SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 10
Identitas Jurnal
Judul Jurnal

: Ambiguitas Slogan Iklan Televisi

Penulis

: Rini Astuti (Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo)
Sumber

:

Jumlah Halaman

: 9 halaman

Intisari Jurnal
Jurnal ini berisi tentang ambiguitas slogan pada iklan-iklan di
televisi. Menurut penulis (Astuti), ambiguitas dalam iklan dapat terjadi dan
banyak ditemukan dalam iklan televisi (Astuti, 2005:31). Iklan televisi tidak
jauh berbeda dengan bahasa karena di dalamnya terkandung konvensi atas
tanda, tidak berbeda dengan bahasa yang berasal dari konvensi yang
disepakati bersama. Bahasa dalam iklan tidak hanya diekspresikan melalui
tuturan, tetapi juga melalui gambar, bentuk visual, dan simbol yang
mempengaruhinya. Akibatnya, banyak iklan yang menggunakan implikatur
dan mengutarakan pesannya tersebut. Pesan disampaikan oleh pembuat
iklan dengan asumsi bahwa pembaca atau penonton iklan telah memahami
makna dari iklan tersebut, meskipun kenyataannya tidak semua penonton
dapat memahami pesan yang terkandung dalam slogan iklan tersebut
(Astuti, 2005:31). Penggunaan implikatur dalam iklan tersebut secara tidak
tidak langsung dapat membuat makna iklan menjadi ambigu.
Dalam jurnal ini, penulis meneliti slogan iklan pada empat iklan
televisi. Keempat iklan tersebut adalah iklan Hemaviton Action (Dua kali
sehari siap Action), Yamaha (Bebek yang paling bandel di kelasnya), Star
Mild (Bikin hidup lebih hidup), dan Mobil Phanter (Pakai Phanter pasti
pinter). Penulis membagi makna dari keempat slogan tersebut dengan dua
pemaknaan, yaitu makna bebas konteks (konvensional) dan makna terikat
konteks (kontekstual). Pemaknaan kontekstual yaitu pemaknaan yang
diambil dari makna kalimat tersebut tanpa memperhatikan konteks apa yang
ada

dalam

iklan

tersebut.

Contohnya,

1

ketika

slogan

iklan
2

HemavitonActionberbunyi Dua kali sehari siap Action, makna konvensional
yang terkandung di dalamnya adalah dengan meminum HemavitonAction
dua kali sehari, kita akan siap action. Namun, dalam makna tersebut tidak
jelas kita siap untuk actionapa.
Pemaknaan yang kedua adalah pemaknaan kontekstual. Jika
pemaknaan konvensional tidak memperhatikan konteks yang muncul dalam
iklan, pemaknaan kontekstual menganggap sebuah makna muncul bukan
hanya dari tuturan kalimatnya, tetapi juga konteks yang terkandung dalam
iklan tersebut. Contohnya, ketika iklan produk Hemavitondengan slogan
Dua kali sehari siap Action muncul dengan visualisasi beberapa orang lakilaki dan perempuan yang sedang menari dengan gaya erotis, makna yang
muncul dari slogan dan visualisasinya tersebut menimbulkan makna bahwa
produk ini dapat meningkatkan vitalitas baik pada pria maupun wanita.
Penulis mengelompokkan dan menjelaskan keempat iklan tersebut sesuai
dengan makna konvensional dan kontekstualnya.
Dari pemaparan yang dilakukan oleh penulis, dapat ditarik simpulan
bahwa slogan dalam ada iklan yang dapat dipahami ketaksaannya dengan
mudah dan ada pula iklan yang tidak mudah untuk dipahami ketaksaannya.
Penulis

juga

menyimpulkan

bahwa

iklan

yang mudah

dipahami

ketaksaannya dapat dimaknai dengan kajian semantik. Sementara kalimat
yang tidak mudah dipahami ketaksaannya dapat dimaknai dengan kajian
pragmatik, karena dalam pemaknaannya, makna slogan dipengaruhi oleh
konteks yang muncul dalam iklan tersebut.

Pembahasan
Iklan adalah produk kebudayaan massa, produk kebudayaan
masyarakat industri yang ditandai oleh produksi dan konsumsi massa.
Massa tidak lebih dipandang sebagai konsumen, untuk merangsang proses
jual beli atau konsumsi massal itulah iklan diciptakan. Tugas utama dari
desainer iklan adalah bagaimana agar informasi tentang suatu produk
diterima, tetap berkesan di benak konsumen dan sanggup membujuk
3

konsumen untuk membuka dompetnya dan membeli produk yang
ditawarkan

(Tinarbuko,

2007,

dalam

situs

http://sumbo.wordpress.com/2007/11/06/36/).
Iklan dianggap sebagai strategi pemasaran untuk menyedot perhatian
pembaca atau penonton dan menjaring konsumen sebanyak-banyaknya.
Semakin menarik iklan, semakin memungkinkan juga konsumen tergoda
dan membeli produk yang diiklankan tersebut. Sebuah iklan harus dikemas
dengan menarik, baik secara audio maupun visual. Kemenarikan kemasan
iklan tersebut juga tidak lepas dari ragam atau variasi bahasa yang
digunakan pengiklan.
Iklan dikatakan berhasil jika pengiklan dapat memikat sasarannya
menjadi mitra untuk mendukung bahkan hingga akhirnya membeli barang
produksi yang ditawarkan, sehingga bahasa menjadi inti sebuah iklan. Ciri
khusus bahasa iklan antara lain singkat, padat, jelas, dan menarik. Maka dari
itu, diperlukan pemilihan kata yang tepat dan gaya bahasa (cara
menggunakan bahasa) untuk menghasilkan iklan yang menarik serta
didukung peragaan oleh model iklan dengan penyampaian pesan yang
sangat bervariasi (Kusumawati, 2010:4).
Dengan ciri iklan yang singkat, padat, jelas, dan menarik tersebut,
sebuah iklan harus mampu memikat konsumen, salah satunya melalui
bahasa. Sebuah iklan harus mampu memberi makna pada penontonnya
hanya dengan durasi hitungan detik. Dalam hal ini, slogan menjadi salah
satu kunci utama menarik atau tidaknya sebuah iklan. Slogan yang
berkarakteristik pendek, singkat, dan jelas itu harus mampu menyampaikan
makna yang berkesan pada penonton atau pembaca iklan tersebut. Tidak
jarang, singkatnya pesan yang diperlihatkan iklan membuat bahasa pada
iklan terkesan menyimpang dari kaidah bahasa pada umumnya.
Sells dan Gonzales (2007, dalam Irianto, 2007:45) menyatakan
bahwa bahasa iklan memang sedikit berbeda atau menyimpang dari kaidah
bahasa pada umumnya. Namun, sebetulnya penyimpangan kaidah bahasa
pada iklan dengan kaidah bahasa lainnya tidak bisa disebut menyimpang.
4

Para produsen iklan sengaja membuat penyimpangan dengan tujuan agar
iklannya mudah diingat dan menarik perhatian masyarakat. Penyimpangan
tersebut dianggap masih wajar dalam kaidah bahasa pada umumnya.
Fenomena penyimpangan bahasa dalam iklan ini disebut juga sebagai
„Penyimpangan yang penuh dengan nuansa seni‟.
Salah satu „penyimpangan yang penuh dengan nuansa seni‟ tersebut
adalah munculnya ambuguitas pada slogan yang ditampilkan iklan tersebut.
Ambiguitas dalam slogan iklan yang dibahas dalam jurnal ini akan selalu
muncul dalam dunia periklanan. Semakin ambigu sebuah slogan, semakin
menarik iklan tersebut. Karena dengan ambiguitas slogan yang dimiliki
iklan,penonton akan semakin penasaran dan tertarik dengan iklan tersebut.
Ambiguitas slogan pada iklan membuat para penontonnya memiliki
persepsi masing-masing terhadap makna yang dimunculkan dalam slogan
iklan tersebut. Pemahaman slogan iklan tidak hanya berpusat pada apa yang
tertulis dalam slogan iklan, tapi juga dikaitkan dengan apa yang divisualkan
dalam iklan tersebut dan berbagai aspek lain dalam iklan tersebut, seperti
musik, gambar, dan lain-lain.
Contohnya, ketika iklan sebuah produk kecantikan Citra berbunyi
Pancarkan kilau cantikmu, penonton

tidak bisa secara langsung

menyimpulkan bahwa produk Citra dapat membuat memancarkan
kecantikan seorang wanita secara sekejap. Namun, ketika penonton
mengaitkan slogan tersebut dengan konteks pada iklan tersebut, yaitu pada
apa yang divisualkan dalam iklan, barulah penonton akan menangkap
makna yang sebenarnya. Jika penonton mengaitkan slogan Pancarkan kilau
cantikmu tersebut dengan visual iklan tersebut yang memperlihatkan
seorang wanita yang tersenyum bahagia sambil bercengkrama dengan
beberapa anak kecil setelah melalui tahap transformasi dengan produk Citra
tersebut, penonton dapat mengambil kesimpulan bahwa kecantikan yang
memancar dari seorang wanita itu muncul setelah proses transformasi
panjang. Tidak lupa, kecantikan juga memancar tidak hanya dari fisik
seorang wanita, tetapi juga dari dalam diri seorang wanita. Wanita yang
5

cantik tidak hanya cantik di luar tapi juga selalu menunjukkan keramahan
pada semua orang, seperti yang diperlihatkan dalam iklan tersebut.
Ambiguitas pada iklan dapat dianggap sebagai salah satu ciri khas
bahasa yang digunakan dalam iklan. Pengaburan makna yang muncul dalam
iklan membuat penonton sebagai „calon pembeli‟ merasa penasaran pada
produk yang sedang diiklankan. Semakin besar rasa penasaran pembeli
terhadap produk yang diiklankan, semakin besar juga kemungkinan
konsumen untuk membeli dan mengonsumsi produk yang diiklankan
tersebut.
Iklan dianggap sebagai wadah produsen untuk mengomunikasikan
pesannya terhadap konsumen. Pesannya di sini adalah memperkenalkan
produk yang akan dijual, membuat penonton tertarik, dan akhirnya penonton
akan membeli produk tersebut. Sebuah iklan sebagai produk komunikasi
tidak lepas dari struktur komunikasi juga. Finnegan (2005:277) menyatakan
bahwa terdapat tujuh aspek dalam struktur komunikasi: (1) given and new
information; (2) topik; (3) contrast; (4) definite expression; (5) referential
expression; (6) generic expression.
Makna sebuah iklan tidak hanya dipahami melalui slogannya saja,
tetapi juga apa yang menjadi informasi yang diberikan dan informasi baru
yang menyertainya (given and new information). Di sini dapat dikatakan
bahwa given information adalah konteks atau apa yang divisualkan dalam
iklan tersebut dan new information adalah slogan yang memberi informasi
tambahan pada konteks dalam iklan itu. Makna sebuah iklan juga dapat
diambil melalui topik apa yang disampaikan dalam iklan tersebut, konteks
dalam iklan dapat diberi „jabatan‟ sebagai topik, dan slogan sebagai komen
(comment) yang menambahkan makna pada topik iklan tersebut. Makna
sebuah iklan juga akan lebih dipahami jika penonton menemukan sesuatu
yang kontras dalam iklan tersebut. Selain itu, penonton juga akan lebih
diperkuat pemahaman makna iklannya jika ada identitas yang dapat
ditunjukkan secara nyata dan pasti (definite), dan sebuah iklan juga akan
lebih mudah dipahami jika jelas rujukannya (referential).
6

Dalam jurnal ini, penulis menganggap slogan sebagai implikatur.
Implikatur, menurut Grice (1975), dibedakan menjadi dua, yaitu (1)
implikatur konvensional; dan (2) implikatur nonkonvensional. Implikatur
konvensional adalah implikatur yang diperoleh dari makna kata, bukan dari
pelanggaran prinsip percakapan. Adapun implikatur nonkonvensional
adalah implikatur yang diperoleh dari fungsi pragmatis yang tersirat dalam
suatu

percakapan

(Rosidi,

2009,

dalam

http://guru-

umarbakri.blogspot.com/2009/08/kajian_17.html.). Sesuai dengan pendapat
Grice tersebut, penulis membagi dua makna implikatur dalam slogan iklan
menjadi dua, yaitu makna konvensional, dan makna nonkonvensional atau
kontekstual.
Dalam jurnal ini, penulis memaparkan kedua makna implikatur
tersebut dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Slogan Iklan dengan makna konvensional
No

Slogan

iklan Nama produk

Makna Konvensional

televisi
1

Hemaviton Action Hemaviton

Dengan minum Hemaviton

Dua

Action setiap hari, kita akan

kali

sehari Action

siap action

selalu siap action (tidak
jelas action dalam hal apa)

2

Yamaha,

Bebek Yamaha

Motor bebek yang paling

yang paling bandel
di kelasnya
3

tangguh di antara motor
bebek lainnya.

Star Mild

Star Mild

Konsumen

dibujuk

jika

Bikin hidup lebih

merokok dengan Star Mild,

hidup

hidup

jadi

lebih

bersemangat.
4

Pakai

Phanter Phanter

Seseorang yang memilliki

pinter.

mobil Phanter diasumsikan

Orang pinter pasti

pasti pinter
7

pilih Phanter

Slogan iklan dengan makna kontekstual
No

Slogan

iklan Nama produk

Makna Kontekstual

televisi
1

Hemaviton Action Hemaviton

Dalam iklan produk ini, kata

Dua

action

kali

sehari Action

siap action

divisualisasikan

dengan beberapa orang lakilaki dan perempuan sedang
menari dengan gaya erotis.
konotasi

yang

terbentuk

dalam produk ini adalah
dapat

meningkatkan

vitalitas.
2

Yamaha,

Bebek Yamaha

Dihubungkan
yang

dengan

yang paling bandel

produk

diiklankan,

di kelasnya

slogan ini dapat ditafsirkan
“sepeda motor yang paling
tangguh dan hebat di antara
semua sepeda motor adalah
Yamaha”

3

Star Mild

Star Mild

Slogan ini dapat ditafsirkan

Bikin hidup lebih

berdasarkan

hidup

terhadap

pemaknaan
kalimat

bikin

hidup lebih hidup, sehingga
konotasinya menjadi “rokok
yang dapat membuat hidup
lebih hidup adalah rokok
Star Mild”
4

Pakai

Phanter Phanter

Pemaknaan kontekstual dari
8

pinter.

slogan ini dipusatkan pada

Orang pinter pasti

pemakaian kalimat “pakai

pilih Phanter

phanter pinter”. Konotasi
dalam iklan ini adalah orang
yang mengendarai Phanter
diasumsikan pinter

(Astuti, 2005:33)
Penulis

sudah

tepat

membagi

implikatur

berdasarkan

dua

pemaknaan, yaitu makna kontekstual dan makna konvensional. Penulis
membandingkan keempat iklan tersebut berdasarkan makna konvensional
dan makna kontekstualnya. Berdasarkan struktur komunikasi Finnegan yang
sudah disebutkan sebelumnya, makna konvensional dan makna kontekstual
hampir bisa disamakan dengan given dan new information. Kontekstual
dalam iklan dapat dianggap sebagai given information dan makna
kovensional dapat dianggap sebagai new information. Kedua makna
tersebut saling melengkapi dengan tujuan penonton atau pembaca sebagai
penerima pesan dapat menerima dan memahami makna dengan utuh.
Namun, dalam jurnal ini, penulis tidak menjelaskan lebih lanjut tabel
makna konvensional dan kontekstual yang dibuatnya. Penulis hanya
menyebutkan makna kovensional dan makna kontekstual iklan dalam
bentuk tabel. Sementara makna tersebut tidak dijelaskan secara mendalam
oleh penulis. Penulis tidak menjelaskan apa konteks yang muncul pada
keempat iklan tersebut secara jelas dan rinci. Akibatnya, makna kontekstual
dan konvensional pada keempat iklan tersebut tidak terlalu terasa
perbedaannya.

Penutup
Iklan sebagai produk komunikasi massa memiliki peran yang
penting dalam promosi sebuah produk. Sebuah iklan memiliki makna
tersendiri sebagai pesan yang ingin disampaikan pembuat iklan dan
produsen pada penonton sebagai calon pembeli. Makna yang mudah
9

dipahami memudahkan penonton juga untuk mengenal bagaimana produk
yang sedang diiklankan tersebut. Idealnya, iklan yang baik itu adalah iklan
yang dapat dengan mudah menyampaikan pesannya pada penonton atau
produsen.
Namun, ternyata tidak semua iklan dapat dipahami dengan mudah
maknanya. Ada beberapa iklan yang sengaja mengaburkan maknanya untuk
membuat penonton merasa penasaran. Salah satu „pengaburan‟ yang
dilakukan pembuat iklan adalah dengan membuat slogan iklan yang ambigu.
Slogan yang ambigu membuat penontonnya memiliki persepsi tersendiri
terhadap iklan yang sedang dilihatnya. Semakin ambigu sebuah slogan,
semakin besar rasa penasaran yang dirasakan penonton. Jika semakin
penasaran, kemungkinan konsumen untuk membeli barang tersebut semakin
besar.
Pemaknaan slogan iklan yang ambigu tidak hanya dilakukan secara
konvensional atau melalui kalimatnya saja. Makna pada slogan yang ambigu
dapat dipahami secara maksimal jika dikaitkan dengan konteks yang muncul
dalam iklan tersebut. Slogan dengan konteks pada iklan berkaitan sangat
erat dan saling melengkapi satu sama lain. Konteks yang terkandung dalam
sebuah iklan akan lebih lengkap maknanya juga ditambah dengan slogan.
Sebaliknya, slogan iklan akan lebih jelas dan kuat maknanya jika dikaitkan
dengan konteks yang melingkupinya.
Pada kenyataannya, ambiguitas dalam iklan, termasuk dalam slogan
iklan, menjadi fenomena tersendiri dalam dunia bahasa dan periklanan.
Ambiguitas dapat menjadi salah satu hal yang membuat iklan menjadi
menarik dan berbeda dengan produk komunikasi lain. Ambiguitas pada
iklan secara tidak langsung menambah keragaman makna dalam bahasa dan
membuat bahasa menjadi lebih kaya.
10

Referensi
Astuti, Rini. 2005. “Ambiguitas Slogan Iklan Televisi”. Dimuat dalam
Surya: Media Informasi Tri Dharma Perguruan TinggiPurworejo.

Finnegan, Edward, et.al. 2004. Language: Its Structure and Use 5th, Edition.
Boston: Thomson Wadsworth.
Irianto, Sugeng. 2007. “Bahasa Iklan Televisi Indonesia (Analysis Study of
the Commercial Advertising Language on National Indonesian
Television)”. Dimuat dalam jurnal Ragam, Volume 7, Nomor 1, April
2007, halaman 42-59.
Kusumawati. 2010. “Jurnal Penelitian Analisis Pemakaian Gaya Bahasa Pada
Iklan Produk Kecantikan Perawatan Kulit Wajah di Televisi” (Skripsi).
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Rosidi, Imron. 2009. “Implikatur” [Online] tersedia:
umarbakri.blogspot.com/2009/08/kajian_17.html

http://guru-

Tinarbuko, Sumbo. 2007. “Eksekusi Iklan Televisi dengan
Pendekatan Parodi” [Online] tersedia: www.sumbo.wordpress.com

Más contenido relacionado

Destacado

Destacado (10)

Goalsettingppt
GoalsettingpptGoalsettingppt
Goalsettingppt
 
How To Write SMART Goals
How To Write SMART GoalsHow To Write SMART Goals
How To Write SMART Goals
 
Samples SMART Goals
Samples SMART GoalsSamples SMART Goals
Samples SMART Goals
 
Importance of goal
Importance of goalImportance of goal
Importance of goal
 
Setting SMART Goals
Setting SMART GoalsSetting SMART Goals
Setting SMART Goals
 
7 Steps for Achieving Your Goals
7 Steps for Achieving Your Goals7 Steps for Achieving Your Goals
7 Steps for Achieving Your Goals
 
Goal Setting PowerPoint
Goal Setting PowerPointGoal Setting PowerPoint
Goal Setting PowerPoint
 
Team Building PowerPoint PPT Content Modern Sample
Team Building PowerPoint PPT Content Modern SampleTeam Building PowerPoint PPT Content Modern Sample
Team Building PowerPoint PPT Content Modern Sample
 
Goal setting ppt
Goal setting pptGoal setting ppt
Goal setting ppt
 
GOAL SETTING POWERPOINT
GOAL SETTING POWERPOINTGOAL SETTING POWERPOINT
GOAL SETTING POWERPOINT
 

Similar a Slogan Iklan Televisi dan Ambiguitas Maknanya

Dasar dasar periklanan lp3 i (i)
Dasar dasar periklanan lp3 i (i)Dasar dasar periklanan lp3 i (i)
Dasar dasar periklanan lp3 i (i)Ayu Hunaeni
 
Pertemuan 8 Prinsip Penulisan Naskah Iklan.pptx
Pertemuan 8 Prinsip Penulisan Naskah Iklan.pptxPertemuan 8 Prinsip Penulisan Naskah Iklan.pptx
Pertemuan 8 Prinsip Penulisan Naskah Iklan.pptxArdhearixza Laricco
 
Ideologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiIdeologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiOktari Aneliya
 
Pertemuan 4 penulisan public relations
Pertemuan 4 penulisan public relationsPertemuan 4 penulisan public relations
Pertemuan 4 penulisan public relationsAdePutraTunggali
 
Bhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptx
Bhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptxBhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptx
Bhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptxSisiHalidasyah
 
Bab 13 "DAYA PIKAT PERIKLANAN" _Buku: MANAJEMEN PEMASARAN.
Bab 13 "DAYA PIKAT PERIKLANAN" _Buku: MANAJEMEN PEMASARAN.Bab 13 "DAYA PIKAT PERIKLANAN" _Buku: MANAJEMEN PEMASARAN.
Bab 13 "DAYA PIKAT PERIKLANAN" _Buku: MANAJEMEN PEMASARAN.Kanaidi ken
 
Bhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptx
Bhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptxBhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptx
Bhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptxSisiHalidasyah
 
Pertemuan 4 Proses Kreativitas dan Strategi Kreatif Periklanan.pptx
Pertemuan 4 Proses Kreativitas dan Strategi Kreatif Periklanan.pptxPertemuan 4 Proses Kreativitas dan Strategi Kreatif Periklanan.pptx
Pertemuan 4 Proses Kreativitas dan Strategi Kreatif Periklanan.pptxArdhearixza Laricco
 
Perilaku Konsumen dan Iklan / Periklanan
Perilaku Konsumen dan Iklan / PeriklananPerilaku Konsumen dan Iklan / Periklanan
Perilaku Konsumen dan Iklan / Periklanan1121fatmaa
 
iklan layanan masyarakat untuk mengetahui apa saja yang dapat dibuat sebagai ...
iklan layanan masyarakat untuk mengetahui apa saja yang dapat dibuat sebagai ...iklan layanan masyarakat untuk mengetahui apa saja yang dapat dibuat sebagai ...
iklan layanan masyarakat untuk mengetahui apa saja yang dapat dibuat sebagai ...AfhitaIntanNursetyat1
 

Similar a Slogan Iklan Televisi dan Ambiguitas Maknanya (20)

Dasar dasar periklanan lp3 i (i)
Dasar dasar periklanan lp3 i (i)Dasar dasar periklanan lp3 i (i)
Dasar dasar periklanan lp3 i (i)
 
Pertemuan 8 Prinsip Penulisan Naskah Iklan.pptx
Pertemuan 8 Prinsip Penulisan Naskah Iklan.pptxPertemuan 8 Prinsip Penulisan Naskah Iklan.pptx
Pertemuan 8 Prinsip Penulisan Naskah Iklan.pptx
 
Ideologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiIdeologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisi
 
TEKS-IKLAN-B.INDO-VIII.pptx
TEKS-IKLAN-B.INDO-VIII.pptxTEKS-IKLAN-B.INDO-VIII.pptx
TEKS-IKLAN-B.INDO-VIII.pptx
 
Sifat-sifat IKLAN antara lain.pptx
Sifat-sifat IKLAN antara lain.pptxSifat-sifat IKLAN antara lain.pptx
Sifat-sifat IKLAN antara lain.pptx
 
PPT IKLAN (UJIAN).pptx
PPT IKLAN (UJIAN).pptxPPT IKLAN (UJIAN).pptx
PPT IKLAN (UJIAN).pptx
 
Pertemuan 4 penulisan public relations
Pertemuan 4 penulisan public relationsPertemuan 4 penulisan public relations
Pertemuan 4 penulisan public relations
 
Bhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptx
Bhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptxBhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptx
Bhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptx
 
Bab 13 "DAYA PIKAT PERIKLANAN" _Buku: MANAJEMEN PEMASARAN.
Bab 13 "DAYA PIKAT PERIKLANAN" _Buku: MANAJEMEN PEMASARAN.Bab 13 "DAYA PIKAT PERIKLANAN" _Buku: MANAJEMEN PEMASARAN.
Bab 13 "DAYA PIKAT PERIKLANAN" _Buku: MANAJEMEN PEMASARAN.
 
1
11
1
 
Bhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptx
Bhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptxBhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptx
Bhs.Indo kelas 8 iklan, slogan, dan poseter.pptx
 
Pertemuan 4 Proses Kreativitas dan Strategi Kreatif Periklanan.pptx
Pertemuan 4 Proses Kreativitas dan Strategi Kreatif Periklanan.pptxPertemuan 4 Proses Kreativitas dan Strategi Kreatif Periklanan.pptx
Pertemuan 4 Proses Kreativitas dan Strategi Kreatif Periklanan.pptx
 
Perilaku Konsumen dan Iklan / Periklanan
Perilaku Konsumen dan Iklan / PeriklananPerilaku Konsumen dan Iklan / Periklanan
Perilaku Konsumen dan Iklan / Periklanan
 
CREATIVE_WRITING.pptx
CREATIVE_WRITING.pptxCREATIVE_WRITING.pptx
CREATIVE_WRITING.pptx
 
Kd 3.3 part 1 kelas 8
Kd 3.3 part 1 kelas 8Kd 3.3 part 1 kelas 8
Kd 3.3 part 1 kelas 8
 
Ppt gaya bahasa
Ppt gaya bahasaPpt gaya bahasa
Ppt gaya bahasa
 
iklan layanan masyarakat untuk mengetahui apa saja yang dapat dibuat sebagai ...
iklan layanan masyarakat untuk mengetahui apa saja yang dapat dibuat sebagai ...iklan layanan masyarakat untuk mengetahui apa saja yang dapat dibuat sebagai ...
iklan layanan masyarakat untuk mengetahui apa saja yang dapat dibuat sebagai ...
 
Hasil kerja bm3111
Hasil kerja bm3111Hasil kerja bm3111
Hasil kerja bm3111
 
Slogan
SloganSlogan
Slogan
 
Makalah_iklan.docx
Makalah_iklan.docxMakalah_iklan.docx
Makalah_iklan.docx
 

Más de mujahidah khilafah (Shintia Minandar)

Más de mujahidah khilafah (Shintia Minandar) (20)

Drama sebagai teater
Drama sebagai teaterDrama sebagai teater
Drama sebagai teater
 
Rpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teaterRpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teater
 
hubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorikahubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorika
 
draft penting implikatur
draft penting implikaturdraft penting implikatur
draft penting implikatur
 
Shinmin
ShinminShinmin
Shinmin
 
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia MProposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
 
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaanHubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
 
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructusMahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
 
Kisi kisi
Kisi kisiKisi kisi
Kisi kisi
 
Paper peserta diskusi
Paper peserta diskusiPaper peserta diskusi
Paper peserta diskusi
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
Tugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudungTugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudung
 
Print peserta
Print pesertaPrint peserta
Print peserta
 
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan dataKriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
 
1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char
 
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacamIstilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
 
Studi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tandaStudi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tanda
 
Variabel penelitian
Variabel penelitianVariabel penelitian
Variabel penelitian
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Rpp
RppRpp
Rpp
 

Slogan Iklan Televisi dan Ambiguitas Maknanya

  • 1. Identitas Jurnal Judul Jurnal : Ambiguitas Slogan Iklan Televisi Penulis : Rini Astuti (Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo) Sumber : Jumlah Halaman : 9 halaman Intisari Jurnal Jurnal ini berisi tentang ambiguitas slogan pada iklan-iklan di televisi. Menurut penulis (Astuti), ambiguitas dalam iklan dapat terjadi dan banyak ditemukan dalam iklan televisi (Astuti, 2005:31). Iklan televisi tidak jauh berbeda dengan bahasa karena di dalamnya terkandung konvensi atas tanda, tidak berbeda dengan bahasa yang berasal dari konvensi yang disepakati bersama. Bahasa dalam iklan tidak hanya diekspresikan melalui tuturan, tetapi juga melalui gambar, bentuk visual, dan simbol yang mempengaruhinya. Akibatnya, banyak iklan yang menggunakan implikatur dan mengutarakan pesannya tersebut. Pesan disampaikan oleh pembuat iklan dengan asumsi bahwa pembaca atau penonton iklan telah memahami makna dari iklan tersebut, meskipun kenyataannya tidak semua penonton dapat memahami pesan yang terkandung dalam slogan iklan tersebut (Astuti, 2005:31). Penggunaan implikatur dalam iklan tersebut secara tidak tidak langsung dapat membuat makna iklan menjadi ambigu. Dalam jurnal ini, penulis meneliti slogan iklan pada empat iklan televisi. Keempat iklan tersebut adalah iklan Hemaviton Action (Dua kali sehari siap Action), Yamaha (Bebek yang paling bandel di kelasnya), Star Mild (Bikin hidup lebih hidup), dan Mobil Phanter (Pakai Phanter pasti pinter). Penulis membagi makna dari keempat slogan tersebut dengan dua pemaknaan, yaitu makna bebas konteks (konvensional) dan makna terikat konteks (kontekstual). Pemaknaan kontekstual yaitu pemaknaan yang diambil dari makna kalimat tersebut tanpa memperhatikan konteks apa yang ada dalam iklan tersebut. Contohnya, 1 ketika slogan iklan
  • 2. 2 HemavitonActionberbunyi Dua kali sehari siap Action, makna konvensional yang terkandung di dalamnya adalah dengan meminum HemavitonAction dua kali sehari, kita akan siap action. Namun, dalam makna tersebut tidak jelas kita siap untuk actionapa. Pemaknaan yang kedua adalah pemaknaan kontekstual. Jika pemaknaan konvensional tidak memperhatikan konteks yang muncul dalam iklan, pemaknaan kontekstual menganggap sebuah makna muncul bukan hanya dari tuturan kalimatnya, tetapi juga konteks yang terkandung dalam iklan tersebut. Contohnya, ketika iklan produk Hemavitondengan slogan Dua kali sehari siap Action muncul dengan visualisasi beberapa orang lakilaki dan perempuan yang sedang menari dengan gaya erotis, makna yang muncul dari slogan dan visualisasinya tersebut menimbulkan makna bahwa produk ini dapat meningkatkan vitalitas baik pada pria maupun wanita. Penulis mengelompokkan dan menjelaskan keempat iklan tersebut sesuai dengan makna konvensional dan kontekstualnya. Dari pemaparan yang dilakukan oleh penulis, dapat ditarik simpulan bahwa slogan dalam ada iklan yang dapat dipahami ketaksaannya dengan mudah dan ada pula iklan yang tidak mudah untuk dipahami ketaksaannya. Penulis juga menyimpulkan bahwa iklan yang mudah dipahami ketaksaannya dapat dimaknai dengan kajian semantik. Sementara kalimat yang tidak mudah dipahami ketaksaannya dapat dimaknai dengan kajian pragmatik, karena dalam pemaknaannya, makna slogan dipengaruhi oleh konteks yang muncul dalam iklan tersebut. Pembahasan Iklan adalah produk kebudayaan massa, produk kebudayaan masyarakat industri yang ditandai oleh produksi dan konsumsi massa. Massa tidak lebih dipandang sebagai konsumen, untuk merangsang proses jual beli atau konsumsi massal itulah iklan diciptakan. Tugas utama dari desainer iklan adalah bagaimana agar informasi tentang suatu produk diterima, tetap berkesan di benak konsumen dan sanggup membujuk
  • 3. 3 konsumen untuk membuka dompetnya dan membeli produk yang ditawarkan (Tinarbuko, 2007, dalam situs http://sumbo.wordpress.com/2007/11/06/36/). Iklan dianggap sebagai strategi pemasaran untuk menyedot perhatian pembaca atau penonton dan menjaring konsumen sebanyak-banyaknya. Semakin menarik iklan, semakin memungkinkan juga konsumen tergoda dan membeli produk yang diiklankan tersebut. Sebuah iklan harus dikemas dengan menarik, baik secara audio maupun visual. Kemenarikan kemasan iklan tersebut juga tidak lepas dari ragam atau variasi bahasa yang digunakan pengiklan. Iklan dikatakan berhasil jika pengiklan dapat memikat sasarannya menjadi mitra untuk mendukung bahkan hingga akhirnya membeli barang produksi yang ditawarkan, sehingga bahasa menjadi inti sebuah iklan. Ciri khusus bahasa iklan antara lain singkat, padat, jelas, dan menarik. Maka dari itu, diperlukan pemilihan kata yang tepat dan gaya bahasa (cara menggunakan bahasa) untuk menghasilkan iklan yang menarik serta didukung peragaan oleh model iklan dengan penyampaian pesan yang sangat bervariasi (Kusumawati, 2010:4). Dengan ciri iklan yang singkat, padat, jelas, dan menarik tersebut, sebuah iklan harus mampu memikat konsumen, salah satunya melalui bahasa. Sebuah iklan harus mampu memberi makna pada penontonnya hanya dengan durasi hitungan detik. Dalam hal ini, slogan menjadi salah satu kunci utama menarik atau tidaknya sebuah iklan. Slogan yang berkarakteristik pendek, singkat, dan jelas itu harus mampu menyampaikan makna yang berkesan pada penonton atau pembaca iklan tersebut. Tidak jarang, singkatnya pesan yang diperlihatkan iklan membuat bahasa pada iklan terkesan menyimpang dari kaidah bahasa pada umumnya. Sells dan Gonzales (2007, dalam Irianto, 2007:45) menyatakan bahwa bahasa iklan memang sedikit berbeda atau menyimpang dari kaidah bahasa pada umumnya. Namun, sebetulnya penyimpangan kaidah bahasa pada iklan dengan kaidah bahasa lainnya tidak bisa disebut menyimpang.
  • 4. 4 Para produsen iklan sengaja membuat penyimpangan dengan tujuan agar iklannya mudah diingat dan menarik perhatian masyarakat. Penyimpangan tersebut dianggap masih wajar dalam kaidah bahasa pada umumnya. Fenomena penyimpangan bahasa dalam iklan ini disebut juga sebagai „Penyimpangan yang penuh dengan nuansa seni‟. Salah satu „penyimpangan yang penuh dengan nuansa seni‟ tersebut adalah munculnya ambuguitas pada slogan yang ditampilkan iklan tersebut. Ambiguitas dalam slogan iklan yang dibahas dalam jurnal ini akan selalu muncul dalam dunia periklanan. Semakin ambigu sebuah slogan, semakin menarik iklan tersebut. Karena dengan ambiguitas slogan yang dimiliki iklan,penonton akan semakin penasaran dan tertarik dengan iklan tersebut. Ambiguitas slogan pada iklan membuat para penontonnya memiliki persepsi masing-masing terhadap makna yang dimunculkan dalam slogan iklan tersebut. Pemahaman slogan iklan tidak hanya berpusat pada apa yang tertulis dalam slogan iklan, tapi juga dikaitkan dengan apa yang divisualkan dalam iklan tersebut dan berbagai aspek lain dalam iklan tersebut, seperti musik, gambar, dan lain-lain. Contohnya, ketika iklan sebuah produk kecantikan Citra berbunyi Pancarkan kilau cantikmu, penonton tidak bisa secara langsung menyimpulkan bahwa produk Citra dapat membuat memancarkan kecantikan seorang wanita secara sekejap. Namun, ketika penonton mengaitkan slogan tersebut dengan konteks pada iklan tersebut, yaitu pada apa yang divisualkan dalam iklan, barulah penonton akan menangkap makna yang sebenarnya. Jika penonton mengaitkan slogan Pancarkan kilau cantikmu tersebut dengan visual iklan tersebut yang memperlihatkan seorang wanita yang tersenyum bahagia sambil bercengkrama dengan beberapa anak kecil setelah melalui tahap transformasi dengan produk Citra tersebut, penonton dapat mengambil kesimpulan bahwa kecantikan yang memancar dari seorang wanita itu muncul setelah proses transformasi panjang. Tidak lupa, kecantikan juga memancar tidak hanya dari fisik seorang wanita, tetapi juga dari dalam diri seorang wanita. Wanita yang
  • 5. 5 cantik tidak hanya cantik di luar tapi juga selalu menunjukkan keramahan pada semua orang, seperti yang diperlihatkan dalam iklan tersebut. Ambiguitas pada iklan dapat dianggap sebagai salah satu ciri khas bahasa yang digunakan dalam iklan. Pengaburan makna yang muncul dalam iklan membuat penonton sebagai „calon pembeli‟ merasa penasaran pada produk yang sedang diiklankan. Semakin besar rasa penasaran pembeli terhadap produk yang diiklankan, semakin besar juga kemungkinan konsumen untuk membeli dan mengonsumsi produk yang diiklankan tersebut. Iklan dianggap sebagai wadah produsen untuk mengomunikasikan pesannya terhadap konsumen. Pesannya di sini adalah memperkenalkan produk yang akan dijual, membuat penonton tertarik, dan akhirnya penonton akan membeli produk tersebut. Sebuah iklan sebagai produk komunikasi tidak lepas dari struktur komunikasi juga. Finnegan (2005:277) menyatakan bahwa terdapat tujuh aspek dalam struktur komunikasi: (1) given and new information; (2) topik; (3) contrast; (4) definite expression; (5) referential expression; (6) generic expression. Makna sebuah iklan tidak hanya dipahami melalui slogannya saja, tetapi juga apa yang menjadi informasi yang diberikan dan informasi baru yang menyertainya (given and new information). Di sini dapat dikatakan bahwa given information adalah konteks atau apa yang divisualkan dalam iklan tersebut dan new information adalah slogan yang memberi informasi tambahan pada konteks dalam iklan itu. Makna sebuah iklan juga dapat diambil melalui topik apa yang disampaikan dalam iklan tersebut, konteks dalam iklan dapat diberi „jabatan‟ sebagai topik, dan slogan sebagai komen (comment) yang menambahkan makna pada topik iklan tersebut. Makna sebuah iklan juga akan lebih dipahami jika penonton menemukan sesuatu yang kontras dalam iklan tersebut. Selain itu, penonton juga akan lebih diperkuat pemahaman makna iklannya jika ada identitas yang dapat ditunjukkan secara nyata dan pasti (definite), dan sebuah iklan juga akan lebih mudah dipahami jika jelas rujukannya (referential).
  • 6. 6 Dalam jurnal ini, penulis menganggap slogan sebagai implikatur. Implikatur, menurut Grice (1975), dibedakan menjadi dua, yaitu (1) implikatur konvensional; dan (2) implikatur nonkonvensional. Implikatur konvensional adalah implikatur yang diperoleh dari makna kata, bukan dari pelanggaran prinsip percakapan. Adapun implikatur nonkonvensional adalah implikatur yang diperoleh dari fungsi pragmatis yang tersirat dalam suatu percakapan (Rosidi, 2009, dalam http://guru- umarbakri.blogspot.com/2009/08/kajian_17.html.). Sesuai dengan pendapat Grice tersebut, penulis membagi dua makna implikatur dalam slogan iklan menjadi dua, yaitu makna konvensional, dan makna nonkonvensional atau kontekstual. Dalam jurnal ini, penulis memaparkan kedua makna implikatur tersebut dalam bentuk tabel sebagai berikut: Slogan Iklan dengan makna konvensional No Slogan iklan Nama produk Makna Konvensional televisi 1 Hemaviton Action Hemaviton Dengan minum Hemaviton Dua Action setiap hari, kita akan kali sehari Action siap action selalu siap action (tidak jelas action dalam hal apa) 2 Yamaha, Bebek Yamaha Motor bebek yang paling yang paling bandel di kelasnya 3 tangguh di antara motor bebek lainnya. Star Mild Star Mild Konsumen dibujuk jika Bikin hidup lebih merokok dengan Star Mild, hidup hidup jadi lebih bersemangat. 4 Pakai Phanter Phanter Seseorang yang memilliki pinter. mobil Phanter diasumsikan Orang pinter pasti pasti pinter
  • 7. 7 pilih Phanter Slogan iklan dengan makna kontekstual No Slogan iklan Nama produk Makna Kontekstual televisi 1 Hemaviton Action Hemaviton Dalam iklan produk ini, kata Dua action kali sehari Action siap action divisualisasikan dengan beberapa orang lakilaki dan perempuan sedang menari dengan gaya erotis. konotasi yang terbentuk dalam produk ini adalah dapat meningkatkan vitalitas. 2 Yamaha, Bebek Yamaha Dihubungkan yang dengan yang paling bandel produk diiklankan, di kelasnya slogan ini dapat ditafsirkan “sepeda motor yang paling tangguh dan hebat di antara semua sepeda motor adalah Yamaha” 3 Star Mild Star Mild Slogan ini dapat ditafsirkan Bikin hidup lebih berdasarkan hidup terhadap pemaknaan kalimat bikin hidup lebih hidup, sehingga konotasinya menjadi “rokok yang dapat membuat hidup lebih hidup adalah rokok Star Mild” 4 Pakai Phanter Phanter Pemaknaan kontekstual dari
  • 8. 8 pinter. slogan ini dipusatkan pada Orang pinter pasti pemakaian kalimat “pakai pilih Phanter phanter pinter”. Konotasi dalam iklan ini adalah orang yang mengendarai Phanter diasumsikan pinter (Astuti, 2005:33) Penulis sudah tepat membagi implikatur berdasarkan dua pemaknaan, yaitu makna kontekstual dan makna konvensional. Penulis membandingkan keempat iklan tersebut berdasarkan makna konvensional dan makna kontekstualnya. Berdasarkan struktur komunikasi Finnegan yang sudah disebutkan sebelumnya, makna konvensional dan makna kontekstual hampir bisa disamakan dengan given dan new information. Kontekstual dalam iklan dapat dianggap sebagai given information dan makna kovensional dapat dianggap sebagai new information. Kedua makna tersebut saling melengkapi dengan tujuan penonton atau pembaca sebagai penerima pesan dapat menerima dan memahami makna dengan utuh. Namun, dalam jurnal ini, penulis tidak menjelaskan lebih lanjut tabel makna konvensional dan kontekstual yang dibuatnya. Penulis hanya menyebutkan makna kovensional dan makna kontekstual iklan dalam bentuk tabel. Sementara makna tersebut tidak dijelaskan secara mendalam oleh penulis. Penulis tidak menjelaskan apa konteks yang muncul pada keempat iklan tersebut secara jelas dan rinci. Akibatnya, makna kontekstual dan konvensional pada keempat iklan tersebut tidak terlalu terasa perbedaannya. Penutup Iklan sebagai produk komunikasi massa memiliki peran yang penting dalam promosi sebuah produk. Sebuah iklan memiliki makna tersendiri sebagai pesan yang ingin disampaikan pembuat iklan dan produsen pada penonton sebagai calon pembeli. Makna yang mudah
  • 9. 9 dipahami memudahkan penonton juga untuk mengenal bagaimana produk yang sedang diiklankan tersebut. Idealnya, iklan yang baik itu adalah iklan yang dapat dengan mudah menyampaikan pesannya pada penonton atau produsen. Namun, ternyata tidak semua iklan dapat dipahami dengan mudah maknanya. Ada beberapa iklan yang sengaja mengaburkan maknanya untuk membuat penonton merasa penasaran. Salah satu „pengaburan‟ yang dilakukan pembuat iklan adalah dengan membuat slogan iklan yang ambigu. Slogan yang ambigu membuat penontonnya memiliki persepsi tersendiri terhadap iklan yang sedang dilihatnya. Semakin ambigu sebuah slogan, semakin besar rasa penasaran yang dirasakan penonton. Jika semakin penasaran, kemungkinan konsumen untuk membeli barang tersebut semakin besar. Pemaknaan slogan iklan yang ambigu tidak hanya dilakukan secara konvensional atau melalui kalimatnya saja. Makna pada slogan yang ambigu dapat dipahami secara maksimal jika dikaitkan dengan konteks yang muncul dalam iklan tersebut. Slogan dengan konteks pada iklan berkaitan sangat erat dan saling melengkapi satu sama lain. Konteks yang terkandung dalam sebuah iklan akan lebih lengkap maknanya juga ditambah dengan slogan. Sebaliknya, slogan iklan akan lebih jelas dan kuat maknanya jika dikaitkan dengan konteks yang melingkupinya. Pada kenyataannya, ambiguitas dalam iklan, termasuk dalam slogan iklan, menjadi fenomena tersendiri dalam dunia bahasa dan periklanan. Ambiguitas dapat menjadi salah satu hal yang membuat iklan menjadi menarik dan berbeda dengan produk komunikasi lain. Ambiguitas pada iklan secara tidak langsung menambah keragaman makna dalam bahasa dan membuat bahasa menjadi lebih kaya.
  • 10. 10 Referensi Astuti, Rini. 2005. “Ambiguitas Slogan Iklan Televisi”. Dimuat dalam Surya: Media Informasi Tri Dharma Perguruan TinggiPurworejo. Finnegan, Edward, et.al. 2004. Language: Its Structure and Use 5th, Edition. Boston: Thomson Wadsworth. Irianto, Sugeng. 2007. “Bahasa Iklan Televisi Indonesia (Analysis Study of the Commercial Advertising Language on National Indonesian Television)”. Dimuat dalam jurnal Ragam, Volume 7, Nomor 1, April 2007, halaman 42-59. Kusumawati. 2010. “Jurnal Penelitian Analisis Pemakaian Gaya Bahasa Pada Iklan Produk Kecantikan Perawatan Kulit Wajah di Televisi” (Skripsi). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Rosidi, Imron. 2009. “Implikatur” [Online] tersedia: umarbakri.blogspot.com/2009/08/kajian_17.html http://guru- Tinarbuko, Sumbo. 2007. “Eksekusi Iklan Televisi dengan Pendekatan Parodi” [Online] tersedia: www.sumbo.wordpress.com