralamat di BTN Pepabri C 3 No. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar. Warga jemaat GPIB sebagai persekutuan iman dan bagian dari masyarakat yang luas memiliki persepsi tentang bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan semata, tetapi juga terkait dengan nilai-nilai ajaran Kristen yang harus dipraktekkan dalam kegiatan bisnis. C Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah-masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah persepsi warga jemaat GPIB Passareang mengenai bisnis yang berdasarkan nilai-nilai etika Kristen yang bersumber dari Alkitab? 2. Bagaimana pebisnis Kristen mengaplikasikan prinsip-prinsip Alkitab dalam kegiatan bisnisnya selama ini? 3. Bagaimanakah Gereja melalui Majelis Jemaat GPIB (Pendeta, Penatua dan Diaken) memberikan pemahaman yang memadai kepada warga jemaat mengenai bisnis dengan prinsip-prinsip Alkitab? D Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis (1) persepsi warga jemaat GPIB mengenai bisnis yang berdasarkan etika Kristen; (2) implementasi nilai-nilai etika Kristen dalam bisnis oleh warga jemaat yang berprofesi sebagai pengusaha; dan (3) kontribusi Gereja melalui majelis jemaat
  • 17. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. GPIB dalam melengkapi warga jemaat memahami dan melakukan bisnis sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. E Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: 1. Sebagai sumbangan penting dalam memperluas cakrawala pengetahuan di bidang etika Kristen, khususnya etika bisnis sebagai etika terapan dalam pendidikan teologi Kristen. 2. Sebagai masukan berharga bagi warga jemaat, khususnya mereka yang terlibat dalam praktek bisnis mengenai pentingnya mempraktekkan bisnis yang baik sesuai etika Kristen bagi keberhasilan bisnis mereka. 3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Gereja, khususnya majelis jemaat GPIB untuk dapat membina dan melengkapi warga jemaat khususnya mereka yang berprofesi sebagai pengusaha agar dapat mempraktekkan bisnis yang baik dengan berpedoman kepada ajaran Alkitab. F Keaslian Penelitian Penelitian mengenai bisnis dalam hubungannya dengan etika sudah dilakukan oleh beberapa orang dengan konsentrasi studi yang berbeda. Pada bulan Maret 2008, penulis berkesempatan mendalami karya-karya ilmiah di perpustakaan STT Jakarta dan perpustakaan Nasional Jakarta dan mendapatkan tiga karya ilmiah yang masing-masing ditulis oleh Lestari, Dewanto, dan Tompah yang dianggap berbobot dan terkait dengan maksud penelitian ini..
  • 18. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Lestari dalam tesis magisternya Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia membahas etika bisnis dari perspektif hukum dengan pendekatan kualitatif. Etika bisnis menurutnya sangat penting ditegakkan dalam persaingan usaha dan untuk itu dibutuhkan kepastian hukum agar dapat menguntungkan semua pihak13. Lestari melakukan penelitiannya di Jakarta. Dewanto dalam disertasi doktoralnya Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen dalam Perspektif Sosiologis menyimpulkan bahwa keberhasilan bisnis lebih dipengaruhi nilai-nilai budaya kelompok dibanding pengaruh etik Kristen Protestan Calvinis. Akibatnya, keputusan etis dalam bisnis lebih berdasarkan pada etik sekular dan filosofis daripada etik teologi Kristen14. Tompah dalam tesis magisternya Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis menyebutkan bahwa nilai-nilai agama memiliki peran yang penting bagi para pengusaha dalam pengambilan keputusan etis di bidang bisnis. Penelitian yang mengambil lokasi di Jakarta ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan perspektif teologi15. Karya-karya ilmiah itu sangat berbeda dengan penelitian penulis baik secara substansi, metodologi dan lokasi penelitian. Penulis mengakui bahwa minat untuk meneliti masalah bisnis yang baik dipengaruhi oleh Bertens, Keraf, Chandra dan Csikszentmihalyi dalam tulisan-tulisannya maupun kegelisahan penulis pribadi menyaksikan maraknya praktek bisnis curang dan kotor. Selain 13 R. Siti Lestari, Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta: Universitas Indonesia, 1999. 14 Andreas Bintoro Dewanto, Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen dalam Perspektif Sosiologis, Bandung: Universitas Padjadjaran, 1993. 15 Norita Yudiet Tompah, Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis, Jakarta: STT Jakarta, 2003.
  • 19. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. itu, penulis sendiri sebagai seorang pendeta jemaat GPIB memiliki tanggung jawab moral untuk melengkapi warga jemaat yang terlibat dalam dunia bisnis. G Tinjauan Pustaka De George seperti dikutip Keraf, mengatakan bahwa sukses dalam bisnis terkait dengan produk yang baik, manajeman yang mulus dan etika 16. Lebih lanjut, Bertens merumuskan bahwa bisnis yang baik bukan saja berarti bisnis yang membawa untung banyak, melainkan juga dan terutama berkualitas etis. Ulrich dan Thielemann dalam penelitiannya seperti dikutip Pratley mengatakan bahwa etika yang sehat adalah bisnis yang baik untuk jangka panjang.17 Etika sangat diperlukan untuk mencapai sukses dalam bisnis. Kualitas etis dalam bisnis menjadikan bisnis dapat bertahan lama dalam iklim perdagangan global yang kompetitif. Salah satu faktor kontinuitas bisnis menurut Alma18 adalah: soliditas, yaitu kemampuan bisnis memperoleh kepercayaan masyarakat. Kepercayaan mencakup moral pengelola bisnis, tepat dalam berjanji, dan dipercaya dalam bidang keuangan. Sinamo dengan lugas mengatakan bahwa pengusaha juga harus menyadari dirinya sebagai makhluk moral19. Ciri utama manusia moral ialah kemampuannya bertindak berdasarkan prinsip moral, dan bukan oleh emosi atau naluri. Ketangguhan moral seseorang menurutnya ditentukan oleh tiga hal: 16 Keraf, op.cit, hlm 375. Peter Pratley, Etika Bisnis, diterjemahan oleh Gunawan Prasetio, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007, hlm. 63 . 18 Buchari Alma, Pengantar Bisnis, Cetakan ke-11. Bandung: Alfabeta, 2006, hlm. 16. 19 Jansen Sinamo, ”Manusia Moral di Dunia Kerja: Mungkinkah Sukses?, dalam Jonathan Parapak, Pembelajar & Pelayan, di sekitar Teknologi, Manajemen, Birokrasi dan sumber daya manusia, hlm. 196 17
  • 20. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. “1. Ketinggian kesadaran dan pengetahuannya akan prinsipprinsip moral yang mengatur semua fakta moral dalam kehidupan; 2. Kemantapan keyakinannya atas eksistensi prinsip-prinsip moral di atas; dan 3. Kekuatan komitmennya untuk menerapkan prinsip-prinsip moral yang diketahuinya dalam kehidupannya baik pada tingkat personal, organisasional dan sosial.”20 Keraf mengemukakan prinsip-prinsip moral dalam etika bisnis yang terdiri dari: (1) prinsip otonomi; (2) prinsip kejujuran; (3) prinsip keadilan; (4) prinsip saling menguntungkan dan (5) integritas moral21. Dari kesemuanya, prinsip keadilan menjadi dasar dan jiwa dari semua aturan bisnis dan sebaliknya semua praktek bisnis yang bertentangan dengan prinsip ini harus dilarang. Parapak mengatakan bahwa seluruh proses bisnis sarat dengan dimensi etika dan moral yang sangat terkait pula dengan iman Kristen22. Oleh sebab itu, seorang pengusaha Kristen harus siap mengaplikasikan imannya secara utuh dalam kegiatan bisnisnya Diperkirakan bahwa sukses bisnis masa depan akan banyak terkait dengan ketangguhan dan keuletan para pengusaha beriman. Susabda dengan kritis mempertanyakan peran pengusaha Kristen dalam menyikapi kebijakan ekonomi pemerintah yang kolutif dan merugikan rakyat kecil23. Pengusaha Kristen dalam aktivitas bisnisnya harus memiliki prinsipprinsip etis teologis seperti keteraturan (1 Kor. 14:32-34) dan menciptakan budaya ”Yusuf” yang jujur, sederhana dan selalu menjadi berkat (Kej. 50:20-21). 20 Jonathan Parapak, op.cit, hlm. 195. Keraf, op.cit, hlm. 74-81. 22 Jonathan Parapak, “Iman Kristen dan Perannya dalam Usaha Bisnis,” dalam Suleeman, F. dkk., (peny.) Bergumul dalam pengharapan; Buku Penghargaan Untuk Pdt. Dr. Eka Darmaputera, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, hlm. 322. 23 Yakub B. Susabda, ”Iman Kristen dan Etika Bisnis, Sumbangsih Iman Kristen dalam Etika Bisnis: Sebuah Proposal Pendahuluan dan Refleksi Pribadi yang Ditulis Khusus untuk Pdt. Dr. Eka Darmaputera”, dalam Ibid., hlm. 343. 21
  • 21. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Di lain pihak, Gereja, khususnya pendeta jemaat perlu memberi perhatian serius terhadap warga jemaat yang berprofesi sebagai pengusaha agar dapat menjalankan bisnis secara etis sesuai iman Kristen. Penulis setuju dengan pendapat Magnis-Suseno yang optimis jika Injil mendasari aktivitas bisnis pengusaha Kristen, maka dia dapat menjadi pebisnis yang baik dan seorang warga negara yang baik dan bertanggung jawab serta yang dalam batas-batas kemampuannya mau menyumbangkan sesuatu bagi kemajuan bersama24. H Landasan Teori Bisnis adalah aktivitas ekonomi yang menguntungkan dua pihak yang bertransaksi guna memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tentunya bisnis bukanlah karya amal. Bisnis memerlukan motif keuntungan sehingga mendatangkan kepuasan dan meningkatkan kesejahteraan. Karena itu bisnis tidak bisa dikelola dengan mengorbankan pihak lain seperti konsumen, pemerintah, mitra bisnis atau lingkungan alam. Pelaku bisnis yang curang akan dihukum oleh masyarakat sehingga mengalami kerugian dan bangkrut. Sekarang ini bisnis harus dijalankan dengan kesadaran moral dan tanggung jawab sosial. Kesadaran etis dalam bisnis dapat diperoleh melalui norma agama, hukum negara dan norma sosial budaya dari masyarakat setempat. Pelaku bisnis Kristen memiliki Alkitab sebagai pedoman moral dalam berbisnis. Prinsipprinsip Alkitab dalam bisnis Kristen yaitu 24 (1) bisnis sebagai usaha Franz Magnis-Suseno, ”Etika Bisnis dalam Perspektif Katolik”, dalam Jacobus Tarigan, (Ed.), Etika Bisnis: Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Komisi Kerasulan Awam KWI dan Grasindo, 1994, hlm 9.
  • 22. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. mempermuliakan Allah, (2) kekudusan, (3) kejujuran dan keadilan, (4) menghargai martabat manusia, dan (5) bertanggungjawab. Pelaku bisnis Kristen dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam bisnis, maka ia dapat berinteraksi secara positif dengan pelanggan, karyawan, aparat pemerintah, masyarakat lokal dan mitra bisnis. Dengan demikian pelaku bisnis Kristen dapat melayani kehendak Allah, menghargai sesama dan memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini Gereja memiliki tanggung jawab membina warga jemaat dalam soal bisnis agar hidup mereka sejahtera secara ekonomi dan memiliki kepedulian sosial yang baik. I Hipotesa Hipotesa yang dapat diajukan berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penulis berasumsi bahwa warga jemaat GPIB mengetahui dan memahami bahwa bisnis yang baik dapat dipraktekkan berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab. 2. Penulis berasumsi bahwa pebisnis Kristen memahami dengan baik bahwa prinsip-prinsip Alkitab dapat diaplikasikan dalam bisnis. 3. Penulis berasumsi bahwa Gereja, khususnya presbiter GPIB kurang memberi perhatian penuh dalam melengkapi warga jemaatnya mengenai bisnis yang baik berdasarkan etika Kristen.
  • 23. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. J Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah survai dengan metode yang dipakai ialah deskriptif analitis. Metode survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari responden dengan mengunakan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian hasilnya akan dipaparkan secara deskrisptif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini. Penelitian ini mengunakan teknik sampling yang disebut Simple Random Sampling. Teknik sampling ini adalah cara pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.25 Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengunakan instrumen angket dan wawancara. Angket diberikan kepada responden untuk mendapatkan persepsi responden tentang isu utama penelitian ini. Persepsi responden diukur dengan skala Likert dalam bentuk tanda centang (checklist).26 Jawaban atas setiap item instrumen dalam penelitian ini mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif dengan kategori jawaban dengan 5 tingkatan: SS (sangat setuju), ST (setuju), RG (ragu-ragu), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju). Selain angket, penulis melakukan wawancara kepada sejumlah responden guna memperkuat hasil penelitian. Data primer yang diperoleh kemudian diolah 25 26 Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 58. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ke-10, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 86.
  • 24. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. bersama dengan data sekunder yang didapat melalui buku-buku, dokumen gerejawi dan sumber internet. Penelitian ini dilakukan oleh penulis sendiri sebagai alat pengumpul data utama pada bulan Juni s/d Agustus 2008 dengan objek penelitian adalah jemaat GPIB Passareang yang beralamat di BTN Pepabri C 3 No. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar. K Sistematika Penulisan Pembahasan dalam penelitian ini disajikan dalam enam bab yang saling terkait. Pada bab pertama yaitu pendahuluan dikemukakan latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. Pada bab kedua, diuraikan berkembang sekarang ini dan teori-teori etika bisnis yang relevan dan menyusun kerangka berpikir yang konseptual berdasarkan kajian teoritis. Pada bab ketiga, menjelaskan metodologi penelitian yang berisikan jenis penelitian yang dipilih, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, kisi-kisi instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Pada bab keempat, dilakukan pembahasan atas hasil penelitian yang dilakukan terhadap warga jemaat GPIB di kota Makassar. Bab ini memberikan gambaran tentang karakteristik responden, persepsi responden mengenai bisnis
  • 25. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Kristen berdasarkan angket, pengukuran persepsi responden berdasarkan skala Likert, interpretasi data dengan teknik triangulasi serta uji hipotesis27. Pada bab kelima, refleksi teologis atas bisnis yang baik diuraikan dengan mencermati persepsi warga jemaat, pendapat para etikawan dan perspektif etika Kristen yang bersumber pada Alkitab. Pada bab keenam, berisikan kesimpulan dan saran yang diajukan penulis dan sekaligus menjadi bagian akhir dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS 27 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan ke -22, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, hlm. 330-332.
  • 26. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori mengenai etika dan bisnis. Pengertian dasar tentang etika dan bisnis perlu dipahami dengan baik dan bagaimana hubungan di antara keduanya. Pengertian bisnis menurut ajaran Alkitab turut dijelaskan agar diperoleh pemahaman yang memadai. Penelitian tentang bisnis dalam hubungan dengan berbagai disiplin ilmu sudah dilakukan oleh beberapa orang dan menarik untuk menyimak gagasan mereka. Dalam penelitian ini, penulis menyusun suatu kerangka konseptual tentang bisnis yang baik. A Pemikiran Teoritis 1.1 Pengertian etika Istilah etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang dalam bentuk tunggal mempunyai beragam arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya ta etha yang artinya: adat kebiasaan. Arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika yang oleh filsuf Yunani Aristoteles (384-322 s.M.) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi etika dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat tentang baik atau jahatnya tindakan manusia, termasuk tindakan bisnis. Padanan kata yang dekat dengan ”etika” adalah ”moral”. Kata mos (jamak: mores) yang berasal dari bahasa Latin ini berarti: kebiasaan, adat.
  • 27. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Jadi etimologi kata ”etika” menurut K. Bertens sama dengan etimologi kata ”moral” karena keduanya berarti: adat kebiasaan28. A. Sonny Keraf mengartikan etika dan moral sebagai sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana laiknya sebuah kebiasaan. 29 Agama dan kebudayaan diyakini sebagai sumber utama nilai moral dan aturan atau norma moral dan etika yang kemudian diturunkan dan diwariskan sebagai pegangan bagi setiap penganut agama dan kebudayaan tersebut. Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai moral yang dianut dalam semua agama sampai tingkat tertentu dapat diandaikan sama dan berbeda dalam soal penerapan konkrit nilai tersebut30. Etika menurut Keraf dapat dipahami sebagai filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas dan etika dalam pengertian normatif. Etika sebagai filsafat moral dapat diurumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia; dan mengenai (b) masalahmasalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan normanorma moral yang umum diterima 31. Etika dalam pengertian sebagai ilmu yang kritis dan rasional menuntut agar pertimbangan setiap orang dan kelompok harus terbuka, termasuk terbuka 28 K. Bertens, Etika, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, hlm. 4-5. Keraf, op.cit, hlm. 14. 30 Ibid. 31 Ibid., hlm. 15 29
  • 28. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. untuk digugat dan dibantah secara kritis rasional oleh pihak lain untuk pada akhirnya semua pihak bisa sampai pada satu sikap dan penilaian yang bisa diterima semua pihak atau yang dianggap paling benar. Etika sebagai ilmu menuntut manusia untuk berperilaku moral secara kritis dan rasional32. Etika sebagai refleksi kristis terhadap moralitas mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan moral yang berlaku berdasarkan kesadaran kristis dan rasional bahwa tindakan itu memang baik bagi dirinya dan baik bagi orang lain. Dalam bahasa Kant seperti yang dikutip Keraf, etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom dan bukan heteronom. Manusia dengan bantuan etika dapat bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan. Kebebasan dan tanggung jawab adalah unsur pokok dari otonomi moral33. Etika menurut kacamata Bertens dirumuskan dalam 3 pengertian; Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya misalnya: etika agama Budha atau etika Protestan. Kedua, etika dalam pengertian kumpulan asas atau nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika sebagai ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika menjadi ilmu ketika asas-asas dan nilai-nilai tentang yang baik dan buruk menjadi bahan refleksi bagi suatu 32 Ibid. Ibid, 16-17. Sikap otonom adalah sikap moral manusia dalam bertindak berdasarkan kesadaran pribadi bahwa tindakan yang diambilnya itu baik dan dilakukan atas dasar kesadaran pribadi yang bersumber dari nilai dan norma moral yang dianut. Sebaliknya, sikap heteronom adalah sikap manusia dalam bertindak hanya karena sesuai dengan aturan moral yag bersifat eksternal dan dilakukan dengan disertai perasaan takut atau bersalah. 33
  • 29. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. penelitian sistematis dan metodis. Dalam pengertian inilah etika dipahami sebagai filsafat moral34. Pengertian etika sebagai suatu cabang ilmu filsafat diakui oleh Pratley. Tujuan etika menurutnya adalah mempelajari perilaku, baik moral maupun immoral, dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralasan dan akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai. Etika mempunyai tujuan ganda, yaitu menilai praktek-praktek manusia dengan menggunakan standar moral, dan mungkin juga memberikan nasehat yang jelas tentang bagaimana bertindak secara moral pada situasi tertentu. Etika menolong seseorang untuk bersikap kritis rasional terhadap pokok persoalan yang sebenarnya sehingga dapat mengambil keputusan berdasarkan standar-standar normatif yang pantas.35 Brownlee dengan tajam merumuskan fungsi etika tidak sebatas menyelidiki perbuatan-perbuatan seseorang tetapi juga memberi bimbingan etis supaya yang bersangkutan dapat memperbaiki perbuatan-perbuatannya. Karena itu etika harus mempelajari situasi sebenarnya secara cermat dengan bantuan ilmu-ilmu sosial sehingga pertimbangan yang diberikan relevan dan kontekstual36. Tiga pendekatan ilmiah dalam etika yang dikembangkan untuk memahami tingkah laku moral secara menyeluruh adalah etika deskriptif, etika normatif dan metaetika. Etika deskriptif adalah etika yang yang melukiskan tingkah laku moral dalam pengertian luas, yakni menggambarkan adat kebiasaan, anggapananggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan dan 34 Bertens, Etika, hlm. 5-6. Pratley, op.cit, hlm. 11-13. 36 Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor di dalamnya, cet. ke-5, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989, hlm,. 17. 35
  • 30. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. tidak diperbolehkan tanpa memberikan penilaian moral untuk diterima atau ditolak. Etika jenis ini biasanya dikembangkan oleh para ahli ilmu-ilmu sosial seperti antropolog, psikolog, sosiolog dan sejarahwan. 37 Sebaliknya etika normatif, tidak hanya menjelaskan tingkah laku moral, tetapi juga melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia dari sudut pandang benar-salah, baik-buruk, diterima atau ditolak berdasarkan norma-norma atau prinsip-prinsip etis yang tidak dapat ditawartawar. Etika normatif tidak dapat bersifat netral, karena mengandung suatu penilaian preskriptif atau memerintahkan. Dengan demikian etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat digunakan dalam praktek.38 Adapun metaetika merupakan suatu cara lain dalam studi etika yang menunjukkan bahwa yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan pada bidang moralitas. Dapat dikatakan, metaetika memusatkan perhatian pada upaya mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Dengan demikian metaetika dapat ditempatkan sebagai filsafat analitis bahasa moralitas.39 1.2 Pengertian etika Kristen Etika sebagai ilmu pengetahuan yang normatif menurut Verkuyl membahas dan menggumuli masalah tentang apa yang baik. Secara teologis, apa yang baik itu adalah segala yang dikehendaki Allah40. Dengan demikian manusia yang diciptakan Allah dan diselamatkan dalam iman kepada Yesus Kristus harus 37 Bertens, Etika, hlm. 15-16. Ibid., hlm. 17-18 39 Ibid., hlm. 19-20. 40 J. Verkuyl, Etika Kristen, cetakan ke-12, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991, hlm. 17. 38
  • 31. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. memberi perhatian sungguh-sungguh dalam memberlakukan kehendak Allah dalam semua bidang kehidupannya, tidak terkecuali dalam bidang bisnis. Sumber utama bagi pengetahuan etika Kristen adalah Alkitab. Walaupun demikian etika Kristen perlu juga melakukan dialog kritis dengan etika falsafi sehingga diperkaya dan dapat memberi jawaban tepat sesuai perkembangan zaman. Catatan yang sama diutarakan oleh Abineno tentang pentingnya etika Kristen dan etika filosofis untuk dapat hidup berdampingan dan bukannya saling bertentangan.41 Dengan sistematis Brownlee merumuskan delapan pokok penting dalam etika Kristen yaitu (1) sumber utamanya adalah kehendak Allah, (2) berdasarkan iman kepada Yesus Kristus, (3) mengakui kewibawaan Yesus Kristus dalam ajaran dan keteladananNya, (4) bercirikan kasih sebagai motivasi dalam berbuat baik, (5) kesatuan antara perbuatan-perbuatan lahiriah manusia dengan hatinya, (6) Alkitab sebagai satu-satunya tolok ukur bagi teologi dan etika Kristen, (7) terkait dengan persekutuan atau jemaat dan (8) berlaku untuk seluruh kehidupan manusia baik budaya, ekonomi, agama maupun politik42. Kehendak Tuhan menjadi patokan terakhir saat seorang Kristen bermaksud mengambil suatu keputusan etis mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Terdapat tiga teori menurut Brownlee, yang dapat diambil untuk mengerti kehendak Allah itu, yaitu teori etika akibat, kewajiban dan tanggung jawab.43 Teori etika akibat (etika teleologis) menilai suatu tindakan itu benar 41 J.L. Ch. Abineno, Sekitar Etika dan Soal-soal Etis, cet. ke-3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, hlm. 15-16 42 Brownlee, op.cit, hlm 29-30. 43 Ibid. hlm. 30-40.
  • 32. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. apabila mengakibatkan hasil baik yang lebih besar dari hasil buruk. Sedangkan teori kewajiban (etika deontologis) menilai tindakan itu baik jika tidak berlawanan dengan hukum Tuhan. Etika ini menurut Geisler dibangun berdasarkan kehendak dan wahyu Allah serta bersifat mutlak dan mengikat.44 Teori yang terakhir adalah teori tanggung jawab. Teori ini menilai bahwa perbuatan itu baik kalau sesuai dengan pekerjaan Allah. Yang utama ialah bagaimana kita menanggapi pekerjaan Allah dalam tiap situasi dan peristiwa. Etika tanggung jawab lebih memiliki pendekatan etis yang berfaedah karena peka terhadap segala situasi dan peristiwa yang terjadi sehingga tanggapan yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan secara iman Kristen.45 2 Relasi bisnis dan etika 2.1 Bisnis Bisnis menurut Hughes dan Kapoor seperti dikutip Alma ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengertian yang sama dikatakan Chandra dengan merumuskan bisnis sebagai usaha atau proses pertukaran jasa atau produk dalam rangka pencapaian nilai tambah46. Keuntungan atau pencapaian nilai tambah itu menurut Bertens diekspresikan dalam bentuk uang. Pencarian keuntungan dalam bisnis berlangsung timbal balik sebagai komunikasi sosial yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Karena itu bisnis tidak bisa disamakan dengan kegiatan sosial 44 Norman Geisler, Etika Kristen: Pilihan dan Isu, Malang: Departemen Literatur SAAT, 2001, hlm. 24-26. 45 Brownlee, op.cit., hlm. 43. 46 Robby I. Chandra, Etika Dunia Bisnis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995, hlm 42.
  • 33. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. atau karya amal, sebab bisnis justru tidak mempunyai sifat membantu orang dengan sepihak tanpa mengharapkan sesuatu kembali. Dari sudut ekonomis, bisnis yang baik (good business) adalah bisnis yang membawa banyak untung dan pemahaman semacam ini disepakati semua pengusaha47. Secara moral keuntungan adalah hal yang baik dan diterima, karena (1) membuat perusahaan dapat bertahan dalam bisnisnya, (2) memacu produktifitas dan investasi baru, (3) memberikan kesejahteraan bagi para karyawan dan (4) menjadikan perusahaan semakin kreatif mengembangkan bisnisnya yang memungkinkan tersedianya lapangan kerja baru bagi banyak orang. 48 Velasques dengan tepat mengatakan bahwa pengusaha yang berperilaku etis dalam bisnisnya pasti memperoleh keuntungan yang lebih tinggi daripada rekannya yang sama sekali tidak peduli dengan perilaku etis. Etika dalam bisnis tidak memperkecil keuntungan, tetapi justru berkontribusi pada keuntungan49. Keuntungan dalam bisnis menurut Bertens dapat dipahami sebagai (1) tolok ukur dalam menilai kesehatan perusahaan atau efisiensi manajemen dalam perusahaan, (2) pertanda bahwa produk atau jasanya dihargai masyarakat, (3) cambuk untuk meningkatkan usaha, (4) syarat kelangsungan perusahaan dan (5) mengimbangi resiko dalam usaha.50 47 Bertens, Pengantar, hlm. 17-19. Keraf, op.cit, hlm 63. 49 Manuel G. Velasquez, Etika Bisnis, Konsep dan Kasus—Edisi 5, Penerjemah: Ana Purwaningsih, Kurnianto dan Totok Budisantoso, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005, hlm. 39. 50 Bertens, op.cit, hlm. 162. 48
  • 34. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. 2.2 Klasifikasi bisnis Organisasi bisnis yang bergerak dalam bidang komersial menurut Alma terdiri dari 9 macam yaitu: (1) Usaha pertanian seperti usaha perkebunan, sawah, sayuran, dan buah-buahan, (2) Produksi bahan mentah seperti usaha dalam bidang kehutanan, pertambangan, perikanan air tawar ataupun ikan laut yang dibutuhkan bagi industri, (3) Pabrik/manufaktur yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku sampai menjadi hasil jadi, (4) Konstruksi seperti pembangunan rumah, jalan, pabrik dan bangunan lainnya, (5) Usaha perdagangan besar dan kecil yang berfungsi dalam sistem distribusi, (6) Transportasi dan Komunikasi yang berfungsi membantu kelancaran kegiatan bisnis seperti angkutan barang, telepon, radio, televisi dan pos, (7) Usaha finansial, asuransi dan real estate, (8) Usaha jasa seperti reparasi, tukang cukur, salon kecantikan, pengacara, dokter dan sebagainya serta (9) Usaha yang dilakukan oleh pemerintah seperti pembuatan regulasi, pemberian izin usaha, mengembangkan BUMN dan sebagainya. 51 2.3 Tantangan yang dihadapi bisnis Para pelaku bisnis dalam usaha mengembangkan bisnisnya diperhadapkan dengan 3 tantangan yang harus disikapi dengan cermat. Ketiga tantangan yang dimaksud ialah: 2.3.1. Tantangan produktivitas Dunia bisnis harus meningkatkan produktivitasnya, karena mereka akan menghadapi pasar luas yang makin berkembang. Usaha meningkatkan produktivitas ini dapat dilakukan dengan cara (a) memperbaharui mesin-mesin 51 Alma, op.cit, hlm 24.
  • 35. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. dengan mesin modern, (b) kegiatan Penelitian dan Pengembangan, (c) pengunaan robot, (d) pengembangan manajemen personalia dan (e) keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan 2.3.2. Tantangan kualitas Konsumen merasa tidak senang membeli produk yang cepat rusak dan seringkali diperbaiki. Konsumen tidak senang dengan perusahaan jasa yang tidak mau memperkaiki layanan servisnya. Meningkatkan mutu berarti membuat sesuatu menjadi lebih baik dan tingkat efisiensi pun menjadi lebih baik pula. Perbaikan kualitas ini tidak menyangkut produk saja, namun juga mencakup seluruh bagian dan tingkatan dalam perusahaan. 2.3.3. Tantangan pasar global Persaingan global makin lama makin meningkat sehingga mengakibatkan produktivitas dan kualitas produk harus ditingkatkan agar dapat menghadapi persaingan global tersebut. Negara Jepang memperlihatkan keunggulannya sehingga mampu melakukan penetrasi pasar global52. 2.4 Pentingnya etika dalam bisnis Bisnis menurut Bertens tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomis, tetapi juga terkait dengan persoalan moral dan hukum. Bisnis yang baik adalah bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik dalam konteks bisnis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma–norma moral, sedangkan perilaku yang buruk bertentangan dengan atau menyimpang dari norma-norma moral. Selain itu, bisnis yang baik juga terkait langsung dengan hukum sebagai 52 Alma, op.cit, hlm. 31-32
  • 36. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. norma yang harus dipatuhi, karena peraturan hukum itu mengikat semua warga negara dan memuat sanksi bagi yang melanggarnya. Jadi bisnis yang baik adalah bisnis yang patuh pada hukum53. De George seperti dikutip Keraf, mengatakan bahwa sukses dalam bisnis terkait dengan produk yang baik, manajeman yang mulus dan etika 54. Lebih lanjut, Bertens merumuskan bahwa bisnis yang baik bukan saja berarti bisnis yang membawa untung banyak, melainkan juga dan terutama berkualitas etis. Dalam pengertian yang sama, Ulrich dan Thielemann seperti dikutip Pratley mengatakan bahwa etika yang sehat adalah bisnis yang baik untuk jangka panjang.55 Etika sangat diperlukan untuk mencapai sukses dalam bisnis. Kualitas etis dalam bisnis menjadikan bisnis dapat bertahan lama dalam iklim perdagangan global yang kompetitif. Salah satu faktor kontinuitas bisnis menurut Alma56 adalah: soliditas, yaitu kemampuan bisnis memperoleh kepercayaan masyarakat. Kepercayaan mencakup moral pengelola bisnis, tepat dalam berjanji, dan dipercaya dalam bidang keuangan. Sinamo dengan lugas mengatakan bahwa pengusaha juga harus menyadari dirinya sebagai makhluk moral57. Ciri utama manusia moral ialah kemampuannya bertindak berdasarkan prinsip moral, dan bukan oleh emosi atau naluri. Ketangguhan moral seseorang ditentukan oleh tiga hal: 53 Ibid., hlm. 20-22. Keraf, op.cit, hlm 375. 55 Peter Pratley, op.cit, hlm. 63 . 56 Alma, op.cit, hlm. 16. 57 Sinamo, op.cit, hlm. 196 54
  • 37. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. “1. Ketinggian kesadaran dan pengetahuannya akan prinsip-prinsip moral yang mengatur semua fakta moral dalam kehidupan; 2. Kemantapan keyakinannya atas eksistensi prinsip-prinsip moral di atas; dan 3. Kekuatan komitmennya untuk menerapkan prinsip-prinsip moral yang diketahuinya dalam kehidupannya baik pada tingkat personal, organisasional dan sosial58.” Keraf mengemukakan prinsip-prinsip moral dalam etika bisnis yang terdiri dari: (1) prinsip otonomi; (2) prinsip kejujuran; (3) prinsip keadilan; (4) prinsip saling menguntungkan dan (5) integritas moral59. Dari kesemuanya, prinsip keadilan menjadi dasar dan jiwa dari semua aturan bisnis dan sebaliknya semua praktek bisnis yang bertentangan dengan prinsip ini harus dilarang. Parapak mengatakan bahwa seluruh proses bisnis sarat dengan dimensi etika dan moral yang sangat terkait pula dengan iman Kristen60. Oleh sebab itu, seorang pengusaha Kristen harus siap mengaplikasikan imannya secara utuh dalam kegiatan bisnisnya Diperkirakan bahwa sukses bisnis masa depan akan banyak terkait dengan ketangguhan dan keuletan para pengusaha beriman. Susabda dengan kritis mempertanyakan peran pengusaha kristen dalam menyikapi kebijakan ekonomi pemerintah yang kolutif dan merugikan rakyat kecil61. Pengusaha Kristen dalam aktivitas bisnisnya harus memiliki prinsipprinsip etis teologis seperti keteraturan (1 Kor. 14:32-34) dan menciptakan budaya ”Yusuf” yang jujur, sederhana dan selalu menjadi berkat (Kej. 50:20-21). Di lain pihak, Gereja, khususnya pendeta jemaat perlu memberi perhatian serius terhadap warga jemaatnya yang berprofesi sebagai pengusaha agar 58 Parapak, op.cit, hlm. 195. Keraf, op.cit, hlm. 74-81. 60 Parapak, op.cit, hlm. 322. 61 Susabda, op.cit, hlm. 343. 59
  • 38. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. menjalankan bisnisnya secara etis sesuai iman Kristen. Penulis setuju dengan pendapat Magnis-Suseno yang optimis jika Injil mendasari aktivitas bisnis pengusaha kristen, maka dia dapat menjadi pebisnis yang baik dan seorang warga negara yang baik dan bertanggung jawab serta yang dalam batas-batas kemampuannya mau menyumbangkan sesuatu bagi kemajuan bersama62. Dalam perkembangan mutakhir, etika bisnis menurut Alois A. Nugroho terkait juga dengan kesadaran moral terhadap pelestarian lingkungan dalam bentuk hormat pada lingkungan alam, kesadaran untuk menghindari pencemaran lingkungan dan pengurasan sumber daya alam. Para pelaku bisnis harus memiliki kepedulian terhadap generasi mendatang yang akan mewarisi lingkungan hidup dari kita. Generasi yang mendatang memiliki hak yang sama dengan kita menyangkut kebutuhan dasar akan makanan, air, udara dan ruang yang bersih dan sehat sehingga mereka pun dapat menikmati kehidupan yang bermutu. Memperluas lingkup kepedulian sosial merupakan kompetensi etis yang mutlak harus dimiliki pelaku bisnis di tengah ancaman bahaya pemanasan global sekarang ini63. Dalam hal ini pelaku bisnis diharapkan dapat melaksanakan tanggung jawab sosialnya (Corporate Social Responsibility) sehingga kualitas hidup komunitas lokal dan lingkungan terjaga dan terpelihara. Pada masa sekarang sukses dalam bisnis di lihat juga dari bagaimana pelaku bisnis mengelola 62 Tarigan, op.cit, hlm 9. Alois A. Nugroho, Dari Etika Bisnis ke Etika Ekobisnis, Jakarta: Penerbit Grasindo, 2001, hlm 5-12. 63
  • 39. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. tanggung jawab sosial terhadap komunitas di sekitarnya, sehingga menciptakan keuntungan sosial dan keuntungan finansial dalam jangka panjang. 64 3 Persepsi Bisnis Kristen 3.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Lahlry seperti yang dikutip Severin dan Tankard, Jr dapat didefinisikan sebagai proses yang digunakan seseorang untuk menginterpretasikan data-data sensoris yang diterima melalui kelima indra manusia.65 Pengertian yang sama dan lebih lengkap dijelaskan oleh DeVito yang mengartikan persepsi sebagai proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya rangsangan (stimulus) yang mempengaruhi indra kita. Persepsi mempengaruhi pesan apa yang mau diserap dan apa makna yang mau diberikan. 66 Akurasi persepsi menurut DeVito dapat ditingkatkan dengan cara (1) mencari berbagai petunjuk sebanyak mungkin, (2) merumuskan hipotesis dan mengujinya, (3) memperhatikan petunjuk-petunjuk yang kontradiktif, (4) tidak menarik kesimpulan dengan tergesa-gesa, (5) menduga apa yang ada dalam benak orang lain, (6) berpikir sesuai cara pikir orang lain dan (7) berhati-hati atau waspada dengan bias anda sendiri. 67 64 Bambang Rudito & Melia Famiola, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Indonesia, Bandung: Penerbit Rekayasa Sains, 2007, hlm. 209-210. 65 Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi, Sejarah,Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, Edisi Ke-5, dialihbahasakan oleh Sugeng Hariyanto, Jakarta: Prenada Media, 2005, hlm. 83. 66 Joseph A. DeVito, Komunikasi Antarmanusia, dialihbahasakan oleh Agus Maulana, Jakarta: Professional Books, 1997, hlm. 75. 67 Ibid., hlm. 85.
  • 40. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. 3.2 Bisnis menurut iman Kristen Jerry White68 dalam bukunya, Honesty, Morality & Conscience, mengemukakan lima prinsip Alkitab bagi aktivitas bisnis Kristen. Pertama, timbangan yang benar (just weight) seperti yang dicatat dalam Ulangan 25:13-15. Prinsip timbangan yang benar merupakan keharusan dalam transaksi bisnis yang benar. Dengan kata lain kualitas barang yang dibayar sesuai dengan apa yang diiklankan. Pengusaha Kristen harus bertanggungjawab penuh dalam kualitas barang dan layanan perbaikan. Seorang pengusaha Kristen harus bekerja sepenuh hati dalam bisnisnya dengan mengingat Kolose 3:23 yang berkata: ”apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. Kedua, Allah menuntut kejujuran yang sepenuhnya (total honesty). Surat Efesus 4:25 mengajar kita untuk berkata benar. Sekalipun sering berbuat salah, seorang pengusaha Kristen harus memiliki kejujuran yang penuh terhadap para pegawai dan pelanggannya. Penting bagi pengusaha Kristen mengendalikan perkataannya sebagaimana yang dicatat dalam Yakobus 3:2. Selain itu, Roma 12:17 mengingatkan pebisnis Kristen melakukan apa yang baik bagi semua orang dengan kejujuran. Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita sudah jujur sepenuhnya dalam melaporkan penggunaan waktu kita, uang dan prestasi? Prinsip yang ketiga adalah menjadi pelayan (being a servant). Menjadi pelayan harus dibuktikan dengan tingkah laku. Melayani Allah terdengar begitu mulia, tetapi melayani sesama adalah soal lain yang seringkali sukar dipraktekkan. 68 http://www.probe.org/site/c.fdKEIMNsEoG_b.4227383/k.FE33/Business/and/Ethics/files/default. css. Makassar: 10 Juni 2008.
  • 41. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Matius 20:28 berkata bahwa Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani manusia, bahkan menyerahkan hidupnya bagi manusia. Nilai bisnis terkandung dalam pelayanannya. Batasan sukses adalah sejauh mana kebutuhan pelanggan atau konsumen dilayani dengan sebaik-baiknya. Dengan pelayanan yang baik, maka Allah memberikan apa yang menjadi kebutuhan kita dalam berbisnis. Prinsip keempat adalah tanggungjawab pribadi. Seorang pengusaha Kristen harus mengambil tanggungjawab penuh dalam tindakan dan keputusannya, dalam apa yang dikatakan dan diperbuat. Tidak boleh ada sikap melemparkan kesalahan kepada orang lain atau menyalahkan lingkungan sekitar. Roma 12:2 mengingatkan agar orang percaya tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Akhirnya, prinsip kelima adalah keuntungan yang wajar (reasonable profits). Apakah keuntungan yang wajar itu? Keuntungan yang wajar adalah sesuatu yang diperoleh seseorang untuk dirinya. Dalam mencari keuntungan tidak boleh berlebihan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan sebagaimana yang dikatakan dalam Lukas 6:31. Bagi pengusaha, keuntungan yang wajar adalah harga dari jasa dan barang di atas biaya yang sudah dikeluarkan. Bagi pegawai atau pekerja, keuntungan yang wajar adalah penghasilan atas pekerjaan yang sudah dilakukannya. Lukas 3: 14 mengingatkan agar seorang pegawai mencukupkan kebutuhannya dengan gaji yang diperolehnya dan seorang pegawai yang sudah bekerja patut mendapat upahnya (1 Timotius 5:18). Pada akhirnya prinsip Alkitab dalam bisnis ini harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
  • 42. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Alexander Hill dalam bukunya Just Bussiness mengatakan bahwa Alkitab dapat digunakan untuk menjawab masalah-masalah dalam bisnis sehingga dengan prinsip-prinsip Alkitab seorang pengusaha dapat mengambil keputusan etis dengan benar. Dasar etika Kristen dalam bisnis adalah karakter Allah yang tidak berubah dan bukannya peraturan-peraturan secara harafiah. menolak pendekatan egoisme (mempromosikan kesenangan materi atau keberhasilan dalam Etika Kristen pribadi melalui karier), utilitarianisme (memaksimalkan kesenangan dan mengurangi penderitaan) atau pemikiran deontologis (memelihara peraturan-peraturan moral seperti ”Jangan merugikan orang lain”).69 Prinsip-prinsip bisnis Kristen berdasarkan tiga karakter Allah yaitu: kekudusan, keadilan dan kasih. Ketiga prinsip ini merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan ketika mengambil keputusan etis dalam bisnis. Kekudusan yang terlepas dari keadilan dan kasih, hanya menghasilkan legalisme hiperkritikal. Demikian juga, keadilan tanpa kasih dan kekudusan memberikan akibat-akibat yang kejam. Akhirnya, kasih ketika hanya berdiri sendiri akan kehilangan kompas moral yang memadai.70 Prinsip kekudusan Tuhan, kemurnian, mengandung empat elemen utama yaitu giat bagi tanggung jawab dan kerendahan hati. Prinsip kekudusan memanggil kita untuk dengan giat menempatkan Allah sebagai prioritas tertinggi. Allah menuntut kesetiaan mutlak (Hos. 1:2) sehingga perkara-perkara lain ditempatkan di bawahnya. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa kita tidak dapat 69 Alexander Hill, Just Business; Christian Ethics for The Market Place, Cumbria: Paternoster Press, 1998, hlm. 13-14. 70 Ibid., hlm. 15.
  • 43. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. melayani dua tuan pada saat yang sama (Mat. 6:24). Tugas utama kita adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi dan kemudian mengasihi sesama manusia (Mat.22:37-38). Karena itu, bisnis harus dijalankan sebagai usaha menghormati Allah.71 Kemurnian, bahan dasar kedua dari kekudusan, merefleksikan kesempurnaan moral Allah dan keterpisahan dari semua yang secara etis tidak bersih. Dua komponen kemurnian adalah kemurnian etika dan pemisahan moral. Kedua prinsip kembar ini dapat dipraktikkan dalam bisnis dengan tiga cara. Pertama, kemurnian dalam komunikasi yang artinya berbicara terus terang dan tidak ada agenda tersembunyi. Kedua, kemurnian dalam seksualitas yang artinya menjaga diri dari perilaku seksual yang menyimpang, kata-kata cabul dan tindakan pelecehan seksual. Ketiga, kemurnian dalam maksud yang artinya tidak berlaku curang dan memiliki integritas moral dalam situasi apapun. 72 Kekudusan membuat kita bertanggung jawab dengan menghargai kemurnian moral dan menghukum ketidakmurnian. Tanggung jawab adalah konsep teologis dan ekonomis. Perilaku yang salah dalam bisnis jelas tidak menyenangkan Allah yang kudus dan sekaligus menurunkan kepercayaan dari orang lain terhadap yang bersangkutan. Kekudusan tidak hanya menempatkan Allah dalam posisi terhormat, tetapi juga menciptakan hubungan-hubungan baik untuk jangka panjang. Bisnis yang sukses tahu bahwa memperoleh kepercayaan dari atasan, penyalur, pedagang dan pelangan sangatlah penting.73 71 Ibid., hlm. 23-24. Ibid., hlm. 24-26. 73 Ibid., hlm. 26-27. 72
  • 44. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Kerendahan hati adalah akibat alamiah dari usaha meniru kekudusan Allah. Tuhan Yesus memuji mereka yang rendah hati (Mat. 5:3-5). Mereka yang rendah hati dapat mendengarkan bawahannya, membangun tim yang kokoh dan tidak malu mengakui kesalahannya. Mereka yang rendah hati dapat menjangkau orang lain, ragu-ragu dalam melontarkan kritik dan menjadi pendengar-pendengar yang baik terhadap orang lain.74 Prinsip bisnis Kristen yang kedua adalah keadilan. Kata keadilan muncul lebih dari 800 kali dalam Alkitab. Keadilan menyangkut relasi timbal balik menyangkut hak dan kewajiban. Keadilan alkitabiah menolak persepsi egoisme dan kolektivisme. Empat aspek dasar keadilan adalah hak-hak yang prosedural, hak-hak yang substantif, keadilan yang layak diterima dan keadilan kontraktual. Kompensasi harus diberikan jika salah satu aspek keadilan itu dilanggar 75. Prinsip terakhir bisnis Kristen adalah kasih. Kasih adalah inti karakter Allah dan merupakan kait di mana setiap aturan moral digantungkan. Kasih mencakup kekudusan di mana Allah diutamakan dan keadilan di mana kepentingan orang lain diperhatikan. Dalam bisnis, kasih memungkinkan semua pihak dapat bekerja sama untuk memperoleh keberhasilan dalam jangka panjang. Tanpa kasih, maka hubungan bisnis cenderung eksploitatif dan kerjasama menjadi mustahil. Tiga karakter utama kasih adalah empati, belas kasihan dan pengorbanan diri. 76 Eka Darmaputera menyoroti pentingnya etika Kristen dalam bisnis dibangun secara seimbang. Pada satu pihak, etika Kristen dalam bisnis harus dapat 74 Ibid., hlm. 27-28. Ibid., hlm. 35-36. 76 Ibid., hlm. 47-48. 75
  • 45. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. bersikap kritis, analitis dan konseptual dalam menyoroti asumsi-asumsi dasar maupun praktek-praktek dalam dunia bisnis di dalam terang norma-norma iman kristiani. Di lain pihak, ia juga mampu memperhitungkan dan oleh karena itu berusaha memahami mekanisme yang aktual di dalam kegiatan-kegiatan bisnis kontemporer. Singkatnya, etika bisnis Kristen berusaha memahami dari dalam, tanpa kehilangan fungsi kritisnya; dan sekaligus berusaha menilai secara normatif tanpa kehilangan dimensi realismenya.77 Prinsip-prinsip etika bisnis Kristen menurut Eka Darmaputera terdiri atas lima hal. Pertama, Allah sebagai Pencipta segala sesuatu. Dengan prinsip ini bisnis harus diarahkan untuk tujuan mempermuliakan Allah dan mendatangkan kesejahteraan setiap dan seluruh ciptaan. Kedua, semua ciptaan Allah adalah baik. Dengan prinsip ini bisnis tidak harus dinilai kotor sebab bisnis mempunyai potensi melayani tujuan ilahi yang luas dan agung sehingga bisnis dapat berkembang secara optimal. Ketiga, manusia adalah gambar Allah. Dengan prinsip ini dijalankan dengan menghargai martabat manusia sebagai gambar Allah bukannya ’binatang ekonomi’ bisnis dan yang hanya mengejar keuntungan. Keempat, manusia adalah gambar Allah yang selalu berdosa. Dengan prinsip ini etika bisnis Kristen memberi tempat bagi kelemahan manusia sehingga dalam situasi tertentu dapat mengambil tindakan etis yang bertanggungjawab. Kelima, manusia dibenarkan, tetapi tetap berdosa. Dengan prinsip ini pelaku bisnis Kristen 77 Darmaputera, op.cit, hlm. 7.
  • 46. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. berjuang mengalahkan kuasa dosa dan mengubah dunia bisnis sesuai kehendak Allah secara konsisten.78 3.3 Praktek Bisnis dalam Gereja Keterlibatan Gereja dalam kegiatan bisnis lebih banyak bertujuan untuk mendukung misi Gereja dan memberi kesempatan kerja bagi warga gereja dan masyarakat sekitarnya. Bisnis Gereja cenderung untuk pelayanan sosial dan pastoral. Sebagai contoh, jemaat-jemaat GPIB memiliki usaha perkebunan, peternakan, koperasi, sekolah, rumah sakit, gedung serba guna dan penerbitan yang dikelola sesuai dengan kemampuan sumber daya gereja. Gereja Katolik dan Protestan menurut Rahadi memiliki beragam bisnis mulai dari rumah sakit, sekolah, perbengkelan, perkebunan, pertanian, wisma atau penginapan, rumah retret, rumah doa, asrama, panti asuhan, panti jompo, gedung kesenian, lembaga rehabilitasi narkoba, paket wisata rohani, lembaga penyiaran atau radio, toko dan penerbitan. Biasanya jika bisnis Geraja tidak dikelola secara profesional, maka pada akhirnya menjadi beban bagi Gereja sendiri. Secara khusus, Gereja Katolik memiliki pedoman tentang bisnis. Ajaran Sosial Gereja (ASG) Katolik menekankan pentingnya penghargaan terhadap martabat manusia dengan asas solidaritas, subsidiaritas, adanya milik pribadi, serta mengakui persaingan bebas. Keuntungan dalam bisnis harus diperoleh semua pihak mulai dari konsumen, karyawan, masyarakat sekitar, masyarkat luas melalui pajak dan cukai, dan tentunya pelaku bisnis sendiri. Apabila asas ini 78 Ibid., hlm. 10-18.
  • 47. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. dilanggar, yang menderita kerugian adalah semua pihak termasuk anak cucu kita yang menghadapi rusaknya alam serta lingkungan hidup. 79 4 Persepsi bisnis menurut agama Islam dan agama Budha Dalam konteks Indonesia yang majemuk, penulis berusaha memaparkan bagaimana pandangan agama Islam dan budaya Thionghoa tentang bisnis dalam kaitannya dengan etika. Penulis memilih kedua agama ini dengan pertimbangan bahwa agama Islam dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia dan agama Budha dianut etnis Thionghoa yang mayoritas adalah pebisnis. 4.1. Agama Islam Secara historis, agama Islam dapat dikatakan bersikap positif terhadap kegiatan bisnis sebab Islam disebarluaskan melalui jalur perdagangan dengan perintis utama Nabi Muhammad. Al Qur’an sendiri tidak melarang seseorang mencari kekayaan dengan cara halal. Yang dilarang adalah keserakahan dan pamer kekayaan (riya’). Rujukan yang penting tentang perdagangan adalah surat al-Baqarah ayat 275 yang menyatakan: ”Allah telah menghalalkan perdagangan dan melarang riba.”80 Dalam Al-Qur’an bisnis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas atau amal perbuatan manusia secara keseluruhan dan tidak terbatasi oleh kesempatan sesaat. Kesemua amal dijanjikan dengan suatu keuntungan yang optimal. Tujuan dalam bisnis bernilai ganda yaitu keselamatan dunia dan akhirat. 79 Rahardi, F., Menguak Rahasia Bisnis Gereja, Jakarta: Visimedia, 2007, hlm. 23-140. 80 Bertens, Etika Bisnis, hlm. 50-51.
  • 48. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Bisnis yang hakiki adalah bisnis yang dapat menyelamatkan manusia dari azab yang pedih. Etika bisnis islami merupakan usaha untuk mencari keridhaan Allah. Jadi dalam Islam, etika dan bisnis adalah satu kesatuan dengan prinsip utama yaitu kejujuran dan keadilan81. Perilaku etis bagi kaum Muslim adalah melakukan apa yang dihalalkan, seperti bertani, berdagang atau menjadi pegawai dan menghindari hal-hal yang diharamkan, seperti berdagang alkohol, berdagang obatobatan terlarang, prostitusi atau menyebarluaskan barang-barang pornografi.82 4.2. Agama Budha Sang Buddha menurut Y.M. Bhikkhu Suguno dalam artikel online Pandangan Agama Buddha Tentang Ekonomi, menasihatkan bahwa kekayaan atau materi bukanlah satu-satunya tujuan dalam hidup. Umat Budha ketika mengumpulkan materi diharapkan memperhatikan norma-norma etika dan normanorma keagamaan, sesuai dengan Dhamma. Lebih lanjut, sutta tersebut menerangkan bahwa dalam mengumpulkan kekayaan, sebaiknya seseorang mengumpulkannya dengan usaha dan semangat yang tinggi (utthanaviriyadhigatehi), dengan keringat sendiri (sedavakkhitehi), dan dengan jalan Dhamma (dhammikehidhammaladdhehi). Dalam usaha mengumpulkan kekayaan, hendaknya seseorang harus melakukan segala kegiatannya dengan jalan yang benar. Misalnya, kepada para pedagang, Sang Buddha telah menasihati untuk menghindari penipuan dengan jalan menipu alat pengukur timbangan (tulakuta), dan 81 Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Quran tentang Etika dan Bisnis, Jakarta: Penerbit Salemba Diniyah, 2002, hlm. 87-89. 82 Ibid., hlm. 133-138
  • 49. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. menipu dalam dengan memalsu uang dan sebagainya. Selanjutnya, Angguttara Nikaya menjelaskan seseorang seharusnya menghindari diri dari lima macam perdagangan yang bisa membahayakan bagi dirinya sendiri dan juga sattha perbudakan), mahkluk vanijja lain, seperti (perdagangan satta vanijja persenjataan), (perdagangan mamsa vanijja (perdagangan mahluk hidup), majja vanijja (perdagangan minum-minuman keras), dan visa vanijja (perdagangan racun, termasuk ganja, morfin, dan sebagainya). tentang Ambalatthika pekerjaan Buddha. Jika terbaik suatu Rahulovada yang pekerjaan dilakukan yang Sutta oleh dilakukan menegaskan para pengikut adalah kriteria Sang menimbulkan manfaat untuk dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain serta bermanfaat pekerjaan untuk yang kedua-duanya terpuji. Beberapa maka pekerjaan jenis pekerjaan tersebut seperti adalah kerajinan, pertanian dan sebagainya merupakan pekerjaan yang terpuji. Agama Buddha memberikan anjuran kepada umat untuk mengembangkan kesejahteraannya, baik kesejahteraan materi maupun kesejahteraan batin. Manusia bukanlah penguasa alam yang berkuasa mengatur alam ini sesuai keinginannya. Kedudukan manusia di alam semesta ini tidaklah tertinggi (supreme), tetapi bagian dari alam; sehingga dia harus berusaha menyesuaikan diri dengan alam dan berusaha menggunakan sumber-sumber kekayaan alam dengan sebaik-baiknya.83 83 http://www.buddhistonline.com/dhammadesana/desana7b.shtml. Makassar: 27 Agustus 2008.
  • 50. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. 5 Jemaat GPIB Passasreang Jemaat GPIB Passareang yang beralamat di BTN Pepabri C 3 no. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar, ditahbiskan dan dilembagakan sebagai suatu jemaat yang mandiri secara keuangan dan organisatoris pada tanggal 6 April 1997 dalam ibadah Minggu yang dilayani langsung oleh Pdt. DR. O.E.Ch Wuwungan selaku Ketua Majelis Sinode GPIB. Sejak dilembagakan, jemaat ini mengalami pertumbuhan secara kuantitas dan data terakhir bulan Agustus 2008 menunjukkan jumlah warga jemaat ini adalah 246 Kepala Keluarga dengan 971 jiwa, yang tersebar dalam lima sektor pelayanan. Sejak tahun 1997 sampai 2008, jemaat ini sudah dilayani oleh lima orang pendeta selaku Ketua Majelis Jemaat (KMJ) sesuai penugasan Majelis Sinode GPIB yaitu Pdt. Ebser Lalenoh, STh, Pdt. Ny. Ellen Tamunu, SPAK, Pdt. Adma Tarigan, STh, Pdt. Ny. M.A. Manopo, STh dan Pdt. Ny. M.B. Risamena, STh. Dalam tanggungjawab organisasi dan pelayanan, pendeta selaku KMJ dibantu oleh Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ) dalam mengatur pelayanan, mengelola administrasi kantor dan sumber daya gereja. Sidang Majelis Jemaat (SMJ) yang dilaksanakan secara berkala 1 kali dalam 3 bulan, merupakan wadah strategis yang efektif dalam mengevaluasi kinerja pelayanan, memecahkan persoalan-persoalan jemaat dan merancang bersama kegiatan-kegiatan pelayanan untuk 3 bulan ke depan. Jemaat ini memiliki 43 anggota majelis jemaat dengan rincian 22 orang sebagai penatua dan 21 orang sebagai diaken serta 50 orang yang melayani wadah kategorial anak, teruna, pemuda, wanita dan kaum bapak.
  • 51. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Jemaat ini memiliki harta milik gereja berupa sebuah gedung gereja, kantor, ruang serba guna dan pastori. Dalam program tahun 2008-2009, jemaat ini merencanakan pengadaan kendaraan roda empat untuk kelancaran mobilitas pelayanan. Dalam penyelenggaraan tertib administrasi dan kenyamanan beribadah, jemaat Passreang memiliki 2 orang tenaga kantor, 1 orang tenaga keamanan dan 1 orang koster yang digaji secara periodik sesuai ketentuan sinodal dan kebijakan setempat. Pelayanan ibadah Minggu dilaksanakan 2 kali pada jam 09.00 wita dan 17.00 wita. Sementara ibadah Minggu untuk anak-anak dilaksanakan di gedung gereja, ruang serba guna dan pos-pos pelayanan. Pembinaan reguler dilaksanakan secara bergilir setiap minggu bagi para pelayan yang bertugas memberitakan Firman Allah dalam ibadah keluarga, anak, teruna, pemuda, wanita dan kaum bapak. Kegiatan pembinaan reguler ini dilangsungkan malam hari setiap hari Senin dan Selasa jam 19.00 wita di ruang konsistori dan ruang serba guna. Jemaat Passareang memiliki tiga komisi yaitu (1) komisi diakonia yang bertugas membantu secara finansial dan natura bagi warga jemaat yang berkekurangan secara ekonomi; (2) komisi kesehatan dengan tugas memeriksa warga jemaat yang sakit dan mengobatinya. Kegiatan pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap hari Jumat yang dilayani oleh tenaga dokter yang profesional; dan (3) komisi musik gereja yang membina kegiatan nyanyian gereja dan melatih pemandu lagu (kantoria).84 84 M. A. Manopo, Memorandum serah terima Pendeta/Ketua Majelis Jemaat GPIB Passareang Makassar, Makassar: 9 Agustus 2008.
  • 52. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. B Keaslian Penelitian Penelitian mengenai bisnis dalam hubungannya dengan etika dan disiplin ilmu lainnya sudah dilakukan oleh beberapa orang. Pada bulan Maret 2008, penulis berkesempatan mendalami karya-karya ilmiah di perpustakaan STT Jakarta dan perpustakaan Nasional Jakarta yang ditulis oleh Lestari, Dewanto, dan Tompah yang dianggap berbobot dan terkait dengan maksud penelitian ini. R. Siti Lestari dalam tesis magisternya Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia membahas etika bisnis dari perspektif hukum dengan pendekatan kualitatif. Tesis ini bertujuan untuk mengkaji relevansi etika bisnis dengan persaingan usaha di Indonesia, dan apa aspek hukum dari adanya persaingan tidak sehat terhadap konsumen dan pengusaha kecil Iainnya. Etika bisnis menurut Lestari sangat penting ditegakkan dalam persaingan usaha sebab terdapat hubungan yang erat antara etika bisnis dan persaingan usaha. Aspek hukum dan aspek etika bisnis sangat menentukan terwujudnya persaingan yang sehat. Indikator dari persaingan sehat adalah tersedianya banyak produsen, harga pasar yang ditentukan berdasarkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran, dan peluang yang sama dari setiap usaha, dalam bidang industri dan perdagangan. Adanya persaingan usaha yang sehat, akan menguntungkan semua pihak termasuk konsumen dan pengusaha kecil, dan produsen sendiri, karena akan menghindari terjadinya konsentrasi kekuatan pada satu atau beberapa usaha tertentu. Tanpa kepastian hukum, maka mekanisme pasar akan terancam. Adanya hukum yang pasti akan memelihara ketertiban pasar dan menjamin transparansi
  • 53. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. pasar. PeneIitian yang dilakukan di Jakarta ini bersifat yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif85. Dewanto dalam disertasi doktoralnya Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok keberhasilan Kristen bisnis dalam Perspektif kelompok-kelompok Sosiologis Kristen menyimpulkan bahwa yang obyek menjadi penelitiannya lebih dipengaruhi nilai-nilai budaya kelompok dibanding pengaruh etik Kristen Protestan Calvinis. Akibatnya, keputusan etis dalam bisnis lebih berdasarkan pada etik sekular dan filosofis daripada etik teologi Kristen. Dewanto mensinyalir bahwa etik Kristen Protestan Calvinis sama sekali tidak diketahui karena tidak diajarkan kepada mereka sehingga dalam praktek bisnis yang digunakan adalah etik sekular dan filosofis86. Norita Yudiet Tompah dalam tesis magisternya Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis menyebutkan bahwa nilai-nilai agama memiliki peran yang penting bagi para pengusaha dalam pengambilan keputusan etis di bidang bisnis. Pengusaha yang ditelitinya berasal dari kalangan Islam dan Kristen yang berlokasi di Jakarta. Metodologi penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif dengan perspektif teologi87. Penelitian terbaru dari Andreas Bintoro dalam tulisannya Dapatkah Kekristenan Diterapkan dalam Bisnis ? menyimpulkan bahwa (1) masyarakat yang majemuk mempersulit pengambilan keputusan etis dalam bisnis, karena 85 R. Siti Lestari, Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia, Tesis, Jakarta: Universitas Indonesia, 1999. 86 Andreas Bintoro Dewanto, Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen dalam Perspektif Sosiologis, Disertasi, Bandung: Universitas Padjadjaran, 1993. 87 Norita Yudiet Tompah, Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis, Tesis, Jakarta: STT Jakarta, 2003.
  • 54. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. masing-masing kelompok masyarakat mempunyai persepsi yang berbeda-beda tentang norma-norma etis yang ada dan masalah etis yang dihadapi; (2) Kelompok suku dan etnis yang berbeda-beda dalam komunitas Kristen seringkali berpegang pada nilai-nilai budaya yang berbeda-beda pula dan menyebabkan persepsi yang berbeda-beda pula tentang norma etis yang ada serta masalah etis yang dihadapi; (3) Etik Kristen Protestan Calvinis sebagai norma dan etos belum cukup diajarkan dan dipahami untuk mampu mengubahkan nilai budaya para pemeluk Kekristenan Protestan Calvinis ke arah yang lebih mendekati tuntutannya yang radikal dan transformatif. Ia mensinyalir jika tradisi Reformasi yang terus menerus memperbaharui dirinya dan profetis tidak diberi tempat dalam Kekristenan di Indonesia, maka kemungkinan besar Kekristenan akan menjadi semacam gejala marginal dalam masyarakat Indonesia88. Seorang psikolog Mihaly Csikszentmihalyi dalam penelitiannya terhadap sejumlah pebisnis profesional mancanegara mengemukakan bahwa kesuksesan dalam bisnis dapat membawa kebahagiaan hidup secara menyeluruh. Bisnis yang baik menurutnya tidak sekadar meningkatkan keuntungan, melainkan turut memberikan kontribusi signifikan pada kebahagiaan manusia. 89 Bisnis yang tidak baik seperti penipuan, suap, kolusi dan menjual barangbarang berbahaya bagi kesehatan manusia seperti alkohol dan tembakau pada akhirnya hanya meningkatkan stress dan menghilangkan kebahagiaan90. Bisnis 88 Andreas Bintoro, ”Dapatkah kekristenan Diterapkan dalam Bisnis?”, dalam Robert P Borrong dan Norita Y. Tompah, (Eds.), Etika Bisnis Kristen, Jakarta: Unit Publikasi dan Informasi & Pusat Studi Etika STT Jakarta, 2006, hlm. 89-96. 89 Mihaly Csikszentmihalyi, Good Business: Bisnis Sebagai Jalan Kebahagiaan, Diterjemahkan oleh Helmi Mustofa, Bandung: Penerbit Mizan, 2007, hlm.42. 90 Ibid., hlm. 43-44.
  • 55. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. yang baik dipahami sebagai bisnis yang berorientasi tidak semata-mata meraup untung, tetapi juga menjadikan usahanya sebagai mesin peningkatan kualitas hidup. Tindakan para eksekutif sukses itu didasarkan pada prinsip-prinsip agama Kristen atau nilai-nilai humanisme sekuler.91 Max Weber dalam bukunya Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme menyimpulkan bahwa agama yang bersemangat modernlah yang akan memberikan dorongan atau spirit terhadap pertumbuhan ekonomi (kapitalisme). Kapitalisme menurutnya bukanlah sikap rakus yang tidak terbatas dalam mengejar keuntungan. Kapitalisme identik dengan pencarian keuntungan (profit), dan keuntungan itu dapat diperbaharui terus menerus. Semangat kapitalisme klasik bercirikan sikap moral jujur, ketepatan dalam waktu, sikap rajin dan hemat yang semuanya dilatarbelakangi etos kerja Protestan. Akibatnya, pencarian uang dalam tatanan ekonomi modern sejauh hal itu dilakukan dengan cara-cara legal, merupakan hasil dan ekspresi dari kebajikan dan kecakapan dalam melaksanakan panggilan tugas.92 Doktrin predestinasi dari Calvin diartikan sebagai kesempatan bagi orang beriman untuk membuktikan keselamatannya dengan cara meraih sukses dalam bisnis. Mereka yang menjalani hidup yang baik dengan kerja keras pasti akan masuk ke Surga. Sebaliknya, mereka yang malas tidak akan masuk surga setelah kematiannya. Doktrin ini memotivasi kaum Calvinis untuk bekerja dengan energi yang berlipat ganda, terdorong oleh janji 91 kebahagiaan abadi. Kerja seperti Ibid., hlm. 56-57. Max Weber, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, Diterjemahkan oleh Yusup Priyasudiarja, Yogyakarta: Jejak, 2007, hlm. 58. 92
  • 56. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. aktivitas bisnis dipahami bukan lagi sebagai sesuatu yang hina, melainkan sebuah panggilan ilahi (beruf, calling) untuk memuliakan Tuhan. 93 Penelitian yang penulis lakukan ini sama sekali berbeda dengan karyakarya ilmiah sebagaimana yang dipaparkan di atas Penelitian ini sama sekali baru baik dari segi substansi, metodologi, waktu, tempat dan objek penelitian. Sepengetahuan penulis belum ada karya ilmiah yang meneliti persepsi warga jemaat GPIB tentang bisnis dari sudut pandang iman Kristen. C Kerangka Konseptual Persepsi Bisnis warga jemaat Pandangan Alkitab tentang bisnis 1. Mempermuliakan Allah 2. Kekudusan 3. Jujur dan adil 4. Menghargai martabat manusia 5. Bertanggungjawab Pandangan sekular tentang bisnis 1. Menguntungkan 2. Bermoral 3. Tidak melanggar hukum 4. Peduli terhadap Lingkungan 5. Mendatangkan kebahagiaan Bisnis yang baik 1. Melayani kehendak Allah 2. Menghargai sesama 3. Memiliki tanggungjawab sosial 93 Ibid., hlm.163.
  • 57. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. D Landasan Teori Bisnis adalah aktivitas ekonomi yang menguntungkan dua pihak yang bertransaksi guna memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tentunya bisnis bukanlah karya amal. Bisnis memerlukan motif keuntungan sehingga mendatangkan kepuasan dan meningkatkan kesejahteraan. Karena itu bisnis tidak bisa dikelola dengan mengorbankan pihak lain seperti konsumen, pemerintah, mitra bisnis atau lingkungan alam. Pelaku bisnis yang curang akan dihukum oleh masyarakat sehingga mengalami kerugian dan bangkrut. Sekarang ini bisnis harus dijalankan dengan kesadaran moral dan tanggung jawab sosial. Kesadaran etis dalam bisnis dapat diperoleh melalui norma agama, hukum negara dan norma sosial budaya dari masyarakat setempat. Pelaku bisnis Kristen memiliki Alkitab sebagai pedoman moral dalam berbisnis. Prinsipprinsip Alkitab dalam bisnis Kristen yaitu mempermuliakan Allah, (2) kekudusan, (3) (1) bisnis sebagai usaha kejujuran dan keadilan, (4) menghargai martabat manusia, dan (5) bertanggungjawab. Pelaku bisnis Krtisten dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam bisnisnya, maka ia dapat berinteraksi secara positif dengan pelanggan, karyawan, aparat pemerintah, masyarakat lokal dan mitra bisnisnya. Dengan demikian pelaku bisnis Kristen dapat melayani kehendak Allah, menghargai sesama dan memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini Gereja memiliki tanggung jawab membina warga jemaatnya dalam soal bisnis agar hidup mereka sejahtera secara ekonomi dan memiliki kepedulian sosial yang baik.
  • 58. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. BAB III METODE PENELITIAN Setelah kerangka konseptual dan landasan teoritis dikemukakan pada bab terdahulu, maka pada bagian ini metode yang digunakan dalam penelitian ini dipaparkan. Di sini, instrumen penelitian yang dipilih adalah angket dan wawancara guna mendapatkan data akurat dari responden yang menjadi objek penelitian ini. Persepsi responden diukur dengan skala Likert dengan tingkatan yang terstruktur. A Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survai dengan metode yang dipakai ialah deskriptif analitis. Metode survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dari responden dengan mengunakan kuesioner.94 Dengan instrumen penelitian berupa kuisioner seperti yang ada dalam Lampiran I, penulis bermaksud mendapatkan persepsi warga jemaat GPIB Passareang tentang bisnis dari sudut pandang iman Kristen95. Data yang diperoleh hasilnya dipaparkan secara deskrisptif dan pada akhir penelitian dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini. 94 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, (Peny.) Metode Penelitian Survai, Jakarta: Penerbit LP3ES, 1985, hlm. 8. 95 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 23.
  • 59. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. B Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jemaat GPIB Pasareang yang beralamat di BTN Pepabri C 3 No. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2008. C Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini mengunakan teknik sampling yang disebut teknik random sederhana (simple random sampling). Teknik sampling ini adalah cara pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.96 Besaran smpel yang diambil dalam penelitian ini adalah 100 responden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengunakan instrumen angket. Angket diberikan kepada warga jemaat GPIB Passareang sebagai responden untuk mendapatkan persepsi mengenai bisnis Kristen. Warga jemaat yang dilibatkan sebagai responden memiliki latar belakang yang beragam baik secara status sosial, ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi dalam pelayanan Gereja. Angket disebarkan melalui kordinator sektor pelayanan yang merupakan penanggungjawab utama pelayanan di sektor pelayanan. Lima (5) sektor pelayanan dalam jemaat GPIB Passareang mendapatkan masing-masing 15 eksemplar angket yang ditujukan kepada warga jemaat yang sudah berkeluarga. Sebagian angket yang tersisa (25 eksemplar) diberikan kepada beberapa pelayan 96 Riduwan, op.cit, hlm. 58.
  • 60. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. PA (Persekutuan Anak), PT (Persekutuan Teruna) dan GP (Gerakan Pemuda) yang umumnya dari kalangan pemuda. Selain angket, data primer diperoleh juga melalui wawancara. Penulis melakukan wawancara kepada sejumlah responden guna memperkuat hasil penelitian. Dalam wawancara, penulis mengajukan pertanyaan mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara seperti yang ada dalam Lampiran II. Wawancara dilakukan secara bertahap terhadap tiga orang pendeta jemaat GPIB, dua orang anggota majelis jemaat GPIB dan tiga orang pengusaha Kristen. Wawancara berlangsung secara tatap muka di pastori, rumah dinas, kediaman pribadi atau di kantor sesuai waktu yang disepakati. Waktu wawancara berlangsung antara 60-90 menit. Hasil wawancara direkam dengan alat perekam (tape recorder). Data primer ini kemudian diolah bersama dengan data sekunder yang didapat melalui buku-buku, dokumen gerejawi dan sumber internet. D Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara. Hasil perhitungan analisis deskriptif tersebut kemudian dideskripsikan dalam distribusi frekuensi skor masing-masing variabel penelitian. Setelah itu interpretasi dilakukan agar makna yang terkandung di dalam data (baik yang melalui angket maupun wawancara) menjadi jelas untuk dicermati. Pengukuran terhadap persepsi warga jemaat GPIB Passreang mengenai bisnis Kristen dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert
  • 61. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Instrumen penelitian dengan menggunakan skala Likert ini dibuat dalam bentuk tanda centang (checklist).97 Jawaban atas setiap item instrumen dalam penelitian ini mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif dengan kategori jawaban dengan 5 tingkatan: SS (sangat setuju), ST (setuju), RG (ragu-ragu), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju). Kategori jawaban itu diberi skor dari 1 sampai 5 dengan rincian sebagai berikut: SS diberi skor 5, ST diberi skor 4, RG diberi skor 3, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1. Jika sampel yang digunakan adalah 100 responden, maka jumlah skor ideal: 5 x 100 = 500 (SS) dan jumlah skor rendah: 1 x 100 = 100 (STS)98. Kisi-kisi instrumen penelitian untuk mengukur persepsi bisnis Kristen ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1. KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN VARIABEL DIMENSI A. Bisnis ITEM 3 4 2 Persepsi NOMOR INDIKATOR 1 INDIKATOR- 1. Bisnis mendatangkan 1 keuntungan 2. Pendapatan dan ekonomi 2 yang lebih baik 3. Bisnis yang baik 7 membawa sukses dan 97 98 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ke-10, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 86-87. Ibid., hlm. 88-89.
  • 62. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. bertahan lama 4. Bisnis curang: menipu dan 8 melanggar hukum 5. Keuntungan wajar dalam 10 bisnis itu etis/baik 6. Keuntungan didapat 14 dengan segala cara apapun 7. Menjaga kepercayaan 17 konsumen dalam harga, mutu dan layanan 8. Tanggungjawab sosial 18 pengusaha terhadap masyarakat 9. Bisnis tidak membutuhkan 19 ajaran agama 10. Ajaran agama tidak dapat 20 dipraktekkan dalam bisnis 11. Bisnis bisa rugi kalau 21 ajaran agama dipraktekkan 12. Pengusaha berbuat 22 curang karena oknum pemerintah 13. Pengusaha melakukan 23 penipuan agar untung 14. Konsumen dirugikan 24 karena kecurangan pengusaha 15. Pengusaha dapat 25 menjelekkan rekan bisnis 16. Pengusaha wajib membayar pajak 28
  • 63. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. 17. Pengusaha curang 29 ditindak secara hukum B. Alkitab 18. Pedoman moral/etika 3 19. Nilai etika Kristen: 5 kekudusan, keadilan dan kasih 20. Alkitab mencegah 16 pengusaha berbuat curang C. Iman 21. Menjadi pengusaha 6 adalah pekerjaan yang baik 22. Pengusaha perlu 4 memiliki etika bisnis 23. Pengusaha dapat 9 mempermuliakan Allah 24. Keuntungan bisnis adalah 11 berkat dari Tuhan 25. Dalam bisnis perlu 12 pertolongan Tuhan (doa) 26. Pengusaha Kristen tidak 27 terpengaruh untuk berbuat curang 27. Sama sekali tidak ada 13 campur tangan Tuhan dalam bisnis 28. Bersyukur dan memberi 15 persembahan 29. Lingkungan bisnis 26 curang menghambat bisnis dengan prinsip Alkitab 30. Bisnis Kristen 30
  • 64. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup D. Pembinaan 31. Perlu dilakukan 31 pembinaan tentang bisnis dengan prinsip-prinsip Alkitab 32. Majelis Jemaat perlu juga 32 dibina soal bisnis Kristen 33. Warga dilarang berbisnis 34 karena kotor dan berdosa 34. Menasihatkan warga 36 jemaat yang berbisnis curang 35. Mendoakan pengusaha 37 menjadi saksi Kristus E. Program kerja 36. Unit bisnis Gereja perlu 33 didirikan 37. Memberikan pelatihan 35 dan modal kerja 38. Melibatkan pengusaha 38 dalam pelatihan jemaat 39. Partisipasi pengusaha 39 dalam kegiatan pelayanan 40. Kelompok pendukung bagi pengusaha didirikan 40
  • 65. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. BAB IV PEMBAHASAN Bagian ini menguraikan hasil angket dan wawancara yang sudah dilakukan penulis. Data yang diperoleh melalui angket berupa karakteristik responden dan persepsi mereka mengenai bisnis Kristen. Data yang diperoleh lewat wawancara turut menguatkan hasil angket yang diterima. Selanjutnya, penulis melakukan interpretasi data agar persepsi responden dapat dimengerti dengan jelas. Dengan data yang melimpah, maka dapat segera dilakukan pengujian atas hipotesa yang diajukan. 1 Hasil Penelitian 1.1 Karakteristik Responden Kuisioner yang disebar kepada 100 responden dikembalikan lengkap. Selain kuisioner, wawancara dilakukan guna melengkapi data yang diperoleh dari penelitian di Jemaat. Mereka yang diwawancara adalah anggota majelis jemaat (2 orang), anggota jemaat GPIB yang berprofesi sebagai pengusaha (3 orang) dan para pendeta GPIB (3 orang). Deskripsi di bawah ini memaparkan hasil penelitian yang sudah dilakukan selama 3 bulan dari Juni s/d Agustus 2008. Mayoritas responden adalah kalangan pria (60%) dan sisanya wanita (40%). Kebanyakan dari mereka sudah menikah (68%) dan bekerja sebagai pegawai negeri maupun swasta (58%). Sekalipun mereka sudah memiliki pekerjaan utama sebagai pegawai, tetapi beberapa dari mereka memiliki usaha bisnis sebagai pekerjaan sampingan (36%).
  • 66. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Sebagian kecil responden (12%) benar-benar menjadikan bisnis sebagai pekerjaan utama, seperti bisnis jual beli sembako, perbengkelan, transportasi dan jasa. Umumnya tingkat pendidikan responden adalah SMTA (54%), kemudian diikuti lulusan Perguruan Tinggi (36%), dan sebagian kecil SMP (10%). Responden yang berusia produktif lebih banyak jumlahnya (64%), dibandingkan mereka yang berusia 50 tahun ke atas (36 %). Sebagian besar responden berstatus sebagai anggota biasa dalam persekutuan jemaat dan lainnya adalah anggota majelis jemaat. Uraian lengkap karakteristik responden dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. KAREKTERISTIK RESPONDEN KATEGORI DAN BESARANNYA Umur Jenis kelamin Perkawinan Pekerjaan Bisnis Pendidikan Status dalam Jemaat 16-25 thn (5%) Laki-laki (60%) Kawin (68%) Pedagang (12%) 26-35 thn (19%) Perempuan (40%) Belum (25%) PNS/TNI/POLRI (28 %) Jual beli sembako (8%) Tidak tamat – SD Anggota biasa (70%) Perbengkelan (1%) SMP (10%) Majelis Jemaat (30%) 36-50 thn (40%) 50 thn ke atas (36%) Duda (3 %) Pegawai swasta (30%) Transportasi (3%) Janda (4 %) Pelajar/Mahasiswa (10%) dan lainnya (20%) Jasa dan lainnya (28%) SMTA (54%) PT (30%)